Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya
|
|
- Siska Hartanti Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua Sarah Amalia Nursani Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya
2 PAPER Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua Sarah Amalia Nursani Fakultas Hukum Universitas Airlangga Abstrak Kebutuhan sumber energi merupakan sebuah kebutuhan yang tidak lagi dapat terelakkan. Perkembangan teknologi yang semakin canggih turut memaksa negara negara di dunia untuk melakukan inovasi dan pengembangan terhadap sumber energi lain yang memiliki potensi seperti halnya sumber energi nuklir. Penelitian ini kemudian akan membahas mengenai isu keamanan penggunaan energi nuklir dalam dunia internasional. Latar Belakang Pemanfaatan energi nuklir merupakan salah satu hal yang menjadi sorotan masyarakat internasional. Hal tersebut tentu saja tidak terlepas dari isu keamanan yang ditimbulkan dalam pemanfaatan energi nuklir. 1 Sebagai sebuah sumber energi, nuklir seperti sebuah energi pedang bermata dua yang satu sisi memberikan manfaat yang besar dalam perkembangan teknologi di masa yang akan datang namun di sisi lain pula juga menyembunyikan bahaya yang mengancam keselamatan umat manusia. Kasus kebocoran reaktor nuklir dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau disingkat PLTN bukan lagi mejadi sebuah kasus yang asing. Sebagai contoh yaitu kasus yang terjadi di PLTN Chernobly yang terletak di Ukraina. Reaktor nuklir tersebut meledak pada tanggal 26 April 1986 yang berdasarkan laporan dari WHO mengakibatkan banyak korban jiwa berjatuhan. Korban yang selamat dari kebocoran reaktor nuklir di tempat tersebut juga turut 1 Roberto Phispal, Pengaturan Hukum Internatsional atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir dan Dampak Lingkungan yang Mungkin Ditimbulkan, Lex et Societatis, Volume 1, Nomor 5, September 2013, h. 123 < diunduh tanggal 18 Agustus 2017
3 menerima akibat kebocoran radiasi nuklir. Salah satu bahaya yang timbul adalah banyak ditemukannya sel kanker pada tubuh yang terkena radiasi nuklir akibat kasus tersebut. 2 Meskipun setelah terjadi peledakan reaktor nuklir di PLTN Chernobly, masyarakat internasional mulai membentuk instrument hukum terkait pemanfaatan energi nuklir seperti pertanggungjawaban apabila terjadi kebocoran pada reaktor nuklir, namun isu keamanan dalam pemanfaatan energi nuklir bukan berarti langsung terpecahkan. Pemanfaat teknologi yang menggunakan energi nuklir sangat menuntut keamanan yang tinggi karena tidak seperti menggunakan sumber energi seperti minyak, air, ataupun sumber energi lain, energi nuklir memiliki kandungan zat yang berbahaya apabila tidak dimanfaatkan dengan hati hati sehingga berpotensi untuk dilakukan penyimpangan dan dijadikan senjata pemusnah missal umat manusia. nuklir juga kerapkali digunakan sebagai alat pemerasan politik yang dilakukan oleh teroris. 3 Namun kendati sebagai salah satu sumber energi nuklir memiliki potensi yang membahayakan, masih terdapat sebuah anggapan bahwa nuklir merupakan sebuah energi alternatif yang sangat layak untuk dikembangkan. PLTN telah memberikan kontribusi sebesar 18% dari pasokan tenaga listrik dunia dengan total pembangkit daya yang mencapat MWe. Bahkan, 36 unit PLTN sedang dibangun di 18 negara. 4 Selain dimanfaatkan sebagai pemasok energi, zat radioaktif yang dianggap sebagai bahan berbahaya nyatanya juga telah memberikan kontribusi besar dalam perkembangan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang industri kesehatan, pertanian, peternakan,sterilisasi produk farmasi dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan, bidang hidrologi dan lain sebagainya. Dari uraian diatas, maka terdapat dua permasalahan yang timbul yaitu dapat tidaknya instrumen hukum internasional menghadapi isu keamanan yang ditimbulkan dari penggunaan nuklir sebagai sumber energi serta potensi kerusakan lingkungan akibat pembangunan PLTN. Hasil Penelitian dan Pembahasan 2 Dede Suryana, Inilah Dampak Radiasi Nuklir Bagi Manusia, < diakses tanggal 19 Agustus Estopet M. D. Sormin, Ketentuan Internasional Ketenaganukliran di Bidang Pemanfaatan Nuklir Untuk Tujuan Damai. Makalah disampaikan dalam seminar tentang nuklir tanggal 27 November Mengenal Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, < pltn/861--mengenal-pembangkit-listrik-tenaga-nuklir>, diakses tanggal 20 Agustus 2017
4 1. Pengaturan Penggunaan Energi Nuklir dalam Hukum Internasional Kasus meledaknya reaktor nuklir di PLTN Chernobly telah mendorong masyarakat internasional untuk membentuk berbagai instrument hukum internasional. International Atomic Energy Agency, yang disingkat IAEA merupakan salah satu instrument hukum internasional yang berbentuk organisasi internasional yang memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan energi nukir. Sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya, nuklir berpotensi untuk disalahgunakan oleh pihak pihak tertentu dan berubah menjadi senjata mematikan bagi umat manusia. Dengan dibentuknya IAEA, energi nuklir diarahkan untuk mempromosikan penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai serta menangkal penggunaannya untuk keperluan militer. 5 Markas IAEA terletak di Wina, Austria dan saat ini telah beranggotakan 137 negara. Selain IAEA, negara yang menjadi peserta perjanjian IAEA, juga mempunyai badan pengawas untuk mengawasi penggunaan tenaga nuklir di masing masing negara. Sebagai contoh, Indonesia yang merupakan peserta dari perjanjian IAEA, memiliki suatu badan nasional yan bertugas untuk melakukan pengawasan tenaga nuklir yang dinamakan Badan Pengawas Tenaga Nuklir atau BAPETEN dan juga memiliki sebuah badan yang berfungsi untuk melakukan riset terkait pemanfaatan energi nuklir di Indonesia yaitu Badan Tenaga Atom Nasional atau BATAN. Selain dibentuknya organisasi internasional yang mengawasi penggunaan tenaga nuklir seperti IAEA, berbagai perjanjian internasional yang membahas mengenai penggunaan ketenaganukliran juga turut dibentuk. Aspek keselamatan (safety), keamanan (security), pengawasan (safeguards), dan pertanggungjawaban kerugian (liability) telah dituangkan dalam hukum internasional melalui perjanjian internasional yang dilakukan oleh negara negara terkait ketenaganukliran. Salah satu konvensi internasional yang terkait dengan ketenaganukliran adalah Convention on Nuclear Safety. Pada prinsipnya, konvensi ini dibentuk untuk memberikan jaminan perlindungan bagi pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup. 6 Convention on Nuclear Safety kemudian memiliki peranan penting dalam memanfaatkan energi nuklir sebagai salah satu sumber energi. Hal ini disebabkan karena berdasarkan konvensi 5 Roberto Phispal, Loc cit. 6 Widya Krulinasari, Pengaturan Hukum Interasional Terhadap Penggunaan Nuklir Untuk Tujuan Damai, Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Januari-April 2013, h. 8 < diunduh tanggal 18 Agustus 2017
5 ini, negara memiliki kewajiban untuk memprioritaskan permasalahan keselamatan dari penggunaan energi nuklir dengan menetapkan standar standar internasional dalam bidang pemanfaatan ketenaganukliran. Selain Convention on Nuclear Safety, konvensi lain yang mengatur mengenai pemanfaatan nuklir sebagai sebuah nuklir adalalh Convention on the Physical Protection of Nuclear Material. Konvensi tersebut dibentuk dengan mempertimbangkan alasan keselamatan terhadap pengangkutan bahan bahan nuklir yang dinilai berbahaya. Pengamanan dari pencurianatau penyimpangan bahan nuklir dan menghindari bahaya terjadinya sabotase dari penggunaan fasilitas nuklir juga turut menjadi salah satu fokus dibentuknya konvensi tersebut. Jika menilai dari segi instrument hukum, pengaturan hukum internasional mengenai ketenaganukliran dinilai sudah baik. Terakomodirnya aspek keselamatan (safety), keamanan (security), pengawasan (safeguards), dan pertanggungjawaban kerugian (liability) dalam berbagai konvensi internasional serta dibentuknya berbagai badan pengawas dalam pemanfaatan nuklir sebagai sebuah nuklir menjadi bukti bahwa masyarakat internasional menaruh perhatian yang besar terhadap keselamatan dan keamanan dari penggunaan energi nuklir. Namun, meskipun demikian masih terdapat berbagai macam permasalahan yang dihadapi negara apabila hendak menggunakan nuklir sebagai salah satu sumber energi alternatif. 2. Ancaman Limbah Nuklir bagi Lingkungan Salah satu permasalahan tersebut adalah tidak semua negara dapat memanfaatkan energi nuklir baik itu karena teknologi yang masih belum memadai sehingga belum mampu menciptakan sebuah alat yang dapat menjamin keselamatan dan keamanan dari penggunaan energi nuklir ataupun kondisi geografis yang memang tidak mendukung untuk pembangunan PLTN seperti misalnya negara tersebut berbentuk kepulauan dan berada di daerah rawan gempa seperti Indonesia dan Jepang. Kebocoran reaktor nuklir PLTN di Fukushima, Jepang dapat menjadi catatan bagi Indonesia untuk melakukan kajian lebih lanjut terkait keamanan reaktor. Selain kehati hatian pemasangan reaktor di negara yang memang rawan terjadinya gempa seperti halnya Jepang dan Indonesia, pengelolaan limbah nuklir bukanlah merupakan sesuatu hal yang mudah dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena selain berbahaya, pengelolaan limbah nuklir tidak murah dan hanya sedikit yang bisa digunakan kembali.
6 Isu keamanan dalam penggunaan energi nuklir pada prinsipnya sangat erat keterkaitannya dengan isu mengenai damak terhadap lingkungan hidup yang mungkin timbul dari pemanfaatan energi nuklir. Tidak hanya di negara berkembang, negara maju seperti Amerika Serikat tidak terlepas dari ancaman negatif dari pemanfaatan energi nuklir. Banyak negara yang pada akhirnya berencana menutup beberapa reaktor nuklir yang terdapat di beberapa PLTN di negaranya tidak terkecuali Amerika Serikat. Padahal, Amerika Serikat merupakan pemlik dari 25,4% reaktor nuklir yang ada di seluruh dunia. Namun ada kemungkinan bahwa Amerika Serikat akan mengadakan penutupan terhadap 103 reaktor miliknya. Hal ini juga berlaku di Jerman. Sebagai negara dengan kemajuan industri yang cukup pesat, pada tahun 2002 melakukan penutupan pada reaktor nuklir dan direncanakan pada tahun 2021, PLTN terakhir akan ditutup. Keadaan itu juga berlaku di Swedia. 7 Setelah tahun 2010, Swedia telah resmi menutup semua PLTN yang berada di negaranya sedangkan di Indonesia pembangunan PLTN seringkali mengalami hambatan. Ahli nuklir dan lingkungan di Indonesia menilai bahwa pemerintah dinilai belum mampu dalam menangani dampak apabila terjadi kebocoran nuklir. Apalagi operasi sebuah instalasipembangkit tenaga nuklir dari hulusampai hilir berpotensi menghsilkan limbah baik itu limbah padat ataupun limbah cair. 8 Penutupan dan penghentian pembangunan PLTN di berbagai negara di dunia tidak terlepas dari ancaman bahaya dan ancaman kerusakan lingkungan yang timbul dari reaktor nuklir. Ancaman radiasi langsung maupun radiasi tidak langsung yang diakibatkan oleh nuklir akan mempengaruhi fungsi organ tubuh melalui sel sel pembentukkannya sehingga akan merubah struktur sel, baik sel tersebut akan mati, terjadi penggadaan sel yang berpotensi kanker ataupun potensi untuk melahirkan generasi yang cacat akibat terjadinya kerusakan pada sel telur atau testis. 9 Selain permasalahan fisik, kebocoran radiasi atau kebocoran reaktor nuklir dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti halnya yang terjadi di Ukrania. Memang hukum internasional telah mengatur mengenai tanggung jawab dalam penggunaan ketenaganukliran, tanggung jawab tersebut tentu saja tetap terbatas dan hanya berupa materil. Sedangkan resiko cacat yang mengancam masyarakat yang terkena radiasi dari reaktor nuklir tentu sangat sulit untuk diatasi. Lingkungan yang rusak akibat limbah nuklir juga 7 Roberto Phispal, op. Cit, h Rencana Pembangunan Reaktor Nuklir Ditolak, Suara Pembaruan, Kamis 1 Maret 2007, hlm Roberto Phispal, Loc cit
7 membutuhkan waktu yang lama untuk dapat dikembalikan seperti sediakala. Apalagi nuklir merupakan energi yang cukup sulit untuk diurai. Oleh karena itu, sebuah negara yang hendak membangun PLTN harus mempertimbangkan baik itu dari infrastruktur ataupun dari segi kondisi geografis. Pemilihan lokasi dari pembangunan PLTN juga merupakan salah satu hal penting yang harus dikaji lebih lanjut agar dampak negatif dapat dihindari. Penutup A. Kesimpulan 1. Instrumen hukum internasional terkait ketenaganukliran dinilai cukup mengakomodasi baik itu dari aspek keselamatan (safety), keamanan (security), pengawasan (safeguards), dan pertanggungjawaban kerugian (liability). Pembentukan badan pengawas nuklir internasional juga telah dilakukan sehingga penyalahgunaan nuklir sebagai senjata ancaman dapat diminimalisir. Selain itu setiap negara yang menjadi peserta konvensi IAEA memiliki badan pengawas nasional masing masing. Bahkan di Indonesia dibentuk pula BATAN yang bertugas melakukan riset terkait energi nuklir sehingga penelitian energi nuklir tidak bisa dilakukan oleh sembarang pihak sehingga keamanan lebih terjamin 2. Meskipun dari sisi hukum telah menjamin, menggunakan energi nuklir sebagai salah satu energi alternatif masih memerlukan pengkajian lebih lanjut karena mengingat energi nuklir merupakan energi yang memiliki dampak negatif yang paling berbahaya dibandingkan sumber energi lain. B. Saran Selain nuklir, ada baiknya negara mengembangkan energi alternatif lain yang lebih ramah lingkungan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya sehingga lebih ramah lingkungan. Memang PLTA menghasilkan energi lebih besar. Namun pengkajian detail terkait infrastruktur dan kondisi geografis memiliki peranan penting untuk menghindari terjadinya resiko kebocoran reaktor nuklir seperti di Jepang dan Ukraina. Daftar Pustaka Krulinasari, Widya, Pengaturan Hukum Interasional Terhadap Penggunaan Nuklir Untuk Tujuan Damai, Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Januari-April 2013, h. 8
8 < Phispal, Roberto, Pengaturan Hukum Internatsional atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir dan Dampak Lingkungan yang Mungkin Ditimbulkan, Lex et Societatis, Volume 1, Nomor 5, September 2013, h. 123 < Sormin, Estopet M. D., Ketentuan Internasional Ketenaganukliran di Bidang Pemanfaatan Nuklir Untuk Tujuan Damai Suryana, Dede, Inilah Dampak Radiasi Nuklir Bagi Manusia, <
PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL ATAS PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DAN DAMPAK LINGKUNGAN YANG MUNGKIN DITIMBULKAN 1 Oleh: Roberto Phispal 2
PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL ATAS PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DAN DAMPAK LINGKUNGAN YANG MUNGKIN DITIMBULKAN 1 Oleh: Roberto Phispal 2 A B S T R A K Hukum internasional memainkan peranan yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal abad ke-20, perkembangan teknologi telah mendatangkan beragam inovasi baru. Salah satunya adalah pengolahan beberapa unsur kimia menjadi senyawa radioaktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan industri pada suatu negara tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya energi yang memadai, Jepang misalnya memiliki sumber daya alam yang sangat
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NUCLEAR ENERGY REGULATORY AGENCY BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jl. Gajah Mada 8, Jakarta-10120, Telp.021-638 582 69-70, Fax: 021-638 566 13 Homepage: www.bapeten.go.id E-mail:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat membutuhkan energi listrik, seperti saat kita berangkat dari rumah untuk bekerja, kuliah, rekreasi, acara keluarga ataupun
Lebih terperinciPENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DALAM BIDANG ENERGI
Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DALAM BIDANG ENERGI BAPETEN Sukarman Aminjoyo Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) Jl. Gajah Mada No. 8 Jakarta INDONESIA http/www.bapeten.go.id.
Lebih terperinciGUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014
Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014 Hari, tanggal Selasa, 21 Oktober 2014 Sumber Berita http://palingaktual.com/
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian. Pertama, hadirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengatasi krisis energi yang dihadapi Indonesia. Energi nuklir yang seringkali dicap jelek sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik nasional memerlukan energi baru untuk lebih memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan Presiden Nomor 5 tahun
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Organisasi Tahun 1954 1957 : Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktif: Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktif dilatarbelakangi oleh adanya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan sarana pokok pengembangan ilmu pengetahuan, karena penelitian bertujuan mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Sistematis berarti
Lebih terperinciRESUME SKRIPSI PERAN IAEA DALAM MENGATASI KASUS KEBOCORAN NUKLIR DI FUKUSHIMA
RESUME SKRIPSI PERAN IAEA DALAM MENGATASI KASUS KEBOCORAN NUKLIR DI FUKUSHIMA 2011 2014 Nama : Cynthia Amorta Putri NIM : 151100084 Jepang merupakan sebuah negara kepulauan di Asia Timur, terletak di Samudra
Lebih terperinciKAJIAN TERHADAP PERATURAN TENTANG SEIFGARD DAN KEAMANAN BAHAN NUKLIR MENGGUNAKAN KUESIONER US DOE (UNITED STATES DEPARTMENT OF ENERGY)
KAJIAN TERHADAP PERATURAN TENTANG SEIFGARD DAN KEAMANAN BAHAN NUKLIR MENGGUNAKAN KUESIONER US DOE (UNITED STATES DEPARTMENT OF ENERGY) Djibun Sembiring dan Taruniyati Handayani BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam pemanfaatan sumber
Lebih terperinciHUKUM KETENAGANUKLIRAN; Tinjauan dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja, oleh Eri Hiswara Hak Cipta 2014 pada penulis
HUKUM KETENAGANUKLIRAN; Tinjauan dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja, oleh Eri Hiswara Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax:
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciKebijakan Pengawasan Ketenaganukliran
Kebijakan Pengawasan Ketenaganukliran Jazi Eko Istiyanto Kepala BAPETEN Jakarta, 12 Agustus 2015 Definisi Ketenaganukliran adalah hal yang berkaitan dengan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Tabel 2. Matriks SWOT Kearns
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN Penelitian ini menggunakan studi kasus dari beberapa negara pengguna nuklir. Dimana negara-negara tersebut selain menggunakan energi nuklir sebagai pembangkit
Lebih terperinciSISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI B.Y. Eko Budi Jumpeno Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta 12070 PENDAHULUAN Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini menyangkut dengan keamanan dan pemanfaatan teknologi alternatif untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Isu penggunaan energi nuklir tengah menjadi suatu isu global dimana hal ini menyangkut dengan keamanan dan pemanfaatan teknologi alternatif untuk kebutuhan
Lebih terperinciSAATNYA MENGAKHIRI ABAD NUKLIR (Pelajaran dari Fukushima)
SAATNYA MENGAKHIRI ABAD NUKLIR (Pelajaran dari Fukushima) Dian Abraham Peneliti Hukum Nuklir Disampaikan dalam Seminar Belajar dari Kecelakaan PLTN Fukushima Daiichi Jepang dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 SUMBER DATA a. KANADA (Bruce Doern, 2009) Kanada merupakan salah satu negara pengguna energi nuklir sebagai salah satu pasokan listrik di negara ini selain energi fosil. Kanada
Lebih terperinciASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI
ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI Oleh NAUSA NUGRAHA SP. 04 02 02 0471 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
TANGGUNGJAWAB INTERNASIONAL SUATU NEGARA ATAS KECELAKAAN NUKLIR (STUDI KASUS:FUKUSHIMA DAIICHI, JEPANG) SKRIPSI Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I dalam bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Pengembangan TAHRMoPS Tc-99m merupakan salah satu radioisotop yang digunakan di aplikasi medis untuk keperluan teknik citra tomografi di kedokteran nuklir
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGAWASAN PLTN
KEBIJAKAN PENGAWASAN PLTN Dr. Khoirul Huda, M.Eng. Deputy Chairman Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Konferensi Informasi Pengawasan Jakarta, 12 Agustus 2015 1 Agenda Presentasi Pendahuluan Peta Pemanfaatan
Lebih terperinciKONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR
KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Penggunaan uranium sebagai bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) selain menghasilkan tenaga listrik dapat juga menghasilkan bahan
Lebih terperinciKECENDERUNGAN KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF*) Djarot S. Wisnubroto
KECENDERUNGAN KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF*) Djarot S. Wisnubroto Diskusi mengenai pengelolaan limbah radioaktif konvensional (pengelolaan limbah hasil operasi industri nuklir) di negara-negara
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS. Revisi - 1 Nopember 2005 Halaman 1 dari 31 KATA PENGANTAR
Revisi - 1 Nopember 2005 Halaman 1 dari 31 KATA PENGANTAR Berbasis pada arahan Pimpinan maka telah dilaksanakan telaah pada Renstra versi 0 yang telah ditandatangani pada bulan Mei 2005 khususnya perihal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 DEFINISI KONSEP 2.1.1 Definisi Teoritis Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan
Lebih terperinci10 Negara yang Punya Reaktor Nuklir Terbesar Di Dunia Minggu, Oktober 21, 2012 Azmi Cole Jr.
Hari, Tanggal: Minggu, 21 Oktober 2012 Hal/Kol : http://zonapencarian.blogspot.com/2012/10/10- negara-yang-punya-reaktor-nuklir.html Sumber: WWW.ZONAPENCARIAN.BLOGSPOT.COM 10 Negara yang Punya Reaktor
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN TRAKTAT PELARANGAN MENYELURUH UJI COBA NUKLIR (COMPREHENSIVE NUCLEAR-TEST-BAN TREATY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] BAB III TINDAK PIDANA TERORISME Pasal 6 Setiap orang yang dengan sengaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga nuklir merupakan salah satu jenis energi yang saat ini menjadi alternatif energi potensial. Pemanfaatan teknologi nuklir saat ini telah berkembang di berbagai
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTN
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTN PENDAHULUAN Pemenuhan kebutuhan energi pada sektor a.l.: rumah tangga, industri, transportasi dari tahun ke tahun terus
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF
KEBIJAKAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc. Kepala BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jl. Gajah Mada 8 Jakarta 10120 Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XII
Lebih terperinciPEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL
PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL Oleh: Triyono Wibowo Dubes/Watapri Wina PENDAHULUAN 1. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghubung, media rekreasi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran lingkungan laut mendapat perhatian dunia dewasa ini, baik secara Nasional, Regional, atau Internasional disebabkan karena dampak yang ditimbulkan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION U M U M Peraturan Pemerintah ini, dimaksudkan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN BAGI KEGIATAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI YANG BERISIKO TINGGI DAN
Lebih terperinciKETENTUAN SISTEM PROTEKSI FISIK INSTALASI NUKLIR DAN BAHAN NUKLIR DI INDONESIA
KETENTUAN SISTEM PROTEKSI FISIK INSTALASI NUKLIR DAN BAHAN NUKLIR DI INDONESIA Niniek Ramayani Yasintha 1, Surachmat 2, dan Taruniyati Handayani 3 Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang
Lebih terperinci3. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF
3. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF 301. Pengelolaan limbah radioaktif yang bertanggungjawab memerlukan implementasi dan pengukuran yang menghasilkan perlindungan kesehatan manusia dan
Lebih terperinci*48622 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 197 TAHUN 1998 (197/1998) TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 197/1998, BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL *48622 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 197 TAHUN 1998 (197/1998) TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PRESIDEN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI YANG BERISIKO TINGGI DAN BERBAHAYA
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBBN) merupakan salah satu unit kerja di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di bawah deputi bidang
Lebih terperinciGUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014
Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Hari, tanggal Minggu, 10 Mei 2015 Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Sumber Berita Selasar.com Hal. -
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai dukungan negara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai dukungan negara Tiongkok terhadap program nuklir Iran pada masa pemerintahan Hu Jintao
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia terutama Jepang dikejutkan dengan dijatuhkannya bom atom (nuklir) diatas kota Hiroshima
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197 TAHUN 1998 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197 TAHUN 1998 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciAndy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016
Andy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016 SAFETY SAFEGUARDS SECURITY IPTEK NUKLIR Keamanan nuklir mencakup keamanan bahan nuklir
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME
Lebih terperinci- 5 - INDIKATOR KINERJA UTAMA BAPETEN
- 5 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. minyak. Terus melambungnya harga minyak dunia, bahkan sempat menyentuh
I. PENDAHULUAN A. Latar Balakang Setiap negara, baik negara maju ataupun berkembang tersudut di dalam pilihan yang sangat sulit terhadap masalah energi yang disebabkan pada tingginya harga minyak. Terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya menimbulkan insiden yang tidak signifikan bagi reaktor. Parahnya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pemerintah Jepang didalam teknologi nuklir khususnya PLTN selalu mengedepankan tingkat keamanan dan keselamatan baik bangunan maupun peralatan yang tinggi. Sehingga
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI YANG BERISIKO TINGGI DAN BERBAHAYA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGANUKLIRAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGANUKLIRAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGANUKLIRAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGANUKLIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGANUKLIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketenaganukliran menyangkut kehidupan dan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN KERUGIAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN KERUGIAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERAN IAEA (INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY) DALAM MENYIKAPI TINDAKAN KOREA UTARA DALAM PENGEMBANGAN TENAGA NUKLIR UNTUK TUJUAN TIDAK DAMAI
