BAB I PENDAHULUAN. Teknologi nuklir dipercaya sebagai teknologi yang memecahkan teka-teki

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Teknologi nuklir dipercaya sebagai teknologi yang memecahkan teka-teki"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi nuklir dipercaya sebagai teknologi yang memecahkan teka-teki tentang krisis energi. Ilmu pengetahuan yang berkembang terkait nuklir dipercaya dapat membangkitkan tenaga yang berlimpah, murah, dan bersih yang dapat membebaskan ketergantungan terhadap beberapa jenis sumber energi seperti bahan bakar fosil, batu bara, gas dan minyak yang menjadi sumber yang terbatas dan suatu saat nanti pasti akan habis. Pada 16 September 1954, Lewis Strauss, Ketua Energi Atom Amerika Serikat,di hadapan sebuah pertemuan para penulis ilmu pengetahuan alam di New York, mendeklarasikan bahwa generasi yang akan datang dapat menikmati listrik yang dapat dikatakan terlalu murah untuk diukur sebagai keuntungan penelitian bom atom. 1 Energi nuklir merupakan salah satu energi dasar yang diperlukan manusia diantara beberapa energi lain seperti, energi panas, energi mekanik, energi potensial, energi kimia, dan energi listrik.energi merupakan kebutuhan mutlak dalam kehidupan masyarakat modern, terutama bagi negara-negara industri yang menjadi pemasok kebutuhan masyarakat dunia. Tak bisa dikesampingkan, energi menjadi indikator kemajuan ekonomi dan kemakmuran warganya. 2 Sebagian besar sumber energi dihasilkan oleh bahan bakar fosil, batu bara, gas, dan minyak yang cadangannya sangat terbatas dan butuh berjuta-juta tahun untuk membentuknya. 1 Marek Walisiewicz, alih bahasa : Dwi Satya Palupi, Essential Science : Energi Alternatif Panduan ke masa depan teknologi energi, Erlangga, Jakarta. 2003, hal 22 2 Agus Mustofa, Indonesia Butuh Nuklir, Padma Press, Padang Makhsyar. 2006, hal 10

2 Perilaku terhadap penggunaan energi kemudian dibayangi oleh persoalan yang lebih mendesak yaitu kerusakan lingkungan sebagai akibat dari penggunaan bahan bakar fosil. Bahkan lebih dari dua dasawarsa terakhir, perubahan lingkungan telah menunjukkan bahaya tersembunyi dari penggunaan bahan bakar fosil dan menjadi perhatian dunia. 3 Nuklir menjadi salah satu alternatif yang menarik. Negara-negara maju beramai-ramai mengembangkan teknologi nuklir untuk pembangkit listrik melalui reaktor nuklir. 4 Salah satu pertimbangannya adalah energi yang demikian besar terkandung di dalamnya. Jika dibandingkan secara kasar, antara energi nuklir dengan sumber energi lain, misalnya batubara, yaitu bahwa setiap pembakaran 1 gram uranium akan menghasilkan energi setara 1 ton batubara. Hanya dengan volume yang kecil saja bahan bakar nuklir berdaya guna dalam banyak hal dibandingkan dengan batubara.begitu dahsyatnya efek tersebut apalagi kalau reaksi nuklir dikendalikan secara benar, maka akan diperoleh energi yang sangat besar. 5 Energi nuklir sering pula dikaitkan dengan bom atau sejenis sistem persenjataan. Bila dikaitkan dengan sejarah, hal ini bisa saja disebabkan penggunaan bom atas kota Nagasaki dan Hiroshima yang dapat dikatakan menjadi 3 Marek Walisiewicz, Op. cit., hal 18 4 Reaktor nuklir adalah suatu tempat atau perangkat yang digunakan untuk membuat, mengatur, dan menjaga kesinambungan reaksi nuklir. Reaktor nuklir digunakan untuk banyak tujuan. Saat ini, reaktor nuklir paling banyak digunakan untuk pembangkit listrik. pembangkit listrik tenaga nuklir (stasiun pembangkit listrik memperoleh panas dari satu atau lebih reaktor nuklir. Hingga saat ini terdapat 442 PLTN berlisensi di dunia. (Sebagaimana dimuat dalam id.wikipedia.org/wiki/reaktor_nuklir {terakhir diakses pada 13 Februari 2014}) 5 Agus Mustofa, Op cit., hal 86

3 insiden yang paling bersejarah terkait senjata nuklir. 6 Kontroversi mengenai senjata nuklir sebenarnya telah muncul sebelum senjata ini menjadi kenyataan. Hal ini bermula karena kekhawatiran para ahli fisika di barat pada awal Perang Dunia II, bahwa Hitler telah memiliki kemampuan untuk mengembangkan senjata nuklir. Atas permintaan Leo Szilard, ilmuwan pertama yang menemukan teori bahwa energi dapat dilepaskan secara berantai, meminta Albert Einstein menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat saat itu, Franklin D. Roosevelt, yang intinya menyarankan agar Amerika Serikat mengembangkan bom atom sebelum Nazi membuatnya. Ketika kemudian terbukti bahwa Jerman tidak memiliki senjata nuklir seperti yang diberitakan sebelumnya, giliran Leo Szilard menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat, tetapi kali ini memperingatkan bahaya yang dimiliki senjata ini terhadap umat manusia. Banyak ahli fisika yang kemudian bergabung menandatangani petisi menentang penggunaan senjata ini terhadap Jepang dan menyarankan untuk memberikan kesempatan kepada Jepang agar menyerah. Penggunan bom atas kota Hiroshima dan Nagasaki memang telah berhasil mengakhiri Perang Dunia II untuk kemenangan pihak sekutu. Namun dilain pihak pengalaman itu juga telah mengubah sikap sebagian masyarakat dunia akan bahaya penggunaan senjata nuklir pada umumnya dalam situasi perang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebutuhan untuk menghentikan bahaya 7 6 Senjata nuklir adalah alat peledak yang mendapatkan daya ledaknya dari reaksi nuklir dan mempunyai daya pemusnah dahsyat. Bahkan alat peledak nuklir kecil dapat menghancurkansebuah kota dengan ledakan, api dan radiasi. Senjata nuklir disebut sebagai senjata pemusnah massal (dirangkum dari id.wikipedia.org/wiki/senjata_nuklir {diakses pada 17 Februari 2014}) 7 Dian Wirengjurit, Kawasan Damai Dan Bebas Senjata Nuklir, PT Alumni, Bandung. 2002, hal 9-10

4 penggunaan senjata nuklir justru telah dirasakan oleh masyarakat internasional sejak permulaan abad nuklir. Buktinya, resolusi pertama yang dihasilkan oleh Sidang Majelis Umum PBB pada tanggal 24 Januari 1946 (Resolusi No.1 (I) Establishment of a commission to deal with the problems raised by the discovery of atomic energy, memberi mandat kepada komisi yang dibentuk untuk memberikan rekomendasi mengenai cara-cara penghapusan senjata-senjata nuklir dari sistem persenjataan negara-negara dunia. 8 Kekhawatiran ini kemudian terbukti karena tidak lama setelah berakhirnya Perang Dunia II justru muncul Perang Dingin dalam kerangka perbedaan ideologi dan persaingan untuk merebut dominasi atau hegemoni di dunia.sejak saat itu pula kontroversi mengenai senjata nuklir ini mulai menjadi salah satu topik utama dalam hubungan internasional, khususnya dalam kerangka Perang Dingin antara Amerika Serikat beserta sekutu-sekutu mereka dalam North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Pakta Warsawa (Warsaw Pact) 9, yang notabene adalah sesama pemenang dalam Perang Dunia II. Bahkan pada puncak Perang Dingin, terdapat tidak kurang dari hulu ledak nuklir yang ditempatkan di berbagai 8 Nama resmi komisi ini adalah United Nations Atomic Energy Commission. Dalam resolusi tertera, bahwa komisi tersebut akan menangani masalah yang timbul akibat penemuan tenaga atom. Kaitan komisi tersebut dengan Organ PBB yaitu dalam hal penyampaian laporan dan rekomendasi kepada Dewan Keamanan PBB terkait perdamaian dan keamanan internasional. Komisi ini kemudian secara resmi dibubarkan pada tahun 1952 setelah sebelumnya memang sudah tidak aktif sejak Juli 1949 (lihat iaea.org/publications/magazines/bulletin/bull393/chronology.pdf (terakhir diakses 20 Februari 2014) 9 NATO adalah sebuah organisasi internasional untuk keamanan bersama yang didasarkan pada Pakta Atlantik Utara yang ditandatangani pada 4 April Organisasi ini merupakan sebuah sistem pertahanan bersama dimana negara-negara anggota sepakat untuk mempertahankan keamanan terhadap serangan dari pihak luar. (dimuat dalam en.wikipedia.org/wiki/nato) Warsaw Pact adalah sebuah aliansi militer negara-negara Eropa Timur yang bertujuan mengorganisasikan diri terhadap kemungkinan ancaman dari aliansi NATO. Pakta tersebut merupakan inisiatif dari negara Uni Soviet dan ditandatangani pada 14 Mei (dimuat dalam id.wikipedia.org/wiki/pakta_warsawa) [terakhir diakses 20 Februari 2014]

5 jenis peluru kendali/rudal yang dimiliki oleh kedua negara adidaya, dengan kemampuan ribuan kali lebih dahsyat dari bom atom yang dijatuhkan tahun 1945 dan dapat menjangkau seluruh pelosok dunia. 10 Persoalan mengenai senjata nuklir dan pengaruhnya terhadap keamanan juga masih tetap relevan untuk diperbincangkan. Perlucutan senjata tidak dengan sendirinya menghapus ilmu pengetahuan dan teknologi tentang persenjataan. Pada saat Non-Proliferation Treaty 11 ditandatangani tahun 1968 hanya ada 5 negara nuklir. 12 Negara-negara tersebut antara lainamerika Serikat, Uni Soviet, Britania Raya, Perancis dan Cina. Akan tetapi kemudian muncul beberapa negara yang mempunyai potensi untuk mengembangkan senjata nuklir seperti Israel, India, dan Pakistan yang disebut dengan istilah negara-negara ambang nuklir (threshold countries) yang sampai saat ini belum meratifikasi traktat NPT dan keadaan ini tentu saja mengkhawatirkan. Penggunaan energi nuklir sampai saat ini masih kontroversial dan banyak memunculkan perdebatan. Ada beberapa suara yang menghendaki kepercayaan yang lebih besar pada energi nuklir di dunia barat. Mereka merupakan pihak yang pro terhadap energi nuklir dan memiliki sebuah alasan yaitu nuklirtidak menghasilkan gas rumah kaca karbon dioksida sehingga sedikit sumbangannya pada pemanasan global. Demikian pula perbaikan yang sangat besar pada 10 Ibid., hal Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (bahasa Inggris : Treatyon the Non-Proliferation of Nuclear Weapons atau yang lebih dikenal dengan nama Non-Proliferation Treaty atau NPT) adalah suatu perjanjian multilateral yang ditandatangani pada tanggal 1 Juli 1968 yang mencegah penyebaran kepemilikan senjata nuklir. (dimuat dalam en.wikipedia.org/wiki/treaty_on_the_nonproliferation_of_nuclear_weapons {terakhir diakses 13 Februari 2014}) 12 Kusnanto Anggoro, Senjata Nuklir, Doktrin Penangkalan, dan Kerjasama Keamanan Pasca Perang Dingin dalam buku Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan Masa Depan, Pustaka Jaya, Jakarta. 1996, hal 80

