Analisis Perbedaan Gender terhadap Perilaku Etis, Orientasi Etis dan Profesionalisme pada Auditor KAP di Surabaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Perbedaan Gender terhadap Perilaku Etis, Orientasi Etis dan Profesionalisme pada Auditor KAP di Surabaya"

Transkripsi

1 Analisis Perbedaan Gender terhadap Perilaku Etis, Orientasi Etis dan Profesionalisme pada Auditor KAP di Surabaya Julia Rosdiana Dewi, Luky Patricia Widianingsih, Vierly Ananta Upa Program Studi Akuntansi Universitas Pelita Harapan Surabaya Surabaya, Indonesia Abstrak A public accountant is assigned to audit and provide opinion for the financial statement s users in decision making. Auditor s service can be reliable if they are able to become a professional, having adequate knowledge and understanding the implementation of ethics properly in their profession. Gender differences are not a barrier for them to be ethical and professional as an auditor. This is caused by gender is only based on the concept of male and female. The purpose of this study is to examine and analyze the differences of ethical behavior, ethical orientation and professionalism among male and female auditors who worked in Public Accountant Firm. The population used in this study is auditors who worked on Public Accountant Firm in Surabaya with the sample of 84 auditors, covering 40 male respondents and 44 female respondents. The research sample was taken by using purposive sampling technique. This study is examined by Independent Sample T-Test. The test results stated that there was no differences of ethical behavior, ethical orientation and professionalism among male and female auditors. Kata kunci ethical behavior, ethical orientation, professionalism, gender. A. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jasa audit akuntan publik sudah menjadi kebutuhan utama dalam memberikan opini bagi para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Seorang auditor dapat diandalkan jika mereka mampu menjadi seorang profesional yang independen, memiliki pengetahuan audit yang memadai, serta memahami dengan benar pelaksanaan etika dalam menjalankan profesinya (Herawaty dan Susanto, 2009). Hal ini dikarenakan banyaknya kasus di dunia akuntan yang tidak lagi mempertimbangkan etika demi mendapatkan keuntungan yang besar, seperti kasus Enron tahun 2001, WorldCom tahun 2001, Kimia Farma tahun 2002, Telkom tahun 2002 dan Lippo tahun 2003 (Hery dan Agustiny, 2007). Perilaku tidak etis muncul disaat seorang auditor melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Tindakan tersebut merugikan banyak pihak yang terlibat dan menimbulkan ketidakpercayaan, baik terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan tersebut maupun kinerja para auditor. Pengembangan dan kesadaran etis memegang peran penting dalam dunia akuntansi, sehingga profesi akuntan tidak boleh lepas dari etika bisnis (Ludigdo et al., 1999 dalam Nugrahaningsih, 2005). Seorang auditor diwajibkan memiliki pengetahuan etika yang tinggi dan lebih sensitif terhadap kode etik akuntan publik. Selain itu, mereka juga harus menjaga standar perilaku etis tertingginya dan mempunyai tanggung jawab untuk menjadi kompeten, integritas dan objektivitas. Hal ini dikarenakan 54 auditor selalu mengalami dilema etis yang akan melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Contoh dilema etis yang sering dihadapi adalah tidak sepakat dengan klien terkait beberapa tujuan pemeriksaan. Permasalahan muncul ketika perilaku etis dihadapkan pada perbedaan gender. Hasil penelitian Ameen et al. (1996) menunjukkan bahwa mahasiswa wanita lebih sensitif dan tidak toleran terhadap perilaku tidak etis dibandingkan pria. Hal ini didukung oleh penelitian Hastuti (2007) yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan perilaku etis antara mahasiswa pria dan wanita. Penelitian Nugrahaningsih (2005) juga meneliti perbedaan perilaku etis berdasarkan gender, namun dirinya menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku etis antara auditor pria dan wanita. Semakin banyaknya wanita yang menduduki profesi, khususnya akuntan publik, membuat kesungguhan mereka dipertanyakan untuk mentoleransi perilaku yang tidak etis dalam menjalankan tugasnya (Mutmainah, 2007). Sensitivitas etis menjadi salah satu syarat bagi seorang auditor untuk mengenali suatu isu etis. Banyaknya penelitian yang berfokus pada sensitivitas etika telah menumbuhkan gagasan bahwa proses sensitivitas etika seseorang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan etis. Hebert et al. (1990) dalam Januarti (2011) menyatakan bahwa sensitivitas etis adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui adanya permasalahan etis yang terjadi di lingkungan kerjanya. Harsanti et al. (2002) dalam Crismastuti et al. (2004) menyatakan bahwa kemampuan seorang profesional untuk mengerti dan sensitif terhadap masalah-masalah etika dalam profesinya dipengaruhi oleh

2 lingkungan budaya tempat profesi tersebut, lingkungan profesi, lingkungan organisasi dan pengalaman pribadi. Selain itu, faktor-faktor individual yang menjadi ciri pembawaan sejak lahir juga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan etis, seperti gender, umur, kebangsaan dan lain-lain. Khomsiyah dan Indriantoro (1998) dalam Januarti (2011) juga menyatakan bahwa orientasi etis berpengaruh signifikan terhadap sensitivitas. Comunale et al. (2006) menambahkan bahwa orientasi etis dapat mempengaruhi reaksi yang timbul terhadap suatu kejadian atau masalah. Salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah apakah gender mempengaruhi sensitivitas etis setiap individu. Mutmainah (2007) menyatakan bahwa wanita lebih sensitif dalam hal etika ketika mengungkapkan suatu kejadian etis atau tidak etis, serta memiliki latar belakang dan pengembangan moral yang lebih baik jika dibandingkan dengan pria. Seringkali wanita tidak menginginkan penyajian informasi yang salah tentang laporan keuangan suatu perusahaan dan mereka mampu membuat perubahan struktural dalam organisasi saat dirinya memiliki kekuasaan di bidang perekonomian. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Mutmainah (2007) yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan orientasi etis diantara pria dan wanita. Cohen et al. (1998) dalam Mutmainah (2007) juga memperkuat pernyataan jika wanita lebih memiliki sensitivitas etis dibandingkan pria di dalam situasi dilema etis. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Comunale et al. (2006) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara variabel gender dan pertimbangan etika individu. Tingkat profesionalisme yang tinggi juga dituntut harus ada dalam diri seorang auditor untuk membangun kepercayaan publik, serta meyakinkan semua pihak terhadap kualitas jasa yang diberikan. Auditor yang profesional tidak hanya ahli, tetapi juga berhati-hati dalam melakukan profesinya (Ikhsan, 2007). Banyak isu yang mempertanyakan tentang keprofesionalismean seorang auditor karena kinerja mereka dalam memeriksa laporan keuangan yang buruk sehingga banyak mengandung kesalahan, baik disengaja maupun tidak disengaja. Tindakan ini mengakibatkan kewajaran atas laporan keuangan menjadi diragukan oleh para pemakai laporan keuangan (Herawaty dan Susanto, 2009). Abdurrahim (1998) dan Santosa (2001) dalam Ikhsan (2007) menyatakan bahwa terdapat perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam merespon motivasi dan segala perubahan yang terjadi di lingkungan kerjanya. Hal ini dikarenakan adanya peran domestik di keluarga dan diskriminasi yang dihadapi oleh wanita dalam segala aspek sehingga mempengaruhi sikap profesionalisme mereka. Ikhsan (2007) sendiri menyatakan bahwa tidak ada perbedaan tingkat profesionalisme auditor jika dilihat dari perbedaan gender. Adanya ketidakkonsistenan kinerja akuntan publik berdasarkan isu gender, baik dalam perilaku etis, orientasi etis maupun tingkat profesionalisme seorang auditor, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dengan penelitian yang berjudul Analisis Perbedaan Gender terhadap Perilaku Etis, Orientasi Etis dan Profesionalisme pada Auditor KAP di Surabaya. II. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan perilaku etis, orientasi etis dan profesionalisme antara auditor pria dan wanita? III. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis tentang perbedaan perilaku etis, orientasi etis dan profesionalisme jika dilihat dari gender. B. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Etika Setiap aspek yang berkaitan dengan kegiatan bisnis pada dasarnya tidak terlepas dari peran manusia di dalamnya, sehingga dibutuhkan etika untuk mendampingi peran tersebut. Etika merupakan norma atau standar yang dianut oleh sekelompok masyarakat atau profesi untuk menjadi petunjuk moral dalam mengatur perilaku manusia (Ikhsan, 2008). Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir (Djaddang, 2006). Menurut Harsono (1997), etika adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah benar atau salah. Hal ini dikarenakan etika sama halnya dengan moralitas, yaitu adat kebiasaan yang menjadi sistem nilai sebagai pedoman dan tolak ukur yang baik dan buruk (Bertens, 1993). Dari kedua pengertian tersebut, etika dapat disimpulkan sebagai ilmu yang mengatur tentang tingkah laku manusia. Menurut Ikhsan (2008), etika merupakan dasar atau aturan yang menentukan benar atau salah. Sifat sangsi dari etika berupa moral psikologik, dimana mereka yang tidak beretika akan dikucilkan atau disingkirkan dari pergaulan kelompok profesi yang bersangkutan. Hal ini bertujuan untuk menjamin bahwa tidak ada seorang pun yang dirugikan dari segala aktivitas bisnis. Perilaku tidak beretika dapat menimbulkan kekerasan, menghancurkan rasa percaya diri dan menghasilkan tindakan yang tidak sebenarnya. Jadi, etika dapat dikatakan sebagai ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa manusia harus mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana mereka harus mengambil sikap bertanggung jawab tentang berbagai permasalahan yang menyangkut tentang ajaran moral. B. Etika Profesi Prinsip-prinsip etika diperlukan oleh suatu profesi, sehingga seorang profesional diharuskan bersikap lebih tinggi dibandingkan masyarakat pada umumnya. Etika profesi mencangkup standar-standar sikap bagi seorang profesional dalam melaksanakan tugasnya (Ikhsan, 2008). Etika profesi dinyatakan secara tertulis dan formal dalam bentuk kode etik. Kode etik bertujuan mengatur suatu kelompok profesi dalam masyarakat melalui ketentuan- 55

3 ketentuan tertulis yang harus dipegang teguh oleh kelompok tersebut (Bertens, 1993). Hal ini dikarenakan kode etik digunakan para profesional sebagai bentuk pertanggungjawaban profesi kepada masyarakat dan jaminan atas kerahasiaan kepentingan pihak yang terlibat. Kode etik akuntan merupakan norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dan para klien dan masyarakat. Etika profesional bagi praktik auditor Indonesia dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI. Kode etik akuntan publik yang dibuat oleh IAPI menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam KAP. Salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan profesi lain adalah tanggung jawabnya untuk melindungi kepentingan publik, sehingga seorang akuntan publik harus mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam kode etik saat bertindak. Prinsip dasar etika profesi yang harus dipatuhi oleh akuntan publik, yaitu prinsip integritas, objektivitas, prinsip kompetensi, sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional, serta prinsip kerahasiaan dan perilaku profesional C. Perilaku Etis Perilaku etis dalam berorganisasi adalah melaksanakan tindakan secara adil sesuai dengan hukum dan peraturan pemerintah yang dapat diaplikasikan (Ress dan Mitra, 1998 dalam Nugrahaningsih, 2005). Larkin (2000) menyatakan bahwa kemampuan mengidentifikasi perilaku etis dan tidak etis sangat berguna dalam semua profesi, termasuk auditor. Perilaku etis bagi seorang auditor adalah melakukan setiap pekerjaan harus didasarkan pada kode etik akuntan publik. Apabila seorang auditor melakukan tindakan yang tidak etis, maka hal tersebut akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor. Menurut Sihwahjoeni dan Gudono (2000) dalam Nugrahaningsih (2005), perilaku etis harus didasari persepsi terhadap kode etik, dimana dalam penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor atau substansi kode etik akuntan publik, yaitu: 1. Pelaksanaan kode etik a. Wajib menghayati dan mengamalkan kode etik akuntan publik dengan penuh rasa tanggung jawab. b. Mempunyai kewajiban moral untuk memelihara pelaksanaan kode etik sehingga mampu memperoleh hasil audit yang berkualitas. c. Wajib memastikan bahwa orang-orang yang terlibat dalam pemberian jasa profesional telah mematuhi prinsip obyektivitas. d. Mempunyai kewajiban untuk memastikan staf atau auditor yang berada di bawah pengawasan harus menghormati kerahasiaan klien. e. Melaksanakan jasa profesional sesuai dengan standar teknis profesional yang relevan. 2. Penafsiran dan penyempurnaan kode etik Faktor ini mewajibkan auditor untuk menafsirkan dan meyakini bahwa kode etik sebagai dasar penyempurnaan dalam menjalankan profesinya yang telah dilakukan oleh IAI dalam kongres. Hal ini berlaku pada saat IAI belum membentuk IAPI. Pada masa sekarang, IAPI telah dibentuk oleh IAI di tahun 2007, sehingga faktor penafsiran dan penyempurnaan kode etik juga harus disesuaikan dengan perubahan tersebut. Wewenang untuk menyempurnakan kode etik telah menjadi tanggung jawab IAPI, dimana IAPI sebagai organisasi profesi akuntan publik berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan penerbitan standar profesional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia ( Faktor ini dihubungkan dengan beberapa substansi sebagai berikut : a. Bahwa IAPI menertibkan penafsiran kode etik untuk memenuhi pertanyaan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan kode etik di kemudian hari. b. Bahwa kepatuhan dalam pelaksanaan kode etik adalah sebagai dasar penyempurnaan dalam menjalankan tugas profesi. c. Bahwa dalam kepengurusan pusat IAI telah dibentuk komite kode etik. d. Bahwa IAPI berhak melakukan penyempurnaan kode etik. D. Orientasi Etis Orientasi etis diartikan sebagai dasar pemikiran dalam menentukan sikap dan arah secara tepat dan benar yang berhubungan dengan dilema etis (Salim, 1991 dalam Mutmainah, 2007). Hal ini berkaitan dengan konsep diri dan sikap pribadi dalam memandang dan melakukan pertimbangan-pertimbangan moral. Menurut Cohen (1980) dalam Chrismastuti (2004), orientasi seseorang ditentukan kebutuhannya yang berinteraksi dengan pengalaman pribadi dan sistem nilai individu untuk menentukan tujuan dan tindakan yang akan diambilnya. Dalam penelitian-penelitian psikologis, orientasi etis dikendalikan oleh dua karakter, yaitu idealisme dan relativisme. Idealisme mengacu pada suatu hal yang dipercaya dengan konsekuensi yang dimiliki dan diinginkan oleh seseorang untuk tidak melanggar nilai-nilai moral, sedangkan relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolute dalam mengarahkan perilaku etis (Forsyth, 1980 dan Hogan, 1970 dalam Falah, 2007). Penilaian orientasi etis pada penelitian ini menggunakan sebuah kuesioner yang dikembangkan oleh Forsyth disebut Ethics Position Questionnaire (EPQ) dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur tingkat idealisme dan relativisme seseorang. EPQ dapat mengetahui berbagai pertimbangan etis individu terhadap suatu dilema etis. Idealisme Idealisme adalah suatu sikap yang menganggap bahwa tindakan yang tepat atau benar akan menimbulkan hasil yang diinginkan tidak melanggar nilai-nilai etika (Forsyth, 1980 dalam Falah, 2007). Seorang individu yang idealis mempunyai prinsip bahwa merugikan orang lain merupakan tindakan yang harus dihindari dan tidak boleh melakukan hal yang berkonsekuensi negatif. Jika terdapat dua pilihan yang semuanya berakibat negatif, maka seorang 56

4 idealis akan mengambil pilihan yang paling sedikit menimbulkan akibat buruk bagi orang lain. Selain itu, seorang idealis akan sangat memegang teguh perilaku etis dalam profesi yang dijalankannya. Seorang individu dengan tingkat idealisme yang tinggi akan menjadi penyelesai masalah dalam menghadapi situasi yang mengandung perilaku tidak etis. Seorang individu dengan idealisme yang lebih rendah akan menganggap bahwa semua prinsip moral dapat berakibat negatif. Relativisme Relativisme etis merupakan teori yang menilai tindakan dikatakan etis atau tidak tergantung pada pandangan masyarakat itu sendiri (Forsyth, 1980 dalam Falah, 2007). Teori ini meyakini bahwa setiap individu akan memiliki keyakinan etis yang berbeda sehingga tidak ada standar etis yang secara absolut dinyatakan benar. Seorang individu yang memiliki sifat relativisme akan mengasumsikan bahwa tidak mungkin untuk mengembangkan atau mengikuti prinsip-prinsip moral yang berlaku umum ketika membuat keputusan. Hal ini dikarenakan aturan etika sifatnya tidak universal dan etika dipengaruhi oleh masing-masing budaya yang memiliki aturan berbeda-beda. Relativisme menjadi suatu sikap yang menolak nilai-nilai etika dalam mengarahkan perilaku etis. Individu dengan tingkat relativisme tinggi akan menganggap tindakan moral tergantung pada situasi dan sifat individu. Hal ini dikarenakan seseorang pasti telah mempertimbangkan situasi dan kondisinya terlebih dahulu dibandingkan prinsip etika yang dilanggar sebelum dirinya melakukan tindakan tersebut. Individu dengan tingkat relativisme rendah hanya akan mendukung tindakan moral berdasarkan pada prinsip norma yang berlaku umum. E. Profesionalisme Menurut Lee (1995) dalam Ikhsan (2007), profesional merupakan suatu bentuk praktisi yang memiliki komitmen jelas untuk melayani kepentingan publik dan menawarkan kepada klien segala pelayanan yang berhubungan dengan intelektualitas dan ilmu pengetahuan. Seseorang dapat dikatakan profesional jika memenuhi tiga syarat, yaitu ahli dalam menjalankan tugas, sesuai dengan standar profesi yang telah ditetapkan dan berhati-hati dalam melakukan profesinya. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional akan meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat menerapkan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi. Profesionalisme dapat dijabarkan ke dalam lima dimensi menurut Hall (1968) dalam Ikhsan (2007), yaitu dedikasi, standar profesi (regulation), kewajiban sosial (social obligation), otonomi (autonomy) dan afiliasi (community regulation). Lima dimensi tersebut merupakan elemen terlengkap untuk menggambarkan profesionalisme karena berkaitan dengan dua aspek penting dalam konsep profesionalisme modern, yaitu aspek struktural dan sikap. Aspek struktural merupakan bagian dari pembentukan tempat pelatihan, asosiasi profesional dan kode etik, sedangkan aspek sikap berhubungan dengan pembentukan jiwa profesionalisme (Lekatompessy, 2003 dalam Herawaty dan Susanto, 2009). F. Gender Istilah gender menurut Umar (1993) dalam Hastuti (2007) adalah suatu konsep kultural yang membedakan antara pria dan wanita dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional di kalangan masyarakat. Perbedaan inilah yang mengakibatkan antara pria dan wanita memiliki penilaiannya sendiri dalam mengelola, mencatat dan mengkomunikasikan hal atau informasi untuk menjadi suatu hasil. Gill Palmer dan Tamilselvi Kandasami (1997) dalam Trisnaningsih (2004) mengklasifikasikan gender dalam dua stereotipe, yaitu sex role stereotype dan managerial stereotype. Pandangan sex role stereotype menyatakan bahwa pria lebih berorientasi pada pekerjaan, objektif, independen, agresif dan lebih bertanggung jawab dalam hal manajerial. Wanita dipandang lebih pasif, lembut, berorientasi pada pertimbangan, lebih sensitif dan rendah posisinya pada pertanggungjawaban dalam organisasi. Managerial stereotype mengartikan pria sebagai orang yang lebih memiliki sikap, perilaku dan temperamen dibandingkan wanita. Pernyataan ini menimbulkan keyakinan bahwa wanita lebih memiliki sensitivitas etis dibandingkan pria di dalam situasi dilema etis (Cohen et al., 1998 dalam Mutmainah, 2007). Hubungan Gender dengan Perilaku Etis, Orientasi Etis dan Profesionalisme Seorang auditor yang profesional harus memiliki keahlian dalam bidangnya dan memiliki perilaku etis yang tinggi. Menurut Sihwahjoeni dan Gudono (2000) dalam Nugrahaningsih (2005), perilaku etis harus didasari persepsi terhadap kode etik. Tuntutan itulah yang mewajibkan para auditor untuk memiliki pengetahuan etika yang tinggi dan dan lebih sensitif terhadap kode etik akuntan publik. Apabila seorang auditor melakukan tindakan yang tidak etis, maka hal tersebut akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor. Pria dan wanita juga menunjukkan perbedaan dalam berperilaku dan bertindak yang didasarkan pada sifat yang dimiliki dan kodrat yang diberikan secara biologis (Nugrahaningsih, 2005). Nugrahaningsih (2005) menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku etis antara auditor pria dan wanita. Hal ini tidak didukung oleh Reiss dan Mitra (1998) dalam Nugrahaningsih (2005) yang menyatakan bahwa wanita lebih etis dibandingkan dengan pria. Hastuti (2007) juga sependapat dengan Reiss dan Mitra, dimana hasil penelitiannya menunjukkan terdapat perbedaan perilaku etis antara mahasiswa pria dan wanita. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Ameen et al. (1996) yang mengindikasikan adanya pengaruh perbedaan gender terhadap perilaku etis seorang auditor. Sensitivitas etis adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui adanya permasalahan etis yang terjadi di lingkungan kerjanya (Hebert et al., 1990 dalam Januarti, 2011). Sensitivitas etis menjadi landasan pijak bagi praktek 57

5 akuntan publik dan memainkan peran kunci dalam semua area akuntansi. Khomsiyah dan Indriantoro (1998) dalam Januarti (2011) menyatakan bahwa orientasi etis berpengaruh signifikan terhadap sensitivitas. Orientasi etis diartikan sebagai dasar pemikiran dalam menentukan sikap dan arah secara tepat dan benar yang berhubungan dengan dilema etis (Salim, 1991 dalam Mutmainah, 2007). Hal ini berkaitan dengan konsep diri dan sikap pribadi dalam memandang dan melakukan pertimbangan-pertimbangan moral. Penelitian tentang perbedaan gender antara auditor pria dan wanita di KAP menjadi hal yang sangat penting karena adanya temuan yang menunjukkan orientasi etis dapat dikaitkan dengan gender. Djaddang (2006) menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan untuk orientasi etis antara auditor pria dan wanita. Hal ini tidak didukung oleh penelitian Gilligan (1982) dan Shaub (1994) dalam Djaddang (2006), sedangkan Thoma (1986) dalam Djaddang (2006) berpendapat bahwa pengaruh gender sangat kecil terhadap perkembangan moral. Comunale (2006) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara variabel gender dan pertimbangan etika individu. Cohen et al. (1998) dalam Mutmainah (2007) melaporkan bahwa dalam tujuh kasus dilematis, mahasiswa akuntasi wanita lebih sensitif dibanding pria dalam pengambilan keputusan yang melibatkan perilaku tidak etis. Hal ini secara konstan menyatakan bahwa wanita memiliki perbedaan dengan pria dalam hal evaluasi etis, tujuan etis dan orientasi etis. Studi ini juga diperkuat dengan penelitian Mutmainah (2007) yang mengatakan bahwa perbedaan orientasi etis antara responden pria dan wanita hanya terjadi pada konstruk moral utilitarianism, tidak dengan keempat konstruk lainnya, yaitu justice, relativism, egoism dan deontological. Profesionalisme juga menjadi syarat utama bagi auditor. Hal ini dikarenakan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak (Kalbers dan Fogarty, 1995 dalam Trisnaningsih, 2010). Seseorang dapat dikatakan profesional jika memenuhi tiga syarat, yaitu ahli dalam menjalankan tugas, sesuai dengan standar profesi yang telah ditetapkan dan berhati-hati dalam melakukan profesinya. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional akan meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat menerapkan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi. Profesionalisme digunakan untuk membangun kepercayaan publik, serta meyakinkan semua pihak terhadap kualitas jasa yang telah diberikan. Pillsbury et al. (1989) dan Trapp et al. (1989) dalam Ikhsan (2007) menyatakan bahwa tingkat komitmen karir dan profesionalisme tidak terkait dengan gender. Hal ini dikarenakan pria dan wanita memiliki peluang yang sama dalam melaksanakan tanggung jawab dan prestasinya sebagai seorang akuntan. Penelitian ini didukung oleh Ikhsan (2007) yang juga menyatakan bahwa tidak ada perbedaan tingkat profesionalisme auditor dilihat dari segi gender. Namun, beberapa studi menyatakan bahwa adanya perlakuan diskriminasi yang diterima oleh wanita sehingga mempengaruhi profesionalismenya dalam melakukan pekerjaannya (Hunton et al., 1995 dalam Ikhsan, 2007). Chung dan Monroe (2001) juga mengamati tentang pengaruh gender dan kompleksitas tugas terhadap pertimbangan audit, yang mana wanita lebih memiliki kemampuan untuk membedakan dan mengintegrasikan kunci keputusan dibandingkan dengan pria. Hasil Chung dan Monroe (2001) menyimpulkan bahwa wanita lebih profesional dalam hal bekerja dibandingkan dengan pria. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: H 1 : Terdapat perbedaan perilaku etis antara auditor pria dan wanita. H 2: Terdapat perbedaan orientasi etis antara auditor pria dan wanita. H 3 : Terdapat perbedaan tingkat profesionalisme antara auditor pria dan wanita. C. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan populasinya, yaitu seluruh auditor independen yang terdaftar dan bekerja pada KAP di wilayah Surabaya. Pemilihan kota Surabaya disebabkan Surabaya merupakan salah satu kota yang memiliki industri yang cukup berkembang. Selain itu, Surabaya juga memiliki jumlah KAP yang cukup banyak. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktori IAPI tahun 2012, terdapat 41 KAP di Surabaya. Pengambilan sampel yang dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). Kriteria responden yang ditentukan adalah auditor yang bekerja pada KAP di Surabaya dengan pengalaman kerja minimal dua tahun, seperti yang dilakukan oleh Martadi dan Suranta (2006). Hal ini dilakukan agar sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu auditor setidaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya etika bisnis dan dunia akuntansi, serta memiliki pengalaman yang banyak dalam profesinya di KAP. Seleksi dan Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang meneliti secara langsung auditor KAP melalui daftar pernyataan (kuesioner) yang telah terstruktur. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang akan digunakan untuk menganalisis masalah. Metode pengumpulan data diawali dengan menghubungi KAP terlebih dahulu untuk melakukan konfirmasi, kemudian mendatangi KAP secara langsung dan menitipkan kuesioner yang dilengkapi surat permohonan untuk melakukan penelitian bagi para auditor di KAP tersebut. Peneliti akan mengambil kembali kuesioner kurang lebih satu hingga tiga minggu setelah kuisioner dititipkan dan kemudian menganalis data yang didapat dari hasil kuesioner. Pengukuran dan Definisi Operasional Variabel 58

6 Perilaku etis dalam berorganisasi adalah melaksanakan tindakan secara adil sesuai dengan hukum dan peraturan pemerintah yang dapat diaplikasikan (Ress dan Mitra, 1998 dalam Nugrahaningsih, 2005). Perilaku etis dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan pengukuran persepsi terhadap kode etik yang dikembangkan oleh Sihwahjoeni dan Gudono (2000) dalam Nugrahaningsih (2005). Penelitian ini akan memfokuskan pada faktor-faktor atau substansi kode akuntan, meliputi pelaksanaan kode etik dan penafsiran serta penyempurnaan kode etik. Orientasi etis diartikan sebagai dasar pemikiran dalam menentukan sikap dan arah secara tepat dan benar yang berhubungan dengan dilema etis (Salim, 1991 dalam Mutmainah, 2007). Penilaian orientasi etis pada penelitian ini menggunakan sebuah kuesioner yang dikembangkan oleh Forsyth (1980) dalam Falah (2007), yaitu Ethics Position Questionnaire (EPQ) berupa pertanyaanpertanyaan untuk mengukur tingkat idealisme dan relativisme seseorang. EPQ dapat mengetahui berbagai persepsi individu terhadap suatu tindakan yang berorientasi etis dan tidak etis. Menurut Lee (1995) dalam Ikhsan (2007), profesional merupakan suatu bentuk praktisi yang memiliki komitmen jelas untuk melayani kepentingan publik dan menawarkan kepada klien segala pelayanan yang berhubungan dengan intelektualitas dan ilmu pengetahuan. Profesionalisme diukur dengan menggunakan 20 item pernyataan yang telah dikembangkan oleh Hall (1968) dalam Ikhsan (2007). Hall (1968) dalam Ikhsan (2007) menilai profesionalisme auditor dari lima dimensi, yaitu dedikasi terhadap profesi, keyakinan terhadap standar profesi, kewajiban sosial, kebutuhan otonomi dan afiliasi dengan sesama profesi. Metode Analisis Data Penelitian ini melalui beberapa tahap analisis data. Tahap pertama adalah uji non respon bias untuk membandingkan jawaban responden yang kembali sesuai jadwal dengan yang tidak sesuai jadwal pengembalian melalui uji T-Test. Hal ini dikarenakan data terdistribusi normal dan jumlah sampel yang sedikit (Ghozali, 2005 dalam Budiyanto et al., 2005). Pengujian ini merupakan perhitungan rata-rata tanggapan dari responden terhadap variabel-variabel penelitian dengan tarif signifikansi 5% (ρ > 0.05). Tahap kedua melakukan uji kualitas data, yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan analisis butir. Korelasi yang digunakan adalah pearson product moment dengan membandingkan nilai koefisien korelasi dengan 0.3. Hanya item yang memiliki nilai korelasi lebih tinggi dari 0.3 yang diikutsertakan dalam pengujian (Sugiyono, 2007). Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan koefisien cronbach alpha. Jika nilai koefisien alpha lebih besar dari 0.6 maka disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut handal atau reliable (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2006). Ketiga, peneliti melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah suatu variabel terdistribusi secara normal atau tidak (Ghozali, 2006). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov. Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan ρ value yang diperoleh dari hasil pengujian normalitas dengan tingkat signifikansi sebesar (α) Data terdistribusi secara normal jika ρ value > (α) 0.05, tetapi jika ρ value < (α) 0.05 maka data tidak terdistribusi normal (Ghozali, 2006). Tahap terakhir, peneliti menganalisis perilaku etis, orientasi etis dan tingkat profesionalisme berdasarkan gender diukur menggunakan Independent Sample T-Test untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok yang tidak berhubungan satu sama lain terkait variabel-variabel tersebut (Ghozali, 2006). Langkah pertama yang harus dilakukan saat pengujian hipotesis dengan menggunakan Independent Sample T-Test adalah menafsirkan hasil uji Levene s Test untuk mengetahui varians data antara auditor pria dan wanita sama (equal variances assumed) atau tidak (equal variances not assumed). Confidence level pada penelitian ini adalah 95% dengan level toleransi kesalahan adalah 5%. Kesimpulan hasil analisis pada penelitian ini diarahkan pada nilai ρ (ρ - value). Jika nilai ρ lebih besar dari batas toleransi 5%, maka hipotesis null tidak dapat ditolak. Jika nilai ρ lebih kecil dari batas toleransi 5%, maka hasil analisis menolak hipotesis null. D. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan auditor KAP di Surabaya sebagai obyek penelitian dengan jumlah sampel sebanyak 84 responden dan telah melebihi besaran minimal sampel pada penelitian (Roscoe, 1975 dalam Ikhsan, 2008). Data dari responden diambil melalui kuesioner yang disebar secara langsung ke seluruh KAP di Surabaya pada tanggal 8 Oktober 2012 hingga 29 November Jumlah kuesioner yang telah disebarkan ke seluruh auditor KAP di Surabaya sebanyak 150 eksemplar dan yang tidak kembali sebanyak 57 eksemplar. Ada beberapa kuesioner yang tidak bisa digunakan dalam penelitian sebanyak 9 eksemplar karena tidak sesuai dengan kriteria responden yang telah ditentukan dan jawaban responden yang tidak lengkap dari awal hingga akhir pernyataan. Hal ini mengakibatkan total kuesioner yang dapat digunakan dalam penelitian hanya sebanyak 84 eksemplar. Uji Non Respon Bias Pengujian non respon bias atas semua variabel pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat signifikansi probabilitasnya di atas 0.05 (ρ > 0.05), dimana nilai ρ variabel perilaku etis sebesar 0.738, orientasi etis sebesar 0.45 dan profesionalisme sebesar Hal ini berarti jawaban dari responden yang kembali tepat waktu dengan yang terlambat tidak terdapat perbedaan, sehingga semua data dapat diolah secara bersama-sama dan mampu menjelaskan kesimpulan penelitian. 59

7 Tabel 1. Hasil Uji Non Respon Bias n = 75 n = 9 Variabel Standar Standar ρ Mean Mean Deviasi Deviasi Perilaku Etis Orientasi Etis Profesionalisme Sumber: Data Diolah (2012) Statistik Deskriptif Tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata sangat tinggi pada variabel perilaku etis, baik antara auditor pria dan wanita. Hal ini menunjukkan bahwa responden pria dan wanita memiliki perilaku etis yang sangat tinggi dalam melakukan pekerjaannya sebagai auditor. Nilai rata-rata pada variabel orientasi etis dan profesionalisme auditor pria dengan wanita memiliki kategori yang tinggi, tetapi nilai rata-rata responden pria lebih tinggi dibandingkan wanita. Oleh karena itu, responden pria dinyatakan lebih tinggi dalam berorientasi etis dan bersikap profesional dibandingkan wanita. Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel Perilaku Etis, Orientasi Etis dan Profesionalisme Variabel Gender Total Min Max Mean Kategori Perilaku Etis Orientasi Etis Profesiona lisme Pria Sangat Tinggi Wanita Sangat Tinggi Pria Tinggi Wanita Tinggi Pria Tinggi Wanita Tinggi Sumber: Data Diolah (2012) Uji Validitas Pengujian ini menggunakan Pearson Correlation yang membandingkan nilai koefisien korelasi dengan 0.3 (df). Semua pernyataan dari variabel perilaku etis, orientasi etis dan profesionalisme pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasinya lebih besar dari 0.3. Hal ini berarti semua pernyataan yang berjumlah 51 butir dari 84 responden dapat dinyatakan valid. Data yang telah valid tersebut layak dipakai penulis pada pengujian selanjutnya dalam penelitian ini. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas ditentukan dengan koefisien Cronbach Alpha. Pengujian ini digunakan untuk menentukan konsistensi jawaban responden atas suatu instrument penelitian (Ikhsan, 2007). Nilai Cronbach Alpha pada Tabel 3 untuk variabel perilaku etis sebesar orientasi etis sebesar dan profesionalisme sebesar Hal ini berarti semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini nilai koefisien alpha lebih dari 0.6 dan dapat dinyatakan handal atau reliable. Jawaban dari 84 responden yang konsisten tersebut dapat digunakan oleh penulis untuk pengujian selanjutnya. Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Jumlah Cronbach Pernyataan Alpha Keputusan Perilaku Etis Handal Orientasi Etis Handal Profesionalisme Handal Sumber: Data Diolah (2012) Uji Normalitas Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov dilakukan dengan bantuan program SPSS, dimana membandingkan ρ value yang diperoleh dengan tingkat signifikansi sebesar (α) Hasil uji normalitas pada Tabel 4 menunjukkan nilai siginifikansi perilaku etis sebesar 0.346, orientasi etis sebesar dan profesionalisme sebesar Nilai signifikansi pada setiap variabel tersebut lebih besar dari taraf signifikansi (α) Hal ini menyatakan bahwa H 0 tidak dapat ditolak atau data telah terdistribusi secara normal. Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Variabel Asymp. Sig. Taraf (2-tailed) Sig. (α) Keputusan Perilaku Etis Data terdistribusi normal Orientasi Etis Data terdistribusi normal Profesionalisme Data terdistribusi normal Sumber: Data Diolah (2012) Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian terakhir dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang menggunakan Independent Sample T-Test. Hal ini dikarenakan penelitian ini menguji tentang perbedaan antara responden pria sebanyak 40 orang dan wanita sebanyak 44 orang terhadap variabel perilaku etis, orientasi etis dan profesionalisme. Pengujian hipotesis dengan Independent Sample T-Test digunakan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok yang tidak berhubungan satu sama lain terkait variabel-variabel tersebut (Ghozali, 2006). Penarikan kesimpulan hipotesis dilihat dari hasil perbandingan tingkat signifikan uji T sebesar Langkah pertama yang harus dilakukan dalam mengintepretasikan hasil uji T adalah mengidentifikasikan terlebih dahulu nilai signifikansi pada uji Levene. Pada Tabel 5, variabel perilaku etis memiliki nilai signifikansi dari Uji Levene lebih besar dari batas toleransi 0.05, yaitu sebesar Hal ini menunjukkan bahwa data perilaku etis antara auditor pria dan wanita memiliki varians yang sama. Nilai signikansi uji T pada equal variances assumed juga menunjukkan nilai yang lebih besar dari taraf signifikansi 0.05, yaitu sebesar Hasil analisis uji T pada variabel perilaku etis ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan perilaku etis antara auditor pria dan wanita. Variabel orientasi etis memiliki nilai signifikansi uji Levene yang lebih besar dari batas toleransi 0.05, yaitu sebesar Hasil uji Levene ini menetapkan bahwa data orientasi etis memiliki varians yang sama antara auditor pria dan wanita. Uji T pada variabel ini memberikan nilai 60

8 signifikan yang lebih besar dari taraf signifikansi Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikan T Test dari equal variances assumed sebesar Nilai uji T yang lebih besar dari taraf signifikan tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan orientasi etis antara auditor pria dan wanita. Uji Levene pada variabel profesionalisme juga menunjukkan nilai signifikansi sebesar yang lebih besar dari batas toleransi Hal ini berarti data profesionalisme auditor pria dan wanita memiliki varians yang sama. Hasil dari uji T pun juga memberikan nilai signifikan T-Test dari equal variances assumed yang lebih besar dari taraf signifikansi 0.05, yaitu sebesar Hasil tersebut menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan profesionalisme antara auditor pria dan wanita. Tabel 5. Hasil Uji Statistik Independent Sample T-Test Variabel Sig. Levene's Sig. (2- tailed) Taraf Sig. Keputusan Test T-Test (α) Perilaku Etis H 01 tidak dapat ditolak Orientasi Etis H 02 tidak dapat ditolak Profesionalisme H 03 tidak dapat ditolak Sumber: Data Diolah (2012) Pembahasan Banyaknya jumlah auditor wanita dibandingkan pria dari 84 responden tidak membuat adanya perbedaan untuk berperilaku etis diantara kedua gender tersebut. Hasil rata-rata dari statistik deskriptif menunjukkan nilai yang sangat tinggi untuk variabel perilaku etis, baik auditor pria maupun wanita. Hal ini berarti responden pria dan wanita memiliki perilaku etis yang sangat tinggi dalam melakukan pekerjaannya sebagai auditor KAP di Surabaya. Hipotesis pertama dalam penelitian ini yang berkaitan dengan adanya perbedaan perilaku etis antara auditor pria dan wanita ditolak. Hal ini didasarkan pada uji T pada variabel perilaku etis menghasilkan nilai signifikansi yang lebih besar dibandingkan taraf signifikan. Hasil tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan antara auditor pria dan wanita untuk berperilaku etis. Oleh karena itu, setiap auditor, baik pria maupun wanita, harus tetap mempertahankan segala perilaku etisnya dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kode etik akuntan publik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nugrahaningsih (2005) sendiri yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan berdasarkan gender. Hal ini dikarenakan secara statistik, gender tidak menyebabkan perbedaan perilaku etis yang signifikan (Nugrahaningsih, 2005). Penelitian Hastuti (2007) bertentangan dengan hasil penelitian, dimana Hastuti mengambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan perilaku etis antara mahasiswa pria dan wanita. Penelitian Ameen et al. (1996) pun mendukung penelitian Hastuti (2007) tersebut. Terjadinya ketidakkonsistenan terhadap hasil penelitian tersebut dapat disebabkan karena perbedaan sampel yang digunakan. Hastuti (2007) dan Ameen et al. (1996) dalam penelitiannya menggunakan sampel para mahasiswa, sedangkan penelitian ini menggunakan sampel para auditor KAP di Surabaya. Perbedaan sampel ini mempengaruhi hasil penelitian karena mahasiswa wanita lebih sensitif terhadap isu-isu etis dan lebih tidak toleran terhadap perilaku tidak etis dibandingkan pria. Perilaku etis bagi seorang auditor merupakan suatu tindakan yang harus didasarkan pada pelaksanaan kode etik akuntan publik. Seorang auditor harus menjaga ketaatan terhadap kode etik yang telah ditetapkan IAPI dan mereka pun harus menyadari bahwa kepatuhan mereka tersebut masih perlu untuk diawasi. Pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik menjadi dasar penyempurnaan dan penafsiran kode etik untuk memenuhi pertanyaan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan kode etik tersebut. Pernyataan Benzt et al. (1989) dalam Ameen et al., (1996) tentang pendekatan sosialisasi gender memberikan pernyataan bahwa pria akan bersaing untuk mencapai kesuksesan dan lebih cenderung melanggar peraturan, sedangkan wanita lebih perhatian kepada sesama, tidak mementingkan diri sendiri, lebih patuh terhadap peraturan dan tidak toleran terhadap individu yang melanggar aturan. Pendekatan sosialisasi gender inilah yang menggambarkan diri mahasiswa, sehingga menimbulkan adanya perbedaan perilaku etis antara mahasiswa pria dan wanita. Selain pendekatan sosialisasi gender, masih ada pendekatan lain mengenai perbedaan gender dalam menentukan kesungguhan untuk berperilaku etis, yaitu pendekatan struktural. Pendekatan ini menyatakan perbedaan pria dengan wanita dipengaruhi oleh peran mereka dalam jabatan, pekerjaan dan kebutuhan peran lainnya. Setiap pekerjaan yang dijalani membentuk perilaku melalui imbalan yang didapat, sehingga membuat pria dengan wanita akan memproses isu etika secara sama dalam lingkungan pekerjaan yang sama. Jika setiap auditor mampu menerapkan kode etik akuntan publik dalam bekerja, maka secara tidak langsung akan memperkuat kepercayaan masyarakat atas kinerja mereka di dunia kerja tanpa membeda-bedakan gender. Seorang mahasiswa dapat secara bebas mensosialisasikan dirinya di lingkungan mereka berada, sehingga perbedaan gender secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku etis mereka. Hal ini berbeda dengan seorang auditor, dimana gender tidak mempengaruhi mereka untuk berperilaku etis atau tidak di dunia kerja karena auditor masih dipengaruhi oleh perannya dalam melakukan pekerjaannya. Pendekatan struktural ini yang dapat menjadi landasan yang tepat terhadap tidak adanya perbedaan perilaku etis antara auditor pria dan wanita karena mereka dalam pekerjaannya sebagai seorang auditor akan menunjukkan prioritas etis yang sama. Nilai rata-rata responden pria untuk variabel orientasi etis pada statistik deskriptif lebih besar dibandingkan wanita menyatakan bahwa responden pria lebih tinggi dalam berorientasi etis dibandingkan wanita. Hasil ini tidak dapat secara langsung menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan orientasi etis antara auditor pria dan wanita. Nilai signifikansi variabel orientasi etis pada uji T telah menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaaan orientasi etis antara auditor pria dan wanita pada KAP di Surabaya. Hal ini dikarenakan gender tidak dapat mempengaruhi seorang auditor untuk sadar dalam menentukan sikap yang tepat jika menghadapi suatu dilema etis. Hasil penelitian ini 61

9 bertentangan dengan penelitian Mutmainah (2007) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan orientasi etis antara mahasiswa pria dan wanita walaupun hanya terjadi pada beberapa konstruk moral. Penelitian Mutmainah (2007) didukung oleh Communale (2006) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel gender dan pertimbangan etika individu. Pernyataan Communale tersebut bertolak belakang dengan penelitian Djaddang (2006) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan untuk orientasi etis antara auditor pria dan wanita. Hal ini dikarenakan gender memiliki pengaruh yang sangat kecil dalam etika. Penelitian Chan dan Leung (2006) pun juga menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara gender terhadap sensitivitas etis mahasiswa. Orientasi etis merupakan dasar pemikiran dalam menentukan sikap maupun arah secara tepat dan benar yang berhubungan dengan dilema etis (Salim, 1991 dalam Mutmainah, 2007). Gender tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis, baik ketika menilai tindakan yang dilakukan orang lain maupun ketika berhadapan sendiri dengan dilema etis. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam berorientasi etis, baik antara mahasiswa pria dan wanita maupun antara auditor pria dan wanita. Orientasi etis juga mendukung pendekatan struktural yang menyatakan bahwa setiap individu akan bereaksi sama terhadap permasalahan etis dan hal itu akan terlepas dari permasalahan perbedaan gender. Oleh karena itu, setiap auditor harus memiliki sikap berorientasi etis yang tinggi, orientasi etis masih dipengaruhi oleh sifat idealisme dan relativisme di dalam diri mereka masingmasing. Hal ini dikarenakan orientasi etis berkaitan dengan konsep diri dan sikap pribadi dalam memandang dan melakukan pertimbangan-pertimbangan moral etis (Salim, 1991 dalam Mutmainah, 2007). Jadi, tidak ada perbedaan orientasi etis, baik antara auditor pria dan wanita. Selain itu, nilai rata-rata responden pria untuk variabel profesionalisme juga menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan wanita, sehingga menyatakan bahwa responden pria lebih tinggi dalam bersikap profesional dibandingkan wanita. Hasil ini tidak dapat secara langsung mennyatakan bahwa terdapat perbedaan profesionalisme antara auditor pria dan wanita. Hasil uji T untuk variabel profesionalisme menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar dari taraf siginifikansi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan profesionalisme antara auditor pria dan wanita. Pria dan wanita dinilai memiliki peluang yang sama sebagai seorang auditor dengan tanggung jawab dan prestasi yang sama pula. Penolakan terhadap hipotesis ketiga tersebut bertentangan dengan penelitian Chung dan Monroe (2001) yang menunjukkan adanya perbedaan kompetensi dan independensi antara auditor pria dan auditor wanita yang dapat mempengaruhi tingkat profesionalisme auditor. Penelitian Ikhsan (2007) lebih mendukung hasil penelitian ini, dimana menyatakan bahwa tidak ada perbedaan tingkat professionalisme auditor pada KAP jika dilihat dari perbedaan gender. Alasan yang mendasari tidak adanya perbedaan auditor wanita dan pria pada tingkat profesional adalah keunggulan wanita yang terletak pada kesabaran, ketekunan, tepat dan akurat dalam perhitungan, sehingga membuatnya mampu untuk berkarir sebagai seorang akuntan publik. Penelitian Trisnaningsih (2004) pun memperkuat penelitian Ikhsan (2007), dimana Trisnaningsih menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja auditor dilihat dari perbedaan gender jika dilihat dari kesetaraan komitmen organisasional, komitmen profesional, motivasi dan kesempatan kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profesionalime auditor di KAP Surabaya. Profesionalisme merupakan suatu bentuk sikap yang memiliki komitmen jelas untuk melayani kepentingan publik dan menawarkan kepada klien segala pelayanan yang berhubungan dengan intelektualitas dan ilmu pengetahuan (Lee, 1995 dalam Ikhsan, 2007). Hal ini berarti berbagai sifat dan karakter masing masing auditor tidak mempengaruhi sikap profesional mereka dalam bekerja. Seorang auditor yang profesional ahli dalam menjalankan tugas, sesuai dengan standar profesi yang telah ditetapkan dan berhati-hati dalam melakukan profesinya. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional akan meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat menerapkan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi. Setiap auditor harus profesional dalam mengaudit laporan keuangan karena telah memahami standar profesi sebagai akuntan publik, sehingga mereka harus sadar dan mematuhi standar profesi tersebut. Selain itu, auditor juga harus menyadari bahwa profesi auditor merupakan pilihan yang tepat untuknya, sehingga mereka dapat melaksanakan pekerjaannya secara profesional (Utami, 2009). Sikap profesional akan membuat kinerja auditor dapat dipercaya oleh masyarakat. Jadi, tidak ada perbedaan antara auditor pria dan wanita untuk bersikap profesional dalam melakukan pekerjaannya. E. KESIMPULAN Simpulan Riset Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis ada tidaknya perbedaan gender terhadap perilaku etis, orientasi etis dan profesionalisme auditor KAP di Surabaya. Hasil pengujian hipotesis dan analisis yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan perilaku etis antara auditor pria dan wanita. Hal ini menunjukkan bahwa setiap auditor harus tetap memiliki perilaku etis yang sama dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kode etik akuntan publik. Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan orientasi etis antara auditor pria dan wanita. Hal ini dikarenakan gender tidak dapat mempengaruhi seorang auditor untuk sadar dalam menentukan sikap yang tepat jika menghadapi suatu dilema etis. Gender juga tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis, baik ketika menilai tindakan yang dilakukan orang lain maupun ketika berhadapan sendiri dengan dilema etis. Simpulan lain yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan profesionalisme antara auditor pria dan wanita. Simpulan ini menunjukkan bahwa 62

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. responden yang terdiri atas lima Kantor Akuntan Publik dan 4 Universitas Negeri dan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. responden yang terdiri atas lima Kantor Akuntan Publik dan 4 Universitas Negeri dan 64 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian Data pada penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang terdiri atas lima Kantor Akuntan Publik dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Penentuan Sampel Populasi merupakan keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat penelitian. 1. Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan yang dimulai dari November 2014 sampai dengan Januari 2015. Data yang digunakan hanya

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006:118) Objek penelitian adalah fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan Indriantoro, 2001). Akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan atau auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Auditing Seperti yang telah di jelaskan pada latar belakang masalah, Kode Etik Akuntan merupakan salah satu faktor penting dalam profesi akuntan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengadakan penelitian di beberapa KAP di wilayah Tangerang. Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian dalam penulisan ini adalah Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Ketaatan Kualitas Audit. Unit Penelitian yang penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2015 yang berada

BAB III METODE PENELITIAN. pada Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2015 yang berada 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Data Penelitian 3.1.1 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar pada Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di KAP berlokasi di Surakarta dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di KAP berlokasi di Surakarta dan 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di KAP berlokasi di Surakarta dan Yogyakarta dengan menggunakan responden seluruh auditor yang terdapat dalam KAP dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik diperlukan untuk dapat memberikan penilaian atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada auditor yang bekerja di KAP (Kantor Akuntan Publik) yang berada di wilayah Jakarta Barat. Lokasi ini dipilih karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan adanya kesamaan status gejala tersebut dengan membandingkannya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan adanya kesamaan status gejala tersebut dengan membandingkannya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipologi Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey, dimana penelitian ini akan mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar kompeten dan memelihara kepercayaan, integritas dan obyektivitas.

BAB I PENDAHULUAN. agar kompeten dan memelihara kepercayaan, integritas dan obyektivitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap profesi membutuhkan pengetahuan dan keahlian khusus, dan setiap professional diharapkan memiliki kualitas professional tertentu. Demikian pula halnya dengan

Lebih terperinci

PERSEPSI AUDITOR MENGENAI PENGARUH KEAHLIAN, KECERMATAN PROFESIONAL DAN KEPATUHAN PADA KODE ETIK TERHADAP TINGKAT KINERJA AUDITOR

PERSEPSI AUDITOR MENGENAI PENGARUH KEAHLIAN, KECERMATAN PROFESIONAL DAN KEPATUHAN PADA KODE ETIK TERHADAP TINGKAT KINERJA AUDITOR PERSEPSI AUDITOR MENGENAI PENGARUH KEAHLIAN, KECERMATAN PROFESIONAL DAN KEPATUHAN PADA KODE ETIK TERHADAP TINGKAT KINERJA AUDITOR Maretha No. Hp : 081298286068 Email : chen_thatha@yahoo.com (Maretha, Hidayatullah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk melakukan tindakan persaingan yang cukup tajam dalam dunia bisnis. Semua perusahaan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti ini dimana seluruh dunia, khususnya di Indonesia sedang diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alasan penentuan Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Malang sebagai objek

BAB III METODE PENELITIAN. Alasan penentuan Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Malang sebagai objek 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini yaitu auditor Kantor Akuntan Publik di Kota Malang yang terdaftar di Directory Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2015. Alasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Data BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data 4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit atau pemeriksaan terhadap pemerintah daerah. Inspektorat dapat menjadi ujung tombak untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya profesi auditor di Indonesia menuntut auditor untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas tinggi. Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas, BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Auditor eksternal adalah seorang profesional auditor yang melakukan audit pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sifat penelitian

BAB III METODA PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sifat penelitian BAB III METODA PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sifat penelitian pengujian hipotesis, karena pengujian hipotesis biasanya menjelaskan sifat hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, penelitian melakukan penelitian terhadap pegawai inspektorat provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian akan dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dalam penelitian. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dalam penelitian. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah pengaruh 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang mendasari pemilihan, pengolahan dan penafsiran semua data dan keterangan yang berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi akuntan. Sorotan yang diberikan kepada profesi ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan dan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Untuk memperoleh hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian diperlukan suatu metode penelitian yang benar-benar sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009. 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fungsi audit sangat penting untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam suatu organisasi. Hasil audit akan memberikan umpan balik bagi semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN yang memiliki pola mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan cara membentuk sistem perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, persaingan menjadi semakin ketat dan hanya mereka yang siap dan mempunyai bekal serta sikap profesionalisme yang memadai saja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai kinerja auditor yang dapat dijadikan sebagai referensi peneliti dalam melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. gejala atau peristiwa tertentu. Peristiwa atau kejadian yang diteliti adalah suatu

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. gejala atau peristiwa tertentu. Peristiwa atau kejadian yang diteliti adalah suatu 46 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2006). Penelitian juga dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab dalam mempersiapkan pelaporan informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab dalam mempersiapkan pelaporan informasi keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peran auditor dalam penyajian informasi keuangan sangatlah besar. Auditor merupakan orang yang ada di belakang informasi keuangan yang disajikan oleh sebuah

Lebih terperinci

KUESIONER PENGARUH PERSEPSI ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN

KUESIONER PENGARUH PERSEPSI ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN KUESIONER PENGARUH PERSEPSI ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN Identitas Responden Nama : ( boleh tidak diisi ) Umur : tahun Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan Lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh para pengelola perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi mengenai sensitivitas moral, pertimbangan moral, dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 48 BAB IV ANALISIS DATA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor pada KAP di Yogyakarta. Sesuai dengan permasalahan dan perumusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beberapa kasus keuangan yang terjadi di perusahaan besar baik di dalam maupun diluar negeri manjadikan kualitas audit untuk tetap diperhatikan. Kasus Enron

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Dalam bab IV disajikan analisis terhadap data yang diperoleh selama penelitian. Data yang terkumpul merupakan data primer, yaitu

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. hubungan kausal antara variabel independen sikap skeptisisme profesional

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. hubungan kausal antara variabel independen sikap skeptisisme profesional BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis untuk menjelaskan sifat hubungan kausal antara variabel independen sikap skeptisisme profesional auditor, informasi afektif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Literatur 2.1.1 Etika Auditor Munawir (1995), mengemukakan etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya seseorang sehingga apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjuangan kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan sosial antara pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan keadaan ekonomi saat ini mengacu pada globalisasi, yang berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara di dunia. Pengaruh

Lebih terperinci

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: Legal Framework Akuntan > Prinsip Etika Akuntan KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA Pemberlakuan dan Komposisi Pendahuluan Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit-making) agar

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit-making) agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ekonomi suatu negara memacu perkembangan bisnis dan mendorong munculnya pelaku bisnis baru, sehingga menimbulkan persaingan yang cukup tajam di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang ada saat ini melibatkan profesi akuntan. Sorotan yang diberikan kepada profesi ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah sebanyak 30 responden, yaitu auditor yang bekerja pada tujuh kantor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Moral Kognitif Teori perkembangan moral (moral development), pada awalnya dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of a Child

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran auditor telah menjadi pusat kajian dan riset di kalangan akademisi. Tidak hanya itu, praktisi juga semakin kritis dengan selalu menganalisa kontribusi apa yang

Lebih terperinci

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah profesionalisme auditor internal dan

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah profesionalisme auditor internal dan 43 BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah profesionalisme auditor internal dan pencegahan kecurangan. Penelitian dilakukan di PT. Bank Jabar Banten. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai kinerja organisasi diharuskan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konflik merupakan proses yang dimulai saat salah satu pihak merasa dikecewakan oleh pihak lain. Auditor yang memiliki profesi sebagai penyedia jasa pemeriksa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir sangat berarti bagi profesi akuntan khususnya para auditor. Munculnya beberapa kasus mengenai profesi auditor di awal abad ini mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamat di Jl. Petojo VIJ IV No. 28 Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamat di Jl. Petojo VIJ IV No. 28 Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT. Dinamika Berkah Solusindo yang beralamat di Jl. Petojo VIJ IV No. 28 Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan

Lebih terperinci

C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT Bank Sahabat Sampoerna Cabang Puri yang beralamat di Jalan Puri Indah Raya Blok A/15, Kembangan, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi perkembangan dunia usaha yang sangat pesat para pelaku bisnis dituntut untuk lebih transparan dalam mengolah laporan keuangan usahanya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat yang ikut dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat yang ikut dalam 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat yang ikut dalam tugas pemeriksaan pada Inspektorat di kabupaten/kota yang mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan di KAP yang berdomisili di wilayah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan di KAP yang berdomisili di wilayah BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan di KAP yang berdomisili di wilayah Jakarta Barat dan terdaftar di Direktorat Kantor Akuntan Publik yang diterbitkan

Lebih terperinci

Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 2 Juli 2013, Hal JURNAL AKUNTANSI INDONESIA

Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 2 Juli 2013, Hal JURNAL AKUNTANSI INDONESIA Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 2 Juli 2013, Hal. 147-156 JURNAL AKUNTANSI INDONESIA TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN Abstraksi Tujuan penelitian untuk mengetahui persepsi akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan diantara para pelaku bisnis. Berbagai usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan diantara para pelaku bisnis. Berbagai usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat sekarang ini dapat memicu persaingan diantara para pelaku bisnis. Berbagai usaha untuk meningkatkan pendapatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan harus memiliki integritas, independen dan bebas dari semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan profesionalisme harus selalu

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik berafiliasi internasional. Para auditor yang bekerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KAP yang terdapat di Daerah

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KAP yang terdapat di Daerah 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Responden Data responden dalam penelitian ini mengunakan mahasiswa di universitas negeri dan swasta yang memiliki program studi akuntansi dan manajemen berakreditasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat dikumpulkan serta dianalisis untuk mencapai solusi.penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat dikumpulkan serta dianalisis untuk mencapai solusi.penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Sekaran (2013) menyatakan bahwadesain penelitian meliputi serangkaian pilihan pengambilan keputusan rasional, sehingga data yang diperlukan peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inspektorat tingkat kota/kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. inspektorat tingkat kota/kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah auditor pemerintah yang bekerja pada inspektorat tingkat kota/kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis menimbulkan persaingan yang cukup tajam. Oleh sebab itu, para pelaku bisnis dituntut untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian aaaaaaapenelitian ini dilakukan pada Wajib Pajak kendaraan bermotor di kantor SAMSAT Kota Magelang. Populasi menurut Sugiyono (2013) merupakan obyek/subyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya usaha-usaha dalam berbagai bidang menimbulkan persaingan yang cukup ketat. Manajemen perusahaan bersaing merebut perhatian para investor agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah auditor BPK. Sampel pada peneliti adalah auditor BPK pusat yang bertempat di DKI Jakarta. Data yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama dalam Era Globalisasi saat ini, membuat persaingan para pebisnis akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah pelaksanaan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah pelaksanaan audit internal dan penerapan Good Corporate Governance (GCG). Studi empiris pada BUMN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bisnis dan perekonomian di negara Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan tersebut sejalan dengan perkembangan profesi akuntan publik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini adalah auditor-auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik (KAP) Big Four (PricewaterhouseCoopers,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terletak di Jakarta. Responden yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Subyek penelitian menerangkan target populasi penelitian dan atau sampel penelitian yang relevan denga tujuan penelitian. Sedangkan obyek penelitian

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Perception profession, ethical awareness, auditor independence, and commitment to the profession

ABSTRACT. Keywords: Perception profession, ethical awareness, auditor independence, and commitment to the profession PENGARUH PERSEPSI PROFESI, KESADARAN ETIS, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK (Survei pada Auditor di Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta) Anik Susilowati 1)

Lebih terperinci

Kategori Frekuensi Prosentase. Jenis kelamin Wanita 12 33,3 Jumlah % , ,6 Usia

Kategori Frekuensi Prosentase. Jenis kelamin Wanita 12 33,3 Jumlah % , ,6 Usia HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN 4.1. Deskripsi Responden Kuesioner dalam penelitian ini dibagikan kepada 36 auditor Inspecção Geral do Estado, República Democrátika de Timor Leste (RDTL). Tahapan dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI v. ABSTRAK i KATA PENGANTAR. ii. DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN xiv

DAFTAR ISI v. ABSTRAK i KATA PENGANTAR. ii. DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR ISI ABSTRAK i KATA PENGANTAR. ii DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN xiv BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Penelitian. 1 2 Identifikasi Masalah.. 3 3 Maksud dan Tujuan Penelitian.. 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Profesi akuntan publik diperlukan untuk dapat memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Praktek-praktek dalam dunia bisnis seringkali dianggap sudah menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia bisnis merupakan dunia

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 22 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang menitikberatkan

Lebih terperinci

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini: METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada auditor internal IGE Timor Leste, alasannya bahwa IGE merupakan satu-satunya internal auditor pemerintah di Timor Leste. Desain Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2012. 2. Lokasi Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengadakan penelitian

Lebih terperinci

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang)

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang) Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang) Ponny Harsanti, Aprilia Whetyningtyas 1 Diterima : 6 Sepember

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: mahasiswa akuntansi, mahasiswi akuntansi, profesi akuntan

ABSTRAK. Kata kunci: mahasiswa akuntansi, mahasiswi akuntansi, profesi akuntan PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA MAHASISWA DENGAN MAHASISWI AKUNTANSI TERHADAP PROFESI AKUNTAN (Studi Kasus di Universitas Sebelas Maret (UNS) dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Perusahaan akan saling berkompetisi dalam persaingan usaha yang semakin meningkat ini agar terlihat baik di depan pihak eksternal termasuk juga pesaingnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Profesionalisme Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

BAB III METODE PENELITIAN. orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek atau Subyek Penelitian Obyek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Dalam bab IV disajikan analisis terhadap data yang diperoleh selama penelitian. Data yang terkumpul merupakan data primer, yaitu

Lebih terperinci