RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGENDALI PID PADA MOBIL LISTRIK (ZEC-01)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGENDALI PID PADA MOBIL LISTRIK (ZEC-01)"

Transkripsi

1 RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGENDALI PID PADA MOBIL LISTRIK (ZEC-01) Dimasyqi Zulkha (1) Ir. Ya umar, MT (2) 1) Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri ITS Surabaya Indonesia 60111, 2) Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri ITS Surabaya Indonesia Abstrak Polusi udara yang semakin meningkat dari tahun ke tahun berdampak buruk pada kelangsungan kehidupan di bumi. Aspek yang paling banyak menimbulkan polusi udara adalah gas buang kedanraan bermotor. Usaha meminimalisasi dampak pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh polusi dari gas buang kendaraan bermotor salah satunya adalah membuat sebuah kendaraan bermotor yang tidak memiliki gas buang yang berbahaya. Sebuah penelitian dilakukan sekaligus merancang sebuah prototype kendaraan bebas polusi yang diberi nama ZEC-01 (Zero Emmisions Car-01). Dalam pengembangan sebuah kendaraan listrik ini penulis akan meneliti tentang motor sebagai penggerak dan bagaimana merancang sistem pengendalian kecepatan motor yang digunakan sebagai penggerak pada mobil listrik ini. Sistem kecepatan mobil listrik ZEC-01 menggunakan sistem pengendali dengan metode PID dihubungkan dengan besaran PWM yang dimasukkaan sebagai power motor. Setelah melakukan penalaan nilai Kp, Ti, dan Td untuk sistem ditentukanlah nilai Kp sebesar , nila Ti sebesar 0.01, dan nilai Td sebesar Penerapan metode PID pada sistem kecepatan menghasilkan respon yang baik. Kriteria performansi sistem pengendali kecepatan mobil listrik menghasilkan overshoot 0, nilai settling time sebesar 10 detik, serta error steady state sebesar 0.7%. Kata kunci : Mobil Listrik, ZEC-01, Motor DC, Grafik Respon,PID 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha untuk meminimalisasi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh gas emisi kendaraan salah satunya adalah dengan menciptakan sebuah kendaraan yang berenergi listrik sehingga tidak menghasilkan gas emisi yang dapat mengakibatkan polusi lingkungan. Zero Emmisions Car adalah kendaraan roda empat yang tidak memiliki gas emisi berbahaya, hal ini dikarenakan sumber energi yang digunakan untuk menggerakkan kendaraan ini adalah energi listrik yang tidak memiliki gas buang. Salah satu bentuk energi alternatif yang dikembangkan adalah hydrogen fuel cell, menggunakan teknologi Direct Ethanol Fuel Cell (DEFC) kemudian bereaksi dan menghasilkan listrik dengan sisa hasil reaksi berupa H 2 O (air) dan CO 2 (karbon dioksida). Karena semakin menipisnya kandungan minyak bumi yang tersisa dan meningkatnya polusi dari emisi gas menjadi pendorong utama penggunaan teknologi DEFC. Sebuah perancangan kendaraan tentu tidak lepas dari kecepatan kendaraan itu untuk bergerak. Oleh karena itu pada tugas akhir kali ini, akan dibahas bagaimana merancang dan menerapakan sistem pengendalian kecepatan pada proyek mobil listrik ZEC-01 dengan menggunakan sistem pengendali PID dan memadukannya dengan rangkaian PWM (Pulse Width Modulation). Sehingga nanti pada akhirnya mobil listrik ZEC-01 dapat melaju dengan kecepatan yang diinginkan. PID digunakan untuk mengendalikan sinyal masukan dari potensio meter yang di manipulasi karna tekanan gas agar sesuai dengan set point yang diinginkan. 1.2 Permasalahan Permasalahan yang diangkat untuk penyelesaian tugas akhir ini adalah bagaimana merancang sistem pengendalian kecepatan motor

2 listrik dc sebagai penggerak dengan menggunakan metode pengendalian PID dan memadukannya dengan rangkaian PWM (Pulse Width Modulation). 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalah pada tugas akhir ini adalah: a. Kecepatan mobil hanya pada saat keadaan maju dan mundur b. Beban motor DC adalah beban kesuluruhan pada mobil listrik pada kondisi berjalan ditanah, sedangkan pada keadaan digantung adalah hanya as roda dan dua buah velg dan ban c. Sistem pengendalian motor DC otomatis baru diterapkan pada keadaan mobil sedang digantung, sedangkan pada keadaan berjalan ditanah menggunakan sistem pedal gas 1.4 Tujuan Tujuan dari pengerjaan tugas akhir ini adalah dengan merancang sistem pengendalian kecepatan pada mobil listrik, sehingga mobil listrik dapat bergerak sesuai dengan set point yang diinginkan. 1.5 Sistematika Laporan Pada laporan ini terdapat lima bab yang masing-masing menjelaskan tahap-tahap perencanaan dan proses penelitian tugas akhir dari awal sampai selesai. Bab 1 Pendahuluan berisikan latar belakang masalah, batasan masalah, dan tujuan dilakukannya penelitian ini. Pada bab 2 berisi teori penunjang yang berhubungan dengan penelitian tugas akhir. Bab 3 berisikan metodologi penelitian tugas akhir dari awal hingga analisa data dan pengujian dilakukan. Penjelasan pada bab 4 berisikan proses pengolahan data dan analisa yang dilakukan pada sistem yang telah dibuat. Bab 5 berisikan kesimpulan dari semua penelitian dan saran-saran yang dibutuhkan untuk kelanjutan penelitian kedepannya. 2 TEORI PENUNJANG 2.1 Mobil Listrik Electric drive vehicle (EDV) menggabungkan semua teknologi dengan penggerak listrik. Hal ini sudah termasuk battery electric vehicle (BEV). BEV mengandalkan tenaga tunggal dari baterai untuk tenaga pendorong yang biasanya lebih murah daripada menggunakan bahan bakar fosil. Walaupun dalam kebanyakan perjalanan dapat diselesaikan tanpa harus mengisi ulang baterai, tapi untuk perjalanan yang panjang dibutuhkan diisi ulang untuk baterai. Baterai digunakan hingga kosong kemudian diisi kembali kembali dengan bantuan mesin. 2.2 Motor DC Motor arus searah, sebagaimana namanya, menggunakan arus langsung yang tidak langsung/direct-unidirectional. Motor DC digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas. Gambar 3 memperlihatkan sebuah motor DC yang memiliki tiga komponen utama yaitu Kutub medan, secara sederhana digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang stasioner dan dinamo yang menggerakan bearing pada ruang diantara kutub medan. Motor DC sederhana memiliki dua kutub medan: kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi bukaan diantara kutubkutub dari utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar atau lebih komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar sebagai penyedia struktur medan. Dinamo, bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi.

3 dengan arus medan. N = kecepatan dalam RPM (putaran per menit). T adalah torque electromagnetik. Ia adalah arus dinamo dan K = konstanta persamaan Motor DC Sumber Daya Sendiri : Motor Shunt Pada motor shunt, gulungan medan (medan shunt) disambungkan secara paralel dengan jalur merupakan penjumlahan arus medan dan arus dinamo. Gambar 1. Sebuah motor DC (Direct Industry, 2005) Jika hal ini terjadi, arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan dinamo. Commutator. Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah untuk membalikan arah arus listrik dalam dinamo. Commutator juga membantu dalam transmisi arus antara dinamo dan sumber daya. Keuntungan utama motor DC adalah sebagai pengendali kecepatan, yang tidak mempengaruhi kualitas pasokan daya. Motor ini dapat dikendalikan dengan mengatur: Tegangan dinamo meningkatkan tegangan dinamo akan meningkatkan kecepatan, Arus medan menurunkan arus medan akan meningkatkan kecepatan. Motor DC tersedia dalam banyak ukuran, namun penggunaannya pada umumnya dibatasi untuk beberapa penggunaan berkecepatan rendah, penggunaan daya rendah hingga sedang seperti peralatan mesin dan rolling mills, sebab sering terjadi masalah dengan perubahan arah arus listrik mekanis pada ukuran yang lebih besar. Juga, motor tersebut dibatasi hanya untuk penggunaan di area yang bersih dan tidak berbahaya sebab resiko percikan api pada sikatnya. Motor DC juga relatif mahal dibanding motor AC. Hubungan antara kecepatan, flux medan dan tegangan dinamo ditunjukkan dalam persamaan berikut: Gaya elektromagnetik: E = KFN Torque: T = KFIa Dimana, E adalah gaya elektromagnetik yang dikembangkan pada terminal dinamo (volt). F adalah flux medan yang berbanding lurus Gambar 2. Karakteristik Motor DC Shunt (Rodwell International Corporation, 1999 Berikut tentang kecepatan motor shunt (E.T.E., 1997), yaitu Kecepatan pada prakteknya konstan tidak tergantung pada beban (hingga torque tertentu setelah kecepatannya berkurang, lihat Gambar 4) dan oleh karena itu cocok untuk penggunaan komersial dengan beban awal yang rendah, seperti peralatan mesin. Kemudian Kecepatan dapat dikendalikan dengan cara memasang tahanan dalam susunan seri dengan dinamo (kecepatan berkurang) atau dengan memasang tahanan pada arus medan (kecepatan bertambah). 2.3 Pengendali PID Sistem pengendali PID adalah suatus pengendalian untuk menentukan presisi suatu sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya umpan balik pada sistem tersebut. PID merupakan singkatan dari Proportional Integral Derivative. Sistem pengendali PID terdiri dari tiga jenis yang sesuai dengan singkatanya Proportional Integral dan Derivative. Ketiganya digunakana secara bersamaan atau masingmasing, tergantung dari respon yang kita inginkan terhadap suatu plan.

4 2.4 PWM (Pulse Width Modulation) Secara garis besar teknik PWM dalam pengendalian motor DC dapat dideskripsikan sebagai berikut. PWM adalah suatu teknik manipulasi dalam pengemudian motor (atau perangkat elektronik berarus besar lainnya) yang menggunakan prinsip cut-off dan saturasi. PWM pada dasarnya adalah menyalakan dan mematikan motor DC dengan cepat, kuncinya adalah mengatur berapa lama waktu On danoff. PWM umumnya digunakan untuk mereduksi daya yang melewati motor DC sehingga menghindarkan motor mengkonsumsi daya berlebih. Biasanya digunakan pada peralatan yang tidak membutuhkan daya penuh pada setiap waktu. 2.5 Optokopler Optokopler merupakan gabungan dari LED infra merah dengan fototransistor yang terbungkus menjadi satu chips. Cahaya infra merah termasuk dalam gelombang elektromagnetik yang tidak tampak oleh mata telanjang. Sinar ini tidak tampak oleh mata karena mempunyai panjang gelombang berkas cahaya yang terlalu panjang bagi tanggapan mata manusia. Sinar infra merah mempunyai daerah frekuensi 1 x Hz sampai dengan 1 x GHz atau daerah frekuensi dengan panjang gelombang 1µm 1mm. Gambar 3. Optokopler LED infra merah ini merupakan komponen elektronika yang memancarkan cahaya infra merah dengan konsumsi daya sangat kecil. Jika diberi prasikap maju, LED infra merah yang terdapat pada optokopler akan mengeluarkan panjang gelombang sekitar 0,9 mikrometer. Proses terjadinya pancaran cahaya pada LED infra merah dalam optokopler adalah sebagai berikut. Saat dioda menghantarkan arus, elektron lepas dari ikatannya karena memerlukan tenaga dari catu daya listrik. Setelah elektron lepas, banyak elektron yang bergabung dengan lubang yang ada di sekitarnya (memasuki lubang lain yang kosong). Pada saat masuk lubang yang lain, elektron melepaskan tenaga yang akan diradiasikan dalam bentuk cahaya, sehingga dioda akan menyala atau memancarkan cahaya pada saat dilewati arus. Cahaya infra merah yang terdapat pada optokopler tidak perlu lensa untuk memfokuskan cahaya karena dalam satu chip mempunyai jarak yang dekat dengan penerimanya. Pada optokopler yang bertugas sebagai penerima cahaya infra merah adalah fototransistor. Fototransistor merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai detektor cahaya infra merah. Detektor cahaya ini mengubah efek cahayaa menjadi sinyal listrik, oleh sebab itu fototransistor termasuk dalam golongan detektor optik.. Fototransistor memiliki sambungan kolektor basis yang besar dengan cahaya infra merah, karena cahaya ini dapat membangkitkan pasangan lubang elektron. Dengan diberi prasikap maju, cahaya yang masuk akan menimbulkan arus pada kolektor. 2.6 Rotary Encoder Rotary encoder adalah suatu komponen transducer elektro-mekanik yang dimanfaatkan untuk mengukur perpindahan (rotasi) pada motor. Rotary encoder ini mampu dimanfaatkan untuk mengukur perpindahan rotasi karena komponen ini mengkonversi rotasi shaft menjadi pulsa output yang dapat dihitung. Kecepatan rotary encoder adalah pulsa per detik. Rotary encoder secara tidak langsung dapat mengukur shaft motor atau sudut leadscrew untuk memberikan informasi posisi. Tetapi rotary encoder dapat juga digunakan secara langsung untuk mengukur rotasi mesin.

5 perangkat lunak untuk menangani register UART [1]. Gambar 4. Rotary encoder pada mobil listrik Rotary encoder berbentuk suatu piringan. Piringan ini yang memiliki beberapa bagian transparan dan beberapa bagian tidak tembus cahaya (opaque) yang berjajar disepanjang tepi piringan. Cahaya yang digunakan dalam sistem ini adalah sinar inframerah. Agar dapat dimanfaatkan dalam mengukur kecepatan maka ditambahkan LED (lightary encoder dipasang di antara celah optokopler, sehingga dapat melakukan fungsinya sebagai koponen bantu penghitung kecepatan. Kedua transmitter dan receiver inframerah, LED inframerah dan phototansmiter, dipasang pada satu arah dan melewati lubang dan slot piringan. Sehingga ketika motor berputar, piringan juga ikut berputar, maka lubang akan melewatkan cahaya inframerah yang melaluinya dan didapatkan pulsa keluaran phototransistor yang berpola. 2.7 Komunikasi Serial Komunikasi serial adalah metode komunikasi data dimana hanya satu bit data yang dikirimkan melalui seuntai kabel pada waktu tertentu. Proses pengiriman data dari komputer yang berupa sinyal kontrol dimasukkan pada mikro kontroler. Data yang dikirimkan melalui komunikasi serial tidak dapat begitu saja diolah oleh komputer, disebabkan terdapat perbedaan antara data yang dikirim dengan data komputer. Data yang diproses dalam komputer diolah secara paralel. Maka dibutuhkan suatu pengkonversi data dari bentuk serial menjadi bentuk paralel sehingga dapat diolah dalam komputer. Perangkat pengkonversi ini dapat berupa perangkat keras universal synchronous asynchronous receiver transmitter (UART) dan Gambar 5. Kabel komunikasi Serial Kemampuan komunikasi serial dilakukan dengan jangkauan panjang kabel yang melebihi komunikasi paralel didukung oleh kisaran tegangan yang dikirimkan. Pada komunikasi serial, logika 1 dikirimkan dengan kisaran tegangan -3 hingga -25 volt, sedangkan untuk logika 0 kisaran tegangan yang dibutuhkan adalah +3 sampai +25 volt. Dengan rentang yang sedemikian besar, kehilangan daya karena panjangnya kabel tidak menjadi masalah yang besar. 2.8 Microsoft Visual Basic 6.0 VB6 merupakan salah satu bahasa pemrograman yang dapat digunakan untuk mengembangkan suatu aplikasi. Pada umumnya, VB6 digunakan sebagai user interface. Dengan menggunakan VB6, dapat dihasilkan suatu aplikasi desktop, internet dan aplikasi. Visual Basic 6.0 memiliki IDE (Integrated Development Environtment) atau lingkungan pengembangan sendiri. Pada IDE terdapat beberapa fasilitas untuk melakukan desain coding dan debugging. IDE Visual Basic 6.0 terdiri atas beberapa bagian utama, yaitu main windows, component palette, toolbar, object reeview, code explorer, object inspector, form designer, dan code editor. 2.9 Stroboscope Stroboscope adalah alat yang digunakan untuk membuat objek bergerak siklis tampak lebih lambat bergerak, atau stasioner. Stroboscope memiliki prinsip kerja seperti kilatan cahaya yang frekuensinya dapat dirubah.

6 Frekuensi kilatan ini dapat diatur dan diukur besarnya. Diketahui bahwa kilatan cahaya tersebut bergantung pada frekuensi sumber cahaya, dan putaran merupakan gerakan yang mempunyai efek berulang pada pada ukuran sudutnya yakni setiap 360 derajat akan kembali ke nol kembali. Semua proses ini berlangsung berulang-ulang, ini disebut sebagai frekuensi putaran. Jadi pada putaran tertentu mempunyai frekuensi berulang-ulang dengan sudut yang tertentu juga, yang perandingannya adalah berbanding lurus. Jika dapat dilakukan pensinkronan antara frekuensi kilatan cahaya dengan frekuensi dari benda yang berputar maka dapat diukur laju putaran benda tersebut. Yakni jika frekuensi kilatan cahaya dari Stroboscope sama dengan frekuensi akibat benda yang berputar. Untuk mengetahui frekuensi dari kilatan cahaya pada Stroboscope sama dengan frekuensi benda yang berputar yaitu dengan melihat bahwa kondisi benda yang berputar tersebut seolah-olah berhenti oleh akibat memilki frekuensi yang sama. terpasang pada rangkaian minimum sistem, maka keping ini mampu mengeksekusi perintah yang telah dimasukkan didalamnya. Rangkaian minimum sistem tersusun atas pemasok tegangan yang memberikan daya ke mikrokontroler dan komponen pemberi waktu osilasi keping mikrokontroler (x-tal). Konfigurasi rangkaian minimum sistem dilengkapi dengan komponen pewaktu 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Gambar 6. Stroboscope Pada penelitian ini stroboscope digunakan untuk melakukan validasi data kecepatan putaran roda pada mobil listrik. Kecepatan putaran yang di monitoring oleh rpm akan dibandingkan dengan kecepatan yang didapat dari pengukuran menggunakan stroboscope Rangkaian Minimum Sistem Suatu keping mikrokontroler mampu melaksanakan fungsinya sebagai komponen cerdas jika terpasang pada suatu rangkaian minimum sistem. Rangkaian ini merupakan suatu rangkaian yang dasar penyusun mikrokontroler. Jika keping mikrokontroler

7 Berikut adalah rincian metodologi penelitian yang akan dilaksanakan pada tugas akhir kali ini: 1. Studi literatur tentang mobil listrik 2. Studi literatur terhadap materi yang terkait dengan pelaksanaan tugas akhir yang akan dilakukan, mengenai: Pemahaman mengenai sistem pengendali PID Pemahaman mengenai mikrokontroller Pemahaman tentang rangkaian PWM 3. Merancang dan membuat desain mobil 4. Merancang dan membuat rangkaian driver motor dan sensor kecepatan 5. Merancang pengendali dan algoritma program PWM untuk kecepatan motor DC berbasis minimum system ATMEGA Analisa data dan pembahasan 7. Penyusunan laporan Tugas Akhir. 3.1 Perancangan dan Pembuatan Rangka dan Sistem Gerak Mobil Rangka utama mobil diadopsi dari mobil berpenumpang satu orang (gokart). Rangka mobil dapat digolongkan menjadi dua bagian utama yaitu rangka statis dan rangka gerak. Rangka statis adalah rangka utama yang menjadi penopang untuk semua komponen yang lain. Rangka statis dirancang untuk satu penumpang, memiliki empat roda penggerak, mempunyai dua tempat aki di bagian sayap kiri dan kanan, satu motor listrik penggerak di belakang. Rangka statis dirancang menggunakan besi kolom persegi panjang dengan lebar 2 cm dan ketebalan 0.8 mm. Panjang total dari rangka mobil tidak lebih dari 2 m dengan bentang lebar mobil kurang dari 1.5 m. Rangka mobil diperkuat dengan penambahan rusuk ditiap titik beban mobil. Gambar 7. Disain 2d dari rangka statis (autocad) Gambar 8. Desain Rangka Rangka gerak adalah komponen mobil yang dapat bergerak secara bebas ataupun terbatas dengan sebuah sudut aksial. Pada mobil listrik ini menggunakan beberapa komponen gerak yaitu as roda depan dan belakang, tierod, as batang kemudi, steering rack, pedal gas dan rem, komponen rem cakram. Untuk as roda depan menggunakan as motor ukuran M10, karena disesuaikan dengan ukuran bearing dari velg roda depan yang menggunakan velg standar mio dengan ukuran 14 inchi.

8 kaki, saat kaki menginjak pedal rem maka akan menarik kabel yang terhubunh pada pisron rem, sehingga piston rem bergerak dan mencengkram piringan cakram. Gambar 9. As roda, velg dan ban Jumlah tierod yang digunakan sebanyak 4 buah, masing masing di sebelah kiri dan kanan di steering rack dan sisanya pada engsel as kemudi. Engsel as kemudi berfungsi sebagai pengubah gerak rotasi dari as kemudi menjadi sudut belok untuk roda. Gambar 12. Sistem piston pengereman Pedal gas dibuat berdasarkan sistem dasar mekanik untuk pegas dan rotasi poros, pedal dihubungkan dengan sebuah poros pada ujung pedal, kemudian dipasang pegas di bawah pedal yang berfungsi sebagai pendorong balik pedal saat diinjak. Poros pada ujung pedal akan berputar sebesar sudut pedal gas diinjak, sudut yang dibentuk sebesar 45 derajat akan di-couple dengan potensiometer untuk mengatur kecepatan motor menngunakan pwm. Gambar 10. Steering rack, engsel dan tierod Sudut yang dibentuk untuk berbelok mencapai 30 derajat dari garis normal untuk tiap roda. Dari putaran kemudi dan sudut belok roda memiliki perbandingan 1:1, hal ini berarti derajat putar kemudi sama dengan derajat belok dari roda. Gambar 13. Piston rem dan cakram Untuk sistem gerak roda belakang, as roda menggunakan besi as ukuran M 20 sepanjang 180 cm, velg yang digunakan adalah velg standar mio yang dimodifikasi pada bagian rumah bearing agar as sebesar M 20 dapat masuk, kemudian pada bagian luar dipasang station untuk menguatkan cengkraman velg pada as. Selain velg, terpasang juga piringan cakram untuk rem dan gear penggerak. Gambar 11. (a) engsel roda kemudi dan tierod. (b) As kemudi Pedal rem menggunakan s istem mekanik yaitu menggunakan sistem kabel untuk menggerakan piston rem. Cara kerja sistem rem sama seperti pada sepeda, hanya yang diganti adalah tuas tangan dengan pedal Gambar 14. As belakang, velg dan station

9 3.2 Perancangan Diagram Pengendalian Blok sistem Pada gambar 3.8 dibawah adalah gambar diagram blok sistem pengendalian kecepatan motor DC pada mobil listrik. Sistem pengendalian kecepatan motor listrik ini memiliki input referensi dari perubahan nilai resistansi potensiometer yang kemudian akan diolah didalam mikrokontroller. Besaran PWM yang di keluarkan akan diterukan ke inverter dan driver motor Pedal Gas / Potensiometer Konsep pedal gas pada mobil listrik adalah menggabungkan putaran poros pedal gas dengan poros potensimoter. Nilai resistansi yang dihasilkan akan menjadi set point pada mikrokontroller. potensiometer adalah resistor tiga terminal dengan sambungan geser yang membentuk pembagi tegangan dapat disetel. Jika hanya dua terminal yang digunakan (salah satu terminal tetap dan terminal geser), potensiometer berperan sebagai resistor variabel atau Rheostat. Potensiometer biasanya digunakan untuk mengendalikan peranti elektronik seperti pengendali suara pada penguat Mikrokontroller ATMEGAA 8535 Mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus. Sederhananya, cara kerja mikrokontroler sebenarnya hanya membaca dan menulis data Motor Driver Motor driver adalah sebuah rangkaian yang digunakan untuk mengendalikan sebuah motor DC sehingga dapat berputar searah ataupun melawan jarum jam. Prinsip kerja driver motor adalah mengatur aliran arus pada motor DC. Apabila aliran arus dibalik maka motor DC akan berputar ke arah sebaliknya. Gambar 15. Diagram blok sistem pengendalian kecepatan motor listrik Inverter Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus listrik searah (DC) menjadi arus listrik bolak balik (AC). Inverter mengkonversi DC dari perangkat seperti batere, panel surya / solar cell menjadi AC. Pada sistem pengendalian kecepatan mobil listrik, tegangan yang dibutuhkan adalah arus DC, maka keluaran dari inverter yang merupakan arus AC harus disearahkan menjadi DC menggunakan rangkaian rectifier Motor Listrik DC Motor listrik merupakan suatu perangkat elektronika yang mampu mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik yang dihasilkan, dimanfaatkan untuk memutar impeller pompa, kipas atau blower. Selain dimanfaatkan dalam d perindus- trian, motor listrik juga dimanfaatkan dalam peralatan rumah tangga, seperti mixer, kipas angin dan pompa air. Pada penelitian inii digunakan motor d.c sebagai komponen penggerak (actuator) mobil listrik. Motor membutuhkan arus listrik searah untuk menghasilkan torsi. Motor jenis ini sering dimanfaatkan dalam plant yang membutuhkann torsi tinggi atau percepatan yang tetap dengan variasi kecepatan yang lebar Optokopler Optokopler merupakan suatu komponen elektronik yang dirancang untuk mentransfer sinyal listrik dengan memanfaatkan gelombang cahaya. Optokopler tipe U adalah optokopler yang dimanfaatkan dalam perhitungan putaran motor bersama-sama dengan rotary encoder. Optokopler merupakan komponen yang memanfaatkan sinyal optik untuk melakukan

10 fungsinya. Komponen ini memiliki LED inframerah sebagai bagian yang memancarkan sinar dan receiver photo transmitter sebagai bagian yang menerima sinar. Gambar 16. Rancangan Sensor Optokopler 3.3 Penyusunan Algoritma Program Algoritma merupakan serangkaian perintah untuk menjalankan program. Algoritma program pengendali motor dua bagian, yaitu pada program pembacaan dengan sensor optokopler dan pengendalian motor dengan PID. Kedua algoritma tersebut akan dibuat pada aplikasi Visual Basic 6.0, dan perangkat lunak CodeVision AVR. Program dalam CodeVision AVR akan dimasukkan pada mikro kontroler untuk mengatur gerakan motor Program PWM Program PWM ini merupakan program yang mampu melakukan perubahan putaran motor berdasarkan lebar pulsa (Duty Cycle) dimana diperlukan dua buah sinyal yang mana terdiri dari sinyal referensi dan sinyal yang nantinya dapat dirubah-rubah sehingga nantinya lebar pulsa juga dapat diatur sesuai keinginan. Gambar 17. Diagram Alir algoritma program PWM Penyusunan Algoritma Program Pembacaan Kecepatan Putaran Motor Penyusunan algoritma program pembacaan kecepatan putaran motor ini dilakukan berdasarkan keluaran pulsa yang terbaca oleh sensor optokopler, dimana data yang terbaca oleh sensor berupa pulsa digital yang nantinya diolah pada mikrokontroler ATMega8535 menjadi kecepatan putaran dari motor.

11 aktual dengan kecepatan yang terbaca oleh sensor. Karena pengendali PID dibuat pada mikrokontroler maka persamaaan model matematis PID yang kontinu dikonversi ke model diskrit = Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah parameter dari pengendali PID yaitu, Kp,Ti, dan Td. Parameter tersebut dapat digantiganti sesuai kebutuhan pada program yang ada pada AVR. Selain itu, juga perlu diperhatikan error dari kecepatannya, dimana adanya error ini kemudian diolah oleh pengendali PID untuk didapatkan sinyal kendali yang dapat memutar motor sesuai dengan setpoint yang diinginkan, apabila masih terdapat error maka akan diumpankan kembali ke pengendali dan akan diolah kembali sampai kecepatan motor yang terbaca oleh sensor optokopler sesuai dengan setpoint yang diinginkan Gambar 18. Diagram Alir algoritma program pembaca kecepatan motor Pulsa yang terbaca berdasarkan pola yang ada pada rotary encodernya, jika pola yang terbaca adalah gelap maka pulsa digitalnya adalah nol, dan jika pola yang terbaca adalah terang atau tidak tertutup, maka pulsa digitalnya adalah satu. Fungsi untuk mengaktifkan ini pada ATMega8535 ini melalui fitur eksternal interrupt. Dari hasil pembacaan pulsa ini, kemudian akan dikonversi untuk dilakukan perhitungan putaran pada rotary encoder, kemudian akan dikonversi lagi ke persamaan perhitungan kecepatan Penyusunan Algoritma Program Pengendali PID Algoritma program sinyal kendali merupakan algoritma program PID yang digunakan sebagai pengendali untuk mereduksi error yang terbaca dari selisih antara kecepatan Gambar 19. Diagram Alir algoritma program pengendali

