SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NAMA DAN JENIS BATU. Naskah Publikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NAMA DAN JENIS BATU. Naskah Publikasi"

Transkripsi

1 SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NAMA DAN JENIS BATU Naskah Publikasi diajukan oleh MURSETO kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

2 NASKAH PUBLIKASI SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NAMA DAN JENIS BATU disusun oleh Murseto Dosen Pembimbing Krisnawati, S.Si, MT NIK Tanggal, 18 Januari 2010 Ketua Jurusan Teknik Informatika Ir. Abas Ali Pangera, M. Kom. NIK

3 EXPERT SYSTEM FOR IDENTIFICATION OF NAME AND TYPE STONE SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NAMA DAN JENIS BATU Murseto Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRACT Use of information systems with artificial intelligence, systems design and the program can substitute for human vital role in finding solutions, providing decision, clarifying, predicting, and other things that are identical with human intelligence, the existence of Petrology experts, not necessarily the one found directly to prolong the consultation time to learn the results of the research will be undertaken, with the expert system that can help shorten the time to find out the result sought by the expert system of rocks. Expert System Application petrology is a software that will be used to diagnose various types of rocks, based on inputs provided by the user. From these inputs the system will make decisions by using rules that have been established. This software is developed by using Vb.Net programming language and MySQL database 5. Input user is given a choice of features that have been provided by the system. Output obtained by the user are the conclusions / results are taken based on the choice of symptoms which is input by the user. In this thesis, try to analyze the main points of discussion and the results are intended to provide a conclusion / outcome of these expert systems. In addition, also to develop a data base and type of rock batyuan to leverage data already stored in a database in order to provide better value for users. Keyword: information System, petrology, input user, output 3

4 1. Pendahuluan Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, terutama dalam bidang Artificial Intelegence (AI) yang kini telah melahirkan bidang diantaranya dikenal dengan sebutan Expert System atau Sistem Pakar. Dengan ditemukannya bidang tersebut maka dapat menjadi sebuah tolak ukur bahwa peranan komputer dapat menggantikan posisi ahli dalam suatu bidang dengan memanfaatkan pengetahuan ahli tersebut untuk menyelesaikan masalah dalam ruang lingkup yang telah ditentukan. Sistem berbasisi komputer dengan Artificial Intelegence (AI) sangat diperlukan dalam kehidupan manusia, yang mana mempunyai tujuan untuk mengadopsi kemampuan yang mirip dengan manusia dalam bernalar atau berfikir. Penggunaan sistem informasi dengan kecerdasan buatan, mesin atau sistem di desain dan di program untuk dapat menggantikan peran vital manusia dalam mencari solusi, memberikan keputusan, mengklarifikasi, memprediksi, dan hal- hal lainnya yang identik dengan kecerdasan manusia. Dengan demikian dapat memberikan kemudahan dalam penyelesaian pekerjaan atau masalah, karena dalam beberapa aspek peran manusia dapat digantikan oleh komputer. Tujuannya adalah agar kualitas kehidupan manusia dapat semakin ditingkatkan karena pekerjaan-pekerjaan yang tidak efisien, memakan waktu, melelahkan, atau berbahaya dapat dialihkan untuk dikerjaan oleh mesin. 2. Landasan Teori 2.1 Kecerdasan Buatan Kecerdasan buatan merupakan bagian dari ilmu komputer yang digunakan untuk menciptakan perangkat lunak dan perangkat keras dengan tujuan untuk menghasilkan sesuatu seperti yang dihasilkan oleh manusia (Turban dan Frenzel, 1992,p3). Definisidefinisi tentang kecerdasan buatan antara lain : a. Luger dan Stubblefield Kecerdasan buatan adalah cabang dari ilmu komputer yang berkaitan dengan perilaku dari kecerdasan. b. Rich dan Knight Kecerdasan buatan adalah salah satu bagian dari ilmu komputer yang membuat komputer dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan manusia. 4

5 c. Ensiklopedia Britannica Kecerdasan buatan sebagai cabang dari ilmu komputer yang dalam representasi pengetahuan lebih banyak menggunakan bentuk simbol-simbol dari pada bilangan, dan memproses informasi berdasarkan metode heuristik atau dengan berdasarkankan sejumlah aturan. 2.2 System Pakar Sistem pakar menurut Turban dan Frenzel (1992, p24) adalah suatu sistem yang diusahakan agar dapat mengadopsi pengetahuan manusia ke dalam komputer, agar komputer tersebut dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukakan oleh para pakar. Sistem pakar yang baik dirancang untuk dapat menyelesaikan suatu permaslahan tertentu dengan meniru prinsip kerja dari para pakar. Dengan sistem ini, user akan mampu menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya hanya dapat diselesaikan dengan bantuan para pakar. Bagi para pakar sendiri, sistem ini juga akan membantu aktivitasnya sebagai seorang asisten yang sangat berpengalaman. Beberapa definisi tentang sistem pakar, antara lain : a. Menurut Giarratano dan Riley (1998,p2) Sistem pakar adalah suatu sistem komputer yang bisa menyamai atau meniru kemampuan dari seorang pakar. b. Jackson (1992,p2) Sistem pakar adalah program komputer yang mewakili dan menelusuri pengetahuan dari beberapa subyek spesial untuk memecahkan masalah atau memberi nasihat. c. Rich and Knight (1991, p574) Sistem pakar adalah suatu sistem yang memiliki tujuan untuk menyelesaikan masalah yang biasa dilakukan oleh seorang pakar. 2.3 Batuan Batuan merupakan bentukan alam yang terpadu, disususn oleh dua macam mineral atau lebih, tidak termasuk tanah. Batuan bisa mengandung satu atau lebih beberapa mineral. Sebagai contoh ada yang disebut sebagai monomineral rocks (batuan yang hanya mengandung satu jenis mineral), misalnya marmer, yang hanya mengandung kalsit dalam bentuk granular, kuarsit, yang hanya mengandung mineral kuarsa. Di samping itu di alam ini paling banyak dijumpai batuan yang disebut polymineral rocks (batuan yang mengandung lebih dari satu jenis mineral), seperti granit atau monzonit kuarsa yang mengandung mineral kuarsa, fiedspar, dan biotit. 5

6 2.3.1 Mineral Penyusun Batuan Mineral utama merupakan mineral primer yang sangat berpengaruh di dalam penentuan penamaan batuan. Berdasarkan pengelompokan yang dibuat oleh Bowen, susunan kristalisi mineral utama disajikan dalam bentuk deret reaksi Bowen, pembentukannya dimulai dari mineral olivine, piroksen, amfibol, biotit, ortoklas, muskovit, kuarsa. Mineral sekunder merupakan mineral-mineral yang dibentuk kemudian setelah mineral utama seperti mineral klorit. Mineral aksesori merupakan mineral tambahan yang didapatkan semua batuan, contoh mineral magnetit (Fe 2 O 4 ), zircon (ZrSiO 4 ). Klasifikasi mineral berdasarkan kekerasnnya disebut mineral skala Mohs Pengelompokan Jenis Batuan Pengelompokan batuan di bumi terdiri tiga macam batuan, yakni : Batuan Endapan (sedimen), Batuan Beku, Batuan Malihan (metamorf). a. Batuan Sedimen, dibentuk oleh butir-butir batuan lain yang lapuk karena erosi atau kikisan. Ukuran butir dipengaruhi jarak dan alur lintasan angin atau air yang membawanya. Batuan ini berlapis dan umumnya mengandung fosil. Batuan sedimen yang paling penting di indonesia berumur tersier dikarenakan minyak bumi terdapat pada batuan tersebut. Batuan endapan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : Endpan Klastika, Endapan Kimia, Endapan Biogenesis. Contoh batuan sedimen : Batu lanau, Batu pasir, Breksi, Batu Ttravertin, Batuan karbonat, Dolostone. b. Batuan Beku, terbentuk karena pembekuan magma baik di dalam maupun di permukaan bumi. Pembekuannya lambat sehingga menghasilkan bentuk yang kasar pada kristal mineralnya, contoh batuan beku dasit. c. Batuan Malihan (metamorf), terbentuk dari batuan lain yang berubah karena pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi. Tekanan tinggi menimbulkan terjadinya mineral pipih yang tegak lurus dengan arah tekanan. Temperatur menyebabkan terjadinya bentuk mineral yang berukuran snagat halus. Batuan malihan juga dapat terbentuk oleh lingkungan kimiawi, contoh batu sabak. 6

7 3. Analisis (Proses Penelitian) 3.1 Analsis Sistem Pakar Dalam mengembangkan sistem pakar ini diperlukan pengetahuan dan informasi yang diperoleh dari beberapa sumber, yaitu dari para pakar, serta buku tentang geologi yang berhubungan dengan batu yang ada. Seorang pakar adalah seseorang yang ahli dalam bidang tertentu dan mempunyai pengetahuan atau keahlian khusus yang tidak dikuasai dan dimiliki oleh kebanyakan orang lain sehingga dapat memecahkan permasalahan yang tidak dapat oleh kebanyakan orang atau dapat memcahkan masalah dengan cara yang lebih efisien (Giarratano dan Riley, 1998, p2). Oleh karena itu ruang lingkup pembahasan identifikasi nama batu tidak akan menyimpang dari pengetahuan dari para pakar. Dalam mengidentifikasi nama batuan, seorang ahli geologi (seorang pakar) harus memahami dengan baik bentuk dan ciri-ciri batuan tersebut, sehingga dapat menyimpulkan suatu kesimpulan yang akurat serta dapat menentukan nama dan kelompok batu tersebut. Tidak semua jenis batu dapat diketahui nama dan kelompoknya oleh sistem pakar, oleh karena itu sistem pakar ini digunakan sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi nama dan kelompok jenis batu. 3.2 Analisis Batuan Atas dasar cara terbentuknya, batuan dibedakan menjadi tiga kelompok, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Karakteristik Batuan Beku 1) Sifat Fisik Pengamatan fisik yang perlu diamati adalah warnanya saja. Warna dapat mencerminkan proposisi kehadiran mineral terang (felsik) terhadap mineral berwarna gelap (mafik). Dari pengamatan warna ini, dapat memberikan penafsiran kepada tipe batuan asam, menengah, basa dan untrabasa. 2) Tekstur Pengamatan tekstur meliputi, tingkat kristalisasi, keseragaman kristal dan ukuran kristal yang masing-masing dpat dibedakan menjadi beberapa macam. a) Tingkat Kristalisasi Holokristalin, seluruhnya terdiri atas kristalin Holohyalin, seluruhnya terdiri atas gelas Hypohyalin, sebagian kristal dn sebagian gelas 7

8 b) Keseragaman Kristal Equigranular, mempunyai ukuran kristal yang relatif seragam. Sering dipisahkan menjadi idiomorfik granular (kristal berbentuk euhedral), hypidiomorfik granular (kristal berbentuk subhedral) dan allotriomorfik granular (kristal berbentuk anhedral). Inequigranular (porfiritik), mempunyai ukuran kristal yang tidak seragam. Kristal yang relatif besar disebut sebagai fenokris (kristal sulung), yang terbentuk lebih awal. Sedangkan kristal yang lebih halus disebut sebagai massa dasar. Afanitik, jika batuan kristalin mempunyai ukuran kristal yang sangat halus dan jenis mineralnya tidak dapat dibedakan dengan kaca pembesar. 3) Komposisi Mineral pada batuan beku dapat dikelompokkan menjadi mineral utama dan mineral asesori. Mineral utama merupakan mineral yang dipakai untuk menentukan nama batuan berdasarkan komposisi mineralogi, karena kehadirannya pada batuan melimpah. Contoh : ortoklas, plagioklas, kuarsa, piroksen dan olivin. Mineral asesori adalah mineral yang keberadaanya pada batuan tidak melimpah, namun sangat penting dalam penamaan batuan, misalnya biotit atau homblende pada granit biotit atau granit hornblende. Mineral yang sangat halus, misalnya pada batuan yang bertekstur afanitik, cukup disebutkan kelompok mineralnya saja, misalnya mineral felsik, intermediate atau mineral mafik. Contoh: riolit tersususn oleh mineral felsik. 4) Struktur Struktur pada batuan beku adalah kenampakan hubungan antara bagianbagian batuan yang berbeda. Struktur ini sangat penting di dalam menduga karakteriostik keteknikan, misalnya pada batuan beku yang berstruktur kekar tiang (columnar joint) akan mempunyai karakteristik keteknikan yang berbeda dengan batuan beku yang berstruktur kekar lembaran (sheeting joint). Kedua struktur ini hanya dapat diamati di lapangan. Macam- macam struktur yang sering dijumpai pada batuan beku adalah: Masif : bila batuan pejal tanpa retakan atau lubang gas Teretakkan : bila batuan mempunyai retakan (kekar tiang atau kekar lembaran) Versikuler : bila terdapat lubang gas. Skoriaan, jika lubang gas tidak saling berhubungan; Pumisan, jika lubang gas saling 8

9 berhubungan; Aliran, jika ada kenampakan aliran pada orientasi lubang gas Amigdaloidal : bila lubang gas terisi oleh mineral sekunder b. Karakteristik Batuan Sedimen 1) Sifat Fisik Pengamatan fisik meliputi pengamatan warna dan derajat kompaksi. Warna batuan sedimen dapat mencerminkan komposisi dominan atau jenis semen penyusunnya, misalnya batuan sedimen yang berukuran pasir berwarna kuning atau kemerahan dapat diduga bahwa batuan tersebut disemen oleh material yang tersusun oleh oksida besi. 2) Tekstur Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang berhubungan dengan butiran penyusunnya, seperti ukuran butir, bentuk butir, hubungan antar butir (kemas). Secara umum tekstur batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu klastik dan non klastik. Pada tekstur klastik, yang diamati meliputi: Ukuran butir yang dapat dipisahkan berdasarkan skala Wentworth, seperti bongkah (>256 mm), berangkal ( mm), kerakal (4.64 mm), kerikil (2. 4 mm), pasir (0,063.2 mm), lanau (0,004.0,063 mm) dan lempung (<0,004 mm) Sortasi (pemilahan) dapat berupa sortasi baik, jika besar butiran penyusunnya relatif sama dan sortasi buruk, jika besar butiran penyusunnya tidak sama. Bentuk butiran dibedakan atas bentuk menyudut (angular) dan membundar (rounded) serta menyudut/membulat tanggung (subangular atau subrounded) Kemas dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kemas terbuka (matrix supported), jika butiran yang berukuran besar (fragmen)tidak saling bersentuhan atau mengambang dalam matrix. Kemas tertutup (class supported) jika butiran penyusunnya saling bersentuhan satu sama lain. Pada batuan sedimen yang berukuran >2 mm, masih dapat dideskripsi lebih detail mengenai fragmen (butiran yang lebih besar dari ukuran pasir). Matrix (butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan diendapkan bersamasama fragmen), semen (material halus yang menjadi pengikat antara matrik dan fragmen) semen dapat berupa silika, karbonat, sulfat, atau oksida besi. 9

10 Pada batuan yang bertekstur non-klastik umumnya memperlihatkan kenampakan mozaik dari kristal penyusunnya. Kristal penyusun biasanya terdiri dari satu macam mineral ( monomineralik), seperti gipsum, kalsit, dan anhidrit. Macam-macam tekstur non-klastik adalah : Amorf : berukuran lempung/koloid Oolitik : kristal berbentuk bulat yang berkumpul, ukurannya 0,25.2 mm Pisolitik : sama seperti oolitik, ukuran butir kristalnya > 2mm 3) Komposisi Pengamatan kompisisi pada batuan sedimen lebih kompleks daripada pada batuan beku, karena batuan sedimen dapat tersusun oleh fragmen batuan maupun mineral. Namun pada pengamatan komposisi yang ditekankan cukup pada pengamatan komposisi fragmen dan semen. Fragmen dapat berupa butiran mineral yang berukuran lebih dari 2 mm maupun batuan lain (beku, sedimen, metamorf). Semen biasanya tersusun oleh mineral-mineral berukuran halus, seperti lempung, gipsum, karbonat, oksida besi dan/ atau silika. Jenis semen ini akan berpengaruh terhadap karakterikstik keteknikan dari batuan sedimen. Batuan yang tersemen silika akan mempunyai karakteristik keteknikan yang lebih baik daripada batuan yang tersemen karbonat. Jenis semen ini bisa diperkirakan dengan menggunakan alat bantu, misalnya HCI untuk menentukan hadirnya material karbonat. Semen gipsum biasanya mempunyai warna hampir sama dengan karbonat, hanya tidak bereaksi dengan HCI. Semen oksida besi biasanya berwarna kuning atau merah. Sedangkan semen silika biasanya sangat keras. 4) Struktur Struktur pada batuan sedimen sangat penting baik untuk geologi maupun geologi teknik. Pada analisis geologi struktur ini dapat digunakan untuk menganalisis kondisi tektonik dari daerah dimana batuan sedimen tersebut dijumpai. Di samping itu pada bidang batas struktur sedimen secara keteknikan merupakan bidang lemah. Macam struktur sedimen yang dapat dijumpai, misalnya: Perlapisan atau laminasi sejajar, bentuk lapisan yang pada awalnya terbentuk secara horizontal. Posisi lapisan ini dapat berubah jika terkena proses tektonik, misalnya perlapisan miring atau terkena patahan. 10

11 Perlapisan silang-siur, perlapisan batuan saling potong-memotong. Perlapisan bergradasi (graded bedding), yang dicirikan oleh perubahan ukuran butiran pada satu bidang perlapisan. Masif, apabila tidak dijumpai lapisan atau laminasi. c. Karakteristik Batuan Metamorf 1) Sifat Fisik Pengamatan fisik pada batuan metamorf meliputi pengamatan warna batuan. Warna batuan dapat mencerminkan ukuran butiran. Warna yang gelap cenderung mempunyai ukuran yang halus yang tesusun oleh mineral-mineral mika yang berukuran halus. Warna yang terang biasanya tersusun oeh kuarsa atau karbonat. 2) Tekstur Pengamatan tekstur pada batuan metamorf relatif hampir sama dengan pada batuan beku, karena sama-sama terdiri atas kristal. Macam-macam pengamatan tekstur pada batuan metamorf adalah sebagai berikut : Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal: idioblast (jika mineral penyusunnya dominan berbentuk euhedra), hypidioblast (jika mineral penyusunnya berbentuk anhedra). Berdasarkan bentuk mineral, tekstur batuan metamorf dapat dibagi menjadi : lepidoblastik (terdiri dari mineral berbentuk tabular seperti mika), nematoblastik ( terdiri dari mineral berbentuk prismatik, seperti hornblende/amfibol), granoblastik (terdiri dari mineral yang berbentuk granular, anhedra, dengan batas-batas suture), dan porfiroblastik (terdiri dari mineral-mineral yang berukuran tidak seragam, beberapa mineral ditemukan berukuran lebih besar daripada yang lain) 3) Komposisi Komposisi mineral pada batuan metamorf hampir sama dengan pada batuan beku atau sedimen non-klatik. Perbedaanya jenis mineralnya lebih kompleks karena merupakan hasil rekristalisasi dari mineral-mineral pada batuan asalnya. Komposisi mineral pada batuan metamorf berfoliasi biasanya polimineralik, sedangkan pada non-foliasi monomineralik, kecuali hornfels. 4) Struktur Struktur pada batuan metamorf lebih penting daripada tekstur, karena merupakan dasar dari penamaan batuan metamorf. Struktur ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu struktur foliasi dan struktur non-foliasi. 11

12 Struktur foliasi adalah struktur paralel yang disebabkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusunnya. Umumnya tersusun oleh mineral-mineral pipih dan/atau prismatik, seperti mika, hornblende atau piroksen. Struktur foliasi dapat dibedakan menjadi Slaty cleavage (adanya bidang-bidang belah yang sangat rapat, teratur dan sejajar; batuannya disebut slate/batu sabak), Phyllitic (hampir sama dengan slaty cleavage, tetapi tingkatannya lebih tinggi daripada batu sabak, sudah terlihat adanya pemisahan mineral pipih dan mineral granular; batuannya disebut filit), Schistosic (adanya penjajaran mineral-mineral pipih yang menerus dan tidak terputus oleh mineral granular; batuannya disebut sekis), dan Gneissic (adanya penjajaran mineral-mineral granular yang berselingan dengan mineral-mineral prismatik, mineral pipih memiliki orientasi tidak menerus; batuannya disebut gneis). Struktur non-foliasi dicirikan oleh tidak adanya penjajaran mineral pipih atau prismatik. Struktur ini terdiri atas Hornfelsic (dibentuk oleh metamorfosa termal, dimana butiran mieralnya berukuran relatif seragam; batuannya disebut hornfels [tersusun oleh polimineralik], kuarsit [tersusun dominan oleh kuarsa], dan marmer [tersusun oleh kalsit] ), Cataclastic (terbentuk karena metamorfosa kataklastik, misalnya akibat patahan; nama batuannya adalah kataklasit), Mylonitic (mirip dengan kataklastik, tetapi mineral penyusunnya berukuran halus dan dapat dibelah seperti skis; nama batuannya disebut milonit), dan Pyllonitic (struktur ini mirip dengan milonitik, tetapi sudah mengalami rekristalisasi sehingga menunjukkan kilap sutera; nama batuannya gllonit). 3.3 Representasi Pengetahuan Untuk membantu pengembangkan prototipe sistem pakar ini, maka pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk label keputusan selanjutnya direpresentasikan menjadi bentuk diagram pohon keputusan. Proses representasi pengetahuan dari bentuk tabel keputusan menjadi diagram pohon keputusan dilakukan dengan bantuan pakar. Hal ini dilakukan agar pohon keputusan yang dibentuk sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh ahli geologi. Ciri-ciri yang terdapat dalam tabel tidak semuanya digunakan dalam pohon keputusan, hanya ciri-ciri yang membedakan saja yang digunakan. Dengan adanya diagram pohon keputusan tersebut maka kita dapat menggunakannya dalam membentuk aturan-aturan dalam tahapan perancangan prototipe sistem pakar. 12

13 Andesit Basalt Granit Batu Gamping Konglomerat Dolomitee Marmer Sabak (Slate) Kuarsa a. Tabel Keputusan Nama Batu Ciri - Ciri 1 Abu-abu X X X X 2 Hitam-kehitaman X X X X X 3 Hijau-kehijauan X X 4 Putih X X X X 5 Pink X X 6 Orange X 7 Transparan X 8 Cokelat X 9 Berbutir halus X X X X 10 Porifiritik X 11 Vesikuler X 12 Aphanitic X 13 Porphyritic X 14 Phaneritic X 15 Granitic X 16 Holokristalin X 17 Kerikil X X 18 Subhedral X X 19 Euhedral X 20 Hexagonal X X 21 Lepidoblastik X 22 Granoblastik X 23 Anhedral X X 24 Rhombohedral X X 13

14 b. Pohon Keputusan Gambar Denah Pohon 1 Pada denah pohon satu ciri utama abu-abu (warna). Jika ciri batu yang ada adalah abu-abu (warna) maka terdapat empat kemungkinan yang ada yaitu, batu basalt, batu dolomite, batu andesit dan batu sabak. Jika tidak terdapat abu-abu (warna) tetapi terdapat ciri berbutir halus dan anhedral maka kemungkinan batu yang ada adalah batu andesit dan batu kuarsa jika tidak terdapat ciri porphyritic. Jika terdpat abu-abu (warna) dan butiran halus tetapi terdapat ciri porphyritic maka kemungkinan batu yang ada adalah batu basalt dan jika tidak terdapat porphyritic maka dibutuhkan informasi lain untuk menentukan nama batu. Gambar Denah Pohon 2 Pada denah pohon tiga ciri utamanya adalah hexagonal. Jika terdapat ciri batu tersebut maka kemungkinan batu yang ada adalah dolomite. Jika tidak terdapat ciri hexagonal tetapi terdapat abu-abu (warna), subhedral dan anhedral maka kemungkinan 14

15 batu yang ada adalah andesit. Jika tidak terdapat ciri subhedral tetapi terdapat ciri aphantic maka kemungkinan batu yang ada adalah basalt. Sedangkan jika tidak terdapat ciri aphantic maka kemungkinan batu yang ada adalah marmer. Jika tidak terdapat ciri abu-abu (warna) maka dibutuhkan informasi lain untuk menentukan nama batu. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Implementasi dilakukan untuk menguji prototipe sistem pakar yang telah dikembangkan. Pada implementasi ini ada hal yang perlu dilakukan pengujian yaitu pada user interface (tampilan antamuka), knowledge base (basis pengetahuan). Pada prototipe ini terdapat dua layar utama yaitu form menu utama dan form menu admin. Form menu utama terdiri dari form data batuan, form data jenis, form data warna, form data struktur, form data granularitas, form data bentuk kristal dan form data aturan ciriciri. Spesifikasi sistem (hardware dan sofware) sangat perlu diperhatikan agar prototipe sistem pakar dpat berjalan dengan baik. Seiring dengan kemajuan teknologi komputer dan perkembangan informasi yang semakin pesat, maka dengan penggunaan teknologi informasi ini dapat membantu program sistem pakar menjadi lebih berkembang. Hardware dan sofware yang digunakan tidak harus selalu yang terbaru karena tidak semua harware dan sofware yang baru dan mahal selalu dapat menyelesaikan masalah. Sistem pakar akan lebih baik jika menggunakan sofware yang banyak dimengerti oleh orang lain, sehingga akan lebih mudah bagi user (pengguna) dalam menjalankan program. Sofware yang digunakan juga harus mendukung sistem keamanan (security) yang baik agar tidak dapat dimodifikasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Dengan spesifikasi sistem yang mudah diperoleh dan dimengerti tentu saja akan membuat user (pengguna) lebih tertarik. Setelah dilakukan implementasi maka didapatkan hasil evaluasi sistem dari tanggapan para pakar dan juga evaluasi dari kemampuan sistem pakar dalam mencari nama batu dan jenis batu. Pada implementasi tampilan antarmuka sudah baik karena sudah memiliki tampilan visual dan menarik sehingga user friendly pada pemakai, selain itu mudah dioperasikan dan fleksibel karena tidak rumit. Pada evaluasi keseluruhan tentang cara kerja sistem pakar dapat dikatakan bahwa sistem pakar untuk mengidentifikasi nama dan jenis batu ini sudah berhasil dengan baik. Karena pada pengujian terhadap beberapa contoh kasus mencari nama dan jenis batu, sistem pakar ini dapat memberikan hasil identifikasi. Hal ini membuktikan bahwa knowledge base pada sistem pakar ini dapat digunakan dalam mencari dan 15

16 mengidentifikasi nama dan jenis batuan. Hasil identifikasi pada sistem pakar ini direpresentasikan dalam bentuk kalimat (keterangan). Meskipun sistem pakar yang dirancang ini dapat digunakan pada beberapa kasus identifikasi yang telah diuji, namun sistem pakar ini masih perlu dikembangkan lagi, karena semakin lengkap sistem informasi dan pengetahuan yang didapatkan dari hasil knowledge acquisition untuk distrukturisasi dan dimasukkan ke dalam knowledge base sistem ini, maka akan semakin baik untuk digunakan dalam mengidentifikasi nama dan jenis batuan. 5. Kesimpulan Kesimpulan hasil rancangan dari penggunaan sistem pakar untuk mengidentifikasi batuan ini adalah : a. Prototipe sistem pakar ini telah diselesaikan mencakup berbagai aspek batuan. Rule-rule yang telah dibuat telah sesuai dengan sistem pakar, prototipe sistem pakar dirancang untuk berciri user friendly (dapat dengan mudah dioperasikan oleh user). b. Prototipe sistem pakar ini telah menggunakan decision tree dan decision table yang digunakan sebagai basis pengetahuan dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada user untuk mendapatkan hasil kemungkinan yang muncul dalam melakukan identifikasi. c. Masih terdapat hasil identifikasi dari sistem pakar ini yang memiliki analisis yang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh dua hal yaitu perbedaan persepsi antara pertanyaan dan jawaban yang diajukan sistem pakar dengan kondisi ciri batuan yang dideskripsikan oleh user (pemakai) dan adanya kemungkinan perbedaan ciri-ciri batuan dari pemakai yang ada dari ciri-ciri batuan yang seharusnya. d. Sistem pakar untuk mengidentifikasi nama dan jenis batuan ini dapat digunakan oleh pakar geologi untuk digunakan sebagai alat bantu untuk mermberikan identifikasi banding. Selain itu sistem ini juga dapt digunakan bagi para mahasiswa geologi untuk mempermudah pemahaman tentang batuan, karena sistem pakar ini telah mengklasifikasikan batuan secara terstruktur berdasarkan informasi yang diperoleh dari studi pustaka dan para pakar 16

17 Daftar Pustaka Arbie, Manajemen Database dengan MySQL, Yogyakarta, Andi Offset, Anita. D dan Arhami M, Konsep Kecerdasan Buatan, Yogyakarta, Andi Offset, Arhami M, Konsep Dasar Sistem Pakar, Yogyakarta, Andi Offset, Budiarto, Ir. MT., dkk, MUSEUM GEOTEKNOLOGI MINERAL, yogyakrta, UPN VETERAN, 1997 Bunafit Nugroho, Database Relasional dengan MySQL, Yogyakarta, Andi Offset, 2004 Efraim Turban HM, Jay E. Aronson, Tiang Peng liang, decision support Systems dan Intelegent Systems. Yogyakarta, Andi Offset, Kusrini, S.Kom, Sistem Pakar Teori dan Aplikasi, Yogyakarta, Andi Offset, Prasetyo, Didik dwi. Belajar Sendiri Mengolah Database dengan Visual Basic.NET dan MySQL Server, Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2005 Setiawan Sandi, Artificial Intelegence, Yogyakarta, Andi Offset, Soesilo Joko, Ir, Sutanto, DEA, MT, Ir, Suhartono F, Msi, Ir, Panduan Praktikum Petrologi, UPN Yogyakarta. Supardi, Yuniardi. Ir. Microsoft Visual Basic 2005 untuk Segala Tingkat, Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2008 Sumber internet: 17

REKAMAN DATA LAPANGAN

REKAMAN DATA LAPANGAN REKAMAN DATA LAPANGAN Lokasi 01 : M-01 Morfologi : Granit : Bongkah granit warna putih, berukuran 80 cm, bentuk menyudut, faneritik kasar (2 6 mm), bentuk butir subhedral, penyebaran merata, masif, komposisi

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF A. Struktur Batuan Metamorf STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur

Lebih terperinci

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU Warna : Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif) Struktur : Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll. Tekstur Granulitas/Besar

Lebih terperinci

Ciri Litologi

Ciri Litologi Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60 o hingga 84 o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi

Lebih terperinci

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan 3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras

Lebih terperinci

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI Disusun oleh: REHAN 101101012 ILARIO MUDA 101101001 ISIDORO J.I.S.SINAI 101101041 DEDY INDRA DARMAWAN 101101056 M. RASYID 101101000 BATUAN BEKU Batuan beku

Lebih terperinci

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Mineral, Batuan Norma Puspita, ST. MT. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Ilmu Geologi Ilmu yang mempelajari tentang sejarah pembentukan bumi dan batuan, sifat sifat fisik dan

Lebih terperinci

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya. 4. Batuan Metamorfik 4.1 Kejadian Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan

Lebih terperinci

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf Definisi Batuan Batuan adaiah kompleks/kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak memiliki susunan kimiawi yang tetap,

Lebih terperinci

Petrogenesa Batuan Beku

Petrogenesa Batuan Beku Petrogenesa Batuan Beku A. Terminologi Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma. Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan Batuan Beku

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan Batuan Beku BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan 2.1.1. Batuan Beku Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava

Lebih terperinci

Siklus Batuan. Bowen s Reaction Series

Siklus Batuan. Bowen s Reaction Series Siklus Batuan Magma di dalam bumi dan magma yang mencapai permukaan bumi mengalami penurunan temperatur (crystallization) dan memadat membentuk batuan beku. Batuan beku mengalami pelapukan akibat hujan,

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Penulis Rizki Puji Diterbitkan 23:27 TAGS GEOGRAFI Kali ini kita membahas tentang batuan pembentuk litosfer yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf serta

Lebih terperinci

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36 PENGERTIAN BATUAN BEKU Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-T01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Tes 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,

Lebih terperinci

hiasan rumah). Batuan beku korok

hiasan rumah). Batuan beku korok Granit kebanyakan besar, keras dan kuat, Kepadatan rata-rata granit adalah 2,75 gr/cm³ dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80. Kata granit berasal dari bahasa Latingranum. (yang sering dijadikan Granit

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Bab III Geologi Daerah Penelitian Bab III Geologi Daerah Penelitian Foto 3.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Blok Patahan dilihat dari Desa Mappu ke arah utara. Foto 3.5 Lembah Salu Malekko yang memperlihatkan bentuk V; foto menghadap ke

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9 3.2.2.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan pemilahan buruk, setempat dijumpai struktur reversed graded bedding (Gambar 3-23 D), kemas terbuka, tidak ada orientasi, jenis fragmen yang bervariasi, massadasar

Lebih terperinci

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada. DESKRIPSI BATUAN Deskripsi batuan yang lengkap biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Deskripsi material batuan (atau batuan secara utuh); 2. Deskripsi diskontinuitas; dan 3. Deskripsi massa batuan.

Lebih terperinci

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks Nama Kelompok : NORBAYAH A1A513227 YOGA PURWANINGTIYAS A1A513210 SAFARIAH A1A513223 DOSEN PEMBIMBING: Drs. H. SIDHARTA ADYATMA, Msi. Dr.

Lebih terperinci

BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS

BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS TEGUH YUWONO, S.T ILMU BATUAN SMK N 1 PADAHERANG DEFINISI merupakan batuan yang berasal dari hasil proses pembekuan magma dan merupakan kumpulan interlocking agregat mineral-mineral

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (solusi) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Solusi Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi,

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,

Lebih terperinci

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN ACARA IX MINERALOGI OPTIK I. Pendahuluan Ilmu geologi adalah studi tentang bumi dan terbuat dari apa itu bumi, termasuk sejarah pembentukannya. Sejarah ini dicatat dalam batuan dan menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus.

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus. 2. Batuan Beku 2.1 Batuan Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan bagian dari kerak bumi. Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu : batuan beku (igneous rock), terbentuk

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm No conto : Napal hulu Zona ubahan: sub propilitik Lokasi : Alur S. Napal Nama batuan: lava andesit 0 0.5 mm P1 0 0.5 mm Sayatan andesit terubah dengan intensitas sedang, bertekstur hipokristalin, porfiritik,

Lebih terperinci

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Barat. 18 3. Breksi Tuf Breksi tuf secara megaskopis (Foto 2.9a dan Foto 2.9b) berwarna abu-abu

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

Sistem Pakar untuk Pemilihan Obat Non Resep Dokter. Naskah Publikasi

Sistem Pakar untuk Pemilihan Obat Non Resep Dokter. Naskah Publikasi Sistem Pakar untuk Pemilihan Obat Non Resep Dokter Naskah Publikasi Diajukan oleh: Budi Priyono 09.22.1133 Kepada JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Lampiran Petrografi 1 KODE SAYATAN : Y1 LINTASAN : TERMINAL MS 3 FORMASI : Steenkool PERBESARAN : 10 X d = 2 mm DESKRIPSI : LEMBAR DESKRIPSI

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN Kegiatan : Praktikum Kuliah lapangan ( PLK) Jurusan Pendidikan Geografi UPI untuk sub kegiatan : Pengamatan singkapan batuan Tujuan : agar mahasiswa mengenali

Lebih terperinci

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen Tekstur Batuan Sedimen a. Ukuran butir Dalam pemerian ukuran butir digunakan pedoman ukuran dari Skala Wentworth yaitu b. Sortasi atau Derajat Pemilahan Derajat

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Perolehan Data dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000 terletak di Formasi Rajamandala (kotak kuning pada Gambar

Lebih terperinci

BAB II PETROLOGI BATUAN BEKU EKSTRUSI A. PENGERTIAN BATUAN BEKU EKSTRUSIF

BAB II PETROLOGI BATUAN BEKU EKSTRUSI A. PENGERTIAN BATUAN BEKU EKSTRUSIF BAB II PETROLOGI BATUAN BEKU EKSTRUSI A. PENGERTIAN BATUAN BEKU EKSTRUSIF Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Lapis Perkerasan Jalan

Gambar 2.1 Lapis Perkerasan Jalan Lampiran TA19. Contoh penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Kontruksi perkerasan lentur (flexible pavement) merupakan jenis perkerasan dengan aspal sebagai bahan pengikat yang telah banyak digunakan

Lebih terperinci

proses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T).

proses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T). BATUAN METAMORF 1. Proses metamorfosis : proses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T). Proses isokimia 2. Macam-macam proses metamorfosis -Regional (dinamo-termal),

Lebih terperinci

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1: RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:250.000 OLEH: Dr.Ir. Muhammad Wafid A.N, M.Sc. Ir. Sugiyanto Tulus Pramudyo, ST, MT Sarwondo, ST, MT PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN

Lebih terperinci

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth 3. Batuan Sedimen 3.1 Kejadian Batuan Sedimen Batuan sedimen terbentuk dari bahan yang pernah lepas dan bahan terlarut hasil dari proses mekanis dan kimia dari batuan yang telah ada sebelumnya, dari cangkang

Lebih terperinci

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Oleh : Akhmad Hariyono POLHUT Penyelia Balai Taman Nasional Alas Purwo Kawasan Taman Nasional Alas Purwo sebagian besar bertopogarafi kars dari Semenanjung

Lebih terperinci

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III PEROLEHAN DAN ANALISIS DATA Lokasi penelitian, pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000, terletak di Formasi Rajamandala. Penelitian lapangan berupa

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA MENDIAGNOSA DEMAM Shela Shelina Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 164

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA MENDIAGNOSA DEMAM Shela Shelina Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 164 EXPERT SYSTEM APPLICATION FOR FIRST AID DIAGNOSE FEVER Shela Shelina Undergraduate Program, Information Systems Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: Expert System, General Disease

Lebih terperinci

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral Batuan(rocks) merupakan materi yang menyusun kulit bumi, yaitu suatu agregat padat ataupun urai yang terbentuk di

Lebih terperinci

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi IV. BATUAN METAMRF Faktor lingkungan yang mempengaruhi Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya dari batuan yang sudah ada, baik batuan beku, sedimen maupun sebagian

Lebih terperinci

Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral.

Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. B. BATUAN BATUAN : Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Berdasarkan kejadiannya (genesa), tekstur dan komposisi mineralnya, batuan terbagi menjadi 3,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang

Lebih terperinci

Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985)

Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985) Gambar 2.21 Fasies batuan metamorf Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985) GEOLOGI DASAR 38 Fasies Batuan Metamorf Fasies merupakan suatu

Lebih terperinci

Raden Ario Wicaksono/

Raden Ario Wicaksono/ Foto 3.15 Fragmen Koral Pada Satuan Breksi-Batupasir. Lokasi selanjutnya perselingan breksi-batupasir adalah lokasi Bp-20 terdapat pada Sungai Ci Manuk dibagian utara dari muara antara Sungai Ci Cacaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah Padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pratersier, Tersier dan Kwarter. Batuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Geologi Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan Lempeng Eurasia ke daratan Asia Tenggara dan merupakan bagian dari Busur Sunda.

Lebih terperinci

Bahan 1. Problem set 6 lembar 2. Skala Wentwort 3. Beberapa Batuan Sedimen Non Karbonat

Bahan 1. Problem set 6 lembar 2. Skala Wentwort 3. Beberapa Batuan Sedimen Non Karbonat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batuan sedimen sudah banyak dikenal orang dan juga sudah sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, dari hal yang paling sederhana seperti pembuatan pondasi

Lebih terperinci

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi 3.2.3.3 Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan data analisis mikrofosil pada batupasir (lampiran B), maka diperoleh umur dari Satuan Breksi yaitu N8 (Akhir Miosen Awal) dengan ditemukannya

Lebih terperinci

Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer)

Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) www.pelatihanosn-soc.com soc.scienceolympiad@gmail.com : Jl. Bintara Jaya IV, No. 108, Bekasi Barat 17136 Bekasi - Jawa Barat 0812-9508-9496 NO MATERI SUB MATERI Meteorologi-Klimatologi (Atmosfer) 1 Meteorologi-Klimatologi

Lebih terperinci

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain :

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain : MINERAL Dan KRISTAL Mineral didefinisikan sebagai suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). Gambar 3.7 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (1962). Gambar 3.8 Model progradasi kipas bawah laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi. Petrografi ini juga merupakan tingkat lanjutan dari mata kuliah sebelumnya yaitu mineral optik. Dalam prakteknya,

Lebih terperinci

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)

Lebih terperinci

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat ) Gambar 3.12 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang, dibeberapa tempat terdapat sisipan dengan tuf kasar (lokasi dlk-12 di kaki G Pagerkandang). Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit

Lebih terperinci

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PRAKTIKUM PETROGRAFI BORANG MATERI ACARA I: PETROGRAFI BATUAN BEKU Asisten Acara: 1. 2. 3. 4. Nama Praktikan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI APOTEK FARAH FARMA DI TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA. Naskah Publikasi. diajukan oleh Yulianto

SISTEM INFORMASI APOTEK FARAH FARMA DI TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA. Naskah Publikasi. diajukan oleh Yulianto SISTEM INFORMASI APOTEK FARAH FARMA DI TEMPEL SLEMAN Naskah Publikasi diajukan oleh Yulianto 11.22.1344 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM 2012 INFORMATION SYSTEMS FARAH FARMA

Lebih terperinci

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL 4.1. Tinjauan umum Ubahan Hidrothermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal

Lebih terperinci

MINERAL DAN BATUAN. Yuli Ifana Sari

MINERAL DAN BATUAN. Yuli Ifana Sari MINERAL DAN BATUAN Yuli Ifana Sari Tugas Kelompok 1. Jelaskan macam2 jenis batuan berdasarkan proses terjadinya dan berikan contohnya! 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan siklus batuan! Batuan Bahan padat

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 07 SUMBERDAYA MINERAL Sumberdaya Mineral Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan atau pelapukan p batuan (tanah). Berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed DAFTAR PUSTAKA Bemmelen, R.W., van, 949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed Office, The Hague, 7 p. Duda, W. H, 976, Cement Data Book, ed- Mc. Donald dan Evans, London, 60 hal. Dunham, R.J.,

Lebih terperinci

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi 3.2.2.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada referensi. Satuan ini diendapkan pada lingkungan kipas aluvial. Analisa lingkungan pengendapan ini diinterpretasikan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

TAKARIR. data atau informasi dan transformasi data yang bergerak dari pemasukan data hingga ke keluaran. Database

TAKARIR. data atau informasi dan transformasi data yang bergerak dari pemasukan data hingga ke keluaran. Database TAKARIR artificial intelligence backward chaining Data Flow Diagram (DFD) Database Decision Tree expert system forward chaining Flowchart Hardware Input Interface knowladge base Login Logout Output kecerdasan

Lebih terperinci

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli Lokasi pengamatan singkapan atupasir sisipan batulempung karbonan adalah pada lokasi GD-4 ( Foto 3.21) di daerah Gandasoli. Singkapan ini tersingkap pada salah satu sisi sungai. Kondisi singkapan segar.

Lebih terperinci

ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF MARMER

ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF MARMER ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF Sayatan Tipis MARMER Deskripsi : Sampel ini adalah granular batuan metamorf menengah - grained didominasi oleh forsterit ( < 5 % vol ), serpentine ( 15 % ), kalsit ( 40

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Geomorfologi daerah penelitian ditentukan berdasarkan intepretasi peta topografi, yang kemudian dilakukan pengamatan secara langsung di

Lebih terperinci

Jl. HM Jhoni No 70 Medan, Indonesia 1 ABSTRAK. Kata Kunci: Kecerdasan Buatan, Sistem Pakar, Forward Chaining, Batuan alam.

Jl. HM Jhoni No 70 Medan, Indonesia 1 ABSTRAK. Kata Kunci: Kecerdasan Buatan, Sistem Pakar, Forward Chaining, Batuan alam. SISTEM PAKAR MENDETEKSI JENIS BATUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Siti Fatimah Dinata 1, Rachmat Aulia 2, Ari Usman 3 1,2,3 Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jl.

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

Soal Materi Pembekalan Student Geoscience Olympiad Tahap I Lustrum 9 HMTG FT UGM 18 Mei 2007 Waktu : 120 menit

Soal Materi Pembekalan Student Geoscience Olympiad Tahap I Lustrum 9 HMTG FT UGM 18 Mei 2007 Waktu : 120 menit Soal Materi Pembekalan Student Geoscience Olympiad Tahap I Lustrum 9 HMTG FT UGM 18 Mei 2007 Waktu : 120 menit Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X). 1. Bidang muka kristal yang membentuk

Lebih terperinci

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27 memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu gelap, struktur vesikuler, tekstur afanitik porfiritik, holokristalin, dengan mineral terdiri dari plagioklas (25%) dan piroksen (5%) yang berbentuk subhedral hingga

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Morfologi daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal dari peta topografi dan citra satelit,

Lebih terperinci

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Di sekitar kita terdapat berbagai

Lebih terperinci

Tekstur dan Struktur Batuan Beku Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah petrografi

Tekstur dan Struktur Batuan Beku Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah petrografi Tekstur dan Struktur Batuan Beku Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah petrografi Novianti Wahyuni Purasongka 270110100095 Kelas-C Fakultas Teknik Geologi UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012 Tekstur Batuan

Lebih terperinci

Struktur batuan beku ekstrusif. a. Masif. b. Columnar joint (kekar kolom)

Struktur batuan beku ekstrusif. a. Masif. b. Columnar joint (kekar kolom) Struktur batuan beku ekstrusif Batuan beku ekstrusif terbentuk karena proses pembekuannya berlangsung di permukaan bumi. Batuan beku ekstrusif akan menghasilkan struktur yang memberi petunjuk mengenai

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

Diferensiasi magma pembagian kelas-kelas magma sesuai dengan komposisi kimiawinya yang terjadi pada saat magma mulai membeku.

Diferensiasi magma pembagian kelas-kelas magma sesuai dengan komposisi kimiawinya yang terjadi pada saat magma mulai membeku. Diferensiasi magma Diferensiasi magma Diferensiasi magma pembagian kelas-kelas magma sesuai dengan komposisi kimiawinya yang terjadi pada saat magma mulai membeku. Yang termasuk dalam diferensiasi magma

Lebih terperinci

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik Kelompok Program Penelitian Mineral S A R I Satuan batuan ultrabasa terdiri

Lebih terperinci

BATUAN BEKU. Disusun Oleh :

BATUAN BEKU. Disusun Oleh : BATUAN BEKU Disusun Oleh : Revki Septiansyah B (03021281419080) Achmad Yansen (03021381419134) Darma Raharja H (03021381419127) Ravisi Gustama (03021381419148) A. Syaftian Febri (03021381419117) M. Andri

Lebih terperinci

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir). Apabila diperhatikan, hasil analisis petrografi dari sayatan batupasir kasar dan sayatan matriks breksi diperoleh penamaan yang sama. Hal ini diperkirakan terjadi karena yang menjadi matriks pada breksi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Stratigrafi Daerah Nanga Kantu Stratigrafi Formasi Kantu terdiri dari 4 satuan tidak resmi. Urutan satuan tersebut dari tua ke muda (Gambar 3.1) adalah Satuan Bancuh

Lebih terperinci

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) 3.2.2.1 Penyebaran Satuan batuan ini menempati 2% luas keseluruhan dari daerah

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM P E T R O L O G I

PANDUAN PRAKTIKUM P E T R O L O G I PANDUAN PRAKTIKUM P E T R O L O G I Oleh: Dr. Agus Harjanto, ST, MT Dr. Ir. Sutanto, DEA Ir Firdaus Maskuri, MT Ir. FX. Suhartono, M. Si Ir. Joko Soesilo, MT Ir. RM. Basuki Rahmad, MT Staff Asisten Petrologi

Lebih terperinci

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978). (Satuan Breksi-Batupasir) adalah hubungan selaras dilihat dari kemenerusan umur satuan dan kesamaan kedudukan lapisan batuannya. Gambar 3.5 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (Bouma, A. H., 1962). Gambar

Lebih terperinci

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN 5.1 Tinjauan Umum Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi antara batuan dengan fluida hidrotermal. Proses yang

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi mum Daerah Penelitian ecara umum morfologi daerah penelitian merupakan dataran dengan punggungan di bagian tengah daerah

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Morfologi permukaan bumi merupakan hasil interaksi antara proses eksogen dan proses endogen (Thornbury, 1989). Proses eksogen adalah prosesproses yang

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian maka diperlukan analisa geomorfologi sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

Ash, atau abu volkanik adalah material hasil letusan gunungapi (atau material piroklastik) dengan ukuran butir < 2mm.

Ash, atau abu volkanik adalah material hasil letusan gunungapi (atau material piroklastik) dengan ukuran butir < 2mm. DAFTAR ISTILAH Aglomerat adalah batuan sedimen yang merupakan akumulasi material blok berukuran diameter > 64 mm, terdiri dari material volkanik, umumnya fragmen lava, yang dihasilkan pada fase erupsi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Lokasi penelitian berada di daerah Kancah, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung yang terletak di bagian utara Kota Bandung. Secara

Lebih terperinci

Revisi SNI Daftar isi

Revisi SNI Daftar isi isi isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Peralatan dan bahan... 4 5 Penyiapan contoh tanah dan batuan... 4 6 Pencatatan hasil

Lebih terperinci

KOMPUTERISASI SISTEM INFORMASI PRESENSI GURU DAN KARYAWAN PADA SMP NEGERI 1 PARAKAN TEMANGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN BARCODE.

KOMPUTERISASI SISTEM INFORMASI PRESENSI GURU DAN KARYAWAN PADA SMP NEGERI 1 PARAKAN TEMANGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN BARCODE. KOMPUTERISASI SISTEM INFORMASI PRESENSI GURU DAN KARYAWAN PADA SMP NEGERI 1 PARAKAN TEMANGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN BARCODE Naskah Publikasi Disusun Oleh: INTAN YULIANA TANJUNG 07.02.6992 TITIK MUSLIMAH

Lebih terperinci