BAB III TAKSONOMI SERANGGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TAKSONOMI SERANGGA"

Transkripsi

1 BAB III TAKSONOMI SERANGGA Dalam bab ini akan dibahas tentang Taksonomi Serangga, yang meliputi 4 sub bab, yaitu Pengertian Taksonomi, Klasifikasi/Sistematika, Tata nama dan Identifikasi/Determinasi Serangga. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) bab ini adalah setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat memahami tentang klasifikasi dan tata nama, dan dapat melakukan identifikasi/ determinasi serangga. A. Pengertian Taksonomi Di dunia ini telah dijumpai mahkluk hidup kira-kira dua juta species, yang terdiri atas species tumbuh-tumbuhan dan species binatang. Dari jumlah species binatang tersebut 75 %-nya atau kira-kira species adalah serangga, dan dan jumlah yang terakhir kira-kira species telah dideskripsi (Borror dan DeLong, 1970). Pelajaran taksonomi (meliputi klasifikasi, tata nama dan identifikasi) golongan/ kerajaan binatang (animal kingdom) memerlukan beberapa skema yang menyusunnya atau mengklasifikasikannya ke dalam kelompok (group) berdasarkan ciri-ciri struktural yang secara umum sama. Taksonomi berasal dan kata Yunani, terdiri atas kata taxis = arrangement = penyusunan dan nomos = law = hukum. Pengertian taksonomi adalah penyusunan yang teratur dan bernorma mengenai organisme-organisme ke dalam kelompok-kelompok yang tepat dengan menggunakan nama-nama yang sesuai dan benar (Lilies, 1991). Secara umum taksonomi adalah cabang dari Biologi, yang berkaitan dengan klasifikasi, pemberian nama dan identifikasi (individu) organisme, khususnya serangga B. Klasifikasi Binatang (mungkin) dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Salah satu cara klasifikasi yang banyak dianut oleh para ahli Zoologi adalah didasarkan terutama pada ciri-ciri struktural tubuhnya. Binatang dengan struktur tubuh tertentu secara umum sama diklasifikasikan ke dalam satu kelompok, sedangkan binatang dengan struktur yang lain diklasifikasikan ke dalam kelompok yang lain. Sehingga dengan demikian golongan binatang dibagi menjadi 12 kelompok atau lebih yang dinamakan phyla (tunggal : phylum). Tiap-tiap phylum memperoleh sebuah Universitas Gadjah Mada

2 nama dan anggota-anggotanya mempunyai cir-ciri struktural tertentu (yang sama) secara umum. Berdasarkan derajad kompleksitas dan mungkin karena adanya rangkaian secara evolusioner, phyla (pada binatang) biasanya disusun dalam sebuah seri, dari phyla yang lebih rendah ke phyla yang lebih tinggi. Phyla yang terpenting dan golongan binatang adalah: Phylum Protozoa binatang satu sel. Phylum Porifera bunga karang. Phylum Coelenterata hydra, batu karang dan iainnya. Phylum Platyhelminthes cacing pipih. Phylum Nematheiminthes cacing bulat. Phylum Trochelminthes (Rotatonia) rotifera. Phylum Brachiopoda brachiopoda. Phylum Bryozoa binatang yang diselimuti oleh lumut. Phylum Mollusca mollusca : bekicot dll. Phylum Echinodermata binatang laut, mentimun laut dll. Phylum Annelida cacing tanah, cacing laut dli. Phylum Onychopora Peripatus dan sekutunya. Phylum Arthropoda udang sungai, keluwing, kelabang, labah-labah, serangga. Phylum Chordata ikan, amphibi, reptil, burung dan mamalia. Klasifikasi binatang tidak berhenti sampai phyla; masing-masing phylum dibagi lebih lanjut berdasarkan ciri-ciri struktural ke dalam kelompok yang dinamakan kelas dan tiap-tiap kelas mempunyai satu nama dan ciri-ciri struktural tertentu secara umum. Kelas selanjutnya dibagi ke dalam ordo, ordo ke dalam famili, famili ke dalarn genera (tunggal : genus) dan genus ke dalam spesies. Kategori pokok dalam klasifikasi binatang adalah phylum, kelas, ordo, famili, genus dan spesies, walaupun sering kategori intermedier digunakan. Kategori yang secara umum digunakan disusun dalam aturan tingkatan (order of rank), dan dapat ditabulasikan/ disusun sebagai berikut. PHYLUM Phylum * SUBPHYLUM Subphylum CLASS Kelas* SUBCLASS - Subkelas ORDER - Ordo* SUBORDER - Subordo SUPERFAMILY - Superfamili Universitas Gadjah Mada

3 FAMILY Famili* SUBFAMILY - Subfamili TRIBE - Tribe GENUS - Genus* SUBGENUS - Subgenus SPECIES Species* SUBSPECIES - Subspecies Catatan: * takson kategori pokok dalam sistem klasifikasi. Kategori dasar dalam skema Klasifikasi (dan mungkin yang memiliki wujud nyata real entity) adalah species. Species adalah kelompok individu atau populasi di alam yang (1) mampu mengadakan interbreeding dan menghasilkan keturunan yang fertil, (2) secara reproduksi terisolasi dan (oleh karena itu secara biasanya tidak interbreeding dengan) kelompok semacam, dan (3) secara fundamental berstruktur sama/ serupa. Sering tidak mungkin untuk menentukan apakah dua kelompok binatang interbreeding atau tidak. OIeh karena itu, seseorang harus bertumpu kepada ciri-ciri morfologis untuk menentukan batas-batas yang khas (specific) dan hal tersebut harus diselesaikan dengan hati-hati apabila dijumpai species yang baik atau kelompok reproduksi terisolasi yang tidak dapat dibedakan melalui ciri-ciri morfologis. Subspecies adalah bagian yang Iebih kecil lagi dan species secara geografis. Perbedaan antara subspecies terhadap species yang diketahui biasanya tidak jelas (tidak nyata bedanya), tetapi yang intergrading, terutama di mana subspecies berbatasan datang dalam kontak (sibling species). Suatu skema klasifikasi yang dikembangkan untuk kelompok binatang akan dipengaruhi oleh ciri-ciri yang utama*) yang digunakan. Seandainya orang menggunakan ciri-ciri yang berbeda mereka akan sampai pada skema klasifikasi yang berbeda. Metode numerical, sebagai contoh lihat Sokal maupun Sokal dan Sneath dalam Bororr dan DeLong (1970), biasanya menghasilkan skema yang memberikan phenetic affinity**) yang baik, atau mungkin sebaliknya. Ahli-ahli Zoologi berusaha untuk mengembangkan suatu klasifikasi yang secara umum mencapai sesuatu yang menunjukkan hubungan filogenetik phylogenetic relationship). Pekerja-pekerja modern di dalam mengembangkan skema klasifikasi tidak hanya menggunakan ciri-ciri struktural (termasuk ciri-ciri dan organ-organ di dalam tubuh) tetapi juga data tentang fisiologinya (misalnya Stephen, 1961), perilaku (misalnya Universitas Gadjah Mada

4 Alexader, 1962), sejarah hidup dan tingkat belum dewasa ( misalnya van Endem, 1957), dan cytologi (misalnya White, 1957) dalam Bornor dan DeLong (1970). Dalam penentuan batas taxa (phyla, kelas, ordo dan selanjutnya, kecuali mungkin species) sedikit banyak bersifat arbitrer (kesepakatan), pekerja-pekerja yang berbeda sering sampai kepada skema klasifikasi yang berbeda. Seorang ahli Biologi yang menggunakan skema klasifikasi (seperti yang dikerjakan Borron dan DeLong dalam tulisan ini) mempunyai beberapa pilihan, dan skema yang diikuti dalam tulisan ini adalah salah satu yang dianggap mewakili hubungan dan binatang yang bersangkutan yang terbaik, atau salah satu yang digunakan secara sangat luas. * Berat relatif. ** Berat dan rangkaian/seni ciri-ciri. C. Tata Nama Binatang mempunyai dua tipe nama, yaitu nama ilmiah (scientific name) dan nama umum (common name). Nama ilmiah adalah satu-satunya yang digunakan oleh ilmuwan (scientist), nama ini digunakan di seluruh dunia, dan tiap-tiap taxon binatang mempunyai satu nama. Nama umum adalah nama daerah, nama ini sering kurang tepat bila dibandingkan dengan nama ilmiah (beberapa nama umum digunakan untuk lebih dan satu taxon, dan taxon binatang contoh mungkin mempunyai beberapa nama umum). Namun demikian banyak pula binatang belum diberi nama karena mereka berukuran kecil atau jarang di jumpai. Nama ilmiah binatang mengikuti aturan-aturan tertentu, secara garis besar digambarkan dalam the International Code of Zoological Nomenclature (Stoll et al., 1964 dalam Borror dan DeLong, 1970). Nama ilmiah ditulis dalam huruf Latin (Latinized), atau mungkin diambil dan suatu bahasa atau dan nama-nama orang atau tempat. Sebagian besar nama diambil dan bahasa Latin atau bahasa Yunani, dan biasanya berhubungan dengan beberapa ciri dan binatang atau nama kelompok. Nama untuk kelompok di atas genus adalah kata benda yang di latinkan dalam nominatif jamak, sedangkan nama-nama dalam genera dan subgenera adalah kata benda yang dilatinkan dalam nominatif tunggal. Nama species dan subspecies mungkin kata sifat, kata kerja bentuk present atau participle atau kata benda, kata sifat dan bentuk participle harus sesuai jenis kelamin nama genus, dan kata benda dalam bentuk nominatif atau genetif Universitas Gadjah Mada

5 Nama ilmiah untuk species adalah binomial. OIeh karena itu terdiri atas dua kata yaitu nama genus dan sebuah nama spesifik (spesific name), sehingga oleh karena itu nama subspecies adalah trinomial (nama genus, nama spesifik dan sebuah nama subspesifik). Nama selalu ditulis dalam cetak miring tetapi apabila ditulis tangan atau diketik tegak maka huruf cetak miring ditunjukkan dengan garis bawah (underlining). Nama species atau subspecies diikuti dengan nama penemunya (author), yaitu orang yang telah mendeskripsi species atau subspecies. Nama author tidak dicetak miring ditulis lengkap atau disingkat dengan tanda titik. Nama-nama genera dan kategori yang lebih tinggi selalu dimulai dengan sebuah huruf besar; nama spesifik dan subspesifik tidak. Jika nama author dalam tanda kurung, itu berarti bahwa ia mendeskripsi species (atau subspecies, dalam kasus dan sebuah nama species) dalam beberapa genus berlainan dengan sekarang yang menempatinya. D. Identifikasi/ Determinasi Serangga atau insekta termasuk dalam phylum Arthropoda, dan dibedakan menjadi 3 sub phylum, yaitu Trilobita, Mandibulata dan Chelicerata. Sub phylum Trilobita telah punah dan tinggal sisa-sisanya (fossil). Sub phylum Mandibulata terdiri atas beberapa kelas, dan salah satu di antaranya adalah kelas lnsecta (Hexapoda). Sub phylum Chelicerata terdiri atas beberapa kelas, termasuk Arachnida di dalamnya. Untuk lebih jelasnya klasifikasi tersebut dapat dilihat pada bagan berikut. Universitas Gadjah Mada

6 Phylum Arthropoda dengan ciri-ciri khusus: a. Tubuh beruas-ruas, terdiri atas kepala, dada dan abdomen *). b. Kaki beruas-ruas *). c. Eksoskeleton (dinding tubuh) berchitin dan beruas-ruas. d. Alat mulut beruas dan dapat beradaptasi untuk cara makan. e. Rongga tubuh merupakan rongga darah haemocoele. f. Bernafas dengan permukaan tubuh, insang, trachea atau paru-paru. g. Alat pencernaan makanan berbentuk tabung, terletak di sepanjang tubuh. h. Alat pembuang melalui pipa panjang di rongga tubuh. 1. Subphylum Tribolita dengan ciri-cri khusus:

7 a. Bentuk tubuh lonjong, pipih, bagian ventral (perut) mempunyai sederetan kaki yang bersambungan. b. Tidak mempunyai perbedaan struktur kaki yang beruas-ruas. c. Tubuh terbagi menjadi kepala-dada-pygidium. d. Dada terdiri dan beberapa ruas. e. Setiap ruas tubuh (kecuali ruas yang terakhir) mempunyai kaki yang beruasruas. 2. Subphylum Chelicerata dengan ciri-ciri: Perbedaan dengan mandibulata adalah bentuk tertekannya antenna dan perubahan kaki di samping mulut menjadi sepasang kaki seperti capit (chelicerae). 3. Subphylum Mandibulata dengan ciri-ciri: Perubahan kaki dekat mulut menjadi sepasang alat mulut atau mandibulata seperti rahang. Kelas yang penting dan phylum Arthropoda: 1. Kelas Arachnida (laba-laba) Ciri-ciri a. Tubuh terdiri atas dua bagian : prosoma (cephalothorax) dan abdomen. b. Tidak mempunyai antenna. c. Dewasa umumnya mempunyai 4 pasang kaki *). 2. Kelas Insecta (Hexapoda) (Serangga) Ciri-ciri khusus: a. Tubuh terbagi menjadi 3 bagian : kepala-dada-abdomen. b. Mempunyai sepasang antenna. c. Kaki 3 pasang *) d. Sayap 1-2 pasang atau tanpa sayap. e. Alat mulut terdiri atas: I pasang mandibula (rahang), 1 pasang maxilla (letak di belakang rahang), labium (bibir), hypopharinx (lidah). *) merupakan ciri-ciri utama. Kelas Insecta dibagi menjadi 2 subkelas, yaitu: 1. Subkelas Apterygota (A tanpa, pterygota perkembangan sayap) (Ordo Protura, Thysanura, Collembola dan Diplura) dengan ciri-ciri: a. Merupakan serangga primitif, ukuran kecil. b. Tidak bersayap sejak nenek moyang. Universitas Gadjah Mada

8 c. Mempunyai alat tambahan seperti style pada ujung abdomen. d. Metamorfosis sederhana : tanpa metamorfosis. 2. Subkelas Pterygota (Pterygota perkembangan sayap) dengan ciri-ciri: i: a. Tidak mempunyai alat tambahan seperti style. b. Metamorfosis sederhana (telur-nimfa-dewasa) atau metamorfosis s sempurna (telur-larva-pupa-dewasa). Kunci untuk Ordo-ordo yang Umum dan Serangga *) (dilengkapi dengan contoh gambar) 1. (a) Saya pada... 2 (b) Sayap tidak ada atau rudirnenter (a) Badan (tubuh) dan sayap sedikit banyak tertutup oleh bahan seperti him Gambar 1)... Homoptera (b) Badan dan sayap tidak seperti pada 2. (a) (a) Sayap depan dengan tekstur yang lebih kasar dan pada sayap belakang, mungkin hanya sedikit saja perbedaannya; sayap belakang bersifat membran atau tidak ada; sayap tanpa sisik atau rambut... 4 (b) Semua sayap bersifat membran, rnungkin bersisik atau berambut (a) Alat mulutnya tipe pengisap... 5 (b) Alat mulut tipe pengunyah (a) Sayap depan seperti mika kira-kira pada 2/3 bagian pangkal, bagian ujung bersifat membran (disebut hernelytra) dan sebagian besar saling tumpang tindih (Gambar 2)... Hemiptera (b) Sayap depan dengan tekstur yang sama pada semua bagian, sedikit saja Saling tumpang tindih (Gambar 3)... Homoptera

9 *) Dikutip dan Subyanto dan Sulthoni, Kunci Determinasi Serangga. 6. (a) Abdomen dengan alat tambahan seperti pinset pada ujungnya (Gambar 4)... Dermaptera (b) Abdomen tidak seperti pada 6. (a) (a) Sayap depan keras dan menanduk, tanpa vena, bertemu membentuk sebuah garis lurus ke bawah pada tengah-tengah punggung, sayap belakang bersifat membran (Gambar 5)... Coleoptera 8. (a) Dengan satu pasang sayap... 9 (b) Dengan dua pasang sayap (a) Pronotum panjang, mernanjang ke belakang di atas abdomen (Gambar 7)... Orthoptera

10 b) Pronotum tidak seperti pada 9. (a) (a) Abdomen dengann alat tambahan caudal yang panjang (Gbr. 8).... Epherneroptera (b) Abdomen tidak seperti pada 10. (a) (lalat bersayap sepasang) (Gambar. 9)... Diptera 11. (a) Sayap sebagian besar tertutup oleh sisik (Gambar. 10)... Lepidoptera (b) Sayap tidak seperti pada 11.a (a) Sayap berumbai-umbai seperti rambut-rambut yang panjang; sangat kecil, panjang 5 mm atau kurang (Gambar 11)... Thysanoptera (b) Sayap tidak seperti pada 12. (a), lebih besar (a) Sayap depan Iebih besar daripada sayap belakang (b) Sayap depan lebih kecil daripada sayap belakang atau hampir sama ukuran (a) Sayap dengan vena seperti jala; abdomen dengan alat tambahan caudal yang panjang (Gambar 12)... Epherneroptera (b) Sayap dan abdomen tidak seperti pada 14. (a)... 15

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26 Rangkuman Taksonomi serangga adalah cabang dari Biologi, yang berhubungan dengan klasifikasi, tata nama/pemberian nama dan identifikasi serangga berdasarkan ciri-ciri struktural tubuhnya, khususnya ciri-ciri eksterna tubuh serangga dewasa. Setiap species serangga memiliki sebuah nama ilmiah (scientfic name) yang berlaku secara umum di seluruh dunia dan nama daerah/lokal yang berlaku secara lokal/pada daerah tertentu. Nama ilmiah ditulis dalam huruf Latin (latinized), menggunakan huruf kursif (huruf cetak miring) atau menggunakan huruf tegak yang diberi garis bawah. Nama ilmiah untuk species adalah binomial, terdiri atas nama genus ditulis dengan awal huruf kapital dan nama spesifik ditulis dengan huruf kecil. Nama species diikuti dengan nama author-nya, ditulis lengkap atau singkatannya menggunakan huruf tegak. Kategori pokok dalam sistem klasifikasi serangga, dan taxon tertinggi ke taxon terendah adalah Kerajaan (Kingdom), Phylum, Kelas, Ordo, Famili, Genus dan Species. Taxon Genus ke atas bersifat arbitrer (kesepakatan), sedangkan taxon yang memiliki wujud nyata adalah Species (dalam hal ini individu). Latihan 1. Apakah dasar yang digunakan dalam melakukan identifikasi serangga. Jelaskan. 3. Setiap individu atau species serangga memiliki dua nama. Sebutkan dan jelaskan. 4. Sebutkan taxa dalam kategori pokok dalam sistem klasifikasi serangga. Taxon mana yang bersifat arbitrer dan mana yang memiliki wujud nyata. 5. Sebutkan ciri-ciri utama kelas Insecta, ordo Coleoptera, ordo Hemiptera dan ordo Lepidoptera. 6. Jelaskan perbedaan antara serangga dewasa dan ordo Homoptena dan ordo Isoptera. Daftar Pustaka Borror, D.J. dan D.M. DeLong, An Introduction to The Study of Insect. Third Edition. New York : Holt, Rinehart and Winston. Denis, Cliford J., Laboratory Manual for Introductory Entomology. Third Edition. Lilies, S. Ch. (Ed.), Kunci Determinasi Serangga. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Subyanto dan A. Sulthoni, Kunci Determinasi Serangga. Cetakan IV. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada

5. Phylum Brachiopoda Invertebrata 6. Phylum Mollusca 7. Phylum Arthropoda 8. Phylum Echinodermata >>> Vertebrata

5. Phylum Brachiopoda Invertebrata 6. Phylum Mollusca 7. Phylum Arthropoda 8. Phylum Echinodermata >>> Vertebrata POKOK-POKOK BAHASAN PALEONTOLOGI 1. Pendahuluan 2. Phylum Protozoa 3. Phylum Porifera 4. Phylum Coelenterata 5. Phylum Brachiopoda Invertebrata 6. Phylum Mollusca 7. Phylum Arthropoda 8. Phylum Echinodermata

Lebih terperinci

biologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi

biologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi 23 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri SET 23 ANIMALIA 3 1. Bersegmen metameri 2. Peredaran darah terbuka 3. Tidak punya Hb, tetapi memiliki haemocyanin

Lebih terperinci

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1 CLASSIS : ARTHROPODA (SERANGGA) Kode MPB2a Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan dan mengetahui karakteristik Apis sp b. Mengetahui serangga-serangga

Lebih terperinci

Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Insects dan Arachnids

Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Insects dan Arachnids Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan Insects dan Arachnids Insekta : Termasuk dalam filum arthropoda. Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi

Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi Filum Arthropoda Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi 1. Filum Arthropoda memiliki anggota spesies yang paling banyak dari filum lainnya dalam Kingdom Animalia. 2. Diperkirakan sekitar 1 juta

Lebih terperinci

KLASIFIKASI APTERYGOTA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

KLASIFIKASI APTERYGOTA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI KLASIFIKASI APTERYGOTA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Classis : Insecta KLASIFIKASI Subclassis : Apterygota dan Pterygota Subclassis Apterygota terdiri dari 4 Ordo: 1. Ordo Protura 2. Ordo Collembola

Lebih terperinci

BIOLOGI INSEKTA (ENTOMOLOGI) : H. Mochamad Hadi Udi Tarwotjo Rully Rahadian. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009

BIOLOGI INSEKTA (ENTOMOLOGI) : H. Mochamad Hadi Udi Tarwotjo Rully Rahadian. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009 BIOLOGI INSEKTA (ENTOMOLOGI) Oleh : H. Mochamad Hadi Udi Tarwotjo Rully Rahadian Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009 Hak Cipta 2009 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL ULANGAN HARIAN BAB II

KISI-KISI SOAL ULANGAN HARIAN BAB II PPL 206 SMP NEGERI MUNGKID Jl.Raya labak - Magelang Telp. (0293) 78239 Kode Pos. 5655 KISI-KISI SOAL ULANGAN HARIAN A II Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas / Semester : VII / Gasal Materi : Klasifikasi

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ILMU HAMA HUTAN (KTB 316)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ILMU HAMA HUTAN (KTB 316) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ILMU HAMA HUTAN (KTB 316) Oleh: Ir. Subyanto, MS. FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2004 I. Nama mata kuliah : Ilmu Hama Hutan (Entomologi

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum. Entomologi Dasar. ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono

Petunjuk Praktikum. Entomologi Dasar. ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono Petunjuk Praktikum Entomologi Dasar ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono Laboratorium Entomologi Dasar Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Lebih terperinci

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Ima Yudha Perwira, SPi, MP, MSc (Aquatic) Para saintis menempatkan hewan pada dua katergori utama, yaitu: invertebrata (in = tanpa, vertebrae

Lebih terperinci

BIOLOGI SERANGGA PENGENALAN ARTHROPODA DAN. Upik Kesumawati Hadi Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan IPB

BIOLOGI SERANGGA PENGENALAN ARTHROPODA DAN. Upik Kesumawati Hadi Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan IPB PENGENALAN ARTHROPODA DAN BIOLOGI SERANGGA Upik Kesumawati Hadi Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bila dibandingkan dengan banyaknya jenis hewan di dunia ini, ternyata

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORITIS

II. LANDASAN TEORITIS SERANGGA I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan dan mengetahui karakteristik Apis sp b. Mengetahui serangga-serangga lain yang sering terkait dengan

Lebih terperinci

PHYLUM ARTHROPODA. TERDAPAT DI KETINGGIAN m DI ATAS PERMK. LAUT KEDALAMAN m

PHYLUM ARTHROPODA. TERDAPAT DI KETINGGIAN m DI ATAS PERMK. LAUT KEDALAMAN m PHYLUM ARTHROPODA ARTROS = sambungan / sendi PODOS = kaki TUBUH BAG. LUAR BERUAS ------- ANGGOTA TUBUH BERSAMBUNG TERTUTUP KUTIKULA BERZAT TANDUK TERDAPAT DI KETINGGIAN 7.000 m DI ATAS PERMK. LAUT S/D

Lebih terperinci

BINOMINAL NOMENCLATURE

BINOMINAL NOMENCLATURE Farid K. Muzaki, S.Si., M.Si Jurusan BIOLOGI FMIPA ITS Surabaya Carl von Linne Carolus Linnaeus (1707 1778) BINOMINAL NOMENCLATURE Taxonomy of Animalia SB091321 Binomial Nomenclature? Tatacara pemberian

Lebih terperinci

BAB IX FILUM ARTHROPODA

BAB IX FILUM ARTHROPODA BAB IX FILUM ARTHROPODA DASAR TEORI Arthropoda merupakan filum dengan jumlah spesies yang sangat besar. Dari hampir 1 juta spesies yang pernah dijumpai, 75 % di antaranya masih hidup sampai sekarang. Dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aedes sp Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Super Class Class Sub Class Ordo Sub Ordo Family Sub

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengisap Polong Kedelai (Riptortus linearis) Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hemiptera

Lebih terperinci

ZOOLOGI INVERTEBRATA (BI402) 3 SKS. OLEH: TIM ZOOLOGI INVERTEBRATA (Nono Sutarno, Ammi Syulasmi, Rini Solihat)

ZOOLOGI INVERTEBRATA (BI402) 3 SKS. OLEH: TIM ZOOLOGI INVERTEBRATA (Nono Sutarno, Ammi Syulasmi, Rini Solihat) ZOOLOGI INVERTEBRATA (BI402) 3 SKS OLEH: TIM ZOOLOGI INVERTEBRATA (Nono Sutarno, Ammi Syulasmi, Rini Solihat) JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FPMIPA UPI 2007 Pendahuluan Invertebrata/Avertebrata: Merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan 63 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng. Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng merupakan kawasan

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran Taksonomi Serangga Dewasa

Kegiatan Pembelajaran Taksonomi Serangga Dewasa Kegiatan Pembelajaran Taksonomi Serangga Dewasa No. Jenis Program Jumlah Program Jumlah Jam Keterangan 1. Temu Kelas 14 kali 28 Memberi pengetahuan dan pembekalan kepada mahasiswa tentang semua aspek yang

Lebih terperinci

FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI

FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI Kata Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas) dan Podos berarti kaki. Jadi arthropoda adalah

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Tujuan Instruksional Umum (TIU) Tujuan Instruksional Umum (TIU) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang klasifikasi umum, biologi (yang meliputi deskripsi morfologi, anatomi, sistem pencernaan, reproduksi, daur hidup, integrasi,

Lebih terperinci

SISTEMATIKA/ TAKSONOMI IKAN

SISTEMATIKA/ TAKSONOMI IKAN SISTEMATIKA/ TAKSONOMI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi KONSEP SISTEMATIKA (TAKSONOMI) SISTEMATIKA ---------- Bahasa Latin Systema Carolus Linaeus (1773):

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Kelas : 7 Waktu : 07.45-09.15 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

Sistem Respirasi Pada Hewan

Sistem Respirasi Pada Hewan Sistem Respirasi Pada Hewan Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang

Lebih terperinci

RPP Dunia Hewan Fillum Anthropoda. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP Dunia Hewan Fillum Anthropoda. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) LAMPIRAN 2 RPP Dunia Hewan Fillum Anthropoda Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran : SMA : Biologi Kelas/Semester : X/2 Materi Pokok Alokasi Waktu : Dunia hewan : 1 x 3 JP

Lebih terperinci

Sistem Respirasi Pada Hewan

Sistem Respirasi Pada Hewan Sistem Respirasi Pada Hewan Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA TIPE A

LEMBAR KERJA SISWA TIPE A LEMBAR KERJA SISWA TIPE A A. DASAR TEORI Klasifikasi Makhluk Hidup adalah Klasifikasi makhluk hidup adalah mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan-golongan atau unit-unit tertentu berdasarkan persamaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. km. Bentuk karsnya yang khas berupa conical hills yaitu berupa bentukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. km. Bentuk karsnya yang khas berupa conical hills yaitu berupa bentukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kawasan Gua Karst Kawasan kars Gunung Sewu berupa kawasan kars yang luas dan dicirikan bukit gamping berbentuk kerucut dan kubah yang jumlahnya ribuan. Luasan endapan gampingnya

Lebih terperinci

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP Standar Kompetensi : Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup. Kompetensi Dasar : 2.1 Mendeskripsikan prinsip dasar klasifikasi makhluk hidup Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Pinus Hutan pinus (Pinus merkusii L.) merupakan hutan yang terdiri atas kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Kingdom Divisio Classis Ordo

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOLOGI DASAR OPT (SERANGGA)

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOLOGI DASAR OPT (SERANGGA) LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOLOGI DASAR OPT (SERANGGA) Oleh : Golongan E Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi Savitri (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika Ametis (161510501281) 3. Taufiq Iradah (161510501289)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA MADRASAH ALIYAH NEGERI SURADE 2016 KATA PENGANTAR Assallamu alaikum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga

Lebih terperinci

RPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi

RPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi Analisis Materi Pembelajaran (AMP). RPP MATERI INDIKATOR Untuk mempermudah dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, manusia melakukan pengelompokkan makhluk hidup. Pengelompokan makhluk hidup itu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN

SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN Silabus Matakuliah Entomologi Pertanian - Sem. Ganjil 2017-2018 Page 1 of 12 SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN Mata Kuliah Kode Mata Kuliah/ sks : HPT616202 / 3 (2-1) Dosen PJ. : Prof. Dr. Ir. F.X. Susilo,

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA KINGDOM ANIMALIA 2015

LEMBAR KERJA SISWA KINGDOM ANIMALIA 2015 Standar Kompetensi Memahami manfaat keanekaragaman hayati Kompetensi Dasar Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam Dunia Hewan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi Indikator Pencapaian Kompetensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Kupu-kupu Pieridae Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu Pieridae, Papilionidae, Nymphalidae, Lycanidae dan Hesperiidae. Kupu-kupu famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Sebagai Vektor Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang. Antar

Lebih terperinci

KLASIFIKASI & JENIS ORDO SERANGGA

KLASIFIKASI & JENIS ORDO SERANGGA KLASIFIKASI & JENIS ORDO SERANGGA KLASIFIKASI SERANGGA Insekta terbagi 2 ordo: 1. Apterygota: tanpa sayap Protura, collembola, Diplura, Thysanura, Microcoryphia 2. Pterygota: bersayap Pterygota: bersayap

Lebih terperinci

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id Parasitologi Kesehatan Masyarakat KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit Mapping KBM 8 2 Tujuan Pembelajaran Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa mampu menggunakan pemahaman tentang parasit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang secara geografis memiliki daerah pesisir yang sangat panjang. Di sepanjang daerah tersebut hidup beranekaragam biota laut (Jati dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Serangga Hama pada Tanaman Cabai Berdasarkan hasil pengamatan tanaman Cabai di Tiga Varietas Berbeda selama 10 minggu terdapat 5 famili yakni Famili Aphididae, Famili

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) A. Identitas Mata Kuliah 1. Nama mata kuliah : ENTOMOLOGI 2. Kode : PAB 522 3. SKS : 3 4. Status MK : Pilihan 5. Semester : Genap 6. Dosen Pengampu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Patogen Serangga Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau membunuh inangnya karena menyebabkan penyakit pada serangga. Patogen masuk ke dalam tubuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Salam adalah nama tumbuhan yang merupakan penghasil rempah dan. merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia (Joshi dkk., 2012).

TINJAUAN PUSTAKA. Salam adalah nama tumbuhan yang merupakan penghasil rempah dan. merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia (Joshi dkk., 2012). 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuhan Salam (Syzygium polyanthum) Salam adalah nama tumbuhan yang merupakan penghasil rempah dan merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia (Joshi dkk., 2012). Tumbuhan

Lebih terperinci

Musca domestica ( Lalat rumah)

Musca domestica ( Lalat rumah) PARASITOLOGI LALAT SEBAGAI VEKTOR PENYAKT Musca domestica ( Lalat rumah) Oleh : Ni Kadek Lulus Saraswati P07134013007 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN D-III

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas

Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas Modul PraktikumBiologi Hewan Ternak 2016 2 Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN Gejala dan Kerusakan akibat Serangan Hama Oleh : Nama : Arif Hermanto NIM : 0910480021 Kelompok : Selasa, 15.00 WIB Asisten : Mbak Mia JURUSAN ILMU HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

KONSEP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

KONSEP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN KONSEP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN CARA ORGANISME MERUSAK TANAMAN (1) Memakan bagian tanaman Mengganggu proses fisiologis Persaingan sumberdaya Perantara penularan CARA ORGANISME MERUSAK TANAMAN (2) Tempat

Lebih terperinci

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup B. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Menginventarisasi karakter morfologi individu-individu penyusun populasi 2. Melakukan observasi ataupun pengukuran terhadap

Lebih terperinci

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram SP-011-00 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 5-57), Vol 1(1) 016: 5-60 Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen

Lebih terperinci

D I K T A T TAKSONOMI TUMBUHAN NON VASKULER DISUSUN OLEH

D I K T A T TAKSONOMI TUMBUHAN NON VASKULER DISUSUN OLEH D I K T A T TAKSONOMI TUMBUHAN NON VASKULER DISUSUN OLEH Dr. Dra. Meitini W.Proborini, M.Sc.St. Dra. Ni Made Gari, M.Sc. Dra. Yunita Hardini, M.Si. LABORATORIUM TAKSONOMI TUMBUHAN PROGRAM STUDI BIOLOGI

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6485.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk ikan gurami kelas induk pokok diterbitkan oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Ongole (Bos indicus) Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Sumba ongole dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling. keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling. keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling berhubungan, dimana keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan dengan kondisi lingkungan tertentu sehingga

Lebih terperinci

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat:

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: Cacing Tanah (Lumbricus terrestris) I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus digestorius

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

CACING TANAH (Lumbricus terrestris)

CACING TANAH (Lumbricus terrestris) CACING TANAH (Lumbricus terrestris) Kode MPB2b Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Teh Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda bernama Dr Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu penggunaannya hanya sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api 1. Biologi Setothosea asigna Klasifikasi S. asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut : Phylum Class Ordo Family Genus Species : Arthropoda : Insekta : Lepidoptera

Lebih terperinci

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2 Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak SMK Hang Tuah 2 1. Perbedaan yang ditemukan antar kambing dalam satu kandang disebut... A. Evolusi B. Adaptasi C. Variasi D. Klasifikasi 2. Diantara individu

Lebih terperinci

Dimas Dwi Kurniawan KELAS X SMA NEGERI 1 CIBEBER

Dimas Dwi Kurniawan KELAS X SMA NEGERI 1 CIBEBER Dimas Dwi Kurniawan KELAS X SMA NEGERI 1 CIBEBER Saat ini diketahui ada sekitar 9.812.298 jenis hewan dan baru 1.326.239 jenis yang telah diberi nama Dorsal punggung Ventral perut Anterior kepala Posterior

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut :

Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut : Amfibi merupakan kelompok hewan dengan fase hidup berlangsung di air dan di darat.,yang merupakan kelompok vertebrata yang pertama keluar dari kehidupan alam air. Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Taksonomi dan Deskripsi Burung Walet Terdapat beberapa jenis Burung Walet yang ditemukan di Indonesia diantaranya Burung Walet Sarang Putih, Burung Walet Sarang Hitam, Burung

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (AGT 216) SEMESTER GANJIL 2012/2013

KONTRAK PERKULIAHAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (AGT 216) SEMESTER GANJIL 2012/2013 KONTRAK PERKULIAHAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (AGT 216) SEMESTER GANJIL 2012/2013 Dosen Pengasuh Kuliah : 1. Ir. Titik Nur Aeny, M.Sc. (PJ) 2. Ir. Indriyati 3. Ir. Dad Resiworo, M.S. Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

KINDOM ANIMALIA. Drs. Refli., MSc. Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua Juli 2013

KINDOM ANIMALIA. Drs. Refli., MSc. Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua Juli 2013 KINDOM ANIMALIA Drs. Refli., MSc Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua 16-25 Juli 2013 Pengelompokkan Animalia?? (10 mnt) Kingdom Animalia Invertebrata/ Avertebrata (tidak

Lebih terperinci

ADAPTASI DAN EVOLUSI. Oleh : Aisyah Wardani

ADAPTASI DAN EVOLUSI. Oleh : Aisyah Wardani ADAPTASI DAN EVOLUSI Oleh : Aisyah Wardani EKOLOGI? EKOLOGI Ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya (jembatan ilmu alam dengan ilmu

Lebih terperinci

Adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit. Tubuh terdiri dari bagian oral (yang memiliki mulut) dan aboral (yang tidak memiliki mulut). Pada waktu masih larva tubuhnya berbentuk bilateral

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Ulat Kantong Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti : Kingdom : Animalia Subkingdom : Bilateria Phylum Subphylum Class Subclass Ordo Family Genus Species

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama Symphilid Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, berwarna putih dan pergerakannya cepat. Dalam siklus hidupnya, symphylid bertelur dan telurnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk 1. Nyamuk sebagai vektor Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae dan Anophelinae.

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Morfologi Telur Anopheles Culex Aedes Berbentuk perahu dengan pelampung di kedua sisinya Lonjong seperti peluru senapan Lonjong seperti

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

ORDO COLEOPTERA FAMILIA CARABIDAE DAN CINCIDELIDAE. oleh: Suhara JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

ORDO COLEOPTERA FAMILIA CARABIDAE DAN CINCIDELIDAE. oleh: Suhara JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM ORDO COLEOPTERA FAMILIA CARABIDAE DAN CINCIDELIDAE oleh: Suhara JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 BAB I LANDASAN

Lebih terperinci

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan)

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan) ORDO DECAPODA Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan) Kelompok Macrura (lanjutan) Bangsa Udang Penaeid Pada stadium post larva, anakan udang hidup merayap atau melekat pada benda2 di dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

Kode Mata Kuliah : BI402 Program Studi : Pendidikan Biologi Jenjang : S 1

Kode Mata Kuliah : BI402 Program Studi : Pendidikan Biologi Jenjang : S 1 S A T U A N A C A R A P E R K U L I A H A N Mata Kuliah : Zoologi Invertebrata Kode Mata Kuliah : BI402 Program Studi : Pendidikan Biologi Jenjang : S 1 Semester : Ganjil/Genap Jumlah SKS : 3 Mata Kuliah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) adalah salah satu komoditas budidaya air tawar yang tergolong dalam famili ikan Labirin (Anabantidae).

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Ketinggian wilayah di Atas Permukaan Laut menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 215 Kecamatan Jumantono memiliki ketinggian terendah 3 m dpl

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA Serangga merupakan kelompok hama paling banyak yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP KATOLIK SANTO STANISLAUS Kelas / Semester : VII (tujuh)/semester I Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Alokasi waktu : 4 X 40 (Pertemuan ke-1)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Jenis sapi perah yang paling

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12 1. Urutan takson yang paling tepat untuk hewan adalah... Divisi-kelas-ordo-famili-genus-spesies Divisi-famili-kelas-genus-spesies

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi E. furcellata (Hemiptera : Pentatomidae) Menurut Kalshoven (1981) E. furcellata diklasifikasikan sebagai berikut : Phylum Klass Ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Geografis 2.1.1. Pengertian dan Konsep Dasar Prahasta (2001) menyebutkan bahwa pengembangan sistem-sistem khusus yang dibuat untuk menangani masalah informasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya ditujukan untuk memenuhi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya ditujukan untuk memenuhi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroekosistem Perkebunan Kopi Agroekosistem perkebunan merupakan ekosistem binaan yang proses pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia

Lebih terperinci