6 keamanan dan efisiensi reaktor serta banyaknya negara yang sekarang menemukan teknologi baru selama beberapa tahun terakhir dipercaya akan memperbaiki tenaga nuklir di abad-21. Sedangkan pihak yang kontra menganggap bahwa energi nuklir sering dihadapkan pada beberapa masalah antara lain, biayanya, keamanannya, dan kesulitan yang disebabkan produk limbahnya. Bencana hampir tidak terhindarkan yang muncul di Reaktor Three Mile Island di Pennsylvenia, Amerika Serikat pada tahun 1979 mempengaruhi tanggapan publik tentang energi nuklir. Kemudian pada tahun 1986 diikuti oleh kecelakaan pada Reaktor Chernobyl yang terletak di dekat Pripyat, Ukraina yang semakin mengubah pandangan dunia terhadap energi nuklir. 13 Semua konferensi internasional dalam kerangka global menyangkut energi nuklir yang diadakan sejak akhir Perang Dunia II pada dasarnya diarahkan pada dua hal, yaitu : Pertama, mengawasi dan menghapuskan atoms for war, dan kedua, mempromosikan dan mengupayakan atoms for peace. Kedua hal tersebut kerapkali menimbulkan dilema karena pada dasarnya pengembangan energi nuklir untuk tujuan apapun akan meningkatkan atau mengembangkan potensi yang lainnya atau dengan kata lain as countries acquired nuclear facilities, material and know-how from their peaceful power programs, they would also acquired the know-how for making nuclear weapons. Selain itu, dalam perkembangan dunia saat ini dapat dikatakan bahwa disain senjata nuklir bukan lagi merupakan rahasia. Bahan baku utama untuk senjata 13 Marek Walisiewicz, Op. cit., hal 22-23

7 nuklir yaitu Plutonium, dapat diproduksi secara besar-besaran dalam reaktorreaktor nuklir. Dengan demikian, setiap negara yang memiliki reaktor nuklir pada dasarnya memiliki potensi untuk membuat senjata nuklir. Sebagaimana yang pernah dinyatakan oleh Hannes Alfven, pemenang Nobel Fisika tahun 1970 asal Swedia, bahwa The Peaceful atom and the military atom are Siamese twins. 14 Ilmu pengetahuan dan teknologi memang mengandung segi-segi positif, tetapi dilain pihak juga mengandung segi-segi negatif yang dapat menimbulkan akibat yang mengerikan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menimbulkan berbagai masalah, baik pada tingkat lokal, nasional, regional, maupun global. Segala masalah yang ditimbulkan itu membutuhkan pengaturan-pengaturan pada semua tingkat tersebut. Dengan kata lain, dibutuhkan campur tangan hukum untuk mengaturnya baik hukum nasional maupun hukum internasional. Dengan demikian, akan semakin banyak bermunculan prinsip-prinsip yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 15 Salah satu contoh dari kemajuan bidang hukum yang tumbuh dan berkembang sebagai konsekuensi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat yaitu di bidang nuklir. Melihat dari sejarahnya seperti yang telah diuraikan sebelumnya, pemanfaatan nuklir bisa mempengaruhi keamanan internasional. Oleh sebab itu selain instrumen hukum, sebuah organisasi dapat dijadikan sebuah wadah oleh masyarakat internasional untuk melakukan pengawasan atas pemanfaatan nuklir. 14 William Epstein, A Nuclear-Weapon-Free-Zone in Africa?, dalam Dian Wirengjurit, Op.cit., hal I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, Mandar Maju, Bandung. 2003, hal 66-67

8 Hal ini wajar mengingat nuklir merupakan teknologi yang dapat dipergunakan untuk tujuan damai, tetapi dapat juga disalahgunakan untuk kepentingan militer. Organisasi internasional merupakan salah satu anggota dari masyarakat internasional. Hukum internasional merupakan tatanan hukum yang mengatur hubungan antara masyarakat internasional. Berbicara mengenai hubungan antara hukum internasional dan organisasi internasional, maka berbicara mengenai status organisasi internasional dalam hukum internasional.status organisasi internasional dalam hukum internasional adalah : 16 a. Sebagai subjek hukum internasional b. Membantu pembentukan hukum internasional c. Sebagai forum untuk membicarakan, mencari jalan yang dihadapi oleh anggotanya d. Sebagai alat untuk memaksakan agar kaidah hukum internasional ditaati Organisasi internasional diperlukan dalam rangka kerjasama, menyesuaikan dan mencari kompromi untuk memecahkan persoalan bersama. Lebih jauh lagi organisasi internasional penting sebagai wadah untuk menjajagi sikap bersama dengan ciri yang mencolok yaitu merupakan suatu organisasi permanen yang melanjutkan fungsinya yang telah ditetapkan. 17 Demikian pula International Atomic Energy Agency(Badan Tenaga Atom Internasional) sebagai organisasi internasional didirikan agar menjadi forum kerjasama antar-pemerintah yaitu 16 Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, UI Press, Jakarta. 2004, hal 7 17 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, UI Press, Jakarta. 1990, hal 10

9 kerjasama yag bersifat teknis dan ilmiah atas penggunaan teknologi nuklir dan kekuatan nuklir secara damai di seluruh dunia. Program-program International Atomic Energy Agency(selanjutnya disebut IAEA)ialah mendorong pengembangan secara damai dari penggunaan teknologi nuklir, mengadakan pengawasan internasional terhadap penyalahgunaan teknologi nuklir dan bahan nuklir, dan mempromosikan keamanan nuklir (termasuk proteksi radiasi) dan standar keamanan nuklir serta implementasinya. Sampai pada Februari 2014, IAEA memiliki 162 negara anggota, dimana Iran merupakan salah satu negara anggota.berkaitan dengan program nuklir Iran, IAEA pernah menyatakan tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa program nuklir Iran merupakan program nuklir yang sepenuhnya damai. Isu tentang program nuklir Iran telah dibawa ke Dewan Keamanan PBB pada Februari Hal ini terkait program pengayaan uranium. Namun Iran merespon bahwa aktivitas nuklirnya merupakan program yang damai. Dalam beberapa waktu terakhir, serangkaian perundingan terus dilakukan namun belum mencapai kesepakatan. Hasil perundingan terbaru yaitu pada 24 November 2013 dengan nama Joint Plan of Action B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang menjadi pembahasaan dalam penulisan skripsi ini antara lain : 18 Dirangkum dari dan

10 1. Bagaimana aspek organisasi internasional International Atomic Energy Agency menurut hukum internasional? 2. Bagaimana pemanfaatan nuklir serta pengaturannya menurut hukum internasional? 3. Bagaimana peranan International Atomic Energy Agency untuk mengawasi program nuklir Iran dalam kaitannya dengan implementasi Kesepakatan Joint Plan of Action 2013? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Tujuan Penulisan Adapun yang menjadi Tujuan Penulisan dalam penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui aspek International Aomic Energy Agency sebagai Organisasi Internasional 2. Untuk mengetahuipemanfaatan energi nuklirterhadap kehidupan manusia serta pengaturannya dalam hukum internasional 3. Untuk mengetahui peranan International Atomic Energy Agency sebagai Organisasi Internasional dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam pengawasan program nuklir negara-negara dunia, khususnya terhadap negara Iran pasca adanya Kesepakatan Joint Plan of Action 2013.

11 Manfaat Penulisan Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, maka penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Secara teoritis Pembahasan tentang masalah yang dirumuskan dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan akademis dalam hal menambah literatur bagi Hukum Internasional pada umunya dan Hukum organisasi internasional khususnya. 2. Secara praktis Pembahasan tentang masalah yang diangkat diharapkan dapat memberikan masukan tentang kepada Pemerintah Republik Indonesia mengenai pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan energi nuklir. D. Keaslian Penulisan Penulisan ini merupakan karya tulis asli, sebab isi dalam penulisan ini bukan merupakan hasil penggandaan dari karya tulis orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Penulisan ini juga dapat dipertanggungjawabkan keasliannya dan belum ada judul yang sama sebelumnya berdasarkan pemeriksaan oleh Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara/ Pusat Dokumentasi dan Informasi, tertanggal 04 Desember Dalam hal mendukung penulisan ini, digunakanberbagai referensi antara lain buku-buku, jurnal ilmiah, media cetak dan elektronik yang ada hubungannya dengan masalah dan pembahasan yang disajikan. Jika terdapat kesamaan kutipan, hal tersebut

12 semata-mata digunakan sebagai penunjang yang diperlukan demi penyempurnaan skripsi ini. E. Tinjauan Pustaka Untuk menghindari kesalahpahaman istilah, maka diberikan batasan yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini: Hukum Internasional Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara: 1) Negara dengan negara 2) Negara dengan subjek hukum lain 19 Pembahasan tentang subjek hukum internasional haruslah terlebih dahulu berpangkal pada pengertian tentang subjek hukum internasional itu sendiri. Subjek hukum internasional adalah pemegang (segala) hal dan kewajiban menurut hukum internasional. Perkembangan hukum internasional dewasa ini mengenal subjek hukum internasional yang antara lain : 1. Negara 2. Takhta Suci 3. Organisasi Internasional 4. Individu 19 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional (edisi kedua), PT. Alumni, hal 6

13 5. Komite Internasional Palang Merah (International Committee od red Cross) 6. Pihak-pihak yang bersengketa Hukum Organisasi Internasional merupakan bagian dari Hukum Internasional. Pembahasan hukum organisasi internasional dalam penulisan ini hanya menyangkut pada organisasi-organisasi internasional pada tingkat pemerintahan karena lebih melibatkan pada pemerintah negara-negara anggotanya sebagai pihak, oleh sebab itu organisasi internasional dalam pengertian ini dapat disebut sebagai organisasi internasional publik (public international organization). 20 International Atomic Energy Agency Badan Tenaga Atom Internasional (bahasa Inggris: International Atomic Energy Agency, disingkat IAEA) adalah sebuah organisasi yang menjadi pusat kerjasama di bidang nuklir. IAEA didirikan sebagai organisasi Atoms for Peace dunia pada tahun 1957 dan berada dalam lingkup PBB. Badan ini bekerja dengan negara-negara anggotanya dan partner di seluruh dunia untuk mempromosikan penggunaan teknologi nuklir yang aman, terjamin dan damai Sumaryo Suryokusumo, Op cit., hal 5 21 The Atoms for Peace Agency dalam

14 Program Nuklir Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, program adalah rancangan serta usaha yang akan dijalankan. 22 Sedangkan menurut The Oxford English Dictionary, program adalah serangkaian tindakan atau aktivitas yang dimaksudkan untuk jangka waktu yang lama. 23 Selanjutnya dari kedua sumber tersebut, nuklir diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan inti atom. Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik batasan pengertian program nuklir adalah serangkaian tindakan serta usaha yang dijalankan yang berkaitan dengan inti atom. Joint Plan of Action2013 Joint Plan of Action 2013 adalah nama resmi dari Geneva Interim Agreement, yaitu sebuah persetujuan terkait program nuklir iran yang ditandatangani oleh Iran dengan 6 negara pada 24 November 2013 di Jenewa, Swiss. 24 Joint Plan of Action 2013 ini termasuk kedalam kategori perjanjian internasional yang berbentuk Agreement (persetujuan) dan diadakan antara negara-negara. Hal ini sesuai dengan pengertian perjanjian yang dimuat dalam Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian (Vienna Convention on the Law of Treaties) berikut adalah uraian pengertian Perjanjian yang dimuat dalam Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian: 22 Lihat 23 Lihat

15 Treaty means an international agreement concluded between states in written form and governed by international law, whatever embodied in a single instrument or in two or more related instruments and whatever its particular designation. 25 (Perjanjian diartikan sebagai persetujuan internasional yang diadakan diantara negara-negara dalam bentuk tertulis yang diatur oleh hukum internasional baik itu berbentuk suatu instrumen tunggal atau dua atau lebih instrumen yang saling berhubungan dalam nama apapun juga) Banyak istilah-istilah yang dipakai untuk menggambarkan perjanjian internasional yang ada atau pernah dibuat dalam masyarakat internasional. Istilahistilah itu antara lain : a. Treaty g. Pact b. Convention h. Agreement c. Declaration i. Statute d. Charter (Piagam) j. Covenant e. Protocol (Protokol) k. Modus Vivendi f. General Act F. Metode Penulisan Adapun metode penelitian yang ditempuh dalam memperoleh data-data atau bahan-bahan dalam penulisan adalah : 25 Pasal 2 ayat (1) Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional

16 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang menganalisis baik hukum yang diartikan sebagai kaedah atau norma yang terdapat dalam hukum positif yang tertulis, maupun hukum sebagai keputusan dari pejabat, misalnya keputusan hakim. 26 Metode penelitian ini merupakan metode yuridis normatif (kaedah atau norma yang terdapat dalam hukum positif)yaitu metode untuk meneliti pasal-pasal dalam berbagai Perjanjian Internasional baik yang berbentuk Statuta, Piagam, Konvensi maupun Persetujuan (Agreement). 2. Sumber Data a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang berupa peraturan yang mengikat, yang merupakan landasan dalam penulisan dan berhubungan dengan objek penulisan ini, yaitu berupa Piagam PBB, Statuta IAEA, Konvensi Internasional dan berbagai Perjanjian Internasional lainnya. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa buku-buku, jurnal ilmiah, media massa dan pendapat para ahli hukum internasional yang berkaitan dengan masalah dalam penulisan. 26 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (edisi kedua), UI Press, Jakarta, 1986, hal 43

17 c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum dan kamus bahasa dan sebagainya Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan berbagai data yang berhubungan dengan ruang lingkup penulisan. Materi-materi tersebut diperoleh dari berbagai bahan kepustakaan seperti buku-buku, jurnal ilmiah, media massa, serta dokumen perjanjian internasional yang terkait dengan pembahasan dalam skripsi ini. 4. Analisis Data Data data yang diperoleh selanjutnya disusun secara sistematis kemudian dianalisa dengan analisis kualitatif untuk menguraikan secara menyeluruh tentang jawaban atas permasalahan dan memperoleh kesimpulan atas permasalahan yang dirumuskan. G. Sistematika Penulisan Pembahasan dalam penulisan ini diuraikan secara garis besar melalui sistematika penulisan. Secara sistematis, terbagi atas ringkasan garis besar lima bab dan setiap bab terdiri atas beberapa sub-bab. Sistematika penulisannya terperinci sebagai berikut : 27 Bambang Sunggono,Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal

18 BAB I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Perumusan masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II :ASPEK ORGANISASI INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY MENURUT HUKUM INTERNASIONAL Bab ini menguraikan tentang IAEA sebagai Organisasi Internasional, Hak dan kewajiban negara anggota, Personalitas dan Kewenangan IAEA sebagai Organisasi Internasional BAB III : RUANG LINGKUP DAN PEMANFAATAN NUKLIR SERTA PENGATURANNYA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL Bab ini menguraikan tentang Tinjauannuklir secara umum dan Perkembangan program nuklir negara-negara di dunia. Kemudian dibahas juga pemanfaatan nuklir serta resiko yang mungkin ditimbulkan. Selanjutnya dibahas tentang pengaturannya dalam hukum internasional. BAB IV : PERANAN INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY UNTUK MENGAWASI PROGRAM NUKLIR IRAN DALAM KAITANNYA DENGAN IMPLEMENTASI JOINT PLAN OF ACTION 2013 Bab ini menguraikan tentang program nuklir Iran secara umum. Selain itu diuraikan juga Pengawasan IAEAterhadap program nuklir negaranegara di dunia. Bab ini juga membahas Implementasi Joint Plan of Action 2013 serta Pengawasan IAEA sebagai badan yang berwenang.

19 BAB V : PENUTUP Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran. Sebagai bagian akhir dari skripsi, maka dalam bab ini dirangkum intisari dari penulisan, serta saran yang terkait objek penulisan.

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hubungan pergaulan masyarakat internasional, kerjasama antar negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal abad ke-20, perkembangan teknologi telah mendatangkan beragam inovasi baru. Salah satunya adalah pengolahan beberapa unsur kimia menjadi senyawa radioaktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika berbicara mengenai hukum internasional, maka kita dapat mengambil pengertian bahwasanya hukum internasional adalah keseluruhan hukum yang untuk sebagian besar terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu (dimotori oleh Amerika Serikat) telah membuka babak baru dalam sejarah politik Korea. Kemenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingkat dampak

Lebih terperinci

3. Menurut Psl 38 ayat I Statuta Mahkamah Internasional: Perjanjian internasional adalah sumber utama dari sumber hukum internasional lainnya.

3. Menurut Psl 38 ayat I Statuta Mahkamah Internasional: Perjanjian internasional adalah sumber utama dari sumber hukum internasional lainnya. I. Definisi: 1. Konvensi Wina 1969 pasal 2 : Perjanjian internasional sebagai suatu persetujuan yang dibuat antara negara dalam bentuk tertulis, dan diatur oleh hukum internasional, apakah dalam instrumen

Lebih terperinci

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya

Lebih terperinci

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI DISUSUN OLEH : Sudaryanto, S.H., M.Hum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS SEMARANG TAHUN 2011 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Hukum Perjanjian

Lebih terperinci

ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL Oleh: Teuku Fachryzal Farhan I Made Tjatrayasa Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN TRAKTAT PELARANGAN MENYELURUH UJI COBA NUKLIR (COMPREHENSIVE NUCLEAR-TEST-BAN TREATY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait BAB III. PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan apa yang telah disampaikan dalam bagian pembahasan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut. Dewan Keamanan berdasarkan kewenangannya yang diatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia terutama Jepang dikejutkan dengan dijatuhkannya bom atom (nuklir) diatas kota Hiroshima

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. minyak. Terus melambungnya harga minyak dunia, bahkan sempat menyentuh

I. PENDAHULUAN. minyak. Terus melambungnya harga minyak dunia, bahkan sempat menyentuh I. PENDAHULUAN A. Latar Balakang Setiap negara, baik negara maju ataupun berkembang tersudut di dalam pilihan yang sangat sulit terhadap masalah energi yang disebabkan pada tingginya harga minyak. Terus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan sarana pokok pengembangan ilmu pengetahuan, karena penelitian bertujuan mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Sistematis berarti

Lebih terperinci

Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua Sarah Amalia Nursani Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya PAPER Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua Sarah Amalia Nursani Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan Organisasi Internasional itu sendiri, yang sudah lama timbul

Lebih terperinci

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 6 PERJANJIAN INTERNASIONAL

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 6 PERJANJIAN INTERNASIONAL MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 6 PERJANJIAN INTERNASIONAL A. PENDAHULUAN Dalam pergaulan dunia internasional saat ini, perjanjian internasional mempunyai peranan yang penting dalam mengatur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Perjanjian Internasional yang dilakukan Indonesia

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Perjanjian Internasional yang dilakukan Indonesia PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Perjanjian Internasional yang dilakukan Indonesia Makna Perjanjian Internasional Secara umum perjanjian internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan internasional diidentifikasikan sebagai studi tentang interaksi antara beberapa faktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban akibat perang seminimal mungkin dapat dikurangi. Namun implementasinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN TRAKTAT PELARANGAN MENYELURUH UJI COBA NUKLIR (COMPREHENSIVE NUCLEAR-TEST-BAN TREATY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat membutuhkan energi listrik, seperti saat kita berangkat dari rumah untuk bekerja, kuliah, rekreasi, acara keluarga ataupun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL OAI 2013 ILMU ADMINISTRASI NEGARA UTAMI DEWI

PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL OAI 2013 ILMU ADMINISTRASI NEGARA UTAMI DEWI PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL OAI 2013 ILMU ADMINISTRASI NEGARA UTAMI DEWI PENDIRIAN Prasayarat berdirinya organisasi internasional adalah adanya keinginan yang sama yang jelas-jelas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN TRAKTAT PELARANGAN MENYELURUH UJI COBA NUKLIR (COMPREHENSIVE NUCLEAR-TEST-BAN TREATY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014 Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014 Hari, tanggal Selasa, 21 Oktober 2014 Sumber Berita http://palingaktual.com/

Lebih terperinci

BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL 1.0 Pendahuluan Hukum internasional, pada dasarnya terbentuk akibat adanya hubungan internasional. Secara spesifik, hukum internasional terdiri dari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Dani Budi Satria Putu Tuni Cakabawa Landra I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN

Lebih terperinci

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE PROHIBITION OF THE DEVELOPMENT, PRODUCTION, STOCKPILING AND USE OF CHEMICAL WEAPONS AND ON THEIR DESTRUCTION

Lebih terperinci

BAB VI PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL

BAB VI PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL BAB VI PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL I. PENDIRIAN Prasyarat berdirinya organisasi internasional adalah adanya keinginan yang sama yang jelas-jelas menguntungkan dan tidak melanggar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu organisasi internasional yang dibentuk sebagai pengganti Liga Bangsa Bangsa selanjutnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE PROHIBITION OF THE DEVELOPMENT, PRODUCTION, STOCKPILING AND USE OF CHEMICAL WEAPONS AND ON THEIR DESTRUCTION (KONVENSI

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERANAN INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY UNTUK MENGAWASI PROGRAM NUKLIR IRAN DALAM KAITANNYA DENGAN IMPLEMENTASI JOINT PLAN OF ACTION 2013 JURNAL

PERANAN INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY UNTUK MENGAWASI PROGRAM NUKLIR IRAN DALAM KAITANNYA DENGAN IMPLEMENTASI JOINT PLAN OF ACTION 2013 JURNAL PERANAN INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY UNTUK MENGAWASI PROGRAM NUKLIR IRAN DALAM KAITANNYA DENGAN IMPLEMENTASI JOINT PLAN OF ACTION 2013 JURNAL OLEH: EKPI YOSSARA SIMBOLON NIM: 100200073 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aspek Hukum Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Aspek Hukum Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Aspek Hukum Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam upaya pemilihan judul skripsi ini. Sebab dunia internasional dihadapkan kepada beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Potensi ruang angkasa untuk kehidupan manusia mulai dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Potensi ruang angkasa untuk kehidupan manusia mulai dikembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang angkasa merupakan sebuah tempat baru bagi manusia, sebelumnya ruang angkasa merupakan wilayah yang asing dan tidak tersentuh oleh peradaban manusia. Potensi ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup masyarakatnya. Nuklir yang dahulunya hanya dipakai untuk senjata

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup masyarakatnya. Nuklir yang dahulunya hanya dipakai untuk senjata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pada abad ini sangat pesat, terutama dibidang nuklir. Banyak negara yang telah melakukan uji coba nuklir untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sepanjang perjalanan sejarah umat manusia, selalu timbul perbedaan kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan ini memberikan dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di dunia ini. Perjanjianperjanjian

BAB I PENDAHULUAN. internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di dunia ini. Perjanjianperjanjian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perwujudan atau realisasi hubungan-hubungan internasional dalam bentuk perjanjianperjanjian internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap negara-negara yang menandatangani atau meratifikasi perjanjian multilateral

BAB I PENDAHULUAN. terhadap negara-negara yang menandatangani atau meratifikasi perjanjian multilateral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Traktat NPT merupakan perjanjian yang mengikat secara hukum internasional terhadap negara-negara yang menandatangani atau meratifikasi perjanjian multilateral

Lebih terperinci

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008 Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008 Perangkat Ratifikasi International Committee of the Red Cross 19 Avenue de la Paix, 1202 Geneva, Switzerland T +41 22 734 6001 F+41 22 733 2057 www.icrc.org KETAATAN

Lebih terperinci

PERAN IAEA (INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY) DALAM MENYIKAPI TINDAKAN KOREA UTARA DALAM PENGEMBANGAN TENAGA NUKLIR UNTUK TUJUAN TIDAK DAMAI

PERAN IAEA (INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY) DALAM MENYIKAPI TINDAKAN KOREA UTARA DALAM PENGEMBANGAN TENAGA NUKLIR UNTUK TUJUAN TIDAK DAMAI PERAN IAEA (INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY) DALAM MENYIKAPI TINDAKAN KOREA UTARA DALAM PENGEMBANGAN TENAGA NUKLIR UNTUK TUJUAN TIDAK DAMAI AMELIA YULI PRATIWI Fakultas Hukum Universitas Surabaya Abstrak

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

10 Negara yang Punya Reaktor Nuklir Terbesar Di Dunia Minggu, Oktober 21, 2012 Azmi Cole Jr.

10 Negara yang Punya Reaktor Nuklir Terbesar Di Dunia Minggu, Oktober 21, 2012 Azmi Cole Jr. Hari, Tanggal: Minggu, 21 Oktober 2012 Hal/Kol : http://zonapencarian.blogspot.com/2012/10/10- negara-yang-punya-reaktor-nuklir.html Sumber: WWW.ZONAPENCARIAN.BLOGSPOT.COM 10 Negara yang Punya Reaktor

Lebih terperinci

Pasal 38 Statuta MI, sumber-sumber HI:

Pasal 38 Statuta MI, sumber-sumber HI: Pasal 38 Statuta MI, sumber-sumber HI: 1. International Conventions 2. International Customs 3. General Principles of Law 4. Judicial Decisions and Teachings of the most Highly Qualified Publicist Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat dari gambaran Indonesia yang sangat luas dan menjadi salah satu penduduk terbanyak di dunia sudah pantas bila masyarakat Indonesia sangat membutuhkan moda transportasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Permasalahan C. Tujuan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Permasalahan C. Tujuan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akselerasi dalam berbagai aspek kehidupan telah mengubah kehidupan yang berjarak menjadi kehidupan yang bersatu. Pengetian kehidupan yang bersatu inilah yang kita kenal sebagai

Lebih terperinci

Sarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional. Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional

Sarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional. Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional Perjanjian Internasional Sarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional Sarana menetapkan kewajiban pihak terlibat dalam

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. A. Sumber Buku

DAFTAR PUSTAKA. A. Sumber Buku DAFTAR PUSTAKA A. Sumber Buku - Akhadi, Mukhlis, (2000), Dasar-Dasar Proteksi Radiasi, (Jakarta : PT. Rineka Cipta) -, (1997),Pengantar Teknologi Nuklir, (Jakarta : PT Rineka Cipta) - Ali, Achmad, (2015),Menguak

Lebih terperinci

BAB II NON-PROLIFERATION TREATY (NPT) SEBAGAI REZIM PEMBATASAN SENJATA NUKLIR

BAB II NON-PROLIFERATION TREATY (NPT) SEBAGAI REZIM PEMBATASAN SENJATA NUKLIR BAB II NON-PROLIFERATION TREATY (NPT) SEBAGAI REZIM PEMBATASAN SENJATA NUKLIR Energi nuklir memiliki potensi menyediakan pasokan energi dengan biaya efektif, handal dan aman, baik langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME

Lebih terperinci

DALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA. Oleh : ABSTRACT

DALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA. Oleh : ABSTRACT DALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA Oleh : ABSTRACT This study aims to identify and describe the action done by UN Security Council related to its role in dealing with the nuclear crisis in North Korea as

Lebih terperinci

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA Oleh Grace Amelia Agustin Tansia Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya menggunakan pendekatan diplomasi atau negosiasi. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya menggunakan pendekatan diplomasi atau negosiasi. Pendekatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara tidak akan mampu berdiri sendiri tanpa mengadakan hubungan internasional dengan negara maupun subyek hukum internasional lainnya yang bukan negara.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPPRES 20/1996, PENGESAHAN CONVENTION ON INTERNATIONAL LIABILITY FOR DAMAGE BY SPACE OBJECTS, 1972 (KONVENSI TENTANG TANGGUNGJAWAB INTERNASIONAL TERHADAP KERUGIAN YANG DISEBABKAN OLEH BENDA BENDA ANTARIKSA,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia pada 1 Januari 2007 resmi sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan

PENDAHULUAN. Indonesia pada 1 Januari 2007 resmi sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia pada 1 Januari 2007 resmi sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) selama dua tahun dengan dukungan 158 negara dari 192 negara

Lebih terperinci

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika lawan terbunuh, peperangan adalah suatu pembunuhan besar-besaran

BAB I PENDAHULUAN. ketika lawan terbunuh, peperangan adalah suatu pembunuhan besar-besaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Humaniter Internasional yang dulu disebut Hukum Perang, atau hukum sengketa bersenjata, memiliki sejarah yang sama tuanya dengan peradaban manusia. 1 Inti dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah atau teritori adalah salah satu manifestasi paling utama dari kedaulatan suatu negara.oleh karena itu dalam lingkungan wilayahnya tersebut suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1973 yang menghasilkan intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan Italia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. 1.1 Tinjauan Umum Mengenai Subjek Hukum Internasional Pengertian Subjek Hukum Internasional

BAB II TINJAUAN UMUM. 1.1 Tinjauan Umum Mengenai Subjek Hukum Internasional Pengertian Subjek Hukum Internasional 19 BAB II TINJAUAN UMUM 1.1 Tinjauan Umum Mengenai Subjek Hukum Internasional 1.1.1 Pengertian Subjek Hukum Internasional Secara umum subyek hukum diartikan sebagai pendukung / pemilik hak dan kewajiban.

Lebih terperinci

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Reaktor pembiak cepat (Fast Breeder Reactor/FBR) adalah reaktor yang memiliki kemampuan untuk melakukan "pembiakan", yaitu suatu proses di mana selama reaktor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan : (1)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan : (1) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME

Lebih terperinci

Chapter One. Pendahuluan. Article 2 (1)(a) Vienna Convention on Treaty

Chapter One. Pendahuluan. Article 2 (1)(a) Vienna Convention on Treaty Chapter One Pendahuluan Article 2 (1)(a) Vienna Convention on Treaty A treaty an international agreement concluded between States in written form and governed by international law, whether embodied in

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki syarat-syarat. kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki syarat-syarat. kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan subyek utama hukum internasional. Mengenai istilah negara itu sendiri tidak terdapat defenisi yang tepat, tetapi dengan melihat kondisi-kondisi modern

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.4

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.4 SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.4 1. LBB dainggap tidak bisa bekerja karena telah terjadi perang dunia II.Sehingga setelah perang dunia II reda kemudian didirikan organisasi

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH Oleh I Wayan Gede Harry Japmika 0916051015 I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Subyek hukum internasional dapat diartikan sebagai pemegang hak dan kewajiban berdasarkan Hukum Internasional. 1 Diantara subyek hukum internasional salah satunya

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB III PERSPEKTIF HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL TERHADAP MLA DI INDONESIA. dampak, yaitu yang memaksa unsur-unsur pendukung dalam hubungan

BAB III PERSPEKTIF HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL TERHADAP MLA DI INDONESIA. dampak, yaitu yang memaksa unsur-unsur pendukung dalam hubungan BAB III PERSPEKTIF HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL TERHADAP MLA DI INDONESIA A. Pengertian Perjanjian Internasional Sebagai salah satu sumber hukum Internasional, perjanjian Internasional telah dan nampaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Organisasi Regional di Asia Tenggara dimulai dari inisiatif pemerintah di lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 SUMBER DATA a. KANADA (Bruce Doern, 2009) Kanada merupakan salah satu negara pengguna energi nuklir sebagai salah satu pasokan listrik di negara ini selain energi fosil. Kanada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan untuk bersatu dalam organisasi oleh suatu negara merupakan hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam suatu negara, seperti

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP PERATURAN TENTANG SEIFGARD DAN KEAMANAN BAHAN NUKLIR MENGGUNAKAN KUESIONER US DOE (UNITED STATES DEPARTMENT OF ENERGY)

KAJIAN TERHADAP PERATURAN TENTANG SEIFGARD DAN KEAMANAN BAHAN NUKLIR MENGGUNAKAN KUESIONER US DOE (UNITED STATES DEPARTMENT OF ENERGY) KAJIAN TERHADAP PERATURAN TENTANG SEIFGARD DAN KEAMANAN BAHAN NUKLIR MENGGUNAKAN KUESIONER US DOE (UNITED STATES DEPARTMENT OF ENERGY) Djibun Sembiring dan Taruniyati Handayani BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sebagai anggota keluarga warga negara yang sangat rentan terhadap pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah SWT yang

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 PENGATURAN HUKUM PERJANJIAN NON-PROLIFERASI ( NPT ) DAN SANKSI ATAS UJI COBA NUKLIR KOREA UTARA DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pertahanan diri sendiri atau sebagai deterent (pencegah). Nuklir telah. memiliki senjata nuklir sebagai the ultimate weapon

BAB I PENDAHULUAN. sistem pertahanan diri sendiri atau sebagai deterent (pencegah). Nuklir telah. memiliki senjata nuklir sebagai the ultimate weapon BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Senjata Nuklir hingga saat ini masih menjadi perdebatan hangat akan keberadaannya dan kegunaannya meskipun telah diketahui secara nyata dampak kehancuran dan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci