PENGEMBANGAN RANCANGAN LANSKAP AIR TERJUN TUNAN DESA TALAWAN KABUPATEN MINAHASA UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN RANCANGAN LANSKAP AIR TERJUN TUNAN DESA TALAWAN KABUPATEN MINAHASA UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA"

Transkripsi

1 607 PENGEMBANGAN RANCANGAN LANSKAP AIR TERJUN TUNAN DESA TALAWAN KABUPATEN MINAHASA UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA Ingerid Lidia Moniaga, Amanda Sutarni Sembel Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara memiliki beberapa lokasi air terjun yang jernih dan alami. Salah satunya yakni air terjun Tunan yang terletak di desa Talawaan Kabupaten Minahasa Utara dengan jarak sekitar 25 km dari Kota Manado dan dapat dicapai dengan kendaraan bermotor kira-kira 6 km dari desa Talawaan dan dilanjutkan dengan berjalan kaki dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Air terjun ini bersumber dari sungai diatas gunung yang mengalir melewati tebing terjal dengan ketinggian 60 m. Tujuan pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini, yaitu memberi pembinaan dan pendampingan pada kelompok masyarakat desa Talawaan dalam bantuan teknis rancangan lanskap wisata air terjun Tunan Desa Talawaan. Pembinaan dan pendampingan yang dilakukan untuk menangani beberapa masalah prioritas yang dilakukan dengan tahapan diantaranya : (1) Penyuluhan dan (2) Pelatihan. Target luaran yang ingin dicapai pada pembinaan dan pendampingan masyarakat desa Talawaan adalah (1) meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam penataan suatu lanskap wisata alam berdasarkan potensi dan sumberdaya alam yang tersedia, mewujudkan suatu bentukan lanskap yang fungsional, indah, dan memuaskan bagi penggunanya serta berkelanjutan (2) memahami dan melakukan kegiatan praktek mengembangkan kawasan wisata alam, (3) memiliki kemampuan dalam mengelola lanskap wisata alam, (4) meningkatkan kualitas lingkungan desa, (5) menghasilkan artikel ilmiah yang dapat dipublikasikan pada jurnal akreditasi. Kata Kunci : Lanskap wisata alam, Air terjun Tunan PENDAHULUAN Analisis Situasi Kabupaten Minahasa Utara merupakan salah satu dari 15 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara dengan jarak tempuh ke lokasi sekitar 25 km dari Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara. Daerah ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Minahasa dengan luas wilayah 918,97 km2 dan jumlah penduduk jiwa. Berdasarkan kondisi geografis dan faktor pendukung yang ada, pariwisata Minahasa Utara sangat potensial sebagai daya tarik wisata diantaranya wisata alam. Kabupaten ini memiliki beberapa lokasi air terjun yang jernih dan alami, salah satunya yakni air terjun Tunan yang terletak di desa Talawaan Kabupaten Minahasa Utara. Jarak pencapaian lokasi air terjun Tunan dari desa Talawaan dengan menggunakan kendaraan bermotor kira-kira 6 km dan berjalan kaki dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Air Terjun Tunan di desa Talawaan ini bersumber dari sungai diatas gunung yang mengalir melewati tebing terjal dengan ketinggian 60 m. Objek wisata Air Terjun Tunan yang memiliki potensi alam dengan kealamian ekosistemnya menjadi salah satu prioritas Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara dalam

2 608 pengembangan kawasan-kawasan objek wisata. Namun aksesibilitas yang jauh, infrastruktur yang belum optimal dan fasilitas penunjang yang belum memadai di lokasi Air Terjun Tunan menyebabkan para wisatawan lokal, nusantara, dan mancanegara masih kurang mengunjungi lokasi ini. Permasalahan lain yang terdapat di lokasi ini yaitu belum teroptimalisasinya potensi lansekap kawasan di bidang perancangan yang mempertimbangkan faktor-faktor analisis tapak dan ruang luar. Selain itu pengembangan kawasan wisata dalam upaya pemenuhan kebutuhan ruang dan kelengkapan akomodasi bagi aktivitas wisata belum juga tersedia dan mempertimbangkan adaptasi terhadap kondisi bentang alam dan karakter fisik yang berpengaruh pada suatu perencanaan lanskap kawasan wisata alam, yang mengutamakan nilai-nilai ekologis dan keberlanjutan. Tujuan kegiatan pengabdian di desa Talawaan yakni untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan dan perancangan kawasan wisata alam air terjun Tunan, memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan pemerintah dalam merancang kawasan wisata alam yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan melalui pembagian liflet-liflet, brosur, poster, dan bantuan teknis gambar disain kawasan wisata air terjun Tunan. Sehingga tujuan pemberdayaan masyarakat dalam partisipasi pembangunan objek-objek wisata menjadi model yang dapat diterapkan pada lokasi-lokasi wisata lain di wilayah Kabupaten Minahasa Utara. Permasalahan Mitra Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat dirumuskan masalah prioritas yang perlu ditangani oleh kelompok masyarakat desa Talawaan dan pendamping dari perguruan tinggi yaitu : 1. Tidak tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang dapat mendisain atau merancang kawasan air terjun Tunan sebagai objek wisata alam yang representatif dan berproduk arsitektur lanskap. 2. Kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya rancangan lanskap kawasan wisata air terjun Tunan yang tanggap terhadap lingkungannya. 3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang rancangan lanskap kawasan wisata air terjun Tunan yang adaptif terhadap kebutuhan ruang dan fasilitas rekreasi. 4. Kurangnya pemahaman masyarakat dalam penyajian informasi visual arsitektur pada kawasan wisata air terjun Tunan. 5. Gambar 1. Kondisi Wisata Air Terjun Tunan Yang Masih Kurang Optimal dalam Perencanaan dan Perancangan Lansekap TARGET DAN LUARAN

3 609 Target luaran yang ingin dicapai pada pembinaan dan pendampingan kelompok masyarakat desa Talawaan adalah (1) Menyediakan bantuan teknis berupa produk gambar disain atau rancangan lanskap Kawasan Wisata Air Terjun Tunan (2) Mengembangkan kegiatan praktek pengelolaan sumberdaya wisata dengan memperhatikan aspek ekologis, estetika, dan ekonomis (3) Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan wisatawan/pengunjung sehingga berimplikasi meningkatkan aspek ekonomi dan kesejahteraan masyarakat desa Talawaan, (4) Menghasilkan artikel ilmiah yang dapat dipublikasikan pada jurnal akreditasi. Jika kelompok masyarakat desa Talawaan berhasil menerapkan pengembangan dan pengelolaan yang melibatkan peran aktif masyarakat, maka kelompok masyarakat desa Talawaan ini diharapkan menjadi penggerak atau motivator bagi kelompok-kelompok masyarakat lainnya dalam pengembangan kawasan-kawasan wisata air terjun sebagai objek wisata alam yang ada di wilayah Kabupaten Minahasa Utara. METODE PELAKSANAAN Berdasarkan permasalahan kelompok masyarakat desa Talawaan maka diperlukan pembinaan dan pendampingan terhadap kelompok tersebut. Pembinaan dan pendampingan yang dilakukan untuk menangani beberapa masalah prioritas yang dapat dilakukan dengan tahapan diantaranya : 1. Penyuluhan Penyuluhan dilakukan terhadap anggota kelompok masyarakat dengan tujuan memperluas wawasan pengetahuan kelompok-kelompok tersebut, tentang cara merencanakan dan merancang kawasan wisata alam dengan memahami prinsip-prinsip dan unsur-unsur dalam mendisain wisata rekreasi alam. Materi penyuluhan menyangkut pengembangan rancangan lansekap kawasan air terjun Tunan. Untuk kegiatan penyuluhan disiapkan brosurbrosur. 2. Pelatihan Setelah dilakukan penyuluhan terhadap anggota kelompok masyarakat, selanjutnya dilakukan pelatihan bagi anggota kelompok masyarakat desa Talawaan. Pelatihan dimaksud adalah praktek penerapan teknologi. a. Rancangan dan pembuatantaman dengan pemilihan jenis-jenis tanaman yang mudah diperoleh di lokasi sekitar tapak dan toleran terhadap panas matahari. b. Penerapan komponen-komponen pelengkap lansekap atau site furniture sebagai unsur pembentuk keindahan ruang luar c. Penyediaan bantuan teknis berupa produk rancangan atau disain lansekap air terjun Tunan desa Talawaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Lanskap Air Terjun Tunan Dengan Pendekatan Tapak dan Tematik Konsep perancangan lanskap pada Air Terjun Tunan di Desa Talawaan dilakukan dengan tahapan evaluatif dan dua pendekatan, yakni : a. Pendekatan Tapak dan Lingkungan

4 610 Pendekatan ini, melakukan pengamatan lapangan pada tapak dan dan dikembangkan menjadi konsep disain ruang luar.tahap pendekatan tapak dilakukan dengan mengidentifikasi objek wisata yang telah ada dan mengevaluasi elemen-elemen lanskap yang perlu dikembangkan pada objek tersebut. b. Pendekatan Tematik Tema yang dipilihyakni Arsitektur Lansekap. Arsitektur Lansekap ialah perpaduan ilmu pengetahuan dan seni dalam pengaturan tata ruang luar yang memperhatikan aspek-aspek keindahan, keteraturan, kebersihan, ekologi, sosial budaya, dan ekonomi guna memciptakan suatu keseimbangan, keselarasan, dan keberlanjutan lingkungan alami dan lingkungan buatan. Beberapa elemen-elemen ruang luar yang telah tersedia pada objek Air Terjun Tunan dibagi atas 4 bagian evaluasi diantaranya : 1. Area Penerima,yang terdiri atas 3 fasilitas yakni pos jaga, gerbang masuk, dan jalur pejalan kaki (pedestrian way) Pedestrian way adalah tempat yang diperuntukkan oleh para pejalan kaki dengan pola tertentu untuk menghubungkan suatu tempat dengan tempat lain. Kondisi pedestrian way pada lokasi masih cukup baik dengan penggunaan material yang nyaman bagi pejalan kaki yaitu material batu pecah. Namun jarak tempuh yang berkisar ± 400 meter dari gerbang masuk lokasi perlu dikembangkan rekayasa lanskap dengan cara menciptakan suasanasuasana yang berbeda disetiap tahapan pedestrian sehingga jarak tempuh tidak terkesan jauh dan sempit. Gambar 2. Area Penerima 2. Area Service, yang terdiri atas 3 fasilitas yakni parkir, toilet, dan kantin Area service merupakan fasilitas pelayanan yang diperuntukkan bagi pengunjung lokasi seperti fasilitas parkir, toilet, dan kantin. Jarak lokasi Air Terjun Tunan yang cukup jauh dari Desa Talawaan perlu ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Sebagai tempat rekreasi dengan aktivitas kegiatan di ruang terbuka kebutuhan akan tempat parkir dalam suatu perancangan lanskap menjadi bagian prasarana lingkungan. Lokasi di mana kendaraan diparkirkan dinamakan fasilitas parkir. Fasilitas parkir yang tersedia pada lokasi Air Terjun Tunan dari kriteria dan prinsip tempat parkir telah cukup memenuhi namun

5 611 ada elemen-elemen lain yang perlu dilengkapi diantaranya tempat tunggu sopir. Demikian pula dengan fasilitas kantin sebagai pelengkap area rekreasi telah cukup memenuhi kebutuhan santai pengunjung berupa makanan dan minuman ringan. Sedangkan fasilitas toilet sebagai pelengkap sanitasi lingkungan rekreasi yang merupakan fasilitas penting dan harus dirawat, kondisi di lokasi telah rusak dan tidak berfungsi. Gambar 3. Area Service 3. Area Rekreasi,yang terdiri atas 3 fasilitas yakni ruang terbuka (open space), ruang pertemuan, air terjun (falling water) Area rekreasi yang terdiri dari 3 fasilitas ini merupakan ruang terbuka (open space). Pengertian ruang terbuka (open space) ialah ruang-ruang yang terbuka dan tidak tertutup (seperti bangunan) yang diisi oleh tanaman, tumbuhan, ataupun perkerasan (plaza). Ruang terbuka pada objek rekreasi Air Terjun Tunan ini berfungsi sebagai tempat rekreasi atau bersantai para pengunjung. Namun ruang terbuka pada lokasi ini belum dilengkapi oleh elemen-elemen lanskap ruang terbuka diantaranya : bangku taman, lampu, dan penghijauan yang bersifat dekoratif, skulptur, dan sebagainya. Karenanya optimalisasi lanskap pada area ini perlu dikembangkan sehingga kualitas ruang terbuka pada area rekreasi utama yakni Air Terjun Tunan menjadi lebih menarik dan bernilai arsitektur lanskap. Gambar 4. Area Rekreasi

6 Fasilitas penunjang rekreasi,yang terdiri atas 3 fasilitas yakni tempat duduk, tempat sampah, taman, dan papan informasi Sesuatu yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga menambah rasa nyaman karena bebas dari kotoran sampah dan bau-bauan yang tidak menyenangkan. Untuk memenuhi hal tersebut kiranya perlu ditempatkan dan disediakan bak sampah sebagai elemen lanskap serta tempat pembuangannya. Keindahan merupakan hal yang perlu pula diperhatikan guna memperoleh kenyamanan. Hal tersebut mencakup masalah kepuasan batin dan pancaindra, hingga rasa nyaman dapat diperoleh (Hakim R, dan Utomo, H, 2008). Namun pada fasilitas penunjang rekreasi nilai kebersihan dan kenyamanan masih kurang optimal. Hal ini teramati melalui tindakan-tindakan fandalisme (merusak bangku-bangku melalui tindakan coret-coret) para pengunjung yang belum bertanggung jawab dalam menjaga fasilitas yang telah tersedia yaitu bangku-bangku taman. Hal lainnya tempat sampah yang tersedia belum difungsikan dengan baik, karena kenyataannya para pengunjung masih membuang sampah di sembarang tempat. Kesadaran lingkungan para pengunjung belum teredukasi atau tersosialisasi melalui pembinaan pemerintah desa dan petugas objek wisata. Gambar 5. Area Penunjang Rekreasi Peran Serta Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Untuk mengembangkan objek wisata menjadi daya tarik rekreasi yang diminati oleh para pengunjung maka peran serta dan partisipasi masyarakat sangat diperlukan. Keikutsertaan masyarakat dalam mengembangkan objek wisata Air Terjun Tunan dapat diwujudkan melalui program gotong royong yakni kerja bhakti bersama masyarakat desa pada waktu-waktu yang telah disepakati bersama. Program kerja bhakti atau partisipasi masyarakat dalam membersihkan lingkungan sekitar objek wisata bertujuan agar kebersihan dan keindahan lingkungan wisata tetap terjaga dan terpelihara dengan baik sehingga, pemeliharaan kebersihan tidak membutuhkan biaya yang besar. Dengan demikian diharapkan masyarakat terlibat bersama dengan pemerintah untuk ikut menjaga dan melestarikan sumber daya alam yang ada yakni objek wisata Air Terjun Tunan di Desa Talawaan. Pengembangan lain yang dapat dilakukan guna mengoptimalkan objek wisata di Kabupaten Minahasa Utara yakni dengan melakukan kegiatan kemitraan dengan perguruan tinggi berupa penyuluhan dan pelatihan, untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman

7 613 masyarakat terhadap pengembangan lanskap objek wisata guna meningkatkan kualitas lanskap; melalui penyebarluasan informasi Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang dilakukan oleh institusi pendidikan dalam kegiatan ini Universitas Sam Ratulangi. Program partisipasi masyarakat bertujuan menyadarkan masyarakat Desa Talawaan agar memahami pentingnya melestarikan objek wisata Air Terjun Tunan dalam meningkatkan kualitas lingkungan terutama pengelolaan terhadap sumber daya air dan hutan lindung yang berada di sekitar objek wisata tersebut. Mengedukasi masyarakat akan nilainilai lingkungan dan potensi sumber daya alam yang dimiliki di Desa Talawaan Kabupaten Minahasa Utara, diharapkan membentuk masyarakat yang sadar lingkungan, mandiri, bertanggung jawab dan berwawasan ekologis. Konsep Pengembangan Disain Lanskap Air Terjun Tunan Konsep Disain Lanskap Air Terjun Tunan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan Forum Group Disscusion (FGD) yakni kegiatan pertemuan yang dilakukan oleh institusi perguruan tinggi pelaksana kegiatan pengabdian dan kelompok mitra untuk memfasilitasi keinginan kelompok mitra dalam melengkapi hasil disain evaluatif yang telah dilakukan. Tujuan pengembangan konsep disain lanskap dalam wujud bantuan teknis yaitu memotivasi pemerintah, masyarakat dan pihak swasta agar terus termotivasi untuk mengembangkan dan mengelola objek wisata Air Terjun Tunan sebagai salah satu potensi pariwisata di Kabupaten Minahasa Utara. Konsep Disain Lanskap Air Terjun Tunan dikembangkan dengan menggunakan teori eksistensi ruang dan sequence. Pengertian pokok dari eksistensi adalah ada-nya atau keadaan atau kehadirannya. Eksistensi ruang adalah tentang adanya ruang. Gunadi, S menguraikan penjelasan ruang menurut Lao Tzu adalah bukan hanya sesuatu yang dibatasi secara fisik oleh lantai, dinding, dan langit-langit, tetapi kekosongan yang terkandung di dalam pembatas ruang tadi. Jadi sebenarnya ruang kosong sudah exist tetapi eksistensinya disana perlu diperjelas dengan pembatas-pembatasnya. Dalam penciptaan lingkungan hidup manusia kita harus memperhatikan hubungan bagian yang satu terhadap yang lain. Bahwa hubungan-hubungan tersebut haruslah bersifat kontinyu dan berurutan yang tersusun dalam satu sequence. Masalah penglihatan disini sangat menentukan adanya hubungan tersebut. Memang pada kenyataannya bahwa pemandangan yang kita lihat tidak hanya berguna tetapi juga akan menimbulkan kenangan dan pengalaman. Dan reaksi emosional pada diri kita akan mempengaruhi pikiran terhadap pemandangan yang muncul di depan kita. Konsep sequence secara jelas dapat dikembangkan pada serial visionyaitu urut-urutan pemandangan yang berbeda di setiap tahapan perjalanan dan kontras-kontras yang muncul dengan tiba-tiba secara bergantian sehingga menghidupkan suasana site (ruang) tersebut. Teori inilah yang dikembangkan pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Talawaan melalui bantuan teknis rancangan lanskap air terjun Tunan. Tahapan-tahapan pemandangan atau lansekap yang bisa dikembangkan pada Air Terjun Tunan antara lain sebagai berikut :

8 614 Gambar 6. Area Penerima (Gerbang Masuk Lokasi) Zona Penerima,pada gambar 6terdiri atas jembatan dan gerbang penerima. Kondisi jembatan yang dibagi dua jalur dengan dimensi ukuran satu orang terasa sempit dan kurang nyaman dilalui. Konsep Area main entrance (gerbang masuk utama) haruslah menciptakan kesan terbuka dan menarik pengunjung untuk masuk ke lokasi wisata. Sehingga solusi lansekap yang dapat dikembangkan dalam rancangan ruang luar pada segmen jembatan yaitu dua jalur jembatan dirubah menjadi tanpa sekat dinding masif dan lebar jembatan dibuat selebar 2.5 meter. Hal tersebut bertujuan menciptakan kesan luas dan menerima para pengunjung. Elemen tanaman yang melengkapi segmen jembatan yaitu dengan meletakkan tanaman merambat seperti markisa, air mata pengantin, flame of irian, yang dikombinasikan dengan hard material dengan bahan besi. Unsur ruang luar yang tercipta Insubstantial Space yaitu ruang dibawah pergola.

9 615 Gambar 8 dan 9 merupakan pemandangan yang berada pada lokasi pinggiran sungai. Arsitektur lansekap tidak hanya dibatasi pada penglihatan pemandangan saja tetapi juga bisa dinikmati oleh indra pendengaran manusia melalui stimulasi suara-suara alam seperti suara gemerincik air sungai dan kicauan burung di pohon yang dapat mensugesti rasa tenang dan rileks, itu juga merupakan penciptaan lansekap. SIMPULAN 1. Pembinaan dan pelatihan arsitektur lansekap kepada masyarakat merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam mengelola dan menjaga bentang alam baik yang alami maupun buatan. 2. Unsur-unsur keindahan (estetika), kebersihan, dan kenyamanan perlu diedukasikan kepada masyarakat guna menciptakan lansekap Air Terjun Tunan yang berkualitas, berwawasan lingkungan, dan lestari. 3. Partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam menjaga, mengelola, dan melestarikan kawasan wisata Air Terjun Tunan Desa Talawaan harus terus bersinergi guna menciptakan lansekap yang indah, bersih, dan menarik. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Kementerian Ristek dan Teknologi Pendidikan Tinggi yang telah membiayai kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) mono tahun anggaran Universitas Sam Ratulangi melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, yang telah menfasilitasi penulis mendapatkan informasi-informasi kegiatan pengabdian. 3. Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, yang telah memotivasi penulis untuk melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

10 Segenap pribadi; dosen, teman, dan sahabat yang turut membantu proses kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. DAFTAR PUSTAKA Meray, C Laporan Perancangan Waterfall Resort Talawaan. Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Sam Ratulangi Manado. Hakim R, dan Utomo, H Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, Prinsip-Unsur dan Aplikasi Disain. Bumi Aksara. Gunadi, S. Diktat Kuliah Arsitektur Lansekap. Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya.

PENINGKATAN KUALITAS RUANG TERBUKA HIJAU MELALUI PEMBANGUNAN TAMAN PKK DI KECAMATAN KALAWAT

PENINGKATAN KUALITAS RUANG TERBUKA HIJAU MELALUI PEMBANGUNAN TAMAN PKK DI KECAMATAN KALAWAT Oleh : Amanda S. Sembel (Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado, amandasembel@gmail.com) Andy A.M. Malik (Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Kajian Lanskap Wisata Pantai Puteh di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara

Kajian Lanskap Wisata Pantai Puteh di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kajian Lanskap Wisata Pantai Puteh di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara Ingerid Lidia Moniaga (1), Octavianus H.A. Rogi (2), Amanda Sutarni Sembel (3) (1) Laboratorium

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

FASILITAS BUDIDAYA BUNGA POTONG DAN PASAR BUNGA DI TOMOHON ARSITEKTUR LANSEKAP

FASILITAS BUDIDAYA BUNGA POTONG DAN PASAR BUNGA DI TOMOHON ARSITEKTUR LANSEKAP FASILITAS BUDIDAYA BUNGA POTONG DAN PASAR BUNGA DI TOMOHON ARSITEKTUR LANSEKAP Christin Karisoh 1 Ingerid L. Moniaga 2, Raymond Ch. Tarore 3 ABSTRAK Kota Tomohon merupakan salah satu kota yang terletak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare berdasarkan tema ekowisata, konsep belajar dan bermain bersama alam dan wawasan keislaman menghasilkan perancangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Obyek Penetapan otonomi daerah menjadi pintu gerbang bagi setiap pemerintah daerah untuk berlomba-lomba dalam mengelola, memacu, dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL Ingerid Lidia Moniaga & Fela Warouw Laboratorium Bentang Alam, Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini adalah Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang didasarkan oleh tema Extending Tradition khususnya yaitu dari

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN V.1 Strategi Karena batasan luas yang besar maka pengembangan kawasan kerajinan gerabah membutuhkan pembagian pengembangan menjadi

Lebih terperinci

SARANA KEBUGARAN DAN RELAKSASI DI MANADO ARSITEKTUR LANSEKAP SENSASI NATURAL

SARANA KEBUGARAN DAN RELAKSASI DI MANADO ARSITEKTUR LANSEKAP SENSASI NATURAL SARANA KEBUGARAN DAN RELAKSASI DI MANADO ARSITEKTUR LANSEKAP SENSASI NATURAL Disusun Oleh: Alfa Andriano Joseph 1) Linda Tondobala 2) Windy Mononimbar 3) ABSTRAK Kesehatan merupakan harapan semua orang

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep dasar perancanagan Konsep dasar perancangan Resort dengan Fasilitas Meditasi ialah untuk mendukung potensi wisata pantai di Anyer. Memaksimalkan pengolahan ruang dalam

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

WATERFALL RESORT DI TALAWAAN (TRANSFORMASI KONSEP FALLING WATER FRANK LLOYD WRIGHT)

WATERFALL RESORT DI TALAWAAN (TRANSFORMASI KONSEP FALLING WATER FRANK LLOYD WRIGHT) WATERFALL RESORT DI TALAWAAN (TRANSFORMASI KONSEP FALLING WATER FRANK LLOYD WRIGHT) Christy Juliana Meray 1 Ingerid L. Moniaga 2, Johannes Van Rate 3 ABSTRAK Kabupaten Minahasa Utara merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur BAB II TRUTHS Setelah menemukan adanya potensi pada kawasan perancangan, proses menemukan fakta tentang kawasan pun dilakukan. Ramussen (1964) dalam bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

WISATA KULINER MALALAYANG DI KOTA MANADO ARSITEKTUR LANSEKAP

WISATA KULINER MALALAYANG DI KOTA MANADO ARSITEKTUR LANSEKAP WISATA KULINER MALALAYANG DI KOTA MANADO ARSITEKTUR LANSEKAP Christopher Andre Sa pang 1 Ingerid L. Moniaga, ST., M.Si 2 Ir. Julianus A.R. Sondakh, MT 3 ABSTRAK Kota Manado merupakan salah satu kota yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan. 23 1. Potensi Wisata Gunung Sulah Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD) Bandung, Jawaa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital.

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Permukiman Padat Kumuh Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Pusat Pengembangan Seni Karawitan ini merupakan sebuah sarana edukasi yang mewadahi fungsi utama pengembangan berupa pendidikan dan pelatihan seni karawitan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

International Fash on Institute di Jakarta

International Fash on Institute di Jakarta BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Pemikiran Konsep: - Fungsi bangunan - Analisis Tapak - Bentuk bangunan sebagai lambang wujud fashion. PEMIKIRAN KONSEP KONSEP FASHION Fashion: - Busana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus berusaha untuk meningkatkan hasil yang maksimal di segala bidang pembangunan, salah

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

6.1 Peruntukkan Kawasan

6.1 Peruntukkan Kawasan 6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Fasilitas Pariwisata Kota Kota Depok adalah sebuah kota yang terletak di perbatasan antara wilayah Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peraturan Pendakian

Lampiran 1. Peraturan Pendakian 93 Lampiran 1. Peraturan Pendakian 1. Semua pengunjung wajib membayar tiket masuk taman dan asuransi. Para wisatawan dapat membelinya di ke empat pintu masuk. Ijin khusus diberlakukan bagi pendaki gunung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA Dalam pembahasan bab ini akan menjelaskan persepsi dan preferensi masyarakat, analisis gap dan analisis kuadran. Dari hasil

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo JURNAL edimensi ARISTEKTUR Vol. 1, No. 1 (2012) 1-6 1 Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo Penulis: Yusak Budianto, dan Dosen Pembimbing: Ir. Irwan Santoso, M.T.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI dan REKOMENDASI

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI dan REKOMENDASI VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI dan REKOMENDASI 1.1 Kesimpulan Secara umum, penelitian ini menyimpulkan bahwa berdasarkan persepsi wisatawan komponen lingkungan, sumber daya manusia, dan infrastruktur, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia saat ini banyak sekali mendatangkan komoditi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia saat ini banyak sekali mendatangkan komoditi yang sangat BAB I PENDAHULUAN I.LATAR BELAKANG 1.1 Kelayakan Proyek Pariwisata di Indonesia saat ini banyak sekali mendatangkan komoditi yang sangat menjanjikan bagi perkembangan daerah-daerah di Indonesia, apalagi

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memberikan andil besar pada perekonomian Indonesia. Sektor Pariwisata berperan penting dalam meningkatkan pendapatan negara. Menurut UU no.10 Tahun 2019

Lebih terperinci

ANYER BEACH RESORT BAB V KONSEP PERANCANGAN

ANYER BEACH RESORT BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam perancangaan Resort ini penulis menggunakan kosep dasar TROPIS MODERN yang dimana bangunan ini tetap mengacu pada ciri bangunan tropis lainnya,

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau Secara garis besar, konsep wisata di Kecamatan Badau yaitu gabungan antara wisata alam dan wisata budaya. Wisata ini

Lebih terperinci

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL Judul Studio Tugas Akhir yang di ambil adalah Kawasan Wisata Bunga Kota Bandung 1.2. LATAR BELAKANG Tanaman dapat memberikan keindahan, kenyamanan, dan berbagai fungsi lainnya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia semakin berkembang sejalan dengan modernisasi yang tidak pernah terhenti terjadi di bumi. Aktifitas yang dilakukan oleh manusia semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG -BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berlibur merupakan salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi bagi masyarakat urban pada saat ini guna melepas kejenuhan dari padatnya aktivitas perkotaan. Banyaknya

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 23 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Desain Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

Pengkaj ian Teori 8

Pengkaj ian Teori 8 DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Lembar Persembahan Kata Pengantar Abstraksi Daftar Isi Daftar Gambar i ii iii v vi x BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.1.1. Kebutuhan akan Fasilitas Pariwisata Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang

Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-18 Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang Gracia Etna Criestensia dan Hari Purnomo Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak objek pariwisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak objek pariwisata untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak objek pariwisata untuk dikunjungi, baik wisata alam maupun wisata buatannya. Tingginya minat masyarakat yang ingin berkunjung

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci