BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sinar X (sinar Rontgen) Sinar X ditemukan oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman bernama Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895, sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda saat itu dia melihat timbulnya sinar fluorosensi yang berasal Kristal barium platinosianida dalam tabung Crookes -Hittorf yang dialiri listrik. Kemudian dia melanjutkan penelitiannya dan menemukan sinar yang disebutnya sebagai sinar baru atau sinar X ( Rasad, 2005). Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang pendek yaitu 0,01 10 Ǻ sehingga mengakibatkan sinar X mampu menembus materi yang dilaluinya. Berikut ini ditampilkan spektrum gelombang elektromagnetik, Gambar 2.1 Spektrum Gelombang elektromagnetik ( Wikipedia.org) 2.2 Komponen Pesawat Sinar X (sinar Rontgen) Pesawat sinar X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Roentgen yang berkebangsaan Jerman. Roentgen dilahirkan pada tanggal 27 Maret 1845 di Lennep di daerah sungai Ruhr Jerman. Pesawat sinar X atau pesawat Rontgen adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan diagnosa medis dengan menggunakan sinar X. Sinar X yang dipancarkan dari tabung insersi diarahkan pada bagian tubuh yang akan didiagnosa. Berkas sinar X tersebut akan menembus dan melewati bagian tubuh kemudian akan ditangkap oleh film, sehingga

2 5 terbentuk citra dari bagian tubuh yang disinari. Komponen tabung sinar X ditampilkan pada gambar 2.2 berikut ini. Gambar 2.2 Tabung Insersi pesawat sinar X (Bushberg, 2001) Di dalam komponen tabung insersi dan wadah tabung terdapat perangkatperangkat yaitu : 1. Katoda / elektroda negatif (sumber elektron) 2. Anoda / elektroda positif (acceleration potential) 3. Focusing cup 4. Rotor atau stator (target device) 5. glass metal envelope (vacum tube) 6. Oil 7. Window 1. Katoda Katoda terbuat dari nikel murni dimana celah antara 2 batang katoda disisipi kawat pijar (filamen) yang menjadi sumber elektron pada tabung sinar X. filamen terbuat dari kawat wolfram (tungsten) digulung dalam bentuk spiral. 2.Anoda Anoda atau elektroda positif biasa juga disebut sebagai target jadi anoda disini berfungsi sebagai tempat tumbukan elektron.

3 6 3.Focusing cup Focusing cup ini sebenarnya terdapat pada katoda yang berfungsi sebagai alat untuk mengarahkan elektron secara konvergen ke target agar elektron tidak terpancar ke mana-mana. 4.Rotor atau stator Rotor atau stator ini terdapat pada bagian anoda yang berfungsi sebagai alat untuk memutar anoda. Rotor atau stator ini hanya terdapat pada tabung sinar X yang menggunakan anoda putar. 5.Glass metal envalope (vacum tube) Glass metal envelope atau vacum tube adalah tabung yang gunanya membungkus komponen-komponen penghasil sinar X agar menjadi vacum atau kata lainnya menjadikannya ruangan hampa udara. 6. Oil Oil berfungsi sebagai pendingin tabung sinar X. 7. Window Window atau jendela adalah tempat keluarnya sinar X. Window terletak di bagian bawah tabung 2.3 Produksi Sinar X (sinar Rontgen) Menurut Bushong, (2001), foton sinar X dihasilkan ketika elektron berkecepatan tinggi yang berasal dari katoda menumbuk terget pada anoda. Elektron-elektron dari katoda ini berasal dari pemanasan filamen, sehingga pada filamen ini akan terbentuk awan elektron. Dengan adanya perbedaan beda potensial yang cukup besar antara anoda yang bermuatan positif dan katoda yang bermuatan negatif, maka elektron-elektron dari katoda akan bergerak dengan cepat menuju anoda saat diberikan tegangan tinggi. Elektron tersebut menumbuk bidang target dan mengahasilkan foton sinar X sebanyak 1 % dan 99 % energi panas. Sinar X berdasarkan proses kejadiannya terdiri dari dua jenis yaitu : 1. Sinar X Bremsstrahlung Sinar-X Bremsstrahlung terjadi ketika elektron dengan energi kinetik yang terjadi berinteraksi dengan medan energi pada inti atom. Karena inti atom ini

4 7 mempunyai energi positif dan elektron mempunyai energi negatif, maka terjadi hubungan tarik- menarik antara inti atom dengan elektron. Ketika elektron ini cukup dekat dengan inti atom dan inti atom mempunyai medan energi yang cukup besar untuk ditembus oleh elektron proyektil, maka medan energi pada inti atom ini akan melambatkan gerak dari elektron proyektil. Melambatnya gerak dari elektron proyektil ini akan mengakibatkan elektron proyektil kehilangan energi dan berubah arah. Energi yang hilang dari elektron proyektil ini dikenal dengan photon sinar X bremsstrahlung. Gambar 2.3 Proses Sinar X Bremsstrahlung (Bushberg, 2001) 2. Sinar X Karakteristik Sinar-X karakteristik terjadi ketika elektron proyektil dengan energi kinetik yang tinggi berinterkasi dengan elektron dari tiap-tiap kulit atom. Elektron proyektil ini harus mempunyai energi kinetik yang cukup tinggi untuk melepaskan elektron pada kulit atom tertentu dari orbitnya. Saat elektron dari kulit atom ini terlepas dari orbitnya maka akan terjadi transisi dari orbit luar ke orbit yang lebih dalam. Energi yang dilepaskan saat terjadi transisi ini dikenal dengan photon sinar-x karakteristik. Energi photon sinar-x karakteristik ini bergantung pada besarnya energi elektron proyektil yang digunakan untuk melepaskan elektron dari kulit atom tertentu dan bergantung pada selisih energi ikat dari elektron transisi dengan energi ikat elektron yang terlepas tersebut.

5 8 Gambar 2.4 Sinar X Karakteristik (Bushberg, 2001) Perbedaan kedua sinar X diatas, selain asal terjadinya adalah bentuk spektrum energinya. Sinar X karakteristik spektrum energinya bersifat diskrit atau terputusputus, sedangkan bremsstrahlung bersifat kontinyu (Bushberg, 2001). 2.4 Interaksi Sinar X (sinar Rontgen) dengan Bahan Pada saat sinar X mengenai suatu bahan maka akan terjadi interaksi yang mengakibatkan penyerapan atau penghamburan sinar X. Proses penyerapan dan penghamburan akan berpengaruh pada pelemahan atau atenuasi dari sinar X tersebut yang disebabkan oleh kerapatan, ketebalan dan nomor atom bahan yang dilalui. Apabila radiasi elektromagnetik masuk ke dalam bahan, maka sebagian dari radiasi tersebut akan terserap oleh bahan. Sebagai akibatnya, intensitas radiasi setelah memasuki bahan penyerap lebih kecil dibandingkan intensitas semula. Proses pelemahan radiasi elektromagnetik baik sinar X maupun sinar gamma dalam suatu bahan, maka akan terjadi pengurangan intensitas sesuai dengan ketentuan dan memenuhi persamaan I ( ) I0e (2.1) Dimana intensitas radiasi elektromagnetik setelah melalui bahan (I), intensitas radiasi elektromagnetik sebelum melalui bahan (Io), koefisien serapan bahan bahan (μ) dan ketebalan bahan (x) (Bushberg, 2001).

6 9 2.5 Grid Grid adalah suatu alat bantu pemeriksaan yang terdiri dari lempengan garis garis logam yang bernomor atom tinggi (biasanya timbal) yang disusun sejajar satu sama lain dan dipisahkan oleh bahan penyekat atau interspace material yang dapat ditembus sinar X. Grid pertama kali ditemukan oleh Dr. Gustav Bucky (1913) kemudian disempurnakan lagi oleh radiologis dari Chicago bernama Dr. Hocles Potter (1920) dengan cara mengatur jarak Al dan Pb menjadi lebih rapat dan lebih kecil (Bushberg, 2001). Grid radiografi direkomendasikan penggunaanya untuk (Bushong, 2001) : 1. Objek/bagian tubuh yang memiliki ketebalan diatas 10 cm 2. Penggunan tegangan tabung yang tinggi (kv tinggi) 3.Memperlihatkan struktur jaringan lunak untuk meningkatkan kontras (misal pada pemeriksaan mammography) Adapun bentuk grid dapat ditunjukkan seperti gambar 2.5 dibawah ini Gambar 2.5 Grid (Quick medical.com) Menurut jenisnya ada dua macam Grid yaitu : 1. Grid diam (stationary grid atau lisholm) 2. Grid bergerak (moving grid atau bucky) Menurut bentuk dan Konstruksinya ada 4 macam yaitu : 1. Grid Linear Grid linear ini disebut juga grid paralel karena lempengan-lempengan timbal yang satu dengan yangn lain tersusun paralel/sejajar.

7 10 Gambar 2.6 Konstruksi Grid Linier(Bushong, 2001) Pada grid jenis linear ini densitas film yang dihasilkan tidak sama dari sisi tengah ke sisi tepi film. Hal ini dikarenakan adanya cut off. Nilai densitas tertinggi berada dibagian tengah sedangkan terendah berada di bagian tepi film. 2. Grid fokus Grid fokus adalah grid yang garis timbalnya berangsur-angsur miring dari pusat ke tepi sehingga titik perpotongannya bertemu di titik fokus. Grid jenis ini menutupi kekurangan grid jenis linear. Grid jenis fokus ini dapat mengurangi terjadinya cut off geometrik. Tetapi penggunaan grid ini hanya untuk jarak tertentu dan tidak boleh terbalik peletakannya. Gambar 2.7 Konstruksi Grid focus (Bushong, 2001) 3.Pseudo fokus grid Grid jenis ini seperti konstruksi linear akan tetapi ketinggian lempengan timbalnya dari tepi ke tengah semakin tinggi, sehingga sinar oblik masih dapat melewati grid untuk sampai ke film. Susunan seperti ini berfungsi untuk mengurangi adanya cut off.

8 11 Gambar 2.8 Konstruksi Pseudofokus grid (Bushong, 2001) 4. Grid silang Grid silang merupakan dua garis paralel yang seolah-olah ditimpuk menyilang dengan garis lempengan dengan timbale saling tegak lurus,sehingga sangat efektif menyerap radiasi hambur. Gambar 2.9 Konstruksi grid silang (Bushong, 2001) 2.6 Fungsi Grid Penggunaan Grid dalam radiografi berfungsi sebagai : 1.Mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar tidak sampai ke film (anti scatter radiation) 2.Meningkatkan kontras radiografi 3.Mencegah cut-off dengan rasio grid yang lebih tinggi karena memiliki kerapatan interspace material yang baik. 4.Mengoptimalkan densitas radiografi.

9 Konstruksi Grid Ada tiga aspek penting dalam susunan grid yaitu : rasio grid, frekuensi grid dan bahan penyusun grid(material). Grid didesain untuk mengurangi radiasi hambur yang sampai ke film, sehingga gambar radiografi dapat dibaca oleh dokter radiologi untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit Rasio Grid Perbandingan grid atau rasio grid adalah perbandingan antara tinggi lempengan timah (h) dengan jarak antara lempengan timah (d). Penulisan rasio grid dengan dua angka, angka pertama menandakan rasio yang sebenarnya sedangkan angka kedua menandakan faktor pembanding yang selalu bernilai satu. Rasio grid sangat menentukan kemampuan grid dalam menyerap radiasi hambur, semakin tinggi rasio grid semakin tinggi pula kemampuannya dalam menyerap radiasi hambur (Bushberg,2001). Beberapa macam rasio grid adalah 5:1, 6:1, 8:1, 10:1, 12:1.rasio grid dipengaruhi oleh tinggi lempengan, ketebalan lempengan dan lebar bahan penyekat/interspace. Perbandingan rasio grid ditampilkan pada gambar 2.10 dibawah ini. Gambar 2.10 Rasio Grid (Bushberg, 2001) Rasio grid dituliskan sebagai : r = h (2.2) D dengan r adalah rasio grid, h adalah ketinggian lempengan timbal (Pb) dan D adalah jarak antara lempengan timbal atau ketebalan interval timbal. Dibawah ini digambarkan tentang pengertian rasio grid

10 13 Rasio 10:1 Rasio 10:1 frekuensi grid 100 lines/cm Frekuensi grid 50 lines/cm Rasio 6:1 Rasio 6:1 Frekuensi grid 100 lines/cm Frekuensi grid 50 lines/cm Rasio 8:1 Rasio 8:1 Frekuensi grid 100 lines/cm Frekuensi grid 50 lines/cm Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa Rasio grid 10:1 artinya perbandingan tinggi lempengan timah 10 mm berbanding jarak antara lempengan timah 1 mm begitu juga dengan rasio grid 6:1 dan 8:1, sedangkan frekuensi grid menyatakan banyaknya lempengan timah dalam satu lempengan (lines/cm) (Sprawls, 2010).

11 Frekuensi Grid Grid tersusun atas lempengan-lempengan timbal yang disusun sedemikian rupa dan bahan penyekat (interspace material) timbal. Banyaknya lempengan tiap inchi atau centimeter disebut dengan Frekuensi grid. Semakin tinggi frekuensi grid maka semakin tipis dan rapat bahan penyekatnya maka rasio grid pun semakin tinggi. Banyaknya lempengan grid tiap inchi atau centimeter adalah : a lines/cm, lines/inch (yang biasa digunakan pada radiography) b lines/cm, lines/inch (biasanya digunakan pada mammography) Untuk mendapatkan nilai frekuensi grid dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut (Bushong,2001) : µm/cm fg = (2.3) (T+D) µm/pasang garis dengan fg adalah frekuensi grid,t adalah tebal lempengan timbal dan D adalah tebal bahan penyela (interspace). Frekuensi grid tersebut dapat dilihat pada gambar 2.11 dibawah ini. Gambar 2.11 Perbandingan frekuensi grid (Bushong 2001) Bahan Penyusun Grid Bahan penyusun utama dari Grid adalah timbal. Kadar timbal per satuan luas (g/cm 2 ) adalah faktor yang menentukan efisiensi dari grid (Meredith,dkk 1977). Kadar timbal yang biasa dipakai berkisar antara 0.2 gr/cm gr/cm 2. Semakin tinggi kadar timbalnya semakin tinggi kemampuan grid dalam menyerap radiasi hambur. Setiap lempengan timbal pada Grid dipisahkan oleh bahan penyekat (interspace material) yang satu sama lainnya letaknya sejajar. Bahan penyekat tersebut biasanya terbuat dari aluminium atau plastik fiber. Fungsi bahan

12 15 penyekat ini adalah untuk meneruskan radiasi primer dan menyerap radiasi hambur yang searah dan sejajar dengan radiasi primer. Bahan penyekat ini lebih ekfektif terbuat dari aluminium daripada plastik fiber, karena nomor atom aluminium lebih tinggi sehingga mampu menyerap radiasi hambur lebih banyak. 2.8 Prinsip Kerja Grid Radiasi yang dihasilkan yang dihasilkan oleh interaksi sinar X dengan materi (Objek) akan menyebar ke segala arah. Salah satu arahnya adalah ke film. Grid diletakkan diantara objek dan film, sehingga radiasi hambur yang akan mencapai film harus melewati grid tersebut. Arah radiasi hambur yang membentuk sudut dengan garis lempengan akan diserap oleh material timbal grid. Sedangkan yang arahnya sejajar dengan bahan penyekat (interspace) akan diteruskan ke film. Jumlah radiasi hambur yang diteruskan tentunya akan semakin berkurang sesuai dengan rasio grid (Sprawls, 2010). Berikut ini digambarkan prinsip kerja dari grid radiografi seperti gambar 2.12 dibawah ini. Gambar 2.12 Prinsip Kerja Grid (Sprawls, 2010)

13 Mekanisme Kerja Grid Fungsi utama grid adalah memperbaiki nilai kontras radiografi dengan cara menyerap radiasi hambur dan meneruskan radiasi primer sampai ke film. Mekanisme kerja grid didasarkan pada : Faktor Perbaikan nilai kontras Faktor perbaikan kontras adalah perbandingan antara kontras radiograf menggunakan grid dengan kontras radiograf tanpa menggunakan grid. Faktor perbaikan dirumuskan dengan persamaan (Meredith, 2014) : C K (2.4) C ' Dengan K adalah faktor perbaikan Kontras radiografi, C adalah Kontras radiograf dengan menggunakan grid dan C adalah Kontras radiograf tanpa menggunakan grid. Semakin tinggi rasio grid yang dipakai faktor perbaikan kontras akan semakin tinggi. Faktor perbaikan kontras ini tergantung pada tegangan tabung yang diberikan, ukuran luas penyinaran, dan ketebalan objek penyinaran Selektivitas Grid Selektivitas grid adalah perbandingan antara radiasi primer yang diteruskan dengan radiasi hambur yang ikut diteruskan. Faktor selektivitas (S) dituliskan dengan : S = (2.5) Dengan Tp adalah radiasi primer yang diteruskan melalui grid, Ts adalah radiasi hambur yang diteruskan melalui grid. Selektivitas grid dipengaruhi oleh kadar timbal yang menyusun grid. Semakin tinggi kadar timbal yang dikandung semakin tinggi selektivitas grid dan semakin tinggi pula kemampuan grid dalam menyerap radiasi hambur. Daya selektifitas grid tergantung pada kemampuan meneruskan radiasi primer dan menyerap radiasi sekunder (hamburan). Makin berat suatu grid, maka semakin tinggi selektifitasnya, dan semakin tinggi pula faktor peningkatan kontras.

14 Jarak Fokus ke Film Jarak antara fokus dengan film (FFD) pada setiap penyinaran dengan mempergunakan grid perlu diperhatikan. Karena grid diletakkan menempel (sedekat mungkin) dengan film, semakin jauh jarak antara fokus dengan grid tentunya akan mempengaruhi jarak grid terhadap fokus. Semakin dekat jarak grid terhadap fokus makan akan semakin banyak radiasi primer yang terpotong oleh lempengan timbal. Hal inilah yang disebut dengan cut off grid. Tingkat cut off yang paling tinggi adalah pada grid jenis silang dan linear, untuk jarak fokus ke film yang sangat dekat. Untuk mengurangi efek cut off tersebut, dapat digunakan grid dengan jenis fokus atau fokus semu. Tetapi didalam penggunaan kedua jenis grid tersebut harus menggunakan jarak tertentu sesuai dengan ketentuannya Karakteristik Grid Grid dengan rasio tinggi lebih efektif dalam mengurangi radiasi hambur yang sampai ke film sebab grid rasio tinggi memiliki kisi atau penyekat (interspace) yang lebih rapat dibandingkan dengan grid dengan rasio lebih rendah (Bushberg, 2001). Gambar 2.13 Perbandingan grid rasio rendah dan grid rasio tinggi (Sprawls, 2010) Rasio grid 8:1 dan 10:1 adalah grid yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan radiografi konvensional karena sangat mudah didapatkan dan harganya relative lebih murah dibandingkan grid dengan rasio yang lebih tinggi selain lebih mahal juga sulit untuk diproduksi (Bushberg, 2001). Grid dengan rasio tinggi memiliki faktor perbaikan kontras yang tinggi. Grid dengan frekuensi

15 18 grid yang rendah memiliki faktor perbaikan kontras yang rendah. Grid yang berat memiliki selektifitas grid yang tinggi dan faktor perbaikan kontras yang lebih baik. Kesalahan-kesalahan dalam penggunan Grid (Bushberg, 2001), 1. Off level Bila pemasangan grid pada kaset rata membentuk sudut terhadap sumber sinar X(sinar rontgen). Off level dapat terjadi pada grid linear Gambar 2.14 Kesalahan penggunaan grid off level (Bushberg, 2001) 2. Off center Bila pengaturan grid tidak tepat pada pertengahan film atau titik aksis lampu kolimator tidak dapat jatuh pada pertengahan grid.off centre dapat terjadi pada grid linear dan grid fokus.

16 19 Gambar 2.15 Kesalahan penggunaan gird off center (Bushberg, 2001) 3. Off fokus Kesalahan ini diakibatkan oleh pengaturan jarak antara fokus dengan grid apakah itu lebih kecil ataupun lebih besar. Off fokus dapat terjadi pada grid linear dan grid fokus Gambar 2.16 Kesalahan penggunaan grid off focus (Bushberg, 2001) 4. up side down (terbalik) Pemasangan grid pada permukaan kaset secara terbalik. up side down dapat terjadi pada grid fokus.

17 20 Gambar 2.17 Kesalahan penggunaan grid upside down (Bushberg, 2001) 2.11 Kualitas Citra radiografi Sebuah citra radiograf diharuskan dapat memberikan informasi yang jelas dalam upaya menegakan diagnosa. Ketika citra radiograf yang dihasilkan mempunyai semua informasi yang dibutuhan dalam memastikan sebuah diagnosa maka citra radiograf dikatakan memiliki kualitas gambar yang tinggi (Meredith, 2014). Kualitas sama artinya dengan mutu. Untuk memenuhi kualitas citra radiografi yang tinggi, maka sebuah citra radiograf harus memenuhi beberapa aspek yang akan dinilai pada sebuah radiograf yaitu densitas, kontras,dan ketajaman dan detail. Semua aspek ini harus bernilai baik agar radiograf bisa dikatakan mempunyai kualitas gambaran yang baik (Puskaradim, 2014). Selanjutnya akan dijelaskan secara terperinci tentang tiga aspek dalam sebuah citra radiografi dibawah ini Densitas Yaitu tingkat derajat kehitaman suatu gambaran radiografi akibat banyaknya intensitas radiasi yang mengenai emulsi film. Penghitaman dihasilkan oleh pengembangan Kristal Kristal perak bromide dalam emulsi film sesuai dengan jumlah paparan radiasi yang diterima. Intensitas cahaya setelah melewati

18 21 film radiograf memiliki densitas tertentu,akan berkurang akibat terjadi penyerapan oleh film. Densitas merupakan derajat penghitaman pada film yang dihasilkan dari perbandingan logaritma antara intensitas cahaya sebelum mengenai film dengan intensitas cahaya setelah melewati film (Bushberg, 2001). Densitas dituliskan dengan : D I log I o (2.7) t Dengan D adalah Densitas, I 0 adalah Intensitas cahaya sebelum menembus film sedangkan I t adalah Intensitas cahaya setelah mengenai film Gambar 2.18 Prinsip Densitas Radiografi (Bushong, 2001) Densitas minimal dalam radiografi mempunyai skala 0 dan densitas maksimal mempunyai skala 4. Untuk mendapatkan informasi yang optimal dari sebuah citra radiografi maka radiografi tersebut harus mempunyai rentang densitas tertentu didalam radiodiagnostik berkisar 0.25 D sampai 2.5 D (Bushong, 2001). Densitas dipengaruhi oleh: a. Tegangan tabung (kv) Menunjukkan kualitas sinar X (sinar Rontgen) karena berhubungan dengan kemampuan sinar X (sinar Rontgen) dalam menembus bahan b. Kuat arus (ma) Menunjukan besarnya arus yang terjadi selama eksposi berlangsung. c. Waktu (s) Waktu eksposi/lamanya sinar X (sinar Rontgen) yang keluar saat pemotretan dalam satuan detik. d. Kuat arus waktu (mas) kualitas sinar yang dihasilkan e. Jarak Fokus ke Film (Focus Film Distance) Jarak pemotretan dari fokus pesawat ke film.

19 22 f. Ketebalan objek Semakin tebal objek yang akan difoto, faktor eksposi semakin meningkat g. Luas lapangan penyinaran Intensitas sinar X yang keluar dari tube sinar X Kontras Perbedaan gambaran antara derajat kehitaman dan putih akibat adanya perbedaan daya absorbsi objek terhadap sinar X. Perbedaan tingkat kehitaman ini disebabkan oleh nomor atom objek berbeda-beda sehingga daya serap tiap objek berbeda-beda. Objek yang tebal memiliki daya serap yang lebih besar sehingga sedikit sinar X yang sampai ke film akibatnya citra yang dihasilkan putih, Sedangkan Objek yang tipis memiliki daya serap yang lebih kecil sehingga lebih banyak melewatkan sinar X yang sampai ke film akibatnya citra yang dihasilkan hitam (Bushberg, 2001). Hal ini yang menyebabkan timbulnya perbedaan tingkat kehitaman suatu citra radografi. Perbedaan tingkat kehitaman ini dirumuskan dengan (Bushong, 2001) : C = D max D min (2.8) Dengan C adalah Kontras, D max adalah Densitas maksimum dan D min adalah Densitas minimum. Kontras radiografi dibagi menjadi 2: 1. Kontras subjektif : perbedaan persepsi/penilaian mata, masing-masing orang dalam membedakan kontras radiografi. 2. Kontras objektif : perbedaan gambaran hitam dan putih yang diukur dengan alat densitometer. Faktor yang mempengaruhi kontras radiografi: 1. Tegangan tabung 2. Perbedaan koefisien atenuasi linear gambar, dipengaruhi oleh kerapatan jenis dan nomor atom objek. 3. Radiasi hambur akan menurunkan nilai kontras 4. Penggunaan grid akan meningkatkan kontras radiografi dengan menyerap radiasi hambur.

20 23 5. Processing film : agitasi yang terlalu lama menyebabkan gambaran hitam meningkat (kontras menurun), cairan processing yang lemah menyebabkan kontras menurun Ketajaman gambar Jika kontras didefinisikan sebagai perbedaan densitas, yaitu ukuran dari garis imaginer yang merupakan batas dari dua daerah yang berbeda kehitamannya (ketajaman tinggi = batasnya jelas). Pada praktik bentuk bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti : 1. Faktor geometrik Faktor yang berhubungan dengan pembentukan bayangan. Dipengaruhi oleh: a. Ukuran fokus Setiap pesawat rontgen memiliki perbedaan ukuran fokus. Semakin kecil fokus, semakin tajam hasil gambaran b. Jarak Semakin jauh FFD atau semakin dekat OFD maka semakin tajam gambaran 2. Faktor pergerakan Faktor yang berhubungan dengan objek dan pergerakannya. Ada 2 macam pergerakan: 1. Pergerakan subjektif, yaitu pergerakan yang disebabkan oleh organ-organ yang bergerak secara sadar, contoh: denyut jantung, paru-paru, dll yang menyebabkan kekaburan gambaran. 2. Pergerakan objektif, yaitu pergerakan dari objek yang dapat dikendalikan secara sadar, contoh : pada tulang. 3. Faktor Fotografi Faktor yang berhubungan dengan pencatatan bayangan. Jadi ketajaman memperhatikan bagaimana perubahan densitas pada perbatasan antara daerah yang berdekatan. Batas antara dua area yang muncul bisa sangat tajam,hal ini di karenakan terdapat perubahan drastis nilai densitas pada

21 24 batas tersebut. Dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi nilai kontras,maka semakn tajam gambar yang dihasilkan Faktor faktor yang mempengaruhi Kualitas radiograf Menurut Meredith (2014), Nilai densitas suatu film radiografi merupakan paparan hasil dari paparan sinar X yang diserap oleh film tersebut. Banyaknya jumlah paparan yang diterima oleh film radiograf tergantung atau dipengaruhi oleh material atom target,tegangan tabung, dan jarak antara focus ke film Material atom target Nomor atom bahan target mempengaruhi dalam jumlah energi efektif yang sinar X dihasilkan. Peningkatan nomor atom bahan target mengakibatkan peningkatan efisiensi produksi Bremsstrahlung dan peningkatan energi sinar X yang dihasilkan. Kualitas sinar X sebanding dengan nomor atom bahan target yang terdapat pada tabung sinar X Tegangan tabung sinar X Paparan sinar X kira kira sebanding dengan factor pangkat dua dari besarnya tegangan tabung yang digunakan. Dalam arti jika tegangan tabung dinaikkan dua kali maka paparan sinar X akan naik menjadi empat kalinya, sehingga daya tembusnya menjadi lebih besar (Meredith dkk, 2014). Hubungan tegangan tabung dan intensitas sinar X dirumuskan dengan : I I V V2 2 (2.9) Dengan I adalah paparan sinar X (Watt/m 2 ) dan V adalah beda potensial pada tabung sinar X (kv) Arus Tabung Arus tabung didefenisikan sebagai jumlah elektron per satuan waktu yang bergerak dari katoda ke anoda. Paparan sinar X yang terjadi sebanding dengan besarnya arus tabung yang dipergunakan (Meredith,dkk 2014) Hubungan ini dapat dituliskan dengan :

22 25 Dengan i adalah kuat arus. I I i (2.10) i Jarak antara focus ke film Jarak focus ke film (FFD) adalah jarak antara titik focus sinar X dengan letak film radiograf. Perubahan pada FFD akan selalu berakibar pada perubahan nilai paparan sinar X yang mencapai film, karena intensitas sinar X berbanding terbalik dengan jarak/hokum kuadrat terbalik (invers square law). Apabila d merupakan jarak dari focus ke film maka paparan sinar X dapat dituliskan menjadi : I I d (2.11) d Densitometer Densitometer merupakan sebuah instrumen (alat) yang dapat mengukur derajat penghitaman pada film. Alat menghasilkan data yang dapat dibaca dari besarnya densitas pada sebuah film.sebuah densitometer terdiri dari sebuah sumber cahaya, tempat meletakkan film yang akan diukur, lubang cahaya untuk mengontrol tambahan cahaya dari sumber cahaya sebuah sensor tangan dengan sensor optis, sebuah display bacaan dan sebuah kontrol kalibrasi angka.. Pengukuran densitas ini akan membantu dalam menentukan nilai densitas optimal suatu citra radiografi melalui pemakaian grid dengan rasio tertentu.satuan dari pengukuran nilai densitas optik sebuah citra radiografi adalah D (Density) (Bushberg, 2002) Gambar 2.19 Densitometer (Nde-ed.org)

23 26 Densitometer dalam bentuk sketsa adalah sebagai berikut : Gambar 2.20 Densitometer dalam bentuk Sketsa Fungsi tombol tombol dalam sketsa tersebut sebagai berikut : 1. Calibration control : berfungsi mengatur ulang/adjust angka pada layar display ke posisi 0 (null) setelah film selesai diukur. 2. Readout display : berfungsi menampilkan hasil pembacaan film dalam bentuk angka. 3. Sensor arm : berfungsi sebagai penyangga/penahan film ketika dibaca oleh sensor optis. 4. Stage : berfungsi sebagai tempat peletakan film ketika akan diukur. 5. Aperture : berfungsi sebagai pengatur seberapa besar sensor optis terbuka ketika membaca densitas film. 6. Optical Sensor : berfungsi sebagai pembaca densitas optic (OD) pada film radiografi 7. Light source : berfungsi sebagai sumber cahaya pada Densitometer. Cara Kerja densitometer adalah sebagai berikut : a. Film diletakkan menempel diantara sumber cahaya dan sensor b. Selanjutnya sumber cahaya dihidupkan sehingga lampu akan menyala

24 27 c. Cahaya yang melewati film akan ditangkap oleh sensor fotoelektrik. d. Semakin hitam film yang diukur maka semakin sedikit cahaya yang diterima oleh sensor maka nilai densitas akan semakin tinggi. Pada gambaran radiograf, nilai densitas bervariasi mulai dari 0,2 D pada bagian yang transparan s/d 3,5 D atau 4 D pada bagian yang paling gelap. Daerah abu-abu yang merupakan daerah yang paling sering digunakan mempunyai densitas mendekati 1 D. Seperti yang ditanyatan diatas bahwa nilai densitas bervariasi dari nilai dari mulai 0,2 D sampai dengan 4 D. Nilai paling bawah tidak bisa sampai 0 dikarenakan terdapatnya basic fog pada masing-masing film. Seperti sudah diketahui bersama bahwa basic fog akan menyebabkan adanya densitas yang telah dibentuk meskipun film belum dieksposi. Nilai tertinggi yang bisa dicapai oleh sebuah film bisa sampai 4 D jika film memiliki kehitaman sempurna, namun biasanya film pada radiografi jarang yang densitasnya mencapai 4 D. Nilai densitas yang bisa membentuk gambaran pada film dan bisa dilihat oleh mata biasa disebut dengan usefull density. Nilai usefull density berkisar antara 0,25 D 2 D (Bushberg, 2001). Pada kurva karakteristik, nilai usefull density berada pada daerah straight line portion atau daerah yang lurus pada kurva karakteristik. Hubungan densitas dengan Penyinaran ditampilkan dalam bentuk kurva karakteristik berikut. Gambar 2.21 Kurva karakteristik (Sprawls, 2010)

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY PNGARUH RADIASI HAMBUR TRHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KTBALAN OBYK DAN LUAS LAPANGAN PNYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY KONSNTRASI FISIKA MDIK, JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATMATIKA DAN ILMU PNGTAHUAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara 4 BAB II DASAR TEORI.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X Sinar-X yang dipancarkan dari sistem pembangkit sinar-x merupakan pancaran foton dari interaksi elektron dengan inti atom di anoda. Pancaran foton tiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1.Dasar dasar Fisika sinar-x Sinar-X atau sinar Rontgen ditemukan oleh W.C.Rontgen pada tahun 1895 merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sangat pendek (

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX Youngster Physics Journal ISSN : 3-737 Vol. 4, No., Januari 5, Hal 33-38 ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX Aulia Narindra Mukhtar dan Heri Sutanto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sejarah Penemuan Sinar-X Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Rontgen pada tanggal 8 November 1895. Pada saat Rontgen menyalakan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kamar Gelap Dalam proses radiografi processing room atau kamar gelap merupakan salah satu pendukung penting dalam menunjang keberhasilan pemotretan. Disebabkan karena dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI JUWAIRIAH NIM : 110821007 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh.

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh. 1. Pendahuluan Sinar X adalah jenis gelombang elektromagnetik. Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895, ia menemukan secara tidak sengaja sebuah gambar asing dari generator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Prinsip Kerja Sinar-X Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang di dalamnya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung Roentgen dihubungkan ke

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X BAB II DASAR TEORI 2.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X Sinar-X yang dipancarkan dari sistem pembangkit sinar-x merupakan pancaran foton dari atom. Pancaran foton tiap satuan luas disebut penyinaran. Foton-foton

Lebih terperinci

PENGARUH GRID(KISI) LINIER TERHADAP KETAJAMAN DAN DENSITAS GAMBAR FILM RONTGEN PADA PEMOTOAN SCHEDEL LATERAL

PENGARUH GRID(KISI) LINIER TERHADAP KETAJAMAN DAN DENSITAS GAMBAR FILM RONTGEN PADA PEMOTOAN SCHEDEL LATERAL PENGARUH GRID(KISI) LINIER TERHADAP KETAJAMAN DAN DENSITAS GAMBAR FILM RONTGEN PADA PEMOTOAN SCHEDEL LATERAL SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains SURYA

Lebih terperinci

12/03/2015 SEKILAS SEJARAH. PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si TABUNG SINAR-X SKEMA TABUNG SINAR-X

12/03/2015 SEKILAS SEJARAH. PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si TABUNG SINAR-X SKEMA TABUNG SINAR-X MK DIFRAKSI SINAR-X SEKILAS SEJARAH PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si William Roentgen menemukan sinar-x yang memiliki sifat: 1. Merambat dengan lintasan lurus 2.

Lebih terperinci

Sinar X. (Diajukan Guna Memenuhi Tugas Fisika Modern) Oleh :

Sinar X. (Diajukan Guna Memenuhi Tugas Fisika Modern) Oleh : Sinar X (Diajukan Guna Memenuhi Tugas Fisika Modern) Oleh : Nur Izzati R. (120210102026) Nanda Nurarivikka F. (120210102029) Novida Ismiazizah (120210102090) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 SINAR- X Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik didefenisikan sebagai sesuatu gelombang yang terdiri atas gelombang listrik dan gelombang magnit. Pada gambar 2.1 berikut ditunjukkan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB XIV ARUS BOLAK BALIK Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id SINAR KATODE Penemuan sinar katode telah menginspirasi penemuan sinar-x dan radioaktivitas Sinar katode ditemukan oleh J.J Thomson

Lebih terperinci

Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi

Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi Ayu Wita Sari 1* dan Enggel Fransiska 2 Intisari Telah dilakukan penelitian tentang hubungan faktor

Lebih terperinci

DASAR-DASAR RADIOLOGI

DASAR-DASAR RADIOLOGI DENTAL RADIOGRAFI Prinsip dan Teknik BAB 1 DASAR-DASAR RADIOLOGI 1.1. SEJARAH S inar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang professor fisika dari Universitas Wurzburg, Jerman. Saat itu ia melihat

Lebih terperinci

Fisika Modern (Teori Atom)

Fisika Modern (Teori Atom) Fisika Modern (Teori Atom) 13:05:05 Sifat-Sifat Atom Atom stabil adalah atom yang memiliki muatan listrik netral. Atom memiliki sifat kimia yang memungkinkan terjadinya ikatan antar atom. Atom memancarkan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ). PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT)

PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT) PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan fisika radiasi sebagai dasar dalam diagnosa Roentgenografi. POKOK BAHASAN : Fisika radiasi Sub pokok bahasan : 1. Konsep dasar sinar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembentukan Gambar Radiografi Menurut ( carlton 2001 ) Salah satu dari faktor penting sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat menembus bahan, tetapi hanya yang benar-benar sinar-x

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT)

PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT) PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan faktor faktor pembentuk dalam radiografi POKOK BAHASAN : Faktor faktor pembentuk radiografi Sub pokok bahasan : 1. Interaksi antara sinar

Lebih terperinci

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK =================================================

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Bila dalam kawat PQ terjadi perubahan-perubahan tegangan baik besar maupun arahnya, maka dalam kawat PQ

Lebih terperinci

PENGUJIAN LINIERITAS KELUARAN PEMBANGKIT ARUS SINAR X MENGGUNAKAN STEPWEDGE SKRIPSI. Evi Yusita Nim

PENGUJIAN LINIERITAS KELUARAN PEMBANGKIT ARUS SINAR X MENGGUNAKAN STEPWEDGE SKRIPSI. Evi Yusita Nim PENGUJIAN LINIERITAS KELUARAN PEMBANGKIT ARUS SINAR X MENGGUNAKAN STEPWEDGE SKRIPSI Evi Yusita Nim. 080921004 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sinar-X Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang

Lebih terperinci

Latihan Soal UN Fisika SMA. 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 C. ML-1T-2 D. ML2 T-2 E. ML-2T-2

Latihan Soal UN Fisika SMA. 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 C. ML-1T-2 D. ML2 T-2 E. ML-2T-2 Latihan Soal UN Fisika SMA 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 ML-1T-2 ML2 T-2 ML-2T-2 2. Apabila tiap skala pada gambar di bawah ini = 2 N, maka resultan kedua gaya tersebut adalah...

Lebih terperinci

1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan

1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan 1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan setiap benda akan memancarkan cahaya bila dipanaskan, contoh besi yang dipanaskan warna yang terpancar tidak bergantung pada jenis bahan atau warna asalnya, melainkan

Lebih terperinci

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN TEORI FOTON Gelombang Elektromagnetik termasuk cahaya memiliki dwi-sifat (Dualisme)

Lebih terperinci

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh-

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Fisika Kuantum - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0799 Version: 2012-09 halaman 1 01. Daya radiasi benda hitam pada suhu T 1 besarnya 4 kali daya radiasi pada suhu To, maka T 1

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH ph TERHADAP PERUBAHAN NILAI DENSITAS OPTIK (OPTICAL DENSITY) PADA FILM DENGAN VARIASI JENIS DEVELOPER

ANALISA PENGARUH ph TERHADAP PERUBAHAN NILAI DENSITAS OPTIK (OPTICAL DENSITY) PADA FILM DENGAN VARIASI JENIS DEVELOPER Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 73-78 ANALISA PENGARUH ph TERHADAP PERUBAHAN NILAI DENSITAS OPTIK (OPTICAL DENSITY) PADA FILM DENGAN VARIASI JENIS DEVELOPER

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id APA ITU KIMIA INTI? Kimia inti adalah ilmu yang mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta reaksi-reaksi

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EKSPOSI MESIN RADIOGRAFI KONVENSIONAL DI LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES

PENENTUAN FAKTOR EKSPOSI MESIN RADIOGRAFI KONVENSIONAL DI LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES PENENTUAN FAKTOR EKSPOSI MESIN RADIOGRAFI KONVENSIONAL DI LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES SKRIPSI di sajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika oleh YULIANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telah menciptakan inovasi terhadap perkembangan sistem radiografi konvensional ke sistem radiografi digital. Sistem radiografi berawal dari penemuan

Lebih terperinci

10-3 mk). Hubungan tersebut disebut Hukum pergeseran Wien, yang dinyatakan oleh Wilhelm Wien ( ). (Baca juga : Radiasi Panas)

10-3 mk). Hubungan tersebut disebut Hukum pergeseran Wien, yang dinyatakan oleh Wilhelm Wien ( ). (Baca juga : Radiasi Panas) Hukum Pergeseran Wien, Hukum Radiasi Planck, Bunyi, Rumus, Contoh Soal, Jawaban, Radiasi Benda Hitam, Intensitas, Frekuensi, Teori, Fisika - Berikut ini adalah materi lengkapnya : 1. Hukum Pergeseran Wien

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

PERCOBAAN EFEK FOTOLISTRIK

PERCOBAAN EFEK FOTOLISTRIK PERCOBAAN EFEK FOTOLISTRIK A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari efek/gejala fotolistrik secara eksperimen. 2. Menentukan fungsi kerja/work function sel foto (photo cell). 3. Menentukan nilai tetapan Planck

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produksi Sinar-X Pada aplikasinya, penciptaan sinar-x tak lagi mengandalkan mekanisme tabung crookes, melainkan dengan menggunakan pesawat sinar-x modern. Pesawat sinar-x modern

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Kuat arus (ma)

LAMPIRAN A. Kuat arus (ma) LAMPIRAN A Pada pesawat Rontgen digital faktor eksposisi dibuat dengan menggunakan tegangan tabung tetap yaitu sebesar 60 kv dengan memvariasikan kuat arus 50 ma sampai 400 ma, dengan ma tetap yaitu 10

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Penguatan Lembar Penguat Terhadap Densitas Radiograf

Pengaruh Kecepatan Penguatan Lembar Penguat Terhadap Densitas Radiograf Berkala Fisika ISSN : 1410-966 Vol. 6, No. 3, Juli 003, hal. 63-70 Pengaruh Kecepatan Penguatan Lembar Penguat Terhadap Densitas Radiograf Darmini 1, Ngurah Ayu dan Muhammad Nur 3,4 1. Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN. Oleh : NANANG SURIANSYAH

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN. Oleh : NANANG SURIANSYAH STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN Oleh : NANANG SURIANSYAH ABSTRACT It has been analysed that the influence of the ratio

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN TUGAS... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci

Modifikasi Pesawat Dental X-ray Panoramic merk Asahi (Pengaturan kv dan proses scanning)

Modifikasi Pesawat Dental X-ray Panoramic merk Asahi (Pengaturan kv dan proses scanning) Modifikasi Pesawat Dental X-ray Panoramic merk Asahi (Pengaturan kv dan proses scanning) Iqbhal Ardiyansah, Tri Bowo Indrato,ST,MT, Dr. Endro Yulianto,ST,MT Jurusan Teknik Elektromedik POLITEKNIK KESEHATAN

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Feni Fitriyani 1, Suharyana 1, Muhtarom 2

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301) Cahaya

Fisika Umum (MA 301) Cahaya Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini (minggu 11) Cahaya Cahaya adalah Gelombang Elektromagnetik Apa itu Gelombang Elektromagnetik!!! Pendahuluan: Persamaan Maxwell Listrik dan magnet awalnya dianggap sebagai

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AJARAN 2011/2012

UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AJARAN 2011/2012 UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AJARAN 2011/2012 Matakuliah : Fisika Kesehatan Program Studi : Ilmu Gizi Hari, tanggal : Jumat, 22 Juni 2012 Sifat : Buku tertutup Dosen Waktu : Yosi Apriansari, M.Si Supardi,

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ

DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ Oleh : Agus Purwanto Sumarna JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SINAR X Sinar x merupakan gelombang elektro magnetik didefenisikan sebagai suatu gelombang yang terdiri atas gelombang listrik dan gelombang magnit. Pada gambar 2 berikut ditunjukkan

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Radiologi Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fiska di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI DENGAN VARIASI SAFE LIGHT

PENGUJIAN KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI DENGAN VARIASI SAFE LIGHT PENGUJIAN KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI DENGAN VARIASI SAFE LIGHT Juliana Jurusan Fisika Medik FMIPA UNHAS ABSTRAC The research about of examination to quality of radiography picture with the variation of

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada

Lebih terperinci

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa tebal keping adalah... A. 4,30 mm B. 4,50 mm C. 4,70

Lebih terperinci

Penentuan Energi Eksitasi Elektron dan Panjang Gelombang Foton Menggunakan Percobaan Franck-Hertz

Penentuan Energi Eksitasi Elektron dan Panjang Gelombang Foton Menggunakan Percobaan Franck-Hertz Penentuan Energi Eksitasi Elektron dan Panjang Gelombang Foton Menggunakan Percobaan Franck-Hertz Evi Nurafida (081411331018), Rahmatul Izza N.A. (081411331028), Miftachul Nur Afifah (081411331062) Laboratorium

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, akan tetapi tetap memperhatikan proteksi radiasi. tersebut akan kita peroleh dengan mengubah jarak sumber sinar dan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, akan tetapi tetap memperhatikan proteksi radiasi. tersebut akan kita peroleh dengan mengubah jarak sumber sinar dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan IPTEK semakin pesat termasuk dalam bidang kedokteran. Sejalan dengan itu tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan juga semakin

Lebih terperinci

BIMBEL ONLINE 2016 FISIKA

BIMBEL ONLINE 2016 FISIKA BIMBEL ONLINE 2016 FISIKA Rabu, 16 Maret 2016, Pkl. 19.00 20.30 WIB. online.sonysugemacollege.com Onliner : Pak Wasimudin S. 1. Sifat umum dari gelombang antara lain: (1) dapat mengalami interferensi (2)

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Sebuah pita diukur, ternyata lebarnya 12,3 mm

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

2 A (C) - (D) - (E) -

2 A (C) - (D) - (E) - 01. Gaya F sebesar 12 N bekerja pada sebuah benda yang masanya m 1 menyebabkan percepatan sebesar 8 ms -2. Jika F bekerja pada benda yang bermassa m 2 maka percepatannya adalah 2m/s -2. Jika F bekerja

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN Ahmad Rizal Sultan 1) Abstrak : Secara umum, tiap jenis lampu listrik memiliki umur sendiri. Namun karena berbagai faktor umur rata-rata belum

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONSUL UNTUK OPERATOR PADA PEREKAYASAAN PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI

PERANCANGAN KONSUL UNTUK OPERATOR PADA PEREKAYASAAN PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI PERANCANGAN KONSUL UNTUK OPERATOR PADA PEREKAYASAAN PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI Rahmat, Budi Santoso, Kristiyanti Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir-BATAN ABSTRAK PERANCANGAN KONSUL UNTUK OPERATOR PADA PEREKAYASAAN

Lebih terperinci

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version:

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: SBMPTN 2015 Fisika Kode Soal Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: 2015-09 halaman 1 16. Posisi benda yang bergerak sebagai fungsi parabolik ditunjukkan pada gambar. Pada saat t 1 benda. (A) bergerak dengan

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI)

ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI) ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI) SKRIPSI Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Fisika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

CHAPTER I RADIASI BENDA HITAM

CHAPTER I RADIASI BENDA HITAM CHAPTER I RADIASI BENDA HITAM - Perpindahan panas matahari kebumi disebut salah satu contoh peristiwa radiasi - Setiap benda memancarkan radiasi panas - Pada suhu 1 K benda mulai berpijar kemerahan seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LED ( Light Emitting Diode) Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (light-emitting diode) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak

Lebih terperinci

RADIASI BENDA HITAM. Gambar 2.1 Benda Hitam

RADIASI BENDA HITAM. Gambar 2.1 Benda Hitam RADIASI BENDA HITAM Kesuksesan yang spektakuler dari teori Maxwell tentang asumsi cahaya, telah memungkinkan dilakukan suatu usaha untuk mengaplikasikan teori tersebut pada percobaan untuk menemukan jawaban

Lebih terperinci

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Vincensius Gunawan.S.K Laboratorium Fisika Zat Padat, Jurusan Fisika, Universitas

Lebih terperinci

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP Pengaruh Teknik Tegangan Tinggi Terhadap Entrasce Skin Exposure( ESE ) dan Laju Paparan Radiasi Hambur Pada Pemeriksaan Abdomen Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1 TRY OUT UN 2014

PAKET SOAL 1 TRY OUT UN 2014 1. Perhatikan pengukuran benda menggunakan 4. Sebuah benda bergerak melingkar dengan neraca o-hauss berikut ini! kecepatan 240 putaran per menit. Apabila jarijari lintasan 20 cm, maka besar kecepatan π

Lebih terperinci

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A PREDIKSI 7 1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A B C D E 2. Pak Pos mengendarai sepeda motor ke utara dengan jarak 8 km, kemudian

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY Cicillia Artitin, Suryono dan Evi Setiawati Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang E-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penemuan sinar-x pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8 November 1895 memberikan hal yang sangat berarti dalam perkembangan

Lebih terperinci

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi VII. PELURUHAN GAMMA Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi 7.1. PELURUHAN GAMMA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok

Lebih terperinci

PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG

PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG Ahmad Faesol, Yusron Adi Utomo Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email : yusronadi17@gmail.com Abstract:

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI SINAR BETA OLEH MEDAN MAGNET

PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI SINAR BETA OLEH MEDAN MAGNET PANDUAN PENGGUNAAN KIT ATOM-INTI Oleh : Sukardiyono dan Yusman Wiyatmo Disampaikan pada Pelatihan Kepala Laboratorium Fisika SMA Kabupaten Kebumen dan Purworejo 11 Agustuas 2012 PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI 1. EKSITASI ATOMIK 2. SPEKTRUM EMISI HIDROGEN 3. DERET SPEKTRUM HIDROGEN 4. TINGKAT ENERGI DAN

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN JARAK OBYEK KE FILM TERHADAP PEMBESARAN OBYEK PADA PEMANFAATAN PESAWAT SINAR-X, Type CGR

PENGARUH PERUBAHAN JARAK OBYEK KE FILM TERHADAP PEMBESARAN OBYEK PADA PEMANFAATAN PESAWAT SINAR-X, Type CGR PENGARUH PERUBAHAN JARAK OBYEK KE FILM TERHADAP PEMBESARAN OBYEK PADA PEMANFAATAN PESAWAT SINAR-X, Type CGR Felda Souisa 1 Ratnawati 2 Balik Sudarsana 3 *Jurusan Fisika Falkutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN DAN DOSIS RADIASI PADA VARIASI KOMBINASI KAYU DAN ALUMINIUM

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN DAN DOSIS RADIASI PADA VARIASI KOMBINASI KAYU DAN ALUMINIUM Youngster Physics Journal ISSN : 232-7371 Vol. 4, No. 1, Januari 215, Hal 87-92 PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN DAN DOSIS RADIASI PADA VARIASI KOMBINASI KAYU DAN ALUMINIUM Andri Yanyah dan Heri

Lebih terperinci

RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA)

RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA) LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN PROGRAM SP4 Tahun anggaran 004 RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA) Oleh: Agus Purwanto Slamet MT Sumarna

Lebih terperinci

Rancang Bangun Spektrofotometer untuk Analisis Temperatur Matahari di Laboratorium Astronomi Jurusan Fisika UM

Rancang Bangun Spektrofotometer untuk Analisis Temperatur Matahari di Laboratorium Astronomi Jurusan Fisika UM Rancang Bangun Spektrofotometer untuk Analisis Temperatur Matahari di Laboratorium Astronomi Jurusan Fisika UM NOVITA DEWI ROSALINA*), SUTRISNO, NUGROHO ADI PRAMONO Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Energi getaran selaras : A. berbanding terbalik dengan kuadrat amplitudonya B. berbanding terbalik dengan periodanya C. berbanding lurus dengan kuadrat amplitudonya. D. berbanding lurus dengan kuadrat

Lebih terperinci