LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA RADIODIAGNOSTIK FAKTOR GEOMETRI (DISTORSI BENTUK)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA RADIODIAGNOSTIK FAKTOR GEOMETRI (DISTORSI BENTUK)"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA RADIODIAGNOSTIK FAKTOR GEOMETRI (DISTORSI BENTUK) Disusun Guna Memenuhi Tugas Laporan Praktek Fisika Radiodiagnostik yang Diampu oleh Sri Mulyati, S.Si, MT Disusun oleh : Alit Nur Cahyani Aziza Ayu Lestari Dwi Yulian Purwandani Hanik Neily Rizqiyah Indah Nur Azizah Lailatul Badriyah Muhammad Sofyan Mubarok Nur Wahid Abdurrohman Sani Nafi a Zulfa Sofiana (P ) (P ) (P ) (P ) (P ) (P ) (P ) (P ) (P ) (P ) PRODI D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANGJURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2015

2 I. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh faktor geometric terhadap ukuran dan bentuk gambaran II. Landasan Teori Sebagai tenaga paramedis, seorang radiografer hendaknya dapat menyajikan gambar radiografi (foto rontgen) yang berkualitas, terutama saat pelayanan di rumah sakit - rumah sakit, atau laboratorium klinik swasta yang sudah banyak tersebar di masyarakat.gambaran radiografi merupakan hal penting dalam menunjang praktek radiografer sehari-hari.setiap radiografer pasti menginginkan gambar radiografi atau foto rontgen dengan kualitas yang semaksimal mungkin dalam rangka menegakkan diagnosis. Ada beberapa pengertian dari kualitas radiograf yaitu kemampuan radiograf dalam memberikan informasi yang optimal dari obyek yang diperiksa.(curry, 1984) atau kesanggupan radiograf untuk membentuk pola bayangan nyata sesuai besarnya transmisi sinar-x yang mengenai film setelah menembus obyek (Chesney, 1981). Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila melewatkan sinar matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk citra radiografi haruslah dengan bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang. Pada praktek bentuk bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti : a. Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal : ukuran, jarak) b. Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat c. Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam citra. Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari struktur yang dapat terlihat pada citra radiografi. Karena itu, semu faktor mengatur kontras (perbedaan densitas) juga mempengaruhi ketajaman. Faktor ini bersifat obyektif karena dapat diukur. Ketajaman dapatr juga dipengaruhi

3 oleh faktor yang tidak obyektif yang disebut faktor subyektif, sangat bervariasi tidak dapat diukur, termasuk hal yang berada di luar. Citra seperti kondisi dari viewer boleh dikatakan bahwa ketajaman yang dimaksud adalah kualitas visual yang lebih bersifat subyektif. Faktor yang Mempengaruhi Ketajaman a. Faktor Citra Radiografi, meliputi : Ketajaman dan kontras obyektif Tingakat eksposi Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas masih dapat diamati, walau tingkat densitasnya sedikit (ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat rendah). Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur masih dapat terlihat jelas walau dengan batas yang tidak begitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail struktur tidak optimal). Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto abdomen untuk melihat struktur dari janin, terlihat adanya perbedaan densitas yang kecil, namun bentuk janin terlihat jelas. Juga pada x-foto abdomen anak kecil tertelan uang logam terlihat adanya perbedaan densitas yang tinggi, ketajaman uang logam masih terlihat walau bentuknya tidak tegas (uang logam bergerak). Dengan demikian, batas yang tegas dari citra radiografi tidak hanya tergantung oleh ketajaman/kontras tetapi dari keduanya. Tingkat eksposi signifikan merubah kontras yang terlihat pada citra radiografi. Bila terjadi overexposure maka densitas pada seluruh bidang film juga meningkat, tetapi kontras obyektif (overexposure tidak berlebihan) tidak berubah, karena perbedaan melewatkan cahaya dari seluruh bidang x-foto tetap ada dan dapat diukur. Karena densitas yang demikian besar, mata sudah tidak dapat lagi melihat, karena tidak ada lagi cahaya dari viewer yang dapat melaluinya. Oleh karena itu pemirsa mengatakan bahwa kontras visual berkurang karena overexposure, jadi kontras visual ini bersifat subyektif tidak dapat diukur. Pada underex posure dimana densitasnya sangat minim menyebabkan kontras obyektif dan subyektif menjadi kurang.

4 b. Faktor Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto) Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengan contras subyektif faktor viewer dapat dilihat dari segi: Yang berhubungan dengan kualitas penerang Penerangan lampu viewer dapat dengan berbagai warna, intensitas, dan homogenitas; diluminator yang moderen denfgan dilengkapi dengan beberapa lampu TL yang memancarkan cahaya biru cerah dan homogen, dapat meningkatkan nilai kontras kontras-fisual. X-foto yang overexposure dengan menaikan intensitas penerangan illuminator akan meningkatkan kontras subyektif, sedangkan yang underexposure intensitas cahaya diturunkan hingga kontras visual dapat tercapai. Pada umumnya viewer dilengkapi dengan alat pengatur terangnya cahaya, sesuai dengan keadaan citra radiografi yang sedang ditayangkan. Ruang baca x-foto sebaiknya ruangan redup (watt rendah) sehingga cahaya yang keluar dari viewer dapat diamati dengan baik. Yang berhubungan dengan penglihatan pemirsa Kontras citra radiografi oleh mata kelihatnaya dipengartuhi oleh tingkat penerangan yang diadaptasi, dan oleh silaunya cahaya viewer. Mata yang beradaptasi dengan cahaya terang tidak dapat mengamati perbedaan densitas pada tingkat gelap, dan detail. Juga bila viewer dengan x-foto densitas sedikit, melewatkan cahaya yang menyilaukan, menyebabkan kegagalan untuk melihat detail struktur. Untuk mencegah cahaya yang menyilaukan, viewer dilengkapi dengan semacam diagfragma yang dapat membatasi luas penerangan. Spot light yang berada di luar viewer gunanya untuk mengamati bagian tertentu dari film yang densitasnya gelap. Kontras Radiografi Kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda :

5 1. Kontras Objektif, perbedaan kehitaman ada seluruh bagian citra yang dapat dilihat & dinyatakan dengan angka. 2. Kontras Subjektif, yaitu perbedaan terang di antara bagian film, jadi tidak dapat diukur, tergantung dari pemirsa/pengamat Distorsi Merupakan perbandingan yang salah dari struktur yang direkam, bentuk serta hubungan dengan struktur lainnya kurang betul. Hasil yang benar diperoleh bila garis tentgah struktur yang akan di x-foto berada sejajar dengan film yang tegak lurus dengan pusat sinar-x. Hal ini sering terlihat pada x-ray foto gigi, bila hal ini terjadi, maka x-ray foto gigi akan terlihat bertumpuk satu sama lain, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Pembesaran tidak sama/tidak rata dari berbagai bagian dari objek yang sama yang disebut distorsi. Gambar Obyek yang tebal lebih banyak mengalami distorsi daripada obyek yang tipis Distorsi dapat mengganggu diagnosis. distorsi gambar disebabkan oleh : ketebalan objek, posisi objek dan objek bentuk. Ketebalan Obyek (Object Thickness) Pada obyek yg tebal OID untuk setiap bagian tidak sama magnifikasi setiap bagian obyek tidak sama Obyek yang tebal lebih banyak mengalami distorsi dibanding obyek yg tipis.

6 1. Faktor Ketebalan Obyek dengan diameter yang sama tetapi memiliki ketebalan yang berbeda akan menghasilkan image yang berbeda. Obyek yang sejajar film, gambaran yang diperbesar akan berbentuk sama dg obyek pada film (berlaku untuk sinar sentra / oblik). Ukuran & bentuk bayangan dr bola yang sama besar yang sejajar film tergantung letak lateralnya. Gambar ketebalan objek mempengaruhi distorsi.radiograph dari koin atau bola muncul sebagai lingkaran jika objek berada di sumbu pusat,ketika lateralis untuk poros tengah,koin terlihat sebagai lingkaran dan bola terlihat sebagai elips. 2. Posisi Obyek terhadap Sinar Sentral Ukuran dan bentuk bayangan dr bola yang sama besar yang sejajar dengan film tergantung letak lateralnya. 3. Distorsi Karena Bentuk Obyek

7 Distorsi akan semakin nyata pada obyek-obyek yang memiliki bentuk yang tidak beraturan. Gambar benda-benda yang tidak teratur seperti struktur anatomi,atau barang-barang ini dapat menyebabkan cukup distorsi ketika radiographed dari poros tengah. Distorsi Karena Posisi Gambar ketika obyek ukuran yang sama ditempatkan pada jarak yang berbeda dari IR,distorsi spasial terjadi. Dua obyek yang sama dan sejajar film, tetapi jarak terhadap film tidak sama pembesaran tidak sama.

8 Ukuran dan bentuk bayangan dari obyek miring tergantung dr posisi lateralnya dalam berkas sinar X. Bentuk dan ukuran bayangan tergantung dari sudut inklinasi juga sinar yang dipakai sentral/oblik. Distorsi berkurang karena : FFD OFD Sinar obyek dan film Gambar lateral cenderung objek diposisikan untuk sinar sumbu pusat Dapat sangat terganggu oleh elongasi atau foreshortening. Cara Untuk Mengurangi Distorsi Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk mengurani efek daripada distorsi ini, antara lain : Meminimalkan jarak film-obyek / FOD berarti mengurangi resiko ketidaktajaman dan mengurangi perbesaran citra/bayangan yang dibentuk pada film.

9 Pastikan methode proyeksi penyinaran yang diterapkan pada pasien tidak mengakibatkan (objek) dalam hal ini pasien merasa kurang nyaman sehinngga pasien cenderung bergerak dan akan mengakibatkan ada jarak/celah antara film dengan objek sehingga efek magnifikasi (pembesaran) semakin besar. Sebelum melakukan eksposi, pastikan garis tengah struktur sejajar film tegak lurus dengan pusat sinar-x (Central Ray/CR). III. Alat dan Bahan 1. Koin 2. Bola Pingpong 3. Spon 4. Meteran 5. Busur Derajat 6. Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm 7. Alat Pencatat IV. Prosedur 1. Menyusun koin berjaajar pada jarak 10 cm diatas kaset 2. Melakukan eksposi dengan FFD 100 cm, kv = 40, ma = 300, s = 0,02 3. Memproses film 4. Mengamati gambaran yang terjadi 5. Mengulangi langka 1-3 dengan obyek bola pingpong, kemudian mengamati gambaran yang terjadi 6. Mengatur koin pada jarak 10 cm sejajar diatas film

10 7. Mengulangi langkah di atas dengan titik bidik pada koin yang berada ditepi 8. Mengatur koin dengan penyudutan tertentu (30, 45, 90 ) diatas film melalukan langkah Mengatur koin dnengan penyudutan tertentu (30, 45, 90 ) film dengan arah sudut berlawanan kemudian melakukan langkah 2-4

11 10. Mengulangi percobaan diatas dengan sinar penyudutan 11. Menganalisis hasil praktikum V. Hasil 1. Sudut FFD : 100 cm Diameter koin : 2,7 cm

12 No Sudut I II III Rata-rata ,55 cm 0,5 cm 0,5 cm 0,5167 cm ,2 cm 2,2 cm 2,1 cm 2,167 cm ,7 cm 2,7 cm 2,7 cm 2,7 cm No Sudut I II III Rata-rata ,45 cm 0,4 cm 0,4 cm 0, 4167 cm ,2 cm 2,2 cm 2,1 cm 2,1667 cm ,55 cm 2,6 cm 2,5 cm 2,55 cm 2. Koin FFD : 100 cm Diameter koin : 2,7 cm Ket : A = CP di Tengah B = CP di Tepi

13 a. Central Point di Tengah No I II III Rata-rata 1 2,7 cm 2,75 cm 2,75 cm cm 2 2,7 cm 2,75 cm 2,7 cm 2,717 cm 3 2,75 cm 2,7 cm 2,75 cm cm b. Central Point di Tepi No I II III Rata-rata 1 2,75 cm 2,7 cm 2,75 cm 2.75 cm 2 2,7 cm 2,7 cm 2,75 cm cm 3 2,7 cm 2,7 cm 2,7 cm 2,7 cm 3. Bola Pingpong Ket : A = CP di Tengah B = CP di Tepi

14 a. Central Point di Tengah No I II III Rata-rata 1 4,1 cm 4,1 cm 4,05 cm 4,0833 cm 2 4,05 cm 4,1 cm 4,05 cm cm 3 4,05 cm 4,1 cm 4,1 cm 4,0833 cm b. Central Point di Tepi No I II III Rata-rata 1 4,1 cm 4,1 cm 4,1 cm 4,1 cm 2 4,05 cm 4,1 cm 4,1 cm 4,0833 cm 3 4,05 cm 4 cm 4,1 cm 4,05 cm VI. Pembahasan 1. Radiograf 1 : Penyudutan Pada radiograf pertama dilakukan eksposi sebanyak dua kali. Untuk eksposi yang pertama pada tiga obyek koin yang berjajar dengan penyudutan sebesar 30, 45, 90. Berdasarkan pengukuran gambaran radiograf pada koin didapatkan hasil : No Sudut I II III Rata-rata ,7 cm 2,7 cm 2,7 cm 2,7 cm ,2 cm 2,2 cm 2,1 cm 2,167 cm ,55 cm 0,5 cm 0,5 cm 0,5167 cm Sedangkan pada eksposi kedua, juga dilakukan dengan cara yang sama pada eksposi pertama, akan tetapi penyudutan eksposi kedua dibuat berlawanan arah dengan eksposi pertama, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut : No Sudut I II III Rata-rata ,55 cm 2,6 cm 2,5 cm 2,55 cm ,2 cm 2,2 cm 2,1 cm 2,1667 cm ,45 cm 0,4 cm 0,4 cm 0, 4167 cm Dari kedua data tersebut dapat disimpulkan bahwa koin mengalami distorsi bentuk (foreshortening).foreshortening disebabkan karena letak objek yang tidak sejajar dengan film. Diketahui diameter koin

15 sebenarnya adalah 2,7 cm, akan tetapi hasil yang mengalami pemendekan. Pada eksposi pertama a) Koin membentuk sudut 30, pada radiograf didapat pengukuran diameter 2,7 cm. Diameter pada radiograf ini sama dengan diameter pada koin. Secara teori tidak sesuai, hal ini mungkin disebabkan karena : 1) Pengaturan sudut tidak tepat 30 2) Akibat dari berkas sinar X yang divergent, dimana letak koin ini tidak berada pada central point. 3) Kesalahan alat ukur b) Koin membentuk sudut 45, pada radiograf didapat pengukuran diameter 2,167 cm. Diameter pada radiograf ini kurang dari diameter koin. Sehingga koin ini dapat dikatakan mengalami foreshortening. c) Koin membentuk sudut 90, pada radiograf didapat pengukuran diameter 0,5167 cm. Diameter pada radiograf ini kurang dari diameter koin 2,7 cm. Sehingga koin ini dapat dikatakan mengalami foreshortening. Pada eksposi kedua a) Koin membentuk sudut 30, pada radiograf didapat pengukuran diameter 2,55 cm. Diameter pada radiograf ini kurang dari diameter koin 2,7 cm. Sehingga koin ini dapat dikatakan mengalami foreshortening. b) Koin membentuk sudut 45, pada radiograf didapat pengukuran diameter 2,167 cm. Diameter pada radiograf ini kurang dari diameter koin 2,7 cm. Sehingga koin ini dapat dikatakan mengalami foreshortening. c) Koin membentuk sudut 90, pada radiograf didapat pengukuran diameter 0,5167 cm. Diameter pada radiograf ini kurang dari diameter koin 0,4167 cm. Sehingga koin ini dapat dikatakan mengalami foreshortening.

16 Pada data diatas juga terdapat berbedaaan yang cukup mencolok pada kedua eksposi pada koin yang membentuk sudut 30. Pada eksposi pertama pengukuran diameter pada radiograf 2,7 cm sedangkan pada eksposi kedua pengukuran diameter pada radiograf 2,55 cm terdapat perbedaan sekitar 0,15 cm. Dimungkinkan terjadi kesalahan pada pengukuran eksposi pertama koin menyudut 30, seperti penjelasan diatas. Sehingga secara garis besar, hasil yang didapat dari pengukuran diameter radiograf pertama akan mengalami pembesaran yang tidak sama untuk setiap bagiannya (distorsi). Itulah mengapa pengukuran diameter pada radiograf menjadi berbeda-beda.hal lainnya yang mempengaruhi distorsi bentuk adalah penyudutan. Jika sudut yang digunakan semakin kecil, seperti menggunakan sudut 30, maka terjadinya foreshortening akan semakin kecil. Sebaliknya jika sudut yang digunakan semakin besar, seoerti menggunakan sudut 90, maka terjadinya foreshortening akan semakin besar. 2. Radiograf 2 : Koin Pada radiograf 2 dilakukan eksposi sebanyak dua kali. Untuk eksposi yang pertama pada tiga obyek koin pipih dan tipis yang ditempatkan berjajar dengan titik bidik pada koin yang tengah dengan OFD 0 cm. Berdasarkan pengukuran gambaran radiograf pada koin didapatkan hasil sebagai berikut : No I II III Rata-rata 1 2,7 cm 2,75 cm 2,75 cm cm 2 2,7 cm 2,75 cm 2,7 cm 2,717 cm 3 2,75 cm 2,7 cm 2,75 cm cm Sedangkan pada eksposi kedua, juga dilakukan dengan cara yang sama seperti pada eksposi yang pertama, akan tetapi titik bidik padaeksposi kedua dibuat berada di koin yang ada ditepi, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

17 No I II III Rata-rata 1 2,75 cm 2,75 cm 2,75 cm 2.75 cm 2 2,7 cm 2,7 cm 2,75 cm cm 3 2,7 cm 2,7 cm 2,7 cm 2,7 cm Pada eksposi pertama: a. Koin 1, pada radiograf didapat pengukuran diameter cm. Diameter pada radiograf ini lebih panjang dari diameter koin asli 2,7 cm.dikarenakan terdapat jarak antara permukann kaset dengan film. b. Koin 2 (CP), pada radiograf didapat pengukuran diameter 2,717 cm. Diameter pada radiograf ini lebih besar dari diameter koin asli.dikarenakan terdapat jarak antara permukann kaset dengan film. c. Koin 3, pada radiograf didapat pengukuran diameter cm. Diameter pada radiograf ini lebih panjang dari diameter koin sebenarnya.dikarenakan terdapat jarak antara permukann kaset dengan film. Pada eksposi pertama obyek koin yang pipih dan tipis dengan OFD 0 cm, arah sinar vertikal tegak lurus pada pertengahan objek dan CP ditengah (koin 2) hasilnya tidak sesuai dengan teori, seharusnya radiograf menghasilkan pembesaran ukuran yang sama tiap koinnya namun dari data tersebut pembesaran ukuran tiap koin berbeda-beda. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan dalam menggunakan alat ukur. Pada eksposi kedua: a. Koin 1. Pada radiograf didapat pengukuran diameter 2.75 cm. Diameter pada radiograf ini lebih panjang dari diameter koin 2,7 cm. Sehingga koin ini dapat dikatakan mengalami elongasi. b. Koin 2, pada radiograf didapat pengukuran diameter cm. Diameter pada radiograf ini lebih panjang dari diameter koin 2,7 cm. Sehingga koin ini dapat dikatakan mengalami elongasi.

18 c. Koin 3 (CP), pada radiograf didapat pengukuran diameter 2,7 cm. Diameter pada radiograf ini sama dengan diameter koin sesungguhnya 2,7 cm. Pada eksposi kedua dengan CP dipinggir (koin 3) ukuran koin yang berada dipertengahan sinar (koin 3) tidak mengalami perubahan ukuran sedangkan koin yang jaraknya 10 cm dari CP (koin 2) mengalami distorsi berupa elongasi (pemanjangan) yaitu 2,717 cm, dan koin yang letaknya 20 cm dari CP (koin 1) mengalami pemanjangan lebih besar dibandingkan koin 2 yaitu sebesar 2.75 cm. Elongasi semakin besar disebabkan karena letak obyek/koin yang semakin jauh dari pertengahan sinar (CP). 3. Radiograf 3 : Bola Pada radiograf 3 dilakukan eksposi sebanyak dua kali. Untuk eksposi yang pertamapada objek bola pingpong yang bulat dan tebal dengan OFD = 0 cm (objek menempel dan sejajar dengan kaset), arah sinar juga vertikal tegak lurus pada pertengahan objek dan CP pada bola 2. Berdasarkan pengukuran gambaran radiograf pada bola pingpong didapatkan hasil sebagai berikut : No I II III Rata-rata 1 4,1 cm 4,1 cm 4,05 cm 4,0833 cm 2 4,05 cm 4,1 cm 4,05 cm cm 3 4,05 cm 4,1 cm 4,1 cm 4,0833 cm Sedangkan pada eksposi kedua, juga dilakukan dengan cara yang sama seperti pada eksposi yang pertama, akan tetapi titik bidik pada eksposi kedua dibuat berada di bola yang ada ditepi, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

19 No I II III Rata-rata 1 4,1 cm 4,1 cm 4,1 cm 4,1 cm 2 4,05 cm 4,1 cm 4,1 cm 4,0833 cm 3 4,05 cm 4 cm 4,1 cm 4,05 cm Pada eksposi pertama: a. Bola1, pada radiograf didapat pengukuran diameter 4,0833 cm. b. Bola2 (letak CP), pada radiograf didapat pengukuran diameter cm. c. Bola3, pada radiograf didapat pengukuran diameter 4,0833 cm Dari data hasil pengukuran radiograf diatas ukuran diameter bola 1 dan bola 3 lebih panjang dari bola 2 yang letaknya dipertengahan sinar. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi distorsi berupa elongasi. Elongasi tersebut disebabkan karena objek yang tebal dan posisi objek tersebut tidak tegak lurus dengan berkas sinar-x. Pada eksposi kedua: a. Bola 1, pada radiograf didapat pengukuran diameter 4,1 cm. b. Bola 2, pada radiograf didapat pengukuran diameter 4,0833 cm. c. Bola 3 (letak CP), pada radiograf didapat pengukuran diameter 4,05 cm Pada eksposi kedua pada obyek bola pingpong yang bulat dan tebal dengan CP dipinggir (bola 3) dan OFD = 0 cm menghasilkan ukuran radiograf yang menunjukkan bahwa terjadi distorsi berupa elongasi(pemanjangan). Pengukuran radiograf menghasilkan ukuran diameter bola1>bola2>bola3. Bola 3 yang merupakan letak CP dan tegak lurus dengan sumbu sinar memiliki ukuran diameter terkecil dibandingkan bola 2 yang letaknya 10 cm dari CP dan bola 3 yang letaknya 20 cm dari CP. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa distorsi bentuk dapat dipicu oleh semakin lateral posisi objek dari arah sumbu sinar.

20 VII. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil percobaan diatas diketahui bahwa jika pada suatu pemeriksaan objek yang diperiksa tidak sejajar dengan kaset maka akan mengalami distorsi bentuk. Juga dapat diketahui bahwa semakin besar sudut objek tersebut terhadap film maka semakin jelas distorsi bentuk yang terlihat Dari hasil percobaan diatas dapat diketahui juga bahwa semakin tebal objek yang diperiksa dan semakin objek tidak berada pada titik bidik kolimasi maka semakin dimungkinkan terjadinya distorsi bentuk berupa ukuran objek pada radiograf lebih panjang (elongasi) dan juga jika objek semakin jauh dari titik bidik kolimasi maka elongasi yang terjadi semakin besar dan lebih tampak. Saran Untuk menghindari terjadinya distorsi bentuk (foreshortening dan elongasi) : Memastikan bahwa objek yang akan diperiksa berada di pertengahan kolimasi Mengusahakan agar objek dengan kemiringan tertentu dapat sejajar dengan film dengan tetap memperhatikan kenyamanan dan keamanan pasien

21 VIII. Daftar Pustaka Carlton, Richard R., Arlene M. Adler, 2001, Principles Of Radiographic Imaging, An Art and A Science, Third Edition, Delmar, USA Carrol, QB., 1985, Principle of Radiographic Exposure Processing and QualityContro, Third Edition, USA, Charless C, Thomas Publisher. Chember, H., 1983, Pengantar Fisika Kesehatan (diterjemahkan oleh Achmad Toekiman), Semarang, IKIP Press. Curry III, Thomas S., 1984, ChristensensIntroduction to The Physics of Diagnostic Radiology, Third Edition, Lea and Eigher Philadelphia Halmshaw, Ron and Kowol, Tom, Indikator Kualitas Gambar Radiografi Industri, enquiries@ie-ndt.co.uk Waaler, D and Hoffman, B, Image Rejects/Retakes Radiographic Challenges

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 10, No.4, Oktober 2007 hal. 187-192 STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN Nanang Suriansyah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembentukan Gambar Radiografi Menurut ( carlton 2001 ) Salah satu dari faktor penting sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat menembus bahan, tetapi hanya yang benar-benar sinar-x

Lebih terperinci

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN. Oleh : NANANG SURIANSYAH

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN. Oleh : NANANG SURIANSYAH STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN Oleh : NANANG SURIANSYAH ABSTRACT It has been analysed that the influence of the ratio

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KETIDAKTAJAMAN GEOMETRI, PERGERAKAN DAN SCREEN TERHADAP PENGABURAN DAERAH TEPIAN FILM RADIOGRAFI

ANALISIS PENGARUH KETIDAKTAJAMAN GEOMETRI, PERGERAKAN DAN SCREEN TERHADAP PENGABURAN DAERAH TEPIAN FILM RADIOGRAFI ANALISIS PENGARUH KETIDAKTAJAMAN GEOMETRI, PERGERAKAN DAN SCREEN TERHADAP PENGABURAN DAERAH TEPIAN FILM RADIOGRAFI SKRIPSI Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Penguatan Lembar Penguat Terhadap Densitas Radiograf

Pengaruh Kecepatan Penguatan Lembar Penguat Terhadap Densitas Radiograf Berkala Fisika ISSN : 1410-966 Vol. 6, No. 3, Juli 003, hal. 63-70 Pengaruh Kecepatan Penguatan Lembar Penguat Terhadap Densitas Radiograf Darmini 1, Ngurah Ayu dan Muhammad Nur 3,4 1. Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN JARAK OBYEK KE FILM TERHADAP PEMBESARAN OBYEK PADA PEMANFAATAN PESAWAT SINAR-X, Type CGR

PENGARUH PERUBAHAN JARAK OBYEK KE FILM TERHADAP PEMBESARAN OBYEK PADA PEMANFAATAN PESAWAT SINAR-X, Type CGR PENGARUH PERUBAHAN JARAK OBYEK KE FILM TERHADAP PEMBESARAN OBYEK PADA PEMANFAATAN PESAWAT SINAR-X, Type CGR Felda Souisa 1 Ratnawati 2 Balik Sudarsana 3 *Jurusan Fisika Falkutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI)

ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI) ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI) SKRIPSI Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Fisika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, akan tetapi tetap memperhatikan proteksi radiasi. tersebut akan kita peroleh dengan mengubah jarak sumber sinar dan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, akan tetapi tetap memperhatikan proteksi radiasi. tersebut akan kita peroleh dengan mengubah jarak sumber sinar dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan IPTEK semakin pesat termasuk dalam bidang kedokteran. Sejalan dengan itu tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan juga semakin

Lebih terperinci

KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL

KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL REFERAT KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL OLEH : Budi Windarta PEMBIMBING : dr. Bambang Purwanto Utomo, Sp Rad. PPDS I RADIOLOGI FKUGM YOGYAKARTA 2014 1 PENDAHULUAN 1 KUALITAS RADIOGRAF YG TINGGI

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX Youngster Physics Journal ISSN : 3-737 Vol. 4, No., Januari 5, Hal 33-38 ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX Aulia Narindra Mukhtar dan Heri Sutanto

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF Setiyono 1, M. Azam 2 dan Evi Setiyawati 2 1. RSUD 2. Jurusan Fisika, Universitas Diponegoro Semarang Abstract The study of influence

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 12., No.1, Januari 2009, hal 1-5 KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF Setiyono 1, M. Azam 2 dan Evi Setiyawati 2 1. RSUD 2. Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Feni Fitriyani 1, Suharyana 1, Muhtarom 2

Lebih terperinci

UJI HASIL KINERJA MESIN PENGOLAH FILM OTOMATIS MINI MEDICAL

UJI HASIL KINERJA MESIN PENGOLAH FILM OTOMATIS MINI MEDICAL UJI HASIL KINERJA MESIN PENGOLAH FILM OTOMATIS MINI MEDICAL Oky Didik Raharjo, Much.Azam, Ngurah Ayu Ketut Umiati Jurusan Fisika Undip ABSTRACT Have been researched result test of Mini Medical automatic

Lebih terperinci

REFERAT KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL. Diajukan sebagai salah satu persyaratan PPDS I Radiologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta

REFERAT KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL. Diajukan sebagai salah satu persyaratan PPDS I Radiologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta REFERAT KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL Diajukan sebagai salah satu persyaratan PPDS I Radiologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Oleh : dr. Budi Windarta NIM: 12/339149/PKU/13210 Pembimbing

Lebih terperinci

UJI EFISIENSI CELAH (SHUTTER) KOLIMASI PERALATAN SINAR-X DI LABORATORIUM DAN DUA INSTALASI RADIOLOGI RS LAHAN PKL JUR TRO POLTEKKES JAKARTA II

UJI EFISIENSI CELAH (SHUTTER) KOLIMASI PERALATAN SINAR-X DI LABORATORIUM DAN DUA INSTALASI RADIOLOGI RS LAHAN PKL JUR TRO POLTEKKES JAKARTA II RISET PEMBINAAN TENAGA KESEHATAN (RISBINAKES) 2014 UJI EFISIENSI CELAH (SHUTTER) KOLIMASI PERALATAN SINAR-X DI LABORATORIUM DAN DUA INSTALASI RADIOLOGI RS LAHAN PKL JUR TRO POLTEKKES JAKARTA II Peneliti

Lebih terperinci

Variasi Nilai Eksposi Aturan 15 Persen pada Radiografi Menggunakan Imaging Plate untuk Mendapatkan Kontras Tertinggi

Variasi Nilai Eksposi Aturan 15 Persen pada Radiografi Menggunakan Imaging Plate untuk Mendapatkan Kontras Tertinggi Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 11., No.2, April 2008, hal 45-52 Variasi Nilai Eksposi Aturan 15 Persen pada Radiografi Menggunakan Imaging Plate untuk Mendapatkan Kontras Tertinggi Sartinah 1, Sumariyah

Lebih terperinci

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA I. Citra Foto Udara Kegiatan pengindraan jauh memberikan produk atau hasil berupa keluaran atau citra. Citra adalah gambaran suatu objek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan radiografik telah menjadi salah satu alat bantu diagnosis utama di bidang kedokteran gigi untuk menentukan keadaan penyakit dan merencanakan perawatan

Lebih terperinci

Jurnal MIPA 38 (2) (2015): Jurnal MIPA.

Jurnal MIPA 38 (2) (2015): Jurnal MIPA. Jurnal MIPA 38 (2) (2015): 121-126 Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jm UJI KOLIMATOR PADA PESAWAT SINAR- MERK/ TYPE MEDNIF/SF-100BY DI LABORATORIUM FISIKA MEDIK MENGGUNAKAN UNIT RMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sejarah Penemuan Sinar-X Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Rontgen pada tanggal 8 November 1895. Pada saat Rontgen menyalakan sumber

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT)

PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT) PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan faktor faktor pembentuk dalam radiografi POKOK BAHASAN : Faktor faktor pembentuk radiografi Sub pokok bahasan : 1. Interaksi antara sinar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telah menciptakan inovasi terhadap perkembangan sistem radiografi konvensional ke sistem radiografi digital. Sistem radiografi berawal dari penemuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanankan pada bulan Mei 7 bertujuan untuk mengetahui persentase jenis kegagalan radiografi periapikal di RSGM UMY yang diterima

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT)

PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT) PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan pengambilan gambar, pencucian film dan pengendalian mutu film radiografi POKOK BAHASAN : Pengambilan gambar, pencucian film dan pengendalian

Lebih terperinci

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Prinsip Kerja Perangkat Fourier Sumber cahaya laser menghasilkan berkas cahaya berdiameter kecil dengan distribusi intensitas mendekati Gaussian. Untuk mendapatkan diameter berkas

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EKPOSI PADA PEMBANGKIT SINAR-X KONVENSIONAL DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

PENENTUAN FAKTOR EKPOSI PADA PEMBANGKIT SINAR-X KONVENSIONAL DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY (Santoso, dkk.) PENENTUAN FAKTOR EKPOSI PADA PEMBANGKIT SINAR-X KONVENSIONAL DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Sugeng Santoso 1*, M. Haddin 1, Eka Nuryanto 1, Ary Sulistyo Utomo 2 1 Jurusan Magister Teknik

Lebih terperinci

JENIS CITRA

JENIS CITRA JENIS CITRA PJ SENSOR Tenaga yang dipantulkan dari obyek di permukaan bumi akan diterima dan direkam oleh SENSOR. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kepekaannya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika

Lebih terperinci

Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi

Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi Ayu Wita Sari 1* dan Enggel Fransiska 2 Intisari Telah dilakukan penelitian tentang hubungan faktor

Lebih terperinci

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY PNGARUH RADIASI HAMBUR TRHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KTBALAN OBYK DAN LUAS LAPANGAN PNYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY KONSNTRASI FISIKA MDIK, JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATMATIKA DAN ILMU PNGTAHUAN

Lebih terperinci

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias 7.3 Cahaya Cahaya, apakah kamu tahu apa itu cahaya? Mengapa dengan adanya cahaya kita dapat melihat lingkungan sekitar kita? Cahaya Matahari yang begitu terang dapat membentuk pelangi setelah hujan berlalu?

Lebih terperinci

Profil Karakteristik Film Sinar-X yang digunakan pada Bagian Radiologi Rumah Sakit/Puskesmas/Klinik di Kota Semarang

Profil Karakteristik Film Sinar-X yang digunakan pada Bagian Radiologi Rumah Sakit/Puskesmas/Klinik di Kota Semarang Profil Karakteristik Film Sinar-X yang digunakan pada Bagian Radiologi Rumah Sakit/Puskesmas/Klinik di Kota Semarang Profile Characteristics of X-ray film used in Radiology Hospital/Health Center/Clinic

Lebih terperinci

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA A. Perlengkapan Gambar 1. Drawing Pen ukuran 0,3 dan 0,5 mm 2. Maal 3 mm 3. Penggaris /

Lebih terperinci

Volume 2 No. 6 Oktober 2016 ISSN :

Volume 2 No. 6 Oktober 2016 ISSN : PENGARUH CENTRAL RAY TERHADAP HASI RADIOGRAF FORAMEN INTERVERTEBRALIS PADA PEMERIKSAAN RADIOGRAFI CERVICAL RIGH POSTERIOR OBLIQUE 1) Farida Wahyuni, 2) Surip, 3) Ganis Rizki Agita 1,2,3) Program Studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1.Dasar dasar Fisika sinar-x Sinar-X atau sinar Rontgen ditemukan oleh W.C.Rontgen pada tahun 1895 merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sangat pendek (

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI JUWAIRIAH NIM : 110821007 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL

PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL Laporan Hasil Praktikum PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL Disusun Oleh : Daning Herawati 36 / XII IPA 5 SMA NEGERI 2 JEMBER Tahun ajaran 2014/2015 A. Tujuan Percobaan 1. Menyelidiki sifat pembiasan pada

Lebih terperinci

M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK

M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK I. TUJUAN Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan besar panjang gelombang dari cahaya tampak dengan menggunakan konsep difraksi dan interferensi. II.

Lebih terperinci

JAWABAN DAN PEMBAHASAN

JAWABAN DAN PEMBAHASAN JAWABAN DAN PEMBAHASAN 1. Dalam perjalanan menuju Bulan seorang astronot mengamati diameter Bulan yang besarnya 3.500 kilometer dalam cakupan sudut 6 0. Berapakah jarak Bulan saat itu? A. 23.392 km B.

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Kuat arus (ma)

LAMPIRAN A. Kuat arus (ma) LAMPIRAN A Pada pesawat Rontgen digital faktor eksposisi dibuat dengan menggunakan tegangan tabung tetap yaitu sebesar 60 kv dengan memvariasikan kuat arus 50 ma sampai 400 ma, dengan ma tetap yaitu 10

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 89-94 STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF Ahmas Sudin *, Zaenul Muhlisin dan Hendri Widiyandari Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN DOI: doi.org/10.21009/spektra.022.04 PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN 1, a) Sriwahyuni 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Oleh : Ius Kusnara

Oleh : Ius Kusnara Oleh : Ius Kusnara Email : kus_nara_bio@yahoo.com pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. (QS 2:257) CAHAYA memiliki sifat-sifat 1. Memiliki kecepatan

Lebih terperinci

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya!

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! LAMPIRAN Tahap I : Menggambarkan garis normal dari bidang batas yang datar No. Soal No. Soal 1. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar

Lebih terperinci

EFFICIENCY TEST OF COLIMATOR SHUTTER AT THE X RAY TUBE IN RADIODIAGNOSTIC LABORATORY OF POLTEKKES JAKARTA 2 AND TWO CLINICAL HOSPITALS IN JAKARTA

EFFICIENCY TEST OF COLIMATOR SHUTTER AT THE X RAY TUBE IN RADIODIAGNOSTIC LABORATORY OF POLTEKKES JAKARTA 2 AND TWO CLINICAL HOSPITALS IN JAKARTA SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN ISSN : 1978-8843 (PRINT) Vol. 08 No. 01, 2017 : 16-20 EFFICIENCY TEST OF COLIMATOR SHUTTER AT THE X RAY TUBE IN RADIODIAGNOSTIC LABORATORY OF POLTEKKES JAKARTA

Lebih terperinci

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif Ella nurlela 1, purwantiningsih 1, Budi Santoso 1 1 Program Studi Fisika, Universitas Nasional, Jalan Sawo Manila,

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK REINFORCEMENT / SKILL'S LAB (BPRSL) BLOK 3 RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI ( RKG 1 )

BUKU PETUNJUK REINFORCEMENT / SKILL'S LAB (BPRSL) BLOK 3 RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI ( RKG 1 ) BUKU PETUNJUK REINFORCEMENT / SKILL'S LAB (BPRSL) BLOK 3 RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI ( RKG 1 ) NAMA NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PENGARUH GRID(KISI) LINIER TERHADAP KETAJAMAN DAN DENSITAS GAMBAR FILM RONTGEN PADA PEMOTOAN SCHEDEL LATERAL

PENGARUH GRID(KISI) LINIER TERHADAP KETAJAMAN DAN DENSITAS GAMBAR FILM RONTGEN PADA PEMOTOAN SCHEDEL LATERAL PENGARUH GRID(KISI) LINIER TERHADAP KETAJAMAN DAN DENSITAS GAMBAR FILM RONTGEN PADA PEMOTOAN SCHEDEL LATERAL SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains SURYA

Lebih terperinci

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET 4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET Standar Kompetensi : Peserta didik dapat mengidentifikasi cara menggambar dengan cara: isometri, dimetri, trimetri, prespektif, gambar sket dengan menggunakan tangan, dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN UKURAN FOCAL SPOT DARI SINAR-X TERHADAP DENSITAS FILM RADIOGRAFI

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN UKURAN FOCAL SPOT DARI SINAR-X TERHADAP DENSITAS FILM RADIOGRAFI ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN UKURAN FOCAL SPOT DARI SINAR-X TERHADAP DENSITAS FILM RADIOGRAFI Rahmayanti, Bualkar Abdullah, Bidayatul Armynah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG

PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG Ahmad Faesol, Yusron Adi Utomo Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email : yusronadi17@gmail.com Abstract:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan komputer dan alat pengambilan gambar secara digital yang semakin berkembang saat ini, sehingga menghasilkan banyak fasilitas untuk melakukan proses

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL Nama : Rukiyya Sri Rayati Harahap NIM : 12/334353/GE/07463 Asisten : 1. Erin Cakratiwi 2. Lintang Dwi Candra Tanggal : 26 November 2013 Total:

Lebih terperinci

Teknik Radiografi Sinus Paranasal

Teknik Radiografi Sinus Paranasal Teknik Radiografi Sinus Paranasal Menurut Biglioli dan Chiapasco (2014) teknik radiografi sinus paranasal yang rutin digunakan untuk kasus sinusitis pada sinus maksilaris ada 2: 1. Proyeksi Parietoacantial

Lebih terperinci

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file PENGINDERAAN JAUH copyright@2007 --- anna s file Pengertian Penginderaan Jauh Beberapa ahli berpendapat bahwa inderaja merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi, jadi inderaja

Lebih terperinci

2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI

2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI 2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI Agar dapat berfungsi dengan balk, maka secara praktis semua piranti fotometri dalam beberapa hal tergantung kepada bagian-bagian optiknya. Jumlah serta jenis bagian optik

Lebih terperinci

Fotografi 1. Anatomi. KAMERA SLR (single-lens Reflector) Lensa & Jenis Film

Fotografi 1. Anatomi. KAMERA SLR (single-lens Reflector) Lensa & Jenis Film Anatomi KAMERA SLR (single-lens Reflector) Lensa & Jenis Film KAMERA Kotak kedap cahaya yang mempunyai lobang untuk meloloskan cahaya dan tempat untuk memasang film Cahaya yang masuk melalui lobang akan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR 1.1 ALAT DASAR MENGGAMBAR Alat dasar dalam menggambar adalah pensil gambar, selanjutnya ada beberapa alat gambar lainnya seperti pensil warna, tinta, kuas, spidol, crayon,

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY Cicillia Artitin, Suryono dan Evi Setiawati Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang E-mail

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kamar Gelap Dalam proses radiografi processing room atau kamar gelap merupakan salah satu pendukung penting dalam menunjang keberhasilan pemotretan. Disebabkan karena dalam

Lebih terperinci

maka dilakukan dengan carafinger counting yaitu menghitung jari pemeriksa pada jarak 1 meter sampai 6 meter dengan visus 1/60 sampai 6/60.

maka dilakukan dengan carafinger counting yaitu menghitung jari pemeriksa pada jarak 1 meter sampai 6 meter dengan visus 1/60 sampai 6/60. Pemeriksaan Refraksi Subjektif dan Objektif 1. Pemeriksaan Visus Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan dengan memakai Snellen Chart atau dengan chart jenis lainnya. Jarak antara kartu Snellen dengan

Lebih terperinci

Kata kunci : bayangan, jarak fokus, lensa tipis

Kata kunci : bayangan, jarak fokus, lensa tipis JARAK FOKUS LENSA TIPIS Herayanti, Muh. Shadiq. K, Rezky Amaliah Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar Pendidikan Fisika 204 Abstrak Telah dilakukan percobaan tentang

Lebih terperinci

PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK. Disusun oleh: Nita Nurtafita

PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK. Disusun oleh: Nita Nurtafita PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK Disusun oleh: Nita Nurtafita 107016300115 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

OPTIKA CERMIN, LENSA ALAT, ALAT OPTIK. PAMUJI WASKITO R, S.Pd GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN

OPTIKA CERMIN, LENSA ALAT, ALAT OPTIK. PAMUJI WASKITO R, S.Pd GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN OPTIKA CERMIN, LENSA ALAT, ALAT OPTIK PAMUJI WASKITO R, S.Pd GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN Pembentukan Bayangan pada Cermin Pembentukan bayangan maya pada cermin datar CERMIN

Lebih terperinci

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah JAWABAN LATIHAN UAS 1. INTERFERENSI CELAH GANDA YOUNG Dua buah celah terpisah sejauh 0,08 mm. Sebuah berkas cahaya datang tegak lurus padanya dan membentuk pola gelap terang pada layar yang berjarak 120

Lebih terperinci

PEMBERIAN UKURAN DIMENSI

PEMBERIAN UKURAN DIMENSI PEMBERIAN UKURAN DIMENSI Dodi Sofyan Arief, ST., MT 17 Desember 2008 Tujuan Pembelajaran : Menggunakan teknik-teknik pemeberian dimensi untuk menguraikan dan bentuk secara baik pada gambar teknik. Membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi pengion (X-ray) untuk melakukan diagnosis tanpa harus dilakukan pembedahan. Sinar-X akan ditembakkan

Lebih terperinci

Produksi Media PR Audio-Visual

Produksi Media PR Audio-Visual Modul ke: Produksi Media PR Audio-Visual Pencahayaan Kamera Fakultas FIKOM Eppstian Syah As ari Program Studi Broadcasting http://www.mercubuana.ac.id PENCAHAYAAN KAMERA SIFAT DASAR CAHAYA 1. Cahaya dapat

Lebih terperinci

15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN OPTIK GEOMETRI TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI

15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN OPTIK GEOMETRI TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI OPTIK GEOMETRI (Kelas XI SMA) TRI KURNIAWAN 15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI 1 K o m p u t e r i s a s i P e m b e l a j a r a n F i s i k a OPTIK GEOMETRI A. Kompetensi

Lebih terperinci

3.1.3 menganalisis pembentukan bayangan pada lup,kacamata, mikroskop dan teropong

3.1.3 menganalisis pembentukan bayangan pada lup,kacamata, mikroskop dan teropong ALAT-ALAT OPTIK UNTUK SMk KELAS XII SEMESTER 1 OLEH : MUJIYONO,S.Pd SMK GAJAH TUNGGAL METRO MATERI : ALAT-ALAT OPTIK TUJUAN PEMBELAJARAN : Standar Kompetensi: 3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 3, Juli 2015, Hal 225-230 STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF Ahmas Sudin, Hendri Widiyandari dan Zaenul Muhlisin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Disebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dental radiology memiliki peranan yang penting dalam menentukan perawatan dan diagnosa gigi. Penggunaan sinar rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam bidang

Lebih terperinci

Pemanfaatan Cahaya Pada Fotografi

Pemanfaatan Cahaya Pada Fotografi Pemanfaatan Cahaya Pada Fotografi Fotografi 01 By: b@yu widiantoro Tidak ada CAHAYA Tidak ada FOTOGRAFI apa tanggapan anda dengan foto2 berikut ini??? Seorang fotografer tidak selalu Membuat Cahaya

Lebih terperinci

MAKALAH INTERAKSI SINAR-X DENGAN MATERI

MAKALAH INTERAKSI SINAR-X DENGAN MATERI MAKALAH INTERAKSI SINAR-X DENGAN MATERI Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Radiodiagnostik Dosen Pengampu : Sri Mulyati, S.Si., MT Disusun oleh : KELOMPOK 4, REGULER 2B Alit Nur

Lebih terperinci

PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33

PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33 PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33 Zoucella Andre Afani 1, Ni Nyoman Rupiasih 1* 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Film Film merupakan media visualisasi. Melalui film, sebuah peristiwa digambarkan dan direkam dlm sebuah lapisan emulsi yg peka cahaya, shg bisa dilih

Film Film merupakan media visualisasi. Melalui film, sebuah peristiwa digambarkan dan direkam dlm sebuah lapisan emulsi yg peka cahaya, shg bisa dilih Fotografi I FILM Film Film merupakan media visualisasi. Melalui film, sebuah peristiwa digambarkan dan direkam dlm sebuah lapisan emulsi yg peka cahaya, shg bisa dilihat dan dinikmati. Sbg alat rekam,

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN BAB 3: TANAMAN POHON Dalam proses belajar menggambar, umumnya dapat dimulai dengan belajar menggambar alam benda yang ada di sekitar kita dan yang paling dekat dan sering di temui adalah tanaman pohon,

Lebih terperinci

4mw\> Balai. Serangkaian tindakan pengujian kesehatan personel penerbangan yang meliputi pemeriksaan Thorax dan tulang

4mw\> Balai. Serangkaian tindakan pengujian kesehatan personel penerbangan yang meliputi pemeriksaan Thorax dan tulang 4mw\> Balai Kesehatan Penerbangan ^ PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN RONTGEN Serangkaian tindakan pengujian kesehatan personel penerbangan yang meliputi pemeriksaan Thorax

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X BAB II DASAR TEORI 2.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X Sinar-X yang dipancarkan dari sistem pembangkit sinar-x merupakan pancaran foton dari atom. Pancaran foton tiap satuan luas disebut penyinaran. Foton-foton

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24 Halaman 1 dari 24 LEMBAR PENGESAHAN Disiapkan oleh Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Diperiksa oleh Disahkan oleh Halaman 2 dari 24 Pernyataan Kebijakan Proteksi dan Keselamatan Radiasi Setiap kegiatan

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN DAN WARNA RUANG UNTUK PENYANDANG LOW VISION USIA SEKOLAH DI SLB-A DAN MTSLB-A YAKETUNIS YOGYAKARTA JURNAL TUGAS AKHIR PENGKAJIAN

PENCAHAYAAN DAN WARNA RUANG UNTUK PENYANDANG LOW VISION USIA SEKOLAH DI SLB-A DAN MTSLB-A YAKETUNIS YOGYAKARTA JURNAL TUGAS AKHIR PENGKAJIAN PENCAHAYAAN DAN WARNA RUANG UNTUK PENYANDANG LOW VISION USIA SEKOLAH DI SLB-A DAN MTSLB-A YAKETUNIS YOGYAKARTA JURNAL TUGAS AKHIR PENGKAJIAN Oleh : Astrid Ghitha Fatharani NIM 121185123 PROGRAM STUDI S-1

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus : Tujuan Instruksional Umum : 1. Memberikan pemahaman fungsi cahaya. 2. Memberikan pemahaman karakter cahaya. 3. Memberikan pemahaman arah cahaya. Tujuan Instruksional Khusus : 1. Mahasiswa mampu memahami

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Genap Halaman 1 01. Spektrum gelombang elektromagnetik jika diurutkan dari frekuensi terkecil ke yang paling besar adalah...

Lebih terperinci

JUSUSAN AKUNTAN INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JUSUSAN AKUNTAN INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA JUSUSAN AKUNTAN SI INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA INSTRUKSI KERJA Percobaan Difraksi Cahaya Lab Fisika Lanjutan JURUSAN FISIKA, FMIPA, UNIVERSITAS BRAWIJAYA 00903 07009

Lebih terperinci

indahbersamakimia.blogspot.com

indahbersamakimia.blogspot.com Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2007 Materi Uji : Astronomi Waktu : 150 menit Tidak diperkenankan menggunakan alat hitung (kalkultor). Di bagian akhir soal diberikan daftar konstanta yang

Lebih terperinci

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya Cahaya sebagai media Fotografi Pencahayaan merupakan unsur dasar dari fotografi. Tanpa pencahayaan yang optimal, suatu foto tidak dapat menjadi sebuah karya yang baik. Pengetahuan tentang cahaya mutlak

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 08 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH Penginderaan jauh (inderaja) adalah cara memperoleh data atau informasi tentang objek atau

Lebih terperinci

Fisika Optis & Gelombang

Fisika Optis & Gelombang Fisika Optis & Gelombang Bayangan oleh Cermin Datar Sumber cahaya O Jarak sumber cahaya ke cermin = p = jarak obyek Bayangan obyek = I Jarak bayangan ke cermin = = jarak bayangan 2 Obyek P dengan tinggi

Lebih terperinci

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom Pengantar Pengolahan Citra Ade Sarah H., M. Kom Pendahuluan Data atau Informasi terdiri dari: teks, gambar, audio, dan video. Citra = gambar adalah salah satu komponen multimedia yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu komputer dalam bidang medis sekarang ini sudah sangat maju. Banyak penelitian yang dilakukan untuk membantu dokter dalam menganalisis suatu penyakit,

Lebih terperinci

Referensi : 1.Fisika Universitas edisi kesepuluh, schaum 2.Optics, Sears 3.Fundamental of Optics, Jenkin and White

Referensi : 1.Fisika Universitas edisi kesepuluh, schaum 2.Optics, Sears 3.Fundamental of Optics, Jenkin and White SILABUS : 1.Konsep Pemantulan Cahaya a. Cermin Datar b. Cermin Lengkung 2.Pembiasan Cahaya a. Gejala Pembiasan b. Lensa Datar c. Lensa Lengkung 3.Alat-alat Optik a. Mata dan Kacamata b. Lup c. Mikroskop

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara 4 BAB II DASAR TEORI.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X Sinar-X yang dipancarkan dari sistem pembangkit sinar-x merupakan pancaran foton dari interaksi elektron dengan inti atom di anoda. Pancaran foton tiap

Lebih terperinci

Drawing, Viewport, dan Transformasi. Pertemuan - 02

Drawing, Viewport, dan Transformasi. Pertemuan - 02 Drawing, Viewport, dan Transformasi Pertemuan - 02 Ruang Lingkup Definisi Drawing Viewport Transfomasi Definisi Bagian dari grafik komputer meliputi: 1. Citra (Imaging) : mempelajari cara pengambilan dan

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK Panoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. 5,7,10,11

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN (LIGHTING)

PENCAHAYAAN (LIGHTING) PENCAHAYAAN (LIGHTING) S1 Tekinik Informatika 1 Model Pencahayaan Tujuan pencahayaan dalam grafika komputer adalah untuk menghasilkan tampilan senyata mungkin Model pencahayaan secara matematika harus

Lebih terperinci