BAB I. PENGANTAR A. Permasalahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. PENGANTAR A. Permasalahan"

Transkripsi

1 BAB I. PENGANTAR A. Permasalahan Jantung berfungsi memelihara homeostasis tubuh yaitu bekerja sebagai pompa darah dengan melakukan kegiatan kontraksi dan relaksasi otot (miokardium). Kontraksi dan relaksasi otot terjadi karena adanya rangsang listrik. Otot jantung memiliki lurik seperti otot rangka tetapi bekerja secara involunter seperti otot polos. Otot jantung terdiri dari 2 macam sel, yaitu sel-sel autoritmik atau pacemaker dan sel-sel pekerja (worker cells). Sel-sel pacemaker adalah modifikasi sel otot jantung yang dapat menghasilkan potensial aksi sendiri untuk dijalarkan ke sel-sel pekerja. Sel pekerja adalah sel-sel otot jantung yang berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi karena memiliki kandungan protein kontraktil yang tinggi. Potensial aksi terjadi karena perpindahan ion-ion bermuatan listrik dari dan ke dalam sel melalui membran sel. Potensial aksi terdiri dari fase depolarisasi dan repolarisasi. Masuknya ion bermuatan positif ke dalam sel menyebabkan perubahan potensial listrik sel menjadi positif yang disebut sebagai depolarisasi. Fase kembalinya muatan sel menjadi negatif disebut sebagai repolarisasi. Potensial aksi tersebut akan menyebar dari satu sel ke sel sekitarnya dan disebut sebagai impuls listrik. Sel-sel pacemaker mengalami depolarisasi spontan secara teratur kemudian dijalarkan ke seluruh sel pekerja melalui sistem konduksi khusus. Potensial aksi spontan yang terjadi di sel otot jantung tidak terjadi di sel otot

2 2 skelet. Perbedaan pembentukan potensial aksi dengan sel otot jantung disebabkan depolarisasi sel otot skelet tidak terjadi spontan melainkan akibat rangsang dari saraf. Sel-sel otot jantung tipe pekerja memilki potensial istirahat yang stabil pada -90mV kemudian mengalami depolarisasi saat mendapat rangsang dari sel pacemaker. Depolarisasi sel pekerja menimbulkan kontraksi otot jantung melalui mekanisme kopling eksitasi-kontraksi yang melibatkan peran ion Ca. Setelah fase depolarisasi berakhir, maka potensial sel menurun menuju ke potensial istirahat atau repolarisasi. Fase repolarisasi akan diikuti oleh lepasnya ikatan antar protein kontraktil sehingga terjadi relaksasi otot jantung (Tortora & Grabowski, 2006). Peristiwa depolarisasi dan repolarisasi disebabkan aktivasi dan inaktivasi saluran-saluran ion di membran sel. Penjalaran impuls listrik dari sel pacemaker menyebabkan pembukaan saluran ion Na dan Ca di sel pekerja. Saluran-saluran ion tersebut digunakan oleh Na + dan Ca 2+ masuk dari ekstraseluler dengan cara difusi terfasilitasi. Repolarisasi terjadi karena pembukaan saluran ion K yang menyebabkan K + keluar dari sel diikuti keluarnya Na + dengan cara transport aktif dan Ca 2+ dengan difusi sederhana. Pembukaan dan penutupan saluran ion di membran sel terjadi secara periodik setelah menerima impuls listrik dari sel pacemaker. Akan tetapi frekuensi pembentukan potensial aksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi ion di intra dan ekstraseluler, hormon dan saraf otonom. Siklus depolarisasi dan repolarisasi tersebut menentukan terjadinya kontraksi dan relaksasi otot jantung yang disebut siklus jantung. Siklus jantung

3 3 menentukan frekuensi dan irama denyut jantung. Durasi kontraksi dan relaksasi otot jantung akan menentukan lamanya pengisian dan pemompaan jantung. Oleh sebab itu perubahan pada durasi depolarisasi dan repolarisasi otot jantung akan mempengaruhi fungsi jantung sebagai pompa darah. Pompa jantung bekerja memompa sejumlah darah ke seluruh tubuh sesuai kebutuhan metabolisme tubuh. Durasi repolarisasi menentukan lamanya fase relaksasi dan pengisian ventrikel jantung. Fase pengisian ini menentukan volume darah yang akan dipompa pada fase kontraksi berikutnya sesuai dengan hukum Frank-Starling (Guyton & Hall, 2006). Hormon estrogen adalah salah satu hormon yang berperan dalam pembukaan dan penutupan saluran ion Ca dan K. Penelitian secara invitro oleh Drici et al. (1996), Tanabe et al. (1999), Pham et al. (2001), Han et al. (2006) dan Kurokawa et al. (2008) mendapatkan hasil bahwa jantung marmut, kelinci dan tikus mengalami perlambatan pembukaan saluran ion K setelah pemberian estrogen dengan dosis suprafisiologis. Johnson et al. (1997), Bowling et al. (1997), Tanabe et al. (1999) dan Han et al. (2006) melaporkan adanya peningkatan ekspresi saluran ion Ca pada otot jantung tikus yang telah dihilangkan reseptor estrogennya demikian juga pada tikus yang telah diovariektomi. Ulrich et al. (2007) menemukan bahwa saluran ion Ca tipe L di sel otot jantung merupakan salah satu efektor untuk hormon estrogen. Pada manusia, antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan kadar hormon estrogen dalam darah dan terdapat perbedaan fdj (frekuensi denyut jantung). Faktor lain yang meningkatkan dan menurunkan fdj adalah saraf otonom

4 4 yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. Burke et al. (1996, cit. Villareal et al., 2001) menghambat saraf otonom yang menuju ke jantung dan melaporkan bahwa tetap ada perbedaan fdj yang bermakna antara laki-laki dan perempuan. Disimpulkan bahwa perbedaan fdj antara laki-laki dan perempuan tidak ditentukan oleh saraf otonom. Mengamati hasil-hasil penelitian tersebut memberi gambaran bahwa kadar hormon estrogen darah yang berbeda antara laki-laki dan perempuan berperan dalam perbedaan irama dan fdj. Peristiwa depolarisasi dan repolarisasi sel-sel otot jantung dapat direkam dengan dua cara, yaitu perekaman pada satu sel (monophasic action potential) dan perekaman akumulasi kelistrikan yang terjadi di seluruh sel otot jantung. Perekaman peristiwa kelistrikan yang terjadi di seluruh sel otot jantung secara tidak langsung dapat dilakukan dari permukaan tubuh menggunakan elektrokardiograf (EKG). Hasil elektrokardiogram menunjukkan adanya gelombang P, kompleks QRS dan gelombang T. Gelombang-gelombang tersebut berturut-turut merupakan hasil rekaman depolarisasi otot atrium, depolarisasi otot ventrikel dan repolarisasi otot ventrikel. Jarak antar gelombang dapat diukur sebagai segmen atau interval yang menunjukkan durasi penjalaran impuls listrik dari satu tempat ke tempat lain dalam otot jantung. Salah satu interval yang perlu diperhatikan dalam rekaman EKG adalah interval QT. Interval QT pada rekaman EKG adalah jarak antara awal gelombang Q sampai akhir gelombang T dan dihitung dalam satuan waktu (detik atau milidetik). Interval tersebut merupakan manifestasi waktu yang diperlukan untuk mengadakan depolarisasi dan repolarisasi otot ventrikel. Nilai normal interval QT

5 5 pada manusia berkisar 0,4-0,44 detik. Nilai ini bervariasi akibat adanya pengaruh durasi kompleks QRS. Jika durasi kompleks QRS tidak berubah, maka perubahan panjang interval QT disebabkan karena perubahan durasi repolarisasi otot ventrikel. Oleh sebab itu interval QT dipakai sebagai parameter dasar untuk mengetahui durasi repolarisasi otot ventrikel. Jika fase repolarisasi terlambat muncul, maka durasi interval QT menjadi panjang dan sebaliknya jika fase repolarisasi terlalu cepat terjadi, maka interval QT menjadi pendek. Perubahan interval QT baik menjadi lebih panjang atau menjadi lebih pendek dari kondisi normal memiliki dampak yang merugikan bagi fungsi pompa jantung, karena masa repolarisasi ini merupakan persiapan bagi kontraksi yang berikutnya. Perubahan panjang interval QT merupakanfaktor risiko untuk aritmia (Nerbonne & Kass, 2005; Couderc, 2009) Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi panjang interval QT, antara lain jenis kelamin, usia, konsentrasi ion, kadar hormon dan saraf otonom. Panjang interval QT berbeda antara laki-laki dan perempuan pada berbagai usia. Panjang interval QT bervariasi selama siklus menstruasi dan berbeda antara perempuan usia reproduksi dengan pascamenopause (Hulot et al., 2003). Mengetahui panjang interval QT penting karena durasi depolarisasi dan repolarisasi menentukan lamanya otot jantung mengadakan kontraksi dan relaksasi. Selain itu, panjang interval QT menentukan pula lama masa refrakter otot jantung. Masa refrakter otot jantung merupakan periode otot jantung yang sedang depolarisasi tidak mungkin untuk menerima rangsang lagi. Dengan demikian masa refrakter ini melindungi otot jantung dari kemungkinan terjadi

6 6 kelelahan otot atau tetani. Lama kontraksi dan relaksasi otot jantung yang dicerminkan oleh panjang interval QT, berhubungan timbal balik dengan irama dan fdj. Perubahan durasi depolarisasi atau repolarisasi akan mengakibatkan perubahan irama dan fdj, demikian pula perubahan fdj akan mengubah durasi repolarisasi otot jantung. Oleh sebab itu pada pembacaan dan analisis hasil rekaman EKG, panjang interval QT harus dikoreksi terhadap fdj dan disebut sebagai interval QTc. Jika ada perubahan pada fdj yang tidak diikuti oleh perubahan durasi repolarisasi akan berakibat pemanjangan atau pemendekan interval QTc. Gangguan pembentukan dan konduksi impuls listrik di otot jantung yang menyebabkan denyut jantung menjadi sangat cepat atau sangat lambat (>100x/menit atau <60x/menit) atau tidak teratur (irregular) disebut sebagai aritmia atau disritmia. Aritmia yang fatal adalah aritmia yang terjadi pada otot ventrikel jantung, disebut aritmia ventrikuler. Salah satu penyebab aritmia ventrikuler adalah perubahan pada panjang interval QT, yaitu dapat memendek atau sangat memanjang yang disebut short QT syndrome (SQTS) dan long QT syndrome (LQTS) (Nerbonne & Kass, 2005). Aritmia ventrikuler merupakan salah satu penyebab kematian pada perempuan, khususnya di atas usia 60 tahun (Hara et al., 1998; Malloy & Babinski, 1999; Hayes, 2006). Aritmia ventrikuler lebih menonjol pada perempuan usia pascamenopause dibanding laki-laki pada usia yang sama. Hal ini diduga karena pada perempuan terjadi pemanjangan durasi siklus jantung yang berarti perlambatan fdj ketika memasuki menopause. Pemanjangan durasi siklus

7 7 jantung tersebut diikuti dengan pemanjangan fase repolarisasi (interval QT) berakibat masa refrakter fungsional dalam satu siklus jantung relatif memendek. Oleh sebab itu panjang interval QT yang dikoreksi terhadap fdj (interval QTc) menjadi lebih pendek (Valverde et al., 2003; Saba et al., 2004). Analisis interval QT pada berbagai denyut jantung oleh Lehmann (1997 cit. Zipes et al., 2006) menunjukkan bahwa perubahan interval QT lebih bermakna pada denyut jantung yang lambat. Perubahan pada interval QTc ini juga dapat menjadi prediktor untuk mati jantung mendadak (sudden cardiac death). Pada perempuan pascamenopause alami maupun buatan, akibat pengambilan ovarium, terjadi perubahan gambaran EKG istirahat pada panjang interval QTc, segmen ST, morfologi gelombang Q dan T dibandingkan saat premenopause. Perubahan gambaran EKG tersebut secara klinis tidak menimbulkan keluhan (Mario et al., 2001; De Leo et al., 2000; Lujan et al., 2007; Dennes et al., 2007; Chou et al., 2011). Tanda dan gejala klinis akan muncul apabila terpajan oleh beberapa rangsangan, misalnya kecemasan, kelelahan, asupan kafein berlebihan, perubahan konsentrasi elektrolit dalam plasma, obatobatan tertentu, antara lain antibiotik dan antiaritmia, atau adanya rangsangan terhadap nervus vagus yang akan mengubah panjang interval QTc. Gejala yang muncul dapat berupa rasa tidak nyaman, pusing, pening, palpitasi, presyncope sampai syncope (Nowinski et al., 2002; Wolbrette et al., 2002; Drici et al., 1996; Rai, 1982; Rautaharju et al., 1992; Taylor, 1983, Zipes et al., 2006, Genovesi et al., 2007). Apabila dibandingkan antara perempuan dengan laki-laki, maka pada

8 8 perempuan perubahan interval QT >10% meningkatkan risiko henti jantung dua kali lipat dengan kondisi tanpa penyakit jantung koroner sebelumnya. Pemanjangan interval QTc meningkatkan risiko mati jantung mendadak sebesar 4,4 kali lipat, sedangkan pemendekan interval QTc meningkatkan risiko 2 kali lipat (Rautaharju et al., 2006; Goldenberg et al., 2008, Zipes et al., 2006, Redfern et al., 2003). Di Indonesia, aritmia ventrikuler termasuk salah satu penyakit jantung yang menjadi penyebab kematian di atas usia 60 tahun. Perempuan lebih mudah terkena aritmia ventrikuler dibanding laki-laki, sehingga perhatian peneliti pada penelitian ini diutamakan pada masalah perempuan. Jumlah dan proporsi penduduk perempuan Indonesia yang berusia diatas 60 tahun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat bermakna. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk Indonesia. Pada tahun 2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari total penduduk. Sementara itu pula terjadi peningkatan usia harapan hidup di Indonesia dari 46,5 tahun pada 1971 menjadi 68,2 tahun pada 2005 (Depkes RI, 2005). Apabila usia rata-rata perempuan Indonesia mengalami menopause pada 51,4 tahun, maka perempuan akan melewati 18 tahun hidup dalam masa pascamenopause. Oleh sebab itu harus ada upaya untuk mempertahankan kehidupan yang berkualitas. Upaya tersebut antara lain adalah menghindari kelainan-kelainan yang menjadi penyebab kesakitan dan kematian pada pascamenopause termasuk menurunkan risiko menderita penyakit kardiovaskular.

9 9 Pemberian terapi aritmia ventrikuler bagi pascamenopause masih kontroversi, karena obat yang sering digunakan adalah antiaritmia yang sama dengan yang diberikan pada laki-laki. Pada pascamenopause setelah mengkonsumsi obat antiaritmia tertentu, misalnya quinidin, sotalol atau terfenadin dapat mengakibatkan takikardi ventrikel yang disebut Torsade de Pointes (Makkar, 1993; Ebert, 1998 dan Pham et al., 2001). Bahkan Kadish et al. (2004) mengatakan bahwa 5,9%-15,8% antiaritmia dapat menimbulkan eksaserbasi aritmia yang diamati dari rekaman holter monitor. Katz (1999) berpendapat bahwa terapi antiaritmia seringkali tidak dapat mencegah mati jantung mendadak bahkan meningkatkan mortalitas akibat aritmia. Oleh sebab itu menurut rekomendasi American College of Cardiology (ACC)/ American Heart Association (AHA)/ European Society of Cardiology (ESC) pemberian antiaritmia bagi perempuan perlu sangat hati-hati dan dengan monitoring yang sangat ketat (Zipes et al., 2006). Menilik variasi interval QTc selama siklus kehidupan perempuan, maka diduga aritmia ventrikuler pascamenopause berkaitan dengan kondisi hormon, khususnya estrogen. Pilihan terapi aritmia ventrikuler bagi pascamenopause adalah sulih hormon (Hormone Replacement Therapy/HRT). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh HRT terhadap aritmia pada pascamenopause, tetapi hasilnya masih kontroversial. Beberapa penelitian yang mendapatkan hasil HRT bermanfaat mengatasi aritmia adalah penelitian oleh The Nurses Health Study (Gordstein et al., 2000) dan The Postmenopausal Estrogen Progestin Interventions (PEPI) (Espeland et al., 1998).

10 10 Beberapa penelitian yang mendapatkan hasil merugikan adalah penelitian oleh the Hormone Estrogen/Progestin Replacement Study (HERS) (Hulley et al., 1998) dan the Women s Health Initiative (WHI) (Rossouw et al., 2002). Penelitian oleh WHI menemukan bahwa terjadi peningkatan risiko kanker payudara pada pengguna HRT. Lain halnya dengan penelitian the Estrogen Replacement on Progression of Coronary ArterynAtherosclerosis (ERA), the Women s Angiographic Vitamin and Estrogen (WAVE) dan the Papworth HRT and Atherosclerosis Study (PHASE) tidak menemukan efek menguntungkan dari HRT dalam menurunkan penyakit jantung. Terapi sulih hormon yang banyak dipakai adalah sediaan estrogen tunggal (Conjugated Ethinyl Estradiol). Walaupun ada yang menggunakan estrogen dalam kombinasi dengan progesteron. Selain harga yang mahal, adanya beberapa efek samping masih menjadi pertimbangan untuk memberikan HRT sebagai terapi aritmia. Sebagai catatan bahwa sebagian penelitian dilakukan pada pascamenopause atau pascaovariektomi setelah mengalami iskemia atau infark miokardium, baik pada manusia maupun pada hewan coba (Nowinski et al., 2002; Drici et al., 1996; Saba et al., 2001; De Leo et al., 2000; Grohe et al., 1997; Korte et al., 2005; Philp, 2006; Trepanier-Boulay et al., 2001). Menurut Kurokawa et al. (2006), pemberian estrogen dapat menyebabkan pemanjangan atau pemendekan interval QTc tergantung pada dosis. Dosis estrogen yang rendah dapat memanjangkan interval QTc sebab estrogen tersebut menghambat aktivasi saluran ion K. Pada penelitian tersebut tidak terdapat reseptor estrogen di saluran ion, sehingga disimpulkan bahwa penghambatan oleh

11 11 estrogen terjadi secara langsung pada saluran ion tanpa melalui ikatan dengan reseptor. Adapun dosis estrogen suprafisiologis bekerja serupa dengan testosteron terhadap saluran ion K dan Ca sehingga dapat memendekkan interval QTc. Pada penelitian Agustiningsih (2010) yang memberikan 17β-estradiol pada tikus mencegah pemanjangan interval QTc pascaovariektomi. Pilihan lain untuk mencegah perubahan interval QTc berlebihan atau mencegah aritmia adalah dengan latihan fisik teratur. Latihan fisik dikatakan teratur dan terukur apabila memenuhi kriteria frekuensi 4-5x/minggu, intensitas 60-80% VO2max, lama latihan menit (termasuk pemanasan dan pendinginan) serta jenis latihan adalah latihan aerobik (McArdle et al., 2009). Billman (2002) menyebutkan bahwa latihan fisik teratur dapat memperbaiki tonus saraf otonom, sehingga dapat mencegah perubahan abnormal durasi repolarisasi. Menurut Sung et al. (2004) pengaruh latihan fisik terhadap aritmia memiliki 2 kemungkinan yaitu menyebabkan interval QTc memendek atau interval QTc memanjang. Hal ini diduga karena latihan fisik dapat meningkatkan aktivitas simpatis, yaitu melalui reseptor α dan β adrenergik sehingga mengubah durasi potensial aksi, termasuk mengubah panjang interval QTc. Secara paradoks, setelah latihan fisik jangka panjang terjadi peningkatan dominasi parasimpatis sehingga fdj menurun yang juga akan mengubah panjang interval QTc (Genovesi et al., 2007). Latihan fisik teratur terbukti memperbaiki durasi repolarisasi pada otot ventrikel jantung orang muda yang sehat maupun pasca infark miokardium. Perhonen et al. (2006) mengatakan bahwa latihan fisik teratur juga bermanfaat mencegah perubahan abnormal interval QTc pada pembawa mutasi genetik

12 12 LQTS. Menurut Genovesi et al. (2007), latihan fisik pada perempuan dapat mencegah aritmia dengan memperbaiki durasi repolarisasi yang bermakna secara statistik, tetapi pada laki-laki tidak. Hal tersebut menunjukkan adanya peran hormon estrogen pada pengaturan durasi repolarisasi, tetapi peneliti tersebut tidak membuktikannya. Perlu dibuktikan apakah latihan fisik teratur dan terukur pada pascaovariektomi juga dapat mencegah perubahan abnormal durasi repolarisasi otot ventrikel jantung. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa pada perempuan, durasi repolarisasi sangat berkaitan dengan hormon estrogen. Oleh sebab itu pada penelitian ini efek latihan fisik ditujukan bukan pada fungsi saraf otonom, melainkan lebih ke arah sintesis hormon estrogen, khususnya di jaringan otot jantung. Hasil sintesis ini akan dipergunakan oleh jantung sendiri guna mempertahankan homeostasis, termasuk mempertahankan panjang interval QTc. Latihan fisik teratur terbukti meningkatkan kadar hormon estrogen pada pascamenopause. Peningkatan kadar estrogen tersebut diduga melalui aromatisasi androstenedion di ekstragonadal (Agustiningsih, 2006; Harvey et al., 2005). Proses aromatisasi ekstragonadal adalah proses sintesis estrogen dari androstenedion atau testosteron yang terjadi di luar ovarium dengan bantuan enzim P450aromatase dibawah kendali gen CYP19. Estrogen yang berasal dari aromatisasi ekstragonadal bekerja lokal. Hal tersebut menyebabkan kadar estrogen dalam darah tidak berubah bermakna (Simpson & Davis, 2001). Tempat aromatisasi ekstragonadal yang telah ditemukan antara lain adalah payudara, kondrosit, sel-sel mesenkim jaringan adiposa, osteoblas, endotel vaskular, sel otot

13 13 polos aorta serta beberapa tempat di otak. Perlu dibuktikan apakah di jaringan otot jantung terjadi proses aromatisasi yang diikuti peningkatan kadar estrogen dalam jaringan pada subyek yang diovariektomi setelah melakukan latihan fisik teratur dan terukur yang berkorelasi dengan perubahan interval QTc. Adanya ekspresi CYP19aromatase menunjukkan adanya aktivitas aromatisasi di jaringan tersebut. Grohe et al. (1998) dan Diano et al. (1999) melaporkan adanya kecenderungan ekspresi aromatase P450 di otot jantung tetapi tidak meneliti adanya aktivitas CYP19aromatase. Aizawa et al. (2007) melaporkan adanya ekspresi CYP19aromatase di otot skelet tikus setelah melakukan latihan fisik. Peningkatan ekspresi CYP19aromatase ini kemungkinan karena terjadi respon inflamasi di otot jantung setelah melakukan latihan fisik. Salah satu respon inflamasi akibat penggunaan otot untuk latihan fisik adalah peningkatan ekspresi dan aktivitas siklooksigenase-2 (COX2) di otot jantung yang bertujuan melindungi otot jantung dari kerusakan. Peningkatan ekspresi dan aktivitas COX2 ini juga disebabkan rangsang nervus vagus melalui asetilkolin di otot jantung setelah latihan fisik (Testa et al., 2007; Sellers et al., 2010). Pada beberapa penelitian dibuktikan bahwa COX2 dapat menginduksi aktivitas aromatase menghasilkan estrogen di jaringan payudara (Subbaramaiah et al., 2012), ovarium (Kim et al., 2009) dan endotel pembuluh darah (Nofer, 2012). Oleh karena itu perlu dibuktikan adanya ekspresi CYP19aromatase di otot jantung untuk mengetahui aktivitas aromatisasi setelah latihan fisik teratur pada subyek yang telah diovariektomi. Salah satu mekanisme yang digunakan estrogen untuk menginduksi

14 14 perubahan intraseluler adalah berikatan dengan reseptor estrogen (RE). Reseptor estrogen memiliki 2 varian yaitu α dan β. Kedua varian reseptor estrogen didistribusikan di seluruh tubuh, termasuk di otot jantung (Grohe et al. 1997). Peningkatan jumlah RE menunjukkan adanya peningkatan aktivitas estrogen di jaringan tersebut. Berdasarkan publikasi Wiik et al. (2005) dan Cartoni et al. (2005) terjadi peningkatan ekspresi REα di otot skelet setelah latihan fisik aerobik pada laki-laki. Serta hasil penelitian Paquette et al., (2007) terjadi peningkatan ekspresi REα di hepar dan jantung setelah latihan fisik. Perlu dibuktikan apakah terjadi peningkatan ekspresi REα di otot jantung setelah latihan fisik pada subyek yang telah diovariektomi yang berkorelasi dengan perubahan interval QTc. Durasi repolarisasi otot jantung sangat berkaitan dengan aktivasi saluran ion Ca dan K. Aktivasi saluran ion Ca dan K dirangsang antara lain oleh hormon estrogen. Perlu dibuktikan, apakah terjadi sintesis estrogen di otot jantung atau ada peningkatan ekspresi REα di otot jantung pada pascaovariektomi setelah diberi latihan fisik teratur. Selain itu perlu dibuktikan bahwa estrogen mencegah perubahan abnormal durasi repolarisasi otot jantung. Perlu dibuktikan pula apakah hal tersebut melalui aktivasi saluran ion Ca dan K. Tikus sudah sering digunakan sebagai model untuk mempelajari aritmia dan mati mendadak pada manusia. Jantung tikus banyak digunakan untuk penelitian mengenai fungsi mekanik, biokimia, molekular, genetik serta elektrofisiologik. Frekuensi denyut jantung tikus lebih cepat 4-10 kali lipat dibanding manusia dengan durasi potensial aksi yang lebih pendek. Jantung tikus yang berukuran lebih kecil dari manusia memiliki sifat kelistrikan lebih stabil.

15 15 Saluran-saluran ion di otot jantung tikus 95% identik dengan manusia pada tingkat protein dan memiliki sifat elektrofisiologis dan farmakologis yang sama (DiFransisco, 2004). Elektrokardiogram juga telah diadaptasi untuk digunakan pada tikus dengan hasil rekaman gelombang-gelombang yang mirip dengan manusia. Secara teknis perbedaannya adalah pada desain dan letak elektroda serta penggunaan anestesi yang tidak mempengaruhi fdj maupun durasi potensial aksi. Penentuan durasi repolarisasi dengan interval QTc untuk tikus menggunakan formula koreksi yang dimodifikasi dari formula Bazett (1920) oleh Kmecova & Klimas (2010). Penentuan interval RR untuk koreksi interval QT menggunakan formula dari Mitchell et al. (1998). Pada tikus dewasa terdapat perbedaan repolarisasi antara jantan dan betina yang mirip dengan manusia (London, 2004; Trepanier-Boulay et al., 2001; Salama & London, 2007; Mitchell et al., 1998; Kmecova & Klimas, 2010). Guna mendekatkan masalah yang berkaitan dengan pascamenopause, penelitian dilakukan pada tikus yang diovariektomi. Biasanya untuk mengamati pengaruh hormon estrogen pada jantung dilakukan dengan cara isolasi jantung tikus yang dapat memberi gambaran kerja jantung invivo, namun dapat pula dilakukan dengan memberi perlakuan pada tikus hidup kemudian dilihat efeknya pada organ yang diinginkan secara invitro (Trepanier-Boulay et al., 2001; Philp et al., 2006; Korte et al., 2005). Perlu dibuktikan adanya proses aromatisasi di otot jantung serta efek estrogen hasil aromatisasi ekstragonadal akibat latihan fisik teratur terhadap durasi repolarisasi yang diukur dengan EKG permukaan badan

16 16 pada tikus yang diovariektomi. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu permasalahan mengenai latihan fisik teratur dan terukur pada tikus pascaovariektomi untuk mencegah perubahan abnormal durasi repolarisasi otot ventrikel jantung sehingga menurunkan risiko aritmia ventrikuler melalui proses aromatisasi di otot ventrikel jantung. Pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan latar belakang masalah adalah 1. Apakah pemanjanngan interval QTc pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukurmencegah risiko aritmia? 2. Apakah interval QTc pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur berkorelasi dengan kadar estrogen? 3. Apakah latihan fisik teratur dan terukur pascaovariektomi meningkatkan ekspresi saluran ion K dan Ca di otot ventrikel jantung? 4. Apakah interval QTc pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur berkorelasi dengan ekspresi saluran ion Ca dan K di otot jantung? 5. Apakah ekspresi saluran ion Ca dan K di otot jantung pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur berkorelasi dengan kadar estrogen? 6. Apakah ekspresi CYP19aromatase jaringan otot jantung pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur berkorelasi dengan kadar testosteron? 7. Apakah ekspresi CYP19aromatase jaringan otot jantung pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur berkorelasi dengan ekspresi COX2

17 17 jaringan otot jantung? 8. Apakah ekspresi COX2 jaringan otot jantung pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur berkorelasi dengan interval QTc? 9. Apakah ada peningkatan ekspresi REα di otot ventrikel jantung pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur? B. Tujuan Penelitian B.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengungkapkan latihan fisik teratur dan terukur pada pascaovariektomi mencegah risiko aritmia ventrikuler melalui sintesis estrogen di otot jantung. B.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut 1. Menjelaskan korelasi antara pemanjangan interval QTc dengan pemanjangan interval RR dan penurunan frekuensi denyut jantung pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur. 2. Menjelaskan korelasi antara perubahan kadar estrogen serum dan jaringan otot jantung dengan pemanjangan interval QTc pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur. 3. Menjelaskan peningkatan ekspresi saluran ion K dan Ca otot ventrikel jantung pascaovariektomi setelah larihan fisik teratur dan terukur. 4. Menjelaskan korelasi antara perubahan interval QTc dengan ekspresi saluran ion Ca dan K pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur.

18 18 5. Menjelaskan korelasi antara kadar estrogen serum dan jaringan otot jantung dengan ekspresi saluran ion Ca dan K tikus pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur. 6. Menjelaskan korelasi antara ekspresi CYP19aromatase dengan kadar testosteron serum dan jaringan otot jantung pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur. 7. Menjelaskan korelasi antara peningkatan ekspresi COX2 dengan CYP19aromatase jaringan otot jantung pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur. 8. Menjelaskan korelasi antara peninfkatan ekspresi COX2 otot ventrikel jantung dengan interval QTc pascaovariektomi setelah larihan fisik teratur dan terukut. 9. Menjelaskan adanya perubahan ekspresi REα di otot ventrikel jantung pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan terukur. C. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian lain yang pernah dilakukan antara lain adalah penelitian oleh Drici et al. (1996) yang mencari pengaruh hormon estrogen terhadap pengaturan ekspresi saluran ion K di jantung marmut yang telah diovariektomi, penelitian dilakukan pada jantung yang diisolasi. Parameter yang diambil adalah interval QT dikaitkan dengan ekspresi saluran ion K. Hara et al. (1998) meneliti pengaruh estradiol dan dehidrotestosteron terhadap repolarisasi ventrikel pada isolasi otot papilaris jantung kelinci yang telah diovariektomi. Penelitian oleh Paquette et al. (2007) adalah tentang pengaruh olahraga

19 19 dengan treadmill selama 8 minggu pada tikus galur Sprague Dawley. Penelitian ini mencari adaptasi reseptor estrogen di hepar dan jantung dengan menggunakan isolasi organ. Ekspresi reseptor ditentukan dengan menggunakan RT-PCR. Penelitian ini tidak mengkaitkan dengan durasi repolarisasi otot ventrikel jantung. Penelitian oleh Genovesi et al. (2007) mencari pengaruh latihan fisik terhadap fdj dan interval QTc pada manusia usia muda. Penelitian ini membuktikan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dengan mengungkapkan peran saraf otonom. Pengamatan interval QTc dan variabilitas denyut jantung menggunakan holter monitor selama 24 jam. Penelitian oleh Wiik et al. (2005) mencari ekspresi reseptor estrogen di otot skelet manusia setelah latihan fisik. Penelitian oleh Carnethon et al. (2003) pada pascamenopause yang menggunakan terapi sulih hormon selama 9 tahun memperoleh hasil adanya pemanjangan interval QT dan meningkatnya risiko aritmia 2x lipat dibanding bukan pengguna terapi sulih hormon. Jost et al. (2005) memberikan dofetilide, suatu antiaritmia yang memiliki titik tangkap menghambat saluran ion K di otot jantung, pada manusia memperoleh hasil bahwa terjadi pemendekan interval QT yang berisiko aritmia. Risiko aritmia tersebut terjadi pada orang yang memiliki aktivitas simpatis tinggi. Penelitian ini dilakukan in vivo yaitu pada jantung intak dengan tujuan mengkaji mekanisme perubahan interval QTc setelah perlakuan latihan fisik teratur dan terukur. Penelitian dilakukan dengan mencari korelasi antara interval QTc dengan sintesis estrogen melalui proses aromatisasi ekstragonadal di otot jantung pada tikus yang telah diovariektomi

20 20 D. Manfaat Penelitian D.1 Manfaat teoritis penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mekanisme kelistrikan otot janrung pascaovariektomi serelah latihan disik teratur dan terukur. Hasil penelirian ini diharapkan juga dapat menjelaskan akrivitas kelistrikan otot janrung pascaovariektomi beekaitan dengan estrogen serum dan jaringan. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mekanisme sintesis estrogen di otot centrikwl jantung pascaovariektomi setelah latihan fisik teratur dan teeukur. D.2 Manfaat praktis penelitian Latihan fisik yang teratur dan terukur dapat membantu terjadinya pembentukan estrogen ekstragonadal dan dapat mencegah perubahan abnormal durasi repolarisasi otot jantung perempuan pascamenopause. Oleh sebab itu hasil ini dapat disebarluaskan pada para ibu pascamenopause untuk menggalakkan kegiatan latihan fisik teratur dan terukur. Diharapkan kegiatan latihan fisik teratur dan terukur akan dapat mencegah kejadian aritmia ventrikuler pascamenopause. Bagi para klinisi terutama di bidang kardiologi dapat menjadi bahan pertimbangan apabila akan memberikan terapi antiaritmia bagi perempuan khususnya perempuan pascamenopause. Selain itu bagi para ahli kesehatan olahraga dapat menjadi pertimbangan dalam merancang program latihan untuk mencegah dan memperbaiki aritmia pada wanita pascamenopause.

Denny Agustiningsih Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran UGM ABSTRAK

Denny Agustiningsih Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran UGM ABSTRAK EFEK OLAHRAGA BERENANG TERATUR DAN TERAPI SULIH ESTROGEN TERHADAP DURASI REPOLARISASI OTOT JANTUNG TIKUS Sprague Dawley YANG TELAH DI OVARIEKTOMI BILATERAL ABSTRAK Denny Agustiningsih Bagian Ilmu Faal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar. menjadi bagian masyarakat kita, baik pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar. menjadi bagian masyarakat kita, baik pada masyarakat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar menjadi bagian masyarakat kita, baik pada masyarakat atau golongan sosial ekonomi rendah sampai menengah ke atas.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan menopause sebagai berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein banyak terkandung dalam kopi, teh, minuman cola, minuman berenergi, coklat, dan bahkan digunakan juga untuk terapi, misalnya pada obatobat stimulan, pereda nyeri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMAEST) adalah sindrom klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokardium disertai elevasi segmen ST yang persisten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Keseluruhan anjing yang dipergunakan pada penelitian diperiksa secara klinis dan dinyatakan sehat sesuai dengan klasifikasi status klas I yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masyarakat telah mengetahui bahwa kebiasaan. berolah raga adalah cara yang efektif untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masyarakat telah mengetahui bahwa kebiasaan. berolah raga adalah cara yang efektif untuk menjaga BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masyarakat telah mengetahui bahwa kebiasaan berolah raga adalah cara yang efektif untuk menjaga kesehatan. Gerak tubuh yang pasif dapat meningkatkan faktor risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Normal EKG untuk Paramedis dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Anatomi Jantung & THE HEART Konsep dasar elektrokardiografi Sistem Konduksi Jantung Nodus Sino-Atrial (SA) - pada pertemuan SVC dg atrium

Lebih terperinci

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Materi 3 Kardiovaskular III A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Tujuan a. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara palpasi b. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara auskultasi Dasar Teori

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat kaitannya. Pasien dengan diabetes mellitus risiko menderita penyakit kardiovaskular meningkat menjadi

Lebih terperinci

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV)

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) KONSEP DASAR EKG Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) TIU Setelah mengikuti materi ini peserta mampu memahami konsep dasar EKG dan gambaran EKG normal. TIK Setelah mengikuti materi ini peserta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian tertinggi bagi wanita di negara barat khususnya pada wanita berumur 50 tahun ke atas. Kelompok usia tersebut adalah kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya seluruh fungsi dan aktivitas tubuh melibatkan listrik. Tubuh manusia menghasilkan sinyal listrik dari hasil aksi elektrokimia sel-sel tertentu dan listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah sindroma klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokard disertai elevasi segmen ST yang persisten

Lebih terperinci

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA PENDAHULUAN Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari rekaman aktivitas listrik jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah manusia itu akan melalui suatu proses yang sama, yaitu semuanya selalu dalam perubahan. Pada awal hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya prevalensi obesitas merupakan masalah kesehatan utama diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahun terkait

Lebih terperinci

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG Potensial Aksi Pada Jantung Pendahuluan Jantung : Merupakan organ vital Fungsi Jantung : Memompakan darah ke seluruh tubuh. Jantung terletak pada rongga dada sebelah kiri. Batas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER Tujuan Pembelajaran Menjelaskan anatomi dan fungsi struktur jantung : Lapisan jantung, atrium, ventrikel, katup semilunar, dan katup atrioventrikular Menjelaskan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas terhadap Lama Siklus Siklus estrus terdiri dari proestrus (12 jam), estrus (12 jam), metestrus (12 jam), dan diestrus (57 jam), yang secara total

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Adaptasi hewan (kelompok AP,AIS,AIP) Torakotomi (kelompok AP,AIS,AIP) H + 2 H+2 H - 14 H-14 Teranestesi sempurna H Awal recovery H+7 Pengambilan darah simpan 30% total darah (kelompok AP) Post transfusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus seksual wanita usia 40-50 tahun biasanya menjadi tidak teratur dan ovulasi sering gagal terjadi. Setelah beberapa bulan, siklus akan berhenti sama sekali. Periode

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah Beberapa faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain usia, riwayat hipertensi, dan aktivitas atau pekerjaan. Menurut tabel

Lebih terperinci

Kontrol Dari Kecepatan Denyut Jantung

Kontrol Dari Kecepatan Denyut Jantung Kontrol Dari Kecepatan Denyut Jantung Pacemaker akan menyebabkan jantung berdenyut ± 100X permenit, dalam kenyataannya jantung akan berdenyut antara 60-140 kali permenit tergantung kebutuhan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) dan penyakit kardiovaskular sering tampak sebagai dua sisi koin. DM dianggap ekuivalen dengan penyakit jantung koroner (Maqri and Fava,

Lebih terperinci

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG Disusun untuk memenuhi tugas mandiri keperawatan gawat darurat Dosen Setiyawan S.Kep.,Ns.,M.Kep. Disusun oleh : NUGKY SETYO ARINI (P15037) PRODI D3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang pesat mempermudah manusia dalam mencapai kebutuhan hidup. Hal tersebut telah merambah segala bidang termasuk dalam bidang kedokteran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit jantung koroner (PJK) yangmemiliki risiko komplikasi serius bahkan kematian penderita. Penyakit

Lebih terperinci

Vitamin D and diabetes

Vitamin D and diabetes Vitamin D and diabetes a b s t r a t c Atas dasar bukti dari studi hewan dan manusia, vitamin D telah muncul sebagai risiko potensial pengubah untuk tipe 1 dan tipe 2 diabetes (diabetes tipe 1 dan tipe

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kasus keracunan pestisida organofosfat.1 Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kasus keracunan pestisida organofosfat.1 Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pestisida secara luas berdampak pada meningkatnya kasus, yakni sebanyak 80% kasus pestisida merupakan kasus pestisida.1 Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Seseorang dengan aktivitas fisik rendah memiliki 20% sampai 30% lebih tinggi risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi klinis dari penyakit jantung iskemik. Penyakit jantung iskemik adalah sebuah kondisi dimana aliran darah dan oksigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibart suplai darah yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap makhluk hidup. Manusia menganggap bahwa menjadi tua merupakan hal yang harus terjadi,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil Rendemen Ekstrak akar Acalypha indica Linn. dari tiga sediaan menunjukkan hasil rendemen yaitu, 1,85 %, 2,4 %, dan 1,9 %. 4.2. Uji Fitokimia Hasil uji fitokimia ekstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa wanita biasanya mengalami rasa tidak nyaman sebelum menstruasi. Mereka sering merasakan satu bahkan lebih gejala yang disebut dengan kumpulan gejala sebelum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 20 PENDAHULUAN Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang diolah melalui proses fermentasi kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelai dan produk olahannya mengandung senyawa

Lebih terperinci

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi Nama : Herda Septa D NPM : 0926010138 Keperawatan IV D Curah jantung Definisi Kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah dipompa masuk ke dalam sirkulasi paru dan sistemik. Volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada tulang, penyakit ini ditandai dengan penurunan kepadatan tulang dan peningkatan risiko terjadinya patah

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut,

B A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut, B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab kematian tertinggi di negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut, penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker dengan angka. kejadian tertinggi pada wanita, sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker dengan angka. kejadian tertinggi pada wanita, sebanyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker dengan angka kejadian tertinggi pada wanita, sebanyak 1.384.155 kasus baru (38,9%) dengan angka mortalitas sebesar 458.503 (12,4%).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot Tinjauan Umum Jaringan Otot Tipe Otot Otot rangka menempel pada kerangka, lurik, dapat dikontrol secara sadar Otot jantung menyusun jantung, lurik, dikontrol secara tidak sadar Otot polos, berada terutama

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Data Hasil Penelitian Uji perbandingan antara keempat kelompok sebelum perlakuan menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok kontrol adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Menurut Myers (2004), seseorang yang dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jantung 2.1.1. Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel, yang menyebabkan terjadinya pergerakan ion yang keluar-masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera L.) adalah salah satu dari tumbuhan yang paling banyak manfaatnya di dunia, khususnya di daerah tropis seperti di Indonesia. Selain mudah ditemukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia. Jantung yaitu organ otot (muskular) berongga yang memompa darah lewat pembuluh darah sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium dikarenakan iskemia berkepanjangan yang dapat ditegakkan diagnosisnya dari gejala, abnormalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan biokimia dijelaskan sebagai penyakit pada pria tua dengan level serum testosteron di bawah parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab utama kematian dan gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, 2011). Dalam 3 dekade terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memori disimpan di otak dengan mengubah sensitivitas dasar transmisi hipnotis antar neuron sebagai akibat dari aktivitas neuron sebelumnya. Jaras terbaru atau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit kardiovaskular yang meningkat setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju (Adrogue and Madias, 2007). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Senyawa Isoflavon Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Hasil analisis tepung kedelai dan tepung tempe menunjukkan 3 macam senyawa isoflavon utama seperti yang tertera pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia. kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia. kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah penderita sekitar 4,3 per 1000 penduduk dengan kanker payudara menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah diketahui banyak metode dan alat kontrasepsi meliputi suntik, pil, IUD, implan, kontap dan kondom. Metode KB suntik merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN SOP ECHOCARDIOGRAPHY N O A B C FASE PRA INTERAKSI TINDAKAN 1. Membaca dokumentasi keperawatan. 2. Menyiapkan alat-alat : alat echocardiography, gel, tissu. 3. Mencuci tangan. FASE ORIENTASI 1. Memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan perhatian khusus dalam bidang kesehatan. Pihak pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan,

Lebih terperinci

Intro. - alifis.wordpress.com

Intro. - alifis.wordpress.com Intro. Manusia tidak bisa melihat, merasa, mencium atau menyadari keberadaan listrik dengan inderanya, baik untuk muatan maupun untuk medan listriknya. Baru pada akhir abad 18 hal-hal mengenai listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009). A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Hipertensi merupakan penyakit kronis yang dapat merusak organ tubuh. Jumlah penderita penyakit hipertensi di dunia hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung. BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung. Angina seringkali digambarkan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah Acute Coronary Syndrome (ACS) digunakan untuk menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mmhg jika pemeriksaan menggunakan manometer air raksa, artinya gaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mmhg jika pemeriksaan menggunakan manometer air raksa, artinya gaya yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah sejumlah gaya yang bekerja setiap satuan luas dinding luas pembuluh darah. Tekanan darah biasanya dinyatakan dalam satuan mmhg jika pemeriksaan

Lebih terperinci

Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan

Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan Terdiri dari beberapa proses seperti: 1. Perubahan anatomis dan fisiologis miometrium Pertama, terjadi pemendekan otot polos miometrium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Ovarium merupakan bagian organ reproduksi wanita, yang memproduksi hormon dan berisi folikel yang akan dirilis untuk tujuan reproduksi (Katz et al, 2007). Kerusakan

Lebih terperinci

KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT

KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT Kanal ion Peran penting kanal ion dalam sel adalah : 1. transport ion 2. pengaturan potensi listrik di membrane sel 3. signaling sel (kanal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik merupakan salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa wanita menganggap masa tua sebagai momok yang menakutkan. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari 1106053344 A. Pengertian Tindakan Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik jantung (Price, 2006). Sewaktu impuls

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sedang berkembang menuju masyarakat industri yang membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan ini memberi peran

Lebih terperinci

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus Merupakan fungsi integratif Lengkung reflex (reflex arc) adalah jalur

Lebih terperinci

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis - V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah Elektrokardiografi (EKG) Ditulis pada Rabu, 20 September 2017 08:47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan,

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. 6.1 Korelasi antara paparan arus listrik dosis bertingkat dengan jumlah titik hiperkontraksi serabut otot jantung

BAB 6 PEMBAHASAN. 6.1 Korelasi antara paparan arus listrik dosis bertingkat dengan jumlah titik hiperkontraksi serabut otot jantung BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Korelasi antara paparan arus listrik dosis bertingkat dengan jumlah titik hiperkontraksi serabut otot jantung Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi bermakna antara

Lebih terperinci

PERAN LATIHAN FISIK TERATUR TERHADAP FUNGSI MEMORI DAN KOGNITIF WANITA PASCA MENOPAUSE. Zulkarnain*)

PERAN LATIHAN FISIK TERATUR TERHADAP FUNGSI MEMORI DAN KOGNITIF WANITA PASCA MENOPAUSE. Zulkarnain*) PERAN LATIHAN FISIK TERATUR TERHADAP FUNGSI MEMORI DAN KOGNITIF WANITA PASCA MENOPAUSE Zulkarnain*) Abstrak: Menopause suatu keadaan yang ditandai dengan tidak adanya menstruasi selama 12 bulan terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua. Menopause yang dikenal sebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid, sering menjadi ketakutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular dewasa ini telah menjadi masalah kesehatan utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh dunia. Hal ini sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter), dan dua ventrikel sinister

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter), dan dua ventrikel sinister BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomifisiologi Jantung Anjing Secara anatomi, jantung anjing memiliki empat ruang yang terbagi atas dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter), dan dua ventrikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America BAB 1 PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi, penyakit metabolik yang dicirikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan Banyakprodo Tirtomoyo. Jumlah remaja laki- laki yang dilakukan pengukuran berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sering kita jumpai klinik-klinik kecantikan maupun praktisi dokter yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan penampilan agar tetap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4 ruang yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan, serta memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4 ruang yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan, serta memiliki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung Berdasarkan struktur anatomi, jantung hewan mamalia terbagi menjadi 4 ruang yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan, serta memiliki

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

JANTUNG 4 RUANG POMPA ATRIUM KA/KI, VENTRIKEL KA/KI SISTEM HANTAR KHUSUS YANG MENGHANTARKAN IMPULS LISTRIK DARI ATRIUM KE VENTRIKEL : 1.

JANTUNG 4 RUANG POMPA ATRIUM KA/KI, VENTRIKEL KA/KI SISTEM HANTAR KHUSUS YANG MENGHANTARKAN IMPULS LISTRIK DARI ATRIUM KE VENTRIKEL : 1. ELEKTROKARDIOGRAFI ILMU YANG MEMPELAJARI AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) SUATU GRAFIK YANG MENGGAMBARKAN REKAMAN LISTRIK JANTUNG NILAI DIAGNOSTIK EKG PADA KEADAAN KLINIS : ARITMIA JANTUNG

Lebih terperinci