PERAN IAEA (INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY) DALAM MENYIKAPI TINDAKAN KOREA UTARA DALAM PENGEMBANGAN TENAGA NUKLIR UNTUK TUJUAN TIDAK DAMAI AMELIA YULI PRATIWI Fakultas Hukum Universitas Surabaya Abstrak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), maka peningkatan kebutuhan
Lebih terperinci*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 27/2002, PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF *39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN KERUGIAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN KERUGIAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 23, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3676) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran,
Lebih terperinciPREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Suliyanto, Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu (dimotori oleh Amerika Serikat) telah membuka babak baru dalam sejarah politik Korea. Kemenangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undangundang
Lebih terperinciMENTERI RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENRISTEKDIKTI KORINWAS-RAKORNAS "Membangun Sinergi Sistem Keamanan Nuklir Nasional untuk menghadapi aksi kriminal dan teror yang
Lebih terperinciTUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)
TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul
Lebih terperinciPrinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif. Djarot S. Wisnubroto
Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif Djarot S. Wisnubroto Definisi Limbah Radioaktif Definisi IAEA: Definisi UU. No. 10 thn 1997 Limbah radiaoktif adalah zat radioaktif dan atau bahan serta peralatan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN TRAKTAT PELARANGAN MENYELURUH UJI COBA NUKLIR (COMPREHENSIVE NUCLEAR-TEST-BAN TREATY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4202) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR 1. Nama Organisasi : BADAN PENGAWAS TENAGA
Lebih terperinciSihana
Surabaya, 5-9 Oktober 2015 Sihana Email: sihana@ugm.ac.id Pelatihan Keamanan Nuklir Untuk First Responder Pendahuluan Definisi ADD Jenis ADD Nasional Lokal 2 Industrial Medical Isotopes Isotopes Application
Lebih terperinciSihana
Surabaya, 5-9 Oktober 2015 Sihana Email: sihana@ugm.ac.id Pengantar tentang Senjata NUKLIR Ancaman teroris nuklir Ancaman serangan fasilitas nuklir Ancaman serangan dengan bahan radioaktif 2 Hiroshima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penciptaan energi nuklir menarik untuk dikaji karena dalam setiap pembelahan inti akan terjadi pelepasan energi yang besar. Contohnya, pada pembelahan satu inti uranium
Lebih terperinciKeamanan Sumber Radioaktif
Keamanan Sumber Radioaktif Pelatihan Petugas Proteksi Radiasi PUSDIKLAT BATAN Latar Balakang Pengelolaan sumber radioaktif dengan tidak memperhatikan masalah keamanan dapat menyebabkan kecelakaan Maraknya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI YANG BERISIKO TINGGI DAN BERBAHAYA
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. Dilihat dari sisi kelimpahan sumber daya alam, Jepang termasuk negeri yang memiliki
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara industri paling maju di kawasan Asia. Kemajuan industri pada suatu negara tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya energi yang memadai. Dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam.
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsumsi energi dunia tumbuh dua puluh kali lipat sejak tahun 850 sementara populasi dunia tumbuh hanya empat kali lipat. Pada pertumbuhan awal terutama dipenuhi dengan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI YANG BERISIKO TINGGI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1973 TENTANG PERSETUJUAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TERHADAP PERUBAHAN PASAL VI ANGGARAN DASAR BADAN TENAGA ATOM INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci2 Sebagai pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran telah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2002 te
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Keselamatan. Keamanan. Zat Radio Aktif. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 185). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciSKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050
SEMINAR NASIONAL SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050 Periode 40 tahun ke depan bukan merupakan waktu yang panjang bagi penentuan masa depan sebuah negara dan bangsa. Berbagai keputusan
Lebih terperinciPENGARUH KECELAKAAN PLTN FUKUSHIMA DAIICHI TERHADAP PENERIMAAN PLTN OLEH MASYARAKAT DI BANGKA BELITUNG
PENGARUH KECELAKAAN PLTN FUKUSHIMA DAIICHI TERHADAP PENERIMAAN PLTN OLEH MASYARAKAT DI BANGKA BELITUNG Fera Wahyuningsih 1), Aldan Djalil 1), Mersyana Tri A.T. 2), Mudjiono 2) 1) Dinas Pertambangan dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinci