PEMBERITAAN SIDANG MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN (MKD) DALAM SURAT KABAR KOMPAS DAN TRIBUN BALI: SEBUAH KAJIAN WACANA KRITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERITAAN SIDANG MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN (MKD) DALAM SURAT KABAR KOMPAS DAN TRIBUN BALI: SEBUAH KAJIAN WACANA KRITIS"

Transkripsi

1 PEMBERITAAN SIDANG MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN (MKD) DALAM SURAT KABAR KOMPAS DAN TRIBUN BALI: SEBUAH KAJIAN WACANA KRITIS Gusti Ayu Putu Pentas Dewianti, I Wayan Rasna, I Dewa Gede Budi Utama Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Abstrak Penelitianini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kosakata pemberitaan sidang MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) di surat kabar Kompas dan Tribun Balidan (2) mendeskripsikan tata bahasa pemberitaan sidang MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) di surat kabar Kompas dan Tribun Bali. Pengumpulan data menggunakanmetode dokumentasi yang berupa pustaka. Instruments pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kartu data. Data dianalisis melalui beberapa tahapan yang meliputi, (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikansimpulan.hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)Surat kabar Kompas dan surat kabar Tribun Bali lebih banyak menggunakan kosakata membuat klasifikasi dalam mengontruksi pemberitaan sidang MKD. Dalam surat kabar Kompas ditemukan25 kosakata membuat klasifikasi, 14 kosakata membatasi pandangan, 1 kosakata pertarungan wacana, dan 2 kosakata marjinalisasi sedangkan dalam Tribun bali ditemukan31 kosakata membuat klasifikasi, 14 kosakata membatasi pandangan, 4 kosakata pertarungan wacana, dan 9 kosakata marjinalisasi. (2) Surat kabar Kompas dan surat kabar Tribun Bali lebih banyak menggunakan tata bahasa efek bentuk kalimat pasif (penghilangan pelaku) dalam mengontruksi pemberitaan sidang MKD. Dalam surat kabar Kompas ditemukan 18 kalimat pasif dan 2 nominalisasi, sedangkan dalam surat kabar Tribun Bali ditemukan 15 kalimat pasif dan 3 nominalisasi. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengajar bahasa dan peneliti lain sebagai bahan acuan dan tambahan informasi mengenai teori analisis wacana Roger Fowler, dkk Kata kunci:sidang MKD, Kompas, Tribun Bali, analisis wacana kritis, teori Roger Fowler, dkk. Abstract This research is a descriptive qualitative research that aims to (1) describe the vocabulary about the reporting of the trial of Court of Honour Board (MKD) in the Kompas and Tribun Bali newspapers and (2) describe the

2 grammar about the reporting of Court of Honour Board (MKD) in the Kompas and Tribun Bali newspapers. Data collection of this research is by documenting. Data analysis of this research used descriptive technique with procedure (1) data reduction, (2) data presentation, and (3) concluding/verification.the results showed that (1) Kompas and Tribun Bali newspapers more use of vocabulary that make classification in contruction of the trial MKD. In the Kompas newspaper found 25 vocabulary that makes classification, 14 vocabulary restrict the view, 1 vocabulary fight discourse and 2 vocabulary marginalization, while in Tribun Bali found 31 vocabulary that makes classification, 14 restrict the view, 4 vocabulary fight discourse, and 9 vocabulary marginalization. (2) Kompas and Tribun Bali newspapers more use of grammatical forms of passive sentence effect (to lose character) in contruction the report of MKD Trial. In the Kompas newspaper found 18 passive sentence and 2 nominalization, whereas in the Tribune newspaper Bali found 15 passive sentence and 3 nominalization. The results of this research is useful for language teachers and other researchers as a reference material and additional information regarding the theory of discourse analysis of Roger Fowler, et al Key words:mkd trial, Kompas, Tribun Bali, critical discourse analysis, Roger Fowler teory PENDAHULUAN Di era sekarang ini, kebutuhan masyarakat terhadap informasi tidak dapat terbantahkan lagi. Informasi seakan menjadi konsumsi wajib setiap lapisan masyarakat, mulai dari kalangan atas sampai kalangan menengah ke bawah. Salah satu alat penyaji informasi yang tidak pernah lekang oleh zaman adalah media massa. Media massa memiliki peranan penting dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat luas. Umumnya, pemberian informasi oleh media massa (koran, majalah, radio, atau televisi) kepada masyarakat bersifat satu arah. Artinya, masyarakat hanya mampu menerima tanpa bisa melakukan konfirmasi langsung terhadap informasi yang diterima. Oleh karena itulah, media massa memiliki otoritas untuk mengendalikan segala bentuk informasi tertentu di ruang publik. Dengan kata lain informasi yang disebarkan media massa akan dijadikan sebagai alat untuk membentuk opini di masyaratakat tentang isu-isu yang berkembang. Media massa sebagai sesuatu yang selalu bersinggungan dengan masyarakat atau khalayak umum sering dijadikan sebagai sebuah alat komunikasi politik oleh kaum tertentu. Komunikasi politik yang dilakukan di media massa digunakan untuk membentuk pencitraan seseorang atau kelompok di mata publik dan membentuk posisi yang menguntungkan satu pihak untuk memuluskan tujuan tertentu. Nimmo (2006:16) mengatakan dalam komunikasi politik, media massa menjadi alat penggerak utama dalam memengaruhi individu terhadap terpaan berita yang diterimanya sehingga media massa dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan penilaian di masyarakat. Salah satu media massa yang digunakan untuk memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat adalah surat kabar. Dalam menampilkan kasus-kasus yang terjadi setiap surat kabar memiliki cara yang berbeda-beda dalam pengemasannya. Terkadang satu peristiwa akan dibahasakan berbeda. Selain dibahasakan berbeda, pemilihan narasumber dan pelaku-pelaku yang dipilih untuk ditampilkan oleh setiap surat kabar juga memiliki tujuan tersendiri. Pengemasan yang berbeda ini dikarenakan setiap surat kabar memiliki pandangan tersendiri terhadap peristiwa yang terjadi dan surat kabar ingin

3 menyebarkan pandangan tersebut kepada masyarakat. Pandangan subjektif media tersebut yang nantinya akan membentuk opini publik mengenai topik atau hal yang diberitakan. Salah satu kasus yang pernah gencar-gencarnya ditampilkan oleh surat kabar pada bulan desember 2015 adalah sidang MKD mengenai kasus dugaan pencatutan nama Presiden RI Joko Widodo terkait permintaan saham PT Freeport Indonesia dengan ketua DPR Setya Novanto sebagai aktornya. Pemberitaan mengenai sidang MKD ini memiliki kedudukan yang penting dan memiliki porsi yang besar untuk ditampilkan karena merupakan kasus yang berskala nasional. Bukan hanya menjadi headline di dalam surat kabar, kasus yang melibatkan Ketua DPR ini juga menyita banyak perhatian publik, sehingga menjadi trending topik diberbagai media sosial di masyarakat. Dengan semakin meluasnya isu-isu mengenai MKD ini, tentu saja banyak surat kabar yang menampilkan pemberitaan mengenai jalannya sidang MKD seakurat dan sefaktual mungkin. Namun, tetap harus disadari, berita yang disajikan oleh surat kabar sebenarnya bukan realitas yang sesungguhnya, tetapi merupakan hasil dari seleksi (Muslim, 2013:76). Artinya ada aspek tertentu yang ditekankan dalam pemberitaan dan ada aspek yang tidak dikehendaki akan disamarkan atau bahkan tidak dimunculkan dalam pemberitaan. Dua surat kabar yang sangat gencar mengangkat isu mengenai sidang MKD ini adalah surat kabar Kompas dan Tribun Bali. Dari sekian banyak berita yang ditampilkan oleh surat kabar Kompas dan Tribun Bali, kedua media ini cenderung konsisten mengikuti perkembangan pelaksanaan sidang MKD. Hal tersebut dapat dilihat bahwa pemberitaan ini delapan kali menghiasi halaman depan surat kabar Kompas dan 5 kali menghiasi halaman depan surat kabar Tribun Bali, serta hampir setiap hari pemberitaan ini dimunculkan di dalam surat kabar Kompas dan Tribun Bali sepanjang bulan Desember Walaupun kasus ini terbilang memakan proses yang lama tetapi kedua surat kabar ini selalu berusaha menyajikan fakta-fakta baru dari perkembangan kasus ini. Namun, kedua surat kabar ini tentu memiliki pandangan tersendiri terhadap pelaksanaan sidang MKD. Pandangan itulah yang menyebabkan kedua surat kabar ini memiliki perbedaan dalam mengontruksi pemberitaannya. Sehingga, untuk melihat perbedaan cara kedua surat kabar ini mengontruksi berita mengenai jalannya sidang MKD, digunakanlah analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis merupakan pengoreksian atas pandangan kontruktivisme yang selama ini kurang sensitif terhadap proses produksi dan reproduksi makna. Analisis wacana dalam pandangan kontruktivisme tidak dipusatkan pada kebenaran dan ketidakbenaran struktur tata bahasa tetapi juga pada proses penafsiran (Eriyanto, 2006:6). Namun, pandangan ini masih sebatas melihat maksud atau makna yang ada dalam wacana melalui digunakannya bahasa tersebut, belum melihat praktik lain (kekuasaan, penyebaran ideologi, dan praktik sosial yang ada di dalamnya). Untuk melihat praktik-praktik lain dalam bahasa muncul analisis wacana kritis. Dalam analisis wacana kritis, bahasa yang dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan tujuan dan praktik tertentu digunakannya bahasa tersebut. Menurut Eriyanto (2001:6) analisis wacana kritis digunakan untuk membongkar kuasa yang ada dalam proses bahasa. Hal itu dikarenakan, analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting untuk melihat ketimpangan kekuasaan yang ada dalam masyarakat. Sehingga analisis wacana kritis melihat pemakaian bahasa sebagai salah satu dari praktik sosial. Dalam menganalisis sebuah berita, ada beberapa model analisis wacana kritis. Salah satunya adalah model analisis wacana Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Threw (yang selanjutnya dalam buku Eriyanto disebut sebagai model analisis Roger Fowler dkk). Roger Fowler dkk

4 mendasarkan analisisnya pada penjelasan Halliday mengenai struktur dan fungsi bahasa. Model analisis ini dipilih dengan tujuan untuk melihat perbedaan surat kabar dalam mengontruksikan sebuah peristiwa menjadi berita. Hal itu dikarenakan, menurut Fowler kata-kata yang berbeda yang digunakan untuk menggambarkan peristiwa yang sama tidak hanya dipandang sebagai suatu teknis semata, tetapi sebagai praktik ideologi tertentu (Eriyanto, 2001:134). Bahasa yang berbeda tentu akan menghasilkan persepsi tentang realitas yang berbeda ketika diterima khalayak. Dengan menggunakan analisis Roger Fowler, dkk ini akan terlihat bagaimana kecenderungan sikap Kompas dan TribunBali dalam mengemas pemberitaan dengan melihat elemen kosakata dan tata bahasa yang digunakan dalam pembentukan beritanya. Penelitian yang mengkaji mengenai analisis teks media sudah pernah dilakukan sebelumnya. Tahun 2014, Dian Chandradewi mengangkat penelitian sejenis yang berjudul Pemberitaan Kasus Korupsi Di Bali Pada Media Cetak Bali Post Dan Jawa Post: Suatu Kajian Teori Roger Fowler,Dkk. Kemudian di tahun yang sama 2014, Titan Ratih Bestari mengangkat penelitian sejenis yang berjudul Pemberitaan Gubernur Bali, Mangku Pastika, Dalam Surat Kabar Bali Post: Analisis Strategi Eksklusi Inklusi Theo Van Leeuwen. Tahun 2015, Ida Bagus Herry Yudha Prawira mengangkat penelitian yang berjudul Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Perseteruan Antara Polri Dengan KPK Pada Harian Bali Post dan Kompas. Penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Persamaanya, samasama menggunakan analisis wacana kritis untuk membedah subjek. Yang membedakan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah subjek yang dibedah. Dengan demikian, penelitian ini berkedudukan sebagai pelengkap penelitian sebelumnya. Dari hal itulah peneliti ingin mengangkat sebuah judul penelitian yaitu Pemberitaan Sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Dalam Surat Kabar Kompas dan Tribun Bali: Sebuah Kajian Wacana Kritis. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu: (1) mendeskripsikan kosakata pemberitaan sidang MKD di surat kabar Kompas dan Tribun Bali dengan kajian teori Roger Fowler dkk. dan (2) mendeskripsikan tata bahasa pemberitaan sidang MKD di surat kabar Kompas dan Tribun Bali dengan kajian teori Roger Fowler dkk. METODE Dalam penelitian ini digunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Djunaidi dan Fauzan (2012:13) mengatakan penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian khusus objek yang tidak diteliti melalui prosedur statistik atau kuantifikasi. Rancangan penelitian ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai kosakata dan tata bahasa yang digunakan surat kabar dalam mengontruksikan pemberitaan Sidang MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) menggunakan teori analisis wacana kritis Roger Fowler dkk. Subjek dalam penelitian ini adalah berita sidang MKD yang ada pada surat kabar Kompas dan Tribun Bali. Dalam penelitian ini akan diambil beberapa sampel berita mengenai sidang MKD yang ada pada surat kabar Kompas dan Tribun Bali untuk dijadikan subjek penelitian. Pengambilan sampel menggunakan tekni purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan) dan snowbal sampling untuk menentukan jumlah berita yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini tidak semua berita mengenai sidang MKD yang ada pada surat kabar Kompas dan Tribun Bali akan dipilih atau dianalisis, tetapi diambil sampel yang memenuhi kriteria, seperti menjadi berita utama, mengandung keberpihakan dan strategi wacana. Objek dalam penelitian ini tidak lain adalah analisis wacana kritis Roger Fowler dkk yang akan diterapkan untuk mengetahui kosakata dan tata bahasa yang digunakan surat kabar dalam mengontruksikan pemberitaan sidang

5 MKD yang ada pada surat kabar Kompas dan Tribun Bali. Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan suatu cara mengolah, mengumpulkan, memilih, dan menyampaikan dalam bidang pengetahuan dan pengumpulan bukti atau keterangan seperti, gambar, kutipan koran dan sebagainya. Dalam hal ini, yang akan dijadikan dokumen yang akan diteliti dan dianalisis adalah berita-berita sidang MKD. Dokumen yang diperoleh berupa potongan berita dalam surat kabar Kompas dan Tribun Bali yang akan dijadikan sampel penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen utamanya adalah peneliti (human instrument). Sugiyono (2011:222) mengemukakan penelitian kualitatif sebagai human instruments berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan tentunya. Instrumen penunjang dalam penelitian ini adalah kartu data. Analisis data dalam penelitian ini meliputi (1) reduksi data (memilah-milah data yang sesuaidigunakansebagai data penelitian), (2) penyajian data (menguraikan data dan hasil analisis yang didapat secara deskriptif), dan (3) penarikan simpulan/verifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan hasil yang telah peneliti peroleh setelah melakukan analisis data terhadap 6 berita mengenai sidang MKD dalam surat kabar Kompas dan Tribun Bali selama bulan Desember 2016.Hasil penelitian ini mencakup (1) kosakata pemberitaan sidang MKD di surat kabar Kompas dan Tribun Bali dilihat dari kajian teori Roger Fowler dkk serta (2) tata bahasa pemberitaan sidang MKD di surat kabar Kompas dan Tribun Bali dilihat dari kajian teori Roger Fowler dkk.pemaparannya sebagai berikut. Kosakata Dalam suatu pemberitaan yang dimuat oleh media, sebuah peristiwa yang sama dibahasakan dengan berbeda, dapat dipandang sebagai suatu praktik ideologi tertentu. Hal itu dikarenakan pemilihan kosakata yang berbeda akan menghasilkan realitas yang berbeda pula ketika diterima oleh kahalayak. Sehingga, bahasa dalam hal ini kosakata menyediakan alat bagaimana seharusnya realitas itu harus dipahami oleh khalayak. Begitu pula dengan pemberitaan sidang MKD yang dimuat di dalam surat kabar Kompas dan Tribun Bali. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dalam memberitakan jalannya sidang MKD dengan kasus pelanggaran etika yang dilakukan Novanto, surat kabar Kompas dan Tribun Bali menggunakan kosakata tertentu untuk menggambarkan peristiwa tersebut sesuai dengan tujuannya masing-masing. Data mengenai temuan tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah. Tabel 1. Kosakata Pemberitaan Sidang MKD No Elemen Kosakata Jumlah Kompa s Tribun Bali 1. Membuat Klasifikasi 25 buah 31 buah (53%) 2. Membatasi Pandangan (60%) 14 buah (33%) 3. Pertarungan Wacana 1 buah (2%) 4. Marjinalisasi 2 buah (5%) Jumlah 42 buah 14 buah (24%) 4 buah (7%) 9 buah (16%) 58 buah Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa di dalam surat kabar Kompas dan surat kabar Tribun Bali lebih banyak menggunakan kosakata membuat klasifikasi untuk mengontruksikan pemberitaan sidang MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan). Hal ini dapat dilihat di dari 42 kosakata di dalam surat kabar Kompas ditemukan 25 data (60%) kosakata klasifikasi, 14 data (33%)

6 kosakata membatasi pandangan, 1 data (2%) kosakata pertarungan wacana, dan 2 data (5%) kosakata marjinalisasi untuk mengontruksikan berita jalannya sidang MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) sedangkan pada surat kabar Tribun Bali, dari 58 data penggunaan kosakata ditemukan 31 data (53%) kosakata klasifikasi, 14 data (24%) kosakata membatasi pandangan, 4 data (7%) kosakata pertarungan wacana, dan 9 data (16%) kosakata marjinalisasi. Selain menggunakan kosakata untuk mengontruksi pemberitaannya, Kompas dan Tribun Bali juga menggunakan tata bahasa untuk mengontruksikan pemberitan sidang MKD. Melalui tabel, hasil penelitian mengenai penggunaaan tata bahasa dalam pemberitaan dapat digambarkan seperti di bawah ini. Tata Bahasa Dalam tata bahasa menurut Roger Fowler dikenal adanya model transformasi kalimat. Dalam transformasi, tata kalimat bukan merupakan sesuatu yang baku, tetapi dapat diubah susunannya, dipertukarkan, dihilangkan, ditambah, dikombinasikan dengan kalimat lain, dan disusun ulang (Eriyanto, 2001:153). Perubahan yang dilakukan dengan model transformasi ini bukan hanya mengubah struktur tetapi mengubah makna suatu kalimat. Model transformasi ini ada dua yaitu pasivasi (mengubah kalimat bentuk aktif menjadi pasif) dan nominalisasi (menggubah ke dalam bentuk nomina). Model transformasi inilah yang sering diadopsi oleh media massa dalam membuat suatu pemberitaan, termasuk juga surat kabar Kompas dan Tribun Bali dalam memberitakan jalannya persidangan MKD. Data mengenai temuan tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah. Tabel 2. Tata Bahasa Pemberitaan Sidang MKD No Elemen Tata Jumlah Bahasa Kompas Tribun Bali 1. Efek Bentuk Kalimat Pasif: Penghilangan Pelaku 18 buah (90%) 15 buah (83%) 2. Efek Nominalisasi: Penghilangan Pelaku 2 buah (10%) 3 buah (17%) Jumlah 20 buah 18 buah Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa surat kabar Kompas dan surat kabar Tribun Bali lebih banyak menggunakan tata bahasa efek bentuk kalimat pasif: penghilangan pelaku untuk mengontruksikan pemberitaan sidang MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) daripada tata bahasa nominalisasi: penghilangan pelaku. Hal ini dapat dilihat dari 20 data tata bahasa pada surat kabar Kompas ditemukan 18 data (90%) efek bentuk kalimat pasif (pemasifan) dan 2 data (10%) efek bentuk nominalisasi sedangkan pada surat kabar Tribun Bali dari 18 data tata bahasa ditemuakan 15 data (83%) efek bentuk kalimat pasif (pemasifan) dan 3 data (17%) efek bentuk nominalisasi untuk mengontruksikan berita jalannya sidang MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan). Hasil tersebut diuraikan sebagai berikut. PEMBAHASAN Berdasarkan paparan di atas, diperoleh 2 hasil penelitian yang akan dibahas dalam bagian ini, yaitu (1) kosakata pemberitaan sidang MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) di surat kabar Kompas dan Tribun Bali dengan kajian teori Roger Fowler dkkdan (2) tata bahasa pemberitaan sidang MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) di surat kabar Kompas dan Tribun Bali dengan kajian teori Roger Fowler dkk.data yang dipilihdalampenelitianiniterdiriatas6berita yang terdiri atas 3 berita yang dimuat di

7 surat kabar Kompas dan 3 berita yang dimuat di surat kabar Tribun Bali. Digunakan teori analisis wacana Roger Fowler, dkk untuk menganalisis kosakata dan tata bahasa yang digunakan untuk mengontruksikan berita. Eriyanto (2001: 133) menyatakan analisis Roger Fowler, dkk secara umum menampilkan bagaimana kosakata dan tata bahasa digunakan untuk mengontruksikan suatu pemberitaan merupakan suatu praktik ideologi tertentu yang ingin ditanamkan kepada khalayak pembaca. Maka dalam penelitian ini digunakan analisis wacana model Roger Fowler, dkk untuk melihat praktik-praktik yang dilakukan oleh media. Dari hasil penelitian pada penggunaan kosakata dan tata bahasa, di dalam surat kabar Kompas ditemukan 42 data penggunaan kosakata sedangkan di dalam surat kabar Tribun Bali ditemukan 58 data penggunaan kosakata. Untuk penggunaan tata bahasa, di dalam surat kabar Kompas ditemukan 20 data sedangkan pada surat kabar Tribun Bali ditemukan 18 data penggunaan tata bahasa. Temuan-temuan tersebut akan dibahas sebaga berikut. Berdasarkan data yang terkumpul, di dalam surat kabar Kompas ditemukan 25 data (60%) yang masuk dalam kriteria penggunaan kosakata: membuat klasifikasi sedangkan di dalam surat kabar Tribun Bali ditemukan 31 data (53%) yang masuk ke dalam kriteria kosakata membuat klasifikasi. Dalam surat kabar Kompas yang sering dklasifikasi adalah tindakan anggota Mahkamah Kehormatan Dewan khususnya Kahar Muzakir, Adies dan Ridwan Bae mengunakan kata-kata seperti, mencari alasan, tidak menghargai, tak memenuhi harapan, tidak melawan,melecehkan, belum menunjukkan, tidak memahami, tidak menjalankan, memaksa, dan merendahkan. Dengan digunakannya kata tersebut terkesan bahwa media Kompas lebih banyak menyudutkan posisi anggota MKD dalam pemberitaan. Katakata tersebut akan membuat citra buruk melekat pada anggota MKD karena memperlihatkan seolah-olah para anggota MKD melindungi Novanto dengan memberikan perlakukan istimewa terhadapnya, salah satunya adalah dengan menggelar sidang tertutup khusus untuk mendengarkan keterangan Novanto. Selain itu, Kompas juga sering menggunakan kosakata klasifikasi lainnya seperti, luapan kemarahan Presiden, pernyataan terpanjang presiden, menahan amarah, dan kepatutan bukan untuk mengklasifikasi tindakan pihak lain yang juga ada dalam pemberitaan, tetapi semata-mata dengan tujuan untuk menyudutkan dan memperburuk citra MKD di mata publik. Tidak berbeda dengan Kompas, Tribun Bali juga memilih menggunakan kata-kata yang cenderung memberi kesan buruk terhadap tindakan anggota MKD. Kata-kata yang sering digunakan adalah memojokkan, menyudutkan, menggagalkan sidang, melebar, ngawur, tidak memiliki kompetensi, telah menuduh, menepis, dan beralasan. Kata-kata tersebut tentu memiliki kesan yang negatif yang digunakan juga untuk memperburuk citra MKD dengan membuat seolah-olah bahwa MKD melindungi pihak yang salah (dalam hal ini Novanto) di hadapan publik. Sehingga, publik semakin mengecam dan tidak mempercayai MKD. Pemakaian kosakata membatasi pandangan juga digunakan oleh Kompas dan Tribun Bali, walaupun intensitasnya lebih kecil dari penggunaan kosakata: membuat klasifikasi. Ditemukan 14 data (33%) kosakata membatasi pandangan di dalam surat kabar Kompas sedangkan pada surat kabar Tribun Bali ditemukan 14 data (24%) kosakata membatasi pandangan. Dalam surat kabar Kompas kosakata membatasi pandangan yang digunakan dalam pemberitaan adalah mengamankan, permufakatan jahat, berdalih, mempertontonkan, memperpanjang waktu, kegeraman, bersikap independen, kecaman, kasus suap, legalitas. Media Tribun Bali juga menggunakan beberapa kosakata membatasi pandangan seperti, kata pembicaraan, melompat arena, niat, siap, perkara aduan, pertemuan, lebih tegas, mengalihkan perhatian, keuntungan politik, dan polemik. Kosakata membatasi

8 pandangan yang digunakan oleh kedua surat kabar ini bertujuan untuk membatasi pemikiran pembaca karena kosakatakosakata tersebut digunakan oleh surat kabar hanya untuk memberikan kesan buruk terhadap Novanto dan juga beberapa anggota MKD yang mendukung Novanto. Selain itu, dengan kosakatakosakata tersebut nama MKD semakin dijatuhkan, banyak masyarakat atau netizen mengecam tindakan yang dilakukan oleh anggota MKD yang mengistimewakan dan membela matimatian Novanto di dalam persidangan. Bahkan, masyarakat sampai mengelurkan beberapa petisi agar memboikot MKD, tentu saja hal ini membuat citra MKD menjadi semakin negatif dihadapan publik karena kata-kata yang digunakan dalam pemberitaan tersebut. Dengan begitu dapat dipastikan, bahwa pemikiran pembaca dapat dipengaruhi media Kompas dan Tribun Bali menggunakan kosakata tersebut. Hal ini akan mudah karena pembaca tidak mengalami atau mengikuti peristiwa secara langsung (Eriyanto, 2001: 137). Kosakata: pertarungan wacana tidak menjadi prioritas digunakan oleh surat kabar Kompas dan Tribun Bali. Di dalam surat kabar Kompas ditemukan 1 data (2%) kosakata pertarungan wacana, sedangkan di dalam surat kabar Tribun Bali ditemukan 4 data (7%) kosakata pertarungan wacana. Kosakakata pertarungan wacana digunakan dalam pemberitaan karena setiap media terkadang memiliki pendapat tersendiri terhadap suatu permasalahan. Dengan kata lain, media memiliki klaim kebenaran sendiri-sendiri terhadap suatu realitas yang ada. Dalam surat kabar Kompas, kosakata pertarungan wacana yang digunakan adalah kata kalah dan kontras sedangkan dalam surat kabar Tribun Bali digunakan kata menuai polemik dan versus. Dalam Kompas yang dipertarungkan adalah antar anggota MKD. Anggota MKD yang dimaksud adalah pihak yang setuju dengan diadakannya sidang tertutup dengan pihak yang tidak setuju diadakannya sidang tertutup. Dalam hal ini Kompas tidak dengan gamblang mempertarungkan pihak yang mendukung Novanto dengan pihak yang tidak mendukung Novanto, tetapi media Kompas ingin terlihat terkesan netral, sehingga yang dipertarungkan dalam pemberitaannya adalah sesama anggota MKD yang memiliki pendapat berbedabeda tentang jalannya sidang. berbeda dengan Tribun Bali, media ini terlihat secara gamblang mempertarungkan antara presiden dengan Novanto yang jelas-jelas merupakan aktor utama yang berseteru dalam kasus ini. Dengan digunakannya kata menuai polemik dan versus dalam pemberitaan, memberi gambaran kepada khalayak bahwa sedang terjadi pertarungan antara pihak Novanto sebagai pencatut nama dengan presiden yang merupakan korban pencatutan. Apalagi melihat Novanto akhirnya mundur dari tampuk kepemimpinan. Selain itu, surat kabar Kompas dan Tribun Bali juga menggunakan kosakata: marjinalisasi. Ditemukan 2 data (5%) kosakata marjinalisasi di dalam surat kabar Kompas dan 9 data (16%) kosakata marjinalisasi di dalam surat kabar Tribun Bali. Pemilihan kosakata marjinalisasi oleh media biasanya digunakan untuk mengucilkan suatu pihak, karena melalui kosakata marjinalisasi akan diperlihatkan bagaimana pelaku maupun korban akan dibahasakan dalam suatu pemberitaan. Seperti dipilihnya kata pengganti sementara oleh media Kompas dan kata pemain baru atau orang baru oleh media Tribun Bali untuk menggambarkan para anggota MKD yang banyak melakukan kekeliruan dalam persidangan yaitu Kahar dan Ridwan Bae. Dengan digunakannya kata-kata tersebut untuk menyebut pelaku persidangan dalam hal ini Kahar dan Ridwan Bae, tentu kedua media ini ingin agar kesan buruk terhadap Kahar dan Ridwan Bae dapat diminimalkan. Kata tersebut akan mengesankan bahwa terjadinya kekeliruan dalam persidangan seperti Kahar dan Ridwan Bae yang menyudutkan pelapor, banyaknya pertanyaan yang keluar dari esensi sidang sampai dengan banyaknya interupsi yang dilakukan oleh Kahar dan

9 Ridwan Bae dikarenakan mereka adalah orang-orang yang belum berpengalaman dalam persidangan. Sehingga, fakta mengenai Kahar Muzakir dan Ridwan Bae yang ingin melindungi dan mendukung Novanto dengan menyudutkan Sudirman dalam persidangan dapat dihilangkan dalam pemberitaan. Dengan begitu, terlihat jelas bahwa pemilihan kosakata tertentu dapat digunakan untuk membentuk pendapat umum, meneguhkan, dan membenarkan pihak sendiri serta mengucilkan pihak lain (Eriyanto, 2001: 149). Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa penulis berita lebih banyak menggunakan kosakata klasifikasi dibandingkan dengan 3 jenis kosakata yang lain. Hal itu dikarenakan, dengan menggunakan kosakata membuat klasifikasi, media ingin menggiring pembaca ke dalam pemikiran yang diinginkan media. Dengan kosakata klasifikasi yang digunakan oleh kedua media tersebut mereka ingin mengesankan buruk pihak MKD di masyarakat, sehingga citra negatif akan melekat terhadap para anggota MKD. Hal ini sejalan dengan pendapat Fowler (dalam Eriyanto, 2001: 135) yang mengatakan bahwa bahasa pada dasarnya selalu menyediakan klasifikasi. Kosakata tertentu mampu mengiring pembaca untuk membuat klasifikasi tertentu dari suatu realitas yang disajikan oleh media melalui pemberitaan. Kutipan yang mengandung kosakata membuat klasifikasi tersebut dapat dilihat dalam proposisi di bawah ini. Interupsi pertama datang dari Ridwan Bae, anggota MKD dari Fraksi Golkar. Ridwan sejak awal tampa berusaha tetap menggagalkan sidang, antara lain dengan mengatakan, sidang ini melawan konstitusi,. Dalam penggunaan tata bahasa dalam pemberitaan, pemasifan kalimat untuk menghilangkan pelaku banyak ditemukan pada surat kabar Kompas dan Tribun Bali. Di dalam Kompas ditemukan18 data (90%) efek bentuk kalimat pasif (pemasifan) sedangkan di dalam Tribun Bali ditemukan15 data (83%) efek bentuk kalimat pasif (pemasifan). Selain itu, di dalam kedua surat kabar ini juga ditemukan penggunaaan strategi efek bentuk nominalisasi dalam pemberitaannya. Di surat kabar Kompas ditemukan 2 data (10%) efek bentuk nominalisasi sedangkan di surat kabar Tribun Bali ditemukan 3 data. Aktor atau pelaku yang sering disembunyikan atau dihilangkan dalam pemberitaan oleh surat kabar Kompas ada tiga. Aktor yang pertama adalah Setya Novanto selaku pelaku utama yang melakukan pertemuan dengan dua koleganya untuk membicarakan mengenai perpanjangan kontrak PT FI yang berujung pada permintaan saham dengan mencatut nama sejumlah petinggi negara termasuk presiden. Dalam strategi pemasifan, Novanto dihilangkan dalam proposisi menggunakan kata dipermainmainkan, tidak diragukan. Dihilangkannya Novanto dari proposisi tersebut adalah untuk melindungi atau meminimalkan kesan negatif Novanto di masyarakat. mengingat bahwa Novanto merupakan orang yang menginisiasi pertemuan mengenai perpanjangan kontrak tersebut dengan memanfaatkan nama para petinggi negara. Aktor atau pelaku kedua yang sering juga dihilangkan dari pemberitaan adalah anggota MKD selaku orang-orang yang memiliki wewenang untuk meminta keterangan kepada para saksi dan pelaku yang terlibat dalam kasus Novanto. Dalam pemberitaan di Kompas, anggota MKD sering dihilangkan atau disembunyikan dalam proposisi menggunakan kata diputuskan dan pemanggilan paksa. Dengan menggunakan kata diputuskan dan pemanggilan paksa, MKD disembunyikan menggunakan strategi pemasifan dan nominalisasi untuk melindungi agar kesan negatif dari persidangan yang dilakukan MKD dapat diminimalkan. Apalagi kata pemanggilan paksa memiliki pengertian negatif karena akan memperlihatkan bahwa anggota MKD bisa saja melakukan pemaksaan terhadap orang-orang yang dianggap ikut terlibat di dalam kasus

10 Novanto. Begitupula dengan kata diputuskan akan memperlihatkan bahwa MKD sering memutuskan secara sepihak setiap langkah yang diambil tanpa mempertimbangkan pihak presiden (selaku korban pencatutan) dan masyarakat, seperti memutuskan sidang tertutup untuk Novanto serta menutup kasus tanpa kejelasan status Novanto yang banyak menuai kecaman di masyarakat. Sehingga, agar MKD tidak terlalu terkesan buruk dengan melakukan pemaksaan terhadap para saksi dan memutuskan setiap langkah yang diambil MKD secara sepihak untuk menguntungkan satu pihak yaitu Novanto, anggota MKD beberapa kali dihilangkan dalam proposisi tersebut. Sedangkan untuk surat kabar Tribun Bali, aktor atau pelaku yang sering disembunyikan atau dihilangkan dalam pemberitaan ada 3 orang. Yang pertama adalah Presiden Joko Widodo. Presiden Jokowi di hilangkan dari pemberitaan menggunakan strategi pemasifan menggunakan kata disengaja. Penghilangan ini bertujuan untuk melindungi Presiden dari kesan negatif karena dianggap dengan sengaja menghadirkan para pelawak di istana negara tepat saat Novanto memutuskan untuk mengundurkan diri dan sidang MKD ditutup tanpa keputusan yang jelas. Dengan penggunaan kata tersebut, masyarakat tidak akan berpikir bahwa presiden sebenarnya melakukan upaya untuk mengalihkan perhatian publik, karena sempat beredar spekulasi lain bahwa presiden Jokowi mengadakan pertemuan dengan para pelawak hanya untuk menutupi dan mengalihkan perhatian publik dari kasus Novanto. Sehingga, dengan strategi pemasifan, presiden dilindungi dalam pemberitaan. Aktor kedua adalah Kahar Muzakir selaku anggota MKD yang sangat gencar melindungi Novanto. Kahar Muzakir dihilangkan dalam proposisi menggunakan kata dicecar dan disudutkan. Dengan menggunakan kata tersebut media Tribun Bali ingin meminimalkan kesan buruk terhadap Kahar Muzakir karena seperti diketahui bahwa Kahar adalah salah satu orang yang sangat gencar melindungi Novanto dengan menyudutkan Sudirman dalam persidangan. Selain itu, Kahar juga beberapa kali sempat mencecar Sudirman dengan pertanyaan di luar esensi sidang dan terkesan menuduh Sudirman memiliki niat tersembunyi dari tindakannya melaporkan Sudirman. Aktor ketiga adalah Maroef Sjamsoedin. Marroef adalah salah satu pelaku yang ikut dalam pertemuan yang dilakukan oleh Novanto. Maroef adalah orang yang merekam sendiri pertemuan yang dilakukannya bersama Novanto dan Riza Chalid, termasuk juga yang menyerahkan rekaman tersebut ke Sudirman sehingga kasus ini sampai ke meja persidangan MKD. Maroef dihilangkan dari proposisi menggunakan kata direkam. Dengan kata tersebut media ingin melindungi posisi Maroef sebagai salah satu pelaku utama yang ikut dalam pertemuan yang melakukan penghianatan dengan merekam kemudian melaporkan rekaman tersebut ke Sudirman. Sehingga posisi Maroef dapat dihilangkan dari kesan negatif dan tuduhan bahwa Ia menjebak Novanto agar bisa menyingkirkan Novanto dari posisi Ketua DPR RI. Dari temuan hasil penelitian di dalam surat kabar Kompas dan Tribun Bali mengenai penggunaan tata bahasa dapat diketahui efek nominalisasi sedikit digunakan oleh penulis berita dalam mengontruksi pemberitaan sedangkan yang digunakan paling banyak adalah efek bentuk kalimat pasif. Strategi pemasifan ini dilakukan dengan menghilangkan aktor/pelaku dalam pemberitaan dengan cara mengubah kalimat aktif menjadi bentuk pasif, karena menurut Eriyanto (2001:157) dalam kalimat pasif yang ditekankan adalah sasaran dari pelaku atau tindakan. Kutipan yang mengandung strategi tersebut dapat dilihat dalam proposisi di bawah ini. Sejumlah anggota MKD juga mengaku didekati pihak tertentu untuk memuluskan kasus ini. Upaya itu ada, tetapi kami tidak terpengaruh sama sekali, kata Wakil Ketua MKD Junimart Girsang.

11 Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan di atas, setiap berita yang dimuat di surat kabar Kompas dan Tribun Bali tentunya mengandung keempat kosakata (kosakata membuat klasifikasi, kosakata membatasi pandangan, kosakata pertarungan wacana, kosakata marjinalisasi) dan dua tata bahasa (pemasifan serta nominalisasi) sesuai dengan teori Roger Fowler dkk. Bila dikaitkan dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Ida Bagus Herry Yudha Prawira padatahun 2015 yang berjudul Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Perseteruan Antara Polri Dengan KPK pada Harian Bali Post dan Kompas, hasil penelitian yang diperoleh tidak sama atau tidak sejalan, karena hasil penelitian Ida Bagus Herry Yudha Prawira tidak menemukan adanya kosakata membatasi pandangan dalam pemberitaan Perseteruan Antara Polri Dengan KPK yang dimuat pada Harian Bali Post dan Kompas, tetapi dalam penelitian yang peneliti lakukan menemukan bahwa media Kompas dan Tribun Bali banyak menggunakan kosakata membatasi pandangan dalam pemberitaannya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah disajikan pada bab IV, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai penelitian ini. Dalam mengontruksi pemberitaan jalannya sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD),Kompas dan Tribun Bali lebih banyak menggunakan kosakata: membuat klasifikasi. Hal itu dibuktikan dari 42 data kosakata yang ada dalam surat kabar Kompas ditemukan 25 data (60%) kosakata membuat klasifikasi, 14 data (33%) kosakata membatasi pandangan, 1 data (2%) kosakata pertarungan wacana, dan 2 data (5%) kosakata marjinalisasi. Begitu pula, dalam surat kabar Tribun Bali, dari 58 data kosakata,ditemukan 31 data (53%) kosakata membuat klasifikasi, 14 data (24%) kosakata membatasi pandangan, 4 data (7%) kosakata pertarungan wacana, dan 9 data (16%) kosakata marjinalisasi Dalam mengontruksi pemberitaan jalannya sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), surat kabar Kompas dan surat kabar Tribun Bali lebih banyak menggunakan tata bahasa: efek kalimat pasif (pemasifan). Hal ini dibutikan, dari 20 data tata bahasa di dalam surat kabar Kompas ditemukan 18 data (90%) efek bentuk kalimat pasif (pemasifan) sedangkan tata bahasa: efek bentuk nominalisasi hanya ditemukan 2 data (10%) saja. Tidak berbeda jauh dengan surat kabar Tribun Bali,dari 18 dataditemukan 15 data (83%) tata bahasa: efek bentuk kalimat pasif (pemasifan) dan hanya 3 data (17%) saja yang menggunakan tata bahasa: efek bentuk nominalisasi. Adapun saran yang dapat disampaikan antara lain (1) Bagi masyarakat pembaca hendaknya bisa menyerap informasi secara kritis dan cermat, sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh media. (2) Bagi pengajar bahasa, dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu acuan dan tambahan informasi mengenai teori analisis wacana Roger Fowler, dkk; (3) Penelitian ini bisa dijadikan kontribusi dan bahan referensi bagi peneliti lain. Mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti, penelitian ini dilakukan hanya terfokus pada dua harian, yaitu Kompas dan Tribun Bali, serta hanya berfokus pada pemberitaan sidang MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan). Oleh karena itu, peneliti lain dapat melakukan penelitian sejenis pada penelitian lain, baik dari media cetak maupun elektronik baik media lokal ataupun nasional dan juga terhadap topik pemberitaan yang lain. DAFTAR PUSTAKA Badara, Aris Analisis Wacana, Teori, Metode, Dan Penerapannya Pada Wacana Media. Jakarta:Kencana Prenada Media Group. Bungin, Burhan Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

12 Candradewi, Dian Pemberitaan Kasus Korupsi Di Bali Pada Media Cetak Bali Post dan Jawa Pos: Suatu Kajian Teori Roger Fowler, Dkk. Skripsi (Tidak Diterbitkan) Eriyanto Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS Margono Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Bumi Aksara Mujiyanto, Bambang & Emilsah Nur Semiotika dalam Metode Komunikasi. Jakarta: balai pengembangan dan pengkajian komunikasi. Nimmo, Dan Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sobur, Alex Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sugiyono Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Wendra, I Wayan Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja: Undiksha

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik (Sobur, 2009: 30). Dalam hal ini, media digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ungkapan seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBINGKAIAN BERITA PAPA MINTA SAHAM PADA MEDIA ONLINE (Kompas.com dan Viva.co.id)

PERBANDINGAN PEMBINGKAIAN BERITA PAPA MINTA SAHAM PADA MEDIA ONLINE (Kompas.com dan Viva.co.id) PERBANDINGAN PEMBINGKAIAN BERITA PAPA MINTA SAHAM PADA MEDIA ONLINE (Kompas.com dan Viva.co.id) Oleh : Asri Saraswati 1B815842 Dosen Pembimbing : Dr. Edy Prihantoro Kasus Papa Minta Saham Media Online

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berita pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden terkait kasus PT Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari Menteri Energi dan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS PEMBERITAAN PERSETERUAN ANTARA POLRI DENGAN KPK PADA HARIAN BALI POST DAN KOMPAS

ANALISIS WACANA KRITIS PEMBERITAAN PERSETERUAN ANTARA POLRI DENGAN KPK PADA HARIAN BALI POST DAN KOMPAS ANALISIS WACANA KRITIS PEMBERITAAN PERSETERUAN ANTARA POLRI DENGAN KPK PADA HARIAN BALI POST DAN KOMPAS Ida Bagus Herry Yudha Prawira 1, I Wayan Rasna 2, I Wayan Wendra 3 Jurusan Pendidikan Bahasan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan paradigma kritis. Perspektif kritis ini bertolak dari asumsi umum bahwa realitas kehidupan bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa, baik itu media massa cetak, elektronik, atau baru-baru ini media massa online (internet) telah menjadi salah satu konsumsi wajib bagi masyarakat. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

Surat Terbuka untuk Ketua DPR Setya Novanto

Surat Terbuka untuk Ketua DPR Setya Novanto Surat Terbuka untuk Ketua DPR Setya Novanto Mencermati jalannya persidangan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR yang menyidangkan Ketua DPR Setya Novanto 15 Desember 2015 18:20 Paulus Mujiran OPINI dibaca:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konstek Penelitan Saat ini perkembangan manusia dengan potensi bawaannya tentang memunculkan ide, telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pascaruntuhnya runtuhnya kekuasaan orde baru terjaminnya kebebasan pers telah menjadi ruang tersendiri bagi rakyat untuk menggelorakan aspirasi dan kegelisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah maka diperlukan metode yang sesuai dengan objek penelitian. Karena metode berfungsi sebagai acuan dalam mengerjakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa telah berfungsi sebagai alat propaganda paling efektif, di samping dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Adapun jenis penelitiannya peneliti menggunakan jenis analisis semiotik dengan menggunakan model Semotika Halliday.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUA A. Latar Belakang Penelitian Bayu Hendrawan, 2014

BAB I PENDAHULUA A. Latar Belakang Penelitian Bayu Hendrawan, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masyarakat saat ini semakin mengerti dengankemajuan sebuah ilmu pengetahuan. Seiring berjalannya waktu, informasi yang diperoleh semakin mudah. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa menjadi penting dalam kehidupan politik dan proses demokrasi, yang memiliki jangkauan luas dalam penyebaran informasi, mampu melewati batas wilayah, kelompok

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Sandungan Si Anak Emas Presiden. Menurut Pan dan Kosicki, berita merupakan

BAB VI PENUTUP. Sandungan Si Anak Emas Presiden. Menurut Pan dan Kosicki, berita merupakan BAB VI PENUTUP 5.3. Kesimpulan Menanggapi peristiwa pengunduran diri Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Alfian Mallarangeng, majalah Detik menurunkan berita dengan judul Sandungan Si Anak Emas Presiden.

Lebih terperinci

Analisis Isi Buku Agama Saya Adalah Jurnalisme Text Analysis of Book Agama Saya Adalah Jurnalisme

Analisis Isi Buku Agama Saya Adalah Jurnalisme Text Analysis of Book Agama Saya Adalah Jurnalisme Prosiding Jurnalistik ISSN: 2460-6529 Analisis Isi Buku Agama Saya Adalah Jurnalisme Text Analysis of Book Agama Saya Adalah Jurnalisme 1 Gusti Ibnu Freeyandani, 2 Kiki Zakiah 1,2 Prodi Ilmu Jurnalistik,,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. judul Reputasi Pemerintah dalam Pemberitaan Ujian Nasional Berbasis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. judul Reputasi Pemerintah dalam Pemberitaan Ujian Nasional Berbasis 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian relevan bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari awal akan tetapi berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. tujuan penulisan yang telah dipaparkan pada pendahuluan, peneiliti kemudian

BAB IV PENUTUP. tujuan penulisan yang telah dipaparkan pada pendahuluan, peneiliti kemudian 230 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti untuk menjawab tujuan penulisan yang telah dipaparkan pada pendahuluan, peneiliti kemudian menarik kesimpulan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dengan upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, dijelaskan desain penelitian yang digunakan dalam tesis ini. Desain yang dimaksud berkenaan dengan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi tentang suatu fenomena atau deskripsi sejumlah

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai macam informasi. Media massa sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau lebih membenarkan suatu kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

PEMBERITAAN KASUS KORUPSI DI BALI PADA MEDIA CETAK BALI POST DAN JAWA POS: SUATU KAJIAN TEORI ROGER FOWLER, DKK.

PEMBERITAAN KASUS KORUPSI DI BALI PADA MEDIA CETAK BALI POST DAN JAWA POS: SUATU KAJIAN TEORI ROGER FOWLER, DKK. PEMBERITAAN KASUS KORUPSI DI BALI PADA MEDIA CETAK BALI POST DAN JAWA POS: SUATU KAJIAN TEORI ROGER FOWLER, DKK. A.A. Sg. Dian Chandradewi, Nengah Suandi, I Wayan Artika Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari hampir seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan media massa. Baik media massa cetak seperti koran, tabloid, dan majalah atau media massa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan untuk

Lebih terperinci

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah feedback yang tertunda atau delayed, sehingga komunikator membutuhkan waktu untuk mengetahui tanggapan atau

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu korupsi, suap, pencucian uang, dan semua bentuk penggelapan uang negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia. Para aparatur

Lebih terperinci

Oleh: Putri Budi Winarti 1 ABSTRAK

Oleh: Putri Budi Winarti 1 ABSTRAK 1 REPRESENTASI INTERTEKSTUAL (KUTIPAN LANGSUNG DAN KUTIPAN TIDAK LANGSUNG) DAN TEKSTUAL (KETRANSITIFAN) DALAM WACANA BERITA BOM BUNUH DIRI DI GEREJA BETHEL INJIL SEPENUH KEPUNTON, SOLO Oleh: Putri Budi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik lima tahunan bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan dalam proses Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan yang penting, bahkan menjadi primer terutama untuk mengisi kebutuhan pikiran tentang

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita olahraga merupakan salah satu berita yang sering dihadirkan oleh media untuk menarik jumlah pembaca. Salah satu berita olahraga yang paling diminati masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang 50 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodelogi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Secara harafiah, metodologi dibentuk dari kata metodos, yang berarti cara, teknik, atau prosedur, dan logos yang berarti ilmu. Jadi metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji teks-teks pemberitaan media Jerman sekait isu teorisme dalam kaitannya dengan Islam. Penjelasan dalam Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa Kisruh APBD DKI merupakan salah satu peristiwa sedang ramai diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan berita yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demonstrasi atau unjuk rasa, sudah menjadi cara yang dilakukan oleh rakyat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Demonstrasi atau unjuk rasa, sudah menjadi cara yang dilakukan oleh rakyat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Demonstrasi atau unjuk rasa, sudah menjadi cara yang dilakukan oleh rakyat untuk menuntut haknya, maupun saat terdapat suatu kebijakan yang dianggap tidak mensejahterakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammad Nazir dalam bukunya "Metode Penelitian", menyatakan bahwa. terus-menerus untuk memecahkan masalah.

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian, menyatakan bahwa. terus-menerus untuk memecahkan masalah. 34 BAB III METODE PENELITIAN Berbagai literature dalam metodologi penelitian menyatakan bahwa penelitian dilaksanakan dalam rangka memperoleh pemecahan terhadap masalah. Muhammad Nazir dalam bukunya "Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak

BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pemberitaan media massa di Indonesia meningkat dengan intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak munculnya Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat, orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komisi Pemberantasan Korupsi adalah komisi di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan dipelihara (Carey, 1999, h.243). Media massa memiliki kekuatan dalam membentuk persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Dalam bab sebelumnya penulis menguraikan bangunan konsep dan teori-teori yang relevan sebagai bahan rujukan berkaitan dengan topik penelitian. Selanjutnya dalam bab tiga ini, penulis

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Bertolak dari fokus kajian penelitian dan hasil analisis serta interpretasi peneliti,

BAB VI PENUTUP. Bertolak dari fokus kajian penelitian dan hasil analisis serta interpretasi peneliti, BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Bertolak dari fokus kajian penelitian dan hasil analisis serta interpretasi peneliti, mengenai bentuk marjinalisasi terhadap mahasiswa saat berunjuk rasa menolak kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris research. Research

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita

BAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita berbahasa atau berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam informasi. Hal itu berkaitan dengan semakin canggihnya industri media informasi dan komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan manusia bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan manusia bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa dan manusia bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Manusia selalu memerlukan bahasa di setiap geraknya, hampir dapat dipastikan semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara

Lebih terperinci

Mahkamah Kehormatan yang Semakin Tidak Terhormat

Mahkamah Kehormatan yang Semakin Tidak Terhormat Mahkamah Kehormatan yang Semakin Tidak Terhormat 26 November 2015 12:02:26 Setelah mempertontonkan perilakunya yang serba janggal dan jauh dari predikat terhormat yang disandang pada nama Mahkamah yang

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Bertolak dari rumusan persolan penelitian, hasil analisis dan hasil interpretasi data penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Proses

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi berikutnya. 1 Dakwah. ulama` sepakat bahwa hukum dakwah adalah wajib.

BAB I PENDAHULUAN. dan diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi berikutnya. 1 Dakwah. ulama` sepakat bahwa hukum dakwah adalah wajib. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan suatu aktifitas yang sangat penting dalam keseluruhan ajaran Islam. Dengan dakwah Islam dapat diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh manusia

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap sebuah isu atau peristiwa melalui berita atau opini yang diterbitkannya. Praktik pembingkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian yang khusus membahas tentang kajian mengenai penggunaan teori Roger

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian yang khusus membahas tentang kajian mengenai penggunaan teori Roger 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA H. Penelitian yang Relevan Penggunaan teori Roger Fowler, dkk. merupakan salah satu analisis wacana yang sangat menarik untuk diteliti. Dalam penelitian terdahulu tidak terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fenomena ini diawali ketika Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mulai menyusun dan mengumumkan nama-nama kabinet dengan nama Kabinet Kerja.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

EKSLUSI DAN INKLUSI PADA RUBRIK METROPOLITAN HARIAN KOMPAS: ANALISIS WACANA KRITIS BERDASARKAN SUDUT PANDANG THEO VAN LEEUWEN

EKSLUSI DAN INKLUSI PADA RUBRIK METROPOLITAN HARIAN KOMPAS: ANALISIS WACANA KRITIS BERDASARKAN SUDUT PANDANG THEO VAN LEEUWEN EKSLUSI DAN INKLUSI PADA RUBRIK METROPOLITAN HARIAN KOMPAS: ANALISIS WACANA KRITIS BERDASARKAN SUDUT PANDANG THEO VAN LEEUWEN Harry Andheska Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, 29111, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam suatu penelitian, seorang peneliti memerlukan suatu metode untuk dijadikan pijakan dalam mengerjakan penelitiannya tahap demi tahap. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci