PERANAN DIOXIN DAN ZAT SEPERTI DIOXIN DALAM PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS. Ichnandy AR, Andon H
|
|
- Veronika Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERANAN DIOXIN DAN ZAT SEPERTI DIOXIN DALAM PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS Ichnandy AR, Andon H Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia I. PENDAHULUAN Endometriosis adalah suatu kelainan ginekologik yang ditandai dengan pertumbuhan ektopik kelenjar dan stroma endometrium di luar kavum uteri.(1) Penyakit kelainan ginekologik ini merupakan masalah kesehatan utama yang dialami oleh + 89 juta wanita usia reproduktif diseluruh dunia.(2) Endometriosis juga ditemukan pada 97 % wanita dengan keluhan nyeri panggul dan pada % wanita dengan infertilitas.(3) Sejumlah gejala, seperti dispareunia, dismenorhea, dan nyeri pelvik kronik, sering berhubungan dengan endometriosis, di samping menurunkan fungsi fertilitas.(3-5) Penyebab utama timbulnya endometriosis belum diketahui secara pasti. Adapun teori-teori yang ada antara lain secara umum ialah teori : regurgitasi dan implantasi darah haid, metaplasia Coelomic, metastasis limfatik dan vaskuler, teori invaginasi, teori perluasan secara langsung dan teori embrional. Secara garis besar dikatakan bahwa penyebab endometriosis terdiri dari beberapa kelompok penyebab yaitu : kelompok imunologi, kelompok endokrinologi, kelompok genetik serta kelompok lingkungan dan penyebab lain yang belum dapat diketahui.(6) Makin meningkatnya polusi kota-kota besar dan menjalar juga ke daerah-daerah di rural(7, 8) dengan meningkatnya jumlah kendaraan dan indusri di satu pihak dan pada kenyataan adanya peningkatan wanita 1
2 dengan endometriosis di kota-kota besar sudah selayaknya hal ini harus diteliti dan diketahui dengan benar. Bukti-bukti terbaru yang ada menunjukkan bahwa environmental agent mempunyai peran penting dalam peningkatan insidens endometriosis saat ini.(9, 10) Sebagai contoh adalah peningkatan insidens endometriosis pada wanita seiring dengan terdeteksinya kadar dioxin serum di Negara industri seperti Belgia dan Itali.(11, 12) Hal ini memunculkan hipotesis dimana paparan terhadap polutan dari lingkungan berperan pada patofisiologi dari endometriosis, terbuki pada daerah industri dengan tingkat polutan halogenated hidrocarbon (HAH) yang merupakan produk sisa dari chlorinated phenols, yang lebih tinggi dan tingkat antisipasi pencemarannya rendah didapatkan kejadian endometriosis yang lebih tinggi pada wanita yang hidup disana.(9) Dioxin atau juga disebut 2,3,7,8 tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD) merupakan produk sisa maupun sisa pembakaran dari suatu industri.(13, 14) Dioxin tidak dapat didedgradasi karena sifatnya yang lipophilik, sehingga terjadi akumulasi dalam rantai makanan.(15) Secara prototipe dioxin merupakan endocrine disruptor yang menekan setiap sistem hormon yang ada dalam badan.(9) Adanya penekanan dioxin terhadap sistem hormone sex ini juga mempengaruhi seluruh hormon steroid seperti : estrogen, androgen, thyroid serta glukocorticoid. Dari penelitian yang ada menunjukkan bahwa dioxin melalui mekanisme tertentu mempengaruhi kadar reseptor progesteron ß serta mempengaruhi ekspresi matriks metaloproteinase (MMP) dan P450 aromatase yang menyebabkan timbulnya endometriosis.(3, 16, 17) Dalam tulisan ini akan dijelaskan mengenai dioxin dan kaitan dioxin dengan patogenesis endometriosis. 2
3 II. ENDOMETRIOSIS A. Definisi : Endometriosis adalah penyakit ditandai dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan kelenjar dan stroma endometirum ektopik diluar rongga uterus, termasuk pertumbuhan di otot uterus.(1, 5, 18) Tempat umum untuk mendapatkan deposit endometrium terutama di rongga peritoneum namun terkadang dapat juga ditemukan pada rongga pleura, hati, ginjal, otot gluteal, kandung kencing bahkan pernah didapatkan pada laki-laki yang masih dalam penelitian lebih lanjut.(5) B. Tanda dan Gejala : Gejala utama dari wanita dengan endometriosis adalah nyeri panggul. Nyeri ini biasanya timbul sesaat sebelum menstruasi dan berlangsung selama selama siklus menstruasi dan diikuti oleh dismenore, diparuni, disuria, dan dischezia dan dapat menjalar ke arah punggung dan paha.(5). Nyeri yang timbul dapat menyeluruh maupun terlokalisir hal ini sesuai dengan lokasi endometriosis, namun nyeri yang ada tidak berbanding lurus dengan dengan derajat keparahan endometriosis dan begitu juga sebaliknya.(2, 5) Secara restropektif diketahui bahwa endometriosis dijumpai pada sekitar 20-40% wanita dengan masalah infertlitas sedangkan pada wanita tanpa masalah infertilitas, endometriosis hanya dijumpai sekitar 0,5-5%.(1) C. Etiologi dan patogenesis : Sampai saat ini banyak teori-teori mengenai etiologi endometriosis. Namun tidak ada satu teori yang ada yang dapat menerangkan secara pasti mengapa jaringan endometrium dapat berada diluar kavum uteri.(3) Adapun beberapa teori yang ada antara lain : 3
4 1. Teori regurgitasi dan implantasi haid, Sampson, pada tahun 1927 mengatakan bahwa darah haid dapat keluar dari kavum uteri melalui tuba fallopii ke rongga peritoneum dan berimplantasi pada ruang peritoneum. Pada wanita dengan polimenorea dan pada wanita yang darah haidnya tidak dapat keluar melalui vagina, angka kejadian endometriosis relatif tinggi.(6) Meskipun teori ini merupakan teori yang paling banyak dianut para dokter(1, 2, 16) namun tetap tidak dapat menerangkan kejadian endometriosis diluar pelvis.(3) 2. Teori metaplasia coelomic, dikemukakan oleh Iwanoff dan Meyer menerangkan bahwa lesi endometriosis terbentuk akibat metaplasi sel-sel coelomic yang berasal dari saluran Muller.(3) Teori ini berdasarkan penelitian embryologi. Saluran Muller, epitel permukaan ovarium dan peritoneum berasal dari epitel coelomic, yang dengan stimulus tertentu, sel peritoneum akan memiliki penampakan anatomis seperti sel endometrium. 3. Teori induksi dimana teori ini menerangkan mengenai adanya faktor biokimia endogen (induc er) yang dapat mengaktifasi sel peritonium undiferensiasi untuk berkembang menjadi sel endometrium. Darah haid memproduksi substansi spesifik yang dapat menginduksi jaringan endometrium menjadi jaringan endometriosis.(5) 4. Teori invasi menerangkan bawha endometriosis berasal dari invasi langsung oleh endometrium ektopik melewati otot uterus.(5) Dimana nanti akan terjadi pemecahan dari matriks ekstraselular yang mengandung kolagen, proeglikan dan glikoprotein termasuk fibronektin dan laminin.(6) Dimana pemecahan dari ekstraselular matriks ini akan diatur oleh matriks metaloproteinase (MMP).(6) 5. Teori metastasis limpatik dan vaskular, dikemukakan oleh Halban dan Sampson, menerangkan bahwa penyebaran sel endometrium 4
5 melalui emboli sel endometrium kedalam saluran limfe dan pembuluh darah.(5) Emboli dapat terjadi karena terbukanya pembuluh limfe atau pembuluh darah. Mungkin pula terjadi melalui pembuluh darah uterus saat kuretase. Teori ini didukung oleh penemuan jaringan endometrium pada 6,5% dari 153 pasien yang mengalam limfadenektomi pelvis, dan 29% dari persentase tersebut menunjukkan adanya jaringan endometrium di kelenjar limfe. 6. Teori gabungan, dikemukakan oleh Javert mengemukakan bahwa endometriosis timbul dengan beberapa mekanisme : Penyebaran langsung ke miometrium dan organ lain yang berdekatan ( kandung kemih, usus ) Keluarnya sel endometrium melalui tuba fallopii Implantasi sel-sel endometrium di peritoneum dan organ yang berdekatan Metastasis limpatik Metastase hematogen 7. Pengaruh lingkungan terhadap endometriosis.(6, 8, 16, 19) Teori ini masih baru, dan sebagian besar baru terbukti pada binatang terutama pada primata dan tikus. Dikatakan bahwa dioxin dan zat seperti dioxin dapat mempengaruhi patofisologi dari endometriosis dalam berbagai level : Merubah ekspresi dari sitokin dan growth factors(8) Mempengaruhi ekspresi enzim remodeling : matriks metaloproteinase (MMP) dan tissue inhibitors of matrix metalloproteinase (TIMPs)(8, 16) Mempengaruhi ekspresi dan aktivitas isoenzim xenobiotik yaitu sitokrom P-450(8, 16) 5
6 D. Penegakan Diagnosis Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan nyeri pelvik siklik atau dismenorea, khas untuk endometriosis %(3) bahkan mencapai 97%.(2) Nyeri haid ini muncul beberapa hari menjelang haid, dan mencapai puncaknya saat haid dan menghilang setelah berhenti haid. Pasien tidak dapat melakukan kegiatannya sehari-hari dan memerlukan pengobatan untuk menghilangkan rasa nyeri. Namun juga terdapat endometriosis yang tidak disertai nyeri, dimana diagnosis pasti pada pasien seperti ini baru dapat ditegakkan setelah adanya intervensi operatif.(2) Jika pada anamnesis didapatkan adanya keluhan nyeri perut yang berhubungan dengan haid atau keluhan infertilitas, perlu dicurigai kemungkinan adanya endometriosis. Pada 50 % pasutri yang mengalami infertilitas ditemukan endometriosis. Pada 15 % wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan adanya endometriosis. Pada pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan ginekologi, adanya endometriosis dapat dikenali dengan perabaan parametrium yang kaku atau teraba nodul-nodul sepanjang ligamentum sakrouterina. Uterus mungkin terfiksasi dengan mobilitas yang sangat terbatas akibat perlekatan. Ovarium mungkin membesar kistik dan menimbulkan nyeri pada saat pemeriksaan.(1) Dan dapat dilihat dinding vagina dan porsio dapat ditemukan lesi yang mudah berdarah. Pada pemeriksaan colok dubur kadang teraba adanya nodul-nodul di daerah kavum Douglasi. Dengan USG dan CT-scan terlihat adanya masa kistik di satu atau kedua ovarium yang mengarah ke kista coklat, atau terlihat adanya bercak-bercak endometriosis dalam miometrium. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga merupakan salah satu tehnik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis endometriosis dengan ketepatan yang cukup baik.. Pada kecurigaan adanya endometriosis pelvik, laparoskopi merupakan pemeriksaan yang utama dan pasti, merupakan baku emas 6
7 dalam menegakkan diagnosis endometriosis pelvik. Pada saat laparoskopi perlu dilihat benar-benar warna dari lesi/nodul-nodul endometriosis dan bila memungkinkan sebaiknya dilakukan biopsi pada lesi tersebut. Lesi endometriosis yang klasik tampak berwarna hitam kebiruan (the blue black / Powder burn Lession). Namun saat ini seringkali dijumpai warna-warna lain yang kurang mencolok seperti merah (red, red-pink dan merah bening), putih (white, yellow burn). Sehingga lesi endometrium hitam kebiruan hanya ditemukan bila lesi telah berada pada stadium akhir dari endometriosis, sesuai dengan the American Society for Reproductive Medicine revised edition (ASRM revised).(1, 2) Penilaian warna berguna untuk membedakan lesi yang aktif dan tidak aktif, sedangkan biopsi diperlukan untuk pemeriksaan histopatologi untuk melihat apakah lesi tersebut banyak mengandung komponen kelenjar atau stroma.warna merah, coklat yang berbentuk polip, vesikel atau berbentuk hemoragik umumnya merupakan lesi aktif sedangkan warna putih, kuning, abu-abu merupakan lesi non aktif. Gambaran patologi yang patognomonid ini sayangnya hanya ditemukan pada kirakira 70% kasus dengan gejala klinis yang khas.(1) Ca-125 ditemukan tinggi kadarnya pada penderita endometriosis, dan mulai banyak digunakan sebagai marker untuk endometrisis. Meskipun sensitifitasnya untuk penapisan endometrisis preoperatif rendah, namun Ca-125 ini dapat digunakan untuk pengawasan progresifitas maupun kekambuhan selama pengobatan. Namun tetap perlu diingat bahwa ditemukannya kadar Ca-125 yang normal tidak memastikan tidak adanya endometriosis tetapi juga tidak menjamin adanya endometriosis.(2, 20) Beberapa penulis menyimpulkan bahwa marker ini mempunyai hubungan dengan lesi yang akif dan juga meningkatkan rangsangan peritoneum. Ditemukannya kadar yang tinggi biasanya telah menunjukkan penyakit yang lanjut. Diketahui juga bahwa 7
8 IL-6, IL -8 serta protein plasenta 14 (PP!4) dapat digunakan sebagai marker endomteriosis namun hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.(2, 20) II. 5. Klasifikasi endometriosis : Dewasa ini klasifikasi endometriosis yang paling banyak dipakai saat ini adalah revisi terbaru yang dibuat oleh (ASRM). (1, 3, 5). Berdasarkan visualisasi rongga pelvik dan volume 3 dimensi dari endometriosis, dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium serta kuldesak dan densitas dari perlekatan.(1, 5) Dengan sistem ini didapatkan nilai-nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal, 5-15 adalah ringan, adalah sedang dan diatas 40 adalah berat. Perlu juga diingat bahwa sistem klasifikasi ini dibuat untuk memprediksi keluaran fertilitas dan tidak berhubungan langsung dengan gejala dan derajat keparahan nyeri pelvik.(1, 5) III. DIOXIN A. Sumber dan efek dioxin terhadap lingkungan : Dioxin adalah produk sisa industri maupun sisa proses pembakaran barang ataupun zat yang mengandung klorin / organoklorin.(9, 10). Klorin adalah substansi natural yang sering digunakan dalam menghasilkan produk kegunaan sehari-hari yang mempunyai efek sangat berbahaya bagi lingkungan seperti penipisan lapisan ozon, efek rum ah kaca, hujan asam dsb.(10) Adapun barangbarang yang mengandung klorin antara lain: pelarut, pestisida, plastik, 8
9 desinfektan dan dalam bentuk produk karton maupun kertas serta dari hasil pembakaran mobil dengan bensin bertimbal.(10) Selain itu klorin dapat ditemukan sebagai sisa pembakaran sampah seperti plastik maupun kayu, sisa pembakaran tersebut berupa debu dan butiran-butiran halus menyebar secara efisien melalui udara. Dioxin yang ada diudara tersebut kembali ke tanah mencakup area yang jauh lebih luas dari lokasi pembakaran dimana banyak binatang seperti sapi yang memakan rumput yang telah terkontam inasi dari dioxin tsb.(10) Dioxin itu kemudian tersimpan dalam lemak sapi dan sebagian ke lemak susu sapi dari bagian berlemak dari daging sapi. Dan karena dia tidak akan termetabolisir oleh sapi, sehingga sapi berfungsi sebagai penyimpan dioxin.(8, 10) Begitu pula dengan ikan, dia akan memakan dioxin yang ada dilaut yang jatuh dari udara dan sebagian juga berasal dari limbah industri (10) yang kemudian tersimpan dalam lemak ikan. Begitu seterusnya melalui rantai makanan, akhirnya dioxin terdeposit dalam tubuh manusia.(9, 10, 17) Sebagai ilustrasi dari proses diatas dapat dilihat pada gambar 1 : 9
10 Gb1. ilustrasi gambaran pencemaran dioxin (10) Panah biru menunjukkan sumber asal dioxin dan deposit dioxin pada rantai makanan. Panah hijau menunjukkan alur proses dioxin dari sumber berupa polutan, maupun sisa makanan dan jatuh terdeposit ketanah, air hingga tersimpan dalam tanaman dan bintang yang merupakan rantai makanan manusia. B. Definisi : Yang dimaksud dioxin adalah 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p dioxin (TCDD). TCDD merupakan prototipe dari polyhalogenated aromatic hydrocarbons (PHAHs), yang merupakan keluarga zat kimia yang mempunyai mekanisme aksi yang sama dan spektrum efek yang sama disebut juga zat seperti dioxin. (7-10, 17, 21) Yang termasuk keluarga PHAHs adalah : polychlorinated dibenzo-p-dioxins (PCCDs), polychlorinated dibenzofurans (PCDFs) dan polychlorinated biphenyls (PCBs).(7-10, 21) Toksisitas dari setiap zat dan zat seperti dioxin ini dapat dihitung dengan menggunakan metoda Toxic equivalency factor 10
11 (TEF) dimana setiap zat zat seperti dioxin mempunyai faktor potensi tingkat keracunannya dibandingkan dengan TCDD.(7, 8, 17) Sedangkan TEQ (total Toxic equivalency) adalah hasil penjumlahan toksisitas TCDD dan zat seperti dioxin yang telah dikalikan oleh TEF masing-masing sebelumnya menunjukkan total tingkat keracunan dioxin.(7, 8, 17) Kebanyakan negara industri mempunyai kadar dioxin yang sama dalam tubuh untuk populasi umum. Kadar dioxin dalam badan dipengaruhi dari masukan makanan sehari-hari. Satuan penghitungannya adalah part per trillion (ppt), dimana rata-rata negara industri dengan paparan PHAHs mencapai kadar TCDD serum 1-5 ppt dengan endapan diseluruh tubuh mencapai 25 ppt TCDD TEQ (TCDD equivalency).(8, 10) Fakta menunjukkan bahwa kerja dari TCDD dan zat seperti dioxin dimediasi oleh reseptor aryl hydrocarbon (AhR)(8, 21). Dioxin resisten terhadap degradasi karena sifatnya yang lipofilik, bioakumulasi dan biomagnifikasi.(8) Berbagai penelitian dari seluruh dunia telah menunjukkan seberapa jauh paparan dioxin terhadap manusia yang menimbulkan masalah kesehatan. Penelitian Koninckx tahun 1994 mencatat bahwa kadar dioxin di Belgia merupakan salah satu yang tertinggi di dunia dan hal juga didukung dengan angka kejadian endometriosis yang tinggi dibandingkan negara lainnya.(9, 12, 17, 22) Mayani pada tahun 1997 menemukan hubungan positif antara endometriosis dengan paparan dioxin. (9, 22) Dengan OR sebesar 7,6 dengan CI sebesar 95 %, namun tidak dapat ditegakkan bahwa paparan dioxin berpengaruh tunggal dalam timbulnya endometriosis.(22) Dalam penelitian terakhir tahun 2001 oleh Pauwels hubungan antara endometriosis dievaluasi menggunakan CALUX assay untuk menentukan kadar aktivitas dioxin dalam serum.(9, 21) Serum diambil dari 42 wanita dengan endometriosis dan dibandingkan dengan serum 29 wantia tanpa endometriosis. Namun seperti pada penelitan-penelitian terdahulu 11
12 secara statistik tidak terbukti hubungan endometriosis dengan kadar aktivitas dioxin serum. Tetapi hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut mengingat penelitian-penelitian sebelumnya merupakan pilot project dan untuk penelitian kedepannya minimal diperlukan 100 sampel dalam setiap grupnya.(9, 21) C. Tindakan pencegahan : Paparan terhadap zat kimia ini sudah menjadi perhatian dunia dan telah menjadi pembicaraan pada pertemuan antar negara. Di Jepang misalnya, Yoshida dkk pada tahun 2000 melaporkan bahwa proteksi terhadap perkembangan endometriosis tidak dapat dipastikan dengan regulasi yang ada, mengingat paparan terhadap dioxin akan ada terhadap suatu masyarakat di geografis tertentu.(8) Adapun prinsip pencegahan keracunan dioxin adalah dengan mengurangi paparan terhadap dioxin. Dan untuk itu yang paling utama adalah merubah pola makan dan gaya hidup.(10) Adapun yang dimaksud merubah pola makan mengingat dioxin itu lipofilik dan melakukan bioakumulasi dalam lemak sudah seharusnya kita mengurangi makanan yang mengandung lemak seperti daging, susu fulkrim, keju dan ikan yang telah diketahui sebelumnya dari daerah yang tercemar dan meningkatkan konsumsi makanan organik seperti buah dan sayuran.(10) Selain itu juga dapat mengurangi pembakaran sampah terutama plastik, kayu maupun bahan-bahan yang mengandung klorin. Dan juga dengan memulai memakai bahan bakar bebas timbal dalam penggunaan kendaraan sehari-harinya. 12
13 IV. HUBUNGAN DIOXIN DENGAN ENDOMETRIOSIS A. Pada primata Laporan pertama adanya hubungan antara paparan kronik TCDD dengan endometriosis pada monyet resus berdasarkan penelitian Rier dkk tahun 1993.(8, 23). Pada penelitian ini diketahui pada binatang yang mendapat TCDD terdapat pertumbuhan endometriosis, yang secara signifikan peningkatan angka kejadian dan keparahannya bergantung pada dosis (dose-dependent).(8, 19) Pada penelitian yang lebih baru, Yang dkk pada tahun 2000, secara operatif melakukan induksi endometriosis pada monyet cynomolgus, dan didapatkan hasil bahwa terdapat survival rate implan endometriosis yang lebih tinggi pada monyet dengan paparan 25 ppt TCDD/hari. Dari penelitian tsb disimpulkan bahwa TCDD memfasilitasi survival dari implan endometrium dan juga mempunyai efek terhadap pertumbuhan implan tsb, namun paparan ini tidak akan berpengaruh sebelum terpapar selama satu tahun penuh. Perkembangan terakhir dari penelitian Rier dkk tahun 2001, mengatakan hasil pemeriksaan darah terakhir dari monyet-monyet percobaan dulu menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi TCDD serum dan 19 zat zat seperti dioxin serta konsentrasi dalam lemak. Hal ini menunjukkan adanya keterlibatan dari endapan seluruh tubuh dari dioxin dan PCB terhadap etiologi endometriosis dari monyet rhesus.(8) B. Perspektif model endometriosis pada binatang Endometriosis terjadi secara eksklusif pada spesies yang menstruasi termasuk manusia dan primata dan dapat terjadi secara spontan pada monyet resus yang mirip dengan karakteristik endometriosis pada manusia.(8, 23) 13
14 Induksi endometriosis per operatif telah dilakukan pada tikus untuk menyelidiki pengaruh dari polutan lingkungan terhadap perkembangan implan endometrium, survival rate dan mekanisme bekerja polutan tersebut. Meskipun tikus tidak mengalami proses menstruasi, tetapi tikus mengalami proses reorganisasi dari epitel endometrium dan meskipun kadar estradiol darah tikus lebih rendah daripada manusia namun dengan biaya penelitian yang lebih efisien dan onset yang lebih cepat tikus merupakan salah satu binatang percobaan yang baik untuk dilakukan penelitian.(8) Namun tidak begiu halnya dengan mencit, mereka mempunyai aktivitas sel NK yang tinggi sehingga terjadi regresi spontan dari implan yang ditanam. Untuk itu diketahui bahwa model binatang yang tepat adalah tikus imunocompromised yang membawa sel endometrium ektopik dan eutopik manusia akan lebih menggambarkan keadaan endometriosis yang sebenarnya. C. Penelitian pada manusia Penelitian pada manusia diawali oleh penelitian Koninck dkk pada tahun 1994 yang mencoba menghubungkan antara dioxin dan endometriosis dengan memperhatikan tingginya prevalensi endometriosis pada wanita Belgia infertil serta tingginya konsentrasi dioxin dalam air susu ibu.(8, 9, 11, 17) Dan kemudian penelitian dari Israel oleh Mayani dkk pada tahun 1997 yang melaporkan bahwa terdeteksinya konsentrasi TCDD serum pada wanita infertil dengan endometriosis dibandingkan dengan wanita infertil tanpa endometriosis.(9, 17, 22) Pauwels dkk pada tahun 2001 menemukan peningkatan tidak bermakna risiko endometriosis berhubungan dengan peningkaan kadar total dari TEQ dengan menggunakan AhR-dependent bioassay system. Namun penelitian-penelitian ini jumlah sampelnya masih terlalu kecil untuk mendeteksi perbedaan kadar dioxin darah antara wanita dengan 14
15 atau yang tanpa endometriosis.(21) Dan juga data-data yang ada saat ini tidak mendukung dan juga tidak menyangkal hipotesis bahwa dioxin di lingkungan mempunyai peran penting dalam patofisiologi endometriosis.(8) D. Mekanisme kerja dioxin pada patogenesis endometriosis Protein AhR terdeteksi dalam uterus manusia dan endometrium ektopik, dan mrna dari AhRdan ARNT secara konstitutif terus diekspresikan pada jaringan dari wanita dengan ataupun tanpa endometriosis. Paparan TCDD mengakibatkan peningkatan ekspresi dari mrna AhR dan mrna dari gen P-450 yang responsif terhadap dioxin.(8, 15, 24) Adapun mekanisme kerja dioxin dalam tubuh dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 15
16 Gb 2. Mekanime molekuler dari dioxin (15) Pengikatan ligan dioxin kepada reseptor aryl-hidrokarbon (AhR) menyebabkan pelepasan Hsp90 dan translokasi nukleus berubah menjadi reseptor aryl-hidrokarbon nukleus translokator yang akan mengikat kepada zat elemen responsif dioxin (DRE) yang akan mengaktifkan beberapa gen lainnya. TCDD dan zat seperti dioxin PHAHs mempunyai pengaruh dalam patogenesis endometriosis melalui berbagai rute : 1. aktivasi dari pro-karsinogen 2. perubahan sintesis dan metabolisme estradiol 3. perubahan produksi proinflammatory growth factors atau cytokines 4. Mis-ekspresi dari enzim remodeling Hal ini dapat terlihat dari gambar dibawah ini : 16
17 Dioxin dan zat seperti dioxin Sitokin dan faktor pertumbuhan(il-1, IL-6, TNFa, INF-?,, TFGßs Penurunan reseptor progesteron B dibandingkan terhadap reseptor progesteron A Enzim xenobiotik : Isoenzim P450 aromatase Peningkatan Enzim Remodeling MMP dan TIMPs COX 2 dan PGE 2 Peningkatan enzim Steroid : P450 aromatase IL-6, IL-8, VEGF, MCP 1 ESTRONE INFLAMASI Peningkatan level estrogen lesi Aktivasi prokarsinogen Gb 3. Pengaruh dioxin dan zat seperti dioxin dalam patofisiologi endometriosis.(8) Dioxin dan zat seperti dioxin mempunyai pengaruh dalam berbagai level. Dapat mempengaruhi ekspresi dari sitokin dan faktor pertumbuhan, enzim remodeling dan isoenzim xenobiotik. Disregulasi sitokin dan faktor pertumbuhan berkaitan dengan perubahan level Cyclooxygenase-2 dan prostaglandin E 2 yang meningkatkan aktivitas dan ekspresi P450 aromatase yang akan meningkatkan viabilitas sel, proliferasi, pembentukan adhesi, neovaskularisasi dan rasa nyeri. 17
18 Salah satu mekanime yang memungkinkan dioxin mempengaruhi endometriosis adalah melalui induksi dari produksi estrogen intralesi. Sel endometriotik meningkatkan ekspresi aromatase P-450, yang mengindikasikan bahwa lesi endometriosis mampu memproduksi estrogen secara de novo.(8, 9) Sebagai catatan juga perlu diingat regresi dari sel endometriosis ditemukan pada wanita yang diterapi dengan inhibitor aromatase (Takayama dkk, tahun 1998). Hal ini dapat menimbulkan pemikiran baru yaiu : dioxin mempengaruhi endometriosis melalui induksi ekspresi dari isoenzim P-450 dan meningkatkan pembentukan estrogen yang berakibat paparan kronik dari endometrium terhadap estrogen.(8) Pertumbuhan dan remodeling endometrium uterus normal diatur oleh hormon-hormon seks dengan mediator bioaktif yang diproduksi oleh sel imun dan endokrin termasuk proinflammatory cytokines (IL-1, IL-6, TNFa, INF-?, transforming growth factors (TGFa, TFGßs) dan enzim remodelling (MMPs).(6, 8, 17, 25) TCDD dan zat seperti dioxin PHAHs dapat menimbulkan endomteriosis melalui stimulasi kronik dari ekspresi dan aktvitas dari sitokin proninflamasi seperti IL-1, IL-6, TNFa, INF-? yang terlibat dalam regulasi siklik dari remodeling, proliferasi dan kematian sel endometrium. TNFa merupakan faktor kunci dalam keracunan dioxin dan juga berpotensi dalam patogenesis endometriosis. Administrasi TCDD atau TNFa pada tikus menimbulkan respon inflamasi lekosit dan infiltrasi sel oleh makrofag dan netrofil kedalam rongga pertoneal paparan akut TCDD meningkatkan produksi leukosit TNFa.(8, 25) Endometrium ektopik juga mampu memproduksi protein TNFa dalam level tinggi, mengingat sel tersebut mengekspresikan peningkatan kadar TACE (TNFa converting enzyme).(8) Dioxin mampu mempengaruhi ekspresi TNFa melalui induksi jaringan sitokin inflamator disebabkan regio dari DNA yang mengenali aktivasi ligan AhR dan adanya Dioxin response 18
19 elemen atau DRE yang ada dalam gen dari induktor TNFa seperti IL-1, IL-6, dan INF?.(8) Adanya kemungkinan TCDD menimbulkan endometriosis melalui perubahan dalam proses remodeling jaringan telah dibukikan oleh Brunner dkk pada tahun 1997, dimana TCDD terbukti menimbulkan jaringan endometrium ektopik manusia pada tikus dengan mempengaruhi regulasi prosteron terhadap ekspresi MMP.(8) Estrogen menyebabkan pembentukan lesi endometriotis sementara progesteron menghambat pembentukan lesi melalui supresi aktivitas MMP.(8, 16) Adanya estradiol mempertahankan ekspresi sel spesifik MMP invitro dan secara spontan menimbulkan pembentukan jaringan lesi endometrium in vivo.(8, 16) Sedangkan progesteron mensupresi sekresi MMP in vitro dan pembentukan lesi in vivo. Dan apabila paparan TCDD disertai estradiol akan meningkatkan jumlah dan besar lesi endometriosis.(16) E. Penelitian prospektif Adanya kemajuan dan mendeteksi dan menghitung kadar dari setiap PHAHs memungkinkan kita untuk menghitung total endapan dalam tubuh (body burden) manusia dari PHAH. Penelitian berikutnya diharapkan dapat memanfaatkan kemajuan ini, sehingga dapat lebih mengekploitasi dalam membuktikan hubungan antara paparan dioxin dengan endometriosis. Perlu diingat bahwa penelitian dengan manusia harus mencakup faktorfaktor seperti konfirmasi laparaskopik dari endometriosis, riwayat obstetri dan menyusui, indeks massa tubuh serta usia. 19
20 V. RANGKUMAN Endometriosis merupakan keadaan kompleks yang dialami oleh wanita terutama yang dengan keluhan nyeri serta infertilitas. Adapun kausa dari endometriosis yang multifaktorial belum dapat dipahami sepenuhnya. Selain itu diagnosis pasti endometriosis yang memerlukan konfirmasi lapangan pandang operasi dan pemeriksaan PA, biasa disertai dengan keluhan nyeri panggul dan infertilitas. Paparan lingkungan sebagai salah satu faktor yang menimbulkan endometriosis dalam hal ini dioxin telah banyak dibuktikan pada penelitian dengan binatang. Dan beberapa studi pada manusia telah mulai menunjukkan adanya asosiasi antara paparan dioxin dengan endometriosis. Hal ini ditunjukkan terutama pada negara-negara industri seperti Belgia, Jepang dengan tingkat kadar serum darah dioxin yang tinggi serta disertai insidens endometriosis yang tinggi pada negara tersebut. Diharapkan dengan adanya kemajuan dalam pemeriksaan laboratorium, hubungan antara paparan dioxin dengan timbulnya endometriosis dapat terbukti secara klinis dan statistik. Sehingga dapat diketahui cara pencegahan dan pengobatan endometriosis yang berkaitan dengan dioxin sehingga mengurangi morbiditas penyakit tersebut. Sementara itu sampai dapat terbuktinya hubungan tersebut, sudah sewajarnya kita mulai mengurangi dan menghindari pemakaian produk-produk yang berhubungan dengan dioxin. Untuk itu, sebaiknya dilakukan suatu penelitian mengenai peranan dioxin dan zat seperti dioxin dalam patogenesis endometriosis dengan mencoba mengukur kadar dioxin serum dan membandingkannya dengan insidens endometriosis di Indonesia khususnya 20
21 KEPUSTAKAAN 1. Hestiantoro A. Endometriosis sebagai salah satu faktor penyebab infertilitas. Meet the expert in ART. AULA FKUI: Departemen Obstetri Ginekologi FKUI-RSUPNCM; Winkel CA. Evaluation and Management of Women With endometriosis. Obstetrics & Gynecology 2003;102(2): Badziad A. Endometriosis. In: Badziad A, editor. Endokrinologi Ginekologi. II ed. Jakarta: Media Aesculapius; p Prentice A. Endometriosis. BMJ 2001;323: Pritts EA, Taylor RN. Endometriosis March 1 [cited; 1-10]. Available from: 6. Nap AW, Groothuis PG, Evers AYDJLH, Dunselman GAJ. Pathogenesis of endometriosis. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology 2004;18(2): Rier SE. The potential role of exposure to environmental toxicants in the pathophysiology of endometrios is. Ann N Y Acad Sci 2002;955:201-12; discussion 30-2, Rier S, Foster WG. Environmental dioxins and endometriosis. Toxicol Sci 2002;70(2): Foster WG. Endocrine Disrupters and Endometriosis [Lecture]: Departement of Obstetrics & Gynecology McMaster University; Chlorine, pollution and the environment. wwwmcspotlightorg/media/reports/wenchlorinehtml 2005 [cited; Available from: 11. Koninckx PR, Braet P, Kennedy SH, Barlow DH. Dioxin pollution and endometriosis in Belgium. Hum Reprod 1994;9(6): De Felip E, Porpora MG, di Domenico A, Ingelido AM, Cardelli M, Cosmi EV, Donnez J. Dioxin-like compounds and endometriosis: a study on Italian and Belgian women of reproductive age. Toxicol Lett 2004;150(2): Technology A. Dioxin Exposure and Health Tsutsumi O. Assessment of human contamination of estrogenic endocrinedisrupting chemicals and their risk for human reproduction. J Steroid Biochem Mol Biol 2005;93(2-5): Mechanism of Dioxin Action Igarashi TM, Bruner-Tran KL, Yeaman GR, Lessey BA, Edwards DP, Eisenberg E, Osteen KG. Reduced expression of progesterone receptor -B in the endometrium of women with endometriosis and in cocultures of endometrial cells exposed to 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin. Fertil Steril 2005;84(1): Birnbaum LS, Cummings AM. Dioxins and endometriosis: a plausible hypothesis. Environ Health Perspect 2002;110(1):
22 18. Speroff L, Glass RH, Kase NG. Endometriosis. In: Mitchel C, Reter R, Stewart J, Magee RD, editors. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. 6th ed. Baltimore, Maryland: Lippincott Williams & Wilkins; p Foster WG, Agarwal SK. Environmental contaminants and dietary Factors in Endometriosis. Cedars-Sinai Medical Center 2004;905(525): Blumenthal RD, Taylor A, Samoszuk M, Goldenber DM. Unique molecular marker in human endometriosis : implications for diagnosis and therapy. Cambridge University Press 2001: Pauwels A, Schepens PJ, D'Hooghe T, Delbeke L, Dhont M, Brouwer A, Weyler J. The risk of endometriosis and exposure to dioxins and polychlorinated biphenyls: a case-control study of infertile women. Hum Reprod 2001;16(10): Mayani A, Barel S, Soback S, Almagor M. Dioxin concentrations in women with endometriosis. Hum Reprod 1997;12(2): Rier SE, Martin DC, Bowman RE, Dmowski WP, Becker JL. Endometriosis in rhesus monkeys (Macaca mulatta) following chronic exposure to 2,3,7,8- tetrachlorodibenzo-p-dioxin. Fundam Appl Toxicol 1993;21(4): Igarashi T, Osuga U, Tsutsumi O, Momoeda M, Ando K, Matsumi H, Takai Y, Okagaki R, Hiroi H, Fujiwara O, Yano T, Taketani Y. Expression of Ah receptor and dioxin-related genes in human uterine endometrium in women with or without endometriosis. Endocr J 1999;46(6): Rier SE, Coe CL, Lemieux AM, Martin DC, Morris R, Lucier GW, Clark GC. Increased tumor necrosis factor-alpha production by peripheral blood leukocytes from TCDD-exposed rhesus monkeys. Toxicol Sci 2001;60(2):
PENGARUH DIOXIN TERHADAP ENDOMETRIOSIS Oleh : Dr Hj. Putri Sri Lasmini, SpOG(K)
PENGARUH DIOXIN TERHADAP ENDOMETRIOSIS Oleh : Dr Hj. Putri Sri Lasmini, SpOG(K) Abstrak Endometriosis adalah masalah ginekologi yang sering ditemui, namun penyebab pastinya belum diketahui. Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit jinak ginekologi yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di negara-negara maju maupun berkembang,
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. yang berasal dari implantasi endometriosis dan pertumbuhan jaringan. endometrium yang mencapai rongga peritoneal.
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian. Endometriosis merupakan penyakit yang timbul pada 10% wanita reproduktif dan memiliki gejala nyeri pelvis, dismenorea, dan infertilitas. 1 Endometriosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) diluar kavum uterus. Terutama pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,
Lebih terperinciTumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. endometrium diluar lokasi normalnya dikavum uteri. kelainan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Endometriosis merupakan suatu keadaaan ditemukannya jaringan endometrium diluar lokasi normalnya dikavum uteri. kelainan ini dideskripsikan sejak 1860 dan menjadi salah
Lebih terperinciFAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS
FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Neni Rusnita*, Estu Lovita.P Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya ABSTRAK Mioma Uteri
Lebih terperinciII. ANAMNESIS Anamnesis tanggal : 10 November 2015 Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah saat menstruasi
FAKULTAS KEDOKTERAN UKDW UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo 5-5 Yogyakarta 55 Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Bethesda Yogayakarta Nama : Andre reynaldo
Lebih terperinciPengertian. Endometriosis
Endometriosis Pengertian Endometriosis Suatu penyakit jinak yang didefinisikan dengan adanya kelenjar endometrium atau pun stroma ektopik (diluar uterus) yang sering dihubungkan dengan nyeri panggul dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Endometriosis Endometriosis merupakan penyakit yang terjadi pada masa belasan tahun sampai mencapai usia menopause, yang berarti dapat diderita sepanjang
Lebih terperinciKanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko
Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi
Lebih terperinciPenyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan tumbuhnya jaringan endometrium (stroma dan kelenjar) di luar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Endometriosis merupakan kelainan ginekologi yang umum terjadi yang ditandai dengan tumbuhnya jaringan endometrium (stroma dan kelenjar) di luar rongga uterus dan penyakit
Lebih terperinciSYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL
SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan yang berarti apabila istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan ini tidak diperiksa.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker endometrium adalah kanker paling sering pada saluran genitalia wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia setelah payudara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksama, prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%, karena mioma
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan bersifat monoklonal. 1,2 Prevalensi mioma uteri di Amerika serikat sekitar 35-50%. 1
Lebih terperinciLesi mukosa akut lambung akibat Aspirin atau dengan istilah Aspirin gastropati merupakan kelainan mukosa akibat efek topikal yang akan diikuti oleh
V. PEMBAHASAN UMUM Lesi mukosa akut lambung akibat efek samping OAINS/Aspirin merupakan kelainan yang sering ditemukan. Prevalensi kelainan ini sekitar 70 persen sedangkan pada 30 persen kasus tidak didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di
Lebih terperinciKanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau tumor prostat jinak, menjadi masalah bagi kebanyakan kaum pria yang berusia di atas 50 tahun. BPH pada pria muncul tanpa ada
Lebih terperinciKanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik atau buruknya pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.
7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan
BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan infertilitas. Sampel merupakan pasien rawat inap yang telah menjalani perawatan pada Januari 2012-Juli 2013. Data
Lebih terperinci: Asuhan Kebidanan IV (PATOLOGI GSR) ENDOMETRIOSIS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3
Mata Kuliah Dosen : Asuhan Kebidanan IV (PATOLOGI GSR) : Andi Cahyadi Sari S.ST ENDOMETRIOSIS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 Andi yuliana Mulmaharani (NH04130004) Asnia Mahmud Kadatua (NH0413026) Dasriani (NH0413
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keganasan yang umum dijumpai laki-laki usia muda di banyak negara. Keganasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker testis adalah keganasan yang jarang ditemukan, tetapi merupakan keganasan yang umum dijumpai laki-laki usia muda di banyak negara. Keganasan ini 90-95% berasal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur status kesehatan ibu disuatu negara. Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah salah satu penyakit degeneratif pria yang sering dijumpai, berupa pembesaran dari kelenjar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Endometriosis sudah diketahui sejak masa lampau yaitu 1600 SM. Publikasi lengkap yang pertama dibuat oleh Sampson pada tahun 1921. Namun demikian hingga kini etiologi
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm
Lebih terperinciTugas Biologi Reproduksi
Tugas Biologi Reproduksi Nama :Anggun Citra Jayanti Nim :09004 Soal : No.01 Mengkritisi tugas dari: Nama :Marina Nim :09035 Soal: No.05 factor yang memepengaruhi pematangan serviks Sebelum persalinan dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini insiden kanker sebagai salah satu jenis penyakit tidak menular semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos. Mioma yang berasal dari sel-sel otot polos miometrium disebut mioma uteri (Achadiat, 2004). Mioma uteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 13% kematian dari 22% kematian akibat penyakit tidak menular utama di dunia (Shibuya et al., 2006).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka angka kematian bayi (AKB) pada saat ini masih menjadi persoalan di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut
Lebih terperinciPENANGANNYA : Antibiotika cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi
RADANG GENITALIA SERVISITIS Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain perubahan kadar hormon seksual yang terjadi pada saat pubertas, kehamilan, menstruasi dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. infertil adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Infertilitas Infertilitas mempunyai pengertian sangat beragam. Pasangan infertil adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebasea yang dapat dialami oleh semua usia dengan gambaran klinis yang bervariasi antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akne vulgaris merupakan kelainan yang sering dijumpai pada struktur kelenjar sebasea yang dapat dialami oleh semua usia dengan gambaran klinis yang bervariasi antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan biokimia dijelaskan sebagai penyakit pada pria tua dengan level serum testosteron di bawah parameter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada
Lebih terperinci1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.
Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm adalah kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Angka kejadian persalinan preterm secara global sekitar 9,6%. Insidensi di negara berkembang
Lebih terperinciPenyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas terhadap Lama Siklus Siklus estrus terdiri dari proestrus (12 jam), estrus (12 jam), metestrus (12 jam), dan diestrus (57 jam), yang secara total
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dismenore didefinisikan sebagai nyeri perut bagian bawah ketika menstruasi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dismenore 2.1.1.Definisi. 1,2,3,4 Dismenore didefinisikan sebagai nyeri perut bagian bawah ketika menstruasi. Istilah dismenore berasal dari bahasa Yunani dys, yang berarti
Lebih terperinciFertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
0 LAMPIRAN LEMBAR INFORMASI PASIEN JUDUL PENELITIAN HUBUNGAN KADAR CA 125 PRE OPERATIF DENGAN STADIUM ENDOMETRIOSIS Assalamu alaikum Wr Wb Salam Sejahtera bagi kita semua, Nama saya Dr. Rizka Heriansyah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013-2014 Deryant Imagodei Noron, 2016. Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara,dr.,Sp.OG Pembimbing II : Dani, dr.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti spinal dan intra orbita, dan meskipun tidak mengivasi jaringan otak, meningioma menyebabkan penekanan
Lebih terperinciPenyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15
Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang tidak hamil, terjadi secara siklik dan periodik akibat peluruhan dinding endometrium sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.
BAB 4 HASIL Dalam penelitian ini digunakan 782 kasus yang diperiksa secara histopatologi dan didiagnosis sebagai apendisitis, baik akut, akut perforasi, dan kronis pada Departemen Patologi Anatomi FKUI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prognosis Kanker Payudara Prognosis dipengaruhi oleh ukuran tumor, metastasis, derajat diferensiasi, dan jenis histopatologi. Menurut Ramli (1994), prognosis kanker payudara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus kehidupan khususnya manusia pasti akan mengalami penuaan baik pada wanita maupun pria. Semakin bertambahnya usia, berbanding terbalik dengan kadar hormon seseorang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual
Lebih terperinciHUBUNGAN CADANGAN OVARIUM, AFC,AMH PADA KASUS ENDOMETRIOSIS
HUBUNGAN CADANGAN OVARIUM, AFC,AMH PADA KASUS ENDOMETRIOSIS I Gde Sastra Winata, Ketut Suwiyoga Divisi Onkologi Ginekologi, SMF/Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Oleh: I Gede
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia,
Lebih terperinciCARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA Oleh : Debby dan Arief Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang berubah, tetapi masih dalam batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak. diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu aktifitas sehari-hari yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Asma merupakan penyakit kronik yang sering ditemukan dan merupakan salah satu penyebab angka kesakitan pada anak di seluruh dunia. Di negara maju dan negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Ovarium merupakan penyebab utama kematian dari kanker ginekologi. Selama tahun 2012 terdapat 239.000 kasus baru di seluruh dunia dengan insiden yang bervariasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: peritoneum panggul, ovarium
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dengan ketuban Pecah Dini (KPD) masih merupakan masalah penting dalam bidang obstetri, karena berkaitan dengan penyulit atau komplikasi yang dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan pada jaringan payudara yang berasal dari epitel duktus atau lobulus. 1 Di Indonesia kanker payudara berada di urutan kedua sebagai
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperinciAdiponectin Serum Level Difference in Women With Endometriotic and Non-Endometriotic Cysts
Adiponectin Serum Level Difference in Women With Endometriotic and Non-Endometriotic Cysts Ruswana Anwar, Fahdiansyah Department of Obstetry and Gynaecology, Faculty of Medicine, Padjadjaran University
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dunia, menurut Arthritis Research UK (2013) osteoartritis dapat mempengaruhi
I. PENDAHULUAN Osteoartritis (OA) adalah radang sendi yang paling banyak diderita oleh masyarakat serta penyebab utama rasa sakit pada lutut dan gangguan alat gerak di dunia, menurut Arthritis Research
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara saluran nafas, dimana hambatan aliran udara saluran nafas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi hiperurisemia pada populasi manusia cukup tinggi. Studi di Amerika tahun 2011 menunjukkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 21,2% pada pria dan 21,6%
Lebih terperinciGangguan Hormon Pada wanita
Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga terbanyak dan penyebab
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga terbanyak dan penyebab kematian ketiga yang disebabkan oleh kanker baik secara global maupun di Asia sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, kematian akibat PTM (Penyakit Tidak Menular) akan meningkat di seluruh dunia. Lebih dari dua per tiga (70%) populasi global
Lebih terperincimarker inflamasi belum pernah dilakukan di Indonesia.
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karsinoma payudara adalah salah satu penyebab utama morbiditas terkait karsinoma dan kematian di kalangan perempuan di seluruh dunia (Zhang et al., 2013).
Lebih terperinci