HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum BBRVBD Cibinong

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum BBRVBD Cibinong"

Transkripsi

1 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum BBRVBD Cibinong BBRVBD Cibinong atau juga dikenal dengan National Vocational Rehabilitation Center (NVRC) dibangun sebagai wujud persahabatan dan kerjasama Pemerintah RI (Kementerian Sosial) dengan Pemerintah Jepang (JICA) yang peletakan batu pertama dilakukan oleh Menteri Sosial RI (Dra. Inten Soeweno) pada bulan November 1996 dan mulai dibangun awal Tahun Pada tanggal 29 Desember 1997 Gedung BBRVBD diresmikan oleh Wakil Presiden RI Bapak Try Sutrisno dan mulai operasional melakukan pelayanan rehabilitasi vokasional bagi para penyandang disabilitas tubuh dimulai pada awal tahun BBRVBD Berlokasi di Jl. SKB No. 5, Karadenan, Cibinong, Bogor, Jawa Barat sebagaimana ditunjukkan oleh gambar pada Lampiran 1. BBRVBD didirikan dengan tujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan sistem rehabilitasi vokasional di Indonesia agar para penyandang disabilitas memiliki keterampilan dan keahlian dalam pekerjaan, mandiri sehingga mampu hidup bermasyarakat. Di BBRVBD penyandang disabilitas dibekali pengetahuan, sikap dan keterampilan kerja secara profesional agar mampu bersaing di pasaran kerja. BBRVBD dipimpin oleh seorang Kepala dengan jabatan setingkat eselon II.a dan 4 (empat) pejabat eselon III.a dan 12 (dua belas) pejabat eselon IV.a serta Kelompok Jabatan Fungsional. BBRVBD merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis rehabilitasi vokasional bina daksa di lingkungan Kementerian Sosial yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan rehabilitasi vokasional tingkat lanjutan, pelatihan, penelitian/pengkajian dan pengembangan rehabilitasi vokasional bagi penyandang disabilitas tubuh yang berasal dari Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD), Panti Sosial Bina Daksa (PSBD), Loka Bina Karya (LBK) seluruh Indonesia dan masyarakat. Gambaran sebaran asal penyandang disabilitas penerima manfaat BBRVBD dapat dilihat pada gambar di Lampiran 2. Dalam melaksanakan rehabilitasi vokasional, BBRVBD melaksanakan serangkaian kegiatan seleksi termasuk kelengkapan administrasi dengan persyaratan umum sebagai berikut: penyandang disabilitas tubuh dan tidak memiliki disabilitas lainnya seperti tuna netra, tuna grahita/mental dengan kriteria: sehat jasmani dan rohani dan tidak mempunyai penyakit menular yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter, WNI pria maupun wanita, berusia minimal 18 tahun s/d 40 tahun, tidak mempunyai tanggungan keluarga, melampirkan foto copy ijasah pendidikan formal terakhir, diutamakan untuk yang telah lulus mengikuti keterampilan dasar dilengkapi sertifikat dari BBRSBD, PSBD, LBK atau badan diklat/kursus lainnya, tidak memerlukan pelayanan rehabilitasi medik (operasi, pasca operasi, fisioterapi, alat bantu dan lain-lain) selama proses pelatihan berlangsung, tidak menderita epilepsi, tidak buta warna total, tidak memiliki disabilitas ganda, bersedia untuk tinggal di asrama dan mematuhi segala peraturan yang ada. BBRVBD memberlakukan persyaratan khusus bagi jurusan tertentu, seperti untuk jurusan Komputer yaitu pendidikan minimal SLTA sederajat; untuk jurusan Penjahitan, Pekerjaan Logam dan Otomotif adalah pendidikan minimal

2 25 SD sederajat dan memiliki keterampilan dasar; sedangkan untuk jurusan Desain Grafis dan Elektronika adalah pendidikan minimal SLTP sederajat dan memiliki keterampilan dasar. Pendaftaran dilakukan melalui petugas Dinas Sosial Kabupaten/Kota, Dinas Sosial Provinsi setempat atau ke BBRSBD/PSBD terdekat atau langsung ke BBRVBD, dimana calon peserta mendaftar dan melengkapi berkas pendaftaran di Dinas Sosial Kabupaten/ Kota, Dinas Sosial Provinsi atau ke BBRVBD/BBRSBD/PSBD terdekat atau langsung ke BBRVBD. Kemudian berkas pendaftaran dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota dikirim ke Dinsos Provinsi/ BBRVBD/BBRSBD/PSBD yang terdekat atau langsung menghubungi Dinsos Provinsi atau BBRVBD/BBRSBD/PSBD terdekat untuk dicek kelengkapanya. Calon kelayan yang memenuhi syarat akan dipanggil ke Dinsos Provinsi/ BBRVBD/BBRSBD/PSBD yang terdekat untuk mengikuti assesment test. Pelatihan Vokasional BBRVBD Cibinong Program pelatihan vokasional disusun berdasarkan dengan mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) serta berorientasi pada kebutuhan lapangan kerja melalui supervisi, penelitian dan pengembangan Bidang Litbang BBRVBD. Pelatihan vokasional di BBRVBD terdiri dari: (1) Jurusan Komputer yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan lanjut bagi penyandang disabilitas tubuh agar memiliki kemampuan berbagai macam program meliputi: Operating System, Ms.Power Point, Ms.Word, Ms.Excel, Operasional Printer, anti virus Internet, Instalasi PC, Instalasi Software, Instalasi Jaringan Lokal (LAN), Ms.Acces, Algoritma, JAVA, Ms.Visual Basic dan Web Desain. (2) Jurusan Penjahitan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan lanjut bagi penyandang disabilitas tubuh agar memiliki kemampuan mengoperasikan berbagai macam mesin kecepatan tinggi (high speed) secara tepat dan aman, merancang berbagai macam pola pakaian pria, wanita dan anak-anak, menjahit sistem tailor maupun industri garmen hingga finishing dan pengepakan. (3) Jurusan Percetakan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan lanjut bagi penyandang disabilitas tubuh agar memiliki kemampuan di bidang grafika, yakni melakukan type setting melalui komputer, membuat desain grafis, pemrosesan photo, pencetakan hitam putih, separasi, penjilidan serta pengoperasian berbagai macam alat/mesin cetak. (4) Jurusan Elektronika yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan lanjut bagi penyandang disabilitas tubuh agar memiliki kemampuan di bidang Elektronika, yaitu kemampuan membuat sistem relay/sequential control program otomatis dengan PLC, rangkaian logika dan system digital, menggulung motor dan trafo, system pendingin dan instalasi listrik serta audio video system sensor. (5) Pekerjaan Logam yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan lanjut bagi penyandang disablitas tubuh agar memiliki kemampuan berproduksi dengan menggunakan/mengoperasikan alat/mesin bubut, frais, las busur manual/smaw, las oksigen-asetilen serta gambar teknik autocad.

3 26 (6) Jurusan Otomotif yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan lanjut bagi penyandang disabilitas tubuh agar memiliki kemampuan di bidang otomotif mobil dan motor, sehingga kelayan mengetahui, memahami, dan mampu mereperasi sistem engine group, power train, suspension, electrical, brake, tune-up dan body painting. Setelah mengikuti pelatihan vokasional, penyandang disabilitas peserta pelatihan mengikuti kegiatan Praktek Belajar Kerja (PBK) atau magang (on the job training) yang merupakan suatu proses penerapan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mereka peroleh selama mengikuti pelatihan vokasional, dengan tujuan untuk memberikan wawasan, pengalaman dalam dunia kerja dan sekaligus mempraktekan ilmu dan keterampilannya. Tahap berikutnya adalah tahap penyaluran kerja yang merupakan tahap penempatan kerja bagi peserta pelatihan BBRVBD Cibinong yang sedang dan atau telah mengikuti pelatihan vokasional maupun PBK di perusahaan, instansi pemerintah maupun usaha mandiri/wiraswasta. Lalu peserta memasuki tahap bimbingan lanjut yang merupakan kegiatan bimbingan, monitoring dan evaluasi terhadap lulusan BBRVBD Cibinong yang berkaitan dengan disiplin kerja, motivasi kerja, produktifitas kerja serta pengembanganya. Sedangkan kontribusi dari perusahaan diharapkan dapat memberikan masukan-masukan untuk peningkatan program rehabilitasi vokasional, khususnya kegiatan PBK dan penyaluran kerja. Tahap terakhir dari kegiatan rehabilitasi vokasional yang dilakukan oleh BBRVBD Cibinong adalah tahap terminasi, yaitu kegiatan pemutusan hubungan antara kegiatan rehabilitasi BBRVBD dengan kelayan. Kegiatan ini bertujuan agar kelayan dapat mandiri, dan tidak tergantung dengan BBRVBD tempat mereka memperoleh layanan rehabilitasi vokasional. Data Praktek Belajar Kerja (PBK) dan Penyaluran kerja dari peserta pelatihan dari tahun dapat dilihat pada Tabel 3. BBRVBD memiliki sarana fisik dengan luas tanah m 2 dan luas bangunan m 2. Fasilitas yang tersedia meliputi beberapa fasilitas umum. Aula serbaguna miliki kapasitas tampung maksimum 500 orang, dengan dilengkapi audio visual dan AC. Ruang pertemuan/aula Melati memiliki kapasitas 200 orang, dilengkapi sound system dan AC. Wisma Mawar berkapasitas 60 orang terdiri dari 23 kamar, kapasitas per kamar 2-3 orang dengan fasilitas AC, TV, kamar mandi di dalam dan tempat cuci. Ruang konferensi memiliki kapasitas 30 orang dilengkapi dengan audio visual dan AC. Ruang Audio-Visual memiliki kapasitas 60 orang, dilengkapi dengan audio visual dan AC. Laboratorium Bahasa memiliki kapasitas 20 orang dilengkapi dengan audio visual dan AC. Ruang Data dilengkapi dengan hasil karya kelayan, ruangan ber AC. Ruang Seminar memiliki kapasitas 16 orang dilengkapi dengan AC. Terdapat tempat Ibadah (Masjid Al-Fattah) dan fasilitas transportasi berupa 3 (tiga) buah bis, 1 (satu) bis besar, 2 (dua) bis kecil dan kendaraan UPSK dengan garasi mobil. Terdapat koridor/selasar dan halaman. Fasilitas untuk Kelayan berupa transportasi dari daerah asal ke BBRVBD, pengasramaan maksimal 9 (sembilan) bulan, permakanan maksimal 9 (sembilan) bulan, pelayanan kesehatan, seragam, pakaian olah raga, fasilitas kesenian (alat musik, karaoke). Fasilitas olah raga untuk bulutangkis, tenis meja, bola volley, billiard. Kelayan mendapatkan widyawisata, perpustakaan, pemondokan pada saat

4 27 praktek kerja/pbk (selama 2 bulan), uang konsumsi selama PBK (selama 60 hari), transportasi ke tempat PBK, transportasi ke tempat kerja atau untuk kembali ke daerah asal kelayan (apabila kelayan tidak mendapat tempat kerja), fasilitas Pelatihan Vokasional, ruang belajar praktek (workshop) dengan kapasitas 20 kelayan per ruangan. Aktivitas peserta selama pelatihan disesuaikan dengan aktivitas di dunia kerja pada umumnya. Pukul 6 (enam) pagi, peserta melakukan senam pagi dan dilanjutkan dengan sarapan pagi. Peserta baru mengikuti kegiatan pelatihan mulai dari pukul 8 (delapan) pagi sampai dengan pukul 4 (empat) sore, dengan waktu istirahat selama 1 jam. Pengaturan waktu pelatihan seperti ini disesuaikan dengan jam kerja kantor pada umumnya di dunia kerja dengan tujuan agar peserta pelatihan terbiasa mengikuti pola waktu di tempat kerja nantinya. Hari Sabtu digunakan untuk kegiatan ekstra kurikuler bagi peserta. Sedangkan Hari Minggu tetap sebagai hari libur dimana peserta dapat memanfaatkannya untuk kegiatan bebas. Aktivitas seperti ini dilaksanakan dalam jangka waktu 8 (delapan) bulan selama mereka tinggal di BBRVBD. Aktivitas 2 (dua) bulan berikutnya adalah aktivitas magang di perusahaan, dimana peserta pelatihan benar-benar masuk ke dunia kerja yang sesungguhnya dan mereka tinggal di rumah sewa di sekitar lokasi magang. Masa ini merupakan masa transisi dari kegiatan bekerja di workshop BBRVBD sebagai ajang pelatihan kepada dunia kerja yang sesungguhnya di pasar kerja terbuka.

5 Tabel 3 Rekapitulasi data PBK dan penyaluran kerja kelayan BBRVD tahun Jmlh persen 28 No. Tahun/ Agkatan Jumlah Peserta Praktek Belajar Kerja (PBK) Penyaluran Kerja perse Jmlh Jahit Komp DG Elktr PL Oto n Jahit Komp DG Elktr PL Oto / I , , / II , , / III , , / IV , , / V , , / VI , , / VII , , / VIII , , / IX , , / X , , / XI , , / XII , , /XIII , , /XIV , ,1 JUMLAH , ,5 Sumber: BBRVBD Cibinong,

6 29 PT Dewhirst Indonesia, Bandung PT Dewhirst Indonesia didirikan pada tahun 1998, yang merupakan pabrik besar yang menghasilkan unit pakaian per minggu dan memiliki karyawan sekitar orang pria dan wanita serta berlokasi di Bandung. Pabrik ini memiliki salah satu pembeli dengan label Marks & Spencer UK. PT Dewhirst merupakan satu dari beberapa pabrik yang memenuhi kuota pekerja penyandang disabilitas sebesar 1 (satu) persen sebagaimana diamanatkan oleh UU No 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. Kebanyakan dari pekerja disabilitas merupakan hasil perekrutan dari BBRVBD Cibinong dan beberapa lainnya dari LBK di sekitar Jawa Barat. Penyandang disabilitas direkrut dengan perekrutan normal, tanpa ada pengistimewaan. Lokasi PT Dewhirst mayoritas mudah diakses bagi penyandang disabilitas. Sebelumnya salah satu bangunan pabrik memiliki kantin dan ruang beribadah di lantai atas, kemudianmereka menyesuaikan tempat kerja yang aksesibel bagi penyandang disabilitas, sehingga sekarang semua fasilitas termasuk kantin dan ruang beberibadah terdapat di lantai dasar. Secara umum, PT Dewhirst memiliki standar yang tinggi dalam bidang kesehatan, keamanan, dan kondisi kerja. PT Mattel Indonesia, Cikarang PT. Mattel Indonesia, merupakan perusahaan multinasional dan terdepan dalam bisnis mainan anak-anak. Perusahaan ini merupakan manufaktur boneka terbesar yang memperkerjakan 9000 pekerja di Indonesia. Lokasi perusahaan ini di Jl. Jababeka V B1 G/4-6 Kawasan Industri Jababeka, Cibitung, Bekasi. Produknya yang terkenal adalah boneka barbie, Hot Wheels, Matchbox Car, dan sebagainya. Perusahaan Mattel, Inc (Induk PT. Mattel Indonesia) yang berpusat di Hawthorne, California, berdiri pada tahun 1945 oleh Harrold Matt Masson dan Elliot Handler. Berawal di industri kayu, yang kemudian membuka cabang bisnis di bidang mainan. Dan pada tahun 1959, mulai diproduksi boneka barbie. Selanjutnya Mattel Inc. merevolusi industri mainan anak-anak dan boneka dengan boneka yang bisa bersuara. Selain di Indonesia, Mattel juga mendirikan pabrik di Thailand, Malaysia dan Mexico. Salah satu produk Mattel yang terkenal adalah Barbie. Selain boneka, Mattel Inc. pun memproduksi pakaian dan asesoris untuk boneka Barbie tersebut. Hal inilah yang membuat boneka Barbie tetap bertahan sebagai boneka klasik yang masih bertahan di era modern ini. Mattel Indonesia merupakan mitra baru BBRVBD Cibinong yang baru merekrut lulusan pada tahun 2012 sebanyak 6 (enam) orang penyandang disabilitas. PT Rajawali Mulia Perkasa PT Rajawali Mulia Perkasa merupakan perusahaan garmen yang terletak di Jl. Pembangunan II No. 31 Kedung Halang, Bogor Utara, Bogor. Berdiri sejak 1989, perusahaan ini memproduksi kemeja yang dipasarkan untuk lokal dengan merk Polo, Valero, Nail Man, Van Jose, dan lainnya. Perusahaan ini juga memproduksi pakaian seragam bank-bank ternama di Indonesia. Karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut berjumlah sekitar 186 orang laki-laki dan

7 30 perempuan. Walaupun perusahaan ini baru memiliki sedikit karyawan, akan tetapi kepeduliannya terhadap penyandang disabilitas cukup tinggi terlihat dari perekrutan tenaga kerja penyandang disabilitas yang dilakukan oleh perusahaan ini yang prosentasenya sudah melebihi quota 1 (satu) persen. Karakteristik Peserta Pelatihan Keberhasilan pelatihan ditentukan oleh komponen-komponen yang ada di dalamnya yaitu diantaranya adalah peserta pelatihan, dimana peserta ditentukan oleh karakteristik peserta (misalnya: demografis, latar belakang pendidikan) yang menentukan lingkup dari pelatihan tersebut (Rose 2009). Khusus untuk penyandang disabilitas, jenis disabilitas turut menentukan kriteria peserta (Griffin dan Nechvoglod 2008). Karakteristik responden dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan karakteristik peserta No. Uraian Kategori F Persen (%) 1. Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan ,1 92,9 N=42 =100% 2. Usia 1. Sangat rendah (20-24 tahun) 2. Rendah (25-28 tahun) 3. Tinggi (29-32 tahun) 4. Sangat tinggi (33-36 tahun) ,0 31,0 23,8 14,2 3. Jenis disabilitas 1. Tuna rungu wicara 2. Tuna daksa 4. Penyebab disabilitas 5. Lama menyandang disabilitas 6. Pendidikan formal 7. Pendidikan non formal 1. Bawaan lahir 2. Bukan bawaan lahir 1. Sangat rendah (8-15 tahun) 2. Rendah (16-22 tahun) 3. Tinggi (23-29 tahun) 4. Sangat tinggi (30-36 tahun) 1. Sangat rendah (SD) 2. Rendah (SMP) 3. Tinggi (SMA) 4. Sangat tinggi (Perguruan Tinggi) 1. Tidak pernah 2. Jarang (1-2 kali) 3. Sering (3 kali) 4. Sangat sering (>3 kali) 8. Pengalaman kerja tahun tahun tahun tahun N=42 =100% N=42 =100% 11 26, ,8 N=42 =100% 3 7,1 9 21, ,8 7 16,7 N=42 =100% 2 4, , ,7 1 2,4 N=42 =100% 35 83,3 7 16, N=42 =100% 23 54,8 4 9,5 2 4, N=42 =100% Jenis Kelamin Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah perempuan yaitu sebesar 92,9 persen atau sebanyak 39 orang. Hal tersebut sejalan dengan fakta di

8 31 lapangan bahwa sektor garmen/penjahitan mempekerjakan mayoritas pegawai perempuan, yaitu sebanyak 70 persen pada tahun 2009 (Putra 2009). Sedangkan responden laki-laki hanya berjumlah 3 (tiga) orang saja atau sekitar 7,1 persen dari total responden. Data BBRVBD tahun 2012 menunjukkan bahwa penyandang disabilitas peminat pelatihan keterampilan penjahitan adalah mayoritas perempuan, yaitu sebesar 79,2 persen dari total peserta pelatihan keterampilan penjahitan. Usia Berdasarkan hasil penelitian, semua responden berada di usia sangat produktif yang berada di rentang usia tahun, dimana mayoritas berada di rentang usia tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian Mavromaras dan Palidano tahun 2011 yang menyebutkan bahwa pelatihan vokasional merupakan jalur pendidikan yang popular bagi penyandang disabilitas usia produktif. Jenis Disabilitas Khusus untuk pelatihan bagi penyandang disabilitas, jenis disabilitas turut menentukan kriteria peserta (Griffin dan Nechvoglod 2008). Jenis disabilitas dalam penelitian ini adalah macam keterbatasan fisik yang dimiliki responden yang dinyatakan dengan tuna daksa atau tuna rungu wicara. Mengacu pada Tabel 4, semua responden termasuk ke dalam kategori tuna daksa dan tidak ditemukan responden yang mempunyai kategori tuna rungu wicara. Data di lapangan menunjukkan bahwa penyandang disabilitas dengan jenis disabilitas tuna daksa yang mengikuti pelatihan di BBRVBD Cibinong adalah sebanyak 90 persen yang tersebar di 6 (enam) jurusan penjahitan. Sedangkan penyandang disabilitas daksa yang pernah mengikuti pelatihan vokasional keterampilan penjahitan adalah sebanyak 96,2 persen. Penyebab Disabilitas Penyebab disabilitas adalah hal yang menyebabkan responden menyandang disabilitas yang terdiri dari bawaan lahir dan bukan bawaan lahir. Mengacu kepada Tabel 4, sebanyak 26,2 persen penyebab disabilitas responden adalah karena bawaan lahir, sedangkan sisanya sebanyak 73,8 persen dikarenakan bukan bawaan lahir seperti sakit polio, panas (malpraktek), dan kecelakaan (lalu lintas, tersengat aliran listrik, jatuh dari pohon). Lama Menyandang Disabilitas Mengacu kepada Tabel 4, responden mengalami disabilitas pada range 8-36 tahun dimana 54,8 persen responden berada dalam kategori tinggi, yang artinya mereka sudah menyandang disabilitas selama tahun. Pendidikan formal Mayoritas pendidikan responden berada pada kategori rendah yaitu lulusan SMP yaitu sebesar 57,1 persen dan kemudian terbanyak berikutnya adalah pada kategori tinggi yaitu lulusan SMA sebesar 35,7 persen, dan terdapat 4,8 persen responden yang berkategori pendidikan sangat rendah yaitu lulusan SD. Hal ini sejalan dengan temuan Griffin dan Nechvoglod tahun 2008 yang menyebutkan bahwa kebanyakan penyandang disabilitas memiliki latar pendidikan yang rendah

9 32 ketika mengikuti pelatihan vokasional. Dalam kasus penelitian ini, rendahnya tingkat pendidikan peserta pelatihan terkait dengan kebijakan lembaga penyelenggara pelatihan mulai tahun yang mempersyaratkan minimal lulusan SMP untuk menjadi peserta pelatihan vokasional jurusan keterampilan penjahitan. Kemudian pada tahun 2011 sampai sekarang dibuat kebijakan baru, yaitu minimal lulusan SD bagi peserta pelatihan vokasional jurusan keterampilan penjahitan. Pendidikan Non Formal Pendidikan non formal adalah kegiatan pembelajaran non formal yang pernah diikuti responden selain pelatihan vokasional di BBRVBD Cibinong, baik sesudah atau sebelum mengikuti pelatihan di BBRVBD Cibinong, yang dinyatakan dalam frekuensi kegiatan. Sebagian besar responden tidak pernah mengikuti pelatihan selain pelatihan di BBRVBD Cibinong, yaitu sebesar 83,3 persen. Hal ini salah satunya disebabkan setelah mereka lulus dari BBRVBD Cibinong dan kemudian diterima kerja, mereka tidak lagi mengikuti pelatihanpelatihan. Hanya sebesar 16,7 persen responden saja yang pernah mengikuti pelatihan, berdasarkan hasil wawancara beberapa responden pernah mengikuti kegiatan pelatihan di tempat rehabilitasi sosial di provinsi asal mereka sebelum mereka masuk ke BBRVBD Cibinong, antara lain di panti sosial, LBK dan tempat kursus menjahit. Pengalaman Kerja Pengalaman kerja adalah lama bekerja yang dimiliki responden sebelum mengikuti pelatihan dan setelah lulus mengikuti pelatihan sampai sekarang yang dinyatakan dalam range waktu. Responden memiliki pengalaman kerja 1-8 tahun. Akan tetapi secara umum responden memiliki pengalaman kerja yang rendah, yaitu 1-2 tahun. Performa Instruktur Faktor lain yang dianggap berhubungan dengan pengembangan kompetensi penyandang disabilitas melalui pelatihan vokasional adalah faktor performa instruktur. Faktor ini meliputi penguasaan materi, keinovativan mengajar, dan kemampuan memotivasi. Adapun performa instruktur dari hasil penelitian ini disajikan dalam Tabel 5. Mengacu kepada Tabel 5, sebesar 69 persen responden menyatakan bahwa keragaan instruktur di BBRVBD Cibinong berada dalam kategori tinggi, yang artinya instruktur memiliki kemampuan yang baik dalam penguasaan materi pelatihan, keinovatifan mengajar termasuk di dalamnya kekreatifan mengajar, dan kemampuan memotivasi penyandang disabilitas peserta pelatihan. Sedangkan sisanya, sebesar 31 persen responden menyatakan bahwa keragaan instruktur berada dalam kategori sangat tinggi, yang artinya mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam penguasaan materi pelatihan, keinovatifan mengajar termasuk di dalamnya kekreatifan mengajar, dan kemampuan memotivasi penyandang disabilitas peserta pelatihan. Hal ini didukung oleh fakta di lapangan bahwa BBRVBD Cibinong telah melakukan seleksi ketat terhadap calon instruktur agar instruktur yang

10 33 memberikan pelatihan memiliki kemampuan yang baik dalam bidang pengajaran/pelatihan. Para instruktur yang ada di pelatihan juga telah melalui tahap diklat sertifikasi oleh lembaga terkait. Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan performa instruktur No. Uraian Kategori F Persen (%) 1. Penguasaan Materi 1. Sangat Rendah Rendah Tinggi 30 71,4 4. Sangat Tinggi 12 28,6 2. Keinovatifan Mengajar 1. Sangat Rendah Rendah 2 4,8 3. Tinggi Sangat Tinggi 6 14,2 3. Kemampuan Memotivasi 1. Sangat Rendah Rendah 9 21,4 3. Tinggi 32 76,2 4. Sangat Tinggi 1 2,4 4 Total Performa Instruktur 1. Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi Penguasaan materi Penguasaan materi instruktur merupakan salah satu faktor yang krusial dalam keberhasilan pemberian materi (Schempp 1998, Metzler dan Woessmann 2010), termasuk didalamnya persiapan materi (Darling-Hammond et al. 2005). Penguasaan materi dalam konteks penelitian ini adalah tingkat kemampuan instruktur dalam memahami materi pelatihan yang diajarkannya di BBRVBD Cibinong. Dari hasil penelitian, sebanyak 71,4 persen responden menyatakan bahwa penguasan materi pelatihan oleh instruktur berada di kategori tinggi, dan sebanyak 28,6 persen menyatakan penguasan materi pelatihan oleh instruktur berada dalam kategori sangat tinggi. Tingginya penguasaan materi instruktur terkait dengan kualifikasi yang ditetapkan pada saat perekrutan dan adanya kesempatan peningkatan kapasitas bagi instruktur melalui pelatihan-pelatihan yang terkait dengan pekerjaan mereka yang dilaksanakan secara internal oleh Kementerian Sosial ataupun pelatihan eksternal di luar kementerian, di dalam ataupun di luar negeri. Keinovativan mengajar Keinovativan mengajar adalah tingkat kemampuan instruktur dalam inovasi dan kreatifitas mengajar. Keinovatifan mengajar juga berperan dalam menyebarkan antusiasme instruktur dalam mengajar terhadap antusiasme peserta didik untuk belajar (Grosu 2011). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden menyatakan bahwa tingkat keinovativan mengajar instruktur berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 81 persen, yang artinya bahwa instruktur yang mengajar memiliki kemampuan mengajar yang inovatif dan kreatif, selalu berusaha menyampaikan materi pelatihan dengan cara yang baru yang tidak membosan bahkan membuat peserta pelatihan merasa tertarik dengan materi yang

11 34 disampaikan dan juga mempercepat pencapaian tujuan dari pembelajaran dalam pelatihan itu sendiri. Pelatih yang kreatif dan inovatif merupakan salah satu dari kriteria instruktur yang direkrut oleh lembaga penyelenggara pelatihan. selain itu, kegiatan peningkatan kapasitas juga dilakukan oleh lembaga agar instruktur mempunyai kemampuan mengajar yang inovatif dan kreatif, hal tersebut dilakukan dengan memberikan pelatihan Metode pembelajaran secara internal bagi para instruktur. Kemampuan memotivasi Berkaitan dengan kemampuan menotivasi, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yag penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock 2008). Kemampuan memotivasi adalah kemampuan instruktur dalam meningkatkan semangat, arah, dan kegigihan perilaku penyandang disabilitas peserta pelatihan agar dapat mengitukuti pelatihan dengan penuh energi dan terarah. Kemampuan memotivasi merupakan aspek dari instruktur yang dianggap penting (Ali 2005) Sebagian besar responden menyatakan bahwa instruktur mempunyai kemampuan memotivasi tinggi. Selain itu responden menyatakan bahwa hubungan responden dan instruktur terjalin dengan baik, penuh dengan keakraban dan kekeluargaan, sehingga responden lebih termotivasi untuk mencapai prestasi. Hal ini menunjukkan bahwa instruktur tidak hanya menyampaikan materi pelatihan saja, tetapi juga mampu memberikan dukungan aktif sebagai support worker bagi para penyandang disabilitas peserta pelatihan agar tetap terus mempunyai motivasi. Fakta di lapangan menujukkan bahwa instruktur pelatihan di BBRVBD Cibinong tidak hanya berperan sebagai instruktur tetapi juga berperan support worker, diantaranya sebagai pekerja sosial dan penyuluh sosial yang senantiasa berperan aktif dalam memberikan dukungan motivasi bagi penyandang disabilitas. Kurikulum Pelatihan Kurikulum pelatihan merupakan salah satu komponen pelatihan yang penting yang harus disusun secara sistematis dan berdasarkan tahapan-tahapan (Ali 2005, Hickerson dan Middleton 1975) dan dimana tujuan pelatihan harus diketahui oleh peserta dengan kelas, adanya praktek yang memadai (proporsional) dan mengetahui hasil belajar dalam bentuk evaluasi (Hickerson dan Middleton 1975). Faktor kurikulum pelatihan dalam penelitian ini terdiri dari proporsi jenis materi penunjang dan materi utama, kejelasan tujuan pelatihan, kesesuaian materi dan tujuan pelatihan, proporsi waktu teori dan praktek, waktu untuk pelatihan, dan evaluasi pelatihan. Hasil penelitian mengenai faktor kurikulum pelatihan disajikan dalam Tabel 6. Mengacu kepada Tabel 6, sebesar 52,4 persen responden menyatakan bahwa penyajian kurikulum pelatihan di BBRVBD Cibinong berada dalam kategori tinggi, yang artinya penyajian kurikulum pelatihan di BBRVBD Cibinong telah dilakukan dengan baik.

12 35 Hal ini didukung fakta di lapangan dimana BBRVBD Cibinong selalu melakukan perbaikan atau pengingkatan kualitas materi pelatihan yang disajikan dalam bentuk kurikulum dengan melibatkan para ahli terkait baik dari internal Kementerian Sosial atau dari kementrian lain seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Peningkatan kualitas kurikulum juga dilakukan dengan melibatkan ahli dari perusahaan garmen yang dianggap lebih profesional. Selain itu, penyusunan kurikulum di BBRVBD Cibinong telah mengacu kepada SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan kurikulum pelatihan No. Uraian Kategori F Persen (%) 1. Proporsi Jenis Materi Pelatihan Utama dan Penunjang 1. Sangat Rendah Rendah 11 26,2 3. Tinggi 26 61,9 4. Sangat Tinggi 5 11,9 2. Kejelasasn Tujuan Pelatihan 1. Sangat Rendah Rendah 1 2,4 3. Tinggi 25 59,5 4. Sangat Tinggi 16 38,1 3. Kesesuaian Materi Pelatihan dan Tujuan Pelatihan 1. Sangat Rendah Rendah 1 2,4 3. Tinggi 34 81,0 4. Sangat Tinggi 7 16,7 4. Urutan Substansi Materi Pelatihan 1. Sangat Rendah Rendah 4 9,5 3. Tinggi 30 71,4 4. Sangat Tinggi 8 19,0 5. Proporsi Waktu Teori dan Praktek 1. Sangat Rendah Rendah 7 16,7 3. Tinggi 30 71,4 4. Sangat Tinggi 5 11,9 6. Waktu Pelatihan 1. Sangat Rendah Rendah 4 9,5 3. Tinggi 33 78,6 4. Sangat Tinggi 4 9,5 7. Evaluasi Pelatihan 1. Sangat Rendah Rendah 2 4,8 3. Tinggi 40 95,2 4. Sangat Tinggi 0 0 Total Kurikulum Pelatihan 1. Sangat Rendah Rendah 1 2,4 3. Tinggi 22 52,4 4. Sangat Tinggi 19 45,2 Proporsi jenis materi penunjang dan materi utama Proporsi jenis materi penunjang dan materi utama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat perbandingan proporsi materi pelatihan penunjang dan materi utama. Tabel 6 menunjukkan bahwa 61,9 persen responden menyatakan proporsi jenis materi penunjang dan materi utama pelatihan dalam kategori tinggi yang artinya responden menganggap materi utama dan materi

13 36 penunjang pelatihan di BBRVBD Cibinong telah disusun dengan proporsional. Adapun yang dimaksud dengan materi utama adalah materi produktif yang berhubungan dengan keterampilan menjahit seperti K3, mengukur tubuh, menggambar busana, membuat pola, memotong bahan, dan menjahit dengan mesin.sedangkan materi penunjang adalah materi keterampilan umum seperti Pancasila, UUD 1945, Peraturan Ketenagakerjaan, Bahasa Inggris, dan Achievement Motivation Training (AMT). Materi penunjang hanya diberikan 75 jam dari 1618 jam total waktu pelatihan atau sekitar 4,6 persen dari total waktu pelatihan. Sedangkan materi utama diberikan selama 1074 jam atau 66,4 persen dari total waktu pelatihan. Adapun komposisi waktu materi pelatihan disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7 Komposisi waktu dan materi pelatihan vokasional jurusan keterampilan penjahitan di BBRVBD Cibinong No. Mata Diklat Durasi/ Waktu (jam) Persen (%) 1 Materi Utama: ,4 2 Materi Penunjang: 75 4,6 3 Evaluasi Akhir 39 2,4 4 Magang (on the job training) ,6 TOTAL Sumber: BBRVBD, 2012 (diolah) Kejelasan tujuan pelatihan Kejelasan tujuan pelatihan merupakan hal yang penting untuk dipahami oleh peserta pelatihan (Hickerson dan Middleton 1975). Kejelasan tujuan pelatihan dalam konteks penelitian ini adalah tingkat kepastian tujuan pelatihan vokasional yang dilihat dari tingkat kejelasan tujuan pelatihan bidang penjahitan, tingkat kejelasan tujuan mata pelatihan, dan tingkat kejelasan tujuan setiap sesi pembelajaran. Tabel 6 menunjukkan bahwa 59,5 persen responden menyatakan tujuan pelatihan dalam kategori tinggi yang artinya responden menganggap jelas tujuan pelatihan vokasional, tujuan mata pelatihan, dan tujuan setiap sesi pembelajaran. Responden memahami tujuan pelatihan vokasional karena dalam tahap asesmen sebelum mengikuti pelatihan di BBRVBD Cibinong, tim asesmen memberikan penjelasan kepada calon peserta pelatihan mengenai tujuan pelatihan vokasional tiap keterampilan, termasuk jurusan penjahitan. Sehingga peserta pelatihan memiliki kejelasan mengenai tujuan pelatihan vokasional. Adapun tujuan setiap mata pelatihan dan setiap sesi pembelajaran disampaikan oleh instruktur ketika mereka akan masuk ke mata pelatihan baru dan pada setiap awal sesi pembelajaran, sehingga peserta pelatihan memahami tujuan suatu mata pelatihan dan tujuan dari suatu sesi pembelajaran. Adapun tujuan dari pelatihan vokasional jurusan keterampilan penjahitan adalah untuk memberikan bekal keterampilan kepada penyandang disabilitas fisik agar memiliki kemampuan sebagai tenaga kerja profesional di bidang penjahitan (high speed operator) sesuai dengan persyaratan dan peluang kerja yang ada dan untuk menyiapkan penyandang disabilitas fisik agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang berbudi lihur berdasarkan Pancasila sehingga mampu membangun dirinya sendiri dan ikut serta berpartisipasi membangun bangsa (BBRVBD 2011).

14 37 Kesesuaian materi pelatihan dan tujuan pelatihan Tabel 6 menunjukkan bahwa 81 persen responden menyatakan bahwa kesesuaian materi pelatihan dengan tujuan pelatihan berada dalam kategori tinggi yang artinya responden menganggap materi pelatihan telah disajikan sesuai dengan tujuan pelatihan yang ingin dicapai. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa materi pelatihan disajikan disesuaikan dengan SKKNI dan berdasarkan rujukan para ahli pendidikan pelatihan dan juga pengguna lulusan di lapangan pekerjaan (pengusaha). Urutan substansi materi pelatihan Materi pelatihan sebagai salah satu komponen pelatihan harus disusun secara sistematis dan berdasarkan tahapan-tahapan (Ali 2005, Hickerson dan Middleton 1975). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 71,4 persen responden menyatakan urutan substansi materi pelatihan dalam kategori tinggi yang artinya responden menganggap materi pelatihan telah disusun sesuai dengan urutan subtansinya, mulai dari yang paling mudah ke yang paling sulit, mulai dari keterampilan dasar sampai ke keterampilan mahir, sehingga memudahkan pemahaman peserta dalam pelatihan. pada keterampilan menjahit, peserta pertama-tama diajarkan menjahit lurus terlebih dahulu sebelum ke menjahit lengkung yang dianggap lebih rumit. Proporsi waktu teori dan praktek Adanya praktik yang memadai (proporsional) dianggap penting dalam pelaksanaan pelatihan (Hickerson dan Middleton 1975). Proporsi waktu teori dan praktek dalam konteks penelitian ini adalah perbandingan waktu pelatihan untuk penyampaian teori dan pelaksanaan praktek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 71,4 persen responden menyatakan proporsi waktu teori dan praktek pelatihan dalam kategori tinggi yang artinya responden menganggap pembagian waktu untuk lamanya penyampaian teori dan pelaksanaan praktek telah dilakukan secara proporsional. Waktu untuk pelatihan Waktu untuk pelatihan dalam konteks penelitian ini adalah lamanya pelaksanaan pelatihan vokasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50 persen responden menyatakan waktu pelatihan dalam kategori tinggi yang artinya responden menganggap durasi pelatihan vokasional di BBRVBD Cibinong sudah baik. Pelatihan vokasional dilaksanakan selama 1618 jam pelatihan, yaitu 75 jam untuk materi penunjang, 1074 untuk materi utama, 39 jam untuk evaluasi, dan 430 jam untuk magang (on the job training) di perusahaan. Pelatihan dikemas dalam waktu 8 (delapan) bulan. Evaluasi pelatihan Evaluasi pelatihan dalam konteks penelitian ini adalah tingkat kesesuaian evaluasi pelatihan vokasional yang dilihat dari kesesuaian cara evaluasi dan tujuan evaluasi. Hasil penelitian terhadap evaluasi pelatihan menunjukkan bahwa 95,2 persen responden menyatakan evaluasi dalam kategori tinggi yang artinya responden menganggap cara evaluasi dan tujuan evaluasi pelatihan sudah baik.

15 38 Evaluasi pelatihan vokasional di BBRVBD Cibinong dilaksanakan secara formatif dan sumatif pada akhir masa pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi. Waktu yang digunakan untuk evaluasi adalah sebanyak 39 jam pelatihan. evaluasi dilaksanakan secara internal oleh instruktur dan secara eksternal dari lembaga sertifikasi terkait. Profil Penyelenggara Pelatihan Profil penyelenggara pelatihan berhubungan dengan kewenangan hukum yang dimiliki oleh penyelenggara pelatihan dalam menyediakan tenaga pengelola dan sarana prasarana pelatihan yang sesuai standar (Sujudi 2003). Profil penyelenggara pelatihan diduga berhubungan dengan kompetensi penyandang disabilitas adalah faktor penyelenggara pelatihan. Variabel ini meliputi kesesuaian jumlah instruktur, tingkat pendidikan instruktur, kesesuaian jurusan pendidikan instruktur, pendidikan non formal instruktur, pengalaman mengajar instruktur, sarana dan prasarana pelatihan. Adapun hasil penelitian mengenai profil penyelenggara pelatihan disajikan dalalam Tabel 8. Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan profil penyelenggara pelatihan No. Uraian Kategori F Persen (%) 1. Kesesuaian Jumlah Instruktur 1. Sangat Rendah Rendah 7 16,7 3. Tinggi 26 61,9 4. Sangat Tinggi 9 21,4 2. Tingkat Kesesuaian Pendidikan Instruktur 3. Kesesuaian Jurusan Pendidikan Instruktur 1. Sangat Rendah Rendah 4 9,5 3. Tinggi 35 83,3 4. Sangat Tinggi 3 7,1 1. Sangat Rendah Rendah 3 7,1 3. Tinggi 36 85,7 4. Sangat Tinggi 3 7,1 4. Pendidikan Non Formal Instruktur 1. Sangat Rendah Rendah 2 4,8 3. Tinggi 39 92,9 4. Sangat Tinggi 1 2,4 5. Pengalaman Mengajar Instruktur 1. Sangat Rendah Rendah Tinggi 35 83,3 4. Sangat Tinggi 7 16,7 6. Sarana dan Prasarana Pelatihan 1. Sangat Rendah Rendah 6 14,3 3. Tinggi 26 61,9 4. Sangat Tinggi 10 23,8 Total Profil Penyelenggara Pelatihan 1. Sangat Rendah Rendah 1 2,4 3. Tinggi Sangat Tinggi 12 28,6

16 39 Mengacu kepada Tabel 8, sebanyak 69 persen responden menyatakan bahwa profil penyelenggara pelatihan berada dalam kategori tinggi, yang artinya lembaga penyelenggara pelatihan dalam hal ini BBRVBD Cibinong telah memiliki kemampuan yang baik dalam menyelenggarakan pelatihan vokasional. Hal ini didukung oleh fakta di lapangan di mana BBRVBD Cibinong telah menjadi rujukan lembaga penyelenggara rehabilitasi vokasional bagi negaranegara di kawasan Asia Pasifik Afrika sejak tahun Perekrutan dan pengembangan instruktur serta pengadaan sarana dan prasarana dibuat sebaik mungkin dengan mula-mula dibantu oleh pemerintah Jepang melalui JICA. Kesesuaian jumlah instruktur Kesesuaian jumlah instruktur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbandingan jumlah instruktur pelatihan dengan jumlah peserta pelatihan vokasional di BBRVBD. Sebanyak 61,9 persen responden menyatakan bahwa kesesuaian jumlah instruktur berada di kategori tinggi, yang artinya bahwa jumlah instruktur pelatihan vokasional yang tersedia sudah proposional sesuai dengan jumlah peserta pelatihan. fakta di lapangan menunjukkan bahwa jumlah instruktur untuk materi produktif adalah sebanyak 4 (empat) orang untuk 20 orang peserta pelatihan atau 1:5. jumlah tersebut dianggap sudah mencukupi dimana peserta sudah merasa kebuthan mereka akan instruktur sudah terakomodir dengan baik dengan tidak rebutannya instruktur tempat mereka bertanya atau meminta bimbingan praktek. Tingkat kesesuaian pendidikan instruktur Tingkat pendidikan instruktur adalah tingkat kesesuaian strata pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh instruktur dengan strata pendidikan peserta pelatihan vokasional. Tabel 8 menunjukkan bahwa 83,3 persen responden menyatakan bahwa tingkat kesesuaian pendidikan instruktur berada dalam kategori tinggi, yang artinya bahwa pendidikan formal instruktur telah dianggap sesuai. Data di lapangan menunjukkan bahwa instruktur mempunyai tingkat pendidikan formal sarjana dan SMA. Namun bagi sebagian peserta, tingkat pendidikan bukanlah hal yang penting selama instruktur mempunyai performa yang baik dalam mengajar peserta. Kesesuaian jurusan pendidikan instruktur Kesesuaian jurusan pendidikan instruktur dalam konteks penelitian ini adalah tingkat kesesuaian jurusan pembelajaran formal yang telah ditempuh oleh instruktur dengan materi pelatihan yang diajarkannya di pelatihan vokasional. Tabel 8 menunjukkan bahwa 85,7 persen responden menyatakan bahwa tingkat kesesuaian jurusan pendidikan instruktur berada dalam kategori tinggi, yang artinya bahwa pendidikan instruktur dianggap sesuai dengan jurusan yang diajarkannya. Pendidikan non formal instruktur Pendidikan non formal instruktur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat kesesuaian pembelajaran non formal yang telah ditempuh instruktur baik di dalam ataupun di luar negeri, dengan materi pelatihan yang diajarkan di pelatihan vokasional. Sebanyak 92,9 persen responden menyatakan bahwa tingkat

17 40 pendidikan non formal instruktur berada dalam kategori tinggi, yang artinya bahwa pendidikan non formal instruktur dianggap sesuai dengan jurusan yang diajarkannya. Fakta di lapangan menyebutkan bahwa instruktur yang mengajar telah mengikuti pendidikan non formal di bidang penjahitan baik di dalam (diklat sertifikasi instruktur di Kementerian Tenaga Kerja RI) ataupun di luar negeri (ToT bidang penjahitan di Jepang oleh JICA). Pengalaman mengajar instruktur Pengalaman mengajar instruktur dalam konteks penelitian ini adalah tingkat kemampuan dan masa kerja instruktur dalam memberikan pelatihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 83,3 persen responden menyatakan bahwa pengalaman mengajar instruktur berada dalam kategori tinggi, yang artinya bahwa instruktur yang mengajar dianggap memiliki pengalaman mengajar di bidangnya. Sarana dan prasarana pelatihan Sarana dan prasarana pelatihan dalam konteks penelitian ini adalah tingkat kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelatihan yang disediakan oleh lembaga penyelenggara pelatihan vokasional. Tabel 8 menunjukkan bahwa 61,9 persen responden menyatakan bahwa sarana dan prasarana pelatihan berada dalam kategori tinggi, yang artinya bahwa sarana dan prasarana pelatihan dianggap memiliki kualitas baik dan jumlahnya mencukupi. Jumlah peralatan pelatihan di BBRVBD disesuaikan dengan jumlah peserta, dimana setiap satu peserta mendapatkan satu mesin jahit berkecepatan tinggi untuk praktek. Alat bantu pelatihan yang disediakan di tempat pelatihan merupakan alat yang spesifikasinya sama dengan mesin-mesin yang dipakai di industri garmen, yaitu mesin jahit dengan kecepatan tinggi. Sehingga lulusan sudah terbiasa dengan mesin yang digunakan ketika mereka diterima kerja di perusahaan. Adapun peralatan yang ada di BBRVBD Cibinong merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah Jepang melalui JICA. Adanya 14,3 persen responden yang menyatakan bahwa sarana prasarana dalam kategori rendah dikarenakan tidak semua sarana prasarana dalam kualitas yang baik, misalnya mahalnya biaya sparepart dan perawatan mesin membuat tidak semua mesin terawat dengan baik dan ada yang tidak berfungsi dengan baik. Adanya sarana prasarana yang berkategori rendah ini menuntut kekreatifan intruktur dan lembaga penyelenggara untuk mengoptimalkan fasilitas yang tersedia. Kompetensi Melaksanakan Prosedur K3 dalam Bekerja Salah satu kompetensi peserta pelatihan vokasional yang dianggap mempunyai hubungan dengan pelatihan vokasional adalah kompetensi melaksanakan prosedur K3 dalam bekerja yang ditandai dengan kemampuan mengikuti prosedur K3 di tempat kerja, menangani situasi darurat, dan dalam menjaga standar keselamatan kerja perorangan yang aman. Hasil penelitian mengenai kompetensi melaksanakan prosedur K3 disajikan dalam Tabel 9. Sebanyak 78,5 persen responden memiliki kompetensi dalam mengikuti prosedur K3 dalam bekerja dengan kategori tinggi, yang artinya responden memiliki kemampuan baik dalam mengikuti prosedur K3 di tempat kerja,

18 41 menangani situasi darurat, dan menjaga standar keselamatan kerja perorangan yang aman. Sisanya sebanyak 21,5 persen berada dalam kategori sangat tinggi. Hal ini sesuai fakta di lapangan di mana pihak perusahaan menyebutkan bahwa penyandang disabilitas lulusan pelatihan mempunyai kemampuan dalam mengikuti prosedur evakuasi darurat, mengetahui arah evakuasi, melaporkan sumber-sumber bahaya di tempat kerja misalnya adanya kabel yang tidak tertata rapi dan memungkinkan menjadi sumber bahaya, mematikan mesin ketika tidak sedang dipakai untuk mencegah terjadinya kecelakaan, dan memakai perlengkapan kerja seperti masker untuk melindungi saluran pernafasan mereka dari serabut kain. Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan kompetensi melaksanakan prosedur K3 dalam bekerja No. Uraian Kategori F Persen (%) 1. Mengikuti Prosedur K3 di Tempat Kerja 1. Sangat Rendah Rendah 10 23,8 3. Tinggi 23 54,8 4. Sangat Tinggi 9 21,4 2. Menangani Situasi Darurat 1. Sangat Rendah Rendah 4 9,5 3. Tinggi 25 59,5 4. Sangat Tinggi Menjaga Standar Keselamatan Kerja Perorangan yang Aman Total Kompetensi Melaksanakan Prosedur 1. Sangat Rendah Rendah 1 2,4 3. Tinggi 28 66,7 4. Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Tinggi 33 78,5 4. Sangat Tinggi 9 21,5 Mengikuti prosedur K3 di tempat kerja Mengikuti prosedur K3 di tempat kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan responden dalam mengikuti prosedur K3 di tempat kerja dengan indikator tingkat kemampuan responden mengikuti prosedur keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dan menerapkannya di tempat kerja, tingkat kemampuan menguasai cara pengoperasian alat dan sarana keselamatan di tempat kerja. Mayoritas responden memiliki kompetensi dalam mengikuti prosedur K3 dalam bekerja dengan kategori tinggi, yang artinya responden memiliki kemampuan baik dalam mengikuti prosedur K3 di tempat kerja. Menangani situasi darurat Menangani situasi darurat dalam konteks penelitian ini adalah tingkat kemampuan responden dalam menangani situasi darurat di tempat kerja, dengan indikator kemampuan responden dalam mengenali situasi darurat yang potensial di tempat kerja (seperti tersengat listrik, tertusuk jarum, dan lainnya) dan tingkat kemampuan responden dalam melakukan tindakan untuk menangani situasi darurat sesuai dengan prosedur. Mengacu kepada Tabel 9, sebanyak 59,5 persen

19 42 responden menyatakan bahwa kompetensi mereka dalam menangani situasi darurat berada dalam kategori tinggi, yang artinya responden memiliki kemampuan baik dalam mengenali situasi darurat yang potensial di tempat kerja (seperti tersengat listrik, tertusuk jarum, dan lain-lain) dan dalam melakukan tindakan untuk menangani situasi darurat sesuai dengan prosedur. Menjaga standar keselamatan kerja perorangan yang aman Menjaga standar keselamatan kerja perorangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan responden dalam menjaga standar keselamatan kerja perorangan yang aman, dengan indikator: menjaga kerapian diri dan memakai pakaian kerja yang dipersyaratkan, menjaga kerapian di tempat kerja, mengidentifikasi alat kerja sesuai kebutuhan, memilih alat kerja sesuai kebutuhan, dan menggunakan alat kerja dengan tepat sesuai kebutuhan. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki kompetensi dalam menjaga standar keselamatan kerja perorangan yang amanberada dalam kategori tinggi, yang artinya responden memiliki kemampuan baik dalam menjaga kerapian diri dan memakai pakaian kerja yang dipersyaratkan, menjaga kerapian di tempat kerja, mengidentifikasi alat kerja sesuai kebutuhan, memilih alat kerja sesuaikebutuhan, dan menggunakan alat kerja dengan tepat sesuaui kebutuhan. Adanya 2,4 persen responden yang memiliki kompetensi menjaga standar keselamatan kerja perorangan yang aman yaitu adanya responden yang tidak mau memakai masker di ruang produksi yang lebih dikarenakan kurangnya kesadaran mengenai kegunaan mengenakan masker di ruang produksi yang bisa membantu menjaga kesehatan saluran pernafasannya. Kompetensi Menjahit dengan Mesin Kompetensi lainnya dari peserta pelatihan vokasional yang dianggap mempunyai hubungan dengan pelatihan vokasional adalah kompetensi menjahit dengan mesin yang ditandai dengan kemampuan:menyiapkan tempat dan alat kerja, kemampuan menyiapkan mesin jahit, kemampuan mengoperasikan mesin jahit, kemampuan menjahit bagian-bagian potongan pakaian, dan kemampuan merapikan tempat dan alat kerja. Hasil penelitian mengenai kompetensi menjahit dengan mesin disajikan dalam Tabel 10. Menyiapkan tempat dan alat kerja Menyiapkan tempat dan alat kerja dalam konteks penelitian ini adalah tingkat kemampuan responden dalam menyiapkan tempat dan alat kerja, dengan indikator menyiapkan tempat kerja secara ergonomis, mengidentifikasi macammacam pekerjaan yang dijahit sesuai dengan alat-alat jahit yang dibutuhkan, dan menyiapkan alat jahit sesuai kebutuhan. Mengacu kepada Tabel 10, sebanyak 66,7 persen responden menyatakan bahwa kompetensi mereka dalam menyiapkan tempat dan alat kerja berada dalam kategori tinggi, yang artinya responden memiliki kemampuan baik dalam menyiapkan tempat dan alat kerja, dengan indikator menyiapkan tempat kerja secara ergonomis, mengidentifikasi macammacam pekerjaan yang dijahit sesuai dengan alat-alat jahit yang dibutuhkan, dan menyiapkan alat jahit sesuai kebutuhan. Adanya 2,4 persen responden yang berkompetensi rendah dikarenakan rendahnya mobilitas responden yang

20 43 diakibatkan oleh disabilitasnya, sehingga kecepatannya untuk menyiapkan tempat dan alat kerja lebih rendah daripada karyawan yang lain. Menyiapkan mesin jahit Menyiapkan mesin jahit dalam konteks penelitian ini adalah tingkat kemampuan responden dalam menyiapakn mesin jahit yang meliputi: mengidentifikasi nomor-nomor jarum mesin sesuai dengan jenis bahannya, mengidentifikasi bagian mesin jahit (kumparan, spul, jarum) dan memasangnya sesuai prosedur, memasang benang jahit sesuai prosedur, dan mengatur jarak setikan sesuai dengan standar setikan yang dipersyaratkan. Sebanyak 64,3 persen responden menyatakan bahwa kompetensi mereka dalam menyiapkan mesin jahit berada dalam kategori tinggi, yang artinya responden memiliki kemampuan baik dalam mengidentifikasi nomor-nomor jarum mesin sesuai dengan jenis bahannya, mengidentifikasi bagian mesin jahit (kumparan, spul, jarum) dan memasangnya sesuai prosedur, memasang benang jahit sesuai prosedur, dan mengatur jarak setikan sesuai dengan standar setikan yang dipersyaratkan. Masih terdapat responden yang memiliki kompetensi rendah dikarenakan mobilitas yang terbatas karena disabilitasnya Tabel 10 Distribusi responden berdasarkan kompetensi menjahit dengan mesin No. Uraian Kategori F Persen (%) 1. Menyiapkan Tempat dan Alat kerja 1. Sangat Rendah Rendah 1 2,4 3. Tinggi 28 66,6 4. Sangat Tinggi Menyiapkan Mesin Jahit 1. Sangat Rendah Rendah 2 4,8 3. Tinggi 27 64,2 4. Sangat Tinggi Mengoperasikan Mesin Jahit 1. Sangat Rendah Rendah 6 14,3 3. Tinggi Sangat Tinggi 15 35,7 4. Menjahit Bagian-bagian Potongan Pakaian 1. Sangat Rendah Rendah 5 11,9 3. Tinggi Sangat Tinggi 16 38,1 5. Merapihkan Tempat dan Alat Kerja 1. Sangat Rendah Rendah 4 9,5 3. Tinggi 24 57,1 4. Sangat Tinggi 14 33,3 Total Kompetensi Menjahit dengan Mesin 1. Sangat Rendah Rendah 2 4,8 3. Tinggi 27 64,3 4. Sangat Tinggi Mengoperasikan mesin jahit Mengoperasikan mesin jahit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan responden dalam mengoperasikan mesin jahit yang meliputi tingkat kemampuan mencoba setikan mesin yang telah diatur di atas bahan/kain

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kompetensi merupakan aspek yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaannya. Begitu pula dengan penyandang disabilitas yang memerlukan penguasaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 14 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu penelitian yang titik beratnya diletakkan pada penelitian relasional: yakni mempelajari hubungan variabel-variabel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pelatihan Vokasional

TINJAUAN PUSTAKA Pelatihan Vokasional 8 TINJAUAN PUSTAKA Pelatihan Vokasional Pelatihan merupakan kegiatan pembelajaran yang didesain untuk mengubah kinerja orang dalam melakukan pekerjaan (Hickerson dan Middleton 1975). Pelatihan biasanya

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP MENGENAI DISABILITY DAN EMPLOYMENT

DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP MENGENAI DISABILITY DAN EMPLOYMENT DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP MENGENAI DISABILITY DAN EMPLOYMENT LATAR BELAKANG 1. Paradigma tentang pelayanan kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas dari bekerja Untuk orang penyandang disabilitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Memberikan layanan vokasional pada tunadaksa merupakan salah satu pembekalan kecakapan hidup bagi siswa agar menjadi individu yang cakap atau terampil sehingga

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYANDANG DISABILITAS MELALUI PELATIHAN VOKASIONAL

PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYANDANG DISABILITAS MELALUI PELATIHAN VOKASIONAL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYANDANG DISABILITAS MELALUI PELATIHAN VOKASIONAL Kasus Penyandang Disabilitas Alumni Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (BBRVBD) Cibinong SANTI UTAMI DEWI SEKOLAH

Lebih terperinci

Jalan Melati, Kelurahan Bastiong Telp/ Faks: (0921) /(0921) Ternate, Maluku Utara

Jalan Melati, Kelurahan Bastiong Telp/ Faks: (0921) /(0921) Ternate, Maluku Utara Jalan Melati, Kelurahan Bastiong Telp/ Faks: (0921) 3122094/(0921) 3110030 Ternate, Maluku Utara SAMBUTAN KEPALA BLKI TERNATE SEKILAS BLKI TERNATE VISI, MISI DAN FUNGSI BLKI TERNATE STRUKTUR ORGANISASI

Lebih terperinci

PUSAT PELATIHAN KERJA PENGEMBANGAN INDUSTRI PASAR REBO

PUSAT PELATIHAN KERJA PENGEMBANGAN INDUSTRI PASAR REBO PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PUSAT PELATIHAN KERJA PENGEMBANGAN INDUSTRI PASAR REBO Jl.Raya Bogor Km 23 Telp.(021) 8400724 Fax(021) 8400761 JAKARTA TIMUR 13750 Page 1 PROFIL PUSAT

Lebih terperinci

BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI (BLKI) CILACAP JL. NUSANTARA NO. 61 TELP. (0282) CILACAP

BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI (BLKI) CILACAP JL. NUSANTARA NO. 61 TELP. (0282) CILACAP BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI (BLKI) CILACAP JL. NUSANTARA NO. 61 TELP. (0282) 542221 CILACAP BLKI Cilacap mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/ atau kegiatan teknis

Lebih terperinci

MATERI SELAMAT MALAM KEBUMEN Selasa, 12 September 2017

MATERI SELAMAT MALAM KEBUMEN Selasa, 12 September 2017 MATERI SELAMAT MALAM KEBUMEN Selasa, 12 September 2017 TEMA : PENINGKATAN KOMPETENSI CALON TENAGA KERJA DI KEBUMEN MELALUI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI ( PBK ) DI BLK A. Dasar Hukum UPTD Unit Balai Latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Memiliki lapangan pekerjaan, terlindung dari pengangguran, dan memperoleh kehidupan yang layak merupakan hak yang tidak dapat dicabut dari seseorang sebagai martabat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN CV TKB merupakan perusahaan yang bergerak dibidang garmen. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 3 Maret 2008.Perusahaan ini terletak di Jl. Gardu Raya Km. 6 No. 27 Dramaga,

Lebih terperinci

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER Jl. Budi Murni III No. 66 Rt. 008/04 Ceger Cipayung Jakarta Timur Telp. 8445016 Fax. 8445016 TUGAS POKOK O DAN

Lebih terperinci

PROFILE UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI LATIHAN KERJA DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PROFILE UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI LATIHAN KERJA DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN LOMBOK TENGAH PROFILE UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI LATIHAN KERJA DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN LOMBOK TENGAH A. LATAR BELAKANG Setelah digulirkannya otonomi daerah, terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTITUSI. Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan

BAB II PROFIL INSTITUSI. Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan BAB II PROFIL INSTITUSI A. Sejarah Ringkas Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan dan pelatihan sebagai upaya peningkatan keterampilan dan keahlian bagi remaja, institusi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1646, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Pendidikan dan Pelatihan. Pengujian Mutu Barang. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/M-DAG/PER/12/2013

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Jalan Melati, Kelurahan Bastiong Telp/ Faks: (0921) /(0921) Ternate, Maluku Utara

Jalan Melati, Kelurahan Bastiong Telp/ Faks: (0921) /(0921) Ternate, Maluku Utara \ Jalan Melati, Kelurahan Bastiong Telp/ Faks: (0921) 3122094/(0921) 3110030 Ternate, Maluku Utara 1. KATA PENGANTAR KEPALA BLKI TERNATE 2. SEKILAS BLKI TERNATE 3. VISI DAN MISI BLKI TERNATE 4. PROGRAM

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN

PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN Oleh : Harmini Sudjiman Widyaiswara Pusat Diklat Kehutanan Abstrak Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR JENJANG 2 BERBASIS

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR JENJANG 2 BERBASIS KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR JENJANG BERBASIS Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA NOMOR : 539/KA/XI/2004 TENTANG GUGUS KEAMANAN DAN KETERTIBAN NUKLIR KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

KEPUTUSAN KEPALA NOMOR : 539/KA/XI/2004 TENTANG GUGUS KEAMANAN DAN KETERTIBAN NUKLIR KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, J A K A R T A KEPUTUSAN KEPALA NOMOR : 539/KA/XI/2004 TENTANG GUGUS KEAMANAN DAN KETERTIBAN NUKLIR KEPALA, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Kepala BATAN Nomor 149/KA/V/2000 telah ditetapkan tentang

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.209, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Pengatur Perjalanan Kereta Api dan Pengendali Perjalanan Kereta Api. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PROFIL BALAI LATIHAN KERJA KABUPATEN WONOGIRI

PROFIL BALAI LATIHAN KERJA KABUPATEN WONOGIRI PROFIL BALAI LATIHAN KERJA KABUPATEN WONOGIRI UPT. BALAI LATIHAN KERJA DISNAKERTRANS KABUPATEN WONOGIRI Merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang melaksanakan sebagian tugas Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

Lebih terperinci

Program dan Kegiatan UPTD Balai Latihan Kerja

Program dan Kegiatan UPTD Balai Latihan Kerja PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN Program dan Kegiatan UPTD Balai Latihan Kerja PAPAR A N K E PAL A U P T D B AL A I L AT I H A N K E R J A ( B L K ) D I N AS S O S I AL D AN T E N AG A K E R J A K AB U PAT

Lebih terperinci

A. Analisis Situasi Sekolah 1. Sejarah SMK Kristen 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 Agustus 1965 menempati gedung SD Krsiten III yang dahulu berada di

A. Analisis Situasi Sekolah 1. Sejarah SMK Kristen 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 Agustus 1965 menempati gedung SD Krsiten III yang dahulu berada di BAB I PENDAHULUAN Universitas Negeri Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga kependidikan terbanyak yang ada di Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta sudah banyak

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.315, 2017 KEMENHUB. Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan pembangunan di segala

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan pembangunan di segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sedang membangun, menempatkan pendidikan sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan pembangunan di segala bidang. Pendidikan dalam suatu

Lebih terperinci

DI PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI BALONGAN INDRAMAYU

DI PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI BALONGAN INDRAMAYU PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI BALONGAN INDRAMAYU Disusun Oleh : 1. Riskiawan H1C010030 2. Hoiri H1C010049 3. Muh. Ayip F H1C010074 KEMENTERIAN NASIONAL FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA LAPANGAN TENIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA LAPANGAN TENIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA LAPANGAN TENIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN TATA BUSANA JENJANG 2 DAN 3 BERBASIS

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN TATA BUSANA JENJANG 2 DAN 3 BERBASIS KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN TATA BUSANA JENJANG 2 DAN 3 BERBASIS Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN SULAM JENJANG 2 BERBASIS

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN SULAM JENJANG 2 BERBASIS KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN SULAM JENJANG BERBASIS Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. ANDALAN MITRA PRESTASI (CABANG TANJUNG BALAI KARIMUN)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. ANDALAN MITRA PRESTASI (CABANG TANJUNG BALAI KARIMUN) BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. ANDALAN MITRA PRESTASI (CABANG TANJUNG BALAI KARIMUN) A. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan PT. Andalan Mitra Prestasi berdiri pada tanggal 4 Agustus 2008 sebuah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gorontalo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gorontalo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri Gorontalo SMA Negeri Gorontalo adalah Sekolah Menengah Atas yang pertama berdiri di Grorontalo.

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KETERCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PADA MATERI PENGISIAN REFRIGERAN DI UNIT TATA UDARA DOMESTIK

STUDI TENTANG KETERCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PADA MATERI PENGISIAN REFRIGERAN DI UNIT TATA UDARA DOMESTIK 265 STUDI TENTANG KETERCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PADA MATERI PENGISIAN REFRIGERAN DI UNIT TATA UDARA DOMESTIK Yulan E. Pramudita 1, Kamin Sumardi 2, Ega T. Berman 3 Universitas Pendidikan Indonesia JL.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BENGKULU DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PEMERINTAH KOTA BENGKULU DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PEMERINTAH KOTA BENGKULU DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JL. Mahoni Nomor 57 Kota Bengkulu 38227 Telp. (0736) 21429, Fax. (0736) 345444 KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA BENGKULU NOMOR: 420/1375

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Profil Umum Perusahaan PT X berlokasi di Kawasan Industri MM 2100, Cikarang Barat, Bekasi. PT X didirikan pada tahun 1954 di Jepang dan

Lebih terperinci

KORELASI PELATIHAN VOKASIONAL DENGAN KOMPETENSI PENYANDANG DISABILITAS ALUMNI BALAI BESAR REHABILITASI VOKASIONAL BINA DAKSA (BBRVBD), CIBINONG

KORELASI PELATIHAN VOKASIONAL DENGAN KOMPETENSI PENYANDANG DISABILITAS ALUMNI BALAI BESAR REHABILITASI VOKASIONAL BINA DAKSA (BBRVBD), CIBINONG KORELASI PELATIHAN VOKASIONAL DENGAN KOMPETENSI PENYANDANG DISABILITAS ALUMNI BALAI BESAR REHABILITASI VOKASIONAL BINA DAKSA (BBRVBD), CIBINONG THE CORRELATION OF VOCATIONAL TRAINING AND COMPETENCE OF

Lebih terperinci

28) teknisi hardware PC; 29) dasar elektronika;

28) teknisi hardware PC; 29) dasar elektronika; LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/IV/2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMUM BALAI BESAR LATIHAN KERJA INDUSTRI SERANG I. JENIS PELAYANAN A.

Lebih terperinci

LAMPIRAN SATU SURAT KETERANGAN

LAMPIRAN SATU SURAT KETERANGAN LAMPIRAN SATU SURAT KETERANGAN 70 71 72 LAMPIRAN DUA WAWANCARA 73 74 REKAPITULASI DATA DIRI TIM MANAJEMEN PT. MCU Tim Manajemen Jabatan Umur Pendidikan Masa Kerja Responden 1 Manajer 46 tahun S2 11 tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 28 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 28 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN PELATIHAN KERJA DI LEMBAGA PELATIHAN MILIK PEMERINTAH, SWASTA DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

Lampiran : : : Nomor Tanggal Tentang A. PENDAHULUAN

Lampiran : : : Nomor Tanggal Tentang A. PENDAHULUAN Lampiran Nomor Tanggal Tentang : : : : KEPUTUSAN KEPALA DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA BARAT 601/Kep. 80 BRSPC/Dissos 24 Maret 2015 PENETAPAN STANDAR PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL BALAI REHABILITASI SOSIAL

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang No.1648, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. Jabatan Fungsional. Pranata Hubungan Masyarakat. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba

2017, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba No.169, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. Diklat Jabatan Fungsional. RESCUER. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 1 TAHUN 2017 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 4.

2016, No Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 4. No.1, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pegawai. Pola Karir. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, email: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) memiliki bobot 3 SKS dan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil jurusan kependidikan. Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa dan memegang peranan penting dalam mengupayakan sumber

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN BAGI CPNS GOLONGAN I DAN II KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2017

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN BAGI CPNS GOLONGAN I DAN II KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2017 PETUNJUK PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN BAGI CPNS GOLONGAN I DAN II KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN A. NAMA DIKLAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN BAGI CALON PEGAWAI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA PENGEMBANGAN KREATIVITAS PENDIDIKAN LIFE SKILL SMA MUHAMMADIYAH 02 KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS UPAYA PENGEMBANGAN KREATIVITAS PENDIDIKAN LIFE SKILL SMA MUHAMMADIYAH 02 KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS UPAYA PENGEMBANGAN KREATIVITAS PENDIDIKAN LIFE SKILL SMA MUHAMMADIYAH 02 KAB. PEKALONGAN A. Analisis Pengembangan Kreativitas di SMA Muhammadiyah 02 Kab. Pekalongan. Pengembangan kreativitas

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB Tingkat perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB dianalisis dengan

Lebih terperinci

PENGUMUMAN NOMOR: 18/Pansel-JPT/Kemsos/11/2017

PENGUMUMAN NOMOR: 18/Pansel-JPT/Kemsos/11/2017 KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN NOMOR: 18/Pansel-JPT/Kemsos/11/2017 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 Dalam

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt Menimbang : jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2. Keadaan Fisik Sekolah

2. Keadaan Fisik Sekolah BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), merupakan suatu bentuk usaha peningkatan efisiensi dan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran yang merupakan bentuk pembelajaran mahasiswa UNY

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 210, 2017 KEMENHUB. Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 8 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU. 2.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU. 2.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU 2.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra SKPD Sebagaimana amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGUMUMAN NOMOR : 800/05/ /2016

PENGUMUMAN NOMOR : 800/05/ /2016 PANITIA SELEKSI TERBUKA PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA PEMERINTAH KOTA BATU Sekretariat : Badan Kepegawaian Daerah, Gedung A Lantai Jalan Panglima Sudirman Nomor 07 Kota Batu Kode Pos 6 PENGUMUMAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Berbicara tentang proses

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS Menimbang BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, : a. bahwa

Lebih terperinci

Rencana Umum Pengadaan

Rencana Umum Pengadaan Rencana Umum Pengadaan (Melalui Penyedia) K/L/D/I Tahun Anggaran : 2014 : No Satuan Kerja Nama Paket Jenis Volume Pagu 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Latihan Kerja Industri Pencari Kerja Pencari Kerja

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 4 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1895, 2016 KEMENAKER. Pemagangan Dalam Negeri. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

I. ANGGARAN BELANJA LANGSUNG DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK TAHUN ANGGARAN 2013

I. ANGGARAN BELANJA LANGSUNG DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK TAHUN ANGGARAN 2013 I. ANGGARAN BELANJA LANGSUNG DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK TAHUN ANGGARAN 2013 A. REKAPITULASI PELAKSANAAN PROGRAM DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK NO PROGRAM JUMLAH 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI JAWA TENGAH Alamat : Jl. BrotojoyoNo. 1 SemarangTelp. (024) Fax (024)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI JAWA TENGAH Alamat : Jl. BrotojoyoNo. 1 SemarangTelp. (024) Fax (024) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI JAWA TENGAH Alamat : Jl. BrotojoyoNo. 1 SemarangTelp. (024) 3549403 Fax (024) 3568174 I. Kuota Penerimaan Peserta Didik Baru PENERIMAAN PESERTA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Pera

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Pera BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.314, 2017 KEMENHUB. Tenaga Perawatan Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 16 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...5

DAFTAR ISI... i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...5 1. Kompetensi Umum...5 2. Kompetensi Kejuruan...6 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...9 SUBSTANSI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMP NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMP NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis situasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa PPL untuk memperoleh data mengenai kondisi baik fisik maupun non fisik yang ada di SMP Negeri 1 Prambanan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 ADIWERNA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 ADIWERNA PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 ADIWERNA Jl. Raya II Po Box 24 Telp (0283) 443768 / Fax. (0283) 445494 Adiwerna Kab.Tegal 52194, Website:

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat untuk menghadapi era globalisasi, bukan hanya masyarakat terpencil saja bahkan seluruh

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan Argo Manunggal Group adalah sebuah organisasi bisnis utama meliputi tekstil, baja, Unggas,Properti, Pertambangan, Energi, pipa PVC, Asuransi, Perkebunan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...5 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...5 RUANG LINGKUP PEKERJAAN... KURIKULUM EDISI 2004 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...5 1. KOMPETENSI UMUM...5 2. KOMPETENSI KEJURUAN...6 RUANG LINGKUP

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI KEPALA SEKOLAH TAHUN 2016

PEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI KEPALA SEKOLAH TAHUN 2016 PEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI KEPALA SEKOLAH TAHUN 06 DIREKTORAT PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. 2

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehubungan dengan permintaan dunia kerja terhadap tenaga kerja yang terampil dan mempunyai kualitas yang tinggi maka peningkatan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru. PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR UU No 14 Tahun 2005 Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu manusia yang cerdas, terampil, kreatif, mau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar terpenting dalam system nasional yang menentukan kemajuan bangsa. Dalam hal ini Pendidikan nasional sangat berperan penting untuk mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas. disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas. disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas mungkin kurang akrab

Lebih terperinci

SEJARAH UPTD BLK BOYOLALI

SEJARAH UPTD BLK BOYOLALI UPTD BLK BOYOLALI I. SEJARAH UPTD BLK BOYOLALI Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja Boyolali atau disingkat UPTD BLK Boyolali adalah sebuah lembaga pelatihan milik pemerintah Kabupaten Boyolali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan pendidikan dan latihan kerja. Dalam GBHN dinyatakan

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BAGI CALON TENAGA

Lebih terperinci