12 4 ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas mengenai pengujian dan analisa sistem pengendali kecepatan motor listrik DC pada mobil listrik ZEC-01. Pengujian dan analisa meliputi sistem rotasi roda gigi, pedal gas, software dan sistem pengendali kecepatan secara keseluruhan. Pada tahap ini akan diketahui performansi sistem pengendali kecepatan mobil listrik secara keseluruhan. 4.1 Analisa Sistem Rotasi Roda Gigi Sebagai Penghubung Motor Dengan Poros Roda Pada perancangan mobil listrik ZEC-01 salah satu sistem penggerak utama adalah poros roda. Poros roda dan poros motor DC dihubungkan oleh rantai. Pada sistem rotasi roda gigi mobil listrik menggunakan empat buah gear yang masing-masing memiliki jumlah gigi yg berbeda. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan tenaga yang lebih besar untuk dapat menggerakkan mobil walaupun harus mereduksi kecepatan dari mobil listrik. Data diatas didapat dari rumus perhitungan torsi sederhana yang menggunakan perbandingan jumlah gear. T = T =! Dari hasil pengujian dengan menggunakan tiga cara rotasi roda gigi. Pada pengujian pertama menggunakan roda gigi yang memiliki jumlah gigi pada motor 17 dan jumlah gigi pada poros roda 46 didapatkan hasil yang kurang maksimal. Mobil dapat berjalan tetapi kecepatan yang dihasilkan sangat minimal. Untuk meningkat kecepatan mobil listrik, dilakukan pengujian kedua yaitu dengan menggunakan gigi yang memiliki perbandingan yang sama. Dari pemahaman secara teori dipastikan kecepatan yang dihasilkan akan maksimal atau sama dengan kecepatan awal motor DC, tetapi sistem rotasi seperti ini tidak memiliki torsi yang bagus sehingga mobil listrik tidak dapat bergerak sama sekali. Pengujian terakhir menggunakan empat roda gigi didapat hasil maksimum. Mobil listrik dapat melaju dan bisa mengatasi jumlah beban pada mobil listrik. Gambar 20. Sistem rotasi roda gigi Analisa Roda Gigi Berikut adalah data-data jumlah gigi dan besaran kecepatan yang di kalkulasikan berdasarkan kecepatan dasar motor DC 599RPM dengan tegangan 110 V Tabel 4.1 Perbandingan gear dengan v (Rpm) n n n n V(R Torsi Gear Gear Gear Gear pm) N o kali kali kali 4.2 Analisa Sistem Pengendali Kecepatan Dari perancangan sistem pengendali kecepatan pada mobil listrik, sistem pengendali PID diterapkan pada mikrokontroller Atmega Nilai Kp, Ti, dan Td diperoleh secara trial and error, dan didapatkan gain Kp sebesar , Ti sebesar 0.01, dan Td sebesar Untuk mengetahui pengendali sudah berjalan dengan baik maka dilakukanlah uji respon Uji Respon Dengan Melakukan Tracking Setpoint Nilai Kp, Ti, dan Td diujikan pada sistem dan dilakukan dengan cara merubah-rubah setpoint. Dari sini akan dilihat apakah manipulated variable dapat mengikuti perubahan setpoint dari yang terendah hingga ke setpoint maksimal.

13 grafik respon diatas didapatkan nila Mp 25 atau 16% dan settling time 18 detik Pengujian Pada Setpoint 200 Rpm Hasil respon sistem pengujian pada setpoint 200 rpm adalah sebagai berikut. Gambar 21. Uji Tracking Setpoint Dari gambar diatas dapat dilihat hasil tracking setpoint dari sistem pengendali kecepatan pada mobil listrik. Pada grafik terlihat jelas perubahan dari setpoint garis yang berwarna merah dapat diikuti oleh kecepatan motor yang bertindak sebagai manipulated variable dari sistem. Hanya saja terjadi banyak overshoot pada setpoint rendah. Hal ini disebabkan oleh karakteristik motor DC sendiri yang sangat rentan akan kestabilan jika dioperasikan pada kecepatan yang rendah Pengujian Pada Setpoint 150 Rpm Untuk melihat respon sistem yang lebih jelas maka ditentukan nilai setpoint yang akan diujikan. Hasil respon sistem pengujian pada setpoint 150 rpm adalah sebagai berikut. Gambar 23. Grafik Respon setpoint 200 rpm Dari gambar grafik setpoint 200 rpm diatas dapat kita lihat besarnya maksimum overshoot atau Mp adalah 23 atau 11% dari setpoint, serta settling time sebesar 8detik Pengujian Pada Setpoint 250 Rpm Semakin tinggi setpoint yang diberikan kepada sistem, semakin membuat sistem stabil. Dari beberapa referensi dapat dijelaskan hal ini disebabkan oleh karakteristik motor DC sendiri. Berikut hasil respon sistem pengujian pada setpoint 250 rpm Gambar 22. Respon Sistem setpoint 150 Rpm Dari gambar grafik respon diatas dapat kita simpulkan terjadi beberapa overshoot pada detik-detik awal pengoperasian sistem. Pada Gambar 24. Grafik Respon Setpoint 250

14 Dari gambar respon setpoint 250 diatas dapat kita lihat semakin tinggi setpoint yang diberikan pada sistem akan membuat sistem semakin stabil. Dari gambar diatas dperoleh nilai Mp sebesar 25 atau 10% dari setpoint, serta nila settling time sebsar 12 detik Pengujian Pada Setpoint 270 Rpm Untuk pengujian setpoint terakhir adalaha setpoint maksimal dari kecepatan motor dc. Setpoint maksimal pada sistem adalah sebesar 270 rpm. Berikut adalah grafik respon dari pengujian nilai setpoing maksimal. Gambar 25. Grafik respon setpoint maksimal Dari grafik respon untuk setpoint maksimal diatas dapat kita simpulkan untuk memperkuat kesimpulan pada subbab sebelumnya, bahwa semakin tinggi setpoint yang diberikan pada sistem, semakin baik pula respon yang didapat. Hasil respon sistem dari grafik diatas sudah sangat kecil dan sedikit overshoot. Untuk keadaan steady state bisa dilihat sudah tidak terjadi overshoot lagi. Settling time dari sistem juga sudah semakin cepat sebesar 10 detik. 4.3 Analisa Sistem Pedal Gas, Tegangan DC, dan Kecepatan Pada Mobil Listrik ZEC-01 Pedal gas merupakan masukan yang diberikan kepada sistem agar dapat memberikan kecepatan yang sesuai dengan keinginan. Persentase injakan pedal gas berbanding lurus dengan tegangan ADC pada mikrokontroller yang diteruskan untuk meregulasi tegangan VCC yang berasal dari inverter. Hasil regulasi adalah tegangan yang dibutuhkan oleh motor DC untuk berputar mencapai set point kecepatan yang diinginkan Analisa Persentase Set Point Pedal Gas, Tegangan, dan Kecepatan yang dibaca oleh optokopler Berikut adalah data-data pengukuran persentase set point, tegangan yang dihasilkan, dan besar kecepatan pada kondisi beban roda belakang. N o. Tabel 4.2 Persentase Pedal gas Dengan Kecepatan % Set Point Tegang V Ped Potensiom an (V) (Rp al eter m) Gas Beb an Kg Kg Kg Kg Kg Dari pengambilan data diatas dapat dilihat ketika pedal gas dalam keadaan belum diinjak sudah menghasilkan nilai binner PWM sebesar 52. Nilai binner tersebut menghasilkan regulasi tegangan VCC sebesar 15.8 v tetapi belum dapat memutar motor listrik. Motor listrik yang belum dapat berputar disebabkan oleh adanya beban velg roda, dan as roda sebesar 15 kg. Ketika diberikan set point sebesar 25 % injakan pedal gas dihasilkan nilai binner PWM dan tegangan sebesar 26.5 v. Set point 25 % hanya menghasilkan kecepatan sebesar 66 Rpm. Pada injakan pedal gas sebesar 50% dihasilkan nilai binner PWM sebesar 1907 dan tegangan sebesar 54.1 v. Pada nilai set point ini dihasilkan kecepatan sebesar 141 Rpm. Selanjutnya pada set point pedal gas 75% dihasilkan nilai binner PWM sebesar pada set point ini dihasilkan tegangan sebesar 79.1 v dan kecepatan sebesar 190 Rpm. Percobaan terakhir adalah set point maksimal dari pedal gas. Set point maksimal dari pedal gas juga

15 menghasilkan nilai binner maksimal yaitu sebesar Set point maksimal menghasilkan tegangan VCC sebesar v dan kecepatan 273 Rpm. Besaran nilai binner yang dihasilkan dari injakan pedal gas sudah diprogram didalam mikrokontrolloler, dan ditentukan sebesar nilai binner PWM yang sebanding dengan 0%-100% injakan pedal gas. Kecepatan (Rpm) Persentase Pedal Gas dengan Besar Kecepatan Persentas Pedal Gas Gambar 26. Grafik Perbandingan persentase Pedal gas dengan Besar Kecepatan Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa laju penambahan pedal gas yang bertindak sebagai penetu setpoint pada sistem diikuti juga dengan peningkatan kecepatan secara linier. Oleh karna itu bisa kita simpulkan bahwa sistem yang kita rancang sudah benar, karna setiap perubahan dari setpoint yang diberikan mampu direspon dengan baik oleh perubahan kecepatan motor. 4.4 Analisa Kecepatan Mobil Listrik Dengan Menggunakan Stroboskop Untuk melakukan pengujian kevalidan data yang dibaca oleh sensor optokopler, maka dilakukan pengujian kecepatan pada mobil listrik dengan menggunakan stroboskop. Berikut adalah hasil pengambilan datanya. Tabel 4.4 Nilai Kecepatan dengan sensor optokopler No. Nilai Binnary Kecepatan (RPM) PWM , , , Pada data diatas didapat hasil kecepatan yang terdeteksi oleh sensor optokopler. Nilai kecepatan tersebut didapat berdasarkan lima nilai set point. Pengujian menggunakan set point 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Tabel 4.5 Nilai Kecepatan dengan pengukuran stroboskop No. Nilai Binnary Kecepatan (RPM) PWM , , , Tabel diatas adalah nilai kecepatan yang diperoleh dari pengukuran kecepatan menggunakan alat stroboskop. Dengan menggunakan setpoint yang sama dengan pengukuran sebelumnya yang menggunakan sensor optokopler. Hasil yang didapat adalah 47 Rpm untuk set poin 0% atau 52, 83 untuk set point 25%, 135 untuk setpoint 50%, 171 untuk setpoint 75%, serta 278 untuk setpoint maksimal 100%. Untuk perbandingan data yang diperoleh dapat dilihat pada grafik dibawah. R P M Binnary PWM Gambar 27. grafik perbandingan pengukuran kecepatan dengan sensor optokopler dan stroboskop. PWM Opto PWM Strob Pada grafik 4.3 diatas dapat diketahui pengukuran sensor optokopler dan stroboskop hampir terdapat kesamaan pada setiap setpoint nya. Terdapat error pada beberapa pengukuran

16 yang tidak terlalu significant. Jadi bisa disimpulkan data yang didapat dengan menggunakan optokopler adalah benar. 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pada sistem rotasi gear, sangat tepat menggunakan 4 gear karna mendapat kenaikan torsi atau tenaga 2x dibanding sistem gear yang secara langsung menghubungkan poros motor dengan as roda. 2. Pada sistem pengendali kecepatan motor menggunakan metode pengendali PID dengan nilai Kp = , Ti = 0.01, Td = Pada pengujian hardware sistem pengendali dapat bekerja lebih bagus, hal ini terlihat dari data yang diperoleh sepert Mp = 0, cenderung lebih kecil dan Settling time cenderung lebih cepat sebesar 8 s, error steady state kecil hanya sekitar 0,7% 4. Pada motor DC yang ber RPM kecil, tapi memiliki torsi besar akan mengalami banyak overshoot ketika dia dioperasikan pada set point rendah sebesar 150 Rpm 5. Sistem akan mengalami respon terbaik pada set point tinggi 270 Rpm Swarm Optimization Strategy. Bechar University. Anggraeny, R. (2011). Design of An ATMEGA 8535 Microcontroller Based Drawing Robot. ITS Surabaya. Fahriansyah, F. (2011). Rancang Bangun Sistem Kendali Manuver dengan Mode Control PID pada Motor Thruster UAV (Unmanned Aerial Vehicle). ITS Surabaya. Othman, A. S. (2009). Proportional Integral and Derivative Control of Brushelss DC Motor. Tafila Technical University. Prabowo, B. A. (n.d.). Permodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu. Pusat Penelitian Informatika LIPI. Suyamto, & Yadi, Y. (2008). Rancang Bangun Alat Pengatur Kecepatan Motor Induksi dengan Cara Mengatur Frekuensi. STTN BATAN. (Othman, 2009) BIODATA PENULIS 5.2 Saran Dalam rangka pengembangan penelitian, saran yang perlu disampaikan pada tugas akhir ini adalaha perlu adanya pengembangan penentuan nilai setpoint yang tidak melalui pedal gas. Hal ini bertujuan agar sistem pengendali lebih optimal dan dapat disebut sebagai sistem pengendali otomatis. 6 Daftar Pustaka Allaoua, Gasbaoui, & Mebarki. (2009). Setting Up PID DC Motor Speed Control Alteration Parameters Using Particle Nama : Dimasyqi Zulkha TTL : Padang, 30 November 1989 Alamat : Komplek fillano Blok GG1/20, Anduring, Kota Padang, Sumatera Barat Dimaz_ronz@ep.its.ac.id dimas_ronz@yahoo.co.id Pendidikan) SDS 01 Yayasan PT TKA ( ) SDN 18 Padang ( ) SMPN 1 Padang ( ) SMAN 1 Padang ( ) S-1 Teknik Fisika FTI-ITS (2007-Now)

(Dimasyqi Zulkha, Ir. Ya umar MT., Ir Purwadi Agus Darwito, MSC)

(Dimasyqi Zulkha, Ir. Ya umar MT., Ir Purwadi Agus Darwito, MSC) (Dimasyqi Zulkha, Ir. Ya umar MT., Ir Purwadi Agus Darwito, MSC) Latar Belakang Tujuan Tugas Akhir merancang sistem pengendalian kecepatan pada mobil listrik 2 1 Mulai No Uji sistem Studi literatur Marancang

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. : perangkat keras sistem : perangkat lunak sistem. xiii

DAFTAR ISTILAH. : perangkat keras sistem : perangkat lunak sistem. xiii DAFTAR ISTILAH USART : Jenis komunikasi antar mikrokontroler tipe serial yang menggunakan pin transmitter dan receiver. Membership function : Nilai keanggotaan masukan dan keluaran dari logika fuzzy. Noise

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Motor Listrik. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Elektronika Lanjut. Motor Listrik. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1 Motor Listrik Missa Lamsani Hal 1 Motor Listrik Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi energi listrik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV Pengujian Alat dan Analisa BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4. Tujuan Pengujian Pada bab ini dibahas mengenai pengujian yang dilakukan terhadap rangkaian sensor, rangkaian pembalik arah putaran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN SISTEM

IV. PERANCANGAN SISTEM SISTEM PENGATURAN KECEPATAN PUTARAN MOTOR PADA MESIN PEMUTAR GERABAH MENGGUNAKAN KONTROLER PROPORSIONAL INTEGRAL DEFERENSIAL (PID) BERBASIS MIKROKONTROLER Oleh: Pribadhi Hidayat Sastro. NIM 8163373 Jurusan

Lebih terperinci

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM Fandy Hartono 1 2203 100 067 Dr. Tri Arief Sardjono, ST. MT. 2-1970 02 12 1995 12 1001 1 Penulis, Mahasiswa S-1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari trainer kendali kecepatan motor DC menggunakan kendali PID dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 1. Perumusan Masalah Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengidentifikasian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL Sutedjo ¹, Rusiana², Zuan Mariana Wulan Sari 3 1 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa

Lebih terperinci

Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya

Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya Indar Sugiarto, Dharmawan Anugrah, Hany Ferdinando Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra Email: indi@petra.ac.id,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pelaksanaan dari perancangan telah dibuat dan dijelaskan pada Bab 3, kemudian perancangan tersebut diimplementasi ke dalam bentuk yang nyata (secara hardware).hasil implementasi

Lebih terperinci

ELECTRICAL MOTOR HASBULLAH, ST, MT. Bandung, Februari 2009

ELECTRICAL MOTOR HASBULLAH, ST, MT. Bandung, Februari 2009 ELECTRICAL MOTOR HASBULLAH, ST, MT Bandung, Februari 2009 DEFINISI MOTOR LISTRIK Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. Perancangan alat penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

ini merupakan nilai asli yang didapat oleh mikrokontroler tanpa perkalian

ini merupakan nilai asli yang didapat oleh mikrokontroler tanpa perkalian BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada sistem pringatan dini bahaya banjir, terdapat beberapa pengujian yang telah dilakukan yaitu pengujian terhadap sensor Ultrasonik SRF02, sensor pembaca kecepatan air,

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID Joko Prasetyo, Purwanto, Rahmadwati. Abstrak Pompa air di dunia industri sudah umum digunakan sebagai aktuator

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

Identifikasi Self Tuning PID Kontroler Metode Backward Rectangular Pada Motor DC

Identifikasi Self Tuning PID Kontroler Metode Backward Rectangular Pada Motor DC Identifikasi Self Tuning PID Kontroler Metode Backward Rectangular Pada Motor DC Andhyka Vireza, M. Aziz Muslim, Goegoes Dwi N. 1 Abstrak Kontroler PID akan berjalan dengan baik jika mendapatkan tuning

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mesin Pemotong Rumput BAB II LANDASAN TEORI Alat pemotong rumput adalah mesin yang digunakan untuk memotong rumput atau tanaman. Mesin ini biasa digunakan untuk merapikan taman dan juga untuk membersihkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK MESIN DC MOTOR DC PENGUATAN TERPISAH

LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK MESIN DC MOTOR DC PENGUATAN TERPISAH LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK MESIN DC MOTOR DC PENGUATAN TERPISAH Kelompok : 1 Nama Praktikan : Ainun Nidhar Nama Anggota Kelompok : 1. Adi Putra Utama 8. Faisal Azhari 2. Adri Pribagusdri 9. Fajry

Lebih terperinci

PERANCANGAN ROBOT OKTAPOD DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN ASIMETRI

PERANCANGAN ROBOT OKTAPOD DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN ASIMETRI Asrul Rizal Ahmad Padilah 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer Unikom, Bandung 1 asrul1423@gmail.com, 2 taufiq.nizar@gmail.com ABSTRAK Salah satu kelemahan robot dengan roda sebagai alat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian dan analisis alat peraga sistem kendali pendulum terbalik yang meliputi pengujian dimensi mekanik, pengujian dimensi dan massa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman DAFTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran alat, perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga sistem kendali pendulum terbalik. 3.1.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

PENGONTROL PID BERBASIS PENGONTROL MIKRO UNTUK MENGGERAKKAN ROBOT BERODA. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik. Universitas Kristen Maranatha

PENGONTROL PID BERBASIS PENGONTROL MIKRO UNTUK MENGGERAKKAN ROBOT BERODA. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik. Universitas Kristen Maranatha PENGONTROL PID BERBASIS PENGONTROL MIKRO UNTUK MENGGERAKKAN ROBOT BERODA Hendrik Albert Schweidzer Timisela Jl. Babakan Jeruk Gg. Barokah No. 25, 40164, 081322194212 Email: has_timisela@linuxmail.org Jurusan

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT Ripki Hamdi 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer Unikom, Bandung 1 qie.hamdi@gmail.com, 2 taufiq.nizar@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM. didapat suatu sistem yang dapat mengendalikan mobile robot dengan PID

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM. didapat suatu sistem yang dapat mengendalikan mobile robot dengan PID BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Pada bab ini akan dibahas hasil analisa pengujian yang telah dilakukan, pengujian dilakukan dalam beberapa bagian yang disusun dalam urutan dari yang sederhana menuju

Lebih terperinci

3/4/2010. Kelompok 2

3/4/2010. Kelompok 2 TEKNIK TENAGA LISTRIK KELOMPOK II Andinar (0906602401) Arwidya (0906602471) Christina (0906602499) Citra Marshal (0906602490) Kelompok 2 Christina M. Andinar H. Islamy Citra Marshal Arwidya Tantri A. 1

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi FSM based PLC Spesifikasi dari FSM based PLC adalah sebagai berikut : 1. memiliki 7 buah masukan. 2. memiliki 8 buah keluaran. 3. menggunakan catu daya 5

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah :

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : 1. Menentukan tujuan dan kondisi pembuatan simulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang padat penduduk dan dikenal dengan melimpahnya sumber daya alam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang padat penduduk dan dikenal dengan melimpahnya sumber daya alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang padat penduduk dan dikenal dengan melimpahnya sumber daya alam. Tidak bisa kita pungkiri dengan kenyataan seperti itu rakyat Indonesia

Lebih terperinci

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak PINTU GERBANG OTOMATIS DENGAN REMOTE CONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Robby Nurmansyah Jurusan Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Kalimalang Bekasi Email: robby_taal@yahoo.co.id ABSTRAK Berkembangnya

Lebih terperinci

Rancang Bangun Pengatur Tegangan Otomatis pada Generator Ac 1 Fasa Menggunakan Kendali PID (Proportional Integral Derivative)

Rancang Bangun Pengatur Tegangan Otomatis pada Generator Ac 1 Fasa Menggunakan Kendali PID (Proportional Integral Derivative) Rancang Bangun Pengatur Tegangan Otomatis pada Generator Ac 1 Fasa Menggunakan Kendali PID (Proportional Integral Derivative) Koko Joni* 1, Achmad Fiqhi Ibadillah 2, Achmad Faidi 3 1,2,3 Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAKAN ROBOT BERODA TIGA UNTUK PEMBERSIH LANTAI

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAKAN ROBOT BERODA TIGA UNTUK PEMBERSIH LANTAI PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAKAN ROBOT BERODA TIGA UNTUK PEMBERSIH LANTAI Muhammad Firman S. NRP 2210 030 005 Muchamad Rizqy NRP 2210 030 047 Dosen Pembimbing Ir. Rusdhianto Effendie AK, M.T NIP. 19570424

Lebih terperinci

PENGATURAN KUAT CAHAYA PADA SOLATUBE MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS MIKROKONTROLER

PENGATURAN KUAT CAHAYA PADA SOLATUBE MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS MIKROKONTROLER PENGATURAN KUAT CAHAYA PADA SOLATUBE MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS MIKROKONTROLER Firman Dewan Saputra. 1, Dr. Ir. Purwanto, MT. 2, Ir. Retnowati, MT. 2 1 Mahasiswa Teknik Elektro Univ. Brawijaya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini teknologi dan informasi semakin berkembang pesat, begitu juga teknologi robot. Robotika merupakan bidang teknologi yang mengalami banyak

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC PERCOBAAN 2 SISTEM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC 2.1. PRASYARAT Memahami komponen yang digunakan dalam praktikum sistem pengaturan kecepatan motor dc Memahami

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik 1 Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik Pada motor DC berlaku persamaan-persamaan berikut : V = E+I a Ra, E = C n Ф, n =E/C.Ф Dari persamaan-persamaan diatas didapat : n = (V-Ra.Ra) / C.Ф

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560

SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 1 SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 Adityan Ilmawan Putra, Pembimbing 1: Purwanto, Pembimbing 2: Bambang Siswojo.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Konstruksi Fisik Line Follower Robot Konstruksi fisik suatu robot menjadi dasar tumpuan dari rangkaian eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot

Lebih terperinci

Aplikasi Optocoupler dalam Sistem Pengaturan Kecepatan Sepeda Listrik

Aplikasi Optocoupler dalam Sistem Pengaturan Kecepatan Sepeda Listrik 68 Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol.2, No.1, April 2014, 68-74 Aplikasi Optocoupler dalam Sistem Pengaturan Kecepatan Sepeda Listrik Nur Khamdi Program Studi Mekatronika Jurusan Elektro Politeknik

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Takeoff Unmanned Aerial Vehicle Quadrotor Berbasis Sensor Jarak Inframerah

Rancang Bangun Sistem Takeoff Unmanned Aerial Vehicle Quadrotor Berbasis Sensor Jarak Inframerah JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 F-50 Rancang Bangun Sistem Takeoff Unmanned Aerial Vehicle Quadrotor Berbasis Sensor Jarak Inframerah Bardo Wenang, Rudy Dikairono, ST., MT.,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Perancangan sistem dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2014, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Perancangan sistem dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2014, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Perancangan sistem dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2014, bertempat di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Pengujian Perangkat Keras (Hardware) Pengujian perangkat keras sangat penting dilakukan karena melalui pengujian ini rangkaian-rangkaian elektronika dapat diuji

Lebih terperinci

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik KARAKTERISTIK MOTOR UNIVERSAL DAN MOTOR COMPOUND Tatas Ardhy Prihanto (21060110120039) Tatas_ap@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam

BAB 2 LANDASAN TEORI. robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Jenis Motor DC Motor DC merupakan jenis motor yang paling sering digunakan di dalam dunia robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung pada bulan Desember 2013 sampai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. Pengujian minimum system bertujuan untuk mengetahui apakah minimum

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. Pengujian minimum system bertujuan untuk mengetahui apakah minimum BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan penulis merupakan pengujian terhadap perangkat keras dan.perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan yang telah selesai dibuat untuk mengetahui

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM PADA MOBIL L300 ABSTRAK

RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM PADA MOBIL L300 ABSTRAK RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM PADA MOBIL L300 Muhammad Hafidz Anshori 1 dan Misbachudin 1 1) Program Studi D3 Teknik Otomotif Politeknik Hasnur Banjarmasin ABSTRAK Tingkat pencurian mobil

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan Alat Pengaduk Adonan Kue ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER Nursalim Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana Jl. Adisucipto-Penfui Kupang,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga Oscillating Water Column. 3.1. Gambaran Alat Alat yang

Lebih terperinci

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Robot Robot TKC306 - Robotika Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Pembahasan tentang aktuator robot beroda Referensi: : magnet permanen, stepper, brushless, servo Teknik PWM

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Pemotong Rumput Lapangan Sepakbola Otomatis dengan Sensor Garis dan Dinding ini, terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Line follower robot pada dasarnya adalah suatu robot yang dirancang agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Line follower robot pada dasarnya adalah suatu robot yang dirancang agar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Line Follower Robot Line follower robot pada dasarnya adalah suatu robot yang dirancang agar dapat beroperasi secara otomatis bergerak mengikuti alur garis yang telah dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, baik itu pada bumi dan pada manusia secara tidak langsung [2].

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, baik itu pada bumi dan pada manusia secara tidak langsung [2]. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari adalah salah satu fenomena alam yang memiliki manfaat bagi kelangsungan makhluk hidup di bumi. Intensitas radiasi matahari merupakan salah satu fenomena fisis

Lebih terperinci

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Pada Alat Penyiram Tanaman Menggunakan Kontoler PID

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Pada Alat Penyiram Tanaman Menggunakan Kontoler PID Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Pada Alat Penyiram Tanaman Menggunakan Kontoler PID 1 Ahmad Akhyar, Pembimbing 1: Purwanto, Pembimbing 2: Erni Yudaningtyas. Abstrak Alat penyiram tanaman yang sekarang

Lebih terperinci

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives Oleh PUSPITA AYU ARMI 1304432 PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 SYNCHRONOUS

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-153 Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Dasar Perancangan Sistem Perangkat keras yang akan dibangun adalah suatu aplikasi mikrokontroler untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input

Lebih terperinci

ALAT PENGINGAT DAN PEMBATAS KECEPATAN PADA KEDARAAN BERMOTOR

ALAT PENGINGAT DAN PEMBATAS KECEPATAN PADA KEDARAAN BERMOTOR ALAT PENGINGAT DAN PEMBATAS KECEPATAN PADA KEDARAAN BERMOTOR Sigit Sulistio R. Enggal Desiyan Defri Yosrizal Jurusan Teknik Informatika STMIK PalComTech Palembang Abstrak Tingkat kecelakaan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Ektraktor Madu Menggunakan Kontroler PID

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Ektraktor Madu Menggunakan Kontroler PID 1 Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Ektraktor Madu Menggunakan Kontroler PID Rievqi Alghoffary, Pembimbing 1: Purwanto, Pembimbing 2: Bambang siswoyo. Abstrak Pengontrolan kecepatan pada alat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori dasar yang digunakan untuk pembuatan pintu gerbang otomatis berbasis Arduino yang dapat dikontrol melalui komunikasi Transifer dan Receiver

Lebih terperinci

II. PERANCANGAN SISTEM

II. PERANCANGAN SISTEM Sistem Pengaturan Intensitas Cahaya Dengan Perekayasaan Kondisi Lingkungan Pada Rumah Kaca Alfido, Ir. Purwanto, MT., M.Aziz muslim, ST., MT.,Ph.D. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Jalan M.T Haryono

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT 3.1. Perancangan Sistem Secara Umum bawah ini. Diagram blok dari sistem yang dibuat ditunjukan pada Gambar 3.1 di u(t) + e(t) c(t) r(t) Pengontrol Plant

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID Endra 1 ; Nazar Nazwan 2 ; Dwi Baskoro 3 ; Filian Demi Kusumah 4 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI Kontrol Putaran Motor DC Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi Oleh: Andrik Kurniawan 130534608425 PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY

BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY 4.1 Hasil Perancangan Setelah melewati tahap perancangan yang meliputi perancangan mekanik, elektrik, dan pemrograman. Maka terbentuklah sebuah propeller display berbasis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

TUGAS PERTANYAAN SOAL

TUGAS PERTANYAAN SOAL Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor DC merupakan salah satu jenis aktuator yang cukup banyak digunakan dalam bidang industri. Seiring dengan kemajuan teknologi, permasalahan pada dunia industri

Lebih terperinci