BAB II KAJIAN PUSTAKA. judul Reputasi Pemerintah dalam Pemberitaan Ujian Nasional Berbasis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. judul Reputasi Pemerintah dalam Pemberitaan Ujian Nasional Berbasis"

Transkripsi

1 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian relevan bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari awal akan tetapi berasal dari acuan yang mendasarinya. Agar peneliti dapat membedakan penelitian dengan judul Reputasi Pemerintah dalam Pemberitaan Ujian Nasional Berbasis Komputer pada Surat Kabar Kedaulatan Rakyat (Analisis Wacana Kritis Roger Fowler) dengan penelitian sebelumnya, peneliti meninjau tiga hasil penelitian yang relevan. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Manggiasih (2015) yang berjudul Penggunaan Teori Roger Fowler dkk. pada Wacana Bertopik Kurikulum 2013 dalam Surat Kabar Harian Kompas Edisi Desember Penelitian tersebut membahas penggunaan teori Roger Fowler pada wacana bertopik kurikulum 2013 dalam surat kabar harian Kompas edisi Desember Data yang digunakan adalah wacana bertopik kurikulum Sumber data yang digunakan adalah surat kabar harian Kompas. Jenis penelitiannya menggunakan deskriptif kualitatif. Tahap penyediaan data menggunakan metode simak dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Dalam tahap analisis data menggunakan metode analisis wacana kritis. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama menggunakan teori analisis wacana kritis Roger Fowler. Letak perbedaannya pada sumber data yang digunakan. Penelitian sebelumnya menggunakan wacana kurikulum 2013, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan wacana pemberitaan UNBK. 9

2 10 Kedua, penelitian Hermaliza (2014) yang berjudul Pendayagunaan Kosakata dalam Wacana Kritik Politik Editorial Koran Tempo: Analisis Wacana Kritis. Penelitian tersebut membahas tentang penggunaan kosakata dalam wacana kritik politik dalam editorial koran Tempo. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut yakni wacana kritik politik editorial koran Tempo. Dalam tahap penyediaan data menggunakan teknik dokumentasi dengan mengumpulkan koran Tempo selama satu bulan yang difokuskan pada editorial dalam setiap terbitan. Kemudian diidentifikasi dengan mencatat sejumlah kosakata yang meliputi kosakata pembentuk klasifikasi, pembatas pandangan, pemicu pertentangan, dan pembentuk marjinalisasi mengacu pada teori Fowler dkk. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama menggunakan analisis wacana kritis Roger Fowler. Letak perbedaannya pada sumber data yang digunakan. Ketiga, penelitian Priyono, dkk. (2016) yang berjudul Analisis Sentimen Media Sosial Opini Ujian Nasional Berbasis Komputer menggunakan Metoda Naive Bayes. Penelitian tersebut membahas mengenai analisis sentimen opini ujian nasional berbasis komputer. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah kalimat opini ujian nasional berbasis komputer dalam media sosial twitter. Analisis data menggunakan metode klasifikasi sentimen. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada objek kajian, pada penelitian ini menggunakan pemberitaan tentang UNBK sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan opini tentang UNBK. Letak perbedaannya pada teori yang digunakan, penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan analisis sentimen.

3 11 B. Reputasi 1. Pengertian Reputasi Reputasi secara umum sering diartikan dengan nama baik yang perlu dibangun dan dipelihara, dalam keadaan buruk maupun dalam keadaan baik (Majidi, 2012: 269). Reputasi dimulai dari identitas korporat sebagai titik pertama yang tercermin melalui nama perusahaan (logo) dan tampilan lain, misal dari laporan tahunan, brosur, kemasan produk, interior kantor, seragam karyawan, iklan, pemberitaan media, materi tertulis, dan audio-visual (Fombrun dalam Ardianto, 2012: 25). Fombrun (dalam Retno, 2015: 9) mendefinisikan reputasi sebagai the sum of the images the various constituencies have an organization. Sepaham dengan itu Doorley & Garcia (dalam Retno, 2015: 9) mengembangkan bahwa reputasi merupakan kumpulan sejumlah citra yang terbentuk dari kinerja, perilaku, dan komunikasi. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk membentuk persepsi terhadap kebijakan yang telah dibuat dan mengembangkan strategi untuk mengelolanya. Hal itu dikarenakan reputasi juga berkaitan dengan kinerja organisasi. Kinerja, perilaku, dan komunikasi yang merupakan komponen penting dari reputasi karena reputasi adalah kumpulan sejumlah citra yang merupakan akumulasi dari kinerja, perilaku, dan komunikasi (Doorley & Garcia dalam Retno, 2015: 17). Oleh karena itu, reputasi merupakan persepsi pembaca mengenai kemampuan perusahaan/institusi dalam memberikan pelayanan terbaik, penilaian kebijakan yang diterapkan, dan prospek masa depan yang dapat meningkatkan kualitas perusahaan/isntitusi tersebut yang menunjukkan adanya penilaian positif dan negatif.

4 12 2. Bentuk Reputasi Sebuah reputasi mempresentasikan pengaruh atau reaksi emosional murni dari pelanggan, investor, dan masyarakat umum terhadap organisasi, pada keadaan baik atau buruk, kuat atau lemah (Formbrun dalam Retno, 2015: 16). Reputasi menjadi baik atau buruk, kuat atau lemah tergantung pada kualitas pemikiran strategi dan komitmen manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan adanya keterampilan serta energi dengan segala komponen program yang akan direalisasikan dan dikomunikasikan (Morley dalam Ardianto, 2012: 30). Mengacu pada pengertian di atas, maka bila sebuah pemerintahan yang mengeluarkan berbagai kebijakannya menghasilkan reputasi yang bagus maka dukungan rakyat terhadap pemerintahan itu akan terus meningkat. Banyaknya kebijakan pemerintah yang disampaikan menimbulkan reputasi yang buruk karena ada strategi komunikasi atau public relations-nya tidak tepat, juga pemilihan komunikator atau media komunikasinya tidak tepat. Menurut Brown dkk (Walker dalam Retno, 2015: 17) sejumlah kemungkinan dari penilaian reputasi harus disadari bahwa hasil dapat menunjukkan positif atau negatif. C. Wacana Istilah wacana sekarang ini dipakai sebagai terjemahan dari kata bahasa Inggris discourse (Sobur, 2009: 9). Kata wacana banyak digunakan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan mulai dari ilmu bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, dan sebagainya. Akan tetapi, secara spesifik definisi wacana sangat beragam. Menurut Roger Fowler (dalam Eriyanto, 2011:2) wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai,

5 13 dan kategori yang termasuk di dalam kepercayaan di sini ialah pandangan dunia, sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman. Berbeda halnya Jorgensen dan Phillips (2007: 1) yang menyatakan bahwa penggunaan kata wacana didasari atas gagasan umum bahwa bahasa ditata menurut pola-pola berbeda yang diikuti oleh ujaran para pengguna bahasa ketika mereka mengambil bagian dalam domain-domain kehidupan sosial yang berbeda. Selanjutnya menurut Chaer (2011: 29) wacana merupakan satuan bahasa tertinggi dan terlengkap. Satuan bahasa terlengkap artinya secara semantik sudah mengandung satu konsep yang lengkap sehingga orang tidak akan bertanya karena sudah tidak ada kekurangannya kalau dilihat dari segi semantik. Oleh karena itu, wacana merupakan satuan bahasa tertinggi yang mengandung pola-pola tertentu yang merupakan bagian dari domain kehidupan masyarakat yang lengkap. Wacana adalah suatu konsep yang dimuat dalam bentuk bahasa, baik itu lisan atau tertulis atau dengan sistem tanda lainnya. Dalam wacana juga banyak memuat bagian dari sistem pendidikan. Misal dalam lembaga-lembaga ada hubungan kekuasaan atau pengetahuan dan wacana didominasi oleh sistem yang didirikan (McLaren dalam Perveen, 244). Sedangkan menurut Durna dan Kubilay (dalam Töngűr, 1633) wacana merupakan istilah kunci dari pendekatan kelembagaan yang menunjukkan adanya hubungan kekuasaan dalam masyarakat dimana bahasa sebagai realitas sosial yang selalu berubah dalam masyarakat. Selain itu, wacana dapat didefinisikan sebagai bahasa ideologi yang berkuasa di media, dimana media menggunakan bahasa untuk menjaga kekuasaan. Bahasa juga tidak selalu bekerja dengan jelas dalam teks, tetapi terkadang digunakan

6 14 dalam bentuk tersembunyi (Töngűr, 1633). Berdasarkan definisi wacana di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan bahasa tertinggi, terlengkap, dan terbesar di atas klausa dan kalimat yang memiliki pola-pola tertentu yang dimuat dalam bentuk tuturan dan tulisan sebagai bentuk praktik sosial. D. Analisis Wacana Kritis 1. Pengertian Analisis Wacana Kritis Analisis wacana merupakan suatu ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam sebuah komunikasi. Darma (2009: 49-50) menegaskan bahwa analisis wacana kritis merupakan suatu upaya atau proses penguraian untuk memberikan penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang akan dikaji dan mempunyai tujuan tertentu. Selanjutnya, menurut Jorgensen dan Phillips (2007: 120), analisis wacana kritis bersifat kritis maksudnya adalah bahwa analisis ini bertujuan mengungkap peran praktik kewacanaan dalam upaya melestarikan dunia sosial, termasuk hubunganhubungan sosial yang melibatkan hubungan kekuasaan yang tak sepadan. Oleh sebab itu, analisis wacana kritis tidak bisa dianggap sebagai pendekatan yang secara politik netral namun sebagai pendekatan kritis yang secara politik ditujukan bagi timbulnya perubahan sosial. Sementara itu, Eriyanto (2012: 7) menjelaskan bahwa analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis wacana kritis merupakan upaya pengungkapan maksud tersembunyi dalam sebuah teks yang melibatkan hubungan kekuasaan sebagai praktik sosial.

7 15 2. Pandangan Analisis Wacana Pandangan analisis wacana terhadap bahasa, menurut Hikam (dalam Badara, 2012:19) ada tiga pandangan yakni pandangan positivisme-empiris, pandangan konstruktivisme, dan pandangan kritis. Sama halnya yang dikemukakan Darma (2009:17) berdasarkan pendapat Hikam bahwa ada tiga pandangan mengenai analisis wacana, yaitu pandangan menurut kaum positivisme-empiris, pandangan konstruktivisme, dan pandangan kritis. Begitu pula menurut Eriyanto (2011:4) yang menyebutkan bahwa ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana menurut Hikam. Pertama, pandangan positivisme-empiris, aliran ini memandang bahasa sebagai jembatan antara manusia dan objek di luar dirinya. Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Wacana yang baik menurut pandangan ini adalah wacana yang didalamnya mengandung kohesi dan koherensi. Kedua, pandangan konstruktivisme, pandangan ini memandang bahasa tidak hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objek belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan, tetapi subjek sebagian faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Ketiga, pandangan kritis, bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, maupun strategi-strategi didalamnya. Analisis wacana termasuk dalam kategori paradigma kritis. Karena memakai perspektif kritis, analisis wacama kategori yang ketiga itu juga disebut sebagai analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis/CDA) yaitu dimaksudkan untuk membongkar maksud dan makna tertentu.

8 16 3. Karakteristik Analisis Wacana Kritis Dalam analisis wacana kritis, bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks berarti bahasa dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. Praktik wacana juga bisa jadi menampilkan efek ideologi: dapat memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial kelompok mayoritas dan minoritas. Berikut ini disajikan karakteristik analisis wacana (Eriyanto, 2011: 7-13). Adapun Darma (2009:61) menyebutkan lima karakteristik AWK yaitu tindakan, konteks, historis, kekuasaan, dan ideologi. Sama halnya dengan Badara (2012: 28) juga menyajikan karakteristik dari analisis wacana yang disarikan oleh Eriyanto dari tulisan Van Dijk, Fairclough, dan Wodak. Berikut disajikan karakteristik analisis wacana kritis yang dikutip dari buku Eriyanto (2012:7). 1. Tindakan Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action) dalam bentuk interaksi. Seseorang berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Pemahaman seperti ini, memunculkan konsekuensi yang pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan. Di sini seseorang berbicara atau menulis mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, dan terkontrol bukan sesuatu diluar kendali atau diekspresikan diluar kesadaran (Eriyanto, 2012:8).

9 17 2. Konteks Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana dalam hal ini dipandang, diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi (Eriyanto, 2012:8). 3. Historis Salah satu aspek penting untuk memahami sebuah teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu. Artinya, wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya (Eriyanto, 2012: 10). 4. Kekuasaan Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. Analisis wacana kritis tidak hanya membatasi diri pada detail teks atau struktur wacana saja, juga kondisi sosial, politik, dan budaya tertentu. Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk melihat apa yang disebut dengan kontrol. Seorang individu atau kelompok mengontrol orang atau kelompok lain melalui wacana (Eriyanto, 2012: 11). 5. Ideologi Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium mana suatu kelompok yang dominan mengkomunikasikan kepada khalayak

10 18 tentang produksi kekuasaan dan dominan yang mereka miliki. Peranan wacana dalam kerangka ideologi dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok bertindak dalam situasi yang lama, dapat menghubungkan masalah mereka dan memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dalam kelompok. Oleh karena itu, analisis wacana tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tetapi harus melihat konteks terutama bagaimana ideologi dan kelompok-kelompok yang ada tersebut berperan dalam membentuk wacana (Eriyanto, 2012: 13). E. Analisis Wacana Kritis Roger Fowler Dalam membangun model analisisnya, Roger Fowler mendasarkan pada penjelasan Halliday mengenai struktur dan fungsi bahasa. Fungsi dan struktur bahasa ini menjadi dasar struktur tata bahasa, dimana tata bahasa itu menyediakan alat untuk dikomunikasikan kepada khalayak (Eriyanto, 2011: 133). Model analisis Roger Fowler menggunakan kosakata dan tata bahasa dalam membentuk pandangan publik. Penggunaan kosakata meliputi pembentuk klasifikasi, membatasi pandangan, pertarungan wacana, dan marjinalisasi. Untuk penggunaan tata bahasa meliputi efek kalimat pasif dan efek nominalisasi Berikut penjelasan mengenai pembatasan penggunaan kosakata dan tata bahasa menurut teori analisis wacana kritis Roger Fowler. 1. Kosakata Kosakata yang digunakan dalam model analisis ini melihat bahwa peristiwa yang sama dapat dibahasakan dengan bahasa yang berbeda. Misal, kata

11 19 perkosaan dapat dikatakan sebagai memperkosa, meniduri, menggagahi, memperawani, dan sebagainya (Eriyanto, 2011: 134). Kata-kata yang berbeda tersebut tidaklah dipandang semata secara teknis, tetapi sebagai suatu praktik ideologi tertentu. Bahasa yang berbeda tersebut akan menghasilkan realitas yang berbeda pula ketika diterima oleh khalayak. Bahasa menyediakan alat bagaimana realitas itu harus dipahami oleh khalayak (Badara: 2012:54). Di sini, Roger Fowler melihat bahasa sebagai sistem klasifikasi. Arti penting klasifikasi ini dapat dilihat dari bagaimana sebuah peristiwa yang sama dapat dengan bahasa yang berbeda. Menurut Roger Fowler penggunaan kosakata terbagi atas kosakata pembentuk klasifikasi, kosakata pembatas pandangan, kosakata pemicu pertentangan, dan kosakata marjinalisasi. a. Kosakata Pembentuk Klasifikasi Bahasa pada dasarnya selalu menyediakan klasifikasi. Klasifikasi terjadi karena realitas begitu kompleks sehingga kemudian dibuat penyederhanaan dan abstraksi dari suatu realitas tersebut. Realitas tersebut bukan hanya bisa dikenali, pada akhirnya juga berusaha dibedakan dengan yang lain. Klasifikasi menyediakan arena untuk mengontrol informasi dan pengalaman. Misal, dalam tindakan pasukan interfet ketika berasa di Timor Timur yang dicurigai sebagai milisi. Tindakan itu dapat dikatakan sebagai intervensi (campur tangan pihak asing dalam menangani kerusuhan di Indonesia) (Eriyanto, 2011:135). Dari pemilihan kosakata klasifikasi tertentu pula dapat dilihat bahwa sebuah realitas mampu dikonstruksikan oleh media, dari sinilah klasifikasi kata-kata tertentu berperan dalam menggiring pembaca kesuatu realitas yang ingin

12 dikonstruksikan media cetak. Misal dalam kutipan berikut yang dapat menunjukkan adanya kosakata pembentuk klasifikasi. (3) Perseteruan antara Polri dan KPK diperkirakan akan makin seru (Prawira, dkk., 2015) Kalimat (3) dalam pemberitaan perseteruan antara KPK dan Polri terdapat kosakata pembentuk klasifikasi yakni kosakata seru. Penggunaan kosakata seru ini sengaja ditampilkan karena kosakata tersebut mampu menggiring pembaca ke dalam realitas tertentu. Dalam hal ini pembaca sengaja diarahkan pada ideologi-ideologi tertentu yang sengaja atau tidak diarahkan oleh penulis berita. Menurut KBBI (2014: 484) pengertian kosakata seru ini adalah sengit. Dengan menggunakan kosakata ini pembaca akan memikirkan bahwa perseteruan KPK dan Polri ini seperti pada suatu kompetisi yaitu akan ada yang menang dan ada yang kalah (Prawira, dkk., 2015). 20 b. Kosakata Pembatas Pandangan Menurut Fowler, pada dasarnya bahasa bersifat membatasi yakni membatasi dalam berpikir untuk memahami bahasa tersebut bukan yang lain. Klasifikasi menyediakan arena untuk mengontrol informasi dan pengalaman. Kosakata berpengaruh terhadap bagaimana kita memahami dan memaknai suatu peristiwa. Hal ini karena khalayak tidak mengalami atau mengikuti suatu peristiwa secara langsung, oleh karena itu, ketika membaca suatu kosakata tertentu akan dihubungkan dengan realitas tertentu. Untuk melihat bagaimana kosakata mempengaruhi pandangan (Eriyanto, 2011: 137). (4) Jika dilogika, seorang bawahan tidak mungkin membebaskan lahan seluas itu, sindirnya. (Chandradewi, dkk., 2014)

13 21 Kalimat (4) kosakata sindir memiliki arti celaan dan ejekan (KBBI, 2014: 493). Penggunaan keterangan sindirnya yang dicetak miring ini dipilih oleh media dengan tujuan membentuk pemikiran pembaca bahwa narasumber dalam pemberitaan ini terlihat menyindir, mencela, atau mengejek pihak lain. Oleh karena itu, media cetak memiliki kemampuan untuk mengonstruksikan kembali realitas yang terjadi melalui penggunaan kata-katanya (Chandradewi, 2014). c. Kosakata Pemicu Pertentangan Kosakata harus dipahami dalam konteks pertarungan wacana. Dalam pemberitaan, setiap pihak mempunyai versi atau pendapat sendiri-sendiri atas suatu masalah. Mereka mempunyai klaim kebenaran, dasar pembenar dan penjelas mengenai suatu masalah. Mereka bukan hanya mempunyai versi yang berbeda, tetapi juga berusaha agar versinya yang dianggap paling benar dan lebih menentukan dalam mempengaruhi opini publik. Dalam upaya memenangkan penerimaan publik tersebut, masing-masing pihak menggunakan kosakata sendiri dan berusaha memaksakan agar kosakata itulah yang lebih diterima oleh publik (Eriyanto, 2011: ). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kosakata pemicu pertentangan adalah kosakata yang digunakan dalam memenangkan opini publik dimana masing-masing pihak mempunyai pendapat yang berbeda yang menimbulkan adanya pertarungan dalam wacana yang ditulis. Prawira, dkk (2015) menyebutkan contoh kosakata pemicu pertentangan sebagai berikut. (5) Pertanyaan saya komisioner KPK hari ini ada berapa? empat orang. Dalam konstruksi UU jelas-jelas menurut kita yang kita ketahui,

14 kurang satu saja maka itu cacat demi hukum dan batal. Karena penetapan tersangka Komjen Pol. Kita baca UU KPK diatur bahwa komisioner KPK ada lima orang. Budi Gunawan harus dibatalkan karena cacat hukum paparnya (Prawira, dkk.). (6) Saya tidak menyalahkan wewenang. Semua itu sudah sesuai SOP dari KPK, dan tidak ada yang dilanggar. Tegas Abraham (Prawira, dkk.) Dari pemberitaan tersebut pihak yang paling sering memaparkan wacananya adalah dari pihak Polri, karena dalam pemberitaan tersebut hanyalah terlihat jelas dominasi dari pihak Polri. Dalam hal ini kutipan pemberitaan tersebut sengaja dipilih karena kedua belah pihak saling beradu pendapat dan saling beradu kebenaran terhadap perseteruan yang mereka alami. Pemilihan kosakata pertarungan wacana pada pemberitaan ini dipilih karena kedua belah pihak yang saling berseteru beradu pendapat mengenai kasus yang mereka alami (Prawira, dkk, 2015) 22 d. Kosakata Marjinalisasi Argumen dasar dari Roger Fowler adalah pilihan linguistik tertentu yakni kata, kalimat, proposisi yang membawa nilai ideologis tertentu. Kata dipandang bukan sebagai sesuatu yang netral, tetapi membawa implikasi ideologis tertentu. Di sini pemakaian kata, kalimat, susunan, dan bentuk kalimat tertentu tidak dipandang semata sebagai persoalan teknis tata bahasa atau linguistik, tetapi ekspresi dari ideologi. Maksudnya upaya untuk membentuk pendapat umum, membenarkan pihak sendiri dan mengucilkan pihak lain (Eriyanto, 2011: 149). Suatu kosakata dapat juga berperan membentuk pendapat umum atau berusaha mengucilkan suatu pihak dalam

15 pemberitaan. Hal ini dikarenakan pemilihan kosakata tertentu dapat membentuk atau membawa ideologi tertentu. Sobur (2009: 31) mengatakan bahwa media mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik antara lain karena media dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang direpresentasikan. (7) Dituding lobi PDIP jadi cawapres, Ketua KPK nyatakan fitnah. Itu diketahui dari mulut ketua KPK Abraham Samad ketika dirinya hendakmenyampaikan bahwa tidak dipilih mendampingi Jokowi (Prawira, dkk., 2015) Pada kutipan (7) secara tidak langsung menggambarkan sikap dari Abraham Samad, karena di dalam kutipan berita tersebut mengarahkan pada sikap dari Abraham Samad yang ingin mencalonkan diri menjadi wakil presiden. Di mana dalam pemberitaan tersebut, pembaca sengaja diarahkan pada kesalahan yang dibuat oleh Ketua KPK tersebut. Pemilihan kosakata tersebut sengaja dilakukan oleh media untuk memojokan ketua KPK yang secara tidak langsung mengacu pada sikap dari pihak lain yang sedikit geram dengan hal yang dilakukan oleh Abraham Samad (Prawira, dkk., 2015) Tata Bahasa Roger Fowler (dalam Eriyanto, 2011: 152) memandang bahasa sebagai satu set kategori dan proses. Kategori yang penting disebut sebagai model yang menggambarkan hubungan antara objek dengan peristiwa. Aspek tata bahasa menurut teori Roger Fowler dibagi menjadi dua yaitu efek kalimat pasif dan efek nominalisasi.

16 24 a. Efek Kalimat Pasif Tata bahasa bukan hanya berhubungan dengan persoalan teknis kebahasaan, ia juga bukan hanya melulu persoalan cara menulis, karena bentuk kalimat menentukan makna yang dihasilkan oleh susunan kaliat tersebut. Menurut Fowler (dalam Eriyanto, 2011: 160) dengan mengubah susunan kalimat ke dalam bentuk pasif bukan hanya persoalan enak dibaca atau dipahami tetapi merupakan manipulasi sintaksis. Hal ini karena dengan mengubah kalimat menjadi pasif, seseorang (agen/pelaku) bukan hanya disembunyikan tetapi juga dapat dihilangkan dalam pemberitaan. Dengan begitu pelaku dalam pemberitaan tidak lagi menajdi fokus pemberitaan. (8) Permohonan praperadilan yang diajukan Budi dinilai juga prematur (Prawira, dkk., 2015) Penggunaan bentuk pasif pada kalimat (8) secara tidak langsung mengarahkan fokus pemberitaan permohonan praperadilan yang diajukan Budi Gunawan. Oleh karena itu, yang menjadi target dalam pemberitaan ini adalah Budi Gunawan karena telah melakukan praperadilan yang dianggap oleh KPK itu prematur. Pemasifan pada kutipan data di atas dilakukan dengan tujuan untuk menekankan sasaran pelaku atau tindakan. Dengan begitu kalimat (8) dapat dilihat bahwa Kompas berpihak pada KPK dengan cara memfokuskan pemberitaan pada permohonan praperadilan Budi Gunawan (Prawira, dkk., 2015) b. Efek Nominalisasi Penghilangan pelaku, selain lewat bentuk kalimat pasif, dapat juga dilakukan melalui nominalisasi. Nominalisasi bisa menghilangkan subjek

17 25 karena dalam bentuk nominal bukan lagi kegiatan/tindakan yang ditekankan tetapi suatu peristiwa. Dalam kalimat yang menunjukkan kegiatan, membutuhkan subjek, tidak demikian halnya dengan peristiwa. Peristiwa pada hakikatnya tidak membutuhkan subjek. Kata seperti pembunuhan, perkosaan, perceraian, semua kata tersebut hanya menunjuk pada adanya suatu peristiwa, yang tidak harus menunjuk pada realitas acuan yang konkret baik pelaku, korban, tempat, dan waktu (Eriyanto, 2011: 162). (9) Pakai dana tanpa konsultasi. (Chandradewi, dkk., 2014) Media cetak menggunakan bentuk kalimat (9) dengan tujuan menyembunyikan subjek dan objek dalam pemberitaan. Bentuk ini sekaligus mengarahkan titik perhatian pembaca pada peristiwa (Chandradewi, 2014). F. Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) Ujian Nasional Berbasis Komputer yang selanjutnya disebut UNBK adalah ujian yang menggunakan komputer sebagai media untuk menampilkansoal dan proses menjawabnya (BSNP, 2017: 8). Pelaksanaan UN tahun 2016/2017 menggunakan moda Ujian Nasional Berbasis Komputer. Perluasan pelaksanaan UNBK dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, mutu, reliabilitas, kredibilitas, dan integritas ujian. Satuan pendidikan yang ditetapkan sebagai pelaksana UNBK tidak melaksanakan UNKP, kecuali ada peserta UN yang memerlukan pengaturan khusus sebagaimana diatur pada BAB XIV (BSNP, 2017: 34). Penyelenggaraan UNBK pertama kali dilaksanakan pada tahun 2014 secara online dan terbatas di SMP Indonesia Singapura dan SMP Indonesia Kuala Lumpur (SIKL). Hasil penyelenggaraan UNBK pada kedua sekolah tersebut cukup menggembirakan dan

18 26 semakin mendorong untuk meningkatkan literasi siswa terhadap teknologi. Selanjutnya secara bertahap pada tahun 2015 dilaksanakan rintisan UNBK dengan mengikutsertakan sebanyak 556 sekolah yang terdiri dari 42 SMP/MTs, 135 SMA/MA, dan 379 SMK di 29 provinsi dan Luar Negeri. Pada tahun 2016 dilaksanakan UNBK dengan mengikutsertakan sebanyak 4328 sekolah yang terdiri dari 984 SMP/MTs, 1298 SMA/MA, dan 2100 SMK.Penyelenggaraan UNBK saat ini menggunakan sistem semi-online yaitu soal dikirim dari server pusat secara online melalui jaringan (sinkronisasi) ke server lokal (sekolah), kemudian ujian siswa dilayani oleh server lokal (sekolah) secara offline. Selanjutnya hasil ujian dikirim kembali dari server lokal (sekolah) ke server pusat secara online (upload) (Kemendikbud, 2017: G. Surat Kabar Menurut Depdiknas (2001: 1109) surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas bertuliskan berita-berita dan sebagainya; koran. Selanjutnya menurut Badara (2012: 21) surat kabar merupakan alat atau media cetak yang mempunyai peranan sebagai penghubung batiniah dan santapan rohaniah sebagai bekal pengetahuan manusia. Surat kabar merupakan salah satu ragam media cetak yang populer dalam dunia jurnalistik. Sementara itu, Trianton (2016: 86) menjelaskan bahwa koran juga disebut Surat Kabar Harian (SKH) yaitu jenis media cetak yang terbit setiap hari, kecuali hari-hari tertentu seperti pada hari libur nasional. Dengan demikian surat kabar merupakan lembaran-lembaran yang tercetak pada sebuah kertas yang berisi informasi umum, terkini, dan aktual sebagai laporan peristiwa mengenai apa saja yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara

19 27 periodik. Tujuannya ingin menyampaikan informasi atau berita kepada pembaca yang aktual, terkini, dan akurat. Berita yang disampaikan dalam surat kabar harian adalah informasi terkini (aktual) yang ditulis dalam bentuk berita cepat (straight news) atau berita yang ditulis apa adanya (hard news). Surat kabar biasanya ditujukan sebagai kegiatan komersil dari penerbit yang bersangkutan. Tulisan-tulisan yang terdapat dalam sebuah surat kabar dihasilkan oleh para penulis berita. surat kabar dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya berita untuk industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau partisipan kegiatan tertentu. Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari kecuali pada hari-hari libur nasional. Selain itu, juga ada surat kabar yang diterbitkan setiap satu minggu sekali atau surat kabar mingguan. Biasanya surat kabar mingguan dari segi isi lebih bersifat hiburan dan biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat kabar harian. H. Peta Konsep Penggunaan bahasa dapat dijumpai pada wacana yang terdapat dalam surat kabar. Surat kabar yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah surat kabar Kedaulatan Rakyat yang menyajikan pemberitaan Ujian Nasional Berbasis Komputer. Penelitian dengan objek wacana pemberitaan Ujian Nasional Berbasis Komputer pada surat kabar Kedaulatan Rakyat ini meneliti reputasi pemerintah dalam pemberitaan berdasarkan penggunaan kosakata dan tata bahasa dengan mendasarkan pada analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis yang menggunakan kosakata dan tata bahasa sebagai kajian analisis dapat ditemukan

20 28 dalam model analisis Roger Fowler. Fowler membagi kajian analisis berdasarkan penggunaan kosakata dan tata bahasa. Penggunaan kosakata terbagi menjadi empat yaitu kosakata pembentuk klasifikasi, kosakata pembatas pandangan, kosakata pemicu pertentangan, dan kosakata marjinalisasi. Kemudian untuk penggunaan tata bahasa terbagi menjadi dua yaitu adanya efek kalimat pasif dan efek nominalisasi. Dari penggunaan kosakata dan tata bahasa itulah yang nantinya membentuk pandangan mengenai reputasi pemerintah dalam pemberitaan Ujian Nasional Berbasis Komputer. Reputasi pemerintah ini terbagi atas positif dan negatif. Untuk mempermudah dilakukannya analisis data, maka dibuatlah peta konsep yang tujuannya untuk mempermudah penelitian ini. Peta konsep dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.

21 29 Reputasi Pemerintah dalam Pemberitaan Ujian Nasional Berbasis Komputer pada Surat Kabar Kedaulatan Rakyat (Analisis Wacana Kritis Roger Fowler) Wacana Pemberitaan UNBK Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Edisi Januari-Maret 2017 Analisis Wacana Kritis Analisis Wacana Kritis Roger Fowler Kosakata Tata Bahasa 1. Pembentuk Klasifikasi 2. Pembatas Pandangan 3. Pemicu Pertentangan 4. Marginalisasi 1. Efek kalimat pasif 2. Efek nominalisasi Reputasi Pemerintah Reputasi Positif Reputasi Negatif

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik (Sobur, 2009: 30). Dalam hal ini, media digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ungkapan seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai macam informasi. Media massa sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita

BAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita berbahasa atau berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan paradigma kritis. Perspektif kritis ini bertolak dari asumsi umum bahwa realitas kehidupan bukanlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian yang khusus membahas tentang kajian mengenai penggunaan teori Roger

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian yang khusus membahas tentang kajian mengenai penggunaan teori Roger 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA H. Penelitian yang Relevan Penggunaan teori Roger Fowler, dkk. merupakan salah satu analisis wacana yang sangat menarik untuk diteliti. Dalam penelitian terdahulu tidak terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan analisis wacana kritis. Pendekatan analisis wacana kritis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

Ahyad. Fakultas Komunikasi Universitas Gunadarma Kata Kunci: wacana kritis, iklan, makna

Ahyad. Fakultas Komunikasi Universitas Gunadarma Kata Kunci: wacana kritis, iklan, makna ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP PERSAINGANIKLAN SELULER Studi Kasus Iklan XL versus AS ABSTRAK Tujuan penelitian ini cidalah mencari makna teks dan konteks dalam media televisi terhadap kondisi sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita olahraga merupakan salah satu berita yang sering dihadirkan oleh media untuk menarik jumlah pembaca. Salah satu berita olahraga yang paling diminati masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS PEMBERITAAN PERSETERUAN ANTARA POLRI DENGAN KPK PADA HARIAN BALI POST DAN KOMPAS

ANALISIS WACANA KRITIS PEMBERITAAN PERSETERUAN ANTARA POLRI DENGAN KPK PADA HARIAN BALI POST DAN KOMPAS ANALISIS WACANA KRITIS PEMBERITAAN PERSETERUAN ANTARA POLRI DENGAN KPK PADA HARIAN BALI POST DAN KOMPAS Ida Bagus Herry Yudha Prawira 1, I Wayan Rasna 2, I Wayan Wendra 3 Jurusan Pendidikan Bahasan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUA A. Latar Belakang Penelitian Bayu Hendrawan, 2014

BAB I PENDAHULUA A. Latar Belakang Penelitian Bayu Hendrawan, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masyarakat saat ini semakin mengerti dengankemajuan sebuah ilmu pengetahuan. Seiring berjalannya waktu, informasi yang diperoleh semakin mudah. Hal tersebut

Lebih terperinci

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Modul ke: ANALISIS WACANA KRITIS Mengungkap realitas yang dibingkai media, pendekatan analisis kritis, dan model analisis kritis Fakultas 11Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam menyelesaikan persoalan penelitian dibutuhkan metode sebagai proses yang harus ditempuh oleh peneliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 95 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Data penelitian ini dikumpulkan dari program tayangan berita di MetroTV dan tvone berkaitan dengan luapan lumpur di Sidoarjo. Peneliti juga melakukan pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah maka diperlukan metode yang sesuai dengan objek penelitian. Karena metode berfungsi sebagai acuan dalam mengerjakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi tentang suatu fenomena atau deskripsi sejumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah teks berita pelecehan seksual yang dimuat di tabloidnova.com yang tayang dari bulan Januari hingga September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pascaruntuhnya runtuhnya kekuasaan orde baru terjaminnya kebebasan pers telah menjadi ruang tersendiri bagi rakyat untuk menggelorakan aspirasi dan kegelisahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penggunaan bahasa yang menarik perhatian pembaca maupun peneliti adalah penggunaan bahasa dalam surat kabar. Kolom dan rubrik-rubrik dalam surat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita merupakan tugas pokok wartawan, kemudian menyusunnya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari manusia pasti melakukan komunikasi, baik dengan antar individu, maupun kelompok. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah hanya melaporkan

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta pikiran. Bahasa memiliki fungsi sebagai identitas nasional, karena di Indonesia terdapat beribu-ribu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalin interaksi dengan orang lain, manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, dijelaskan desain penelitian yang digunakan dalam tesis ini. Desain yang dimaksud berkenaan dengan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan hal-hal paling penting sehingga penelitian ini layak dilaksanakan, yakni latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hal tersebut didasari oleh penggunaan data bahasa berupa teks di media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris research. Research

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun bentuk penelitiannya adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa

Lebih terperinci

Oleh: Putri Budi Winarti 1 ABSTRAK

Oleh: Putri Budi Winarti 1 ABSTRAK 1 REPRESENTASI INTERTEKSTUAL (KUTIPAN LANGSUNG DAN KUTIPAN TIDAK LANGSUNG) DAN TEKSTUAL (KETRANSITIFAN) DALAM WACANA BERITA BOM BUNUH DIRI DI GEREJA BETHEL INJIL SEPENUH KEPUNTON, SOLO Oleh: Putri Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat. Hal ini menyebabkan kemudahan pemerolehan informasi secara cepat dan efisien. Perkembangan tersebut menjangkau dunia

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS BERITA SOSIAL DAN POLITIK SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT

ANALISIS WACANA KRITIS BERITA SOSIAL DAN POLITIK SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT ANALISIS WACANA KRITIS BERITA SOSIAL DAN POLITIK SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dengan upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Berdasarkan paparan latar belakang yang peneliti sampaikan, maka jenis penelitian ini lebih cocok dengan penelitian kualitatif. Menurut Raco

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammad Nazir dalam bukunya "Metode Penelitian", menyatakan bahwa. terus-menerus untuk memecahkan masalah.

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian, menyatakan bahwa. terus-menerus untuk memecahkan masalah. 34 BAB III METODE PENELITIAN Berbagai literature dalam metodologi penelitian menyatakan bahwa penelitian dilaksanakan dalam rangka memperoleh pemecahan terhadap masalah. Muhammad Nazir dalam bukunya "Metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam informasi. Hal itu berkaitan dengan semakin canggihnya industri media informasi dan komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki fokus penelitian yang kompleks dan luas. Ia bermaksud memberi makna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa telah berfungsi sebagai alat propaganda paling efektif, di samping dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari penetapan status tersangka calon tunggal Kapolri Budi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Dengan bahasa itu, orang dapat menyampaikan berbagai berita batin, pikiran, dan harapan kepada sesama

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan hasil penelitian struktur teks van Dijk.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan hasil penelitian struktur teks van Dijk. 233 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menyajikan beberapa simpulan dari hasil analisis atau hasil penelitian. Selain itu, peneliti juga menyampaikan beberapa saran berkaitan dengan hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik lima tahunan bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan dalam proses Pemilu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

AMIN MUHTADI A

AMIN MUHTADI A REFERENSI DAN IMPLIKATUR DALAM KOLOM SMS PEMBACA LIPUTAN KHUSUS THOMAS UBER PADA HARIAN TEMPO BULAN MEI 2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Bagan 3.1 Desain Penelitian 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti mencoba mengilustrasikan desain penelitian dalam menganalisis wacana pemberitaan Partai Demokrat dalam Media Indonesia. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metode riset berasal dari Bahasa Inggris. Metode berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara. Kata penelitian merupakan terjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat bagi manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaannya. Alwasilah (2014, hlm.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa, baik itu media massa cetak, elektronik, atau baru-baru ini media massa online (internet) telah menjadi salah satu konsumsi wajib bagi masyarakat. Informasi

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kritis secara ontologi berpandangan bahwa realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dan informasi berkembang pesat di era global. Imbasnya,

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dan informasi berkembang pesat di era global. Imbasnya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Teknologi dan informasi berkembang pesat di era global. Imbasnya, komunikasi menjadi demikian penting bagi kehidupan masyarakat. Salah satu ciri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi dan dipengaruhi

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum dalam pendidikan di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Tentunya perkembangan ini terjadi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, bahkan perbaikan

Lebih terperinci