PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS DAERAH"

Transkripsi

1 PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS DAERAH GERAKAN NASIONAL PENINGKATAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO TAHUN 2012

2 BAB I PEREMAJAAN KEBUN 1. Pendahuluan Pada tahun 2008 diidentifikasi bahwa sekitar ha kebun kakao di sentra produksi kakao, kondisi tanamannya sudah tua/rusak, tidak produktif dan terserangberat hama dan penyakit sehingga perlu dilakukan peremajaan kebunsecara bertahap. Pada tahun 2009 melalui Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao telah dilakukan peremajaan kebun seluas ha di 9 Provinsi pelaksana Gerakan. Sebagai kompensasi bagi petani peserta, maka diberikan bantuan benih tanaman sela (semusim) untuk ditanam di areal kakao yang diremajakan. Pada tahun 2010 kegiatan peremajaan kebun seluas ha dilaksanakan di 12 provinsi pada 50 kabupaten, pada tahun 2011 dilaksanakan di 24 provinsi pada 92 kabupaten seluas hadan pada tahun 2012 di 5 provinsi dan 19 kabupaten seluas ha. Dalam rangka melaksanakan peremajaan kebun perlu ditetapkan Pedoman Teknis sebagai acuan teknis bagi Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang selanjutnya dipedomani oleh Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Teknis (Juknis). Bila kegiatan 1

3 dialokasikan di Provinsi, maka Juklak dan Juknis disusun oleh Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan. 2. Tujuan Memperbaiki kondisi kebun yang tanamannya sudah tua, rusak, tidak produktif, dan terserang berat oleh hama dan penyakit. 3. Sasaran Terlaksananya peremajaan kebun kakao yang tanamannya sudah tua, rusak, tidak produktif, dan terserang berat hama dan penyakit seluas ha yang tersebar di 19 kabupaten di 5 provinsi. 4. Ruang Lingkup Peremajaan kebun merupakan upaya penggantian tanaman yang tidak produktif (tua/rusak) dengan tanaman baru secara keseluruhan atau bertahap dan pengutuhan (pemadatan) populasi sesuai standar teknis dengan menggunakan bahan tanaman unggul yang berasal dari perbanyakan teknologi Somatic Embryogenesis (SE) Persyaratan Kebun Kebun kakao yang akan diremajakan adalah kebun dengan kondisi: - Tanamannya sudah tua (umur >20 tahun). - Jumlah tegakan/populasi tanaman<50%dari jumlah standar (1.000 pohon/ha). - Produktivitas tanaman rendah (<500kg/ha/ tahun). 2

4 - Terserang Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) utama (hama PBK danhelopeltis spp.) serta penyakit (Vascular Streak Dieback/VSD dan Busuk Buah). - Lahan berupa hamparan/berkelompok yang memenuhi persyaratan kesesuaian, meliputi: curah hujan mm (sangat sesuai) dan mm atau mm (sesuai), dan mm/ mm (agak sesuai). - Lereng 0-8% (sangat sesuai) dan 8-15% (sesuai), dan % (agak sesuai) Benih a. Kakao - Menggunakan benih kakao klon unggul yang tahan/toleran terhadap hama PBK dan penyakit VSD, yang diperbanyak dengan teknologi Somatic Embryogenesis (SE). - Klon yang direkomendasikan untuk peremajaan yaitu Sulawesi 1, Sulawesi 2, ICCRI 03, ICCRI 04 dan Scavina 6. - Bersertifikat dan berlabel. - Siap tanam dan memenuhi kriteria standar mutu benih kakao Somatic Embryogenesis (SE) siap tanam sebagaimana tersaji pada Lampiran 1. - Benih kakao SE dalam bentuk plantlet pasca aklimatisasi yang 3

5 dikirim oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao melebihi umur normal (lebih dari 2 bulan), maka dalam rangka pemulihan, penyegaran dan adaptasi benih kakao SE dalam bentuk plantlet pasca aklimatisasi tersebut diperlukan waktu minimal selama satu bulan untuk pembesaran. b. Tanaman sela - Bantuan benih tanaman sela (tanaman semusim)diberikan sesuai dengan kebutuhan daerah dan ketersediaan anggaran Pestisida - Menggunakan pestisida dan fungisida yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran. - Beberapa pestisida yang efektif untuk dipertimbangkan dalam pengendalian hama Helopeltis spp. dan Ulat Kilan (Hyposidra talaca) antara lain adalah berbahan aktif lamda sihalotrin + tiamektosam, lamda sihalotrin, alfa sipermetrin, sipermerin + klorfirifos, abametrin dan malation. - Penyakit VSD dicegah dengan fungisida berbahan aktif antara lainazoxystrobin, azoxystrobin+difenokonazol, 4

6 propikonazol+difenokonazol, flutriafol dan hexaconazole Pupuk - Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk (compound) non subsidi. - Untuk Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah,, Sulawesi Tenggara dan NTT menggunakan jenis dan dosis yang telah ditetapkan pada tahun 2009, 2010, Pupuk dikemas dalam kemasan khususbertuliskan Pupuk Gernas Kakao, Tidak Untuk Diperjualbelikan di Pasar dan harus dilakukan uji mutu dilapangan. - Diaplikasikan 1 (satu) kali, yaitu pada awal musim hujan Peralatan - Alat semprot (knapsack sprayer) 0,2 unit per hektar. - Spesifikasi knapsack sprayer sebagaimana pada Lampiran Bantuan Upah Kerja Penyediaan dana APBN sebagai bantuan insentif kerja bagi petani peserta untuk pembongkaran/penebangan dan penanaman kakao sebesar Rp (tujuh ratus lima puluh ribu) per hektar. Bantuan upah kerja diserahkan segera setelah pencairan, secara tunai kepada petani/kelompok tani atau melalui 5

7 rekening tabungan kelompok/petani sesuai dengan tahapan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh petani. 5. Pelaksanaan 5.1. Persiapan a. Sosialisasi Dinas Provinsi dan Kabupatenyang membidangi perkebunan bersamasama melakukan sosialisasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao khususnya kegiatan Peremajaan kepada petani kakao dan stakeholder lainnya di lokasi Gerakan. b. Penetapan petani peserta 1) Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi CP/CL. Seleksi calon petani peserta dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut: Petani - Pemilik kebun - Berdomisili di wilayah Gerakan yang dibuktikan dengan identitas lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK) - Bersedia melaksanakan peremajaan dan mengikuti ketentuan Gerakan sesuai dengan aturan yang telah 6

8 ditetapkan (membuat pernyataan tertulis) - Berusia 21 tahun ke atas atau telah menikah - Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran - Jumlah anggota kelompok sasaran lebih kurang 30 orang. Kebun - Luas pemilikan lahan maksimal 4 (empat) hektar. - Lahan harus dapat disertifikasi. - Memenuhi persyaratan kebun seperti pada butir ) Calon petani peserta hasil inventarisasi diajukan oleh Kepala Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan kepada Bupati untuk ditetapkan sebagai petani peserta. c. Pemberdayaan Petani Petani peserta yang sudah ditetapkan, diikutsertakan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen. Perkebunan. 7

9 d. Pengadaan Bahan dan Peralatan Pengadaan bahan dan alat peremajaan dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan yang dibentuk oleh Kepala Dinas Provinsi dan Dinas Kabupaten terpilih yang membidangi perkebunan mengacu kepada PERPRES No. 54 Tahun ) Benih - Pengadaan benih kakao dilakukan oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. - Benih kakao yang diadakan adalah benih yang diperbanyak dengan teknologi Somatic Embryogenesis (SE). - Benih tanaman sela (semusim) diadakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan. 2) Pupuk Pengadaan pupuk untuk peremajaan dilaksanakan oleh Dinas Provinsi dan Dinas Kabupaten terpilih Yang Membidangi Perkebunan sesuai POK Tahun ) Peralatan Pengadaan peralatan dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan. 8

10 4) Pestisida - Pengadaan pestisida untuk kegiatan peremajaan dilaksanakan oleh Dinas Provinsi dan Dinas Kabupaten terpilih Yang Membidangi Perkebunan sesuai POK. Pemilihan pestisida didasarkan pada hasil pengamatan/inventarisasi serangan hama dan penyakit. - Pestisida yang diadakan adalah insektisida untuk mengendalikan hama Helopeltis spp., Ulat Kilan (Hyposidra talaca), fungisida untuk mengendalikan penyakit VSD. - Bahan aktif pestisida yang akan diadakan seperti pada butir Pra-Tanam a. Pembongkaran/penebangan pohon kakao - Pembongkaran/penebangan pohon kakao dilakukan oleh petani peserta. - Tanaman tua ditebang dan atau tunggul-tunggulnya dibongkar. - Kebun dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan tunggul-tunggul(tidak dengan membakar), kemudian tanahnya diratakan dan dibuat saluran drainase. Pada lahan yang 9

11 miring/curam dibuat tapak kuda atau terassering. b. Penanaman pohon pelindung - Pohon pelindung ditanam setelah lahan dibersihkan dan diratakan. - Penanaman pohon pelindung dilakukan beberapa bulan sebelum benih kakao ditanam. - Pohon pelindung sementara yang dianjurkan adalah pisang, ditanam dengan jarak tanam 3m x 6m. - Pohon pelindung tetap yang dianjurkan adalah gamal ditanam dengan jarak tanam 6m x 6m dan kelapa 12m x 9m atau tanaman bernilai ekonomis lainnya seperti pohon meranti (nyatoh/palupi), dll. - Penyediaan bahan tanam dan penanaman pohon pelindung disediakan dan dilakukan oleh petani. c. Pembuatan ajir dan lubang tanam - Lubang tanam dibuat setelah terlebih dahulu diberi ajir dengan jarak 3m x 3m atau populasi pohon per hektar disesuaikan dengan kondisi lahan. - Lubang tanam digali dengan ukuran: panjang 60cm, lebar 60cm dan dalam 60cm. 10

12 - Lubang tanam jangan dibuat pada lubang bekas tanaman yang dibongkar. d. Pemupukan - Pupuk diberikan 1 (satu) kali, yaitu pada saat tanam/awal musim hujan. - Jenis dan dosis pupuk yang dipergunakan merujuk kepada rekomendasi hasil analisa tanah yang dilakukan oleh lembaga penelitian yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian c.q. Ditjen Perkebunan Penanaman kakao - Benih kakao yang berasal dari perbanyakan dengan teknologi Somatic Embryogenesis (SE) dan sudah teraklimatisasi, ditanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan. - Penanaman kakao dilakukan pada awal musim penghujan. - Pengendalian OPT dilakukan dengan menggunakan pestisida yang didasarkan atas hasil pengamatan Penanaman tanaman sela (semusim) Penanaman tanaman sela (semusim) dilakukan sebelum atau setelah bibit kakao ditanam Aplikasi Pestisida - Penggunaan pestisida dilakukan apabila hasil pengamatan lapang menunjukkan adanya peningkatan intensitas serangan 11

13 OPT, dibandingkan dengan hasil pengamatan sebelumnya. - Pengamatan OPT dilakukan oleh kelompok tani atau regu pengendali hama dan penyakit. 6. Waktu Kegiatan peremajaan kebunkakao dilaksanakan pada tahun Lokasi Peremajaan kebun kakao dilaksanakan di 19 Kabupaten di 5 Provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dengan rincian sebagaimana pada Lampiran Pelaksana Pelaksana kegiatan adalah Dinas KabupatenYang Membidangi Perkebunan di 19 Kabupaten dan Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan di 5 Provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. 12

14 BAB II REHABILITASI KEBUN 1. Pendahuluan Pada tahun 2008 diidentifikasi bahwa sekitar ha kebun kakao di sentra produksi kakao, kondisi tanamannya sudah kurang produktif dan terserang hama dan penyakit dengan intensitas serangan sedang sehingga perlu dilakukan rehabilitasi kebun. Pada tahun 2009, melalui Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao, telah dilakukan rehabilitasi seluas ha dengan cara sambung samping. Pada tahun 2010 dilaksanakan kegiatan rehabilitasi kebun seluas ha di 10 provinsi 38 kabupaten. Pada tahun 2011 seluas ha di 13 provinsi 58 kabupatensesuai DIPA dan pada tahun 2012 seluas ha di 9 provinsi dan 33 kabupaten. Dalam rangka melaksanakan kegiatan rehabilitasi perlu ditetapkan Pedoman Teknis sebagai acuan teknis bagi Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang selanjutnya dipedomani oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan dalam menyusun Petunjuk Teknis (Juknis). Bila kegiatan dialokasikan di Provinsi, maka Juklak dan Juknis disusun oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. 13

15 2. Tujuan Memperbaiki kondisi tanaman kakao pada kebun-kebun yang kurang produktif dan terserang hama dan penyakit dengan intensitas serangan sedang. 3. Sasaran Terlaksananya rehabilitasi kebun kakao yang tanamannya kurang produktifdan terserang OPT (hama, penyakit dan gulma) seluas ha di 9 provinsi yang tersebar di 33 kabupaten pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. 4. Ruang Lingkup Rehabilitasi kebun adalah upaya perbaikan kondisi tanaman (pertumbuhan dan produktivitas) melalui teknologi sambung samping Persyaratan Kebun Kebun kakao yang akan direhabilitasi adalah kebunhamparan/berkelompokdengan kondisi sebagai berikut : - Tanamannya masih umur produktif (umur<15 tahun) dan secara teknis dapat dilakukan sambung samping. - Jumlah tegakan/populasi tanaman antara 70%-90% dari jumlah standar (1.000 pohon/ha). 14

16 - Produktivitas tanaman rendah (<500 kg/ha/tahun) tetapi masih mungkin untuk ditingkatkan. - Jumlah pohon pelindung>50% dari standar. - Terserang OPT utama (hama PBK, Helopeltis spp., penyakit busuk buah, kanker batang dan penyakit VSD). - Lahan memenuhi persyaratan kesesuaian, meliputi : Curah hujan mm (sangat sesuai) dan mm atau mm (sesuai); Lereng 0-8% (sangat sesuai) dan 8-15% (sesuai) Entres - Entres harus diambil dari cabang plagiotrop dengan kriteria tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda (semi hardwood). - Stek entres yang akan digunakan untuk sambung samping harus berasal dari cabang plagiotrop. - Untuk kemudahaan distribusi dan untuk menjaga kesegaran mata entres, maka cabang plagiotrop yang diambil sebagai sumber stek entres dikemas dalam kotak karton yang diberi media serbuk gergaji yang telah dicampur dengan alkosob (5 gram/liter air) atau kemasan dan bahan lain yang memenuhi syarat teknis yang dapat mempertahankan kesegaran 15

17 cabang plagiotrop yang dikemas tersebut. - Stek entres yang digunakan untuk sambung samping minimal terdiri dari 2 mata. - Entres kakao yang diedarkan harus sudah disertifikasi oleh UPTD/IP2MB/BBP2TP. - Entres pada kegiatan Rehabilitasi Kakao menggunakan klon Sulawesi 1, Sulawesi 2, ICCRI 03, ICCRI 04, dan Scavina 6. Apabila entres tidak tersedia di provinsi/kabupaten yang bersangkutan dapat dipenuhi dari provinsi/kabupaten terdekat dengan menggunakan klon yang sama Pestisida - Menggunakan insektisida dan fungisida yang efektif, efisien terdaftar, dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran. - Pemilihan pestisida didasarkan terhadap hasil pengamatan / inventarisasi serangan hama dan penyakit yang dilaksanakan oleh kabupaten. - Beberapa pestisida yang efektif untuk dipertimbangkan dalam pengendalian hama hama Helopeltis spp., ulat kilan (Hyposidra talaca) dan PBK adalah insektisida berbahan aktifantara lain lamda sihalotrin+tiamektosam, lamda 16

18 sihalotrin, alfa sipermetrin, sipermetrin+klorfirifos, abametrin, triazopos dan malation. - Insektisida tersebut digunakan untuk mengendalikan hama utama pada tanaman kakao yaitu Helopeltis spp., Conopomorpha cramerella, dan Hyposidra talaca. - Penyakit VSD dicegah dengan fungisida berbahan aktif antara lainazoxystrobin, azoxystrobin + difenokonazol, propikonazol + difenokonazol, flutriafol dan hexaconazole. - Penyakit kanker batang dikendalikan dengan fungisida berbahan aktif antara lain tembaga oksida dan tembaga hidroksida. Fungisida tersebut digunakan dengan cara pengolesan setelah terlebih dahulu mengerok bagian yang sakit Pupuk - Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk (compound) non subsidi. - Untuk Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, NTT, Papua, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Gorontalo menggunakan jenis dan dosis yang telah ditetapkan pada tahun 2009, 2010 dan

19 - Pupuk dikemas dalam kemasan khusus bertuliskan Pupuk Gernas Kakao Tidak untuk Diperjualbelikan di Pasar dan harus dilakukan uji mutu dilapangan. - Diaplikasikan 1 (satu) kali, yaitu sebelum atau setelah dilakukan penyambungan Peralatan - Alat semprot (knapsack sprayer), 2 unit per hektar. - Knapsack sprayer digunakan untuk aplikasi pestisida (insektisida dan fungisida). - Spesifikasi teknis knapsack sprayer sebagaimana pada Lampiran Bantuan Upah Kerja Penyediaan dana APBN sebagai bantuan insentif kerja bagi petani peserta untuk penebangan batang utama kakao sebesar Rp (tujuh ratus lima puluh ribu) per hektar. Bantuan upah kerja diserahkan segera setelah pencairan, secara tunai kepada petani/kelompok tani atau melalui rekening tabungan kelompok/petani sesuai dengan tahapan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh petani. 18

20 5. Pelaksanaan 5.1. Persiapan a. Sosialisasi Dinas Provinsi dan Kabupatenyang membidangi perkebunan bersama-sama melakukan sosialisasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao kepada petani. b. Penetapan petani peserta 1) Dinas Kabupatenyang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi CP/CL. Seleksi calon petani peserta dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut : Petani - Pemilik kebun. - Berdomisili di wilayah Gerakan yang dibuktikan dengan identitas lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK). - Bersedia melaksanakan rehabilitasi dan mengikuti ketentuan Gerakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan (membuat pernyataan tertulis). - Berusia 21 tahun ke atas atau telah menikah. 19

21 - Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran. - Jumlah anggota kelompok sasaran adalah lebih kurang 30 orang. Kebun - Luas pemilikan lahan maksimal 4 (empat) hektar. - Lahan harus dapat disertifikasi. - Memenuhi persyaratan kebun seperti pada butir ) Calon petani peserta hasil inventarisasi diajukan oleh Kepala Dinas Kabupaten/ Kota Yang Membidangi Perkebunan kepada Bupati untuk ditetapkan sebagai petani peserta. c. Pemberdayaan Petani Petani peserta yang sudah ditetapkan, diikutsertakan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen Perkebunan. d. Pengadaan Bahan dan Peralatan Pengadaan bahan, alat dan jasa rehabilitasi dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan yang dibentuk oleh Kepala Dinas Provinsi dan Kabupaten 20

22 yang membidangi perkebunan mengacu kepada PERPRES No. 54 Tahun ) Pelaksanaan sambung samping - Pelelangan kegiatan sambung samping dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten. - Entres yang diadakan sesuai dengan butir Pengadaan entres dilakukan bekerja sama dengan Perusahaan Penangkar Benih (sesuai dengan Perjanjian/Kontrak). 2) Pupuk Pengadaan pupuk untuk peremajaan dilaksanakan oleh Dinas Provins Membidangi Perkebunan sesuai POK. 3) Peralatan Pengadaan peralatan dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan. 4) Pestisida - Pengadaan pestisida untuk kegiatan rehabilitasi dilaksanakan oleh Dinas Yang Membidangi Perkebunan sesuai POK Tahun Pemilihan pestisida didasarkan terhadap hasil pengamatan/inventarisasi serangan hama dan penyakit. 21

23 - Pestisida yang diadakan adalah insektisida untuk mengendalikan hama penghisap daun/buah Helopeltis spp., ulat kilan (Hyposidra talaca), fungisida untuk mengendalikan penyakit VSD. - Bahan aktif pestisida yang akan diadakan seperti pada butir Sambung Samping - Sambung samping dilakukan dengan dua sambungan per pohon pada dua sisi batang bawah dengan ketinggian sekitar 50cm dari permukaan tanah. Untuk meningkatkan daya tumbuh sambung samping agar diberi perlakuan dengan stimulan/perangsang daya tumbuh. - Sambungan/tempelan dinyatakan hidup apabila sudah tumbuh tunas dengan dua daun terbuka. Tunas dengan daun terbuka tersebut harus tampak segar. Akan tetapi apabila tunas dengan dua daun terbuka tersebut kering atau busuk berarti sambungan gagal. - Tunas yang baru tumbuh harus dilindungi dari serangan OPT dengan aplikasi pestisida yang didasarkan atas hasil pengamatan. Tiga bulan setelah penyambungan apabila entres sudah melekat erat pada batang bawah, maka tali pengikat pertautan baru dibuka. 22

24 - Cabang batang utama yang menaungi tunas hasil sambung samping dipangkas secara bertahap. - Batang utama dipotong setelah tunas hasil sambung samping tumbuh. - Sambungan/tempelan yang hidup yang dibayar Penanaman Pohon Pelindung Penanaman pohon pelindung tetap yang dianjurkan adalah tanaman gamal dengan jarak tanam 6m x 6m atau tanaman bernilai ekonomis lainnya seperti pohon kelapa, meranti (nyatoh/palupi) dan lainlain Pemupukan - Diaplikasikan 1 (satu) kali setahun pada awal musim hujan. - Jenis dan dosis pupuk yang dipergunakan merujuk kepada rekomendasi hasil analisa tanah yang dilakukan oleh lembaga penelitian yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian cq. Ditjen Perkebunan Aplikasi Pestisida - Penggunaan pestisida dilakukan apabila hasil pengamatan lapang menunjukkan adanya peningkatan intensitas serangan OPT, dibandingkan dengan hasil pengamatan sebelumnya. 23

25 - Pengamatan OPT dilakukan oleh kelompok tani atau regu pengendali OPT. 6. Waktu Pelaksanaan sambung samping dilakukan pada awal musim kemarau. 7. Lokasi Kegiatan rehabilitasi tanaman dilaksanakan di 33 kabupaten di 9 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagaimana pada Lampiran Pelaksana Pelaksana kegiatan adalah Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan di 33 kabupaten dan Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan di 9 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. 24

26 BAB III INTENSIFIKASI KEBUN 1. Pendahuluan Pada tahun 2008 diidentifikasi bahwa sekitar Ha kebun kakao di sentra produksi kakao, kondisi tanamannya tidak terawat atau kurang pemeliharaan, sehingga perlu dilakukan intensifikasi secara bertahap. Pada tahun 2009, melalui Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dilakukan intensifikasi kebun seluas ha dengan melakukan pemeliharaan tanaman sesuai dengan baku teknis. Pada tahun 2010 dilaksanakan kegiatan intensifikasi seluas ha di 13 provinsi, 55 kabupaten, pada tahun 2011 seluas ha di 25 provinsi pada 95 kabupaten, sedangkan pada tahun 2012 seluas ha di 13 provinsi dan di 45 kabupaten. Dalam rangka melaksanakan kegiatan intensifikasi kebun perlu ditetapkan Pedoman Teknis sebagai acuan teknis bagi Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang selanjutnya dipedomani oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan dalam menyusun Petunjuk Teknis (Juknis). Bila kegiatan dialokasikan di Provinsi, maka Juklak dan Juknis disusun oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. 25

27 2. Tujuan Memperbaiki kondisi kebun yang tanamannya kurang terawat dan terserang OPT (hama, penyakit dan gulma) melalui pemeliharaan tanaman sesuai dengan baku teknis. 3. Sasaran Terlaksananya intensifikasi kebun kakao yang tanamannya kurang terawat dan terserang OPT seluas ha di 45 Kabupaten di 13 Provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. 4. Ruang Lingkup Intensifikasi tanaman adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman melalui penerapan standar teknis budidaya Persyaratan Kebun Kebun kakao yang mendapat perlakuan intensifikasi adalah kebun yang merupakan hamparan/berkelompok dengan kondisi: - Tanamannya masih muda (<10 tahun) tetapi kurang terpelihara. - Jumlah tegakan/populasi tanaman >70% dari jumlah standar (1.000 pohon/ha) - Produktivitas tanaman rendah (<500 kg/ha/tahun) dan masih mungkin untuk ditingkatkan. - Pohon pelindung >20% dari standar. - Terserang OPT Utama (PBK, Helopeltis spp., penyakit VSD, kanker batang dan Busuk Buah). 26

28 - Lahan memenuhi persyaratan kesesuaian, meliputi curah hujan mm (sangat sesuai) dan mm atau mm (sesuai), lereng 0-8% (sangat sesuai) dan 8-15% (sesuai) Pestisida - Menggunakan pestisida yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran. - Pemilihan pestisida didasarkan pada hasil pengamatan / inventarisasi serangan OPT yang telah dilaksanakan. - Beberapa pestisida yang efektif untuk dipertimbangkan dalam pengendalian hama Helopeltis spp. dan PBKantara lain adalah berbahan aktif lamda sihalotrin + tiamektosam, lamda sihalotrin, alfa sipermetrin, sipermetrin + klorfirifos, abametrin, triazopos dan malation. - Penyakit VSD dicegah dengan fungisida antara lain berbahan aktif azoxystrobin, azoxystrobin + difenokonazol, propikonazol+ difenokonazol, flutriafol dan hexaconazole. - Penyakit VSD dikendalikan dengan kegiatan pemangkasan. 27

29 - Penyakit busuk buah dan kanker batang dikendalikan dengan fungisida berbahan aktif antara lain tembaga oksida dan tembaga hidroksida.untuk penyakit kanker batang fungisida tersebut dengan cara pengolesan setelah terlebih dahulu mengerok bagian yang sakit. - Penggunaan perangkap Feromon untuk pengendalian Hama PBK yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran. Feromon tersebut berbahan aktif antara laincampuran hexadecatrienyl acetate dan hexadecatrienol. Pemasangan perangkap harus tepat waktu, dilakukan pada saat musim buah di mana mulai terjadi serangan. Jika diterapkan tidak pada saat musim buah tidak ada manfaatnya. Kegiatan tersebut sebaiknya dikombinasikan dengan pemangkasan, sanitasi, panen sering dan pemupukan (PSPsP), penyarungan buah dan pemanfaatan agensia hayati jamur Beauveria bassiana atau semut hitam / rangrang. 28

30 4.3. Pupuk - Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk (compound) non subsidi. - Untuk Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Bali, NTT, Maluku, Papua, Papua Barat, Kalimantan Timur, Gorontalo, Maluku Utara dan Sulawesi Utara menggunakan jenis dan dosis yang telah ditetapkan pada tahun 2009, 2010 dan Pupuk dikemas dalam kemasan khusus bertuliskan Pupuk Gernas Kakao, Tidak Diperjualbelikan di Pasar dan harus dilakukan uji mutu dilapangan. - Diaplikasikan 1 (satu) kali, yaitu pada awal musim hujan Peralatan - Alat semprot (knapsack sprayer) 0,2 unit per hektar dan gunting galah 1 unit per hektar. - Knapsack sprayer digunakan untuk aplikasi pestisida (insektisida dan fungisida). - Gunting galah digunakan untuk memotong batang atau cabang pohon kakao dengan spesifikasi teknis sebagaimana tersaji padalampiran Bantuan Upah Kerja Penyediaan dana APBN untuk bantuan insentif kerja bagi petani peserta untuk 29

31 pemeliharaan kakao, sebesar Rp ,- (tujuh ratus lima puluh ribu) per hektar.bantuan upah kerja diserahkan segera setelah pencairan, secara tunai kepada petani/kelompok tani atau melalui rekening tabungan kelompok/petani sesuai dengan tahapan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh petani. 5. Pelaksanaan 5.1. Persiapan a. Sosialisasi Dinas Provinsi dan KabupatenYang Membidangi Perkebunan bersama-sama melakukan sosialisasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao kepada petani. b. Penetapan petani peserta 1) Dinas Kabupatenyang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi CP/CL. Seleksi calon petani peserta dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut : Petani - Pemilik Kebun. - Berdomisili di wilayah Gerakan yang dibuktikan dengan identitas lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK). 30

32 - Bersedia melaksanakan kegiatan intensifikasi dan mengikuti ketentuan Gerakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan (membuat pernyataan tertulis). - Berusia 21 tahun ke atas atau telah menikah. - Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran. - Jumlah anggota kelompok sasaran lebih kurang sebanyak 30 orang. Kebun - Luas pemilikan lahan maksimal 4 (empat) hektar. - Lahan harus dapat disertifikasi. - Memenuhi persyaratan kebun seperti pada butir ) Calon petani peserta hasil inventarisasi diajukan oleh Kepala Dinas Kabupaten/ Kota yang membidangi perkebunan kepada Bupati untuk ditetapkan sebagai petani peserta berdasarkan keputusan. c. Pemberdayaan Petani Petani peserta yang sudah ditetapkan, diikutsertakan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten 31

33 yang membidangi perkebunan sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen Perkebunan. d. Pengadaan Bahan dan Peralatan Pengadaan bahan dan alat intensifikasi dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan yang dibentuk oleh Kepala Dinas Provinsi dan Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan mengacu kepada PERPRES No. 54 Tahun ) Pupuk Pengadaan pupuk untuk intensifikasi dilaksanakan oleh Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan dan Dinas Kabupaten terpilih Yang Membidangi Perkebunan. 2) Peralatan Pengadaan peralatan dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten/Kota Yang Membidangi Perkebunan. 3) Pestisida - Pengadaan pestisida untuk kegiatan rehabilitasi dilaksanakan oleh Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunandan Dinas Kabupaten terpilih Yang Membidangi Perkebunan sesuai POK Tahun Pemilihan pestisida didasarkan pada hasil 32

34 pengamatan/inventarisasi serangan OPT. - Pestisida yang diadakan adalah insektisida untuk mengendalikan hama utama pada tanaman kakao yaitu Helopeltis spp. dan Conopomorpha cramerella. Fungisida yang diadakan adalah untuk mencegah penyakit VSD dan untuk pengendalian penyakit busuk buah/kanker batang. - Bahan aktif pestisida yang akan diadakan seperti pada butir Penanaman Pohon Pelindung Penanaman pohon pelindung tetap yang dianjurkan adalah tanaman gamal dengan jarak tanam 6m x 6m atau tanaman bernilai ekonomis lainnya seperti pohon kelapa, meranti (nyatoh/palupi) dan lainlain Pemangkasan - Tunas-tunas air harus selalu dibuang (diwiwil) dengan interval 1-2 minggu. - Pangkas pemeliharaan dilakukan sering dan ringan dengan interval 2-3 bulan. - Target cabang yang dipangkas adalah yang tumbuh meninggi (>3 meter) dan cabang yang tumpang tindih dengan tajuk tanaman di sebelahnya. 33

35 - Pangkas produksi dilakukan 2 (dua) kali setahun, disesuaikan dengan kondisi setempat. - Pemangkasan dilakukan untuk menurunkan tingkat serangan penyakit pembuluh kayu vascular streak dieback (VSD) dengan memotong cabang/ranting yang sudah terserang sampai batas yang sehat (10-20cm) Panen Sering - Panen sering dilakukan setiap 7-10 hari sekali tergantung banyaknya buah yang masak. - Buah yang dipanen adalah buah yang mulai menunjukkan gejala masak, jangan sampai kelewat masak. - Buah dikumpulkan pada satu tempat dalam kebun dan dibelah pada hari yang sama Sanitasi - Sanitasi dilakukan untuk menekan populasi hama PBK dengan memutus siklus hidup serangga hama dan memetik buah-buah yang terserang hama dan penyakit. - Sanitasi dilakukan dengan cara membenamkan kulit-kulit buah sehabis panen dan buah-buah yang terserang penyakit. 34

36 5.6. Pemupukan - Diaplikasikan 1 (satu) kali setahun pada awal musim hujan. - Jenis dan dosis pupuk yang dipergunakan merujuk kepada rekomendasi hasil analisa tanah yang dilakukan oleh lembaga penelitian yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian cq. Ditjen Perkebunan Aplikasi Pestisida - Penggunaan pestisida dilakukan apabila hasil pengamatan lapang menunjukkan adanya peningkatan intensitas serangan OPT, dibandingkan dengan hasil pengamatan sebelumnya. - Pengamatan OPT dilakukan oleh kelompok tani atau regu pengendali OPT. 6. Waktu Kegiatan intensifikasi kebun kakao dilaksanakan pada tahun Lokasi Intensifikasi kebun dilaksanakan di 45 kabupaten di 13 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagaimana pada Lampiran 6. 35

37 8. Pelaksana Pelaksana kegiatan adalah Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan di 45 kabupaten dan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan di 13 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. 36

38 BAB IV PEMBERDAYAAN PETUGAS DAN PETANI A. Pelatihan Petani 1. Pendahuluan Kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao khususnya peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi dilaksanakan oleh petani peserta. Petani tersebut pada umumnya belum memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memadai dalam pengelolaan tanaman kakao. Oleh karena itu perlu diberdayakan melalui pelatihan tentang pengelolaan tanaman kakao yang sesuai akidah budidaya. Materi pelatihan akan ditekankan pada teknis budidaya kakao, pengendalian OPT dan pasca panen. Dalam rangka pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao akan dilatih petani peserta sebanyak orang. Pada tahun 2009 telah dilatih sebanyak orang petani peserta oleh tenaga yang kompeten dibidangnya. Pada tahun 2010 telah dilatih sebanyak petani peserta, pada tahun 2011 dilatih petani peserta dan pada tahun 2012 akan dilatih petani peserta. Pelatihan dilaksanakan sebanyak 2 (dua) tahap. Tahap pertama tentang budidaya 37

39 kakao dan pengelolaan OPT, sedangkan tahap kedua penanganan pasca panen dan pemasaran. Setelah mengikuti pelatihan, diharapkan petani mau dan mampu melaksanakan pengelolaan kakao yang standar sehingga produktivitas tanaman dan mutu kakaonya meningkat secara berkesinambungan. 2. Tujuan Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani peserta Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao agar mau dan mampu melaksanakan pengelolaan tanaman kakao yang sesuai kaidah budidaya melalui pelatihan. 3. Sasaran Terlatihnya petani peserta sebanyak orang di 50 kabupaten di 14 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagaimana pada Lampiran Ruang lingkup Persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan pelatihan. 5. Pelaksanaan 5.1. Persiapan - Penetapan calon peserta pelatihan (petani peserta dan kriterianya). - Penyediaan nara sumber (pelatih). - Penentuan waktu dan lokasi pelatihan. 38

40 - Penyediaan perlengkapan pelatihan sebagaimana pada Lampiran Materi Pelatihan a. Pelatihan tahap pertama - Metode pengamatan, analisis ekosistem kebun kakao dan pengambilan keputusan - Peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi kebun kakao - Motivasi dan dinamika kelompok b. Pelatihan tahap kedua: - Panen dan penanganan pasca panen - Pemasaran - Manajemen keuangan keluarga 5.3. Metode pelatihan Pelatihan dilaksanakan dengan metode pendekatan sekolah lapang (teori 25% dan praktek 75%). 6. Waktu Setiap tahap pelatihan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari efektif. Pelatihan tahap pertama dilaksanakan pada awal kegiatan tahun 2012 sedangkan tahap kedua dilaksanakan sesuai dengan perkembangan kegiatan. 7. Lokasi Pelatihan petani peserta dilaksanakan di lapangan (lokasi Gerakan). 39

41 8. Pelaksana Pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan pelaksana Gerakan di 50 kabupaten di 14 provinsi dengan berpedoman pada kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen Perkebunan. 40

42 B. Pelatihan Petugas dan Petani dalam Rangka Uji Coba Sertifikasi Kebun - Kebun Kakao Berkelanjutan (Kab. Polewali Mandar dan Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat; Kab. Kolaka dan Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara) 1. Pendahuluan Tuntutan konsumen akan komoditas berkelanjutan telah muncul dan terus mengalami peningkatan sehingga mendorong perusahaan-perusahaan untuk sesegera mungkin mengadopsi sistem yang berkelanjutan dalam operasionalnya. Berbagai kreasi dalam standard dan skema sertifikasi berkelanjutan muncul sebagai tanggapan logis batas tuntutan konsumen untuk memberikan jaminan bahwa komoditi pertanian tersebut diproduksi dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan sustainability dalam aspek ekonomi dan sosial. Sampai saat ini komoditas kakao hanya memiliki sebagian kecil produk yang telah bersertifikasi. Salah satu penyebabnya, sebagian besar petani kakao Indonesia belum mengetahui dan menyadari tentang sertifikasi yang telah diadopsi oleh negara dan perusahaan importir. Indonesia sebagai negara produsen kakao terbesar kedua setelah Pantai Gading, mempunyai pangsa produksi kakao 13,2% dari 41

43 total produksi kakao global. Luas areal dan produksi kakao Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Dengan kondisi demikian, kakao Indonesia merupakan komoditas agribrisnis yang berpotensi dan sudah seharusnya untuk dikembangkan agar dapat lebih memberikan kontribusi pada pendapatan negara. Standar yang ditetapkan oleh badan sertifikasi harus dilakukan oleh petani kakao guna memastikan produk yang dihasilkan adalah produk yang berkelanjutan. Produk kakao yang telah bersertifikasi merupakan produk yang memiliki kualitas yang lebih sehingga pantas untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi dari produk konvensional. 2. Tujuan Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas (fasilitator daerah) dan petani peserta Gernas Kakao mengenai sertifikasi kebun kakao berkelanjutan. Khusus untuk petani agar mau dan mampu melaksanakan pengelolaan tanaman kakao sesuai kaidah sertifikasi kebun kakao berkelanjutan. 3. Sasaran - Terlatihnya 24 (dua puluh empat) petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten yang membidangi perkebunan di Provinsi 42

44 Sulawesi Barat dan 24 (dua puluh empat) petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten yang membidangi perkebunan di Provinsi Sulawesi Tenggara yang selanjutnya akan menjadi fasilitator daerah dalam bidang sertifikasi Kebun Kakao Berkelanjutan. - Terlatihnya 120 (seratus dua puluh) petani peserta Gernas Kakao masing-masing di Kabupaten Polewali Mandar dan Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat; dan Kabupaten Kolaka dan Konawe di Provinsi Sulawesi Tenggara mengenai sertifikasi kebun kakao berkelanjutan. 4. Ruang Lingkup Persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan pelatihan. 5. Pelaksanaan 5.1. Persiapan - Penetapan calon peserta pelatihan (Petugas Dinas Provinsi Sulawesi Barat dan petugas Dinas Kabupaten Polewali Mandar dan Mamuju; Petugas Dinas Provinsi Sulawesi Tenggara dan petugas Dinas Kabupaten Kolaka dan Konawe) - Penetapan calon peserta pelatihan petani - Penyediaan nara sumber (pelatih) yaitu dari Puslitkoka dan lembaga yang berkompeten di bidang sertifikasi kebun kakao berkelanjutan (untuk pelatihan 43

45 petugas). Sedangkan nara sumber untuk petani adalah petugas yang telah dilatih Materi Pelatihan Petugas Konsepsi sertifikasi kebun kakao berkelanjutan Indikator sertifikasi kebun kakao berkelanjutan Dinamika kelompok Pengembangan ekonomi kelompok berbasis keluarga Motivasi penumbuhan kelompok Hal lain yang diperlukan Petani Pengertian kebun kakao berkelanjutan Indikator sertifikasi kebun kakao berkelanjutan Budidaya kakao dan pasca panen 5.3. Metoda Pelatihan Pelatihan dilaksanakan dengan metoda teori dan praktek. 6. Waktu Pelatihan petugas (Fasda) dilaksanakan selama 2 minggu (14 hari). Sedangkan pelatihan petani dilaksanakan selama 3 (tiga) hari.pelatihan petugas dilaksanakan lebih dahulu. Setelah petugas dilatih dan siap, baru kemudian dilaksanakan pelatihan petani. 44

46 7. Lokasi Pelatihan petugas dilaksanakan di Kota Mamuju dan Kendari, sedangkan pelatihan petani dilaksanakan di lapangan (Lokasi Gernas) 8. Pelaksana Pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Provinsi dan Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan di Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara. 45

47 BAB V OPERASIONAL LABORATORIUM LAPANGAN 1. Pendahuluan Pelaksanaan kegiatan penguatan Laboratorium Lapangan (LL) pada Provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao), dalam mendukung pelaksanaan Gernas Kakao telah dimulai sejak tahun Diharapkan pelaksanaan kegiatan penguatan LL tersebut dapat memberikan penguatan terhadap kegiatan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) di lapangan. Provinsi pelaksana kegiatan penguatan LL, yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Bali, NTT, Maluku, Papua dan Kalimantan Barat. Pada tahun 2012, kegiatan Penguatan LL yang akan dilaksanakan fokus kepada demplot pengendalian OPT. Demplot pengendalian OPT kakao secara terpadu dilaksanakan dengan menerapkan teknologi panen sering, pemangkasan, sanitasi, dan pemupukan (PsPSP). Meskipun metode ini sudah dicanangkan secara nasional, akan tetapi penerapannya pada tingkat petani belum seperti yang diharapkan, salah satu penyebabnya adalah masih kurangnya kemauan dan 46

48 kemampuan petani dalam menerapkan PsPSP tersebut. Petani/kelompok tani dapat menerapkan suatu teknologi PHT, apabila telah ada kebun contoh yang menunjukkan keberhasilan PHT. Untuk itu perlu dilakukan demplot pelaksanaan kegiatan tersebut, agar petani langsung melihat dan mempraktekkannya, sehingga diharapkan ke depan pelaksanaan pengendalian OPT dapat dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Penerapan PsPSP, dalam demplot tersebut akan dikombinasikan dengan teknik pengendalian lainnya antara lain penggunaan Beauveria bassiana untuk mengendalikan hama PBK dan Helopeltis, dan Trichoderma sp. untuk mengendalikan penyakit busuk buah dan jamur akar. Kegiatan demplot pengendalian OPT kakao akan dilakukan pada kebun kakao yang telah direhabilitasi pada tahun 2009, dan pada kebun intensifikasi di Provinsi yang tidak terdapat kegiatan rehabilitasi. Demplot pengendalian OPT kakao akan dilaksanakan 7 Provinsi pelaksana Gernas kakao yaitu Sulsel, Sulteng, Sultra, Sulbar, Bali, NTT, dan Maluku. Kegiatan kaji terap teknologi perlindungan berupa kajian klon-klon lokal tahan OPT (kegiatan lanjutan tahun sebelumnya), 47

49 perbanyakan agens hayati (cendawan B.bassiana dan semut hitam/rangrang) dan pelatihan petani dalam perbanyakan agens hayati pengendali OPT kakao akan dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Barat dan Papua 2. Tujuan Tujuan dari kegiatan penguatan LL adalah mendukung pelaksanaan Gernas Kakao pada daerah-daerah pelaksana Gernas melalui kegiatan kaji terap teknologi perlindungan perkebunan. 3. Sasaran Sasaran dari pelaksanaaan kegiatan penguatan LL adalah terlaksananya peningkatan kemampuan LL dalam melakukan kaji terap teknologi, pengembangan APH, pelatihan petani dan pemantauan faktor iklim yang mendukung kegiatan Gernas Kakao. 4. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari kegiatan penguatan LL adalah - Honorarium tim pelaksana - Pemeliharaan peralatan operasional kegiatan meliputi: operasional kendaraan roda-4, dan roda-2. 48

50 - Kaji terap teknologi perlindungan perkebunan yang meliputi: Demplot pengendalian OPT, kegiatan ini dilaksanakan di 7 Provinsi pelaksana Gernas Kakao yaitu: Sulsel, Sulteng, Sultra, Sulbar, Bali, NTT dan Maluku; Pengadaan, pemasangan instalasi dan pelatihan Automatic Weather Station (AWS), kegiatan ini dilaksanakan di 9 Provinsi yaitu Sulsel, Sulteng, Sultra, Sulbar, Bali, NTT, Maluku, Papua dan Kalimantan Barat. Spesifikasi teknis AWS seperti terlampir Kajian klon-klon lokal tahan OPT, dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Barat dan Papua; Pelatihan petani dalam perbanyakan dan penyebaran agens hayati jamur B.bassiana dan semut hitam/rangrang dilaksanakan di Kalimantan Barat dan Papua Perbanyakan dan penyebaran agens hayati jamur B.bassiana dan semut hitam/rangrang dilaksanakan di Kalimantan Barat dan Papua 49

51 5. Pelaksanaan a. Demplot pengendalian OPT - Koordinasi dengan Dinas yang membidangi perkebunan di Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota, UPTD) melalui surat, telepon, faksimil dan kunjungan lapang. - Sosialisasi kepada petani. - Pemilihan CP/CL pada kebun petani peserta Gernas Kakao. - Pengamatan OPT awal - Pelaksanaan kegiatan demplot pengendalian OPT melalui pelaksanaan: o Panen sering o Pemangkasan o Sanitasi o Pemupukan (NPK dan Bokashi) o Penggunaan Agens Pengendali Hayati (B. bassiana dan semut hitam/rangrang o Dolomit/gamping/kulit telur o Penggunaan Feromon PBK o Pengendalian secara kimiawi o Pembuatan rorak - Bimbingan dalam rangka pengamatan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota/UPTD. - Evaluasi hasil pengendalian OPT kakao. 50

52 - Penyusunan laporan kegiatan b. Kegiatan perbanyakan dan penyebaran agens hayati B. bassiana dan semut hitam/rangrang dilakukan melalui: - Koordinasi dengan Dinas yang membidangi perkebunan di Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota, UPTD) melalui surat, telepon, faksimile dan kunjungan lapang. - Sosialisasi kepada petani. - Pemilihan CP/CL pada kebun petani peserta Gernas Kakao - Perbanyakan agens hayati - Penyebaran agens hayati - Pengamatan dan evaluasi hasil - Penyusunan laporan kegiatan c. Kegiatan Kajian klon-klon lokal tahan OPT dilakukan melalui - Inventarisasi klon-klon lokal kakao yang diduga tahan OPT yang merupakan hasil kegiatan tahun Pengujian klon-klon lokal yang diduga tahan OPT di laboratorium yang merupakan hasil kegiatan tahun Penyambungan entres tanaman kakao yang diduga tahan OPT di lokasi kebun yang merupakan 51

53 daerah endemis OPT kakao dilaksanakan pada tahun tahun Pengamatan terhadap OPT dilakukan pada tahun tahun Penyusunan laporan kegiatan. d. Kegiatan pelatihan petani dalam perbanyakan dan penyebaran agens hayati pengendali OPT dilakukan melalui: - Koordinasi dengan Dinas yang membidangi perkebunan di Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota, UPTD) melalui surat, telepon, faksimile dan kunjungan lapang. - Sosialisasi kepada petani peserta Gernas Kakao. - Pemilihan CP/CL pada kebun Gernas Kakao. - Penyiapan starter agens hayati - Pelatihan perbanyakan dan penyebaran serta cara monitoring keberhasilan penggunaan agens hayati di lapangan. - Evaluasi pelaksanaan kegiatan - Penyusunan laporan kegiatan e. Pengadaan, pemasangan instalasi dan pelatihan penggunaan SWS dilakukan melalui: 52

54 - Persiapan adminitrasi pengadaan alat AWS - Koordinasi dengan Balai Penelitian Klimatologi Bogor. - Pemasangan instalasi alat AWS - Pelatihan penggunaan alat AWS oleh Balitklimat-Bogor - Penyusunan laporan kegiatan 6. Sumberdaya Manusia (SDM) SDM yang akan melaksanakan kegiatan dukungan perlindungan adalah seluruh staf teknis yang ada di Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan terutama yang menangani perlindungan perkebunan bekerjasama dengan LL/UPTD, dibantu oleh staf administrasi. 7. Waktu Kegiatan operasional LL dilaksanakan dari bulan Januari s/d Desember Lokasi - Kegiatan dilaksanakan di 9 Provinsi pelaksana Gernas Kakao yaitu: Sulsel, Sultra, Sulteng, Sulbar, Bali, NTT, Maluku, Kalbar dan papua - Penentuan CP/CL dengan kriteria sebagai berikut: 53

55 Lokasi demplot pengendalian OPT dilakukan pada kabupaten pelaksana kegiatan Rehabilitasi tahun 2009 yaitu di Prov Sulbar, Sulsel, Sulteng, Sultra; sedangkan di Provinsi Bali dan Maluku, kegiatan dilaksanakan di Kabupaten pelaksana kegiatan intensifikasi tahun Kebun yang dipilih adalah kebun-kebun terserang OPT namun masih bisa diselamatkan/dipulihkan. Lokasi pelaksanaan kegiatan pelatihan perbanyakan agens hayati untuk pengendalian OPT kakao dilaksanakan pada lokasi pelaksana Gerna Kakao dan belum pernah mendapatkan kegiatan serupa pada tahun sebelumnya Lokasi untuk kegiatan penyebaran agens hayati B.bassiana dan semut hitam/rangrang dilaksanakan pada Kabupaten pelaksana Gerna Kakao dan belum pernah mendapatkan kegiatan serupa pada tahun sebelumnya. 9. Pelaksana Pelaksana kegiatan adalah Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan, bekerja sama dengan LL/UPTD/Balai. 54

56 BAB VI OPERASIONALISASI DAN PENGUTUHAN SUBSTASIUN PENELITIAN KAKAO 1. Pendahuluan Sampai dengan saat ini Sulawesi merupakan sentra produksi kakao Indonesia, bahkan pulau ini sudah dikenal sebagai salah satu pemasok penting kakao dunia. Pada tahun 2008 dilaporkan areal pertanaman kakao di Sulawesi mencapai ha dengan produksi ton. Namun, kakao di Sulawesi menghadapi masalah antara lain adalah umur tanaman yang sudah tua, produktivitas rendah, serangan hama dan penyakit, serta mutu biji yang rendah. Persoalan yang akan dihadapi oleh petani, pedagang, dan industriawan kakao di Sulawesi ditengarai akan semakin kompleks pada waktu-waktu yang akan datang. Pendekatan ilmiah melalui kegiatan penelitian, kajian, pelatihan, dan pendampingan transfer teknologi di bidang perkakaoan diharapkan akan dapat membantu menyelesaikan kompleksitas persoalan tersebut. Kegiatankegiatan tersebut akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila di Sulawesi tersedia sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung pengembangan kakao mengingat sampai saat ini belum ada Unit/Balai Penelitian kakao di pulau ini. Pendirian 55

57 Substasiun Penelitian Kakao diharapkan menjadi centre of exellence kakao di seluruh wilayah Sulawesi. 2. Tujuan Tujuan kegiatan operasional dan pengutuhan substasiun penelitian kakao adalah untuk mendukung pengembangan komoditas kakao di wilayah Sulawesi dan sentra-sentra produksi kakao nasional melalui riset untuk penciptaan/penemuan teknologi adaptif dan sebagai fasilitas diseminasi hasil-hasil penelitian maupun pengembangan kakao bagi petani. Tujuan spesifik operasional dan pengutuhan Substasiun Penelitian Kakao yaitu : - Memperoleh bahan tanaman unggul kakao yang adaptif pada kondisi agroklimat Indonesia Timur khususnya Sulawesi. - Memperoleh metode perbanyakan masal bahan tanam kakao unggul. - Memperoleh teknologi budidaya dan pasca panen yang efektif dan efisien. - Memperoleh teknologi pengendalian OPT utama (PBK dan VSD) yang efektif dan efisien serta sesuai untuk wilayah Indonesia Timur khususnya Sulawesi. - Memperoleh model kelembagaan yang sesuai untuk pengembangan kakao. - Memberikan fasilitas desiminasi dan pelatihan bagi petugas dan petani kakao di Sulawesi. 56

58 3. Sasaran Berfungsinya 4 unit Substasiun Penelitian Kakao di Provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. 4. Ruang Lingkup - Honorarium petugas/ pengelola substasiun di 4 provinsi (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara). - Kegiatan operasional kantor dan laboratorium di 4 provinsi (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara). - Operasional laboratorium substasiun penelitian di 4 provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, meliputi identifikasi klon-klon unggul lokal tahan OPT, optimasi kebun kakao melalui pola tanam konservasi, optimasi perawatan bibit kakao SE pasca aklimatisasi, uji adaptasi bahan tanam unggul harapan kakao, pendampingan aplikasi GAP kakao pada kelompok tani maju untuk menghasilkan biji kakao spesial. - Pemeliharaan kebun percontohan kakao. - Pengutuhan substasiun penelitian di Provinsi Sulawesi Tengah, meliputi perluasan gedung laboratorium sub stasiun, 57

59 pengutuhan bangunan sub stasiun, pengerasan jalan kebun percontohan. 5. Pelaksanaan 5.1. Operasional Substasiun Kegiatan operasional substasiun tahun 2012 terdiri dari: - Penempatan peneliti senior Puslitkoka Jember di substasiun penelitian (dalam rangka pendampingan operasional substasiun). - Identifikasi klon-klon unggul lokal tahan penyakit VSD. - Optimasi kebun kakao melalui pola tanam konservasi. - Optimasi pemeliharaanbenih kakao SE pasca aklimatisasi. - Uji adaptasi bahan tanam unggul harapan kakao. - Pendampingan Aplikasi GAP kakao pada kelompok tani maju untuk menghasilkan biji kakao spesial Pengutuhan Substasiun Kegiatan pengutuhan substasiun penelitian kakao di Provinsi Sulawesi Tengah meliputi perluasan gedung laboratorium substasiun, pengutuhan bangunan substasiun dan pengerasan jalan kebun percontohan. 58

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO BERKELANJUTAN TAHUN 2015 PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO BERKELANJUTAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015 KATA

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS GERAKAN NASIONAL PENINGKATAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO TAHUN 2018 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2017 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KEBUN SUMBER BAHAN TANAM TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanaman kakao lindak di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS

2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS 2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS GEJALA SERANGAN PENGHISAP BUAH Menyerang buah dan pucuk kakao. Serangan Helopeltis pada buah muda menyebabkan layu pentil. Serangan Helopeltis pada pucuk menyebabkan mati pucuk.

Lebih terperinci

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

Ketersediaan klon kakao tahan VSD Alternatif Pengendalian Penyakit VSD (vascular-streak dieback) Melalui Penggantian Tajuk Tanaman Teguh Iman Santoso 1), Sudarsianto 1), dan A. Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,

Lebih terperinci

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP REKOMENDASI PENGENDALIAN PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) PADA TANAMAN KAKAO (Theobromae cocoa) di PT. PERKEBUNAN HASFARM SUKOKULON KEBUN BETINGA ESTATE KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA Christina

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN LADA BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN LADA BERKELANJUTAN TAHUN 2015 PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN LADA BERKELANJUTAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015 KATA

Lebih terperinci

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000)

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000) STUDI KELAYAKAN PT. PERKEBUNAN GLENMORE SEBAGAI PRODUSEN BENIH KAKAO Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan - Surabaya I. Pendahuluan PT. Perkebunan Glenmore

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KEBUN SUMBER BAHAN TANAM TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2013 PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BENIH KAKAO BERMUTU DAN TEKNIK BUDIDAYA SESUAI STANDAR DALAM RANGKA MENYUKSESKAN GERNAS KAKAO

PENGGUNAAN BENIH KAKAO BERMUTU DAN TEKNIK BUDIDAYA SESUAI STANDAR DALAM RANGKA MENYUKSESKAN GERNAS KAKAO PENGGUNAAN BENIH KAKAO BERMUTU DAN TEKNIK BUDIDAYA SESUAI STANDAR DALAM RANGKA MENYUKSESKAN GERNAS KAKAO 2009-2011 Zaki Ismail Fahmi, SP. (Calon PBT Ahli) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN PALA BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN PALA BERKELANJUTAN TAHUN 2015 PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN PALA BERKELANJUTAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015 KATA

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118 Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur Dwi Suci Rahayu 1) dan Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118 Nusa Tenggara Timur (NTT) termasuk

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkebunan kakao merupakan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan andalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkebunan kakao merupakan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan andalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Perkembangan Budidaya Kakao Kakao (Thebroma cacao. L) merupakan salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan yang peranannya cukup penting dalam kehidupan sosial

Lebih terperinci

Realisasi (Rp) Tidak Langsung A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN ,00-0,00 0,

Realisasi (Rp) Tidak Langsung A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN ,00-0,00 0, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A. 2017 LAPORAN REALISASI (FISIK DAN KEUANGAN ) ANGGARAN KINERJA BERDASARKAN KOMPONEN BIAYA BELANJA TIDAK LANGSUNG DAN BELANJA LANGSUNG

Lebih terperinci

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A. 2017 LAPORAN REALISASI (FISIK DAN KEUANGAN ) ANGGARAN KINERJA BERDASARKAN KOMPONEN BIAYA BELANJA TIDAK LANGSUNG DAN BELANJA LANGSUNG

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PERLUASAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DI LAHAN KERING TAHUN 2016

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PERLUASAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DI LAHAN KERING TAHUN 2016 PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PERLUASAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DI LAHAN KERING TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2016 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN LADA TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.5-/216 DS995-2521-7677-169 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama)

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama) PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama) A. PENDAHULUAN Tanaman kakao/coklat termasuk dalam genus

Lebih terperinci

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA Perkebunan kakao merupakan salah satu sektor unggulan di bidang pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara dimana sekitar 52% total

Lebih terperinci

Belanja ( x Rp ) 28,459,972, ,459,972, ,351,299,600 A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

Belanja ( x Rp ) 28,459,972, ,459,972, ,351,299,600 A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN PROVINSI : SULAWESI SELATAN SKPD : DINAS PERKEBUNAN PERIODE : DESEMBER 2013 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A. 2013 LAPORAN REALISASI (FISIK DAN KEUANGAN ) ANGGARAN KINERJA

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KEBUN SUMBER BENIH KAKAO dan KOPI BERKELANJUTAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in

KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG Oleh: Erna Zahro in KAKAO INDONESIA Indonesia merupakan penghasil kakao (Theobroma cacao) nomor tiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Produksinya

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN SAGU TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Seperti

Lebih terperinci

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT Mochamat Bintoro 1 dan Yuslaili Ningsih 2 1 Produksi Pertanian, 2 Jurusan Bahasa, Komunikasi dan Pariwisata, Politeknik Negeri Jember 1 mochamatb17@gmail.com, 2 yuslaili74@gmail.com

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS SELEKSI TENAGA PENDAMPING KEGIATAN PENGEMBANGAN KAKAO BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS SELEKSI TENAGA PENDAMPING KEGIATAN PENGEMBANGAN KAKAO BERKELANJUTAN PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS SELEKSI TENAGA PENDAMPING KEGIATAN PENGEMBANGAN KAKAO BERKELANJUTAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO

LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO PROGRAM: INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS. NIP i

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS. NIP i DRAFT i KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Penanaman Nilam Tahun 2015 disusun dan dipersiapkan sebagai panduan bagi pelaksana kegiatan pengembangan tanaman nilam yang dilaksanakan oleh Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR Kakao Cengkeh Kopi PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KEBUN BENIH TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN CENGKEH BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN CENGKEH BERKELANJUTAN TAHUN 2015 PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN CENGKEH BERKELANJUTAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015 KATA

Lebih terperinci

Budi Daya Kakao pada Kebun Campur

Budi Daya Kakao pada Kebun Campur PEDOMAN Budi Daya Kakao pada Kebun Campur A. Adi Prawoto, Endri Martini PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA (Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute) bekerja sama dengan AGFOR SULAWESI 2014

Lebih terperinci

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN CENGKEH TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI BERKELANJUTAN TAHUN 2015 PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI BERKELANJUTAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015 KATA

Lebih terperinci

[ nama lembaga ] 2012

[ nama lembaga ] 2012 logo lembaga 1.04.02 KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES DI WILAYAH GERNAS KAKAO Prof. Dr. Ir. Azmi Dhalimi, SU Balai Besar Pengkajian

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2013 PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

, ,56 99, , ,05 96,70

, ,56 99, , ,05 96,70 LAPORAN KONSOLIDASI PER PROGRAM/KEGIATAN/SUB.KEGIATAN/GROUP TAHUN ANGGARAN 2016 DANA DEKON DAN TUGAS PEMBANTUAN LINGKUP DITJEN PERKEBUNAN, P2HP DAN PSP Posisi : DESEMBER 2016 Sasaran Fisik Sasaran Keuangan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN logo lembaga [ x.265 ] KAJIAN DAYA ADAPTASI BEBERAPA KLON UNGGUL KAKAO DISULAWESI TENGGARA Ir. Agussalim, MP Dr. Ir. Taufiq Ratule, M.Si Rusdin, SP KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao memegang peranan penting dalam hal pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Komoditas ini memberikan kontribusi terhadap pendapatan devisa negara, pengadaan lapangan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013 KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013 Kementerian negara/lembaga : Pertanian Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Perkebunan Program :

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN UMUM GERAKAN NASIONAL PENINGKATAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

Vol. Sat. Keu (Rp x 1,000) Keu (Rp x 1,000) Vol Sat. %

Vol. Sat. Keu (Rp x 1,000) Keu (Rp x 1,000) Vol Sat. % LAPORAN KONSOLIDASI PER PROGRAM/KEGIATAN/SUB.KEGIATAN/GROUP TAHUN ANGGARAN 2014 DANA DEKON DAN TUGAS PEMBANTUAN LINGKUP DITJEN PERKEBUNAN, P2HP DAN PSP Posisi : JUNI 2014 Kode Program / Kegiatan / Output

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat secara berkeadilan dan berkelanjutan,

Lebih terperinci

INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya

INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu program pembangunan perkebunan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL Dwi Nugroho Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, 26 Maret 2018 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS REHABILITASI LABORATORIUM HAYATI TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Rehabilitasi

Lebih terperinci

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGENDALIAN HAMA PBK PADA PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI DESA SURO BALI KABUPATEN KEPAHIANG ABSTRAK PENDAHULUAN

PERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGENDALIAN HAMA PBK PADA PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI DESA SURO BALI KABUPATEN KEPAHIANG ABSTRAK PENDAHULUAN PERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGENDALIAN HAMA PBK PADA PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI DESA SURO BALI KABUPATEN KEPAHIANG Kusmea Dinata, Afrizon, Siti Rosmanah dan Herlena Bidi Astuti Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

FAKTOR TEKNIK BUDIDAYA Yang MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) di KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH

FAKTOR TEKNIK BUDIDAYA Yang MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) di KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH FAKTOR TEKNIK BUDIDAYA Yang MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) di KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH RADHETA MILLATY PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

DRAFT Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Kapas Tahun 2015 i

DRAFT Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Kapas Tahun 2015 i DRAFT Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Kapas Tahun 2015 i KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya maka dapat disusun Pedoman Teknis

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR LAMPIRAN Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Kapas Tahun 2014 i KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya maka dapat disusun Pedoman Teknis Penanaman

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Tujuan Sasaran RPJMD Kinerja Utama Program dan Kegiatan Indikator

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KARET TAHUN 2018 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2017 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR

Lebih terperinci

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A. 2017 LAPORAN REALISASI (FISIK DAN KEUANGAN ) ANGGARAN KINERJA BERDASARKAN KOMPONEN BIAYA BELANJA TIDAK LANGSUNG DAN BELANJA LANGSUNG

Lebih terperinci

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A. 2017 LAPORAN REALISASI (FISIK DAN KEUANGAN ) ANGGARAN KINERJA BERDASARKAN KOMPONEN BIAYA BELANJA TIDAK LANGSUNG DAN BELANJA LANGSUNG

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN LADA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016 Disampaikan pada acara : Pramusrenbangtannas Tahun 2016 Auditorium Kementerian Pertanian Ragunan - Tanggal, 12 Mei 201 KEBIJAKAN OPERASIONAL DIREKTORATJENDERALHORTIKULTURA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Gambaran Umum Komoditi Kakao di Kabupaten Asahan Sumatera Utara Tanaman kakao di Sumatera Utara diperkenalkan tahun 1975 1977 di Desa Lubuk Palas Kecamatan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A. 2017 LAPORAN REALISASI (FISIK DAN KEUANGAN ) ANGGARAN KINERJA BERDASARKAN KOMPONEN BIAYA BELANJA TIDAK LANGSUNG DAN BELANJA LANGSUNG

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN KELEMBAGAAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN KELEMBAGAAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN KELEMBAGAAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Januari, 2009 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Penguatan Kelembagaan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014 PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

DINAS PERKEBUNAN. Tugas Pokok dan Fungsi. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas :

DINAS PERKEBUNAN. Tugas Pokok dan Fungsi. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas : DINAS PERKEBUNAN Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Sekretaris mempunyai tugas : a. Menyusun rencana dan program kerja kesekretariatan; b. Mengkoordinasikan program kerja masing-masing Sub Bagian; c. Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 1 Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan Dan Kehutanan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii iv v vi DAFTAR TABEL vii viii DAFTAR GAMBAR ix x DAFTAR LAMPIRAN xi xii 1 PENDAHULUAN xiii xiv I. PENDAHULUAN 2 KONDISI UMUM DIREKTOAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2005-2009

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN TEH TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KAKAO UNTUK MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI PROVINSI GORONTALO

KAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KAKAO UNTUK MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI PROVINSI GORONTALO KAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KAKAO UNTUK MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI PROVINSI GORONTALO Muh. Asaad 1 dan Agus Hasbianto 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Gorontalo Jl. Kopi 270, Tilong

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A. 2017 LAPORAN REALISASI (FISIK DAN KEUANGAN ) ANGGARAN KINERJA BERDASARKAN KOMPONEN BIAYA BELANJA TIDAK LANGSUNG DAN BELANJA LANGSUNG

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK TEKNIS NOMOR : 26/1801.013/011/B/JUKNIS/2013

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA GAHARU SERTA PERAN NYATA PENYULUH KEHUTANAN DALAM BUDIDAYA GAHARU

TEKNIK BUDIDAYA GAHARU SERTA PERAN NYATA PENYULUH KEHUTANAN DALAM BUDIDAYA GAHARU TEKNIK BUDIDAYA GAHARU SERTA PERAN NYATA PENYULUH KEHUTANAN DALAM BUDIDAYA GAHARU Oleh : Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan BP2SDM Berdasarkan sifat fisiologis jenis-jenis

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP) PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI KABUPATEN KEPAHIANG BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP) PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI KABUPATEN KEPAHIANG BENGKULU RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP) PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI KABUPATEN KEPAHIANG BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 Dok L.11/19/03/2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun

Lebih terperinci