DAMPAK PEMBERLAKUAN PERJANJIAN ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA) TERHADAP SEKTOR KOMODITAS PERTANIAN DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK PEMBERLAKUAN PERJANJIAN ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA) TERHADAP SEKTOR KOMODITAS PERTANIAN DI INDONESIA"

Transkripsi

1 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): ISSN , ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 DAMPAK PEMBERLAKUAN PERJANJIAN ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA) TERHADAP SEKTOR KOMODITAS PERTANIAN DI INDONESIA Muhammad Husni 1 NIM Abstract This study aimed to describe the impact of the implementation of ACFTA agreement on the agricultural sector in Indonesia. This type of research is descriptive research, which illustrates the impact of the implementation of ACFTA agreement on the agricultural sector in Indonesia. The data used are secondary data that was obtained through a literature review and literature such as books, internet and others. Analysis techniques used are qualitative analysis techniques. The results showed that the impact of ACFTA on Indonesia especially in horticulture fruits in the country that had an impact on the agricultural sector in Indonesia. Applicability ACFTA gradually raises new problems for the agricultural sector in Indonesia. Agriculture sector should be the main increase in the Indonesian economy, the horticulture sub-sector that felt the most significant impact to the surge in imports from China, and in the plantation sector that felt the positive impact of the implementation of the ACFTA as export demand from China is increasing. Government has an important role in protecting agricultural products in Indonesia as a result of the impact of ACFTA. Keywords: ASEAN-China Free Trade Agreement, Agriculuture Comoditi, Export- Import Pendahuluan Indonesia sejak bergabung dengan ASEAN ( Assosciation of Shoutthest Asia Nations) banyak melakukan kerjasama dengan negara lain. Antara lain Asosiasi bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Republik rakyat Cina (RRC) semakin dipererat dengan ditandatanganinya kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-Cina (ASEAN-China Free Trade Agreement. CFTA dimulai ketika pada tahun 2001 digelar ASEAN-China Summit di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Pertemuan kelima antara ASEAN dengan 1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Moehammad.hoesni@yahoo.com

2 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: China ini menyetujui usulan China untuk membentuk ACFTA dalam waktu 10 tahun. Lima bidang kunci yang disepakati untuk dilakukan kerjasama adalah pertanian, telekomunikasi, pengembangan sumberdaya manusia, investasi antarnegara dan pembangunan di sekitar area sungai Mekong. Pertemuan ini ditindaklanjuti dengan pertemuan antar Menteri Ekonomi dalam ASEAN-China Summit tahun 2002 di Phnom Penh, Vietnam. Pertemuan ini menyepakati Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation (CEC), yang didalamnya termasuk FTA. Salah satu tujuan yaitu memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan investasi antara negara-negara anggota, meliberalisasi secara progresif dan meningkatkan perdagangan barang dan jasa serta menciptakan suatu sistem yang transparan dan untuk mempermudah investasi, menggali bidangbidang kerjasama yang baru dan mengembangkan kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama ekonomi antara negara-negara anggota, memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dari para anggota ASEAN baru (Cambodia, Laos, Myanmar, dan Vietnam) dan menjembatani kesenjangan pembangunan ekonomi diantara negara-negara anggota. Negara-begara ASEAN yang termasuk yaitu Indonesia, malaysia, Singapura, Brunai, Thailand, dan Filiphina yang menyetujui penghapusan per 1 Januari 2010 sedangkan Cambodja, Myanmar, Laos dan Vietnam baru akan mengeliminasi dan menghapus tarif 1 januari Adapun hasil kesepakatannya yaitu bea masuk produk manufaktur Cina ke ASEAN, ditetapkan maksimal 5 persen, sedangkan di sektor pertanian 0 persen tanpa pajak sama sekali. Dalam Kerangka kesepakatan tersebut antara ASEAN dan Cina, terdapat enam elemen penting yaitu salah satu diantaranya adalah perdagangan dan langkahlangkah fasilitasi (mencakup berbagai isu seperti seperti penghapusan hambatan non-tarif, pengakuan standar di masing-masing pihak dan penilaian prosedur bagi sektor jasa). Dalam proses penurunan di bawah kesepakatan ini dapat dibedakan dalam tiga kategori yaitu Early Harvest Programme (EHP), jalur normal, dan jalur sensitive. Dibawah EHP, masing-masing Negara ASEAN diberikan kebebasan untuk melakukan perdagangan bilateral awal di lima bidang, seperti pertanian, teknologi informasi, pengembangam sumber daya manusia, penanaman modal dan pengembangan kawasan Mekong, apabila mereka memang mampu. Satu fitur unik EHP adalah Cina sepakat untuk memberikan konsesi unilateral terhadap 130 produk pertanian dan manufaktur ke Negara anggota ASEAN yang gagal mendapatkan keuntungan dari mekanisme. Cina merupakan negara yang sedang berjaya dalam hal ekonomi hingga saat ini. Produknya telah merambah ke hampir seluruh dunia. Produk yang murah menjadi poin plus bagi Negara tersebut. Pertumbuhan ekonominya yang sungguh pesat membuat Cina menjadi aktor penting di kawasan Asia. Cina yang memberi ` 932

3 Dampak Pemberlakuan Perjanjian ACFTA [Muhammad Husni] dukungan besar terhadap industri dalam negerinya sehingga dapat menguasai pasar dunia. Kuatnya perekonomian Cina ke Negara di dunia yang begitu membawa dampak begitu besar pada kawasan ASEAN, khususnya bagi Indonesia. Hal tersebut membuat pasar domestik di Indonesia menjadi tidak berimbang. Dalam tiga tahun terakhir terjadi ketidakseimbangan neraca perdagangan ekspor-impor khususnya pertanian antara Indonesia dan Cina, Indonesia menunjukkan angka yang defisit. Data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan sepanjang Januari - November 2010, neraca perdagangan Indonesia dengan Cina, Indonesia mengalami defisit. Hasil produk pertanian merupakan yang paling rentan dalam keberlangsungan perdagangan bebas, terutama pada sektor Holtikultura yaitu buah-buahan. Masuknya produk Cina yang begitu besar ke Indonesia mengakibatkan Indonesia banyak mengimpor buah-buahan dari Cina. Jika kita melihat pola dan struktur perdagangan Indonesia-Cina selama diberlakukannya ACFTA, sektor pertanian kurang mendapatkan manfaat dari pemberlakuan tersebut. Sebab dalam subsektor komoditas pangan dan hortikultura Indonesia dibandingkan Cina mengalami defisit. Produk Holtikultura yang dikosumsi masyarakat Indonesia justru banyak harus di impor dari Cina. Kerangka Konseptual Konsep Perdagangan Bebas Perdagangan bebas merupakan suatu konsep ekonomi dimana lalu lintas transaksi perdagangan antar bangsa dilakukan secara bebas tanpa hambatan seperti tidak ada lagi dibatasi dan dibebani dengan apa yang lazim disebut tarif bea masuk, sistem kuota maupun prosedur pabean yang rumit dan berbelit-belit.(amir M.S, 2000). Bila dikaitkan dengan perdagangan bebas ASEAN-Cina, maka berarti lalu lintas barang dan jasa antar negara anggota ASEAN dan Cina tidak lagi dibatasi dan dibebani dengan tarif bea masuk, sistem kuota maupun prosdur paben yang rumit dan berbelit-belit. pada prinsipnya perdagangan bebas atau Free Trade adalah suatu bentuk penjabaran ekonomi suatu negara yang mekanisme kebijakan perekonomiannya diserahkan kepada kebijakan pasar dengan meminimalkan seminim mungkin peran negara bahkan sama sekali tidak ada intervensi atau campur tangan dari negara. Teori klasik perdagangan bebas menyebutkan bahwa perdagangan bebas bertumpu pada keunggulan komparatif (Comparative Advantage). Prinsip spesialisasi dan keunggulan komparatif itu pula yang dipergunakan para ekonom utnuk merumuskan aneka teori mengenai manfaat perdagangaan antar bangsa. Dalam perdagangan Internasional para teori klasik seperti Adam Smith 933

4 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: mengemukakan teori Absolute Advantage (Keunggulan mutlak) mengatakan bahwa setiap negara memperoleh manfaat perdagangan Internasional karena melakukan spesialisasi produk dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak. Serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak (Absolute Disadvantage).(Hamdy Hady, 2001). Perdagangan bebas juga dapat dikatakan sebagai perdagangan terbuka atau perdagangan antar negara berdasarkan hukum keunggulan komparatif.(anup Shah, 2004). Terbuka alam artian bahwa negara menghapus bebagai aturan yang mengontrol dan membatasi perdagangan, yaitu : 1. Tarif 2. Peraturan-peraturan 3. Standar-standar tertentu, legislasi, ukuran-ukuran yang diregulasi 4. Pembatasan-pembatasan terhadap aliran kapital dan investasi Sedangkan keunggulan komparattif yang dimaksud merupakan keunggulan suatu negara atau kawasan dalam memproduksi barang tersebut lebih rendah daripada dilakukan oleh negara ataun kawasan lain atau dengan kata lain negara sebaiknya mengekspor produk yang dapat diproduksi yang dapat diproduksi lebih efisien daripada oleh negara lain yang mengimpor barang-barang yang biaya produksinya relatif lebih mahal.(tumpal Rumapes, 2000). Perdagangan dilakukan oleh dua negara atau lebih diberlakukan dengan membebaskan tarif dan saling bertukar barang yang dinilai memiliki keunggulan di negara tersebut yaitu seperti yang sedang dilaksanakan oleh negara-negara ASEAN dan Cina. Dalam hal ini, setiap negara dapat membuat barang apa saja yang menjadi kebutuhan penduduknya. Namun, dalam wilayah produksi terdapat perbedaan barang yang dinilai dari segi biaya produksi. Barang-barang yang memiliki biaya produksi rendah itulah yang akan diekspor kenegara lain sebagai komoditi unggulan, sedangkan barang-barang yang memiliki biaya produksi mahal dibandingkan harga dunia, maka akan dilakukan impor dari negara lainnya sehingga biaya yang dikeluarkan seimbang dengan nilai barang yang diekspor keluar negeri ataupun yang menghasilkan keuntungan. Dalam pelaksanaanya perdagangan bebas bebas dalam sebuah area, akan saling bertukar barang yang juga merupakan keunggulan dari negara lain. Jika pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan keunggulan komparatif yang diharapkan, maka setiap negara dapat memperoleh keuntungan lebih besar dari biaya ekspor ataupun impor. Hal ini disebabkan karna harga sebuah barang bergerak dari domestik ke wilayah dunia, yang mengalami kerugian akan mengurangi jumlah penjualan mereka sedangkan yang mengalami keuntungan akan semakin mendapatkan keuntungan akibat berkurangnya kuantitas dari pihak yang mengalami kekalahan. Sehingga keuntungan yang diperoleh melebihi biaya ekspor ataupun impor. ` 934

5 Dampak Pemberlakuan Perjanjian ACFTA [Muhammad Husni] Metode Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian descriptive yakni penulis memberikan gambaran yang jelas dan konkrit dalam hal ini adalah Dampak Pemberlakuan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) Terhadap Sektor Komoditas Pertanian di Indonesia. Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui telaah pustaka, yakni dengan mengumpulkan data-data dari buku, surat kabar, televisi, internet maupun catatan-catatan penting mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti oleh penulis. Teknik analisa data yang digunakan penulis adalah teknik analisis kualitatif. Pembahasan Dampak ACFTA bagi Indonesia khusunya dalam pertanian, dapat diklasifikasikan menjadi dampak positif dan negatif. Hubungan antara seluruh anggota ASEAN dengan pihak ketiga dalam hal membuat perjanjian Internasional yang berdiri sendiri. Jadi, jika dihubungkan dengan pejanjian pembentukan kawasan perdagangan bebas ASEAN-Cina, maka Indonesia sebagai anggota ASEAN adalah sebagai subjek hukum Internasional yang berdiri sendiri. Disamping itu di dalam perjanjian mengenai pebentukan kawasan perdagangan bebas ASEAN-Cina juga disinggung bahwa perjanjian itu dapat berlaku secara kolektif atau secara Individu. Dampak positif dari pejanjian ACFTA dari sisi konsumen atau masyarakat, kesepakatan ini memberikan angin segar karena membuat pasar dibanjiri oleh produk-produk dengan harga lebih murah dan banyak pilihan. Dengan demikian akan berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat sehingga diharapkan kesejahteraan pun dapat ditingkatkan. Namun, kesepakatan tersebut juga memberikan dampak negatif yang justru membuat industri petanian lokal gelisah. Hal ini dikarenakan industri petanian lokal dinilai belum cukup siap menghadapi serbuan produk-produk China yang berharga murah. Produk-produk dalam negeri masih memiliki biaya produksi yang cukup tinggi sehingga harga pasaran pun masih sulit ditekan. Keadaan ini dikhawatirkan akan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) dikarenakan ditutupnya perusahaan dalam negeri akibat kalah bersaing. Secara teori, perdagangan Internasional adalah perdagangan antar negara yang dilakukan tanpa hambatan berpeluang member manfaat bagi masing-masing negara melalui spesialisasi produksi komoditas yang diunggulkan oleh masingmasing. ACFTA merupakan hasil dari perdagangan bebas yang disepakati Indonesia sejak bergabung dengan WTO ( World Trade Organization), yang mengharuskan semua anggota menghapus tarif perdagangan agar terjadi perdagangan yang bebas. 935

6 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: Berdasarkan UU No.38 tahun 2008 tentang ratifikasi piagan ASEAN yang menjadi landasan legal bagi ACFTA. Regionalisme ASEAN didirikan diatas pilar pasar bebas dalam pasal 1 ayat 5 Piagam ASEAN menyatakan: to create single market and production base which is stable, prosperous, highly competitive and economically integrated with effective facilitation for trade and invesmentnin which there is free flow of goods, service, and investment, and labour; and free flow of capital Selanjutnya kedudukan ACFTA dalam sistem perdagangan bebas global diperjelas dalam pasal 2 ayat 2 huruf (n) menyatakan: adherence to multilateral trade rules and ASEAN s rules-based regines for effective implementation of economic comiitments and progressive reduction 5 towards elimination of all barriers to regional economic integration, in a market-driven economy Secara garis besar prinsip-prinsip hukum perdagangan Internasional menghendaki perlakuan tarif yang sama atas produk baik terhadap produk impor maupun domest-ik. Tujuan penerapan prinsip ini adalah agar terciptanya perdagangan yang teratur berdasarkan norma hukum GATT Pada dasarnya, prinsip tersebut bersifat liberal yang menganggap semua negara kuat dibidang ekonomi. Tetapi, kehadiran negara berkembang mengakibatkan negara industri maju yang kuat bersaing dengan negara berkembang yang lemah, akibatnya asas persamaan tidak lagi membawa keadilan (equality). Dan prinsip fairness dalam perdagangan Internasional, dimaksudkan agar jangan sampai terjadi suatu negara menerima keuntungan tertentu dengan melakukan kebijaksanaan tertentu, sedangkan dipihak lain kebijaksanaan tersebut justru menimbulkan kerugian bagi negara lain. Globalisasi dan liberalisasi memberikan tantangan baru bagi produk holtikultura. Dampak impor dari tahun ke tahun semakin meningkat menimbulkan kecemasan bagi pertanian Indonesia. Karena mereka sadar bahwa produk Indonesia akan kalah bersaing dengan produk yang dari Cina. Perkebunan Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Namun untuk sektor holtikultura termasuk produk-produk buah-buahan, penetrasi pada produk Cina jauh lebih tinggi dari Indonesia. Pelaksanaan ACFTA bias berdampak lansung terhadap volume dan pola perdagangan Indonesia (ekspor dan impor) dengan Cina. Hal ini tergantung pada dua faktor domestik utamanya yaitu tingkat daya saing dan kapasitas produksi (supply respone) dari subsektor pertanian Indonesia yang sangat kompetitif dan kapasitas produksi yang berlaku dalam posisi merespon sepenuhnya terhadap kesempatan pasar terbuka di Cina yang ciptakan oleh program tersebut, maka ekspor Indonesia ke Cina untuk komoditas-komditas tersebut akan meningkat. Sebaliknya, jika komoditas Cina lebih murah dan kualitas lebih baik atau paling ` 936

7 Dampak Pemberlakuan Perjanjian ACFTA [Muhammad Husni] tidak sama, atau Indonesia menghadapi hambatan-hambatan dalam suplay, ekspor Cina ke Indonesia yang akan naik, dan selanjutnya saldo dari neraca perdagangan dalam komoditas-komoditas itu akan positif bagi Cina dan negatif bagi Indonesia. Munculnya ACFTA mebghadirkan serangkaian tantangan terhadap sektor pertanian Indonesia. Dengan kata lain, liberalisasi pertanian ini menghasilkan kemenangan bagi yang kuat, dan kekalahan bagi yang lemah. Teori tinggal teori, dari data ada yang membuktikan dengan adanya perdagangan bebas menimbulkan kerugian bagi Indonesia. Kesepakatan ACFTA ini merupakan ancaman besar bagi Indonesia yang mengancam keberadaan komoditas pertanian domestik. Dampak dari penerapan tarif menjadi 0 persen antara Indonesia-Cina dalam kerangka ACFTA, memperlihatkan nilai impor yang dari tahun ke tahun semakin tinggi. Hal ini semakin memperjelas bahwa pasar Indonesia semakin dikontrol oleh produk-produk pertanian asing. ACFTA juga membuat Indonesia semakin tidak berdaya menghadapi dampak buruk dari perdagangan bebas karean dari segi struktur dan infrastruktur perekonomian Indonesia sama sekali tidak cocok dengan sistem perdagangan dimana pemetintah memiliki control yang minimal terahadap proses aliran barang dan jasa. Performa sektor pertanian Indonesia tidak sesuai dengan yang diaharapkan. Karena, pertama untuk kebanyakan komoditas-komoditas yang termasuk dalam sektor pertanian, tingkat produksi di Cina selalu tinggi daripada Indonesia. Hal ini merupakan perbedaan bahwa pertanian Cina mempunyai kapasitas produksi yang lebih besar dibandingkan Indonesia, kedua Cina mengekpor lebih banyak daripada Indonesia untuk banyak komoditas pertanian, ketiga dalam pertanian antara kedua negara itu, banyak komoditas pertanian seperti buah-buahan daan sayur-sayuran, Indonesia mengimpor lebih banyak daripada mengekspor ke Cina, keempat untuk banyak komoditas ACFTA, Cina lebih kompetitif dibandingkan Indonesia. Kesimpulan Dari penjelasan mengenai Dampak ASEAN-China Free Trade Agreement terhadap Komoditas Pertanian di Indonesia bias ditarik kesimpulan bahwa sejak penadatangan kerangka kesepakata ekonomi antara ASEAN dan Cina pada tahun 2002, bahwa dalam perdagangan Indonesia dan Cina terjadi kenaikan secara signifikan, baik dalam impor maupun ekspor, yang terjadi antara Cina dan Indonesia pada tahun 2010 mencapai US$ juta dibandingkan dengan impor yang hanya US$ juta. Dari keseluruhan ekspor dan impor yang ada, bisa dikatakan Indonesia lebih banyak mengimpor. Jika melihat dari keseluruhan total impor yang ada. Dari subsektor hotikultura Indonesia bisa dikatakan masih bergantung pada impor. Misalnya buah-buahan dan sayur-sayuran Indonesia sampai sekarang masih dikatakan ketergantungan akan impor dari Cina. Tetapi disisi lain, kenaikan ekspor yang ada dinikmati oleh subsektor perkebunan, yaitu minyak sawit. 937

8 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: Permintaan minyak sawit dari Cina itu sangat besar dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Ini membuktikan, produk unggulan ekspor kita dalam sektor pertanian hanya minyak sawit dan produk unggulan impor kita dari Cina adalah buah-buahan yang bisa dilihat baik pasar modern maupun tradisional, lebih banyak buah yang diimpor daripada buah lokal. Hal ini memberikan dampak yang tidak baik bagi perkembangan sektor pertanian di Indonesia, karena dengan membanjirnya impor dari Cina, hal ini sangat merugikan petani Indonesia yang mempunyai pekerjaan di sektor pertanian. Dan hasilnya, lahan untuk pertanian dibuka menjadi lahan perkebunan kelapa sawit karena permintaan ekspor yang semakin meningkat. Ini menunjukkan peran pemerintah Indonesia yang bisa dikatakan lebih mementingkan produk unggulan seperti kelapa sawit untuk dibuka selebarlebarnya agar dapat mengekspor sebanyak mungkin dan produk yang ekspornya menurun dibiarkan tanpa tindakan yang menudukung untuk ditingkatkan perannya dalam ekspor pertanian. Referensi Buku Anup Shah,, epentingan Utama Globalisasi, The Institute Of Global Justice & Lembaga Pembebasan, Jakarta :Media dan Ilmu Sosial Bambang cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara (teropong terhadap dinamika, realitas, dan masa depan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hamdy Hady Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia. I Wibowo dan Syamsul Hadi Merangkul Cina (Hubungan Indonesia-Cina Pasca-Soeharto). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kaman Nainggolan, Pertanian Indonesia Kini dan Esok, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sobari, Ekonomi Internasional, teori masalah dan kebijakannya, Yogyakarta: BPPE-UII. Winarno, Budi Pertarungan Negara vs Pasar. Yogyakarta : Media Pressindo. Media Elektronik ACFTA sebagai Tantangan menuju Perekonomian yang kompetitif diakses pada 10 Januari dalam ` 938

9 Dampak Pemberlakuan Perjanjian ACFTA [Muhammad Husni] ACFTA dan Daya Saing Produk Pertanian dalam diakses pada 5 juni 2012 ACFTA dan Indonesia di akses tanggal 12 Desenber 2012 Analisis terhadap ACFTA dalam diakses pada 5 juni 2012 ASEAN Secretariat, Agreement on the Common Effective Perfential Tariff Scheme for the ASEAN Free Trade Area dalam diakses pada tanggal 20 November 2012 Dampak ACFTA terhadap Indonesia dalam diakses pada 10 Januari Dampak Implementasi dan organisasi dalam diaskes pada 20 Februari Daya Saing Pertanian Indonesia dalam ACFTA dalam daya-saing-pertanianindonesia-dalam-acfta/ diakses pada 10 maret 2012 Definisi Perdagangan bebas dalam diakses pada 2 Januari Direktorat Kerjasama Regional, Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, ASEAN-China Free Trade dalam diakses pada tanggal 20 november 2012 Bagaiaman mekanisme ACFTA dalam / di akses tanggal 12 Desember 2012 Implikasi ASEAN-Free Trade Agreement (ACFTA) terhadap Hukum Investasi Indonesia dalam %2%80%93-china-free-trade-agreement-terhadap-hukum-investasi-diindonesia/ diakses pada 2 april 2012 Impor dan kerugian akibat ACFTA sektor pertanian, pangan dan perikanan dalam diakses pada 20 Februari Perdagangan Luar Negeri dalam diakses pada 10 Februari Perkembangan Perdagangan Indonesia-Cina dalam diakses tanggal 20 Desember

10 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: Pertanian Indonesia yang terancam ACFTA dalam diakses pada tanggal 2 april 2012 Pusat kebijakan pendapatan negara-badan kajian fiskal dalam di akses tanggal 20 Desember 2012 Teori dan aplikasi free trade dalam q/teori-dan-aplikasi Liberalisasiperdagangan-internasional.htm/ diakses pada 10 Maret Sekretaris Negara Republik Indonesia, Keputusan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2004 dalam diakses pada tanggal 20 november 2012 Sejarah ASEAN dalam diakses pada 3 November ` 940

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan teknis perdagangan (technical barriers to trade) dengan mengurangi atau menghilangkan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara dianggap sebagai proses alokasi sumber daya ekonomi antar negara dalam rangka meningkatkan derajat

Lebih terperinci

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China

Lebih terperinci

ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010

ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010 ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010 Awal tahun 2010 dimulai dengan hentakan pemberlakuan ACFTA atau ASEAN-China Free Trade Area. Pro-kontra mengenai pemberlakuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) Resume Muhammad Akbar Budhi Prakoso 151040071 JURUSAN ILMU HUBUNGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Apel Apel adalah jenis buah-buahan, atau buah yang dihasilkan dari pohon buah

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada saat ini tahun 2016 sedang melakukan kerjasama dari berbagai bagian negara, dengan adanya hal ini akan memperlihatkan betapa pentingnya posisi Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L PERDAGANGAN INTERNASIONAL PIEw13 1 KEY QUESTIONS 1. Barang-barang apakah yang hendak dijual dan hendak dibeli oleh suatu negara dalam perdagangan internasional? 2. Atas dasar apakah barang-barang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sehingga keadaan suatu negara dalam dunia perdagangan internasional menjadi

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK TEKSTIL CINA DI INDONESIA PASCA IMPLEMENTASI ACFTA (ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA) Iswandari

PERKEMBANGAN PRODUK TEKSTIL CINA DI INDONESIA PASCA IMPLEMENTASI ACFTA (ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA) Iswandari ejournal Hubungan Internasional, 2014, 2 (4) : 1005-1016 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2014 PERKEMBANGAN PRODUK TEKSTIL CINA DI INDONESIA PASCA IMPLEMENTASI ACFTA (ASEAN-CHINA FREE

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman Jeruk Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak digemari oleh masyarakat kita. Buah jeruk selalu

Lebih terperinci

ASEAN CHINA FREE TRADE AREA

ASEAN CHINA FREE TRADE AREA ASEAN CHINA FREE TRADE AREA A. PENDAHULUAN ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara negaranegara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi institusional regional atau kawasan jika ditelusuri kembali asalnya, mulai berkembang sejak berakhirnya Perang Dingin dimana kondisi dunia yang bipolar

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CAFTA merupakan perjanjian area perdagangan bebas antara China dan ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan perdagangan barang tarif maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan Internasional merupakan suatu ilmu yang bersifat interdisipliner yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas suatu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai terbentuk ditandai dengan berbagai peristiwa

Lebih terperinci

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( ) Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan Intra dan Ekstra ASEAN Tahun 2012 Dono Asmoro (151080089) Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis akan sejauh mana

Lebih terperinci

BAB II ASEAN CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) penjelasan mengenai ASEAN, dan terbentuknya Asean Free Trade Area

BAB II ASEAN CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) penjelasan mengenai ASEAN, dan terbentuknya Asean Free Trade Area BAB II ASEAN CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) Pada bab sebelumnya telah di paparkan mengenai latar belakang dan tujuan serta arti penting dari penelitian karya ilmiah ini. Dan pada bab ini penulis akan terlebih

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan global merupakan masalah besar bagi industri tekstil dan produk tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami masa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional. ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

Kata kunci: China ASEAN Free Trade Area (CAFTA), ekspor, impor, volume, harga

Kata kunci: China ASEAN Free Trade Area (CAFTA), ekspor, impor, volume, harga ANALISIS DAMPAK CAFTA (CHINA ASEAN FREE TRADE AREA) TERHADAP PERDAGANGAN JERUK SUMATERA UTARA MARIA GULTOM 1), TAVI SUPRIANA 2), SALMIAH 3) Program Studi Agribisnis 1) Fakultas Pertanian 2) Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun negara yang tidak

Lebih terperinci

: Institute Of Southeast Asian Studies

: Institute Of Southeast Asian Studies BOOK REVIEW Judul : ASEAN: Life After the Charter Editor : S. Tiwari Penerbit : Institute Of Southeast Asian Studies Bahasa : Inggris Jumlah halaman : 186 halaman Tahun penerbitan : 2010 Pembuat resensi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

Analisis Kesepakatan Perdagangan Bebas Indonesia-China dan Kerjasama AFTA serta Dampaknya Terhadap Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia

Analisis Kesepakatan Perdagangan Bebas Indonesia-China dan Kerjasama AFTA serta Dampaknya Terhadap Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Kesepakatan Perdagangan Bebas Indonesia-China dan Kerjasama AFTA serta Dampaknya Terhadap Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia Oleh : Budiman Hutabarat M.

Lebih terperinci

Ketika cakar Sang Naga kian kuat mencengkeram

Ketika cakar Sang Naga kian kuat mencengkeram Ketika cakar Sang Naga kian kuat mencengkeram Contributed by Administrator Tuesday, 26 January 2010 Pusat Peraturan Pajak Online Bisnis Indonesia, 26 Januari 2010 Pemberian fasilitas pajak ekspor merupakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA TUGAS MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Oleh : IRFAN NUR DIANSYAH (121116014) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peranan penerapan suatu sistem hukum dalam pembangunan demi terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PENDAHULUAN

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 134 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Tartila Fitri 1) Suhartini 1) 1) Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang PENDAHULUAN

Lebih terperinci

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND CERTAIN ASEAN ECONOMIC AGREEMENTS RELATED TO TRADE IN GOODS (PROTOKOL UNTUK MENGUBAH PERJANJIAN EKONOMI ASEAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND CERTAIN ASEAN ECONOMIC AGREEMENTS RELATED TO TRADE IN GOODS (PROTOKOL UNTUK MENGUBAH PERJANJIAN EKONOMI ASEAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat kebutuhan dan konsumsi masyarakat Indonesia semakin meningkat dan cukup tinggi. Namun, peningkatan kebutuhan itu tidak semuanya dapat dipenuhi oleh produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa konstruksi memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional mengingat industri jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan

Lebih terperinci

Strategi Pengusaha Lokal dalam Menghadapi China ASEAN Free Trade Agreement 2010

Strategi Pengusaha Lokal dalam Menghadapi China ASEAN Free Trade Agreement 2010 Strategi Pengusaha Lokal dalam Menghadapi China ASEAN Free Trade Agreement 2010 Priyo Hadi Sutanto & Joko Mogoginta Kusuma Sahid Prince Hotel Solo, 26 Maret 2010 2010 All Rights Reserved. 19 Juli 1991

Lebih terperinci

Prospek Implementasi ACFTA Bagi Indonesia

Prospek Implementasi ACFTA Bagi Indonesia Prospek Implementasi ACFTA Bagi Indonesia Ferry Prasetyia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Di tengah perkembangan dunia yang semakin dinamis, perdagangan bebas merupakan suatu tuntutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan Indonesia-Thailand Agreement On The Common Effective Preferential Tariff Scheme For The ASEAN Free Trade

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hukum Perjanjian Internasional Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional selanjutnya disingkat UUPI merupakan pelaksanaan dari Pasal 11 Undang-

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai teori pembangunan ekonomi, mulai dari teori ekonomi klasik (Adam Smith, Robert Malthus dan David Ricardo) sampai dengan teori ekonomi modern (W.W. Rostow dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari RESUME Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari penandatanganan Perjanjian Pertanian (Agreement on Agriculture/AoA) oleh pemerintahan Indonesia yaitu

Lebih terperinci

BAB - III PEMBAHASAN. secara luas kepada negara-negara ASEAN dan China. Pembukaan pasar ini

BAB - III PEMBAHASAN. secara luas kepada negara-negara ASEAN dan China. Pembukaan pasar ini BAB - III PEMBAHASAN 3.1 Problematika Indonesia-ACFTA Mulai 1 Januari 2010 Indonesia harus membuka pasar dalam negeri secara luas kepada negara-negara ASEAN dan China. Pembukaan pasar ini merupakan perwujudan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Meninjau Ulang Pentingnya Perjanjian Perdagangan Bebas Bagi Indonesia Yose Rizal Damuri Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan

Lebih terperinci

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

PENGARUH KERJASAMA ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA) TERHADAP PASAR DOMESTIK PRODUK TEKSTIL INDONESIA ( ) RUDI HARTONO

PENGARUH KERJASAMA ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA) TERHADAP PASAR DOMESTIK PRODUK TEKSTIL INDONESIA ( ) RUDI HARTONO ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1077-1084 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 PENGARUH KERJASAMA ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA) TERHADAP PASAR DOMESTIK

Lebih terperinci

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? Oleh: Ahmad Syariful Jamil, S.E., M.Si Calon Widyaiswara Ahli Pertama Belum selesai proses penarikan diri Inggris dari keanggotaan Uni Eropa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan bentuk integrasi ekonomi regional ASEAN dalam artian sistem perdagaangan bebas antar negara dalam satu lingkup

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya 58 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Perdagangan bebas yang menjadi landasan teori perdagangan internasional dicetuskan pertama kali oleh Smith (1776) dalam

Lebih terperinci