BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, akan tetapi tetap memperhatikan proteksi radiasi. tersebut akan kita peroleh dengan mengubah jarak sumber sinar dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, akan tetapi tetap memperhatikan proteksi radiasi. tersebut akan kita peroleh dengan mengubah jarak sumber sinar dan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan IPTEK semakin pesat termasuk dalam bidang kedokteran. Sejalan dengan itu tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan juga semakin tinggi. Akibatnya tuntutan akan pelayanan kesehatan yang baik juga meningkat. Penggunaan sinar-x untuk diagnosis di laboratorium radiologi didasarkan pada hasil rekaman pada film sinar-x itu dokter dapat mendiagnosis suatu kelainan dalam tubuh pasien. Dalam mendiagnosis suatu penyakit, diperlukan suatu radiograf yang berkualitas, akan tetapi tetap memperhatikan proteksi radiasi. Karena keterbatasan mata kita, maka bagian terkecil dari suatu radiograf akan tidak terlihat, untuk itu kita butuh gambaran yang lebih besar dari aslinya, sehingga struktur organ yang terkecil dapat terlihat. Gambaran tersebut akan kita peroleh dengan mengubah jarak sumber sinar dan bayangan (Source IMAGE Distance= SID) pada saat pemeriksaan radiografi berlangsung. Teknik radiografi ini sering disebut dengan Radiologi makro. Salah satu kelebihan dari radiologi makro adalah untuk memperlihatkan struktur organ yang sekecil-kecilnya, hal ini sesuai dengan salah satu prinsip radiografi makro, yaitu detail yang sekecil-kecilnya, hal ini sesuai dengan salah satu prinsip radiografi makro, yaitu detail yang kecil menjadi lebih besar. (2) 1

2 Dari pengalaman yang diperoleh di lapangan pemeriksaan radiografi makro ini sering dilakukan dengan mengubah jarak, baik jarak sumber sinar dan bayangan ( SID ), jarak sumber sinar dan objek ( source Object Distnce = SOD ) maupun jarak objek dan bayangan ( Object Image Distance = OID ). Radiografi makro dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama yaitu dengan mengubah jarak sumberr sinar dan bayangan ( SID ) dengan jarak sumber sinar dan objek ( SOD ) tetap. Yang kedua dengan mengubah jarak sumber sinar dan objek ( SOD ) dengan jarak sumber sinar bayangan ( SID ) tetap. Namun dilapangan radiografi makro sering dilakukan dengan mengubah ketiga komponen jarak tersebut. Hal ini tentu saja kurang praktis dan akan menyulitkan dalam memperhitungkan pembesaran bayangan yang dihasilkan. (4) Akibat pengaturan variabel ini pada teknik radiografi pembesaran gambar berpengaruh terhadap kualitas gambar lain selain detail. Variasi jarak objek ke film mengakibatkan timbulnya ketidaktajaman gambar (unsharpness) pada hasil gambar yang dihasilkan. Untuk menghasilkan radiograf yang tajam dengan pembesaran bayangan yang optimal dilakukan dengan mengubah jarak sumber sinar dan bayangangan (SID) dengan jarak sumber sinar dan objek (SOD) dan ukuran fokus yang digunakan. (4) Pengurangan jarak sumber sinar ke objek (SOD) mengakibatkan jarak masuknya sinar-x sewaktu menembus objek makin bertambah dekat. Konsekuensi pengaturan ini maka terimaan dosis pada permukaan kulit yang diukur nilai entrance skin dose (ESE) akan meningkat pula. Faktor 2

3 jarak pada terimaan paparan dosis radiasi ke pasien mengikuti hukum kuadrat terbalik (inverse square law) dimana semakin dekat jarak sumber sinar ke objek maka dosis paparan radiasi yang diterima semakin meningkat dengan faktor kuadrat jaraknya. (1)(6) Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam bagaimana pengaruh teknik pembesaran gambar (makroradiografi) terhadap ketidaktajaman gambar (unsharpness geometry) dan terimaan dosis paparan radiasi ke pasien. I.2 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis pengaruh teknik pembesaran gambar (makroradiografi) terhadap nilai ketidaktajaman gambar (unsharpness geometry) dan terimaan dosis radiasi ke pasien, sehingga dalam pemilihan teknik pemeriksaan selain aspek kualitas gambar diperhatikan maka aspek terimaan dosis radiasi juga harus dipertimbangkan. 3

4 I.3 Tujuan Penelitian 1. Menentukan pengaruh teknik pembesaran gambar (makroradiografi) terhadap nilai ketidaktajaman geometri (unsharpness geometry). 2. Menganalisis pengaruh variasi nilai magnifikasi gambaran dengan penerimaan dosis radiasi ke pasien. 4

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Produksi dan Prinsip Dasar Penggambaran Sinar-X Sinar-X atau sinar Rontgen ditemukan oleh W.C. Rontgen pada tahun 1895 merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sangat pendek (1 Ǻ = 10-8 cm), sehingga mempunyai daya tembus yang tinggi. Sinar-X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi sama dengan selisih energi antara kedua tingkat energi elektron tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki tingkat-tingkat energi elektron yang berbeda-beda, maka sinar-x yang terbentuk dari proses ini disebut sinar-x karakteristik yang mempunyai spectrum energi adalah diskrit. (4) Gambar II.1. Proses terjadinya radiasi sinar-x karakteristik (Sumber : The Essential Physics of Medical Imaging, Busberg,2002,hal 101) 5

6 Sinar-X dapat diproduksi dengan jalan menembaki target logam dengan elektron cepat dalam suatu tabung vakum sinar katoda. Elektron sebagai proyektil dihasilkan dari pemanasan filament yang juga berfungsi sebagai katoda. Elektron dari filamen dipercepat gerakannya, elektron yang bergerak sangat cepat itu akhirnya ditumbukkan ke target logam bernomor atom tinggi dan suhu lelehnya juga tinggi. Target logam ini sekaligus juga berfungsi sebagai anoda. Ketika elektron berenergi tinggi itu menabrak target logam, maka sinar-x akan terpancar dari permukaan logam tersebut yang dikenal dengan sinar-x Bremstrahlung. Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi maksimal sama dengan energi kinetik elektron pada saat terjadinya perlambatan. Sinar-X bremstrahlung mempunyai spektrum kontinu.(3) Gambar II.2. Sinar-X bremstrahlung yang dihasilkan interaksi electron dengan inti atom target. (Sumber : The Essential Physics of Medical Imaging, Busberg,2002,hal 101) 6

7 Berikut bentuk spektrum radiasi yang dihasilkan oleh tabung sinar-x Gambar II.3. Spektrum radiasi sinar-x bremstrahlung dan Karakteristik (Sumber : The Essential Physics of Medical Imaging, Busberg,2002,hal 101) II.2. Sifat-sifat Sinar-X Adapun sifat-sifat sinar-x sebagai berikut : (4) 1. Memiliki Daya Tembus Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya kv) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembus sinarnya. 2. Pertebaran Apabila berkas sinar-x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebaran ke segala arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya. 7

8 3. Penyerapan Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatan atau berat atomnya, makin besar penyerapannya. 4. Efek Fotografik Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perakbromida) setelah diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap. 5. Pendar Flour (Fluoresensi) Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsiumtungstat atau zink-sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi sinar-x. 6. Ionisasi Efek primer sinar-x apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut. 7. Efek Biologis Sinar-X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologik pada jaringan. 8

9 II.3. Pesawat Sinar-X Pesawat sinar-x atau pesawat Rontgen adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan diagnosa medis dengan menggunakan sinar-x. Sinar-X yang dipancarkan dari tabung diarahkan pada bagian tubuh yang akan didiagnose. Berkas sinar-x tersebut akan menembus bagian tubuh dan akan ditangkap oleh film, sehingga akan terbentuk gambar dari bagian tubuh yang disinari. Sebelum pengoperasian pesawat sinar-x perlu dilakukan seting parameter untuk mendapatkan sinar-x yang dikehendaki. Parameter-parameter tersebut adalah tegangan (kv), arus tabung (ma) dan waktu paparan (s). Gambar II.4. Pesawat Sinar-X General Purpose (Sumber : Introduction to Health Physics.2th. New York, 1987, hal. 118) Pesawat sinar-x terdiri dari sistem dan subsistem sinar-x atau komponen. Sistem sinar-x adalah seperangkat komponen untuk menghasilkan radiasi dengan cara terkendali. Sedangkan subsistem berarti setiap kombinasi dari dua atau lebih komponen sistem sinar-x. Pesawat 9

10 sinar-x diagnostik yang lengkap terdiri dari sekurang-kurangnya generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-x, alat pembatas berkas, dan peralatan penunjang lainnya. II.4. Tabung Sinar-X (X-Ray Tube) Tabung sinar-x adalah ruang hampa yang terbuat dari kaca tahan panas yang merupakan tempat sinar-x diproduksi. Tabung sinar-x adalah komponen yang utama yang terdapat pada pesawat sinar-x. Gambar II.5. Bagian-bagian Tabung Pesawat Sinar-X (Sumber : An Analysis of Radiographic Quality Hal. 182) Tabung terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu: (1) wadah tabung (tube casing /housing); dan (2) tabung bagian dalam (tube insert). Pada Gambar II.5. diperlihatkan model sebuah tabung sinar X dan bagianbagiannya. (Bushong, 1997). 10

11 1. Wadah Tabung (Tube Casing /Housing) Dinding bagian paling luar tabung disebut rumah tabung terbuat dari metal, sedangkan bagian dalamnya terbuat dari lapisan timbal (Pb). Fungsi dinding ini agar dapat menekan radiasi yang tidak dibutuhkan. Pada sisi kiri dan kanan tube housing dihubungkan dengan soket kabel tegangan tinggi ( kv) yang menghubungkan generator tegangan tinggi dengan tabung sinar-x. Pada tube housing juga dibuatkan jendela housing atau port output sebagai tempat sinar-x keluar. (4) Fungsi X-ray tube housing, antara lain : a. Berfungsi sebagai isolasi dan proteksi tube insert dari gangguan tekanan dari luar. b. X-ray tube housing di dalamnya berisi oli transformer yang berfungsi untuk pendingin panas akibat tumbukan elektron dengan target dan pemisah komponen yang lain dalam tube insert. c. X-ray tube housing dilapisi lead shielding yang berfungsi untuk attenuasi radiasi agar tidak keluar dari tabung sinar-x. Tingkat kebocoran tabung yang diperkenankan adalah 100 mr/jam. Pada jarak pengukuran 1 mm diukur pada kondisi faktor eksposi yang paling tinggi berkisar kv. 2. Tabung Sinar-X bagian dalam (X-Ray Tube Insert) Komponen-komponen utama tabung sinar-x bagian dalam (X-Ray Tube Insert) sebagaimana yang tampak pada gambar II.5. meliputi : 11

12 a. Katoda Katoda terbuat dari nikel murni dimana celah antara 2 batang katoda disisipi kawat pijar (filamen) yang menjadi sumber elektron pada tabung sinar-x. Filamen terbuat dari kawat wolfram (tungsten) digulung dalam bentuk spiral. Bagian yang mengubah energi kinetik elektron yang berasal dari katoda adalah sekeping logam wolfram yang ditanam pada permukaan anoda. b. Anoda Anoda atau elektroda positif biasa juga disebut sebagai target jadi anoda disini berfungsi sebagai tempat tumbukan elektron. Anoda merupakan sasaran (target) yang akan ditembaki oleh elektron yang dilengkapi dengan focus (focal spot). c. Foccusing cup Focusing cup ini sebenarnya terdapat pada katoda yang berfungsi sebagai alat untuk mengarahkan elektron secara konvergen ke target agar elektron tidak terpancar ke mana-mana. Ukuran focus pada anoda ada dua, yaitu fokus besar (large focus) dan fokus kecil (small focus) bergantung pada pemilihan nilai arus tabung yang digunakan. (4) d. Rotor atau stator Rotor atau stator ini terdapat pada bagian anoda yang berfungsi sebagai alat untuk memutar anoda. Rotor atau stator ini hanya terdapat pada tabung sinar-x yang menggunakan anoda putar. Keuntungan 12

13 dengan anoda putar antara lain pendinginannya lebih sempurna, target elektron dapat berganti-ganti. e. Glass metal envelope (vacuum tube) Glass metal envelope atau vacuum tube terbuat dari kaca pyrex, merupakan tabung yang gunanya membungkus komponen-komponen penghasil sinar-x agar menjadi vacum atau kata lainnya menjadikannya ruangan hampa udara. f. Oil Oil ini adalah komponen yang cukup penting ditabung sinar-x karena saat elektron-elektron menabrak target pada anoda, energi kinetik elekron yang berubah menjadi sinar-x hanyalah 1% selebihnya berubah menjadi panas mencapai C, jadi disinilah peran oil sebagai pendingin tabung sinar-x. g. Window Window atau jendela adalah tempat keluarx sinar-x. Window terletak di bagian bawah tabung. Tabung bagian bawah di buat lebih tipis dari tabung bagian atas hal ini di karenakan agar sinar-x dapat keluar. (4)(5) II.5. Makroradiografi Makroradiografi berasal dari kata macro dan radiography. Menurut Curry (1984), makro berarti bentuk kombinasi yang besar atau ukuran panjang yang abnormal. Sedangkan radiografi berarti 13

14 membuat film rekaman (radiograf) jaringan-jaringan tubuh bagian dalam dengan melewatkan sinar-x atau sinar gamma melewati tubuh agar mencetak gambar pada film yang sensitif. (4) Radiografi makro sering juga disebut dengan magnifikasi radiografi, yang berasal dari kata magnification dan radiography. Magnification adalah proses membuat sesuatu sehingga nampak lebih besar serta dengan menggunakan perbandingan atau rasio antara ukuran bayangan yang nampak dengan ukuran objek yang sebenarnya. (Curry, 1984) Pengertian radiografi makro adalah suatu metode pembesaran secara langsung dari pencitraan dengan meletakkan subjek diantara tabung sinar-x dan film sejauh jarak tertentu yang kemudian menghasilkan pembesaran bayangan (magnifikasi). (4) II.5.1 Prinsip Makroradiografi Prinsip dasar makroradiografi adalah perubahan ukuran menjadi lebih besar daripada ukuran objek aslinya. Perbedaan makroradiografi dengan magnifikasi yaitu makroradiografi dalam ilmu teknik radiografi adalah suatu teknik pemeriksaan dengan hasil pembesaran bayangan yang dikehendaki sedangkan magnifikasi dalam teknik radiografi adalah sesuatu yang harus dihindari. Semakin besar nilai OID maka ketidaktajaman gambaran (unsharpness geometry) meningkat, untuk mengantisipasi adanya unsharpness 14

15 geometry yang disebabkan oleh magnifikasi dalam teknik makroradiografi, maka digunakan ukuran fokus yang kecil, pada pemeriksaan mammografi menggunakan ukuran fokus yang kecil ukuran 0,1 mm. Untuk mendapatkan radiografi makro, maka cara yang dilakukan adalah merubah jarak sumber radiasi ke objek (source to object distance /SOD) dengan jarak sumber sinar ke bayangan (source to image distance/ SID) yang tetap atau merubah jarak sumber sinar ke bayangan (SID) dengan jarak sumber radiasi ke objek (SOD) yang tetap dengan konsekuensi teknik ini terdapat koreksi pemilihan faktor eksposi. F SID SOD objek OID bayangan Gambar II.6. Skema variabel pembentukan bayangan: SOD, SID, OID, Ukuran focus (F), ukuran objek dan bayangan (Sumber: Fundamental Physic of Radiology, Merideth, 1977) 15

16 Berdasarkan gambar II.6. setiap pembentukan bayangan pada radiografi maka bayangan akan terproyeksi ukurannya lebih besar dari ukuran objek aslinya. Magnifikasi gambar dirumuskan sebagai berikut (4)(7) : m = Bayangan Ukuran Objek = SID SID OID.(II.1) Rumus magnifikasi di atas berlaku jika sumber sinar-x berbentuk ukuran focal spots yaitu suatu titik poin (poin source focal spots), magnifikasi gambar dikenal dengan istilah pembesaran geometri (geometry magnification). Faktanya suatu sumber sinar-x pada pesawat rontgen adalah suatu bidang. Berikut skema geometri pembesaran bayangan pada fokus berbentuk bidang : F SOD SID A d B objek bayangan OID C A B C Gambar II.7. Geometri pembesaran gambar pada ukuran focal berbentuk bidang (Sumber: Cresten s Fhysics of Diagnostic radiology, 1984) 16

17 Ukuran pembesaran bayangan yang terjadi pada sumber sinar yang berbentuk bidang dirumuskan sebagai berikut: (4)(7) M = m + m 1 ( F d )..(II.2) Dimana M=ukuran pembesaran bayangan sesungguhnya, m=magnifikasi geometri, F = ukuran fokus dan d = ukuran objek. Dari rumus (II.2.) didapatkan nilai magnifikasi atau pembesaran yang sesungguhnya (true magnification) yang ukurannya lebih besar dari pembesaran geometri. Pada gambar II.7. penambahan ukuran bayangan Pembesaran yang terjadi nilainya selain tergantung faktor magnifikasi geometri juga sebanding dengan ukuran fokal spot dan berbanding terbalik dengan ukuran objek. (4)(7) II.5.2 Ketidaktajaman Geometri (Unsharpness Geometry) Hasil radiografi pembesaran gambar citra anatomi yang dihasilkan terproyeksi lebih besar dari struktur aslinya sehingga diharapkan detail anatomi yang diperiksa akan terlihat dengan jelas, dalam arti detail kecil menjadi lebih jelas. Adanya jarak antara objek dengan film juga teknik radiografi makro menghasilkan kontras gambar yang lebih baik, sebab secara tidak langsung teknik ini mempresentasikan teknik celah udara (air gap technique). Kelemahan teknik radiografi ini adalah menurunkan ketajaman gambar disebabkan timbulnya ketidaktajaman gambar yang disebabkan oleh 17

18 faktor geometri. Faktor geometri pembentukan bayangan meliputi ukuran focal spots ( F), SID, OID dan SOD. F P Q R P Q S Gambar II.8. Skema pembentukan ketidaktajaman geometry (Sumber: Cresten s Fhysics of Diagnostic radiology, 1984) Akibat sumber sinar berupa bidang maka suatu objek dengan ukuran PQ (gambar II.8.) akan terproyeksikan di film menjadi bayangan yang terdiri dari P Q yang merupakan pusat bayangan dikenal dengan istilah umbra (bayangan sejati) yang dikelilingi bayangan RP dan Q S yang dibentuk oleh beberapa titik dari focal spots yang disebut daerah penumbra (setengah bayangan) dengan densitas lebih rendah dan lebih kabur. Besarnya ketidaktajaman geometri pada prinsipnya adalah menghitung lebar daerah penumbra (RP atau Q S). Dari gambar (II.8.) maka ukuran penumbra (RP atau Q S) yang disebut ketidaktajaman geometri (Ug) dirumuskan (4) : Ug = F. OID SID OID. (II.3.) 18

19 Dari rumusan ini tampak jelas, ketidaktajaman geometri bertambah jika ukuran focus bertambah (F) dan jarak objek ke bayangan (OID) bertambah. (4) II.6. Dosimetri Dosimetri merupakan kegiatan pengukuran dosis radiasi dengan teknik pengukurannya didasarkan pada pengukuran ionisasi yang disebabkan oleh radiasi dalam gas, terutama udara. Dalam proteksi radiasi, metode pengukuran dosis radiasi ini dikenal dengan sebutan dosimetri radiasi. Selama perkembangannya, besaran yang dipakai dalam pengukuran jumlah radiasi selalu didasarkan pada jumlah ion yang terbentuk dalam keadaan tertentu atau pada jumlah energi radiasi yang diserahkan kepada bahan. Berikut ini akan dibahas besaran-besaran dan satuan-satuan dasar dalam dosimetri. II.6.1. Dosis Serap Dosis serap didefinisikan sebagai jumlah energi yang diserahkan oleh radiasi atau banyaknya energi yang diserap oleh bahan persatuan massa bahan itu. Jadi dosis serap merupakan ukuran banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi pengion kepada medium. Meskipun dosis serap semula didefinisikan untuk penggunaan pada suatu titik tertentu, namun untuk tujuan proteksi radiasi digunakan pula untuk menyatakan dosis rata-rata pada suatu jaringan. Secara matematis, dosis serap (D) dirumuskan dengan (8) : 19

20 D = de / dm.. (II.4.) dengan de adalah energi yang diserap oleh medium bermassa dm dan memiliki satuan J.kg -1. Dalam sistem SI besaran dosis serap diberi satuan khusus, yaitu Gray. Dengan : 1 Gy = 1 J,kg -1 II.6.2. Dosis Ekuivalen Dalam proteksi radiasi, besaran dosimetri yang lebih berguna karena berhubungan langsung dengan efek biologi adalah dosis ekuivalen. Besaran dosis ekuivalen lebih banyak digunakan berkaitan dengan pengaruh radiasi terhadap tubuh manusia atau sistem biologi lainnya. Dalam konsep dosis ekuivalen ini, radiasi apapun jenisnya asal nilai dosis ekuivalennya sama akan menimbulkan efek biologi yang sama pula terhadap jaringan tertentu. Dalam hal ini ada suatu faktor yang ikut menentukan dalam perhitungan dosis ekuivalen, yaitu kualitas radiasi yang mengenai jaringan. Kualitas radiasi ini mencakup jenis dan energi dari radiasi yang bersangkutan. Dosis ekuivalen pada dalam organ T yang menerima penyinaran radiasi R (H T.R ) ditentukan melalui persamaan (8) : H T.R = w R. D T.R.. (II.5.) 20

21 dengan D T.R adalah dosis serap yang dirata-ratakan untuk daerah organ atau jaringan T yang menerima radiasi R, sedangkan w R adalah faktor bobot dari radiasi R. Satuan dosis equivalen yaitu Sievert disingkat dengan Sv. Sebelumnya dosis ekuivalen diberi satuan Rem (Roentgen equivalent man atau mammal). II.6.3. Dosis Efektif Hubungan antara peluang timbulnya efek biologi tertentu akibat penerimaan dosis ekuivalen pada suatu jaringan juga bergantung pada organ atau jaringan yang tersinari. Untuk menunjukan keefektifan radiasi dalam menimbulkan efek tertentu pada suatu organ diperlukan besaran baru yang disebut besaran dosis efektif. Besaran ini merupakan penurunan dari besaran dosis ekuivalen yang dibobot. Faktor pembobot dosis ekuivalen untuk organ T disebut faktor bobot jaringan, w T. Nilai w T dipilih agar setiap dosis ekuivalen yang diterima seragam di seluruh tubuh menghasilkan dosis efektif yang nilainya sama dengan dosis ekuivalen yang seragam itu. Jumlah faktor bobot jaringan untuk seluruh tubuh sama dengan satu. Dosis efektif dalam organ T, H E yang menerima penyinaran radiasi dengan dosis ekuivalen H T ditentukan melalui persamaan (8) : H E = w T. H T (II.6.) 21

22 II.6.4. Paparan Paparan pada mulanya merupakan besaran untuk menyatakan intensitas sinar-x yang dapat menghasilkan ionisasi di udara dalam jumlah tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, maka paparan (X) dapat dirumuskan dengan (8) : X = dq / dm (II.7.) dengan dq adalah jumlah muatan elektron yang timbul sebagai akibat interaksi antara foton dengan atom-atom udara dalam volume udara bermassa dm. Besaran paparan ini mempunyai satuan Coulomb per kilogram-udara (C.kg -1 ) dan diberi nama khusus roentgen, disingkat R. (2)(3) 22

23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoudang Makassar periode Agustus-September III.2 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelititan ini adalah sebagai berikut: 1. Pesawat X ray dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Merek : Thosiba b. Buatan : Made In Japan February 2000 c. Unit Model : E7252X d. Ser. No : 0B113 e. Max Voltage : kv = 150 f. Focal spot : 1.2x1.2 mm 2. Film X-ray yang digunakan dalam penelitian adalah green sensitive merek Fuji ukuran 24x30 cm. 3. Kaset dan lembar intesifying screen (IS) green emitting merek fuji ukuran 24x30 cm. 4. Koin logam dengan diameter 2.30 cm. 5. Stand koin yang telah disesuaikan dengan ukuran magnifikasi. 23

24 6. Automatic processing film. 7. Pendosemeter. 8. Mistar sebagai alat ukur objek dan bayangan. III.3 Prosedur Penelitian Prosedur penelitan ini menggunakan pesawat x-ray jenis mobile unit merk toshiba, buatan made in japan februari 2000 dan factor eksposi yang digunakan Kv= 44, ma= 125, s= 0,025. Ukuran focal spot 1.2x1.2 mm yang terdapat pada Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoudang Makassar. Material objek adalah koin bahan logam. Koin diletakkan pada pertengahan kaset yang telah diisi lembar film. Tahap berikutnya adalah menetapkan SID 90 cm. Melakukan variasi pembesaran (magnifikasi) dengan rentang 1,00-2,50 dengan mengatur SOD dan OID sesuai ukuran yang telah ditetapkan. Melakukan penyinaran sekaligus mengukur dosis yang diterima pasien atau objek. Kemudian pengolahan film dengan menggunakan automatic processing pada tempat dan waktu yang sama. Besar bayangan diukur dengan menggunakan mistar. Gambar III.1. Skema prosedur penelitian 24

25 III.4 Alur Penelitian Persiapan Alat dan Bahan Pengaturan Jarak, Faktor Eksposi dan Objek Melakukan Variasi Magnifikasi Pengukuran Dosis Pengolahan Film Pengukuran Bayangan Hasil Analisis Kesimpulan Gambar III.2. Alur prosedur penelitian 25

26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Penelitian IV.1.1 Data ukuran bayangan dan nilai ketidaktajaman gambar (unsharpness geometry) Dalam penelitian ini telah dilakukan sebuah eksperimen dengan menggunakan objek sebuah koin dengan ukuran diameter objek adalah 2,30 cm. Dan faktor geometri yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai SID (source to image distance) adalah 90 cm, magnifikasi yang dibuat adalah pada rentang 1,00 2,50 kali dan ukuran fokal spot yang digunakan adalah 1,2 mm. Berikut adalah tabel ukuran bayangan yang terjadi akibat nilai pembesaran yang dikehendaki pada teknik makroradiografi. Ukuran bayangan diukur sesuai dengan rumus (II.1.) dan mengukur bayangannya langsung dengan menggunakan alat ukur mistar. 26

27 Tabel. IV.1. Nilai Jarak Sinar ke Objek (SOD) dan Jarak Objek ke Bayangan (OID) No. Magnifikasi SOD OID 1. 1,00 90 cm 0 cm 2. 1,25 72 cm 18 cm 3. 1,50 60 cm 30 cm 4. 1, cm 38.6 cm 5. 2,00 45 cm 45 cm 6. 2,25 40 cm 50 cm 7. 2,50 36 cm 54 cm Tabel IV.2. Nilai ukuran bayangan dari berbagai variasi nilai magnifikasi No. m (magnifikasi) Ukuran Bayangan Manual (cm) Rumus (cm) Selisih ukuran bayangan (cm) 1 1,00 2,30 2,30-2 1,25 2,90 2,87 0,02 3 1,50 3,50 3,45 0,05 4 1,75 4,10 4,02 0,07 5 2,00 4,70 4,60 0,10 6 2,25 5,30 5,17 0,12 7 2,50 5,80 5,75 0,05 Dari tabel IV.2. besarnya nilai ukuran bayangan dari berbagai variasi nilai magnifikasi terdapat perbedaan atau penyimpangan yang tidak terlalu signifikanpada ukuran bayangan yang terbentuk dengan menggunakan alat ukur (manual) maupun dengan menggunakan rumusan teori (II.1). Nilai ketidaktajaman geometri yang diberi symbol Ug dapat dicari dengan menggunakan konsep teori seperti pada gambar II.7. 27

28 dan II.8. dan menggunakan rumus (II.3). Cara lain mengukur nilai ketidaktajaman geometry (Ug) dapat dihitung dengan mengukur diameter bayangan yang terjadi yang disebut ukuran bayangan sesunggunya (true magnification) yang diberi symbol M, dikurangi dengan ukuran diameter koin yang diberi symbol m. Hasil pengurangan ini dibagi dua, inilah sebenarnya nilai dari ketidaktajaman geometry (Ug). Berikut adalah nilai ketidaktajaman geometry (Ug) dari beberapa nilai magnifikasi gambar. Tabel IV.3. Nilai ketidaktajaman geometry (Ug) Geometric Unsharpness Selisih m (Ug) ukuran No. (magnifikasi) Rumus bayangan Manual (cm) (cm) (cm) 1 1, ,25 0, ,50 0,6 0,6-4 1,75 0,9 0, ,00 1,2 1,2-6 2,25 1,5 1,5-7 2,50 1,75 1, Besarnya nilai ketidaktajaman geometry (Ug) seperti pada tabel terdapat perbedaan atau penyimpangan yang tidak terlalu signifikan pada nilai ukuran ketidaktajaman geometry (Ug) dengan menggunakan alat ukur (manual) maupun dengan menggunakan rumusan teori (II.3) yaitu pada magnifikasi 1.75 dengan selisih ukuran bayangan 0.06 cm. 28

29 IV.1.2 Data Pengukuran Nilai Paparan Radiasi Telah diketahui bahwa dalam pengukuran nilai dosis paparan radiasi yang sampai ke pasien atau objek sangat erat kaitannya dengan jarak antara sumber sinar-x ke objek. Hubungan nilai dosis paparan radiasi dengan jarak adalah mengikuti hukum invers square law, dalam arti semakin besar jarak pengukuran dosis radiasi maka nilai dosisnya berkurang dengan kuadrat jaraknya. Demikian pula semakin dekat jarak pengukuran dosis maka akan menghasilkan jumlah terima dosis bertambah dengan kuadrat jaraknya. Pengukuran guna mencapai pembuktian terhadap hal di atas diawali dengan memvariasikan nilai magnifikasi dengan rentang 1 2,50 dengan faktor eksposi yang sama dan ukuran objek yang sama, dengan meletakan detektor pendosemeter tepat di daerah center point dari lapangan penyinaran. Hasil dari percobaan ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel.IV.4. Dosis paparan radiasi pada variasi nilai magnifikasi gambar No. Magnifikasi Dosis Paparan Radiasi yang Diterima (µsv) ,00 1,25 1,50 1,75 2,00 2,25 2,50 3,33 4,67 5,67 7,67 9,67 12,12 14,00 29

30 Pada magnifikasi 1.00 jarak OID yang digunakn 0 cm, dosis paparan radiasi yang diterima oleh kulit sebanyak 3.33 µsv. Magnifikasi 1.25 dengan jarak OID yang digunakan 18 cm, dosis paparan radiasi yang diterima oleh kulit sebanyak 4.67 µsv. Magnifikasi 1.50 dengan jarak OID yang digunakan 30 cm, dosis paparan radiasi yang diterima oleh kulit sebanyak 5.67 µsv. Magnifikasi 1.75 dengan jarak OID yang digunakan 38.6 cm, dosis paparan radiasi yang diterima oleh kulit sebanyak 7.67 µsv. Magnifikasi 2.00 dengan jarak OID yang digunakan 45 cm, dosis paparan radiasi yang diterima oleh kulit sebanyak 9.67 µsv. Magnifikasi 2.25 dengan jarak OID yang digunakan 50 cm, dosis paparan radiasi yang diterima oleh kulit sebanyak µsv.dan pada rentang yang tertinggi pada magnifikasi 2.50 dengan jarak OID yang digunakan 54 cm, dosis paparan radiasi yang diterima oleh kulit sebanyak µsv. IV.2 Pembahasan IV.2.1 Pengaruh variasi magnifikasi gambar terhadap nilai ketidaktajaman gambar Sesuai dengan hasil penelitian yang terdapat di tabel IV.2 dan IV.3 pengaruh variasi nilai magnifikasi gambar adalah mempengaruhi ukuran bayangan dan nilai ketidaktajaman geometri (Ug). Makin besar nilai magnifkasi maka nilai ketidaktajaman geometri (Ug) juga semakin meningkat. Berikut grafik yang memperlihatkan variasi nilai 30

31 unsharpness geometry magnifikasi gambar pada teknik makroradiografi dengan besarnya nilai ketidaktajaman geometri (Ug) dengan variabel nilai ukuran focal spot yang tetap. 2 1,5 Perbandingan Unsharpness Geometri 1 0,5 Manual Rumus 0 1 1,25 1,5 1,75 2 2,25 2,5 Magnifikasi Gambar IV.1. Grafik hubungan variasi nilai magnifikasi gambar dengan nilai unsharpness geometry dengan pendekatan rumus dan manual. Dari data grafik IV.1 tampak variasi nilai magnifikasi atau pembesaran gambar menyebabkan peningkatan nilai ketidaktajaman geometri atau unsharpness geometry pada teknik makroradiogarfi. Semakin besar nilai magnifikasi maka semakin besar nilai ketidaktajaman geometri dan bersifat linear. Pengaruh variasi nilai magnifikasi terhadap besarnya nilai ketidaktajaman geometri (Ug), hal ini telah sesuai dengan teori yang ada. Nilai magnifikasi akan meningkat manakala faktor jarak objek ke film (object to film distance/oid) meningkat. Kenaikan nilai 31

32 Nilai Dosis Paparan Radiasi (µsv) magnifikasi disebabkan adanya faktor peningkatan jarak objek ke bidang film semakin jauh. Pada grafik IV.1 terlihat perbedaan nilai yang tidak terlalu signifikan antara pengukuran manual dan perhitungan rumus yaitu berada pada nilai magnifikasi 1.75 dan Perbedaan yang terjadi antara 5% - 6%. IV.2.2 Pengaruh variasi magnifikasi gambar terhadap nilai paparan dosis radiasi Berikut adalah grafik hubungan antara magnifkasi dengan nilai paparan dosis radiasi : ,5 1 1,5 2 2,5 3 Variasi Nilai Magnifikasi Gambar IV.2. Grafik hubungan variasi nilai magnifikasi dengan dosis paparan radiasi 32

33 Dari gambar IV.2 tampak dengan jelas pengaruh variasi nilai magnifikasi gambar pada teknik makroradiografi dengan besarnya paparan radiasi yang diterima pasien akan sebanding dengan nilai magnifikasi itu sendiri. Hasil pengukuran nilai paparan dosis radiasi yang sampai ke objek menunjukan adanya hubungan antara nilai magnifikasi dan besarnya jumlah paparan dosis yang sampai ke pasien atau objek. Hasil ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan hasil penelitian pengaruh nilai magnifikasi terhadap ketidaktajaman gambar (unsharpness geometry) dimana dapat disimpulkan bahwa kenaikan nilai dosis paparan radiasi disebabkan adanya peningkatan jarak OID yang semakin dekat dengan sumber radiasi. Mengingat akan pentingnya keselamatan radiasi sebaiknya nilai rentang magnifikasi yang digunakan sebaiknya tidak terlalu dekat dengan sumber radiasi, dan gambaran radiografi yang dihasilkan memberikan informasi yang cukup untuk keperluan diagnosa. Sebaiknya magnifikasi yang digunakan pada rentang 1.25 dengan jarak OID yang digunakan 18 cm, dan cukup jauh dari sumber radiasi sehingga semakin kecil nilai dosis paparan radiasi yang diterima oleh pasien. 33

34 BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan beserta hasil yang telah dicapai, maka dapat disimpulkan : 1. Pengaruh magnifikasi yang ditetapkan berhubungan dengan penempatan jarak OID dan SOD untuk menghasilkan ukuran bayangan pada film. Secara umum tidak ada perbedaan yang signifikan pada pengukuran bayangan secara manual maupun dengan menggunakan perhitungan rumus. Sedangkan pengaruh magnifikasi terhadap ketidaktajaman geometri berbanding lurus, dimana semakin besar nilai magnifikasi yang digunakan maka semakin besar pula ketidaktajaman geometri yang dihasilkan. 2. Pengaruh variasi nilai magnifikasi terhadap terimaan dosis paparan radiasi pada pasien diperoleh hasil yang linear, dimana semakin besar nilai magnifikasi yang ditetapkan, sehingga semakin besar nilai dosis yang akan diterima pasien karena jarak pasien dengan sumber radiasi semakin dekat. 34

35 V.2 Saran 1. Variasi dari faktor geometri dapat ditambahkan atau diperbanyak agar mendapatkan hasil yang lebih beragam dan akurat. 2. Mengingat pentingnya upaya proteksi radiasi maka sebaiknya dalam menghasilkan gambaran radiograf yang baik, pekerja radiasi juga harus mengoptimalkan serendah mungkin dosis paparan radiasi yang diterima oleh pasien. 35

36 DAFTAR PUSTAKA 1. Akhadi, M., 2000, Dasar-dasar Proteksi Radiasi, Cetakan Pertama, Jakarta, PT. Rineka Cipta. 2. Carrol, QB., 1985, Principle of Radiographic Exposure Processing and QualityContro, Third Edition, USA, Charless C, Thomas Publisher. 3. Chember, H., 1983, Pengantar Fisika Kesehatan (diterjemahkan oleh Achmad Toekiman), Semarang, IKIP Press. 4. Curry III, Thomas S., 1984, ChristensensIntroduction to The Physics of Diagnostic Radiology, Third Edition, Lea and Eigher Philadelphia 5. Halmshaw, Ron and Kowol, Tom, Indikator Kualitas Gambar Radiografi Industri, 6. Waaler, D and Hoffman, B, Image Rejects/Retakes Radiographic Challenges 7. Website: 8. Website: 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sejarah Penemuan Sinar-X Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Rontgen pada tanggal 8 November 1895. Pada saat Rontgen menyalakan sumber

Lebih terperinci

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 10, No.4, Oktober 2007 hal. 187-192 STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN Nanang Suriansyah

Lebih terperinci

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN. Oleh : NANANG SURIANSYAH

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN. Oleh : NANANG SURIANSYAH STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN Oleh : NANANG SURIANSYAH ABSTRACT It has been analysed that the influence of the ratio

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN JARAK OBYEK KE FILM TERHADAP PEMBESARAN OBYEK PADA PEMANFAATAN PESAWAT SINAR-X, Type CGR

PENGARUH PERUBAHAN JARAK OBYEK KE FILM TERHADAP PEMBESARAN OBYEK PADA PEMANFAATAN PESAWAT SINAR-X, Type CGR PENGARUH PERUBAHAN JARAK OBYEK KE FILM TERHADAP PEMBESARAN OBYEK PADA PEMANFAATAN PESAWAT SINAR-X, Type CGR Felda Souisa 1 Ratnawati 2 Balik Sudarsana 3 *Jurusan Fisika Falkutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1.Dasar dasar Fisika sinar-x Sinar-X atau sinar Rontgen ditemukan oleh W.C.Rontgen pada tahun 1895 merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sangat pendek (

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produksi Sinar-X Pada aplikasinya, penciptaan sinar-x tak lagi mengandalkan mekanisme tabung crookes, melainkan dengan menggunakan pesawat sinar-x modern. Pesawat sinar-x modern

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sinar-X Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang

Lebih terperinci

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY PNGARUH RADIASI HAMBUR TRHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KTBALAN OBYK DAN LUAS LAPANGAN PNYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY KONSNTRASI FISIKA MDIK, JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATMATIKA DAN ILMU PNGTAHUAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT)

PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT) PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan fisika radiasi sebagai dasar dalam diagnosa Roentgenografi. POKOK BAHASAN : Fisika radiasi Sub pokok bahasan : 1. Konsep dasar sinar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA RADIODIAGNOSTIK FAKTOR GEOMETRI (DISTORSI BENTUK)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA RADIODIAGNOSTIK FAKTOR GEOMETRI (DISTORSI BENTUK) LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA RADIODIAGNOSTIK FAKTOR GEOMETRI (DISTORSI BENTUK) Disusun Guna Memenuhi Tugas Laporan Praktek Fisika Radiodiagnostik yang Diampu oleh Sri Mulyati, S.Si, MT Disusun oleh : Alit

Lebih terperinci

KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL

KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL REFERAT KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL OLEH : Budi Windarta PEMBIMBING : dr. Bambang Purwanto Utomo, Sp Rad. PPDS I RADIOLOGI FKUGM YOGYAKARTA 2014 1 PENDAHULUAN 1 KUALITAS RADIOGRAF YG TINGGI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X BAB II DASAR TEORI 2.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X Sinar-X yang dipancarkan dari sistem pembangkit sinar-x merupakan pancaran foton dari atom. Pancaran foton tiap satuan luas disebut penyinaran. Foton-foton

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KETIDAKTAJAMAN GEOMETRI, PERGERAKAN DAN SCREEN TERHADAP PENGABURAN DAERAH TEPIAN FILM RADIOGRAFI

ANALISIS PENGARUH KETIDAKTAJAMAN GEOMETRI, PERGERAKAN DAN SCREEN TERHADAP PENGABURAN DAERAH TEPIAN FILM RADIOGRAFI ANALISIS PENGARUH KETIDAKTAJAMAN GEOMETRI, PERGERAKAN DAN SCREEN TERHADAP PENGABURAN DAERAH TEPIAN FILM RADIOGRAFI SKRIPSI Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Prinsip Kerja Sinar-X Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang di dalamnya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung Roentgen dihubungkan ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sinar-X Sinar-X dapat diproduksi dengan jalan menembaki target logam dengan elektron cepat dalam tabung sinar katoda. Elektron sebagai proyektil dihasilkan dari filament panas

Lebih terperinci

DAMPAK TINGKAT RADIASI PADA TUBUH MANUSIA

DAMPAK TINGKAT RADIASI PADA TUBUH MANUSIA DAMPAK TINGKAT RADIASI PADA TUBUH MANUSIA Rahmat Hidayatullah Konsentrasi Fisika Medis, Departemen Fisika Fakultas MIPA Abstrak Analisa ini bertujuan untuk mengetahui dari fungsi serta peranan parameter

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX Youngster Physics Journal ISSN : 3-737 Vol. 4, No., Januari 5, Hal 33-38 ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX Aulia Narindra Mukhtar dan Heri Sutanto

Lebih terperinci

DASAR-DASAR RADIOLOGI

DASAR-DASAR RADIOLOGI DENTAL RADIOGRAFI Prinsip dan Teknik BAB 1 DASAR-DASAR RADIOLOGI 1.1. SEJARAH S inar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang professor fisika dari Universitas Wurzburg, Jerman. Saat itu ia melihat

Lebih terperinci

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP Pengaruh Teknik Tegangan Tinggi Terhadap Entrasce Skin Exposure( ESE ) dan Laju Paparan Radiasi Hambur Pada Pemeriksaan Abdomen Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan

Lebih terperinci

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh.

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh. 1. Pendahuluan Sinar X adalah jenis gelombang elektromagnetik. Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895, ia menemukan secara tidak sengaja sebuah gambar asing dari generator

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara 4 BAB II DASAR TEORI.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X Sinar-X yang dipancarkan dari sistem pembangkit sinar-x merupakan pancaran foton dari interaksi elektron dengan inti atom di anoda. Pancaran foton tiap

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Penguatan Lembar Penguat Terhadap Densitas Radiograf

Pengaruh Kecepatan Penguatan Lembar Penguat Terhadap Densitas Radiograf Berkala Fisika ISSN : 1410-966 Vol. 6, No. 3, Juli 003, hal. 63-70 Pengaruh Kecepatan Penguatan Lembar Penguat Terhadap Densitas Radiograf Darmini 1, Ngurah Ayu dan Muhammad Nur 3,4 1. Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG

PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG Ahmad Faesol, Yusron Adi Utomo Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email : yusronadi17@gmail.com Abstract:

Lebih terperinci

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif Ella nurlela 1, purwantiningsih 1, Budi Santoso 1 1 Program Studi Fisika, Universitas Nasional, Jalan Sawo Manila,

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT)

PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT) PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan faktor faktor pembentuk dalam radiografi POKOK BAHASAN : Faktor faktor pembentuk radiografi Sub pokok bahasan : 1. Interaksi antara sinar

Lebih terperinci

Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi

Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi Ayu Wita Sari 1* dan Enggel Fransiska 2 Intisari Telah dilakukan penelitian tentang hubungan faktor

Lebih terperinci

Sinar-X (X-ray) Course Outline B7.1 BAB 7. Dr. Horasdia SARAGIH

Sinar-X (X-ray) Course Outline B7.1 BAB 7. Dr. Horasdia SARAGIH BAB 7 Sinar-X (X-ray) 7.1. Sinar-X Sebagai Gelombang Elektromagnetik Sinar-X ditemukan oleh seorang fisikawan Jerman, W.K. Roentgen, pada tahun 1895. Sinar-X termasuk gelombang elektromagnetik yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi BAB II Besaran dan Satuan Radiasi A. Aktivitas Radioaktivitas atau yang lebih sering disingkat sebagai aktivitas adalah nilai yang menunjukkan laju peluruhan zat radioaktif, yaitu jumlah inti atom yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembentukan Gambar Radiografi Menurut ( carlton 2001 ) Salah satu dari faktor penting sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat menembus bahan, tetapi hanya yang benar-benar sinar-x

Lebih terperinci

12/03/2015 SEKILAS SEJARAH. PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si TABUNG SINAR-X SKEMA TABUNG SINAR-X

12/03/2015 SEKILAS SEJARAH. PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si TABUNG SINAR-X SKEMA TABUNG SINAR-X MK DIFRAKSI SINAR-X SEKILAS SEJARAH PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si William Roentgen menemukan sinar-x yang memiliki sifat: 1. Merambat dengan lintasan lurus 2.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN UKURAN FOCAL SPOT DARI SINAR-X TERHADAP DENSITAS FILM RADIOGRAFI

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN UKURAN FOCAL SPOT DARI SINAR-X TERHADAP DENSITAS FILM RADIOGRAFI ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN UKURAN FOCAL SPOT DARI SINAR-X TERHADAP DENSITAS FILM RADIOGRAFI Rahmayanti, Bualkar Abdullah, Bidayatul Armynah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Feni Fitriyani 1, Suharyana 1, Muhtarom 2

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar-

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan teknologi sangat cepat pertumbuhannya dari suatu negara, perkembangan tersebut hampir menyeluruh disegala bidang terutama dibidang kelistrikan. Sejak berkembangnya

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN DAN DOSIS RADIASI PADA VARIASI KOMBINASI KAYU DAN ALUMINIUM

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN DAN DOSIS RADIASI PADA VARIASI KOMBINASI KAYU DAN ALUMINIUM Youngster Physics Journal ISSN : 232-7371 Vol. 4, No. 1, Januari 215, Hal 87-92 PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN DAN DOSIS RADIASI PADA VARIASI KOMBINASI KAYU DAN ALUMINIUM Andri Yanyah dan Heri

Lebih terperinci

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN DOI: doi.org/10.21009/spektra.022.04 PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN 1, a) Sriwahyuni 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS RADIASI UNTUK APLIKASI RUANG ICU

ANALISIS DOSIS RADIASI UNTUK APLIKASI RUANG ICU SKRIPSI FISIKA MEDIK ANALISIS DOSIS RADIASI UNTUK APLIKASI RUANG ICU OLEH : A.B. SUGIRATU M.A. TASA H211 10609 KONSENTRASI FISIKA MEDIK, JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI JUWAIRIAH NIM : 110821007 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sinar-X Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI)

ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI) ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI) SKRIPSI Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Fisika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

TEORI DASAR RADIOTERAPI

TEORI DASAR RADIOTERAPI BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB XIV ARUS BOLAK BALIK Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika

Lebih terperinci

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta Proceeding 1 st Conference on Safety Engineering and Its Application ISSN No. 581 1770 Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta M. Tekad Reza R 1, Galih Anindita,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sinar X (sinar Rontgen) Sinar X ditemukan oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman bernama Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895, sewaktu melakukan eksperimen dengan

Lebih terperinci

Sinar X. (Diajukan Guna Memenuhi Tugas Fisika Modern) Oleh :

Sinar X. (Diajukan Guna Memenuhi Tugas Fisika Modern) Oleh : Sinar X (Diajukan Guna Memenuhi Tugas Fisika Modern) Oleh : Nur Izzati R. (120210102026) Nanda Nurarivikka F. (120210102029) Novida Ismiazizah (120210102090) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33

PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33 PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33 Zoucella Andre Afani 1, Ni Nyoman Rupiasih 1* 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN PADA BESI, TEMBAGA DAN STAINLESS STEEL SEBAGAI BAHAN PERISAI RADIASI

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN PADA BESI, TEMBAGA DAN STAINLESS STEEL SEBAGAI BAHAN PERISAI RADIASI Youngster Physics Journal ISSN : 3-7371 Vol., No., April 15, Hal 19- PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN PADA BESI, TEMBAGA DAN STAINLESS STEEL SEBAGAI BAHAN PERISAI RADIASI Iwan Setiyawan, Heri Sutanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telah menciptakan inovasi terhadap perkembangan sistem radiografi konvensional ke sistem radiografi digital. Sistem radiografi berawal dari penemuan

Lebih terperinci

JImeD, Vol. 1, No. 1 ISSN X

JImeD, Vol. 1, No. 1 ISSN X ANALISA PENERIMAAN DOSIS RADIASI PERMUKAAN KULIT PADA PEMERIKSAAN RADIOGRAFI THORAX PROYEKSI POSTERO ANTERIOR (PA) ANALYSIS RADIATION ACCEPTANCE ENTRANCE SKIN DOSE ON CHEST EXAMINATION On POSTERO-ANTERIOR

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY Cicillia Artitin, Suryono dan Evi Setiawati Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang E-mail

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT)

PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT) PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan pengambilan gambar, pencucian film dan pengendalian mutu film radiografi POKOK BAHASAN : Pengambilan gambar, pencucian film dan pengendalian

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34 Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34 PENGARUH VARIASI JARAK DETEKTOR, LUAS LAPANGAN RADIASI DAN POSISI DETEKTOR DARI PUSAT BERKAS RADIASI MENGGUNAKAN MULTI PURPOSE

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id SINAR KATODE Penemuan sinar katode telah menginspirasi penemuan sinar-x dan radioaktivitas Sinar katode ditemukan oleh J.J Thomson

Lebih terperinci

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI BAB III BESARAN DOSIS RADIASI Yang dimaksud dengan dosis radiasi adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya.

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal. 441-450 ANALISIS DOSIS PAPARAN RADIASI PADA INSTALASI RADIOLOGI DENTAL PANORAMIK Candra Ancila, Eko Hidayanto Departemen Fisika,

Lebih terperinci

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021) ALAT UKUR RADIASI Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta 10350 Telepon : (021) 230 1266 Radiasi Nuklir Secara umum dapat dikategorikan menjadi: Partikel bermuatan Proton Sinar alpha

Lebih terperinci

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Vincensius Gunawan.S.K Laboratorium Fisika Zat Padat, Jurusan Fisika, Universitas

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan BAB. I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Sinar-X merupakan sepenggal spektrum gelombang elektromagnetik yang terletak di ujung energi tinggi spektrum gelombang elektromagnetik di bawah dan bersinggungan

Lebih terperinci

REFERAT KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL. Diajukan sebagai salah satu persyaratan PPDS I Radiologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta

REFERAT KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL. Diajukan sebagai salah satu persyaratan PPDS I Radiologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta REFERAT KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL Diajukan sebagai salah satu persyaratan PPDS I Radiologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Oleh : dr. Budi Windarta NIM: 12/339149/PKU/13210 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Radiologi Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fiska di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 SINAR- X Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik didefenisikan sebagai sesuatu gelombang yang terdiri atas gelombang listrik dan gelombang magnit. Pada gambar 2.1 berikut ditunjukkan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Fisika Kuantum - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0799 Version: 2012-09 halaman 1 01. Daya radiasi benda hitam pada suhu T 1 besarnya 4 kali daya radiasi pada suhu To, maka T 1

Lebih terperinci

ANALISIS LINEARITAS KELUARAN RADIASI PADA X-RAY MOBILE DENGAN MENGGUNAKAN PIRANHA

ANALISIS LINEARITAS KELUARAN RADIASI PADA X-RAY MOBILE DENGAN MENGGUNAKAN PIRANHA ANALISIS LINEARITAS KELUARAN RADIASI PADA X-RAY MOBILE DENGAN MENGGUNAKAN PIRANHA Nur Mukminah R., Iswadi, dan Ihsan Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar Email: wadi.phys.uin@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi pengion (X-ray) untuk melakukan diagnosis tanpa harus dilakukan pembedahan. Sinar-X akan ditembakkan

Lebih terperinci

Vidya Ikawati. Keywords : sinar-x, FSA, single phasa, MA, HU

Vidya Ikawati. Keywords : sinar-x, FSA, single phasa, MA, HU Perbandingan Ketahanan Panas Focus Spot Area 0,3 mm Tabung Sinar- X Single Phasa pada High Speed Rotation dengan Low Speed Rotation Rentang Uji 50-150 MA Vidya Ikawati Program Studi Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma A. PENDAHULUAN Pada umumnya suatu instrumen atau alat (instalasi nuklir) yang dibuat dengan didesain atau direncanakan untuk dapat

Lebih terperinci

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si. DETEKTOR RADIASI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Alat deteksi sinar radioaktif atau sistem pencacah radiasi dinamakan detektor radiasi. Prinsip: Mengubah radiasi menjadi

Lebih terperinci

DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ

DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ Oleh : Agus Purwanto Sumarna JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Uji Akurasi Tegangan Tinggi Alat Rontgen Radiography Mobile. Wadianto¹, Azis Muslim²

Uji Akurasi Tegangan Tinggi Alat Rontgen Radiography Mobile. Wadianto¹, Azis Muslim² 65 Uji Akurasi Tegangan Tinggi Alat Rontgen Radiography Mobile Wadianto¹, Azis Muslim² Email : wadianto_anto@yahoo.com ¹,²Jurusan Teknik Elektromedik,Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II ABSTRAK Alat

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

PEMBUATAN KURVA ISODOSIS PAPARAN RADIASI DI RUANG PEMERIKSAAN INSTALASI RADIOLOGI RSUD KABUPATEN KOLAKA - SULAWESI TENGGARA

PEMBUATAN KURVA ISODOSIS PAPARAN RADIASI DI RUANG PEMERIKSAAN INSTALASI RADIOLOGI RSUD KABUPATEN KOLAKA - SULAWESI TENGGARA Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 15, No. 4, Oktober 2012, hal 123-132 PEMBUATAN KURVA ISODOSIS PAPARAN RADIASI DI RUANG PEMERIKSAAN INSTALASI RADIOLOGI RSUD KABUPATEN KOLAKA - SULAWESI TENGGARA Syahria

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEGANGAN DAN CITRA RADIOGRAFI REAL TIME PADA PESAWAT SINAR-X RIGAKU RADIOFLEX-250EGS3

HUBUNGAN TEGANGAN DAN CITRA RADIOGRAFI REAL TIME PADA PESAWAT SINAR-X RIGAKU RADIOFLEX-250EGS3 HUBUNGAN TEGANGAN DAN CITRA RADIOGRAFI REAL TIME PADA PESAWAT SINAR-X RIGAKU RADIOFLEX-250EGS3 Zaenal Abidin, Muhamad Isa, Tri Wulan Tjiptono* zaenala6@gmail.com STTN-BATAN, *) PTAPB BATAN Yogyakarta Jl.

Lebih terperinci

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG Novita Rosyida Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 12-16 Malang 65145, Telp. 085784638866

Lebih terperinci

Jurnal MIPA 38 (2) (2015): Jurnal MIPA.

Jurnal MIPA 38 (2) (2015): Jurnal MIPA. Jurnal MIPA 38 (2) (2015): 121-126 Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jm UJI KOLIMATOR PADA PESAWAT SINAR- MERK/ TYPE MEDNIF/SF-100BY DI LABORATORIUM FISIKA MEDIK MENGGUNAKAN UNIT RMI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN Suwarni 1, Dian Milvita 1, Heru Prasetio 2, Helfi Yuliati 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

PENGARUH GRID(KISI) LINIER TERHADAP KETAJAMAN DAN DENSITAS GAMBAR FILM RONTGEN PADA PEMOTOAN SCHEDEL LATERAL

PENGARUH GRID(KISI) LINIER TERHADAP KETAJAMAN DAN DENSITAS GAMBAR FILM RONTGEN PADA PEMOTOAN SCHEDEL LATERAL PENGARUH GRID(KISI) LINIER TERHADAP KETAJAMAN DAN DENSITAS GAMBAR FILM RONTGEN PADA PEMOTOAN SCHEDEL LATERAL SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains SURYA

Lebih terperinci

PENGUKURAN PAPARAN RADIASI PESAWAT SINAR X DI INSTALASI RADIODIAGNOSTIK UNTUK PROTEKSI RADIASI

PENGUKURAN PAPARAN RADIASI PESAWAT SINAR X DI INSTALASI RADIODIAGNOSTIK UNTUK PROTEKSI RADIASI Unnes Physics 1 (1) (2012) Unnes Physics Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj PENGUKURAN PAPARAN RADIASI PESAWAT SINAR X DI INSTALASI RADIODIAGNOSTIK UNTUK PROTEKSI RADIASI Rudi, Pratiwi,

Lebih terperinci

Analisis Radiasi Hambur di Luar Ruangan Klinik Radiologi Medical Check Up (MCU)

Analisis Radiasi Hambur di Luar Ruangan Klinik Radiologi Medical Check Up (MCU) Analisis Radiasi Hambur di Luar Ruangan Klinik Radiologi Medical Check Up (MCU) Muh. Zakky Arizal 1, Budi Santoso 1, Dwi Bondan Panular 2, Febria Anita 1 1 Program Studi Fisika, Fakultas Teknik dan Sains,

Lebih terperinci

UJI KELAYAKAN PESAWAT SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX

UJI KELAYAKAN PESAWAT SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX UJI KELAYAKAN PESAWAT SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX Kadek Miniati, Gusti Ngurah Sutapa, I Wayan Balik Sudarsana 1 Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

UJI HASIL KINERJA MESIN PENGOLAH FILM OTOMATIS MINI MEDICAL

UJI HASIL KINERJA MESIN PENGOLAH FILM OTOMATIS MINI MEDICAL UJI HASIL KINERJA MESIN PENGOLAH FILM OTOMATIS MINI MEDICAL Oky Didik Raharjo, Much.Azam, Ngurah Ayu Ketut Umiati Jurusan Fisika Undip ABSTRACT Have been researched result test of Mini Medical automatic

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTIK

LAPORAN KERJA PRAKTIK i LAPORAN KERJA PRAKTIK HUBUNGAN FAKTOR EKSPOSI DAN DOSIS SERAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN BAGIAN INSTALASI RADIOLOGI Periode 23 Mei 1 Juli 2016 Oleh : Nursyifa Oktavia Wardani (NIM : 1105130067)

Lebih terperinci

Penentuan Entrance Skin Exposure (ESE) pada Pesawat Mammografi Mammomat 1000 dengan Filter Molybdenum (Mo) dan Rhodium (Rh)

Penentuan Entrance Skin Exposure (ESE) pada Pesawat Mammografi Mammomat 1000 dengan Filter Molybdenum (Mo) dan Rhodium (Rh) Penentuan Entrance Skin Exposure (ESE) pada Pesawat Mammografi Mammomat 1000 dengan Filter Molybdenum (Mo) dan Rhodium (Rh) Fitri Susanti, 1 Choirul Anam, Evi Setiawati Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI Dira Rizki Martem 1, Dian Milvita 1, Helfi Yuliati 2, Dyah Dwi Kusumawati

Lebih terperinci

Penulis koresponden. Alamat

Penulis koresponden. Alamat Analisis Radiasi Sinar Gamma (γ) Yang Dipancarkan Pesawat Televisi Di Warung Internet (Warnet) Game On Line Jumardin *1, Sri Suryani 1, dan Dahlang Tahir 2 1 Jurusan Fisika, FMIPA UNNHAS, Kampus UNHAS

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

PANDUAN UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI UMUM

PANDUAN UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI UMUM PANDUAN UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI UMUM Ferdinan M. Siahaan DP2FRZR-BAPETEN PELATIHAN UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK BAGI INSPEKTUR BAPETEN JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH ph TERHADAP PERUBAHAN NILAI DENSITAS OPTIK (OPTICAL DENSITY) PADA FILM DENGAN VARIASI JENIS DEVELOPER

ANALISA PENGARUH ph TERHADAP PERUBAHAN NILAI DENSITAS OPTIK (OPTICAL DENSITY) PADA FILM DENGAN VARIASI JENIS DEVELOPER Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 73-78 ANALISA PENGARUH ph TERHADAP PERUBAHAN NILAI DENSITAS OPTIK (OPTICAL DENSITY) PADA FILM DENGAN VARIASI JENIS DEVELOPER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sinar X Sinar- X merupakan gelombang elektromagnetik, dimana dalam proses terjadinya memiliki energi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut didasarkan pada energi kinetik elektron.sinar-x

Lebih terperinci

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ). PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI SINAR BETA OLEH MEDAN MAGNET

PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI SINAR BETA OLEH MEDAN MAGNET PANDUAN PENGGUNAAN KIT ATOM-INTI Oleh : Sukardiyono dan Yusman Wiyatmo Disampaikan pada Pelatihan Kepala Laboratorium Fisika SMA Kabupaten Kebumen dan Purworejo 11 Agustuas 2012 PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI

Lebih terperinci

PENGUJIAN LINIERITAS KELUARAN PEMBANGKIT ARUS SINAR X MENGGUNAKAN STEPWEDGE SKRIPSI. Evi Yusita Nim

PENGUJIAN LINIERITAS KELUARAN PEMBANGKIT ARUS SINAR X MENGGUNAKAN STEPWEDGE SKRIPSI. Evi Yusita Nim PENGUJIAN LINIERITAS KELUARAN PEMBANGKIT ARUS SINAR X MENGGUNAKAN STEPWEDGE SKRIPSI Evi Yusita Nim. 080921004 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF Setiyono 1, M. Azam 2 dan Evi Setiyawati 2 1. RSUD 2. Jurusan Fisika, Universitas Diponegoro Semarang Abstract The study of influence

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 12., No.1, Januari 2009, hal 1-5 KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF Setiyono 1, M. Azam 2 dan Evi Setiyawati 2 1. RSUD 2. Jurusan

Lebih terperinci

MODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama.

MODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. BAB.19 ATOM ATOM Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. MODEL ATOM J.JTHOMSON ( 1910 ) ERNEST RUTHERFORD ( 1911 )

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH FAKTOR EKSPOSI TERHADAP ENTRANCE SURFACE AIR KERMA (ESAK)

ANALISA PENGARUH FAKTOR EKSPOSI TERHADAP ENTRANCE SURFACE AIR KERMA (ESAK) Youngster Physics Journal ISSN : 232-737 Vol. 3, No. 4, Oktober 24, Hal 27-278 ANALISA PENGARUH FAKTOR EKSPOSI TERHADAP ENTRANCE SURFACE AIR KERMA (ESAK) Muhammad Irsal, Eko Hidayanto dan Zaenal Arifin

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci