BAB I PENDAHULUAN. berada di bawah struktur informasi suatu kalimat. Pada hakikatnya struktur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. berada di bawah struktur informasi suatu kalimat. Pada hakikatnya struktur"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris merupakan suatu kajian yang berada di bawah struktur informasi suatu kalimat. Pada hakikatnya struktur informasi suatu kalimat menyangkut dua hal, yakni struktur informasi kalimat bermarkah dan struktur informasi kalimat yang tidak bermarkah. Kalimat bermarkah dan kalimat tidak bermarkah biasanya membawakan informasi yang sama (Huddlestone dan Pullum,2008:238). Namun, kedua kalimat ini mempunyai struktur sintaksis yang berbeda. Kalimat tidak bermarkah merupakan bentuk asal atau kanonik yang mempunyai struktur yang lebih sederhana. Sebaliknya, kalimat bermarkah merupakan bentuk turunan atau nonkanonik yang mempunyai struktur sintaksis yang lebih rumit atau kompleks. Kalimat bermarkah mempunyai derajat kebermarkahan yang berbeda mulai dari pemarkahan yang sederhana hingga pemarkahan yang bersifat kompleks. Kalimat negatif, sebagai contoh kalimat bermarkah, merupakan kalimat yang mengandung pemarkah yang bisa dikatakan sederhana karena hanya dimarkahai oleh negator not atau n t tidak. Contoh: I don t have combat troops (13:1) Saya tidak mempuyai pasukan tempur Kalimat di atas dikatakan bermarkah karena mengandung pemarkah n t pada kata kerja bantu don t. Kalimat ini menjadi tidak bermarkah bila berbentuk

2 2 deklaratif yang positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Huddleston dan Pullum (2008: 24) yang menyatakan bahwa kalimat tidak bermarkah adalah suatu kalimat deklaratif yang positif. Kalimat bermarkah di atas mempunyai bentuk kanonik sebagai berikut. I have combat troops (13:1). Saya mempuyai pasukan tempur Seperti diutarakan di atas, kalimat bermarkah mempunyai kebervariasian yang membentuk tipe-tipe tertentu. Contoh di bawah ini adalah tipe kalimat bermarkah berdasarkan pola urutan fungsi sintaksis. Here are Viv and Suhail (186:10). A V S Di sini ada Viv dan Suhail. Dilihat dari pola intinya kalimat ini berpola A V S; here berkedudukan sebagai A, are berkedudukan sebagai V, dan Viv and Suhail berkedudukan sebagai S. Pola kalimat ini kurang lazim karena berstruktur inti A V S yang di dalam kalimat tidak bermarkah mempunyai padanan pola urutan fungsi sintaksis, yakni S V A. Kalimat di atas mempunyai bentuk tidak bermarkah sebagai berikut. Viv and Suhail are here. S V A Viv dan Suhail ada di sini. Dengan adanya pemarkah sintaksis dalam hal ini masyarakat atau pelajar sering menemukan kendala dalam mengartikulasikan kalimat-kalimat yang bermarkah. Kendala-kendala itu sering dialami karena pola konstituen kalimat bermarkah yang sangat berbeda dengan kalimat tak bermarkah. Di sisi lain, kajian tentang kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris belum banyak dikerjakan. Untuk

3 3 itu, topik kalimat bermarkah ini diangkat guna memberikan deskripsi yang membantu masyarkat pada umumnya dan pelajar khusunya. Kalimat bermarkah ini akan diambil dari sebuah novel yang berjudul Desecration (2002) yang ditulis oleh Jekins. Pemilihan novel Desecration karena dalam novel ini terdapat kalimat bermarkah yang bervariasi. Perbedaan struktur kalimat bermarkah dan tak bermarkah yang ingin penulis analisis lebih jauh mempunyai harapan yang mengarah pada adanya temuan baru. Menurut Huddleston dan Pullum (2005: 238) kalimat bermarkah Bahasa Inggris pada kalimat deklaratif positif terdiri atas: kalimat pasif, ekstraposisi, eksistensial, it cleft, pseudo cleft, dislokasi, preposing, postposing, inversi, dan reduksi. Contoh di bawah ini adalah beberapa kalimat bermarkah Bahasa Inggris yang bisa diamati berdasarkan strukturnya: Kalimat tidak bermarkah Kalimat bermarkah a. The police arrested her son. a. Her son was arrested by the police. Polisi itu menangkap anaknya. Anaknya ditangkap oleh polisi itu. b. For her to be this late is unusual. b. It s unusual for her to be this late. Bagi dia keterlambatan ini tidak biasa. Itu tidak biasa bagi dia keterlambatan ini. c. Two doctors were on the plane. c. There were two doctors on the plane. Dua orang dokter di dalam pesawat itu. Ada dua orang dokter di dalam pesawat itu. Ketiga kalimat pada lajur kanan di atas adalah kalimat yang bermarkah dalam bahasa Inggris. Ketiga kalimat di atas dikategorikan dalam tipe bermarkah

4 4 yang berbeda. Kalimat a adalah tipe kalimat pasif, kalimat b adalah tipe kalimat ekstraposisi, dan kalimat c adalah tipe kalimat eksistensial. Struktur kalimat a, b, dan c digolongkan dalam kalimat bermarkah karena struktur-struktur itu tidak umum pada kalimat biasanya atau mempunyai bentuk yang nonkanonik. Karena konstruksinya yang tidak umum, struktur sintaksisnya pun akan menjadi lebih rumit atau kompleks dibandingkan dengan struktur sintaksis ketika struktur itu tidak bermarkah. Namun, secara umum kedua golongan struktur tersebut, baik kalimat bermarkah maupun tidak bermarkah, mempunyai inti makna yang sama (the same core meaning). Akan tetapi, struktur-struktur tersebut mempresentasikan (packaging) informasi dengan cara yang berbeda. Kalimat bermarkah yang diutarakan di atas, meskipun membawakan informasi yang sama dengan kalimat yang tidak bermarkah, tentunya menonjolkan informasi yang berbeda. Dengan kata lain, ada maksud tertentu mengapa pembicara memilih pola kalimat yang bermarkah untuk mempresentasikan sebuah ungkapan atau informasi. Penonjolan informasi itu juga dianalisis dalam penelitian ini.

5 5 1.2 Rumusan Masalah Uraian latar belakang di atas menggambarkan adanya berbagai masalah yang perlu dibahas dalam penelitian ini yang menyangkut kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Desecration. Permasalahan-permasalahan tersebut secara terperinci diuraikan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Desecration? 2. Informasi apakah yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Desecration? 1.3 Tujuan Penelitian Secara garis besar penelitian ini mempunyai dua tujuan. Tujuan tersebut adalah tujuan umum dan tujuan khusus. Untuk lebih jelasnya, tujuan-tujuan tersebut dideskripsikan sebagai berikut Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperkaya kajian sintaksis bahasa Inggris. Penulis sangat mengharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi baru dalam bidang sintaksis khususnya dalam menganalisis kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris. Di samping itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan sumbangan bagi peneliti-peneliti berikutnya yang memfokuskan kajiannya pada bidang sintaksis khususnya pada kajian kalimat bermarkah dalam

6 6 bahasa Inggris. Tujuan lainnya adalah untuk memberikan celah bagi peneliti berikutnya untuk melanjutkan kajian ini ke arah yang lebih baik Tujuan Khusus Sesuai dengan latar belakang dan masalah di depan tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan dan menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Desecration. 2. Mendeskripsikan dan menganalisis informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Desecration. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini secara umum mempunyai dua manfaat, yakni (1) manfaat akademis dan (2) manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut Manfaat Akademis Secara akademis penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan acuan dalam bidang pengajaran, yaitu dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman sehubungan dengan studi sintaksis. Di samping itu, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan bandingan bagi penelitian lainnya khususnya mengenai bentuk lingual kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris. Dengan demikian, penelitian ini dapat memperluas cakrawala

7 7 kelinguistikan pada bidang sintaksis, khususnya pada kajian kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat memberikan sumbangsih yang baru tentang kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris kepada para pemerhati bahasa pada umumnya. Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk pertimbangan dalam diskusi, pendidikan, dan pengayaan materi sintaksis khususnya tipe dan struktur konstituen, serta informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris. Penelitian ini juga bermanfaat bagi masyarkat umum yang mempelajari bahasa Inggris seperti pemandu wisata (guide) dalam berinteraksi dengan tamunya.

8 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Pada subbab kajian pustaka ini peneliti menguraikan sejumlah kajian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Kajian itu, baik berupa buku maupun hasil-hasil penelitian, yang berkaitan dengan kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris dari segi tipe dan struktur konstituen dan informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah itu sendiri. Kasni (2008) dalam tesisnya yang berjudul Pelesapan pada Konstruksi Koordinatif bahasa Inggris dalam Novel Crystal menjelaskan pelesapan pada konstruksi koordinatif Bahasa Inggris. Pelesapan pada konstruksi koordinatif tersebut dianalisis berdasarkan tipe konstruksi kalimat koordinatif, makna dari tipe-tipe itu, jenis pelesapan, dan aliansi gramatikal pelesapan dalam konstruksi koordinatif. Salah satu teori yang digunakan dalam penelitian Kasni ini adalah teori transformasi. Satu relevansi dengan kajian Kasni bahwa kajian kalimat bermarkah ini menggunakan teori yang sama, yakni teori transformasi. Tulisan Kasni lebih berfokus pada kajian konstruksi pelesapan dengan teori transformasi. Sebaliknya dalam penelitian kalimat bermarkah ini pelesapan hanya merupakan salah satu tipe dari kalimat bermarkah di dalam bahasa Inggris. Bravo (2002) dalam disertasinya membahas Structural Markedness and Syntactic Structure. Bagian dari tulisannya yang relevan dengan penelitian ini

9 9 adalah pola urutan kata yang tak bermarkah (unmarked) dan pola urutan kata yang bermarkah (marked). Ada kesamaan kajian ini dengan kajian Bravo, yakni samasama mengkaji struktur konstituen kalimat bermarkah. Namun, kajian yang ditulis oleh Bravo lebih memfokuskan diri pada struktur kebermarkahan dan struktur sintaksis. Kajian ini tidak hanya mengkaji masalah tipe dan struktur sintaksis, tetapi juga informasi yang ditojolkan oleh kalimat bermarkah. Jacobs (1993) membahas English Syntax. Dalam pemaparannya ada satu topik yang relevan dengan penelitian ini yakni struktur informasi. Dalam struktur informasi ini ada dua sub-topik yang sangat relevan dan bisa membantu penelitian kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris ini, yakni topic comment dan initial position and passive clause. Dari kedua kalimat ini, sebenarnya kajiannya adalah tentang bagian dari kalimat bermarkah hanya Jacob menyebutkannya dengan istilah yang lain. a. Topik comment Contoh: 1. Drunk drivers, we ought to rid the state of them. Pengemudi-pengemudi mabuk, kita seharusnya mengisarkan mereka Pada dua klausa di atas adanya topik sebagai pemarkah dalam dua klausa itu karena keberadaannya mendahului klausa inti. Di sini topik merupakan informasi lama dari suatu tuturan. b. Initial position and passive clause Contoh: The crown was stolen (by the twelve years old girl). Mahkota itu dicuri (oleh gadis yang berumur dua belas tahun)

10 10 Kalimat pasif adalah suatu kalimat yang mempunyai struktur initial position, yakni pemindahan objek dalam struktur aktif menjadi subjek dalam struktur pasif. Dalam struktur pasif juga ditemukan suatu pemarkahan kalimat yaitu verbanya sebagai pemarkah seperti klausa di atas. Jacob mengamati kalimat pasif sebagai bentuk yang bermarkah dan menjelaskan topic-comment. Namun, dalam penelitian ini peneliti mengamati seluruh tipe dan struktur konstituen serta informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam Bahasa Inggris. Davidson (1984) membahas Syntactic Markedness and the Definition of Sentence Topic. Dalam tulisannya dijelaskan dua hal yang relevan, yakni pemarkahan sintaksis dan topik kalimat. Berkenaan dengan pemarkahan sintaksis, dia mengemukakan gagasan bahwa kalimat pasif adalah kalimat yang bermarkah dan mempunyai padanan makna pada struktur aktif yang tidak bermarkah. Contoh: A tiger chased a tourist (aktif). Seekor harimau mengejar seorang wisatawan A tourist was chased by a tiger (pasif). Seorang wisatawan dikejar oleh seekor harimau Davidson menganalisis kalimat bermarkah dan memfokuskan pada kalimat pasif sebagai bentuk kebermarkahan struktur. Dalam tulisannya juga dijelaskan bahwa topik kalimat adalah suatu konstituen linguistik pada property sintaksis dan semantik untuk menghubungkan fungsi dalam proses menghubungkan suatu kalimat dengan konteks wacana. Sebaiknya, dalam kajian ini kalimat pasif merupkan salah satu tipe dan struktur kalimat bermarkah yang dianalisis.

11 Konsep Seperti telah dijelaskan dalam masalah di atas bahwa penelitian ini adalah suatu penelitian yang mengkaji kalimat bermarkah dalam Bahasa Inggris. Untuk lebih jelasnya peneliti menjabarkan beberapa konsep yang nantinya dijadikan acuan sekaligus petunjuk. Berikut adalah konsep-konsep tersebut Kalimat Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final (Chaer, 2009:44). Kalimat biasanya terdiri atas beberapa unsur, antara lain subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memiliki unsur subjek dan predikat; kecuali kalimat imperatif yang memungkinkan tidak munculnya subjek di dalam kalimat Kalimat Tidak Bermarkah Kalimat tidak bermarkah dikenal dengan istilah kalimat kanonik. Kalimat tidak bermarkah ini adalah suatu kalimat deklaratif yang positif. Kalimat deklaratif secara sintaksis adalah suatu kalimat yang subjeknya selalu hadir dan biasanya posisinya mendahului kata kerja (Quirk, 1985:803). Contoh: He shook his head (62:4) S V O Dia menggelengkan kepalanya

12 12 berikut. Bila digambarkan dengan diagram pohon, kalimat ini adalah sebagai K FN FV Pro V FN D N He shook his head Perlu ditegaskan bahwa tidak semua kalimat deklaratif positif dapat dianggap sebagai kalimat kanonik atau tidak bermarkah. Hal ini terjadi karena di dalam kalimat deklaratif positif itu masih dimungkinkan adanya pola urutan fungsi atau konstituen yang bermarkah. Kalimat tidak bermarkah adalah suatu kalimat deklaratif positif dengan pola unsur inti (1) S-V, (2) S-V-C, (3) S-V-A, (4) S-V-O, (5) S-V-O-C, (6) S-V-O-A, dan (7) S-V-O-O Kalimat Bermarkah Lain halnya dengan kalimat tidak bermarkah, yakni suatu kalimat deklaratif positif dengan pola fungsi dan struktur tertentu, Kalimat bermarkah adalah kalimat yang mengandung pemarkah yang berupa penyisipan, pelesapan, atau perubahan pola urutan frasa atau klausa. Kalimat bermarkah dikenal dengan istilah kalimat nonkanonik. Pertama, yang termasuk di dalam kalimat bermarkah itu adalah kalimat deklaratif dengan pola di luar pola (1) S-V, (2) S-V-C, (3) S-V- A, (4) S-V-O, (5) S-V-O-C, (6) S-V-O-A, dan (7) S-V-O-O. Kalimat-kalimat lain

13 13 yang digolongkan ke dalam kalimat bermarkah adalah Kalimat deklaratif negatif, kalimat introgatif, kalimat imperatif, dan kalimat esklamatori. Berikut adalah salah satu contoh kalimat bermarkah bila digambarkan dengan diagram pohon. K FN FV Pro Neg FV V FN FN Pro D N She doesn t see me every week Struktur Informasi Berbicara tentang masalah kebermarkahan tidak terlepas dengan struktur informasi sebuah kalimat. Pengertian struktur informasi yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah pengertian struktur informasi yang dikemukakan oleh Lambrecth (1994:5) sebagai berikut: Struktur informasi adalah komponen tata bahasa kalimat yang proposisinya sebagai gambaran konseptual keadaan yang dihubungkan dengan struktur leksikogramatikal sesuai dengan keadaaan mental lawan bicara yang menggunakan dan menginterpretasikan struktur-struktur ini sebagai unit informasi dalam konteks wacana tertentu. 2.3 Landasan Teori Penelitian ini mempunyai dua masalah yang mendasar, yaitu (1) tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dan (2) informasi yang ditonjolkan oleh

14 14 kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris. Secara umum masalah-masalah itu dianalisis berdasarkan teori sintaksis, yakni teori struktur informasi (informational packaging theory) dan teori transformasi (transformational theory). Secara tidak langsung penelitian ini memerlukan teori yang akan menjawab tiap-tiap permasalah tersebut. Permasalahan pertama tentang tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah bahasa Inggris dijawab dengan menggunakan teori struktur informasi yang dikemukakan oleh Lambrecht (1994) dan dibantu dengan teori transformasi yang dikemukakan oleh Radford (1988). Teori transformasi ini khusus digunakan untuk membahas struktur konstituen kalimat bermarkah. Permasalahan kedua tentang informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dijawab dengan teori yang sama dengan masalah pertama, yakni teori struktur informasi yang dikemukakan oleh Lambrecth (1994), Huddleston dan Pullum (2008) Teori Struktur Informasi Permasalahan pertama dan kedua, yakni tipe kalimat bermarkah dan informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris dijawab dan dianalisis berdasarkan teori struktur informasi yang dikemukakan oleh Lambrecth dan dibantu oleh Huddleston dan Pullum.

