PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat umumnya menggunakan minyak goreng untuk mengolah makanan, baik untuk lauk pauk maupun makanan ringan. Hasil survei keluarga yang dilakukan oleh Equity Policy Center (EPOC) di Bogor pada tahun 1983 menujukkan bahwa rata-rata 25% dari anggaran makanan digunakan untuk membeli makanan jajanan (Hutabarat, 1995). Produk jajanan goreng merupakan produk pangan yang cukup banyak diproduksi oleh produsen skala kecil. Hal ini dapat dijumpai di sepanjang jalan maupun pasar-pasar yang banyak dipenuhi pedagang makanan goreng. Hal yang sering terjadi adalah praktek pengolahan pangan yang salah menyebabkan produk jajanan goreng menjadi sumber bahaya, seperti penggunaan minyak goreng berulang-ulang dan pemanasan berlebihan. Penggorengan umumnya dilakukan dengan pencelupan bahan pangan ke dalam minyak goreng sebagai media pemanas (deep fat frying). Oksidasi yang mudah terjadi pada senyawa lipid (minyak goreng) sering menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik dan karsinogenik. Dewasa ini, terdapat beberapa kasus penyakit yang terkait dengan produk gorengan. Salah satu penyakit yang paling banyak mendapat perhatian adalah kanker. Produk gorengan sendiri sebenarnya tidak memberi resiko terhadap kesehatan melainkan kandungan zat karsinogenik yang terbentuk selama proses penggorengan. Proses penggorengan yang dilakukan pada suhu yang tinggi sekitar 180 o C berpotensi untuk terjadi reaksi-reaksi yang menghasilkan beberapa produk samping, seperti akrilamida. Akrilamida umumnya terbentuk pada produk yang sebagian besar mengandung karbohidrat (pati). Akrilamida diklasifikasikan oleh Food and Drugs Administration (FDA) dalam kategori grup 2A yaitu senyawa yang hampir dipastikan menyebabkan kanker pada manusia. Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003,

2 2 setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita, 84 juta orang diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila tidak dilakukan intervensi yang memadai. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler, infeksi, pernafasan dan pencernaan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevelensi tumor di masyarakat sebesar 4,3 per 1000 penduduk (Departemen Kesehatan, 2009). Penelitian yang diharapkan dapat menurunkan resiko akrilamida pada produk gorengan telah banyak dilakukan. Metode yang telah disarankan seperti modifikasi prekursor akrilamida pada bahan pangan (Fiselier dan Grob, 2005), perubahan metode pengolahan (Williams, 2005), optimalisasi suhu penyimpanan produk (Biedermann-Brem et al., 2003), dan fermentasi (Fredriksson et al., 2004), Hingga kini teknik-teknik tersebut sangat sulit untuk diterapkan baik pada skala industri untuk komersialisasi termasuk skala rumah tangga yang sering menghasilkan produk jajanan goreng. Indonesia adalah negara tropis yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhtumbuhan. Bambu merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan di Indonesia. Dari kurang lebih spesies bambu dalam 80 genera, sekitar 200 spesies dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan Widjaja, 1995), sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis. Tanaman bambu Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m dpl (Krisdianto et al., 1999). Umumnya pemanfaatan bambu masih terbatas pada bagian batangnya saja yaitu sebagai bahan baku kerajinan dan bangunan. Padahal terdapat bagian lain pada bambu yang belum termanfaatkan secara optimal seperti bagian daunnya.

3 3 Zhang et al. (2005) menyatakan bahwa daun bambu mengandung komponen flavonoid, lakton, dan asam fenolat yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai antioksidan. Dengan demikian ketiga komponen ini dapat digunakan untuk menurunkan kadar akrilamida pada produk hasil penggorengan. Zhang et al. (2007) juga menjelaskan bahwa antioksidan yang terdapat pada daun bambu mampu menurunkan kadar akrilamida pada kentang goreng hingga 76.1% tanpa mengubah sensori produk secara signifikan. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang menjadi fokus tulisan ini adalah : a. Produk hasil penggorengan (suhu di atas 180 C) menghasilkan akrilamida yang diduga merupakan senyawa penyebab kanker. b. Daun bambu mengandung flavonoid, lakton, dan asam fenolat yang dapat dimanfaatkan untuk penurunan kadar akrilamida pada produk pangan yang mengalami proses penggorengan. c. Teknologi pembuatan ekstrak daun bambu menjadi solusi penurunan resiko kanker yang disebabkan oleh kandungan akrilamida pada produk pangan yang mengalami proses pemanasan berlebih. Uraian Singkat Tulisan ini diarahkan untuk merumuskan masalah kesehatan pangan yaitu kanker akibat pembentukan akrilamida pada produk gorengan secara umum dan secara khusus (subsistem) pada produk jajanan untuk kemudian dicari solusinya. Dalam tulisan ini, beberapa gagasan kreatif yang diajukan adalah penggunaan ekstrak daun bambu (Gigantochloa apus) yang mengandung flavonoid, lakton, dan asam fenolat untuk menurunkan kadar akrilamida pada produk pangan yang mengalami penggorengan, terutama jajanan goreng. Penambahan dapat dilakukan dalam bentuk fortifikasi pada minyak goreng yang digunakan dalam proses pengolahan. Selain menurunkan resiko kanker yang dapat terjadi, juga diajukan pemanfaatan daun bambu untuk menghasilkan ekstrak yang bermanfaat lebih sehingga meningkatkan nilai tambah tanaman bambu.

4 4 Tujuan Penulisan karya ini bertujuan memberikan perspektif mengenai pemanfaatan daun bambu (Gigantochloa apus) yang dapat menurunkan resiko kanker akibat pembentukan akrilamida pada proses produk jajanan goreng akibat pemanasan berlebih yang sering terjadi di masyarakat sekaligus meningkatkan nilai tambah dari tanaman bambu. Manfaat Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini ditujukan kepada mahasiswa, institusi pendidikan, pemerintah, industri, dan masyarakat. 1. Bagi mahasiswa Karya tulis ini dapat menjadi media untuk menyalurkan ide yang inovatif, mengembangkan kreativitas, dan menambah ilmu pengetahuan. 2. Bagi institusi Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi media pelopor dalam mempercepat ilmu dan teknologi kepada masyarakat sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi. 3. Bagi pemerintah Karya tulis ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait dengan produk jajanan goreng yang semakin beredar di masyarakat. 4. Bagi industri Tulisan ini dapat digunakan sebagai bahan kajian pengembangan teknologi produk pangan sehingga meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan. 5. Bagi masyarakat Tulisan ini dapat menjadi informasi yang edukatif mengenai prospek daun bambu sebagai solusi pencegahan kanker akibat pembentukan akrilamida pada produk jajanan goreng.

5 5 TELAAH PUSTAKA Akrilamida Akrilamida merupakan senyawa kimia berwarna putih, tidak berbau, berbentuk kristal padat yang sangat mudah larut dalam air dan mudah bereaksi melalui reaksi amida atau ikatan rangkapnya. Monomernya cepat berpolimerisasi pada titik leburnya atau dibawah sinar ultra violet. Akrilamida dalam larutan bersifat stabil dalam suhu kamar dan tidak berpolimerisasi secara spontan (FDA, 2004). Akrilamida merupakan senyawa kimia intermediet yang biasa digunakan dalam sintesis poliakrilamida, pembuatan plastik serta sebagai koagulan saat pemurnian air minum dan pengolahan limbah cair. Secara fisik akrilamida larut dalam air, etanol, metanol, dimetil eter, serat tidak larut dalam heptana dan benzene (Rohdiana, 2004). Keberadaan akrilamida di dalam air minum memang sudah terdeteksi. Namun, jarang ada penelitian yang mengungkapkan bahayanya di dalam makanan seharihari (Anonim, 1997). Akrilamida terdistribusi dengan baik dalam air karena kelarutannya yang tinggi dalam air. Akrilamida dapat menetap hingga berharihari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan di daerah sungai atau pesisir pantai dengan aktivitas mikroba yang rendah. Kecil kemungkinannya terakumulasi pada ikan (FDA, 2004). Penelitian di Badan Pengawas Makanan Nasional Swedia (Swedish National Food Administration) dan Stockhlom University, pada April 2002 melaporkan penemuan akrilamida dalam berbagai makanan yang dipanggang dalam tanur atau digoreng. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa pembentukan akrilamida akibat pemanasan pada suhu tinggi terdapat pada makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi seperti keripik kentang, kentang goreng, pop corn, sereal, dan biscuit (FDA, 2004).

6 6 Mekanisme pembentukan akrilamida yang mungkin dan telah dikemukakan oleh peneliti antara lain, 1) Terbentuk dari akrilolein atau asam akrilat hasil degradasi karbohidrat, lemak, atau asam amino bebas, seperti alanin, asparagin, glutamine, dan metionin yang memiliki struktur mirip dengan akrilamida, 2) Terbentuk langsung dari asam amino, 3) Terbentuk dari dehidrasi atau dekarboksilasi beberapa asam organik tertentu seperti asam laktat, asam malat, dan asam sitrat. Studi sistematik tentang pembentukan akrilamida belum dapat dipastikan, kemungkinan terbesar melalui reaksi campuran. Akrilamida dianggap reaksi samping dari reaksi Maillard, yakni reaksi yang berlangsung antara asam amino dengan gula pereduksi (glukosa, fruktosa, ribosa, dan lain-lain) atau sumber karbonil lainnya. Asparagin, merupakan asam amino dalam makanan yang bereaksi dengan gula pada suhu tinggi (Kendall, 2005). Ketika dilakukan penelitian terhadap hewan, akrilamida terbukti menyebabkan kanker. Gangguan kesehatan yang disebabkan akrilamida terjadi karena dampak genotoksik dan karsinogeniknya. Akrilamida dianggap sebagai zat yang dicurigai sebagai karsinogen (Friedman, 2003). Prekursor yang secara langsung membentuk akrilamida dengan reaksi dekarboksilasi dari asparagin adalah 3-aminopropionamida. Penambahan antioksidan akan menghalangi oksidasi dari 3-aminopropionamida (Zhang et al., 2005). Kanker Kanker adalah penyakit tidak menular yang berawal dari kerusakan materi genetika, atau DNA sel. Satu saja Sel yang mengalami kerusakan genetika sudah cukup untuk menghasilkan jaringan kanker atau neoplasma, sehingga kanker disebut juga penyakit seluler (Zakaria et al., 2007). Menurut Mulyadi (1997), sel kanker dapat dibedakan dari sel normal antara lainl pertumbuhan sel kanker tidak terkontrol, daya lekatnya berkurang bahkan sudah tidak ada, dan inhibisi kontak sel kanker sudah tidak ada sehingga jika ditanam pada media kultur jaringan akan tumbuh berlapis-lapis dan tidak teratur. Tahaptahap penting pembentukan sel kanker adalah inisiasi dengan terjadinya

7 7 perubahan DNA, promosi yang meliputi perkembangbiakan sel dan perubahan menjadi sel tumor premaglinant, tahap progresi dengan invasi (penyusupan ke jaringan sekitar), dan metastasis (penyebaran melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening). Jumlah dan enzim pada sel kanker lebih sedikit dibandingkan sel normal, sedangkan enzim-enzim untuk pertumbuhan sel kanker lebih besar daripada sel normal. Bambu Bambu merupakan tumbuhan yang termasuk ke dalam family Graminaeae, subfamili Bambusoideae, dari suku Bambuceae. Indonesia memiliki potensi tanaman bambu yang cukup besar. Menurut Widjaya (1980) dalam Surjokusumo (1995) di Indonesia terdapat sembilan marga bambu yaitu Arundinaceae, Bambusa, Gigantochloa, Melocana, Schizostachyum, Nastus, Phylotaschys, dan Thrysostachys. Tanaman bambu di Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 3000 m dpl. Pada umumnya ditemukan di tempat-tempat terbuka dan daerah bebas dari genangan air (Krisdianto et al., 2000). Jenis bambu yang banyak dijumpai dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia seperti bambu andong, bambu hitam, bambu atter, bambu betung, bambu kuning atau bambu tutul atau bambu ampel. Daun bambu mengandung komponen bioaktif cukup tinggi, antara lain mengandung flavon, lakton, dan asam fenolat yang bersifat antioksidan dan anti mikrobial. Ketiga senyawa ini sangat berguna menunjang kesehatan. Antioksidan daun bambu dengan kandungan utamanya polifenol (flavonoid dan asam fenolat) tidak hanya menghambat reaksi berantai oksidasi spontan dari lipid tetapi juga mengkelat logam transisi dan berperan sebagai antioksidan primer dan sekunder dapat menurunkan kadar akrilamida hingga 56.4% (Zhang et al., 2005). Kandungan antioksidan inilah yang dapat menurunkan kadar akrilamida. Dengan menurunnya kadar akrilamida, diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya kanker selama proses detoksifikasi senyawa xenobiotik oleh enzim fase 1 dan fase 2 yang terjadi di dalam hati.

8 8 METODE PENULISAN Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode studi literatur. Metode studi literatur dilakukan dengan cara pencarian data, pengolahan data, analisis, dan evaluasi data. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan pengkajian bahan-bahan bacaan dalam buku, skripsi, jurnal, jurnal elektronik, dan literatur-literatur lainnnya yang berkaitan dengan akrilamida, kanker, daun bambu, serta manfaat dan pengaruh dari ekstrak daun bamboo dalam mengurangi kadar akrilamida. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam memahami permasalahan yang diungkapkan dalam karya ilmiah ini. Jurnal elektronik internasional terbaru diantaranya diakses pada dan Pengolahan Data Melalui bahan-bahan bacaan di atas, dilakukan pengkajian, penyeleksian, dan pencarian solusi atas masalah yang dihadapi, serta penarikan kesimpulan, sehingga kesimpulan akhir yang didapat relevan dengan masalah di lapangan dan benar-benar telah melalui penyusunan secara komprehensif berdasarkan data akurat yang dianalisis secara runtut dan tajam. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kedua hal diatas, maka kerangka pemikiran dikembangkan dengan menganalisis masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan penyakit kanker, kemudian dilakukan kajian potensi bahan alami yang mampu menurunkan kadar akrilamida, mekanismenya dalam menurunkan kandungan akrilamida di dalam produk pangan gorengan, serta ketersediaan bahan baku untuk mewujudkan penerapan teknologi yang keberlanjutan.

9 9 ANALISIS DAN SINTESIS Kejadian Kanker Kanker merupakan penyakit degenarif yang menjadi perhatian khusus bagi semua orang. Hal ini karena angka kematian akibat kanker sangat tinggi. Tidak hanya di Indonesia melainkan juga di berbagai negara. Di Amerika Serikat, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua. Pada tahun 2003 diperkirakan ada kasus dengan angka kematian sebanyak orang. Sedangkan di Eropa terdapat tiga juta kasus kanker baru tiap tahun dengan angka kematian sebesar dua juta. Pada sebuah penelitian epidemologik tentang penyakit kanker diperkirakan akan terjadi peningkatan 99% penderita pada tahun 2010 di negara berkembang dibandingkan pada Sedangkan di negara maju peningkatan jumlah penderita diperkirakan hanya 38% (Siswono, 2005). Hal tersebut menunjukkan bahwa penyakit kanker menjadi masalah yang serius di negara berkembang pada masa mendatang. Selain perkiraan jumlah penderita yang meningkat tajam, kanker juga akan memberikan masalah sosial dan ekonomi yang cukup besar. Data di Amerika Serikat menunjukan bahwa total biaya per tahun untuk penyakit kanker diperkirakan mencapai 107 miliar dolar. Dari angka itu 37 miliar dolar di antaranya untuk biaya pengobatan langsung, 11 miliar dolar untuk penurunan produktivitas pasien akibat sakit, dan 59 miliar dolar untuk biaya akibat hilangnya produktivitas akibat kematian (Siswono, 2005). Menurut pengajar departemen radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Dr. Soehartati Gondhowiardjo, di Indonesia masalah penyakit kanker terlihat lonjakan yang luar biasa. Dalam jangka waktu 10 tahun, terlihat bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik dari peringkat ke-12 menjadi peringkat ke-6. Setiap tahun diperkirakan terdapat 190 ribu penderita baru dan seperlimanya akan meninggal akibat penyakit tersebut (Siswono, 2005).

10 10 Penyebab Terjadinya Kanker dan Mekanismenya Tahun 2002, World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan pencegahan kanker, antara lain melalui makanan, sebagai salah satu dari tiga strategi utama penanganan penyakit kanker, yakni pencegahan, perawatan, dan pengobatan. Strategi ini merupakan hasil dari studi panjang oleh World Cancer Research Funds (WCRF) dan American Institute for Cancer Research (AICR). Salah satu rekomendasi penting dari studi ini ada sebagai berikut: It is abundantly clear that the incidence of all the common cancers in human is being determined by various potentially controllable external factors. This is surely the most comforting fact to come out of all cancer research, for it means that cancer is, in large part, a preventable diseases. Jadi, penyakit kanker adalah penyakit yang dapat dicegah karena sebagian besar penyebabnya adalah dari faktor luar (eksogenus). Hasil studi dari WHO menjelaskan bahwa 85% kejadian kanker disebabkan oleh faktor dari luar tubuh (eksogenus), seperti senyawa karsinogen (penyebab kanker) yang terdapat dalam pangan karena berasal dari polusi makanan, minuman, udara, air, sinar UV, virus, dan infeksi berkelanjutan. Hanya 15% disebabkan oleh keturunan atau faktor endogenus. Makanan/minuman sendiri telah menyumbang sekitar 30% dari 85% penyebab kanker oleh faktor eksogenus tersebut, salah satunya adalah produk hasil penggorengan. Produk hasil gorengan menjadi salah satu penyebab terjadinya kanker dikarenakan terbentuknya senyawa akrilamida dan senyawa radikal hasil degradasi lipid dari minyak goreng. Senyawa-senyawa tersebut termasuk ke dalam senyawa xenobiotik. Senyawa xenobiotik merupakan senyawa asing yang tidak diperlukan oleh tubuh sehingga jika terikut termakan atau terminum akan mengalamai proses metabolisme yang sama seperti halnya zat-zat gizi dan komponen bioaktif lain dalam makanan. Senyawa ini dapat tercerna dan terserap, lalu masuk ke hati melalui sistim pembuluh darah vena porta. Di hati, senyawa asing ini akan

11 11 dimetabolisme melalui enzim-enzim yang sama dengan sistim enzim untuk detoksifikasi (Zakaria et al., 2007). Senyawa/zat gizi dalam pangan seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral merupakan senyawa yang bersifat esensial bagi tubuh dan digunakan sebagai komponen sel (endogenus) sehingga secara alamiah mempunyai jalur metabolisme jelas dan spesifik. Berbeda dengan zat gizi, senyawa xenobiotik tidak mempunyai jalur metabolisme yang spesifik. Metabolisme xenobiotik setelah tertelan meliputi penyerapan, distribusi, dan metabolisme detoxifikasi terutama dalam organ hati. Di dalam hati, xenobiotik akan dimetabolisme oleh sistim enzim detoxifikasi, yaitu enzim fase 1 dan fase 2, menjadi senyawa yang larut air dan dapat dikeluarkan melalui urin. Jika hasil metabolisme masih kurang polar maka produk metabolisme akan dikeluarkan melalui saluran empedu bersama-sama dengan cairan empedu ke usus lalu ke feses. Namun, metabolit xenobiotik dapat juga terserap kembali dari usus ke hati dan proses ini dapat meningkatkan resiko keracunan empedu atau kanker empedu dan saluran pencernaan. Sistem enzim fase I merupakan enzim monooksigenase sedang sistim enzim fase 2 merupakan enzim-enzim konjugasi. Sistim enzim ini tidak spesifik terhadap senyawa xenobiotik sehingga metabolisme xenobiotik tidak spesifik, artinya satu substrat dapat dikatalis oleh beberapa enzim dan sebaliknya satu enzim dapat mengkatalis beberapa substrat. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam metabolisme xenobiotik. Metabolit yang dihasilkan selama metabolisme xenobiotik dapat segera dikeluarkan melalui urin atau dapat juga terbentuk metabolit yang tidak dapat dikeluarkan baik melalui urin maupun empedu. Metabolit ini umumnya bersifat reaktif yang bersifat elektrofil, yaitu mempunyai afinitas yang tinggi terhadap molekul DNA dan protein. Akibatnya, senyawa metabolit eletrofil ini dapat berikatan dengan DNA atau protein sel sehingga dapat mengakibatkan kerusakan sel. Ikatan metabolit reaktif dengan DNA dapat menyebabkan mutasi DNA sel dan menjadi awal pembentukan kanker. Jika

12 12 berikatan dengan protein, dapat mengubah struktur tiga dimensi protein sehingga menghilangkan aktivitas biologisnya (Zakaria et al., 2007). Sebagai contoh, protein enzim yang mengalami pengikatan dengan metabolit radikal akan menjadi protein yang kehilangan sifat enzimatisnya sehingga proses enzimatis di dalam tubuh akan menjadi terhambat. Hal ini akan berdampak pada proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Potensi Daun Bambu di Indonesia Dilihat dari sisi ekonomisnya, daun bambu sangat potensial untuk aplikasi ini. Hal ini disebabkan bambu dapat dengan mudah dijumpai di daerah tropis, subtopis, dan daerah beriklim sedang pada semua benua kecuali Eropa dan Asia Barat, dari dataran rendah hingga ketinggian 4000 m dari permukaan laut. Selain itu, dari kurang lebih spesies bambu dalam 80 genera, sekitar 200 spesies dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan Widjaja, 1995). Berdasarkan hasil survei departemen kehutanan, produksi bambu di seluruh Indonesia mencapai 5616 ton pada tahun (Dephut, 2007). Produksi bambu daerah Jawa Barat dari tahun 2003 hingga 2004 terlampir pada Lampiran 1. Namun, sampai saat ini daun bambu masih belum termanfaatkan untuk kebutuhan manusia dan hanya terbuang begitu saja. Teknologi Proses Tahapan proses pemanfaatan daun bambu sebagai penurun kadar akrilamida pada jajanan gorengan diawali dengan tahap ekstraksi komponen bioaktifnya menggunakan pelarut polar, kemudian hasil ekstraksi tersebut ditambahkan ke minyak goreng yang akan digunakan untuk menggoreng dengan perbandingan tertentu. Secara rinci tahapan proses dijelaskan sebagai berikut. Tahap Ekstraksi Komponen Bioaktif Daun Bambu Daun bambu diekstrak menggunakan metode umum ekstraksi tumbuhan menurut Harborne (1987), yaitu daun segar dengan bobot yang telah diketahui

13 13 dikeringudarakan lalu dibuat menjadi berbentuk serbuk halus dengan blender. Selanjutnya dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95% dan air dengan perbandingan 4:1 sedangkan perbandingan sampel dan pelarut sebesar 4:1. Proses maserasi dilakukan selama 24 jam menggunakan shacker (bejana bergoyang) dengan kecepatan 35 rpm. Pelarut etanol digunakan karena komponen yang diekstrak bersifat semipolar serta dengan pertimbangan bahwa alkohol tersebut tidak memiliki risiko yang tinggi dari pada pelarut lain seperti metanol. Setelah itu, hasil maserasi disaring menggunakan kertas Whatman dan diuapkan pelarutnya dengan rotary vacuum evaporator sampai volumenya menjadi seperempat bagian dari volume awal pada 50 o C. Hasil ekstrak yang telah dipisahkan dari pelarutnya, selanjutnya didiamkan di dalam ruangan selama 12 jam. Hal ini dilakukan untuk menguapkan sisa pelarut etanol sehingga pelarut etanol dipastikan habis atau di atas penangas air bersuhu 40 o C selama 3 jam. Tahapan ekstraksi komponen bioaktif dari daun bambu dapat dilihat pada Lampiran 2. Tahap Implementasi Tahap implementasi ini dilakukan dengan cara menambahkan hasil ekstrak daun bambu ke dalam minyak goreng dengan perbandingan antara ekstrak daun bambu dan minyak goreng sebesar 1 : 6. Campuran ini kemudian digunakan untuk menggoreng produk jajanan. Mekanisme kerja komponen bioaktif terhadap akrilamida Selama penggorengan akan terbentuk senyawa akrilamida karena suhu penggorengan sekitar antara o C. Akrilamida akan terbentuk pada makanan yang kaya karbohidrat yang digoreng. Pembentukannya bertahap, diawali oleh reaksi Maillard antara asparagin dan gula pereduksi, disertai panas tinggi (misalnya penggorengan). Asparagin, asam amino bebas utama dalam sereal dan kentang, adalah komponen penting dalam produksi akrilamida melalui mekanisme degradasi Strecker reaksi Maillard. Selain asparagin, asam amino glutamin juga dapat mengakibatkan pembentukan akrilamida meskipun

14 14 kekuatannya jauh lebih rendah. Akrilamida juga dapat berasal dari senyawasenyawa prekursor seperti akrolein dan asam akrilat. (Zakaria et al., 2007). Akrolein secara struktural mirip dengan akrilamida. Akrolein terbentuk dalam minyak selama proses penggorengan. Selain itu, dapat juga berasal dari degradasi termal pati, gula, protein, dan asam amino. Oleh karena itu akrolein banyak ditemukan pada produk gorengan. Dengan adanya penambahan atom oksigen, akrolein akan terkonversi menjadi asam akrilat. Adanya substitusi gugus NH 3 terhadap asam akrilat mengakibatkan terbentuknya akrilamida. Akrilamida yang terbentuk di atas dapat direduksi dengan menggunakan komponen bioaktif daun bambu. Hal ini karena daun bambu mengandung flavon, lakton, dan asam fenolat yang bersifat antioksidan (Zhang et al., 2005). Ketiga senyawa ini sangat berguna menunjang kesehatan karena dapat menahan terjadinya oksidasi oleh senyawa radikal yang terbentuk selama penggorengan dan menghambat terbentuknya akrilamida. Mekanisme penghambatan senyawa akrilamida dan radikal bebas hasil degradasi selama penggorengan adalah dengan cara menangkap radikal tersebut (radical scavenging antioxidants). Mekanisme ini disebut sebagai antioksidan primer dan terjadi pada bagian reaksi propagasi dari reaksi radikal didalam tubuh (Zakaria et al., 2007). Aktivitas antioksidan daun bambu terhadap kadar akrilamida pada keripik kentang, kentang goreng, dan chicken wings dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

15 15 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kanker merupakan penyakit degenarif yang harus menjadi perhatian khusus bagi semua orang. Hal ini karena angka kematian akibat kanker sangat tinggi. Tidak hanya di Indonesia melainkan juga di berbagai negara. Di Amerika Serikat, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua. Komponen bioaktif dari ekstrak polar daun bambu mampu menurunkan kadar akrilamida yang terdapat pada produk gorengan berpati. Senyawa akrilamida ini mampu memicu terjadinya kanker. Hal ini karena daun bambu mengandung flavon, lakton, dan asam fenolat yang bersifat antioksidan. Mekanisme penghambatan senyawa akrilamida dan radikal bebas hasil degradasi selama penggorengan adalah dengan cara menangkap radikal tersebut (radical scavenging antioxidants). Mekanisme ini disebut sebagai antioksidan primer dan terjadi pada bagian reaksi propagasi dari reaksi radikal didalam tubuh. Saran Melihat potensi dan prospek daun bambu dalam menurunkan kadar akrilamida pada produk gorengan, maka penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memaksimalkan manfaat yang dihasilkan. Perlu adanya kajian mengenai efektifitas ekstrak polar daun bambu dalam mereduksi kadar akrilamida pada produk pangan gorengan.

16 16 DAFTAR PUSTAKA Anonim.1997.Acrylamide (Group 2A). /vol60/m60-11.htm. [25 Februari 2009] Biedermann-Brem S, Noti A, Grob K, Imhof D, Bazzocco D, Pfefferle A How much reducing sugar may potatoes contain to avoid excessive acrylamide formation during roasting and baking? European Food Research and Technology 217: Departemen Kehutanan RI Produksi Bambu di Indonesia dan Perkembangan Produksi Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu Per Jenis di Jawa Barat Tahun 2003 s/d domains=dephut.go.id. [25 Februari 2009] Departemen Kesehatan RI Obesitas Dan Kurang Aktivitas Fisik Menyumbang 30% Kanker. news&task=viewarticle&sid=3328. [25 Februari 2009]. Dransfield, S. dan Widjaja, E. A. (ed) Plant Resources of South-East Asia 7 Bamboos. Backhuys Publisher, Leiden. [Food and Drugs Administration] Explatory Data on Acrylamide in Food. U. S. FDA, CFSAN/Office of Plant and Diary Food, 2004 March. [25 Februari 2009] Fiselier K, Grob K Legal limit for reducing sugars in prefabricates targeting 50mg/kg acrylamide in French fries. European Food Research and Technology 220: Fredriksson H, Tallving J, Rosen J, Aman P Fermentation reduces free asparagine in dough and acrylamide content in bread. Cereal Chemistry 81: Friedman, M Chemistry, Biochemistry and Safety of Acrylamide, Journal of Agriculture and Food Chemistry, no. 51, pp Hutabarat, G.T Pengaruh Pendapatan, Besar Rumah Tangga dan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan Makanan Jajanan terhadap Konsumen

17 17 Makanan Jajanan dan Status Gizi Balita. Skripsi. Jurusan GMSK, Faperta, IPB, Bogor. Kendall, P.2005.Popcorn An All American Snack. fsf/popcorn report.pdf. [25 Februari 2009] Krisdianto, Sumarni, G., dan Ismanto, A Sari Hasil Penelitian Rotan dan Bambu. Balitbang Kehutanan dan Perkebunan, Bogor. Siswono, Setiap Tahun 190 Ribu Penderita Baru Kanker. [28 Februari 2009]. Rohdiana.2004.Akrilamid dalam Makanan /02/cakrawala/lainnya02.htm. [25 Februari 2009] Surjokusumo, S. dan Nugroho, N Bamboo as Concrete Reinforcement. 4th International Bamboo Congress (19-22 Juni), Ubud, Bali. Williams JSE Influence of variety and processing conditions on acrylamide levels in fried potato crisps. Food Chemistry 90: Zakaria, F. R., Palupi, N. S., dan Prangdimurti, E Antioksidan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institit Pertanian Bogor, Bogor. Zakaria, F. R., Palupi, N. S., dan Prangdimurti, E Toksikan yang Terbentuk karena Pengolahan Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institit Pertanian Bogor, Bogor. Zhang, Y. Bao, B. L., Lu, Y. P., Ren, Y. P., Tie X. W., dan Zhang, Y Determination of favone C-glucosides in antioxidant of bamboo leaves (AOB) fortified foods by reversed-phase high-performance liquid chromatography with ultraviolet diode array detection. Di dalam : Chromatogr A. J. 1065: Zhang Y, Chen J, Zhang X, Wu X, dan Zhang Y Addition of Antioxidant of Bamboo Leaves (AOB) Effectively Reduces Acrylamide Formation in Potato Crisps and French Fries. J Agric Food Chem, 55 (2),

18 18 LAMPIRAN Lampiran 1. Perkembangan Produksi Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu Per Jenis di Jawa Barat Tahun 2003 s/d 2005 Sumber : Laporan tahunan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat tahun 2005

19 19 Lampiran 2. Diagram alir proses ekstraksi daun bambu Daun segar Pengeringan selama 30 Penggilingan Serbuk halus etanol : air (4:1) Maserasi (35 rpm, 24 jam ) Penyaringan Pemekatan pada suhu 50 C Penguapan lanjut pelarut etanol Ekstrak larut etanol dan air

20 20 Lampiran 3. Aktivitas antioksidan daun bambu (konsentrasi 0.01%) mereduksi akrilamida pada kripik kentang (A) dan kentang goreng (B) Sumber : Zhang Y, 2007 Lampiran 4. Aktivitas anti oksidan pada berbagai konsentrasi terhadap kadar akrilamida pada chicken wings Sumber : Zhang Y, 2006

21 21 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Ketua Kelompok : Nama : Mujiono TTL : Palembang, 29 Mei 1987 Alamat Bogor : Wisma Aulia Jl. Balebak, No. 45. RT/RW 02/05 Darmaga-Bogor Propinsi Jawa Barat Alamat Rumah : Jl. Cendana Dua RT/RW 18/06 Kec. Jati Agung. Kab. Lampung Selatan. Propinsi Lampung. Hp : mujie_itp@yahoo.co.id Golongan Darah : O Hobi : Renang, baca buku Cita-cita : Pengusaha profesional dan dosen Pendidikan Formal : 1. SD Negeri 5 Jati Agung, Lampung Selatan SLTP Negeri 21 Bandar Lampung, lulus tahun SMA Negeri 2 Bandar Lampung, lulus tahun Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Karya tulis yang pernah dibuat : 1. Aplikasi edible film dari pati ubi kayu dan karagenan sebagai kemasan ramah lingkungan pada bumbu instan kering 2. Pengembangan cocogurt probiotik kaya asam laurat yang berpotensi sebgai antimikroba 3. Pengembangan Cocogurt Probiotik Sebagai Inovasi Pangan Fungsional Indigenous Kaya Medium Chain Triglyseride

22 22 4. Pengembangan Cocogurt Probiotik Sebagai Inovasi Pangan Fungsional Indigenous dalam Mengatasi Bakteri Patogen Penyebab Gangguan Pencernaan 5. Pengembangan Produk Inovatif Bakso Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) sebagai Penetralisir Kolesterol 6. Yoghurt Santan (Cocogurt) Probiotik Sebagai Inovasi Pangan Fungsional Indigenous Kaya Medium Chain Triglyseride 7. Aplikasi tahu instan pada industri kecil di Bogor 8. Pengembangan Produk Flower Leather dari Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdarifa L) sebagai Makanan Ringan Bersifat Fungsional 9. Efektivitas Asam Organik dan Ekstrak Lengkuas terhadap Daya Awet Sosis pada Penyimpanan Suhu Ruang 10. Pemanfaatan Bonggol Pisang untuk Produksi Bioetanol sebagai Sumber Energi Alternatif yang Ramah Lingkungan Prestasi : 1. Juara 3 Olimpiade Fisika Tingkat Sekolah SMA Negeri, tahun Anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA) Tingkat Propinsi Lampung, tahun Masuk ke perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor melalui jalur prestasi (USMI), tahun Juara 2 Lomba Engineering Science Competition (ESC) Tingkat TPB IPB, tahun Penerima beasiswa Yayasan Tanoto Foundation, tahun 2006-sekarang 6. Salah satu tim Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Penelitian yang didanai oleh DIKTI dari IPB, tahun Ketua tim Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Penerapan Teknologi yang didanai oleh DIKTI dari IPB, tahun Salah satu tim Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Penelitian yang didanai oleh DIKTI dari IPB, tahun 2008

23 23 9. Finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2008 (PIMNAS 2008) bidang Pekan Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP) dan Pekan Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) di Semarang, juli Juara III Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2008 (PIMNAS 2008) bidang Pekan Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP) di Semarang, Juli Pengalaman Organisasi : 1. Anggota Praja Muda Karana (PRAMUKA) SLTPN 21 Bandar Lampung 2. Pengurus Remaja Islam Masjid (RISMA) Al-Kautsar Jati Agung, Lampung Selatan 3. Anggota Polisi Siswa (POLSIS) SMAN 2 Bandar lampung, periode Ketua Pasukan Inti Siswa (PASIS) SMAN 2 Bandar Lampung, periode Pengurus Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Bandar Lampung, periode Sekretaris Umum Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA) Institut Pertanian Bogor, periode Anggota Food Processing Club (FPC) Badan Kelengkapan Organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) IPB, periode dan Ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA) Institut Pertanian Bogor, periode Kepala Departemen Profesi Himipunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) IPB, periode Anggota Ksatria Peduli Pangan Club Himipunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) IPB, periode

24 24 Pengalaman Kepanitiaan : 1. Panitia Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) Pasukan Inti Siswa (SISWA) SMAN 2 Bandar Lampung, tahun Ketua pelaksana Buka Puasa Bersama Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Lampung (OMDA KEMALA) Institut Pertanian Bogor, Koordinator Hubungan Masyarakat Silaturahmi Tahunan Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Lampung Institut Pertanian Bogor, tahun Koordinator Hubungan Masyarakat pada kegiatan Gebyar Nusantara 2006 untuk Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA) Institut Pertanian Bogor, tahun Ketua pelakasana Back to Village ( promosi IPB di SMA se-lampung; Try Out SPMB di Bandar Lampung, Kalianda, Metro, dan Tanggamus; dan Talk Show di radio), tahun Anggota Hubungan Masyarakat kegiatan Musyawarah Anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA), akhir tahun awal Koordinator Acara Malam Keakraban Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA) Institut Pertanian Bogor, tahun Koordinator Hubungan Masyarakat dalam Kepanitiaan Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XV Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, tahun Tim medis kegiatan Masa Perkenalan Departemen dan Himpunan Profesi Ilmu dan Teknologi Pangan, tahun Panitia Pendahulu (Tim Sepuluh) untuk mempersiapkan kegiatan Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XVI Tingkat Nasional, akhir tahun awal Penanggung jawab kegiatan Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan Tingkat Nasional ke XVI, 2008

25 Penanggung Jawab kegiatan HIMITEPA untuk Pelatihan Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008, 23 Februari Penanggung Jawab Kegiatan HIMITEPA untuk Pelatihan Dasar Kepengurusan HIMITEPA 2008, 1 Maret Panitia Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XVI Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB,Bogor, November Panitia Workshop Teknologi Pangan dan Gizi se-indonesia, diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia Komisariat HIMITEPA dan HIMAGIZI, Bogor, Desember Pengalaman Kerja : 1. Asisten Praktikum Mata Kuliah Kimia TPB Institut Pertanian Bogor, tahun Kerja magang di Instansi Badan Pegawas Obat dan makanan Republik Indonesia (BPOM RI) di Bagian Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Bulan Juli Agustus Asisten Praktikum Mata Kuliah Prinsip Teknik Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Pengalaman Lain : 1. Anggota Pasukan Pengibar Bendera pada upacara bendera 17 Agustus 2005 di Institut Pertanian Bogor, Agustus Peserta dalam kegiatan Akselerasi Forum Intelengensia Spesial 2005 oleh DKM Al-Hurriyah dan DKM Al-Ghifari Institut Pertanian Bogor, 23 Juli Peserta pelatihan Software Photoshop dan Correl Draw di Institut Pertanian Bogor, tahun 2006

26 26 4. Peserta Seminar Bahaya Narkoba oleh Badan Narkotika Nasional di Institut Pertanian Bogor, Januari Peserta Seminar Gizi dan Kesehatan oleh Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Konsumen Institut Pertanian Bogor, tahun Sukarelawan kegiatan Teknologi Biopori yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor dalam upaya membantu memberi solusi mencegah banjir, April Penyuluh kegiatan Penyuluhan dan Pemberian Makanan Tambahan Anak SD (PMTAS) di desa Darmaga Bogor yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) IPB, tahun Peserta Seminar Nasional Nuansa Pangan, Gizi, dan Keluarga Pangan Fungsional dalam acara Indonesian Food Expo 2007 di IPB International Convention Center, 24 November Peserta Seminar Indonesian Food Business Industry 2008 Challenge & Opportunity. Thomas Darmawan (Chairman of Indonesian F&B ssociation) dan Franciscus Welirang (Vice President Director PT Indofood Sukses Makmur- Bogasari Flour Mills) yang diselenggarakan oleh JABABEKA Industrial Estate, 28 Februari Peserta Pelatihan Sistem Manajemen Halal (PLASMA) Industri Pangan Di Indonesia 2008 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) IPB dan FBI FATETA IPB dan bekerjasama dengan Lembaga Pengkajian Pengawas Obat Makanan dan Kosmetika-Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), di Gedung Abdul Muis Nasution IPB, Bogor, 2; 9; 16; 23 Maret Penyuluh Keamanan Pangan untuk beberapa SD di Bogor, diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA)IPB, Bogor, Peserta seminar Bayer Young Enviromental Envoy, diselenggarakan atas kerjasama Bayer dan International Agricultural Students Association (IAAS) IPB, Bogor, 2008

27 Peserta seminar Prospek Sapi Potong di Pasar Indonesia 2008, oleh Fakultas Peternakan IPB bekerja sama dengan APFINDO dan Super Indo Jakarta, Mei Peserta Talk Show Leadership and Entrepreneurship Pola Pengembangan Kepemimpinan dan kewirausahaan dikalangan Mahasiswa dan Pemuda di dalam Acara Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXI 2008 (PIMNAS XXI 2008). Semarang, 18 Juli Penyuluh Keamanan Pangan untuk Pedagang kecil dan UKM di Bidang Pangan,diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA IPB) dan bekerjasama dengan South East Asia Food And Agricultural Technology Centre (SEAFAST Centre), Bobor, Agustus Peserta Talkshow dan Seminar HACCP VI included ISO: Application of HACCP System in Risk Management of Food Safety, yang diselenggarakan atas kerjasama Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor dengan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan Pegawas Obat dan makanan Republik Indonesia (BPOM RI), di Gedung Alumni IPB, Bogor, 2 Agustus Peserta Seminar Air untuk Kesehatan, Kebugaran, dan Kualitas Kehidupan yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN) Indonesia, Departemen Gizi Masyarakat- Fakultas Ekologi Manusia IPB dan didukung oleh DANONE AQUA, di IPB International Convention Center (IICC), Bogor, November Peserta Pelatihan ISO 9001:2000 dan ISO 22000:2005, diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) IPB, bekerja sama dengan Bika Solusi Perdana (BSP), Bogor, November Peserta Seminar Food Issues dalam Acara 7 th National Student Paper Competition, diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan

28 28 Teknologi Pangan (HIMITEPA)-Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, di Gedung Abdul Muis Nasution IPB, Bogor, 6 Desember Anggota Kelompok : Nama : Stefanus TTL : Jakarta, 6 November 1988 Alamat Bogor : Perwira 88 Jl. Perwira No. 88 Darmaga-Bogor Propinsi Jawa Barat Alamat Rumah : Jl. Lopis II No. 28 R.T./R.W. : 004/012. Teluk Gong Penjaringan - Jakarta Utara Hp : fire_shu88@yahoo.co.id Golongan Darah : A Hobi : Renang, baca buku, travelling Cita-cita : Pengusaha kue tart Pendidikan Formal : 1. SD Stella Maris, Jakarta Utara, lulus tahun SLTP Kristen Yusuf, Jakarta Barat, lulus tahun SMA Kristen Yusuf, Jakarta Barat, lulus tahun Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Karya tulis yang pernah dibuat : 1. Pengembangan Proses Pembuatan Tepung Pisang sebagai Base Makanan Balita dengan menggunakan Metode Fermentasi

29 29 Prestasi : 1. Semifinalis Lomba Akuntansi IBII, Jakarta Tahun Semifinalis Lomba Akuntansi Universitas Tarumanegara, Jakarta Tahun 2006 Pengalaman Organisasi : 1. Bendahara OSIS SMA Kristen Yusuf, periode Bendahara OSIS SMA Kristen Yusuf, periode Anggota Departemen Profesi Himipunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) IPB, periode Kepala Departemen Profesi Himipunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) IPB, periode Koordinator data dan informasi Indonesia World Heritage Youth Network (Indowyn) regional Bogor Pengalaman Kepanitiaan : 1. Ketua Panitia Natal SMA Kristen Yusuf tahun Bendahara buku tahunan SMA Kristen Yusuf angkatan Koordinator divisi konsumsi untuk acara Prom Nite Anggota Logistik dan Transportasi acara LCTIP XV 5. Anggota divisi konsumsi acara Natal Civa Anggota divisi Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi Acara SUKSESI HIMITEPA Ketua pelaksana Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan Tingkat Nasional ke- XVI, Panitia Pendahulu (Tim Sepuluh) untuk mempersiapkan kegiatan Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XVII Tingkat Nasional, akhir tahun awal Penanggung jawab kegiatan Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan Tingkat Nasional ke XVII, 2009

30 Penanggung Jawab kegiatan HIMITEPA untuk Pelatihan Mie Jagung kepada Industri Kecil dan Menengah, Penanggung Jawab Kegiatan HIMITEPA untuk Produksi dan Pemasaran Mie Jagung, Panitia Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XVII Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB,Bogor, 2009 Pengalaman Kerja : 1. Asisten Praktikum Mata Kuliah Fisika TPB Institut Pertanian Bogor, tahun Pengalaman Lain : 1. Sukarelawan dalam acara Save Borobudur Temple yang diadakan oleh Indowyn, tahun Peserta Pelatihan BIOTA 2006 di Institut Pertanian Bogor, tahun Peserta Seminar Bahaya Narkoba oleh Badan Narkotika Nasional di Institut Pertanian Bogor, Januari Peserta Workshop Sorghum sebagai Pangan Masa Depan Indonesian Food Expo, International IPB Convention Center, Bogor, tahun Peserta Seminar dan Training Vegetarian Day Indonesian Vegetarian Society, tahun Peserta Pelatihan Sistem Manajemen Halal (PLASMA) Industri Pangan Di Indonesia 2008 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) IPB dan FBI FATETA IPB dan bekerjasama dengan Lembaga Pengkajian Pengawas Obat Makanan dan Kosmetika-Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), di Gedung Abdul Muis Nasution IPB, Bogor, 2; 9; 16; 23 Maret 2008

31 31 7. Peserta Training of Trainers World Heritage Education for Indonesian Youth Indonesia World Heritage Youth Network (Indowyn) bekerja sama dengan UNESCO, tahun 2008 Nama : Suhendri Tanggal/Tempat Lahir : Jambi, 15 Desember 1987 Alamat : Jln. Perwira No 99, Puri Riveria, Darmaga Bogor Agama : Buddha HP : horcrux87@gmail.com Hobi : membaca, browsing internet Cita-cita : ahli pangan, arsitektur Motto : let s think! Karya tulis yang pernah dibuat : 1. Aplikasi edible film dari pati ubi kayu dan karagenan sebagai kemasan ramah lingkungan pada bumbu instan kering 2. Aplikasi tahu instan pada industri kecil di Bogor 3. Pengembangan Produk Flower Leather dari Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdarifa L) sebagai Makanan Ringan Bersifat Fungsional 4. Pemanfaatan Bonggol Pisang untuk Produksi Bioetanol sebagai Sumber Energi Alternatif yang Ramah Lingkungan Pendidikan Formal : 1. TK Attaufiq Jambi ( ) 2. SD Attaufiq Jambi ( ) 3. SMP Negeri 1 Jambi ( ) 4. SMA Negeri 3 Jambi ( ) 5. Institut Pertanian Bogor (2005- )

32 32 Program Studi : Teknologi Pangan Pengalaman Organisasi dan Kepanitiaan: 1. Pengurus OSIS SMA Negeri 3 Jambi ( ) 2. Ketua Kerohanian Buddha SMAN 3 Jambi ( ) 3. Pengurus Himpunan Mahasiswa Jambi ( ) 4. Pengurus UKM-KMBA IPB ( ) 5. Pengurus Himitepa IPB ( ) 6. Panitia Open House IPB Panitia Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XV Antar SMA Tingkat Nasional Prestasi : 1. Olimpiade Komputer Tingkat Propinsi Jambi (2003) 2. Olimpiade Matematika Tingkat Propinsi Jambi (2004) 3. Juara I Lomba Cepat Tepat Kimia Antar SMA Tingkat Propinsi Jambi (2005)

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. INOVASI EKSTRAK DAUN BAMBU (Gigantochloa apus) SEBAGAI PENURUN KADAR AKRILAMIDA PADA JAJANAN GORENGAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. INOVASI EKSTRAK DAUN BAMBU (Gigantochloa apus) SEBAGAI PENURUN KADAR AKRILAMIDA PADA JAJANAN GORENGAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA INOVASI EKSTRAK DAUN BAMBU (Gigantochloa apus) SEBAGAI PENURUN KADAR AKRILAMIDA PADA JAJANAN GORENGAN BIDANG KEGIATAN : PKM GAGASAN TERTULIS Diusulkan oleh : Mujiono F24050851/

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan tanaman yang sudah lama banyak digunakan sebagai obat tradisional. Adanya senyawa brazilin dan brazilein memberikan ciri

Lebih terperinci

Makanan Gorengan Pembawa Kanker?

Makanan Gorengan Pembawa Kanker? 01 Oct 2007 Makanan Gorengan Pembawa Kanker? Makanan yang digoreng atau populer disebut gorengan, ternyata bukan hanya meningkatkan kadar kolesterol darah serta menyebabkan terjadinya peningkatan risiko

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

LAPORAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS

LAPORAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS IPTEK LAPORAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS Judul : PEMBUATAN ABON IKAN YANG BEBAS AKRILAMIDA Ketua : Rahmi Nurdiani, S.Pi., M.AppSc. NIP. 19761116 200112 2 001 Anggota : 1. Ir. Muhamad Firdaus, MP. NIP. 19680919

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN BANTUAN PENYEMPURNAAN DOKUMEN PEROLEHAN PATEN (UBER HKI) TAHUN ANGGARAN 2010

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN BANTUAN PENYEMPURNAAN DOKUMEN PEROLEHAN PATEN (UBER HKI) TAHUN ANGGARAN 2010 LAPORAN HASIL PELAKSANAAN BANTUAN PENYEMPURNAAN DOKUMEN PEROLEHAN PATEN (UBER HKI) TAHUN ANGGARAN 2010 CARA MENCEGAH PEMBENTUKAN SENYAWA AKRILAMIDA PADA ABON IKAN Rahmi Nurdiani, SPi MAppSc Dibiayai Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan dan sosial mulai timbul ketika usia harapan hidup bertambah. Hal ini menyebabkan adanya perubahan pola hidup pada diri manusia. Akan tetapi, perubahan

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. semua orang menginginkan hal yang serba instan, termasuk makanan yang cepat

PENDAHULUAN. semua orang menginginkan hal yang serba instan, termasuk makanan yang cepat 23 PENDAHULUAN Latar Belakang Di era globalisasi ini pola makan yang tidak tepat telah menjadi faktor utama munculnya penyakit degeneratif. Aktivitas yang semakin padat menjadikan semua orang menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Abad 20 merupakan era dimana teknologi berkembang sangat pesat yang disebut pula sebagai era digital. Kemajuan teknologi membuat perubahan besar bagi peradaban

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jalan beragam. Contoh yang paling sering ditemui adalah pecel lele dan gorengan.

BAB 1 PENDAHULUAN. jalan beragam. Contoh yang paling sering ditemui adalah pecel lele dan gorengan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan di pinggir jalan telah menjadi bagian dari masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Keterbatasan waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan akibat radikal bebas terhadap sel normal pada tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang merupakan buah-buahan dengan jenis yang banyak di Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok dan masih banyak lagi. Menurut Kementrian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Jumlah energi yang dibutuhkan akan meningkat seiring berjalannya waktu dan meningkatnya jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat IX-xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat dari bahan utama yaitu tumbuhan umbi yang digunakan oleh semut sebagai sarang sehingga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa

Lebih terperinci

SKRIPSI SURVEY KONSUMSI DAN STUDI ANALISIS KANDUNGAN AFLATOKSIN BEBERAPA PRODUK PANGAN BERBASIS JAGUNG. Oleh : ALDILLA SARI UTAMI F

SKRIPSI SURVEY KONSUMSI DAN STUDI ANALISIS KANDUNGAN AFLATOKSIN BEBERAPA PRODUK PANGAN BERBASIS JAGUNG. Oleh : ALDILLA SARI UTAMI F SKRIPSI SURVEY KONSUMSI DAN STUDI ANALISIS KANDUNGAN AFLATOKSIN BEBERAPA PRODUK PANGAN BERBASIS JAGUNG Oleh : ALDILLA SARI UTAMI F24104001 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan makanan mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Berawal dari istilah empat sehat lima sempurna, dimana setiap orang disarankan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur PENDAHULUAN Latar Belakang Jamur tiram adalah salah satu jenis jamur yang dapat dimakan dan dapat dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur tiram putih, coklat dan merah

Lebih terperinci

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padatnya aktivitas di zaman sekarang membuat orang kadang lupa akan kesehatannya sendiri. Pekerjaan yang menumpuk, padatnya jadwal kerja, hingga berbagai macam tugas

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah dengan mengembangkan alternatif pangan. Program diversifikasi pangan belum dapat berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan akan komoditas pangan. Namun, hal ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan I. PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan tentang : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit di awali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yoghurt merupakan salah satu produk minuman susu fermentasi yang populer di kalangan masyarakat. Yoghurt tidak hanya dikenal dan digemari oleh masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi oksidasi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta

BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minyak goreng merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, dan karena itu dalam keseharian minyak berfungsi sebagai penghantar panas dan penambah cita rasa gurih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman umbi umbian yang dikenal luas di masyarakat Indonesia. Pada tahun 2013 produksi singkong di Indonesia mencapai 23 juta ton

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kopi merupakan salah satu minuman yang sangat di gemari oleh masyarakat Indonesia karena rasa dan aromanya. Minuman ini di gemari oleh segala umur secara turun temurun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dikalangan masyarakat sedang marak mengkonsumsi ubi jalar ungu. Ubi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dikalangan masyarakat sedang marak mengkonsumsi ubi jalar ungu. Ubi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini dikalangan masyarakat sedang marak mengkonsumsi ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu ini mulai dilirik oleh masyarakat karena disamping warnanya yang menarik rasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri

BAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri maupun untuk keperluan sehari-hari. Ethanol merupakan salah satu produk industri yang penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama perubahan pola makan serta berkurangnya kegiatan jasmani menjadi penyebab meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cara ditempuh, antara lain memperhatikan dan mengatur makanan yang

I. PENDAHULUAN. cara ditempuh, antara lain memperhatikan dan mengatur makanan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Manusia berusaha untuk tetap sehat dan panjang umur dalam hidupnya. Berbagai cara ditempuh, antara lain memperhatikan dan mengatur makanan yang dikonsumsi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit hipertensi termasuk penyakit kronik akibat gangguan sistem

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit hipertensi termasuk penyakit kronik akibat gangguan sistem I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi termasuk penyakit kronik akibat gangguan sistem sirkulasi darah yang menjadi masalah besar bagi masyarakat. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah

Lebih terperinci

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakso adalah makanan yang banyak digemari masyarakat di Indonesia. Salah satu bahan baku bakso adalah daging sapi. Mahalnya harga daging sapi membuat banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan kimia yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang jumlah penduduknya setiap tahun mengalami peningkatan. Banyaknya jumlah penduduk ini juga mengakibatkan banyaknya jumlah pangan

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar mengingat banyaknya kasus gizi buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat mempengaruhi seseorang di saat mereka dewasa.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam keadaan normal, reproduksi sel adalah suatu proses yang terkontrol ketat. Rangsangan tertentu dan berbagai faktor pertumbuhan, baik fisiologis maupun patologis, dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

PENDAHULUAN. 1  (5 September 2006) PENDAULUAN Makanan, kebutuhan pokok bagi manusia, dapat mengandung kontaminan kimia yang dapat mengganggu kesehatan. leh karena itu keamanan pangan (food safety) merupakan hal yang sangat penting. Akrilamida

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sinar matahari berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun

I. PENDAHULUAN. sinar matahari berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terbebas dari senyawa radikal bebas. Asap rokok, makanan yang digoreng, dibakar, paparan sinar matahari berlebih, asap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Ketela pohon atau singkong, dalam bahasa Inggris bernama cassava merupakan pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yoghurt merupakan produk olahan susu yang dipasteurisasi kemudian difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia

BABI PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia BAB PENDAHULUAN! I ' BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia karena potensi produksinya yang cukup besar. Pisang sejak lama dikenal sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan plastik semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia, karena memiliki banyak kegunaan dan praktis. Plastik merupakan produk polimer sintetis yang terbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi kayu merupakan tanaman pangan yang banyak diproduksi di Indonesia. Produksi ubi kayu di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 23.436.384 ton (Badan Pusat Statistik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah berkembang dengan cepat. Pangan fungsional yang merupakan konvergensi antara industri, farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan utama. Camilan disukai oleh anak-anak dan orang dewasa, yang umumnya dikonsumsi kurang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat, arakat, mulai dari buah, daun, batang, pelepah, sampai jantungnya.

I. PENDAHULUAN. masyarakat, arakat, mulai dari buah, daun, batang, pelepah, sampai jantungnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara penghasil pisang terbesar ketujuh di dunia, yang mampu menghasilkan 6,3 juta ton pisang per tahunnya (Furqon, 2013). Pada dasarnya, semua komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koya adalah bubuk atau serbuk gurih yang digunakan sebagai taburan pelengkap makanan (Handayani dan Marwanti, 2011). Bubuk koya ini pada umumnya sering ditambahkan pada

Lebih terperinci

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang AgroinovasI Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang Pisang kaya akan karbohidrat dan mempunyai kandungan gizi yang baik yaitu vitamin (provitamin A, B dan C) dan mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Limbah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah terpakai, baik dalam skala rumah tangga, industri, pertambangan dan lainlain. Limbah berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia, pisang merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia, pisang merupakan buah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pisang merupakan tumbuhan monokotil yang termasuk dalam familia Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia, pisang merupakan buah yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut laporan WHO, tercatat hampir 17 juta orang meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ivo Hofia Nasren, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ivo Hofia Nasren, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, penyebab kematian di Indonesia telah mengalami suatu pergeseran dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, misalnya saja penyakit degeneratif. Penyakit

Lebih terperinci

NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN

NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN Oleh Rizka Apriani Putri, M.Sc Jurdik Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta Email : rizka_apriani@uny.ac.id Makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia memerlukan beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia antara lain

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Zat Ekstraktif Mindi Kadar ekstrak pohon mindi beragam berdasarkan bagian pohon dan jenis pelarut. Berdasarkan bagian, daun menghasilkan kadar ekstrak tertinggi yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikonsumsi pada bagian umbi di kalangan masyarakat dikenal sebagai sayuran umbi. Kentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa kehidupan manusia ke dalam gerbang modernisasi yang membawa dampak pada perkembangan zaman dan teknologi yang pesat, sehingga mampu menciptakan

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM

ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM Oleh: Qismatul Barokah 1 dan Ahmad Abtokhi 2 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum untuk sekelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci