VII. DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI TERHADAP PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII. DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI TERHADAP PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA"

Transkripsi

1 VII. DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI TERHADAP PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA Hasil Validasi Model Kemampuan prediksi model ekonometrika migrasi, pasar kerja dan makroekonomi yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi dengan suatu simulasi dasar untuk periode (Lampiran 5). Validasi statistik yang digunakan adalah Root Mean Square Percent Error (RMSPE) untuk mengukur penyimpangan hasil estimasi dan nilai aktualnya. Selain itu digunakan dekomposisi RMSPE yaitu proporsi bias (UM), proporsi regresi (UR) dan proporsi varian (US), serta statistik Theil s Inequality Coeficient (U). Hasil validasi terlihat pada Lampiran 6. Hasil validasi tersebut memperlihatkan dari 88 persamaan, terdapat 66 persamaan yang memiliki nilai RMSPE dibawah 50 persen dan 22 persamaan memiliki nilai RMSPE diatas 50 persen. Nilai RMSPE yang lebih dari 50 persen umumnya terjadi pada persamaan-persamaan identitas, hal ini terjadi karena error pada persamaan-persamaan struktural terakumulasi pada persamaan identitas tersebut, seperti pada persamaan produk domestik reginal bruto dan pendapatan disposibel di Jawa, Sulawesi, dan Pulau Lain. Dilihat dari koefisien ketidaksamaan Theil s, terlihat bahwa bias (UM), Reg (UR), dan Var (US) secara keseluruhan mendekati nol. Demikian juga dengan nilai U-Theil, sebagian besar nilainya mendekati nol (13 dari 88 persamaan memiliki nilai U-Theil > 30 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa model yang telah dirumuskan dan telah diestimasi cukup valid digunakan untuk analisis simulasi historis dan simulasi peramalan.

2 Hasil Simulasi Kebijakan Periode Peramalan Tahun Simulasi kebijakan migrasi yang dilakukan pada periode peramalan terdiri dari kebijakan migrasi internal dan internasional. Kebijakan migrasi internal yang ditetapkan pemerintah bertujuan untuk: (1) penyebaran dan penyediaan tenaga kerja, (2) membuka lapangan kerja baru, melalui pembukaan dan pengembangan daerah produksi baru, terutama daerah di luar Jawa, serta (3) meningkatkan perekonomian daerah tujuan secara umum serta meningkatkan kesejahteraan migran khususnya. Oleh karena itu simulasi kebijakan migrasi internal yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mencapai tujuan kebijakan migrasi yang ditetapkan pemerintah tersebut. Penetapan kebijakan migrasi internasional oleh pemerintah bertujuan untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja migran ke luar negeri. Peningkatan jumlah tenaga kerja migran tersebut bertujuan selain untuk kesejahteraan migran itu sendiri, dapat mengatasi masalah pengangguran di dalam negeri, dan untuk meningkatkan devisa negara melalui pengiriman remittances. Oleh karena itu simulasi kebijakan yang dilakukan adalah kebijakan yang mendukung terlaksananya kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut. Proses simulasi kebijakan periode peramalan dilakukan melalui beberapa tahapan. Sebelum simulasi kebijakan tanpa alternatif kebijakan dilakukan, hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah meramalkan variabel eksogen, nilai konstanta endogen dan nilai endogen tahun dengan menggunakan program peramalan variabel eksogen (Lampiran 7), program peramalan nilai konstanta endogen (Lampiran 9), dan program peramalan nilai endogen tahun (Lampiran 10). Peramalan ini menggunakan prosedur forecast metode trend-linier stepwise autoregressive.

3 256 Hasil simulasi dasar ex-ante tanpa alternatif kebijakan pada periode (Tabel 72) memperlihatkan bahwa diperkirakan akan terjadi penurunan migrasi masuk ke Jawa sekitar 0.01 persen pertahun. Penurunan ini sebagai akibat peningkatan permintaan tenaga kerja pada setiap pulau. Pada periode yang sama diperkirakan jumlah migran keluar dari Jawa juga masih menurun yaitu 0.34 persen. Kondisi ini menunjukkan adanya hambatan mendorong penduduk dari Jawa untuk migrasi ke luar Jawa, terutama ke Pulau Lain dan Kalimantan. Hal ini erat kaitannya dengan kebijakan pembangunan yang bersifat bias kota (urban bias), dimana pembangunan di Jawa terutama di kota-kota besarnya, memiliki peran dan fungsi sebagai pusat kegiatan pembangunan, mulai dari pusat perdagangan, industri, hingga administrasi dan pembangunan politik. Kemudian ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan juga menjadi faktor penghambat bagi penduduk usia sekolah di pulau ini untuk migrasi. Ditinjau dari sisi migrasi ke luar negeri, terlihat adanya peningkatan jumlah migran internasional pada setiap pulau, peningkatan terbesar terjadi di Sumatera yaitu persen. Peningkatan jumlah migran internasional ini mengakibatkan peningkatan devisa yang diperoleh dari remittances mereka. Hasil simulasi menunjukkan juga pada periode ini terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja pada setiap pulau. Sebaliknya dari sisi penawaran tenaga kerja terlihat adanya penurunan penawaran tenaga kerja di Jawa dan Pulau Lain, masing-masing sebesar 0.37 dan 0.41 persen. Kondisi ini disebabkan adanya peningkatan migrasi internasional dan penurunan migrasi masuk, sehingga diperkirakan terjadi penurunan pengangguran di kedua pulau tersebut. Ditinjau dari sisi perkembangan indikator makroekonomi Indonesia, terlihat adanya peningkatan konsumsi rumah tangga pada setiap pulau, kecuali

4 257 Jawa dan Pulau Lain. Hal ini berkaitan dengan jumlah migran masuk ke setiap pulau tersebut. Oleh karena jumlah migran masuk menurun, maka pendapatan migran internal yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga juga menurun. Perkembangan investasi pada setiap pulau menunjukkan pada periode tersebut akan terjadi peningkatan investasi di Jawa, Sumatera dan Kalimantan masingmasing 0.46, dan 0.92 persen pertahun. Sebaliknya terjadi penurunan investasi di Sulawesi dan Pulau Lain. Kondisi ini merupakan dampak dari peningkatan upah pada kedua pulau tersebut. Perkembangan konsumsi dan investasi secara langsung akan memberi dampak pada perkembangan produk domestik regional bruto pada masing-masing pulau. Tabel 72 memperlihatkan adanya peningkatan produk domestik regional bruto pada setiap pulau, kecuali di Pulau Jawa. Kondisi ini terjadi karena persentase penurunan konsumsi rumah tangga di Jawa (-6.34 persen) jauh lebih besar dari persentase peningkatan investasi di pulau tersebut yaitu 0.46 persen. Beberapa simulasi kebijakan pada periode peramalan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mencapai tujuan kebijakan migrasi internal dilakukan simulasi peningkatan upah minimum regional, peningkatan infrastruktur, dan penurunan suku bunga. 2. Untuk mencapai tujuan kebijakan migrasi internasional dilakukan simulasi depresiasi nilai tukar rupiah. 3. Untuk mencapai tujuan kebijakan migrasi internal dan internasional dilakukan kombinasi simulasi penurunan suku bunga dan nilai tukar, serta kombinasi simulasi peningkatan infrastruktur, penurunan suku bunga dan depresiasi nilai tukar.

5 258 Tabel 72. Hasil Peramalan Variabel Endogen Tanpa Alternatif Kebijakan (Nilai Dasar) Tahun No Variabel Endogen MIGSJ MIGKJ MIGSLJ MIGPJ MIGINJ MIGINS MIGINK MIGINSL MIGINP MIGJS MIGJK MIGJSL MIGJP MIGOUTJ MIGOUTS MIGOUTK MIGOUTSL MIGOUTP MIGJM MIGJAS MIGJSP MIGJH MIGEXJ MIGSM MIGSAS MIGSSP MIGSH MIGEXS MIGKM MIGKAS Nama Variabel Satuan Rata-rata per Tahun Migran Sumatera-Jawa Orang Migran Kalimantan-Jawa Orang Migran Sulawesi-Jawa Orang Migran P.Lain -Jawa Orang Migran Masuk ke Jawa Orang Migran Masuk ke Sumatera Orang Migran Masuk ke Kalimantan Orang Migran Masuk ke Sulawesi Orang Migran Masuk ke P.Lain Orang Migran Jawa-Sumatera Orang Migran Jawa-Kalimantan Orang Migran Jawa-Sulawesi Orang Migran Jawa-P.Lain Orang Migran keluar Jawa Orang Migran keluar Sumatera Orang Migran keluar Kalimantan Orang Migran keluar Sulawesi Orang Migran keluar P.Lain Orang Migran Jawa-Malaysia Orang Migran Jawa-Arab Saudi Orang Migran Jawa-Singapura Orang Migran Jawa-Hongkong Orang Migran Internasional Jawa Orang Migran Sumatera-Malaysia Orang Migran Sumatera-Arab Saudi Orang Migran Sumatera-Singapura Orang Migran Sumatera-Hongkong Orang Migran Internasional Sumatera Orang Migran Kalimantan-Malaysia Orang Migran Kalimantan-Arab Saudi Orang

6 259 Tabel 72. Lanjutan No. Variabel Endogen 31. MIGKSP 32. MIGKH 33. MIGEXK 34. MIGSLM 35. MIGSLAS 36. MIGSLSP 37. MIGSLH 38. MIGEXSL 39. MIGPM 40. MIGPAS 41. MIGPSP 42. MIGPH 43. MIGEXP 44. DTKJ 45. DTKS 46. DTKK 47. DTKSL 48. DTKP 49. STKJ 50. STKS 51. STKK 52. STKSL 53. STKP 54. UJ 55. US 56. UK 57. USL 58. UP 59. WJ 60. WS Nama Variabel Satuan Rata-rata per Tahun Migran Kalimantan-Singapura Orang Migran Kalimantan-Hongkong Orang Migran Internasional Kalimantan Orang Migran Sulawesi-Malaysia Orang Migran Sulawesi-Arab Saudi Orang Migran Sulawesi-Singapura Orang Migran Sulawesi-Hongkong Orang Migran Internasional Sulawesi Orang Migran P.Lain-Malaysia Orang Migran P.Lain -Arab Saudi Orang Migran P.Lain -Singapura Orang Migran P.Lain -Hongkong Orang Migran Internasional P.Lain Orang Permintaan TK di Jawa Orang Permintaan TK di Sumatera Orang Permintaan TK di Kalimantan Orang Permintaan TK di Sulawesi Orang Permintaan TK di P.Lain Orang Penawaran TK di Jawa Orang Penawaran TK di Sumatera Orang Penawaran TK di Kalimantan Orang Penawaran TK di Sulawesi Orang Penawaran TK di P.Lain Orang Pengangguran di Jawa Orang Pengangguran di Sumatera Orang Pengangguran di Kalimantan Orang Pengangguran di Sulawesi Orang Pengangguran di P.Lain Orang Upah di Jawa Rp/bulan Upah di Sumatera Rp/bulan

7 260 Tabel 72. Lanjutan No Variabel Endogen WK WSL WP GRDPJ GRDPS GRDPK GRDPSL GRDPP DICJ DICS DICK DICSL DICP CONJ CONS CONK CONSL CONP INVJ INVS INVK INVSL INVP DEVJ2 DEVS2 DEVK2 DEVSL2 DEVP2 Nama Variabel Satuan Rata-rata per Tahun Upah di Kalimantan Rp/bulan Upah di Sulawesi Rp/bulan Upah di P.Lain Rp/bulan GRDP di Jawa Milyar Rupiah GRDP di Sumatera Milyar Rupiah GRDP di Kalimantan Milyar Rupiah GRDP di Sulawesi Milyar Rupiah GRDP di P.Lain Milyar Rupiah Pendapatan Disposibel Jawa Milyar Rupiah Pendapatan Disposibel Sumatera Milyar Rupiah Pendapatan Disposibel Kalimantan Milyar Rupiah Pendapatan Disposibel Sulawesi Milyar Rupiah Pendapatan Disposibel P.Lain Milyar Rupiah Konsumsi RT di Jawa Milyar Rupiah Konsumsi RT di Sumatera Milyar Rupiah Konsumsi RT di Kalimantan Milyar Rupiah Konsumsi RT osibel di Sulawesi Milyar Rupiah Konsumsi RT di P.Lain Milyar Rupiah Total Investasi di Jawa Milyar Rupiah Total Investasi di Sumatera Milyar Rupiah Total Investasi di Kalimantan Milyar Rupiah Total Investasi di Sulawesi Milyar Rupiah Total Investasi di P.Lain Milyar Rupiah Devisa TK Migran Internasional asal Jawa Milyar Rupiah Devisa TK Migran Internasional asal Sumatera Milyar Rupiah Devisa TK Migran Internasional asal Kalimantan Milyar Rupiah Devisa TK Migran Internasional asal Sulawesi Milyar Rupiah Devisa TK Migran Internasional asal P.Lain Milyar Rupiah

8 Simulasi Peningkatan Upah Minimum Regional di Jawa 10 Persen dan Upah Minimum Regional di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain 15 Persen Komponen pokok hubungan buruh dengan majikan adalah pengupahan, tetapi pemerintah juga berperan dalam membatasi upah tersebut melalui beberapa peraturan pemerintah. Penetapan upah minimum regional yang berkisar pada kebutuhan hidup minimum buruh telah ditetapkan pemerintah sejak tahun Sebagai jaring pengaman, upah minimum regional setiap tahun ditinjau besarannya. Sejak tahun 1989 upah minimum regional selalu didasarkan pada pemenuhan Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) dan mulai tahun 1995 diarahkan pada pemenuhan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) dengan alasan sudah mengacu pada indeks harga konsumen, perluasan kesempatan kerja, kelangsungan perusahaan serta tingkat perkembangan ekonomi. Namun kenyataannya upah masih berada jauh dibawah biaya hidup seorang buruh lajang (Khakim, 2006). Jika dilihat dari sisi pengusaha, kenaikan ini ditanggapi negatif karena akan meningkatkan biaya produksi akibat kenaikan upah buruh. Kenaikan biaya produksi ini akan menjadi beban konsumen yang harus ditanggung dalam bentuk kenaikan harga. Dorongan kenaikan harga-harga ini akan meningkatkan inflasi dari sisi penawaran. Analisis statistik yang dilakukan oleh SMERU (2001) menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum telah meningkatkan upah pekerja kasar. Adanya hubungan positif antara tingkat upah minimum dan tingkat upah juga ditemukan pada berbagai kelompok pekerja lainnya, misalnya pekerja perempuan, muda usia, dan berpendidikan rendah. Berbeda dengan dampak terhadap upah, hasil analisis statistik menunjukkan kenaikan upah minimum berdampak negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor formal, dan berdampak positif terhadap

9 262 peningkatan penawaran tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja ini semakin meningkat akibat tingginya arus migrasi ke wilayah dengan tingkat upah yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dalam simulasi ini dibedakan proporsi peningkatan upah minimum antara wilayah yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi (Jawa) dengan wilayah yang tingkat kepadatan penduduknya rendah (luar Jawa). Secara umum simulasi peramalan kebijakan migrasi internal melalui peningkatan upah minimum regional (Tabel 73) menunjukkan kebijakan tersebut hanya mampu mengatasi masalah distribusi penduduk melalui penurunan jumlah migran masuk ke Jawa sebesar 0.60 persen. Kebijakan ini tidak berhasil meningkatkan jumlah migran keluar Jawa, hal ini disebabkan oleh tingginya persentase peningkatan upah di pulau tersebut yaitu 9.19 persen. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa tingginya upah di luar Jawa bukan merupakan faktor utama yang mendorong migran asal Jawa untuk migrasi, tetapi ada faktor lain seperti adanya kesempatan kerja di luar Jawa. Oleh karena kebijakan ini menyebabkan penurunan kesempatan kerja yang cukup tinggi di wilayah luar Jawa, maka kondisi ini menghambat keinginan penduduk dari Jawa untuk migrasi ke luar Jawa. Selanjutnya kebijakan peningkatan upah minimum juga berdampak pada peningkatan jumlah tenaga kerja migran internasional asal Jawa, Sumatera dan Pulau Lain untuk bekerja ke luar negeri. Kondisi ini terjadi karena kebijakan tersebut menyebabkan peningkatan pengangguran akibat turunnya kesempatan kerja di dalam negeri dan penurunan produk domestik regional bruto pada pulaupulau tersebut.

10 263 Ditinjau dari sisi pasar kerja, kebijakan ini berdampak pada peningkatan upah setiap pulau kecuali upah di Sumatera. Peningkatan upah tertinggi terjadi di Pulau Lain yaitu persen. Peningkatan upah ini berdampak pada peningkatan penawaran dan penurunan permintaan tenaga kerja, sehingga diperkirakan terjadi peningkatan pengangguran pada setiap pulau. Oleh karena itu kebijakan peningkatan upah minimum regional ini tidak berhasil mengatasi masalah pasar kerja. Tabel 73. Hasil Simulasi Peningkatan Upah Minimum Regional di Jawa 10 Persen dan Upah Minimum Regional di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain 15 Persen (Simulasi 1) Variabel Endogen MIGSJ MIGKJ MIGSLJ MIGPJ MIGINJ MIGINS MIGINK MIGINSL MIGINP MIGJS MIGJK MIGJSL MIGJP MIGOUTJ MIGOUTS MIGOUTK MIGOUTSL MIGOUTP MIGJM MIGJAS MIGJSP MIGJH MIGEXJ MIGSM MIGSAS MIGSSP MIGSH MIGEXS MIGKM MIGKAS MIGKSP MIGKH MIGEXK MIGSLM MIGSLAS MIGSLSP MIGSLH MIGEXSL MIGPM Nama Variabel Migran Sumatera-Jawa Migran Kalimantan-Jawa Migran Sulawesi-Jawa Migran P.Lain -Jawa Migran Masuk ke Jawa Migran Masuk ke Sumatera Migran Masuk ke Kalimantan Migran Masuk ke Sulawesi Migran Masuk ke P.Lain Migran Jawa-Sumatera Migran Jawa-Kalimantan Migran Jawa-Sulawesi Migran Jawa-P.Lain Migran keluar Jawa Migran keluar Sumatera Migran keluar Kalimantan Migran keluar Sulawesi Migran keluar P.Lain Migran Jawa-Malaysia Migran Jawa-Arab Saudi Migran Jawa-Singapura Migran Jawa-Hongkong Migran Internasional Jawa Migran Sumatera-Malaysia Migran Sumatera-Arab Saudi Migran Sumatera-Singapura Migran Sumatera-Hongkong Migran Internasional Sumatera Migran Kalimantan-Malaysia Migran Kalimantan-Arab Saudi Migran Kalimantan-Singapura Migran Kalimantan-Hongkong Migran Internasional Kalimantan Migran Sulawesi-Malaysia Migran Sulawesi-Arab Saudi Migran Sulawesi-Singapura Migran Sulawesi-Hongkong Migran Internasional Sulawesi Migran P.Lain-Malaysia Nilai Dasar Nilai Perubahan Simulasi Unit Persen

11 Tabel 73. Lanjutan Variabel Endogen MIGPAS MIGPSP MIGPH MIGEXP DTKJ DTKS DTKK DTKSL DTKP STKJ STKS STKK STKSL STKP UJ US UK USL UP WJ WS WK WSL WP GRDPJ GRDPS GRDPK GRDPSL GRDPP DICJ DICS DICK DICSL DICP CONJ CONS CONK CONSL CONP INVJ INVS INVK INVSL INVP DEVJ2 DEVS2 DEVK2 DEVSL2 DEVP2 Nama Variabel Migran P.Lain -Arab Saudi Migran P.Lain -Singapura Migran P.Lain -Hongkong Migran Internasional P.Lain Permintaan TK di Jawa Permintaan TK di Sumatera Permintaan TK di Kalimantan Permintaan TK di Sulawesi Permintaan TK di P.Lain Penawaran TK di Jawa Penawaran TK di Sumatera Penawaran TK di Kalimantan Penawaran TK di Sulawesi Penawaran TK di P.Lain Pengangguran di Jawa Pengangguran di Sumatera Pengangguran di Kalimantan Pengangguran di Sulawesi Pengangguran di P.Lain Upah di Jawa Upah di Sumatera Upah di Kalimantan Upah di Sulawesi Upah di P.Lain GRDP di Jawa GRDP di Sumatera GRDP di Kalimantan GRDP di Sulawesi GRDP di P.Lain Pendapatan Disposibel Jawa Pendapatan Disposibel Sumatera Pendapatan Disposibel Kalimantan Pendapatan Disposibel Sulawesi Pendapatan Disposibel P.Lain Konsumsi RT di Jawa Konsumsi RT di Sumatera Konsumsi RT di Kalimantan Konsumsi RT osibel di Sulawesi Konsumsi RT di P.Lain Total Investasi di Jawa Total Investasi di Sumatera Total Investasi di Kalimantan Total Investasi di Sulawesi Total Investasi di P.Lain Devisa Migran Internasional asal Jawa Devisa Migran Internasional asal Sumatera Devisa Migran Internasional asal Kalimantan Devisa Migran Internasional asal Sulawesi Devisa Migran Internasional asal P. Lain Nilai Dasar Nilai Perubahan Simulasi Unit Persen Hasil simulasi peramalan kebijakan ini juga memberi dampak negatif terhadap perkembangan perekonomian masing-masing pulau. Kondisi ini terlihat dari menurunnya konsumsi dan investasi pada setiap pulau, dimana penurunan

12 265 investasi terbesar terjadi di Pulau Lain sebesar persen. Hal ini merupakan akibat dari tingginya peningkatan upah di pulau tersebut. Penyediaan kesempatan kerja untuk menyerap besarnya jumlah pencari kerja sangat ditentukan oleh besarnya investasi yang terjadi di dalam negeri baik oleh swasta domestik (PMDN) atau swasta asing (PMA). Oleh karena itu penurunan investasi tersebut juga berdampak pada penurunan permintaan tenaga kerja, dimana penurunan terbesar juga terjadi di Pulau Lain. Penurunan investasi secara langsung berdampak pada penurunan produk domestik regional bruto setiap pulau, sehingga konsumsi rumah tangga masyarakat setiap pulau tersebut juga menurun. Hasil simulasi peramalan peningkatan upah minimum regional juga memperkirakan bahwa peningkatan upah minimum regional berdampak pada penurunan upah dan peningkatan permintaan tenaga kerja di pulau Sumatera. Kondisi ini terjadi karena respon penawaran tenaga kerja terhadap upah di Sumatera lebih tinggi dibanding pulau-pulau lain. Ketika upah minimum regional di Sumatera meningkat maka upah di pulau tersebut juga meningkat, tetapi peningkatan tersebut direspon oleh peningkatan penawaran tenaga kerja sebesar 0.06 persen, akibatnya peningkatan pengangguran tidak dapat dihindari. Peningkatan pengangguran ini memberi dampak pada penurunan upah, dan akhirnya juga berdampak pada peningkatan permintaan tenaga kerja. Dampak kebijakan ini terhadap kondisi perekonomian di Sumatera adalah (1) peningkatan devisa akibat peningkatan migran internasional, (2) peningkatan konsumsi akibat peningkatan devisa, (3) peningkatan investasi akibat penurunan upah, dan (4) peningkatan produk domestik regional bruto.

13 Simulasi Depresiasi Nilai Tukar Rupiah 5 Persen Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini. Hal tersebut terjadi akibat semakin besarnya volume dan keanekaragaman barang dan jasa yang akan diperdagangkan di negara lain. Oleh karena itu upaya untuk meraih manfaat dari globalisasi ekonomi harus didahului untuk menentukan nilai tukar atau kurs valuta asing pada tingkat yang menguntungkan. Penentuan nilai tukar rupiah menjadi pertimbangan penting bagi negara yang terlibat dalam perdagangan internasional karena nilai tukar berpengaruh besar terhadap biaya dan manfaat dalam perdagangan internasional. Ada beberapa determinan yang berpotensi mempengaruhi gelombang fluktuasi nilai tukar rupiah. Beberapa determinan itu adalah faktor sentimen pasar, likuiditas (aliran dana), fundamental ekonomi, serta faktor penentu mikro lainnya. Namun, dari semua faktor determinan tersebut, pada dasarnya bisa disinergikan dalam satu faktor penentu, yakni kecukupan pasokan (supply and demand) dari mata uang asing. Manakala mata uang asing menjadi langka, maka nilainya akan cenderung terapresiasi terhadap rupiah. Sebaliknya, jika keberadaannya melimpah maka nilainya terdepresiasi terhadap rupiah (Isnowati, 2002). Depresiasi nilai tukar menguntungkan bagi eksportir karena harga barang dan jasa ekspor menjadi meningkat. Oleh karena tenaga kerja migran internasional Indonesia menjual jasanya ke luar negeri, maka depresiasi nilai tukar akan menguntungkan bagi mereka. Hal ini dikarenakan upah yang mereka terima dalam bentuk mata uang asing. Oleh karena itu kebijakan nilai tukar sangat berperan bagi penduduk yang ingin menjadi tenaga kerja migran di luar negeri.

14 267 Simulasi peramalan kebijakan migrasi internasional melalui depresiasi nilai tukar rupiah terhadap nilai tukar Amerika, Hongkong, Singapura dan Malaysia dilakukan berdasarkan kondisi nilai tukar pada periode historis, dimana pada periode tersebut nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 5 persen (Tabel 74). Hasil simulasi peramalan kebijakan ini berdampak pada peningkatan jumlah tenaga kerja migran internasional setiap pulau untuk bekerja ke luar negeri, dan negara tujuan utama yang diinginkan oleh tenaga kerja migran setiap pulau adalah Malaysia. Kondisi ini disebabkan oleh terbukanya peluang kerja secara luas di negara ini. Terutama sejak dilaksanakan Dasar Ekonomi Baru (DEB) yang dipandang cukup berhasil mengangkat Malaysia sebagai salah satu negara industri baru (NICs) di wilayah Asia Tenggara. Kemudian faktor kesamaan budaya serta jarak yang relatif dekat, juga menjadikan Malaysia lebih menarik bagi penduduk Indonesia untuk mencari nafkah. Faktor-faktor tersebut membuka peluang bagi tenaga kerja migran Indonesia untuk migrasi ke Malaysia tanpa proses keimigrasian yang sah. Selain itu, untuk masuk secara ilegal ke Malaysia juga lebih mudah dan murah, karena umumnya tenaga kerja migran Indonesia sama-sama suku Melayu, dan banyaknya warga Indonesia yang sudah lama bekerja, bahkan menetap di negara tersebut yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal sementara bagi tenaga kerja migran ilegal. Diperkirakan juga bahwa pada periode tersebut persentase peningkatan jumlah tenaga kerja migran internasional terbanyak berasal dari Kalimantan yaitu 7.19 persen. Tetapi jika dilihat dari perubahan jumlahnya maka Jawa merupakan daerah pengirim tenaga kerja migran internasional terbesar.

15 268 Dampak simulasi peramalan kebijakan ini terhadap perekonomian pada setiap pulau terlihat dari peningkatan devisa yang diperoleh dari peningkatan jumlah tenaga kerja migran internasional. Peningkatan devisa akan memberi dampak pada peningkatan konsumsi. Hasil simulasi kebijakan yang diperlihatkan pada Tabel 74 menunjukkan adanya peningkatan konsumsi pada setiap pulau kecuali Kalimantan. Hal yang sama juga terjadi pada investasi swasta yaitu adanya peningkatan investasi pada setiap pulau, kecuali Kalimantan. Kondisi ini diperkirakan akibat penurunan produk domestik regional bruto di pulau tersebut. Tabel 74. Hasil Simulasi Depresiasi Nilai Tukar 5 Persen (Simulasi 2) Variabel Endogen MIGSJ MIGKJ MIGSLJ MIGPJ MIGINJ MIGINS MIGINK MIGINSL MIGINP MIGJS MIGJK MIGJSL MIGJP MIGOUTJ MIGOUTS MIGOUTK MIGOUTSL MIGOUTP MIGJM MIGJAS MIGJSP MIGJH MIGEXJ MIGSM MIGSAS MIGSSP MIGSH MIGEXS MIGKM MIGKAS MIGKSP MIGKH MIGEXK MIGSLM MIGSLAS MIGSLSP MIGSLH MIGEXSL MIGPM Nama Variabel Migran Sumatera-Jawa Migran Kalimantan-Jawa Migran Sulawesi-Jawa Migran P.Lain -Jawa Migran Masuk ke Jawa Migran Masuk ke Sumatera Migran Masuk ke Kalimantan Migran Masuk ke Sulawesi Migran Masuk ke P.Lain Migran Jawa-Sumatera Migran Jawa-Kalimantan Migran Jawa-Sulawesi Migran Jawa-P.Lain Migran keluar Jawa Migran keluar Sumatera Migran keluar Kalimantan Migran keluar Sulawesi Migran keluar P.Lain Migran Jawa-Malaysia Migran Jawa-Arab Saudi Migran Jawa-Singapura Migran Jawa-Hongkong Migran Internasional Jawa Migran Sumatera-Malaysia Migran Sumatera-Arab Saudi Migran Sumatera-Singapura Migran Sumatera-Hongkong Migran Internasional Sumatera Migran Kalimantan-Malaysia Migran Kalimantan-Arab Saudi Migran Kalimantan-Singapura Migran Kalimantan-Hongkong Migran Internasional Kalimantan Migran Sulawesi-Malaysia Migran Sulawesi-Arab Saudi Migran Sulawesi-Singapura Migran Sulawesi-Hongkong Migran Internasional Sulawesi Migran P.Lain-Malaysia Nilai Dasar Nilai Perubahan Simulasi Unit Persen

16 269 Tabel 74. Lanjutan Variabel Endogen MIGPAS MIGPSP MIGPH MIGEXP DTKJ DTKS DTKK DTKSL DTKP STKJ STKS STKK STKSL STKP UJ US UK USL UP WJ WS WK WSL WP GRDPJ GRDPS GRDPK GRDPSL GRDPP DICJ DICS DICK DICSL DICP CONJ CONS CONK CONSL CONP INVJ INVS INVK INVSL INVP DEVJ2 DEVS2 DEVK2 DEVSL2 DEVP2 Nama Variabel Migran P.Lain -Arab Saudi Migran P.Lain -Singapura Migran P.Lain -Hongkong Migran Internasional P.Lain Permintaan TK di Jawa Permintaan TK di Sumatera Permintaan TK di Kalimantan Permintaan TK di Sulawesi Permintaan TK di P.Lain Penawaran TK di Jawa Penawaran TK di Sumatera Penawaran TK di Kalimantan Penawaran TK di Sulawesi Penawaran TK di P.Lain Pengangguran di Jawa Pengangguran di Sumatera Pengangguran di Kalimantan Pengangguran di Sulawesi Pengangguran di P.Lain Upah di Jawa Upah di Sumatera Upah di Kalimantan Upah di Sulawesi Upah di P.Lain GRDP di Jawa GRDP di Sumatera GRDP di Kalimantan GRDP di Sulawesi GRDP di P.Lain Pendapatan Disposibel Jawa Pendapatan Disposibel Sumatera Pendapatan Disposibel Kalimantan Pendapatan Disposibel Sulawesi Pendapatan Disposibel P.Lain Konsumsi RT di Jawa Konsumsi RT di Sumatera Konsumsi RT di Kalimantan Konsumsi RT osibel di Sulawesi Konsumsi RT di P.Lain Total Investasi di Jawa Total Investasi di Sumatera Total Investasi di Kalimantan Total Investasi di Sulawesi Total Investasi di P.Lain Devisa Migran Internasional asal Jawa Devisa Migran Internasional asal Sumatera Devisa Migran Internasional asal Kalimantan Devisa Migran Internasional asal Sulawesi Devisa Migran Internasional asal P. Lain Nilai Dasar Nilai Perubahan Simulasi Unit Persen Ditinjau dari sisi pasar kerja, simulasi kebijakan ini berdampak pada peningkatan permintaan tenaga kerja kecuali Kalimantan dan penurunan penawaran tenaga kerja pada setiap pulau kecuali Sumatera, tetapi secara

17 270 keseluruhan kebijakan ini mampu mengatasi masalah pasar kerja yang terlihat dari menurunnya jumlah pengangguran pada setiap pulau. Simulasi kebijakan ini juga mampu mengatasi masalah distribusi penduduk di Indonesia. Kondisi ini terlihat dari menurunnya jumlah migran masuk ke Jawa. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh menurunnya jumlah migran asal Sumatera. Sebaliknya kebijakan ini juga mampu meningkatkan jumlah migran keluar dari Jawa. Daerah tujuan migran keluar dari Jawa adalah Pulau Sumatera dan Sulawesi Simulasi Penurunan Suku Bunga 2 Persen dan Depresiasi Nilai Tukar 5 Persen Hasil simulasi peramalan kombinasi kebijakan migrasi internal dan internasional melalui penurunan suku bunga 2 persen dan depresiasi nilai tukar 5 persen diperlihatkan pada Tabel 75. Berdasarkan hasil simulasi tersebut terlihat kombinasi kebijakan ini memberi dampak pada peningkatan investasi pada setiap pulau. Jumlah investasi terbesar diperkirakan akan terjadi di Pulau Jawa yaitu milyar rupiah. Peningkatan investasi diperkirakan akan membuka peluang kerja pada masing-masing pulau, sehingga permintaan tenaga kerja pada setiap pulau juga meningkat. Ditinjau dari persentase perubahannya, Sumatera merupakan daerah yang paling tinggi membuka peluang kerja yaitu 0.62 persen. Kondisi ini menjadi faktor yang menghalangi migran asal Sumatera untuk migrasi ke pulau-pulau lain, khususnya ke Jawa. Hasil simulasi peramalan yang diperlihatkan pada Tabel 75 menunjukkan pula bahwa turunnya jumlah migran keluar asal Sumatera, menurunkan pula jumlah migran yang akan masuk ke Pulau Jawa. Kondisi ini berarti sebagian

18 271 besar migran yang bermukim di pulau ini berasal dari Sumatera. Ditinjau dari jumlah migran keluar dari Jawa, ternyata kebijakan ini belum mampu mendorong migran asal pulau ini untuk migrasi ke pulau-pulau lain di Indonesia. Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah migran keluar dari Jawa sebesar 0.17 persen. Oleh karena itu kebijakan ini mampu mengatasi masalah distribusi penduduk hanya dengan menurunkan jumlah migran masuk ke Jawa. Kebijakan ini diperkirakan akan meningkatkan jumlah tenaga kerja migran internasional setiap pulau untuk bekerja di luar negeri. Persentase peningkatan jumlah migran internasional terbanyak berasal dari Kalimantan yaitu 6.48 persen. Diperkirakan juga bahwa negara tujuan utama migrasi internasional Indonesia adalah Malaysia. Khusus untuk tenaga kerja migran internasional asal Jawa, negara tujuan utama migrasi internasionalnya adalah Arab Saudi. Ditinjau dari sisi pasar kerja, akibat meningkatnya jumlah migran internasional, maka diperkirakan akan terjadi penurunan penawaran tenaga kerja di Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, hasil simulasi ini juga memperkirakan akan terjadi peningkatan investasi di setiap pulau. Hal ini memberi dampak pada peningkatan kesempatan kerja di setiap pulau. Oleh karena persentase penambahan penawaran tenaga kerja lebih besar dari permintaan tenaga kerja di Jawa, maka peningkatan pengangguran di pulau ini tidak dapat dihindari. Kondisi sebaliknya terjadi di luar Jawa, dimana kebijakan ini diperkirakan mampu menurunkan jumlah pengangguran pada setiap pulau. Hasil simulasi peramalan depresiasi nilai tukar dan penurunan suku bunga juga menunjukkan adanya peningkatan devisa (remittances) dari tenaga kerja migran internasional, peningkatan konsumsi rumah tangga dan peningkatan

19 272 investasi pada setiap pulau, sehingga produk domestik regional bruto masingmasing pulau juga meningkat. Tabel 75. Simulasi Penurunan Suku Bunga 2 Persen dan Depresiasi Nilai Tukar 5 Persen (Simulasi 3) Variabel Endogen MIGSJ MIGKJ MIGSLJ MIGPJ MIGINJ MIGINS MIGINK MIGINSL MIGINP MIGJS MIGJK MIGJSL MIGJP MIGOUTJ MIGOUTS MIGOUTK MIGOUTSL MIGOUTP MIGJM MIGJAS MIGJSP MIGJH MIGEXJ MIGSM MIGSAS MIGSSP MIGSH MIGEXS MIGKM MIGKAS MIGKSP MIGKH MIGEXK MIGSLM MIGSLAS MIGSLSP MIGSLH MIGEXSL MIGPM MIGPAS MIGPSP MIGPH MIGEXP DTKJ DTKS DTKK DTKSL DTKP STKJ STKS STKK STKSL STKP Nama Variabel Migran Sumatera-Jawa Migran Kalimantan-Jawa Migran Sulawesi-Jawa Migran P.Lain -Jawa Migran Masuk ke Jawa Migran Masuk ke Sumatera Migran Masuk ke Kalimantan Migran Masuk ke Sulawesi Migran Masuk ke P.Lain Migran Jawa-Sumatera Migran Jawa-Kalimantan Migran Jawa-Sulawesi Migran Jawa-P.Lain Migran keluar Jawa Migran keluar Sumatera Migran keluar Kalimantan Migran keluar Sulawesi Migran keluar P.Lain Migran Jawa-Malaysia Migran Jawa-Arab Saudi Migran Jawa-Singapura Migran Jawa-Hongkong Migran Internasional Jawa Migran Sumatera-Malaysia Migran Sumatera-Arab Saudi Migran Sumatera-Singapura Migran Sumatera-Hongkong Migran Internasional Sumatera Migran Kalimantan-Malaysia Migran Kalimantan-Arab Saudi Migran Kalimantan-Singapura Migran Kalimantan-Hongkong Migran Internasional Kalimantan Migran Sulawesi-Malaysia Migran Sulawesi-Arab Saudi Migran Sulawesi-Singapura Migran Sulawesi-Hongkong Migran Internasional Sulawesi Migran P.Lain-Malaysia Migran P.Lain -Arab Saudi Migran P.Lain -Singapura Migran P.Lain -Hongkong Migran Internasional P.Lain Permintaan TK di Jawa Permintaan TK di Sumatera Permintaan TK di Kalimantan Permintaan TK di Sulawesi Permintaan TK di P.Lain Penawaran TK di Jawa Penawaran TK di Sumatera Penawaran TK di Kalimantan Penawaran TK di Sulawesi Penawaran TK di P.Lain Nilai Dasar Nilai Perubahan Simulasi Unit Persen

20 273 Tabel 75. Lanjutan Variabel Endogen UJ US UK USL UP WJ WS WK WSL WP GRDPJ GRDPS GRDPK GRDPSL GRDPP DICJ DICS DICK DICSL DICP CONJ CONS CONK CONSL CONP INVJ INVS INVK INVSL INVP DEVJ2 DEVS2 DEVK2 DEVSL2 DEVP2 Nama Variabel Pengangguran di Jawa Pengangguran di Sumatera Pengangguran di Kalimantan Pengangguran di Sulawesi Pengangguran di P.Lain Upah di Jawa Upah di Sumatera Upah di Kalimantan Upah di Sulawesi Upah di P.Lain GRDP di Jawa GRDP di Sumatera GRDP di Kalimantan GRDP di Sulawesi GRDP di P.Lain Pendapatan Disposibel Jawa Pendapatan Disposibel Sumatera Pendapatan Disposibel Kalimantan Pendapatan Disposibel Sulawesi Pendapatan Disposibel P.Lain Konsumsi RT di Jawa Konsumsi RT di Sumatera Konsumsi RT di Kalimantan Konsumsi RT osibel di Sulawesi Konsumsi RT di P.Lain Total Investasi di Jawa Total Investasi di Sumatera Total Investasi di Kalimantan Total Investasi di Sulawesi Total Investasi di P.Lain Devisa Migran Internasional asal Jawa Devisa Migran Internasional asal Sumatera Devisa Migran Internasional asal Kalimantan Devisa Migran Internasional asal Sulawesi Devisa Migran Internasional asal P. Lain Nilai Nilai Perubahan Dasar Simulasi Unit Persen Sebagaimana diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini terjadi karena kontribusi besar dari konsumsi domestik. Tapi hanya sedikit yang dapat menduga dana remittances inilah yang langsung atau tidak langsung digunakan untuk konsumsi domestik, yang kemudian membantu terjadinya pertumbuhan ekonomi positif Indonesia. Artinya, tenaga kerja migran Indonesia baik legal maupun ilegal secara tidak langsung telah membantu pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi tetap positif melalui komponen konsumsi, pada saat komponen pertumbuhan lain seperti investasi dan ekspor menurun. Oleh karena

21 274 itu kebijakan ini diperkirakan mampu meningkatkan perekonomian Indonesia melalui peningkatan variabel-variabel makroekonomi Simulasi Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur di Jawa 10 Persen dan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain 20 Persen Infrastruktur merupakan salah satu faktor penentu pembangunan ekonomi, yang sama pentingnya dengan faktor-faktor produksi umum lainnya seperti modal dan tenaga kerja. Tetapi sejak krisis ekonomi 1997/1998, faktor ini kurang mendapat perhatian pemerintah dalam penyediaan infrastruktur, khususnya di wilayah di luar Jawa, atau Indonesia Kawasan Timur. Hal ini dikarenakan setelah krisis ekonomi, pemerintah lebih fokus pada menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan ekonomi secara keseluruhan, mencegah pelarian modal, menanggulangi hutang luar negeri serta menstabilkan kembali kondisi politik dan sosial. Akibatnya, kondisi infrastruktur menjadi semakin terpuruk. Mutu infrastruktur Indonesia mempengaruhi investasi asing, pengentasan kemiskinan dan mutu lingkungan hidup (Tambunan, 2006). Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir pemerintah sudah mulai menunjukkan perhatian yang serius terhadap pembangunan infrastruktur. Dua hal yang perlu segera dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan pihak swasta dalam memperbaiki kondisi infrastruktur di dalam negeri, yaitu pembangunan infrastruktur dan memperbaiki kondisi infrastruktur yang sudah ada. Menurut Tambunan (2006), pengembangan infrastruktur selama ini cenderung ditekankan pada pembangunan infrastruktur di perkotaan dan pengembangan kawasan barat Indonesia. Hal ini bukan hanya mengakibatkan kesenjangan antar desa dan kota, tetapi juga kesenjangan antar propinsi atau antar kawasan Timur dan Barat Indonesia. World Bank (2004) juga menyatakan selain

22 275 kesenjangan penyebaran pembangunan infrastruktur antar wilayah, masalah lain yang sangat krusial adalah aksessibilitas masyarakat yang tidak merata. Akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap infrastruktur sangat rendah dibandingkan dengan masyarakat berpendapatan tinggi. Kondisi ini lebih buruk terjadi di daerah pedesaan, di mana persentase dari jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan jauh lebih besar daripada di perkotaan. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah kesenjangan pembangunan infrastruktur tersebut, maka dalam analisis simulasi kebijakan migrasi internal melalui peningkatan pengeluaran infrastruktur dilakukan pembagian proporsi peningkatannya yaitu untuk pulau-pulau selain Jawa sebesar 20 persen, sedangkan untuk di Pulau Jawa sebesar 10 persen. Tujuan lainnya adalah menarik minat migran dari Pulau Jawa agar bersedia migrasi keluar pulau tersebut. Artinya semakin baik kondisi infrastruktur di luar Jawa, semakin tinggi akses masyarakat terhadap sumberdaya sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut. Peningkatan pertumbuhan ekonomi merupakan daya tarik bagi seseorang untuk melakukan migrasi ke daerah tersebut. Hasil simulasi peramalan kebijakan migrasi internal melalui peningkatan pengeluaran infrastruktur (Tabel 76) memberi dampak pada penurunan total migran masuk ke Jawa sebesar 0.01 persen, penurunan ini akibat menurunnya migran yang berasal dari Sumatera. Kebijakan ini diperkirakan juga akan meningkatkan jumlah migran keluar dari Jawa sebanyak orang atau 1.78 persen. Daerah tujuan yang paling diminati oleh migran asal Jawa adalah Sumatera. Kondisi ini terlihat dari peningkatan jumlah migran asal Jawa ke Sumatera sebanyak orang. Oleh karena itu kebijakan ini mampu mengatasi

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Model merupakan suatu penjelasan dari fenomena aktual sebagai suatu

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Model merupakan suatu penjelasan dari fenomena aktual sebagai suatu 85 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Ekonomi Migrasi Indonesia Model merupakan suatu penjelasan dari fenomena aktual sebagai suatu sistem atau proses (Koutsoyiannis, 1977). Model Ekonomi Migrasi Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arfida, B. R Ekonomi Sumberdaya Manusia. Ghalia Indonesia, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Arfida, B. R Ekonomi Sumberdaya Manusia. Ghalia Indonesia, Jakarta. 305 DAFTAR PUSTAKA Alisadono, S., S. Hardjosunaso, dan A. Mardjuki. 2006. Kebijakan Transmigrasi melalui Kebijakan Sistem. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Ananta.

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI INTERNAL TERHADAP PERILAKU PASAR KERJA DI INDONESIA 1)

DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI INTERNAL TERHADAP PERILAKU PASAR KERJA DI INDONESIA 1) DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI INTERNAL TERHADAP PERILAKU PASAR KERJA DI INDONESIA 1) (The Impact of Internal Migration Policy on Labor Market Behavior in Indonesia) Safrida, Bonar M. Sinaga 2), Hermanto Siregar

Lebih terperinci

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan 300 VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan peramalan tentang dampak kebijakan migrasi terhadap pasar kerja dan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi 131 V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Migrasi Internal Migrasi merupakan salah satu faktor dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN. Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis

VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN. Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis simulasi beberapa alternatif kebijakan dengan tujuan untuk mengevaluasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia setelah China (RRC), India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2010, sebanyak 237.641.326

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 75 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pemerintah Penerimaan pemerintah terdiri dari PAD dan dana perimbangan. PAD terdiri dari pajak, retribusi, laba BUMD, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dalam bidang ekonomi, menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara. Perekonomian terbuka membawa suatu

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KEBIJAKAN

VII. ANALISIS KEBIJAKAN VII. ANALISIS KEBIJAKAN 179 Secara teoritis tujuan dari suatu simulasi kebijakan adalah untuk menganalisis dampak dari berbagai alternatif kebijakan dengan jalan mengubah dari salah satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kunci dalam setiap pembicaraan tentang pertumbuhan ekonomi. Menurut penggunaannya investasi diartikan sebagai pembentukan modal

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar kerja antar Negara (AKAN) juga tidak kalah penting untuk dianalisis mengingat kontribusi pekerja kategori ini yang umumnya dikenal dengan TKI terhadap perekonomian

Lebih terperinci

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Perekonomian empat sektor adalah perekonomian yg terdiri dari sektor RT, Perusahaan, pemerintah dan sektor LN. Perekonomian empat sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh. masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh. masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu Indonesia harus giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Tujuan utama pembangunan adalah tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP, V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP, selisih tingkat suku bunga, selisih inflasi dan selisih neraca pembayaran terhadap kurs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berkembangnya proses globalisasi, dimana seperti tidak adanya batas antar negara di dunia serta nampaknya setiap negara menjadi terintegrasi, maka kegiatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan stabil selama lebih kurang tiga puluh tahun tiba-tiba harus. langsung berdampak pada perekonomian dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan stabil selama lebih kurang tiga puluh tahun tiba-tiba harus. langsung berdampak pada perekonomian dalam negeri. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyaris tidak ada satu orang pun yang mengira kalau negara kita akan diterpa krisis ekonomi hingga separah ini. Perekonomian Indonesia yang boleh dikatakan stabil

Lebih terperinci

V. EVALUASI MODEL. BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model.

V. EVALUASI MODEL. BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model. V. EVALUASI MODEL BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model. Pembahasan dibedakan untuk masing-masing blok, yang terdiri dari: (1) blok makroekonomi, (2) blok deforestasi, dan (3) blok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang ikut serta dalam kerjasama internasional, maka dari itu perekonomian Indonesia tidak lepas dari yang namanya ekspor dan impor.

Lebih terperinci

VI. APLIKASI MODEL UNTUK EVALUASI ALTERNATIF KEBIJAKAN

VI. APLIKASI MODEL UNTUK EVALUASI ALTERNATIF KEBIJAKAN VI. APLIKASI MODEL UNTUK EVALUASI ALTERNATIF KEBIJAKAN Model ekonometrika yang telah dibangun kemudian digunakan untuk mengevaluasi alternatif kebijakan, untuk maksud itu maka model tersebut perlu divalidasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi suatu Negara secara umum beroreintasi pada pertumbuhan (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH Krisis finansial global yang dipicu oleh krisis perumahan di AS (sub prime mortgage) sejak pertengahan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Uang merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian diseluruh dunia. Bagi seorang ekonom, uang adalah persediaan aset yang dapat dengan

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pendugaan Model Model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional terdiri dari enam persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Makro Ekonomi Disusun oleh: Nama : Nida Usanah Prodi : Pendidikan Akuntansi B NIM : 7101413170 JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara telah menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kebijakan moneter dapat menyebabkan konsekuensi serius

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua dasawarsa terakhir ini dimana jarak geografis dan budaya suatu negara dengan negara lainnya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Makroekonomi Perekonomian Terbuka : Konsep Dasar Perekonomian Tertutup dan Terbuka Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian lain

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut, yaitu: 1. Perkembangan Indeks Harga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan 1997, kinerja pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan diantaranya mengalami kerugian. Kondisi

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka pangjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia belakangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA TERHADAP STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA TERHADAP STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA VII. DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA TERHADAP STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA 7.1. Hasil Validasi Model Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak Hasil validasi model ekonometrika struktur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga dengan memperhatikan tingkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia BABl PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Helakang Pennasalahan Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia mengalami banyak perubahan dalam berbagai aspek. Salah satu indikator

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan BAB V PENUTUP Sebagai penutup dari skripsi ini, akan disajikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan disampaikan pula saran yang didasarkan pada hasil kesimpulan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap Perekonomian di Indonesia 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia UMKM merupakan bagian penting dari perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba untuk dapat membangun bangsa dan negaranya sendiri tanpa memperdulikan bantuan dari negara lain. Tentu

Lebih terperinci