15 Tipe kalimat bermarkah Menurut teori struktur informasi yang dikemukakan oleh Huddleston dan Pullum (2008) di atas, tipe kalimat deklaratif positif yang bermarkah dalam bahasa Inggris dapat diklasifikasikan sebagai berikut. a. Kalimat pasif Contoh: Her son was arrested by the police (Huddlestone dan Pullum, 2008: 238). Anaknya ditangkap oleh polisi itu. Contoh kalimat di atas dimarkahi oleh kata kerja bantu was dan frasa preposisi by the police. Kalimat di atas mempunyai bentuk kanonik sebagai berikut. The police arrested her son. Polisi itu menangkap anaknya. b. Kalimat ekstraposisi Contoh: It disturbs her that he was acquitted (Huddlestone dan Pullum, 2008: 247). Itu mengganggu dia (perempuan) bahwa dia (laki-laki) dibebaskan. Kalimat ini dimarkahi oleh adanya dummy it. It dalam kalimat ini mengacu pada suatu klausa. Kalimat ini mempunyai bentuk kanonik: That he was acquitted disturbs her. Bahwa dia (laki-laki) dibebaskan menganggu dia (perempuan). c. Kalimat eksistensial Contoh: There were some keys near the safe (Huddlestone dan Pullum, 2008: 239). Ada beberapa kunci dekat peti besi itu. Kalimat ini dimarkahi oleh adanya dummy there dan displaced subjek. Kalimat bermarkah ini mempunyai bentuk tidak bermarkah sebagai berikut.

16 16 Some keys were near the safe. Beberapa kunci berada dekat peti besi. d. Kalimat it cleft Contoh: It was Sue who introduced Jim to Pat (Huddlestone dan Pullum, 2008: 251). Suelah yang memperkenalkan Jim kepada Pat. Kalimat ini hampir sama dengan kalimat ekstraposisi, yakni dimarkahi oleh dummy it. Dalam kalimat ini it mengacu pada frasa nomina; pada kalimat di atas it mengacu pada Sue. Kalimat ini mempunyai bentuk kanonik: Sue introduced Jim to Pat. Sue memperkenalkan Jim kepada Pat. e. Kalimat pseudo cleft Contoh: What we need is more time (Huddlestone dan Pullum, 2008: 254). Apa yang kita perlukan adalah waktu yang lebih Kalimat ini dimarkahi oleh perluasan klausa yang disebabkan oleh penambahan kata what apa sehingga kalimat di atas menjadi dua klausa. Kalimat ini mempunyai bentuk kanonik sebagai berikut. We need more time. Kita memerlukan waktu yang lebih. f. Kalimat dislokasi Contoh: One of my cousins, she has triplets (Huddlestone dan Pullum, 2008: 255). Satu dari sepupu saya, dia mempunyai anak kembar tiga.

17 17 Kalimat di atas dimarkahi oleh adanya frasa nomina yang terletak di kiri atau kanan dari sebuah klausa atau kalimat. Frasa nomina yang ekstra di atas adalah one of my cousins. Kalimat ini mempunyai bentuk yang tidak bermarkah sebagai berikut: She has triplets. Dia mempunyai anak kembar tiga. g. Kalimat preposing, postposing, dan inversi 1. Preposing Contoh: Some of them he hadn t even read (Huddlestone dan Pullum, 2008: 256). Beberapa dari itu (benda jamak) dia bahkan belum baca. Kalimat preposing dimarkahi oleh pergeseran frasa ke depan dari subjek; some of them mengalami preposing. Dalam bentuk kanoniknya kalimat di atas adalah sebagai berikut. He hadn t even read some of them. Dia bahkan belum membaca beberapa dari itu (benda jamak). 2. Postposing Contoh: A man came in whom I d never seen before (Huddlestone dan Pullum, 2008: 257). Seorang laki-laki masuk yang tidak pernah saya temui sebelumnya. Kalimat postposing dimarkahi oleh pergeseran unsur setelah subjek kalimat. Klausa whom I d never seen before mengalami inversi yang seharusnya terletak

18 18 pada frasa nomina a man karena klausa ini menerangkan a man bukan frasa verba came in sehingga bentuk kanoniknya adalah sebagai berikut. A man whom I d never seen before came in. Seorang laki-laki yang tidak pernah saya temui sebelumnya masuk. 3. Inversi Contoh: On her desk was a bowl of fruit (Huddlestone dan Pullum, 2008: 258). Di atas mejanya ada semangkuk buah Kalimat inversi dimarkahi oleh pergeseran antarfrasa di dalam kalimat. Kalimat ini mempunyai bentuk kanonik sebagi berikut: A bowl of fruit was on her desk. Semangkuk buah ada di atas meja. h. Kalimat reduksi Contoh: I d like to go with you but I can t (Huddlestone dan Pullum, 2008: 258). Saya ingin pergi dengan kamu, tetapi saya tidak bisa Kalimat ini dimarkahi oleh pelesapan unsur di dalam kalimat. Unsur yang lesap itu merupakan informasi lama. Kalimat ini direkonstruksi dalam bentuk kanoniknya menjadi: I d like to go with you but I can t go with you. Saya ingin pergi bersama kamu, tetapi saya tidak bisa pergi bersama kamu.

19 Informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah Menurut Lambrecht (1994) informasi yang ditonjolkan oleh suatu struktur informasi adalah sebagai berikut Topik. Lambretch (1994: 117) menyatakan bahwa topik dan fokus merupakan dua status informasi primer yang mungkin dimiliki oleh ungkapan-ungkapan dalam suatu tuturan. Topik suatu kalimat adalah entitas yang merupakan perihal yang diungkapkan oleh satu proposisi atau kalimat. Konsep topik dalam penelitian ini mengacu pada konsep subjek dalam tata bahasa tradisional. Meskipun konsep topik diadopsi dari konsep subjek menurut tata bahasa tradisional, kedua istilah ini (topik dan subjek) tidak bisa dibaurkan. Topik tidak harus subjek gramatikal. Sebaliknya, subjek gramatikal tidak harus topik. Topik kadang-kadang didefinisikan sebagai suatu ungkapan scene-setting atau satu elemen yang merupakan a spatial, temporal, atau kerangka kerja individual di tempat predikasi pokok berada. Secara garis besar topik dapat dikelompokkan menjadi dua yakni topik tak berpemarkah dan topik berpemarkah (Givon, 1990: ). Topik tidak berpemarkah ini biasanya mengacu pada sebuah frasa (biasanya frasa nomina) yang serupa dengan subjek gramatikal dalam klausa kanonik. Apabila suatu peristiwa atau keadaan ingin ditopikkan, maka peristiwa itu harus dinominalisasi sehingga secara sintaksis peristiwa itu berperilaku seperti sebuah nomina.

20 Fokus Menurut Lambrecht (1994: 206) fokus adalah sistem gramatikal yang bertugas untuk menjelaskan jangkauan penonjolan dalam suatu tuturan, sebagai lawan dari praanggapan pragmatik. Fokus juga dijelaskan sebagai pelengkap dari suatu topik (complement of topic). Hubungan kedua gagasan tersebut (topik dan fokus) dengan konsep lain sering diistilahkan dengan theme dan rheme yang saling melengkapi. Dilihat dari medan maknanya fokus dapat dibagi menjadi dua, yakni fokus sempit dan fokus luas. a. Fokus sempit adalah suatu fokus yang membentang hanya pada satu konsituen, seperti frasa nomina (FN). b. Fokus luas adalah suatu fokus yang menjangkau lebih dari satu konstituen. Dari segi hierarkinya fokus dapat dibagi menjadi fokus predikat dan fokus kalimat. a. Fokus predikat Fokus tipe ini pada umumnya tidak berpemarkah yang strukturnya sejajar dengan struktur topik-komen dalam suatu kalimat. Fokus ini ditemukan dalam kalimat yang subjeknya berstruktur informasi sebagai topik yang berada dalam medan pragmatik praanggapan. Medan fokus ini diungkapkan oleh verba dan predikasi yang mengikuti topik tersebut. b. Fokus kalimat Ada suatu perbedaan antara struktur fokus predikat dengan fokus kalimat. Struktur fokus kalimat ini tidak memiliki unsur topik. Secara formal dalam

21 21 struktur fokus ini tidak ada praanggapan pragmatik yang ditimbulkan, kecuali fitur praanggapan yang tidak bersifat khusus (Lambretch,1994:233). Medan fokus kalimat ini mencakup kalimat secara utuh Teori Transformasi Masalah pertama penelitian ini adalah tentang bagaimanakah tipe dan struktur konstituen dari kalimat bermarkah dalam Bahasa Inggris. Khusus berkenaan dengan masalah struktur konstituen, permasalahan ini dijawab melalui suatu teori sintaksis yakni teori transformasi yang dikemukakan oleh Radford. Menurut Radford (1988; ) struktur konstituen suatu kalimat terdiri atas dua level, yakni level struktur dalam (D Structure) dan level struktur luar (S Structure). Level S Struture ditentukan oleh base of the grammar yang terdiri atas komponen kategori dan leksikon. Bila digambarkan dengan diagram, hubungan level D Structure dengan S Structure menurut teori transformasi adalah sebagai berikut.

22 22 BASE D Structures MOVEMENT TRANSFORMATION S Structures D Structure dan S Structure dihubungkan oleh sekelompok pergeseran struktur (movement) yang secara teknis dikenal dengan istilah transformasi. Teori transfrormasi dihubungkan dengan topik ini, yakni kalimat bermarkah bahwa dalam kalimat bermarkah pada umumnya terdapat pergeseran struktur konstituen dari bentuk kanonik menjadi nonkanonik. Menurut teori ini pergeseran struktur itu meliputi pergeseran kata kerja ( V movement), pergeseran kata kerja bantu (I movement), pergeseran frasa nomina (NP movement), dan ekstraposisi (extraposition). I adalah singkatan dari Imfl yang merupakan istilah lain dari kata kerja bantu dalam teori ini. a. Pergeseran kata kerja (V movement) Struktur dalam : John ( I ) ( VP (V annoy ) me) V movement Struktur luar : John ( I annoys) ( VP me)

23 23 b. Pergeseran kata kerja bantu (I movement) Struktur dalam : ( C ) (S he (I will) (VP tell the truth) ) I movement Struktur luar : (C will) ( S he (I ) (VP tell the truth) )? c. Pergeseran frasa nomina (NP movement) S NP I VP e Will AUX V be V NP NP given Mary nothing NP MOVEMENT d. Ektraposisi (Extraposition) Struktur dalam : (A review of my latest book ) has just appeared Extraposition Struktur luar : (A review) has just appeared of my latest book

24 Model Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tentang kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Desecration. Tindakan pertama adalah menentukan novel yang berbahasa Inggris. Kemudian, novel tersebut disimak untuk mendapatkan kalimat bermarkah. Kalimat bermarkah tersebut dianalisis dengan masing-masing teori yang relevan sebagai berikut. 1. Tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris dianalisis dengan menggunakan teori struktur informasi dan dibantu dengan menggunakan teori transformasi. 2. Informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris dianalisis dengan menggunakan teori struktur informasi. Berikut adalah model penelitian kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Desecration.

25 25 Bahasa Inggris Novel Kalimat bermarkah Tipe dan struktur konstituen kalimat Informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah Teori struktur informasi dan teori transformasi Teori struktur informasi Analisis Temuan

26 26 BAB III METODE PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran yang holistik tentang kalimat bermarkah bahasa Inggris maka digunakan tiga macam metode dan teknik sesuai dengan tahapan strateginya. Ketiga macam metode dan teknik itu adalah (1) metode dan teknik pengumpulan data, (2) metode dan teknik analisis data, dan (3) metode dan teknik penyajian hasil analisis. Pada bab ini dideskripsikan secara terperinci ketiga metode dan teknik yang digunakan dalam meneliti kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Desecration. 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam suatu penelitian ilmiah diperlukanlah suatu pendekatan (approach) untuk membedakan apakah penelitian itu tergolong kuantitatif, kualitatif, atau campuran (kuantitatif-kualitatif). Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena adanya beberapa indikator yang mencirikan bahwa kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Indikator-indikator itu menggunakan metode kualitatif dan deskriptif. Pada penelitian kualitatif analisis data bukanlah berupa angka-angka, tetapi berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. Pendekatan ini menguraikan atau mendeskripsikan bagaimana tipe dari kalimat bermarkah, struktur konstituen kalimat bermarkah, dan informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris.

27 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Jenis data yang dikaji dalam penelitian ini adalah data primer. Semua data diambil dari novel. Data ini sepenuhnya menjadi realita kebahasaan yang diamati oleh peneliti Sumber Data Data penelitian ini bersumber dari sumber tulisan, yaitu karya sastra novel yang berjudul Desecration yang ditulis oleh Jekins (2002). Novel ini diterbitkan oleh penerbit Tyndale House Publishers, Inc. di Amerika Serikat (USA). Novel ini terdiri atas 407 halaman dan sasaran dari novel ini adalah orang dewasa. Pemilihan sumber data pada novel Desecration didasari oleh beberapa pertimbangan yaitu sebagai berikut. a. Bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah bahasa Inggris sehingga cocok dengan bahasa yang ingin diteliti. b. Pada kenyataannya dalam novel ini banyak kalimat bermarkah ditemukan sehingga kalimat-kalimat ini sangat relevan dijadikan data penelitian. c. Kalimat-kalimat bermarkah yang ditemukan dalam novel ini sangat bervariasi sehingga mampu memberikan tipe-tipe kalimat bermarkah. d. Ragam bahasa yang digunakan dalam novel ini mencerminkan bahasa standar Bahasa Inggris sehingga cukup mewakili data realita bahasa Inggris.

28 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan teknik pengumpulan data adalah tindakan pertama dalam penelitian ilmiah. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik catat. Metode simak adalah suatu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan melakukan penyimakan penggunaan bahasa (Mahsun, 2005). Semua kalimat dalam novel ini disimak sehingga kalimat bermarkah bisa ditemukan. Setelah penggunaan kalimat bermarkah ditemukan dalam sumber data (novel) maka data itu, yang berupa kalimat bermarkah, diberi tanda khusus dengan alat tulis stabilo. Pemberian tanda khusus ini dimaksudkan untuk mempermudah pencatatan dan menghindari adanya hal-hal yang dilupakan dalam pengumpulan data. Tindakan berikutnya adalah mencatat data tersebut dalam lembaran kerja yang sudah disediakan sedemikian rupa. 3.4 Metode dan Teknik Analisis Data Tahapan analisis data merupakan tahapan kedua dalam penelitian ilmiah dan merupakan tahapan yang sangat menentukan karena pada tahapan ini kaidahkaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus diperoleh. Pada penelitian ini digunakan metode padan intralingual. Menurut Mahsun (2005: 118) metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam bahasa yang berbeda. Analisis data dapat dilakukan apabila data penelitian tersebut telah diseleksi dan diklasifikasikan.

29 29 Kegiatan analisis data dalam penelitian ini diawali oleh identifikasi data, yakni data diidentifikasi dengan mengunakan tanda-tanda yang berbeda untuk setiap data yang berbeda. Setelah itu, kegiatan analisis data dilakukan melalui tiga tahapan. Tahapan-tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, menentukan tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris. Kedua, menentukan informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah (marked) dalam bahasa Inggris. 3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data merupakan langkah terakhir yang dilakukan peneliti dalam rangkaian kegiatan penelitian. Tahapan ini merupakan penyempurnaan dari tahapan-tahapan sebelumnya. Dua metode, yaitu metode informal dan metode formal digunakan dalam penelitian ini. Metode informal adalah suatu metode penyajian hasil analisis data yang perumusannya dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, kalimat bermarkah Bahasa Inggris dianalisis berdasarkan tipe, struktur konstituen, dan informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah tersebut dengan deskripsi berupa kata-kata biasa. Katakata itu membentuk suatu kalimat. Kalimat-kalimat dirangkaikan menjadi paragraf yang padu sehingga terbentuk suatu wacana berupa laporan penelitian. Metode kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode formal, yaitu suatu metode yang perumusannya dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang. Misalnya, penggunaan tanda bintang ( * ) yang menyiratkan

30 30 makna bahwa kata, frasa, atau kalimat yang diisi tanda bintang tersebut adalah suatu konstruksi yang tidak gramatikal (ungrammatical). Diagram sebagai salah satu bentuk metode formal juga digunakan dalam mempresentasikan analisis hasil penyajian data khususnya analisis struktur konstituen kalimat bermarkah serta tanda- tanda lain yang digunakan dalam penelitian ini seperti tanda kurung ( ).

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB IV KALIMAT BERMARKAH DAN TIDAK BERMARKAH. Menurut Quirk at al. (1985: 803) kalimat sederhana atau sering disebut

BAB IV KALIMAT BERMARKAH DAN TIDAK BERMARKAH. Menurut Quirk at al. (1985: 803) kalimat sederhana atau sering disebut 31 BAB IV KALIMAT BERMARKAH DAN TIDAK BERMARKAH 4.1 Pengantar Menurut Quirk at al. (1985: 803) kalimat sederhana atau sering disebut simple sentence secara sintaksis dapat dibagi menjadi empat. Tipe-tipe

Lebih terperinci

TESIS DALAM INGGRIS KALIMAT NIM PROGRAM

TESIS DALAM INGGRIS KALIMAT NIM PROGRAM TESIS KALIMAT BERMARKAH DALAM BAHASA INGGRIS PADA NOVEL DESECRATION I WAYAN SWANDANA NIM 0990161010 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANAA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 i KALIMAT

Lebih terperinci

TIPE DAN STRUKTUR INFORMASI KALIMAT PASIF BAHASA INGGRIS PADA NOVEL DESECRATION. I Wayan Swandana UNDIKSHA ABSTRACT

TIPE DAN STRUKTUR INFORMASI KALIMAT PASIF BAHASA INGGRIS PADA NOVEL DESECRATION. I Wayan Swandana UNDIKSHA ABSTRACT TIPE DAN STRUKTUR INFORMASI KALIMAT PASIF BAHASA INGGRIS PADA NOVEL DESECRATION I Wayan Swandana UNDIKSHA ABSTRACT This research is entitled The Types and Information Structure of English Passive Sentence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

PENETAPAN PANITIA PENGUJI...

PENETAPAN PANITIA PENGUJI... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB V TIPE DAN STRUKTUR KONSTITUEN KALIMAT BERMARKAH. Tipe-tipe kalimat bermarkah dalam penelitian ini dikategorikan

BAB V TIPE DAN STRUKTUR KONSTITUEN KALIMAT BERMARKAH. Tipe-tipe kalimat bermarkah dalam penelitian ini dikategorikan 70 BAB V TIPE DAN STRUTUR ONSTITUEN ALIMAT BERMARAH 5.1 Pengantar Tipe-tipe kalimat bermarkah dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan teori struktur informasi yang diprakarsai oleh Huddleston dan

Lebih terperinci

BAGAIMANA MANUSIA MEMAHAMI UJARAN

BAGAIMANA MANUSIA MEMAHAMI UJARAN BAGAIMANA MANUSIA MEMAHAMI UJARAN Oleh: Jatmika Nurhadi (060801) Dadang Baharudin Yusup (060525) DAFTAR ISI 1. STRUKTUR BATIN DAN STRUKTUR LAHIR 2. PROPOSISI 3. KONSTITUEN SEBAGAI REALITA PSIKOLOGIS 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana komunikasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan masyarakat. Adanya suatu bahasa sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahkluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahkluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahkluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB VI INFORMASI YANG DITONJOLKAN OLEH KALIMAT BERMARKAH. Struktur informasi sebuah klausa atau kalimat merupakan ungkapan

BAB VI INFORMASI YANG DITONJOLKAN OLEH KALIMAT BERMARKAH. Struktur informasi sebuah klausa atau kalimat merupakan ungkapan 128 BAB VI INFORMASI YANG DITONJOLKAN OLEH KALIMAT BERMARKAH 6.1 Pengantar Struktur informasi sebuah klausa atau kalimat merupakan ungkapan formal dari pengaturan pragmatis suatu proposisi dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Frasa Verba Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah

Lebih terperinci

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA Suhandano Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Tulisan ini membahas bagaimana nomina ditata dalam sistem tata bahasa Indonesia. Pembahasan dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI  SKRIPSI 0 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI HTTP://WWW.E-SMARTSCHOOL.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi.di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA. frasa pemerlengkap. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA. frasa pemerlengkap. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari 6 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu struktur, kalimat tanya, infleksi, frasa infleksi, komplemen, spesifier,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang dapat berdiri sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu maksud dari pembicara. Secara tertulis,

Lebih terperinci

Perbedaan antara Frasa Nomina sebagai Objek. dan Frasa Nomina sebagai Komplemen Objek. dalam Klausa Bahasa Inggris 1. oleh:

Perbedaan antara Frasa Nomina sebagai Objek. dan Frasa Nomina sebagai Komplemen Objek. dalam Klausa Bahasa Inggris 1. oleh: Perbedaan antara Frasa Nomina sebagai Objek dan Frasa Nomina sebagai Komplemen Objek dalam Klausa Bahasa Inggris 1 oleh: Eva Tuckyta Sari Sujatna, M.Hum 2 1. Pengantar Frasa nomina (yang kemudian saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada umumnya frasa merupakan kelompok kata atau gabungan dua kata atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar Book: an ESL/ EFL- Teacher

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam sebuah penelitian yang bersifat ilmiah, diperlukan sebuah metode tertentu untuk memudahkan penulis. Metode tersebut harus tepat dan sesuai dengan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi) Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota

Lebih terperinci

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa sebagai alat komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem lambang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini

BAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tesis ini menguraikan analisis mengenai konstruksi gramatikal, makna, dan fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini dimulai

Lebih terperinci

DESKRIPSI LEARNING OUTCOME MATA KULIAH BAHASA INGGRIS TPB 108 PROGRAM MATA KULIAH DASAR UMUM ( MKDU ) INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

DESKRIPSI LEARNING OUTCOME MATA KULIAH BAHASA INGGRIS TPB 108 PROGRAM MATA KULIAH DASAR UMUM ( MKDU ) INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 DESKRIPSI LEARNING OUTCOME MATA KULIAH BAHASA INGGRIS TPB 108 PROGRAM MATA KULIAH DASAR UMUM ( MKDU ) INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PERTEMUAN I OVERVIEW Sub bahasan mata kuliah ini mengingatkan mahasiswa

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa menurut Halliday (1978:21) adalah fungsi imaginative, yaitu bahasa digunakan untuk melahirkan karya sastra yang berbasis pada kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang dipakai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan dan minat manusia untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris semakin tinggi karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang dipakai dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

Lesson 57 : all, both, each. Pelajaran 57 : Semuanya, keduanya, tiap

Lesson 57 : all, both, each. Pelajaran 57 : Semuanya, keduanya, tiap Lesson 57 : all, both, each Pelajaran 57 : Semuanya, keduanya, tiap Reading (Membaca) All the birds flew away. (Semua burung-burung terbang) Did you eat all of the cakes? (Apakah kamu memakan semua kuenya?)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech. Selain nomina, ajektiva, pronomina, verba, preposisi, konjungsi, dan interjeksi, adverbia

Lebih terperinci

Lesson 42: have to, don t have to. Pelajaran 42: harus, tidak perlu

Lesson 42: have to, don t have to. Pelajaran 42: harus, tidak perlu Lesson 42: have to, don t have to Pelajaran 42: harus, tidak perlu Reading (Membaca) We have to go to school tomorrow. ( Kita harus pergi ke sekolah besok ) I have to get up at 5 am tomorrow. ( Aku harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sawardi (2004:1) menjelaskan bahwa teori kebahasaan memahami refleksif berdasarkan pola kalimat umumnya (agen melakukan sesuatu terhadap pasien).

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. temuan dan hasil analisis. Subbab kedua membahas mengenai saran-saran dari

BAB V PENUTUP. temuan dan hasil analisis. Subbab kedua membahas mengenai saran-saran dari 128 BAB V PENUTUP Pembahasan terakhir dalam tulisan ini mengenai simpulan dan saran. Bab ini terdiri atas dua subbab. Subbab pertama membahas mengenai simpulan dari temuan dan hasil analisis. Subbab kedua

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan, sebagai alat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep ataupun perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menurut Harimurti Kridalaksana (Sumarlam,2009: 11), wacana merupakan satuan bahasa terlengkap: dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi

Lebih terperinci

Conditional Sentence. Dosen Dr. Ali Mustadi, M.Pd NIP

Conditional Sentence. Dosen Dr. Ali Mustadi, M.Pd NIP Conditional Sentence Dosen Dr. Ali Mustadi, M.Pd NIP.19780710 200801 1 012 Pengertian CONDITIONAL SENTENCES adalah: Kalimat pengandaian Atau Kalimat bersyarat Rumus: If (clause 1 ), (clause 2) Type 1 [

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahasa berfungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

Lesson 27: Prepositions of Direction. (from, to, into, onto, away from) Pelajaran 27: Kata Depan untuk Arah

Lesson 27: Prepositions of Direction. (from, to, into, onto, away from) Pelajaran 27: Kata Depan untuk Arah Lesson 27: Prepositions of Direction (from, to, into, onto, away from) Pelajaran 27: Kata Depan untuk Arah Bagaimana Menggunakan Kata Depan untuk Arah Reading (Membaca) I come from Austria. ( Saya datang

Lebih terperinci

Oktorita Kissanti Rahayu

Oktorita Kissanti Rahayu PEMAKAIAN KONJUNGSI PADA BAHASA PERCAKAPAN ANAK USIA 7-9 TAHUN DI DESA PABELAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 2015:9). Metode yang tepat akan mengarahkan penelitian pada tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

PRATIWI AMALLIYAH A

PRATIWI AMALLIYAH A KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata unsur terpenting di dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa, sebab itulah kata yang merupakan perwujudan bahasa (Chaer,2011:86). Kelas kata dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klausa bukanlah kalimat karena klausa harus tergabung dengan klausa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. klausa bukanlah kalimat karena klausa harus tergabung dengan klausa lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klausa merupakan satuan sintaksis yang memiliki ciri seperti kalimat, tapi klausa bukanlah kalimat karena klausa harus tergabung dengan klausa lainnya agar dapat membentuk

Lebih terperinci

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola menjadi cabang olahraga yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain pertandingannya yang menarik terdapat pula fenomena bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang berhubungan dengan penelitian mengenai pelesapan argumen dilakukan Sawardi pada tahun 2011 dengan judul Pivot dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik.

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik. PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik Abstract The language change could occur at all levels, both phonology,

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

TAG QUESTION. Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan.

TAG QUESTION. Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan. TAG QUESTION Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan. Syarat utama dalam membuat question tag adalah: Apabila kalimat utamanya / pernyataannya

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimat yang efektif itu bervariasi. Di dalam sebuah alinea kalimat yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat meriangkan pembaca, bukan saja

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional Oleh: Tatang Suparman NIP 132206488 FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Thema-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat bahasa Sunda. Dalam pandangan penulis, kelas verba merupakan elemen utama pembentuk keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Tidak ada manusia tanpa bahasa dan tidak ada bahasa tanpa manusia. Dua hal yang

Lebih terperinci

ANALISIS TENSE DAN ASPEK DALAM NOVEL OLIVER TWIST KARYA CHARLES DICKENS

ANALISIS TENSE DAN ASPEK DALAM NOVEL OLIVER TWIST KARYA CHARLES DICKENS ANALISIS TENSE DAN ASPEK DALAM NOVEL OLIVER TWIST KARYA CHARLES DICKENS Drs. Sugija, M.Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci