JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013"

Transkripsi

1 PERANCANGAN STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) PENGELOLAAN PASCA PANEN DAUN KUMIS KUCING DENGAN METODE PLAN DO CHECK ACTION (PDCA) DI KLASTER BIOFARMAKA KARANGANYAR Skripsi JINGGA NUANSA NARWASTUJATI I JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

2 ABSTRAK Jingga Nuansa Narwastujati, NIM : I , PERANCANGAN STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) PENGELOLAAN PASCA PANEN DAUN KUMIS KUCING DENGAN METODE PLAN DO CHECK ACTION (PDCA) DI KLASTER BIOFARMAKA KARANGANYAR. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Februari Penelitian ini bertujuan untuk merancang Standard Operating Procedures (SOP) proses pasca panen Kumis Kucing yang dapat diterapkan di Klaster Biofarmaka Karanganyar. Selama ini para petani di klaster melakukan pengelolaan pasca panen, khususnya untuk Daun Kumis Kucing belum dengan prosedur standar atau hanya berdasarkan pengalaman mereka. Hal ini menyebabkan kualitas simplisia yang dihasilkan tidak memenuhi standar kualitas. Standar kualitas tersebut antara lain adalah kadar air maksimal 10% dan tidak mengandung serangga. SOP ini dibuat dengan melihat proses penanganan pasca panen tanaman obat Daun Kumis Kucing di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu. Untuk perancangan dan penyusunan SOP tersebut, digunakan metode Plan Do Check Action (PDCA). Metode atau siklus PDCA juga disebut dengan Deming cycle, Shewhart cycle, Deming wheel, atau Plan Do Study Act (PDSA). Metode ini merupakan penyusunan langkah-langkah perbaikan dengan menggunakan macam-macam tools kualitas atau biasa disebut dengan Seven tools. PDCA ini digunakan dalam upaya perbaikan dan implementasi SOP agar berjalan secara terus menerus (continuous improvement) untuk mempertahankan kualitas proses dan produk pasca panen. Hasil dari penelitian ini ialah prosedur standar untuk meningkatkan kualitas proses dan produk pasca panen khususnya simplisia tanaman Kumis Kucing di Klaster Biofarmaka Karanganyar. Kata kunci: Daun Kumis Kucing, Klaster Biofarmaka, Pasca panen, PDCA, Simplisia, SOP, Tanaman obat xii + 73, 9 gambar, 8 tabel, 3 lampiran, daftar pustaka: 21 ( ) vii

3 ABSTRACT Jingga Nuansa Narwastujati, NIM : I , DESIGNING STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) OF AFTER-HARVEST KUMIS KUCING PLANT USING PLAN. DO. CHECK, ACTION (PDCA) IN KARANGANYAR BIOFARMAKA CLUSTER. Skripsi. Surakarta : Departement of Industrial Engineering Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, February This research has aim to design Standard Operating Procedures (SOP) of after-harvest Kumis Kucing Plant which can be implemented in Karanganyar Biofarmaka Cluster. For all the time, farmers in this cluster manage after-harvest activity with their own experiences and neglecting the use of standard procedures. However, the quality of dried slice does not conform with standard of quality. Those standard qualities for dried slice are the maximum moisture content 10% and not bugs containing. This SOP is designed by observing after-harvest process of Kumis Kucing Plant in Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu. This SOP used Plan Do Check Action (PDCA) method. This method or PDCA cycle also called as Deming cycle, Shewhart cycle, Deming wheel, or Plan Do Study Act (PDSA). This method conducts the improvement by using quality tools or usually it called Seven Tools. PDCA has effort for improving and applying the SOP to develop continuous improvement of after-harvest quality in its process and product. The result of this research is standard procedures to improve process and product qualities of after-harvest, especially dried slice of Kumis Kucing Plant in Karanganyar Biofarmaka Cluster. Keywords: Kumis Kucing Plant, Biofarmaka Cluster, After-harvest, PDCA, Dried slice, SOP, Plant medicne xii + 73, 9 figures, 8 tables, 3 attachments, bibliography: 21 ( ) viii

4 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian yang telah dilakukan, serta sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian. 1.1 LATAR BELAKANG Kabupaten Karanganyar sangat potensial untuk mengembangkan sektor pertanian karena sebagian besar wilayahnya masih didominasi oleh lahan-lahan pertanian. Salah satunya ialah pertanian tanaman obat. Tanaman obat di Kabupaten Karanganyar memiliki nilai ekonomis tinggi bagi masyarakat, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Melihat kondisi tersebut, maka dibentuklah Klaster Biofarmaka Karanganyar yang terdiri atas 10 Gapoktan dari 6 kecamatan di Karanganyar, yaitu Kecamatan Jumantono, Jumapolo, Jatipuro, Ngargoyoso, Mojogedang dan Kerjo. Komoditas utama klaster ini ialah tanaman obat yang berasal dari rimpang. Tanaman obat selain rimpang masih sekadar untuk memenuhi kebutuhan petani sendiri. Tanaman obat misalnya yang berasal dari daun sebenarnya memiliki potensi yang sama. Salah satunya adalah Daun Kumis Kucing. Daun ini memiliki banyak khasiat, seperti di Indonesia daun ini digunakan sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik), penyembuhan batuk, encok, masuk angin, sembelit, pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, dan albuminuria (Rukmana, 2000). Walaupun banyak manfaatnya, tanaman ini belum banyak dibudidayakan secara intensif. Di klaster juga belum ada kebijakan untuk mengembangkan tanaman tersebut, dikarenakan budidaya Kumis Kucing yang secara monokultur dianggap menyebabkan produktivitas tanaman dan tingkat pendapatan rendah. Padahal, Daun Kumis Kucing ini dapat menambah potensi I-1

5 dan peluang klaster untuk lebih mengembangkan keanekaragaman dan pemasaran produk biofarmakanya. Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional atau B2P2TO-OT (2011), daun ini memiliki prospek ekonomi yang cukup menjanjikan. Jika dihitung berdasarkan tingkat produktivitas minimalnya yaitu 6 ton/ha/tahun dengan harga simplisia Rp 6.000,-/kg maka akan menghasilkan Rp ,-/Ha/tahun. Selain melihat prospek ekonominya, dari segi potensi pasar menurut Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik atau Balittro (2009), daun ini biasa dipasarkan untuk industri farmasi dan jamu, sedangkan ekspornya ditujukan ke negeri Belanda, Jerman, Eropa Barat dan Amerika Serikat. Permintaan simplisia Kumis Kucing menurut Trubus (2009), untuk industri obat tradisional lokal pada tahun 2009 sebanyak 10 ton/tahun dan berfluktuasi setiap tahunnya. Namun, suatu produk biofarmaka yang akan dipasarkan baik dalam bentuk segar, serbuk, maupun simplisia harus memenuhi standar kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Ketiga hal tersebut selain ditentukan oleh proses budidayanya, pengelolaan pasca panen juga memegang peranan penting dalam segi kualitas. Pengelolaan pasca panen ini meliputi kegiatan penyortiran, pencucian, pengolahan hasil, pengeringan, pengemasan, sampai pada penyimpanan. Kegiatan pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan menjadi hal yang penting dalam pengelolaan pasca panen karena dapat berpengaruh terhadap kualitas simplisia. Standar kualitas simplisia menurut Balittro (2009) ialah kadar air maksimal 10% dan tidak terjangkit serangga. Kegiatan pengeringan yang tidak sempurna akan menyebabkan tingginya kadar air pada simplisia sehingga simplisia mudah busuk dan berjamur. Begitu juga pada kegiatan pengemasan dan penyimpanan, jika kemasan tidak kedap udara, serta gudang penyimpanan kotor dan lembab maka kadar air simplisia akan meningkat sehingga simplisia mudah berjamur. I-2

6 Selama ini beberapa petani yang tertarik dengan budidaya Daun Kumis Kucing melakukan pengelolaan pasca panen Daun Kumis Kucing hanya berdasarkan pengalaman. Hal ini menyebabkan kualitas simplisia yang dihasilkan tidak memenuhi standar kualitas. Maka dari itu, perlu disusun suatu pedoman pengelolaan pasca panen yang berisi prosedur standar atau biasa disebut dengan Standard Operating Procedures (SOP). SOP dibuat dengan melihat proses penanganan pasca panen tanaman obat Daun Kumis Kucing di B2P2TO-OT Tawangmangu. Untuk perancangan dan penyusunan SOP tersebut, digunakan metode Plan Do Check Action (PDCA). PDCA ini merupakan metode problem solving yang terdiri atas empat langkah proses, yaitu Perencanaan (Plan), Pelaksanaan / Implementasi (Do), Pemeriksaan (Check), dan Tindak Lanjut (Action). PDCA ini digunakan dalam upaya perbaikan dan implementasi SOP agar berjalan secara terus menerus (continuous improvement) untuk mempertahankan kualitas proses dan produk pasca panen. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana merancang Standard Operating Procedures (SOP) dengan metode Plan Do Check Action (PDCA) yang dapat diterapkan pada pengelolaan pasca panen Daun Kumis Kucing? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menghasilkan rancangan Standard Operating Procedures (SOP) pengelolaan pasca panen Daun Kumis Kucing yang dapat diterapkan di Klaster Biofarmaka Karanganyar. I-3

7 1.4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah menstandarkan prosedur untuk meningkatkan kualitas proses dan produk pasca panen khususnya tanaman Kumis Kucing di Klaster Biofarmaka Karanganyar. 1.5 BATASAN MASALAH Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini ialah : 1. Penyusunan SOP untuk proses produksi simplisia Daun Kumis Kucing. 2. Sampel penelitian dilakukan pada kelompok tani Sumber Rejeki I. 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang mengenai permasalahan yang akan dibahas, perumusan masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat yang ingin dicapai, batasan masalah, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi landasan teori yang merupakan penjelasan secara terperinci mengenai teori-teori yang digunakan, sebagai landasan pemecahan masalah, serta memberikan penjelasan secara garis besar metode yang digunakan sebagai kerangka pemecahan masalah. Tinjauan pustaka ini diambil dari berbagai sumber. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses pelaksanaan penelitian yang digambarkan dalam bentuk flowchart dan tiap tahapnya diberi penjelasan. I-4

8 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini menguraikan data-data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah dan cara pengolahan data yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis dari pengolahan data sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dan saransaran yang berkaitan dengan permasalahan yang ada. I-5

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini berisi tentang tinjauan umum tempat studi kasus dan konsepkonsep teori yang menjadi tinjauan pustaka dalam penulisan laporan. 2.1 TINJAUAN UMUM TEMPAT STUDI KASUS KLASTER BIOFARMAKA Kabupaten Karanganyar sangat potensial untuk mengembangkan pertanian karena sebagian besar wilayahnya masih didominasi oleh lahan-lahan pertanian. Sektor pertanian sendiri memiliki kontribusi sebesar 21% terhadap PDRB kabupaten Karanganyar. Salah satu pertanian yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan ialah tanaman obat. Terdapat banyak jenis tanaman obat di Kabupaten Karanganyar yang memiliki nilai ekonomis tinggi bagi masyarakat, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Melihat kondisi tersebut maka dibentuklah Klaster Biofarmaka Karnganyar. Klaster Biofarmaka Karanganyar ini terdiri atas 10 Kelompok Tani dari 6 kecamatan di Karanganyar, yaitu Kecamatan Jumantono, Jumapolo, Jatipuro, Ngargoyoso, Mojogedang dan Kerjo. Berikut visi dan misi dari Klaster Biofarmaka: Visi : Mewujudkan Kabupaten Karanganyar sebagai sentra Biofarmaka di Indonesia. Misi : 1. Peningkatan luas lahan dan produksi biofarmaka. 2. Peningkatan kualitas budidaya dan pasca panen sesuai SAP- SOP. 3. Peningkatan kerja sama dengan pelaku usaha serta pelaku pasar biofarmaka. 4. Pelatihan yang terintegrasi dan berkesinambungan bagi petani II-1

10 klaster. 5. Pengembangan usaha berbasis teknologi dan pemberdayaan masyarakat. 6. Pemanfaatan sumber daya modal dan perbankan untuk pengembangan usaha. Tujuan dibentuknya klaster biofarmaka di Kab Karanganyar adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan jumlah produksi dan penghasilan petani yang didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai dan tepat guna. 2. Terbentuknya home industri klaster biofarmaka (simplisia, tepung, dan jamu instan) sehingga berperan dalam penciptaan lapangan kerja masyarakat. 3. Meningkatkan kesejahteraan para anggota klaster. Struktur organisasi dari Klaster Biofarmaka ialah sebagai berikut: Gambar 2.1 Struktur Organisasi Klaster Biofarmaka Sumber: Klaster Biofarmaka, 2012 II-2

11 Adapun tugas, wewenang, serta tanggung jawab pada setiap struktur organisasi klaster biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut: 1. Ketua a. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang ada di klaster. b. Mengkoordinir semua kelompok tani yang menjadi anggota klaster. c. Menyelesaikan dan mencari solusi atas semua permasalahan yang terjadi dari hulu ke hilir yang meliputi budidaya, panen, pasca panen, pengolahan, pemasaran, permodalan, serta sarana dan prasarana yang dapat menunjang produktivitas klaster. 2. Wakil Ketua I dan II Membantu kerja ketua untuk mengkoordinir semua kegiatan yang ada di klaster. 3. Sekretaris Mencatat dan melaporkan semua kegiatan dari hulu ke hilir berdasarkan laporan dari tupoksi (tugas pokok dan fungsi) terkait kegiatan. 4. Wakil Sekretaris Membantu kerja sekretaris dalam hal kearsipan laporan semua kegiatan yang dilaksanakan di klaster. 5. Bendahara Mencatat semua pengeluaran yang berkaitan dengan keuangan termasuk permodalan. 6. Produksi Usaha Mengkoordinir semua kegiatan yang terkait dengan budidaya dan pengolahan. 7. Pengolahan dan Pemasaran Mengkoordinir dan memfasilitasi semua kegiatan yang terkait dengan pemasaran. II-3

12 8. Usaha Membantu kelancaran kegiatan setiap unit usaha yang terdapat di klaster. 2.2 BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL (B2P2TO2T) TAWANGMANGU Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu berada di desa Kalisoro dan Tlogodlingo, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah dan memiliki ketinggian ± m dpl dilereng Barat Gunung Lawu, 45 km di sebelah Timur Kota Surakarta. B2P2TO-OT Tawangmangu ini berdiri sejak tahun Semula balai ini bernama Hortus Medicus Tawangmangu, namun atas dasar pertimbangan bahwa Hortus Medicus merupakan tempat Penelitian Tanaman Obat, maka sesuai surat keputusan Menteri Kesehatan R.I No. 149/Men.Kes/SK/IV/78 tanggal 28 April 1978, Hortus Medicus Tawangmangu diubah menjadi Balai Besar Penelitian Tanaman Obat (BPTO) yang merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. B2P2TO-OT mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut B2P2TO-OT Tawangmangu mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi penelitian dan atau pengembangan di bidang tanaman obat dan obat tradisional. 2. Pelaksanaan eksplorasi, iventarisaasi, identifikasi, adaptasi dan koleksi plasma nutfah tanaman obat. 3. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi konservasi dan pelestarian plasma nutfah tanaman obat. 4. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi standarisasi tanaman obat dan bahan baku obat tradisional. II-4

13 5. Pelaksanaan dan pengembangan jejaring kerjasama dan kemitraan di bidang tanaman obat dan obat tradisional. 6. Pelaksanaan kajian dan diseminasi informasi tanaman obat dan obat tradisional. 7. Pelaksanaan dan pelatihan teknis di bidang pembibitan, pembudidayaan, pasca panen, analisa, koleksi spesimen tanaman obat serta uji keamanan dan kemanfaatan obat tradisional. 8. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Di B2P2TO-OT ini dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan prosedur pengelolaan pasca panen di lembaga tersebut dengan Klaster Biofarmaka. Prosedur ini sebenarnya hampir sama dengan prosedur pasca panen di Klaster Biofarmaka, namun dilengkapi dengan beberapa proses, yaitu penyortiran basah dan kering, penimbangan basah dan kering, pelabelan, serta pengamatan. Berikut Gambar 2.2 menunjukkan bagan pasca panennya: A Gambar 2.2 Proses Pasca Panen B2P2TO-OT Sumber: B2P2TO-OT, 2011

14 A 1. Pengumpulan Gambar 2.2 Proses Pasca Panen B2P2TO-OT (lanjutan) Sumber: B2P2TO-OT, 2011 Panen Kumis Kucing dilakukan ketika tanaman berumur sekitar 10 minggu. Pada saat itu, tanaman sudah berbunga tapi belum keluar buah, karenaa pada fase awal pembungaan diperoleh kandungan bahan aktifnya yang tinggi. Pemanenan dilakukan dengan memetik langsung daun yang berada pada pucukk tanaman. Daun hasil panen dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung atau bagor yang bersih. 2. Penyortiran basah Penyortiran basah bertujuan memisahkan bahan dari kotoran-kotoran seperti misalnya kerikil, tanah, gulma, dan rumput. Selain itu, penyortiran basah bertujuan untuk memilah bahan berdasarkan panjang, lebar, besar, kecil, layak atau tidaknya daun sehingga nantinya akan diperoleh ukuran simplisia yang seragam.

15 3. Pencucian Pencucian ini untuk membersihkan daun dari tanah, kotoran-kotoran maupun mikroba yang menempel. Pencucian ini akan menurunkan jumlah mikroba pathogen yang menyebabkan pembusukan. Pencucian menggunakan air yang mengalir sehingga kotoran yang sudah lepas tidak menempel lagi. Proses pencucian hendaknya tidak terlalu lama / direndam, agar senyawa aktifnya tidak larut dalam air. Kualitas air yang dipakai hendaknya diperhatikan. Tidak dianjurkan memakai air sungai, karena dikhawatirkan sudah tercemar bakteri, Setelah pencucian selesai, bahan ditiriskan untuk mengurangi kandungan air.. 4. Penimbangan Basah Penimbangan basah ini bertujuan untuk mengetahui berat bersih bahan yang akan diproses menjadi simplisia. Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbang dan alat ukur yang dipakai hendaklah sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau ditakar (BPOM, 2011). 5. Pelayuan / Peram Pelayuan / peram bertujuan agar bahan mengalami fermentasi dan pelayuan sebelum dikeringkan. Bahan / daun dihamparkan di atas alas anyaman bambu (widig) dan dibiarkan selama 1-2 malam. Pada proses ini daun tidak boleh ditumpuk terlalu tebal sebab akan menghasilkan daun yang tidak kering merata dan kualitasnya rendah. 6. Pengeringan Pengeringan dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan oven. Untuk pengeringan manual, dijemur di atas nampan bambu dengan menggunakan sinar matahari langsung selama 3 hari hingga diperoleh daun yang kering dan mati. Jika menggunakan oven, maka suhunya tidak boleh di atas 60 o C. II-7

16 Pengeringan dengan cara dibolak-balik agar diperoleh hasil daun yang kering merata. Pengeringan ini dilakukan hingga kadar air mencapai di bawah 10%. 7. Penyortiran Kering Penyortiran kering bertujuan memisahkan simplisia dari kotoran-kotoran seperti misalnya kerikil, debu, dan tanah. Penyortiran ini bertujuan simplisia tidak tercemar oleh benda-benda asing sehingga kualitasnya dapat terjaga. Selain itu, penyortiran kering juga bertujuan untuk memilih antara simplisia yang sudah kering sempurna maupun yang belum. 8. Penimbangan Kering Penimbangan kering ini bertujuan untuk mengetahui bobot susut dari simplisia. Bobot susut yang dimaksud ialah membandingkan bobot basah bahan segar dengan bobot kering sesudah menjadi simplisia. Perbandingan bobot tersebut sekitar 5:1, yaitu 5 kg saat bobot basah dan 1 kg saat bobot kering. Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbang dan alat ukur yang dipakai hendaklah sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau ditakar (BPOM, 2011). 9. Pengepakan dan Pelabelan Simplisia yang sudah kering dimasukkan ke dalam plastik kedap udara agar tidak lembab dan menyebabkan timbulnya jamur pada simplisia. Pelabelan memuat informasi tentang no.kode, nama simplisia, tanggal penyimpanan, berat simplisia, 10. Penyimpanan Simplisia yang sudah dikemas, disimpan di dalam gudang penyimpanan. Setiap simplisia dikelompokkan sesuai dengan jenisnya, tidak tercampur antar simplisia yang lain. Simplisia disusun dengan metode FIFO (First In First Out) sesuai dengan tanggal penyimpanannya (BPOM, 2011). Gudang penyimpanan hendaknya bersih, tidak lembab, dan terlindung dari sinar matahari langsung. II-8

17 11. Pengamatan Pengamatan pada produk simplisia dilakukan dalam jangka waktu tertentu, misalnya 3 bulan sekali. Pengamatan ini meliputi pengecekan dan pengujian mutu yang ada dalam gudang. Kerusakan akibat penyimpanan dapat berupa hancurnya simplisia, berjamur, terkena serangga, berubah dalam hal warna, rasa, dan bau. 2.3 KUMIS KUCING (ORTHOSIPHON STAMINEUS, BENTH) Berikut merupakan taksonomi dari tanaman Kumis Kucing: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Lamiaceae : Orthosiphon : Orthosiphon stamineus, Benth Tanaman Kumis Kucing merupakan tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi tidak tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2 m. Batang bersegi empat agak beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau tumpul pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1 10 cm dan lebarnya 7.5 mm 1.5 cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 29 cm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dengan ukuran panjang 13 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek yang berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 18mm, panjang bibir mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang mm. II-9

18 Gambar 2.3 Kumis Kucing Sumber : B2P2TO-OT, 2011 Untuk prosedur pasca panen Kumis Kucing menurut Balittro (2009) adalah sebagai berikut: 1. Pemanenan Pemetikan yang terbaik bila umur tanaman sudah mencapai 10 minggu. Cara memetiknya dengan 4-6 helai daun paling atas beserta batangnya di petik, daun dibawahnya dipetik karena termasuk daun tua. 2. Pencucian Daun yang sudah dipetik, kemudian melalui proses pencucian. Pencucian dengan menggunakan air mengalir. 3. Pengeringan Daun yang sudah dicuci kemudian dijemur dipanas matahari (merupakan cara konvensional). Untuk cara pengeringan yang baik ialah dengan menggunakan panas buatan (oven). Caranya ialah daun diangin-anginkan di tempat atau di bangsal-bangsal yang mempunyai sirkulasi udara baik. Lalu letakan daun di atas para-para, suhu dalam oven antara 50 o C sampai 60 o C. Tempat pengeringan II-10

19 dibuat dari papan dan jangan dari logam. Pengeringan dianggap cukup bila daun sudah kering dan mudah hancur jika diremas. Biasanya penyusutan dari daun basah menjadi daun kering dengan perbandingan 5 : Pengemasan Daun yang telah kering harus segera dikemas dengan cara dibungkus dan dimasukan ke dalam kaleng yang dilapisi aluminium dan tertutup rapat agar tidak menghisap uap air. Berikut merupakan standar kualitas Daun Kumis Kucing: a. Warna : daun hijau kecoklatan atau hijau kelabu. b. Bau : harum, tidak tajam c. Rasa : asin agak pahit d. Kadar air : max 10% e. Kotoran : max 2% f. Abu : 10% g. Tidak mengandung serangga dan cendawan / jamur. 2.4 PENGELOLAAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT Pengelolaan pasca panen adalah suatu perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian hingga produknya siap konsumsi (Siswanto, 2004). Tujuan dari pengelolaan pasca panen ini antara lain: 1. Mencegah kerugian karena perlakuan prapanen yang tidak tepat. 2. Menghindari kerusakan karena teknologi pasca panen yang kurang tepat, seperti misalnya mencegah terjadinya perubahan fisiologis bahan, mencegah timbulnya patogen, dan mencegah kerusakan penyimpanan akibat gangguan hama. 3. Menekan penyusutan kuantitatif dan kualitatif hasil. 4. Terjaminnya suplai bahan baku produksi tanaman obat meskipun tidak pada musimnya. II-11

20 Pengelolaan pasca panen ini meliputi kegiatan penyortiran, pencucian, pengolahan hasil, pengeringan, pengemasan, sampai pada penyimpanan. Berikut penjelasan tentang kegiatan pasca panen menurut Siswanto (2004): 1. Pencucian Pencucian bertujuan untuk memperoleh simplisia yang bersih serta bebas dari kotoran yang mungkin terbawa saat pemanenan atau pengangkutan. Perlakuan ini akan menurunkan jumlh mikroba patogen yang menyebabkan pembusukan dan membuat tampilan simplisia menjadi lebih menarik. Untuk simplisia yang banyak memgandung senyawa aktif yang mudah larut dalam air sebaiknya tidak dicuci atau cukup direndam air sebentar saja, Selain teknik pencucian, kualitas air yang dipakai juga dapat mempengaruhi mutu simplisia. Pencucian bahan dengan air sungai tidak dianjurkan karena dikhawatirkan air telah tercemar bakteri, antara lain Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus cereus, Streptococcus, Enterobacter, dan Escherichia coli. Pencucian yang benar dilakukan pada air yang mengalir atau bak bertingkat, sehingga kotoran yang terlepas tidak menempel kembali. Setelah dicuci, bahan ditiriskan,. Penirisan dilakukan di tempat yang teduh karena bila setelah dicuci bahan langsung dikeringkan di bawah sinar matahari, maka akan menyebabkan pembusukan. 2. Sortasi Tujuan dari sortasi atu penyortiran adalah untuk memperoleh simplisia seperti yang dikehendaki baik kebenaran bahan maupun kebersihannya. Sortasi sekaligus berperan untuk memilah bahan berdasarkan panjang, lebar, besar, atau kecil sehingga diperoleh ukuran yang seragam. Sortasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi basah dilakukan saat bahan masih segar dan bertujuan untuk memisahkan bahan dari kotoran-kotoran atau benda-benda asing, misalnya tanah, kerikil, II-12

21 gulma, dan sebagainya. Sortasi kering dilakukan ketika bahan sudah melalui proses pengeringan dan bertujuan untuk membersihkan kotoran-kotoran seperti debu, kerikil, tanah, dan sebagainya. 3. Pengubahan Bentuk Pengubahan bentuk tanaman obat menjadi bentuk lain, seperti irisan, potongan, dan serutan bertujuan untuk memudahkan kegiatan pengeringan, pengepakan, serta pengolahan lebih lanjut menjadi bahan baku obat atau kosmetika. Beberapa jenis simplisia yang sering mengalami perubahan bentuk, ialah akar, batang, umbi, rimpang, dan kulit batang. Pada umumnya, semakin tipis bahan, maka proses pengeringan akan semakin cepat karena proses penguapan air yang cepat. Namun, irisan yang terlaalu tipis juga tidak baik karena senyawa aktif yang terkandung akan mudah menguap dan simplisia lebih mudah rusak saat dikemas. 4. Pengeringan Pengeringan pada dasarnya merupakan upaya untuk menurunkan kadar air bahan sampai pada tingkat yang diinginkan. Pengeringan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya pencemaran serta kontaminasi oleh jamur atau patogen yang dapat menurunkan kualitas atau mengakibatkan keracunan pada saat bahan dikonsumsi. Secara garis besar pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan secara alami dan dengan bantuan alat. Pengeringan secara alami pada dasarnya melibatkan unsur iklim, yaitu cahaya matahri, hembusan angin, atau pergantian udara. Pengeringan dengan menggunakan alat tidak bergantung terhadap iklim. Alat pengeringan dapat menggunakan berbagai tenaga, misalnya listrik, energi panas, dan api. 5. Pengemasan Syarat bahan pengemas yang baik adalah sebagai berikut: a. Mampu melindungi simplisia dari kerusakan mekanis. II-13

22 b. Tidak mengandung zat kimia yang menyebabkan perubahan rasa, aroma, dan kadar air simplisia. c. Sesuai dengan kebutuhan konsumen, misalnya tidak terlalu berat, praktis, ukuran, dan bentuk menarik. d. Mampu mencegah penambahan air atau menghindari kelembaban. e. Mampu menahan pengaruh cahaya. f. Memiliki daya lindung yang dapat diandalkan, tidak bersifat racun, dan murah. 6. Penyimpanan Dalam dunia pertanian, penyimpanan merupakan bagian dari proses produksi sebelum hasil tersebut digunakan oleh konsumen. Untuk itu, dalam membangun gudang penyimpanan simplisia perlu memperhatikan hal-hal berikut: a. Memiliki ventilasi yang baik. b. Bebas dari kebocoran. c. Terpisah dari tempat penyimpanan bahan atau alat-alat lain yang tidak sejenis. d. Penerangan cukup serta dapat mencegah masuknya sinr matahari yang berlebih. e. Bersih dan bebas dari sampah dan limbah yang memungkinkan menjadi sarang serangga dan hama. 2.5 KONSEP SIMPLISIA Pengertian simplisia menurut Katno (2008) adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, kecuali dinyatakan lain, umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia merupakan bahan alamiah yang yang digunakan sebagai obat baik dalam bentuk bahan asli atau sebagai bahan baku obat yang dikeringkan (Siswanto,2004). II-14

23 Simplisia digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu sinplisia nabati, hewani, dan pelikan (mineral). 1. Simplisia Nabati Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya. 2. Simplisia hewani Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan dan madu. 3. Simplisia pelikan atau mineral Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga. Simplisia berdasarkan bagian-bagian yang dipakai dapat dikelompokkan menjadi 14 macam, yaitu simplisia daun, kulit, kayu, herba, bunga, akar, umbi, rimpang, buah,kulit buah, biji, ekstrak, tingtur, dan getah (Siswanto,2004). Untuk tanaman obat Kumis Kucing termasuk dalam simplisia daun. Simplisia daun dapat berupa lembaran daun tunggal maupun majemuk. 2.6 KONSEP KUALITAS Berbagai definisi tentang kualitas telah banyak diusulkan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kualitas adalah kecocokan untuk digunakan (Juran, 1988). 2. Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang telah ditetapkan (Crosby, 1979). II-15

24 3. Kualitas harus berorientasi pada kebutuhan konsumen, sekarang dan yang akan datang (Deming, 1986). 4. Kualitas adalah gabungan seluruh karakteristik produk dan pelayanan yang meliputi pemasaran, keteknikan, manufaktur, dan perawatan, di mana seluruh produk dan pelayanan yang digunakan disesuaikan dengan harapan / kebutuhan konsumen (Feigenbaum, 1983). Dari sisi mana kualitas dinilai disebut dimensi kualitas. Suatu perusahaan dalam melihat sisi kualitas biasanya hanya memakai salah satu dimensi yang ada. Garvin (1987) mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas sebagai berikut: 1. Performance, yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti atau kinerja. 2. Feature, yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap atau ciri khas yang membedakan dengan produk lain. 3. Reliability, yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai atau kepercayaan pelanggan terhadap produk lain yang merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan baik kepada pelanggan. 4. Conformance to specifications, yaitu sejauh mana karakteristik desain atau operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya atau sejauh mana kesesuaian produk dengan standar yang telah ditetapkan. 5. Durability, berkaitan dengan beberapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. 6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah diperbaiki, penanganan keluhan yang memuaskan. 7. Aesthetic, yaitu daya tarik produk tersebut. 8. Perception, yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya yang menyebabkan fanatisme konsumen. II-16

25 2.7 KONSEP STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) Standard Operating Procedures (SOP) pada dasarnya adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi berjalan secara efektif (dan efisien), konsisten standar, dan sistematis (Tambunan, 2011). SOP sebenarnya bukan hanya merupakan pedoman prosedur rutin yang harus dilaksanakan, tetapi SOP juga berfungsi untuk mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan, apakah pekerjaan tersebut telah dikerjakan dengan baik atau tidak, kendala yang dihadapi, atau mengapa kendala tersebut terjadi. Dengan adanya SOP yang jelas maka akan lebih mengefektifkan dan mengefisiensikan waktu dan pekerjaan, dimana hal tersebut berhubungan dengan kualitas mutu, dan berimplikasi pada kepuasan pelanggan. Tambunan (2011) menyebutkan beberapa manfaat teknis SOP bagi organisasi antara lain adalah sebagai berikut: 1. Menjamin adanya standarisasi kebijakan, peraturan, baik yang dibuat intern organisasi maupun dari ekstern, misalnya undang-undang, maupun yang berupa aturan lainnya dari institusi seperti Bapepam, dan lain-lain. 2. Menjamin adanya standarisasi pelaksanaan setiap prosedur operasional standar yang telah ditetapkan menjadi pedoman baku organisasi. 3. Menjamin adanya standarisasi untuk penggunaan dan distribusi formulir, blanko, dan dokumen dalam prosedur operasional standar. 4. Menjamin adanya standarisasi sistem administrasi (termasuk kegiatan penyimpanan arsip dan sistem dokumentasi). 5. Menjamin adanya standarisasi validasi dalam alur kegiatan yang telah ditetapkan. 6. Menjamin adanya standarisasi pelaporan. II-17

26 7. Menjamin adanya standarisasi kontrol. 8. Menjamin adanya standarisasi untuk pelaksanaan evaluasi dan penilaian kegiatan organisasi. 9. Menjamin adanya standarisasi untuk pelayanan dan tanggapan kepada pihak luar organisasi. 10. Menjamin adanya standarisasi untuk keterpaduan dan keterkaitan di antara prosedur dengan prosedur operasional lainnya di dalam konteks dan kerangka tujuan organisasi. 11. Menjamin adanya acuan yang formal bagi anggota organisasi untuk menjalankan kewajiban di dalam prosedur operasional standar. 12. Menjamin adanya acuan yang formal untuk setiap perbaikan serta pengembangan prosedur-prosedur operasional standar di masa datang. Untuk dasar sistematika penyajian SOP dapat ditentukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Berikut dasar sistematika penyajian SOP menurut Tambunan (2011): 1. Tujuan SOP Mencerminkan yang akan dan seharusnya dicapai apabila SOP dijalankan. 2. Penjelasan Singkat tentang SOP Penjelasan singkat ini ditulis dengan tujuan agar pengguna dapat memahami isi SOP secara umum. 3. Peraturan dan Kebijakan terkait SOP Penjelasan tentang peraturan kebijakan secara internal dan eksternal dari perusahaan. 4. Teknik yang Digunakan dalam SOP Penjelasan tentang teknik yang digunakan dalam penyusunan SOP, yaitu dapat berupa teknik naratif, diagram alir, atau tabular. II-18

27 5. Pihak yang Terlibat Penjelasan tentang pihak yang terlibat dalam SOP, baik pihak internal maupun eksternal perusahaan. 6. Formulir dan Dokumen yang digunakan dalam SOP Pencantuman formulir dan dokumen apa saja yang digunakan dalam SOP. 7. Laporan-laporan yang dihasilkan SOP Pencantuman laporan-laporan yang dihasilkan pada saat pelaksanaan SOP. 8. Kaitan dengan SOP lain Pencantuman prosedur-prosedur lain yang terkait dengan pelaksanaan SOP. 9. Lampiran SOP Berisi lampiran contoh format dari formulir, dokumen, atau laporan-laporan. 2.8 KONSEP PLAN DO CHECK ACTION (PDCA) Siklus Plan Do Check Action (PDCA) ini merupakan empat langkah proses problem solving yang dapat digunakan untuk mengkoordinasi upaya dengan tujuan mencapai quality improvement atau perbaikan secara terus menerus. Konsep dari siklus PDCA pertama dikemukakan oleh Walter Shewhart tahun 1930 yang kemudian dikembangkan oleh W. Edwards Deming, pada tahun Siklus PDCA juga disebut dengan Deming cycle, Shewhart cycle, Deming wheel, atau Plan Do Study Act (PDSA). Gambar 2.4 Siklus PDCA Sumber: Foster, 1995 II-19

28 Dari gambar tersebut dapat diketahui masing-masing tahapan dalam siklus PDCA. Tahapan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Fase Plan, yang dilakukan pada tahap ini adalah a. Mendifinisikan hal-hal yang dapat menjadi sebagai improvement opportunity b. Menunjukkan proses yang berlangsung saat ini. c. Mengukur keefektifan proses yang berlangsung saat ini. d. Merencanakan perubahan berupa alternatif perbaikan 2. Fase Do, yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan perubahan proses dengan cara menjalankan proses baru yang memuat alternatif perbaikan. 3. Fase Check, yang dilakukan pada tahap ini adalah mengevaluasi hasil dari perubahan proses yang dijalankan. 4. Fase Act, yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan reaksi terhadap hasil yang didapat dari hasil proses yang memuat alternatif perbaikan. Proses problem solving dengan PDCA atau PDSA ini merupakan penyusunan langkah-langkah perbaikan dengan menggunakan macam-macam tools kualitas atau biasa disebut dengan Seven tools (Summers, 2000). Namun, tidak ditutup kemungkinan untuk menggunakan tools lain, misalnya dengan cara brainstorming. Bentuk pengulangan atau kontinuitas dari lingkaran PDCA tersebut menjurus pada semakin efektifnya perencanaan, maka akan semakin efisien pengendaliannya (Mizuno, 1994). 2.9 FISHBONE DIAGRAM Bentuk diagram ini mirip dengan kerangka ikan sehingga disebut sebagai fishbone diagram. Fishbone diagram terdiri dari garis dan simbol yang dirancang untuk mewakili hubungan antara efek dan penyebabnya, sehingga disebut juga sebagai cause and effect diagram (Besterfield, 1998). Selain itu diagram ini biasanya disebut diagram Ishikawa, setelah Dr. Kaoru Ishikawa yang dianggap II-20

29 sebagai bapak QC Circles. Fishbone diagram adalah alat yang sangat efektif untuk menganalisis penyebab terjadinya masalah. Gambar 2.5 Diagram Fishbone Sumber: Besterfield, KONSEP FOCUSSED GROUP DISCUSSION (FGD) Metode Focused Group Discussion (FGD) adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 2006). FGD ini merupakan teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti. Setiap FGD dibutuhkan satu orang moderator, satu pencatat proses, 1 satu pengembang peserta dan satu atau 2 dua orang logistik dan blocker (Irwanto, 2006). Berikut merupakan tugas masing-masing pihak: 1. Moderator, yaitu fasilitator diskusi yang terlatih dan memahami masalah yang dibahas serta tujuan penelitian yang hendak dicapai (ketrampilan substantif), serta terampil mengelola diskusi (ketrampilan proses). II-21

30 2. Pencatat Proses / Notulen, yaitu orang bertugas mencatat inti permasalahan yang didiskusikan serta dinamika kelompoknya. Umumnya dibantu dengan alat pencatatan berupa satu unit komputer atau laptop yang lebih fleksibel. 3. Pengembang / Penghubung Peserta, yaitu orang yang mengenal, menghubungi, dan memastikan partisipasi peserta. Biasanya disebut mitra kerja lokal di daerah penelitian. 4. Penyedia Logistik, yaitu orang-orang yang membantu kelancaran FGD berkaitan dengan penyediaan transportasi, kebutuhan rehat, konsumsi, akomodasi (jika diperlukan), insentif (bisa uang atau barang/cinderamata), alat dokumentasi, dll. 5. Blocker, yaitu penjaga keamanan FGD, dari pengaruh negatif. II-22

31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas secara sistematis tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Metodologi Penelitian III-1

32 Metodologi penelitian pada Gambar 3.1 diuraikan dalam beberapa tahap. Uraian tiap tahapnya akan dijelaskan sebagai berikut : 3.1 TAHAP AWAL Tahap awal pada penelitian ini meliputi observasi awal, identifikasi masalah, pemilihan produk, perumusan masalah dan studi pustaka yang akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Observasi awal Observasi awal merupakan tahap awal dalam penelitian ini. Observasi dilakukan di Klaster Biofarmaka dan kelompok tani Sumber Rejeki I Desa Sambirejo Kecamatan Jumantono. Dalam proses ini bertujuan untuk melihat secara langsung kondisi yang ada di klaster sehingga dapat dengan mudah mengidentifikasi masalah yang ada, yaitu perlunya suatu standar untuk menjamin produknya yang berupa Standard Operating Procedure (SOP). 2. Identifikasi Masalah Tahap ini digunakan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi, kemudian dapat dicari bahan, materi, serta literatur yang digunakan agar dapat menentukan metode yang tepat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi. 3. Perumusan masalah Perumusan masalah dilakukan untuk merangkum permasalahan yang terjadi dan bagaimana memecahkan masalah yang ada. Pada penelitian ini dirumuskan masalah tentang bagaimana merancang Standard Operating Procedures (SOP) dengan metode PDCA yang dapat diterapkan pada proses pasca panen Kumis Kucing? 4. Studi Pustaka Studi pustaka diperlukan untuk mencari landasan teori yang dipakai untuk memecahkan masalah. Studi pustaka ini mengacu pada literatur baik text book maupun jurnal yang membahas tentang penyusunan SOP (Standard Operating III-2

33 Procedures) untuk pengelolaan pasca panen Daun Kumis Kucing, metode dan konsep PDCA, dan Focused Group Discussion. 3.2 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data meliputi pengolahan lebih lanjut dari data hasil penelitian di B2P2TO-OT dan studi pustaka dengan melakukan Focussed Group Discussion (FGD) di Klaster Biofarmaka. 2. Pengolahan Data Tahap pengolahan data pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: a. Identifikasi Akar Masalah Permasalahan yang dibahas di sini ialah peningkatan kualitas hasil pasca panen agar mencapai standar kualitas. Identifikasi akar penyebab masalah dari kualitas simplisia tidak sesuai standar menggunakan Fish bone diagram. Identifikasi akar masalah ini ditinjau dari segi Method dan Material. b. Perancangan Standard Operating Procedures dengan menggunakan Plan, Do, Check, Act Setelah diketahui akar penyebab masalahnya, maka dilakukan problemsolving atau pemecahan masalah. Pemecahan masalah yang direncanakan ialah perancangan Standard Operating Procedures (SOP) pengelolaan pasca panen untuk tanaman obat yang berasal dari daun dan dilengkapi dengan form kegiatan pasca panen. Perancangan SOP ini dengan menggunakan metode PDCA. Berikut langkah-langkahnya: Tahap Plan Pada tahap Plan ini dilakukan perencanaan terhadap pemecahan masalah. Rencana ini disusun berdasarkan hasil dari FGD, serta sumber lain yang terkait. III-3

34 Tahap Do Pada tahap ini dilakukan implementasi atau pelaksanaan dari rencana yang telah disusun sebelumnya (tahap Plan) dan memantau proses pelaksanaan dalam skala kecil (proyek uji coba). Proses pemantauan dilakukan secara langsung dan dicatat pada checklist. Tahap Check Pada tahap ini dilakukan evaluasi dari data hasil checklist pada tahap proyek uji coba (tahap Do). Evaluasi ini dilakukan terhadap hal-hal apa saja yang harus diperbaiki menurut hasil checklist. Tahap Action Pada tahap ini merupakan tindak lanjut atas hasil evaluasi. Tahapan ini meliputi revisi dan perbaikan lebih lanjut terhadap hasil evaluasi. Hasil dari tahapan ini dapat langsung diimplementasikan, atau digunakan untuk tahap perencanaan selanjutnya. 3.3 ANALISIS DAN KESIMPULAN 1. Analisis Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis dan interpretasi hasil. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data yaitu analisis penyusunan SOP dengan metode PDCA pada proses pasca panen Kumis Kucing. 2. Kesimpulan dan saran Tahap akhir adalah menarik kesimpulan berdasar hasil analisis data, serta memberikan saran-saran yang dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. III-4

35 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini dijelaskan mengenai pengumpulan dan pengolahan data. Data yang sudah terkumpul diolah untuk mengidentifikasi akar masalah keseragaman kualitas produk simplisia. Setelah diketahui akar penyebab masalahnya, dilakukan problem-solving atau perbaikan terhadap masalah tersebut. 4.1 PENGUMPULAN DATA Dari data hasil penelitian di B2P2TO-OT dan studi pustaka kemudian dilakukan pengolahan lebih lanjut dengan Focussed Group Discussion (FGD) di Klaster Biofarmaka. Berikut adalah pelaksanaan teknis FGD: Tanggal FGD : Senin, 30 April 2012 Waktu FGD : WIB Tempat FGD : Klaster Biofarmaka, Desa Sambirejo, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar Narasumber : 1. Bapak Suparman selaku ketua Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar. 2. Bapak Sarwoko selaku perwakilan dari Kelompok Tani Sumber Rejeki I Kecamatan Jumantono. 3. Bapak Widodo selaku perwakilan dari Kelompok Tresno Asih Mulyo Kecamatan Jumapolo. 4. Bapak Wiratno selaku Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Jumantono. 5. Bapak Amat selaku tenaga kerja di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar. Moderator : Jingga Nuansa N Peserta FGD : 1. Nia Kartika Wuri 2. Martha Cintya 3. Sony Irwan Prabowo 4. Pungky Nor Kusumawardhani Hasil FGD : terlampir pada Tabel 4.1 IV-1

36 Hasil FGD tersebut kemudian dicatat dan dirangkum. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil FGD Topik yang dibahas Hasil FGD Pengumpulan daun segar 1. Daun segar dikumpulkan dari hasil panen lahan milik klaster dan lahan petani, apabila ada petani yang ingin menjual keluar harus lapor ke klaster. 2. Daun yang dikumpulkan dimasukkan ke dalam karung / bagor yang bersih. Tahap penyortiran basah 1. Siapkan karung (bagor). 2. Setelah panen, kumpulkan semua daun hasil panen dan masukkan ke dalam karung. 3. Mengisi form kegiatan pengumpulan. Tahap pencucian 1. Daun dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan dari sisa tanah dan bakteri yang masih menempel kemudian dibilas pada bak air. 2. Daun kemudian ditiriskan dan hindari kontaminasi langsung dengan tanah atau lantai. 3. Menimbang daun untuk mengetahui berat daun basah. Tahap penimbangan 1. Penggantian alat timbang yang sudah tidak layak. 2. Pencatatan berat bersih basah Tahap pelayuan 1. Bahan / daun dihamparkan di atas alas anyaman bambu (widig) dan dibiarkan selama 1-2 malam. 2. Daun tidak boleh ditumpuk terlalu tebal sebab akan menghasilkan daun yang tidak kering merata dan kualitasnya rendah. Tahap pengeringan 1. Pengeringan secara manual / menggunakan sinar matahari dengan cara dijemur di atas nampan bambu (widig) dan ditutup dengan kain hitam selama 3 hari. 2. Pengeringan menggunakan oven, suhunya tidak boleh di a- IV-2

37 Topik yang dibahas Tahap penyortiran kering Tahap penimbangan kering Tahap pengemasan dan pelabelan Tabel 4.1 Hasil FGD (lanjutan) Hasil FGD tas 60 o C. 3. Daun diletakkan di atas widig yang terletak > 30 cm dari tanah untuk menghindari kontaminasi tanah, asap, dan gangguan binatang. 4. Daun yang diletakkan di atas widig tidak boleh ditumpuk. 5. Pengeringan dengan cara dibolak-balik 4 jam sekali agar diperoleh hasil daun yang kering merata. Daun dijemur sampai kadar air 10% yang ditandai dengan daun kering yang mudah dihancurkan. Simplisia yang telah kering disortir, yaitu memisahkan simplisia dari benda-benda asing (seperti kerikil, debu, dan tanah) dan pengotor lainnya yang masih tertinggal. 1. Menimbang simplisia kering untuk mengetahui perbandingan hasil daun kering dengan daun basah. 2. Perbandingan bobot basah dengan kering sebesar 5:1, atau 5 kg saat bobot basah dan 1 kg saat bobot kering. 3. Pencatatan berat bersih. 4. Penggantian alat timbang yang sudah tidak layak. 1. Menyiapkan bahan pengemas yang berupa plastik yang kedap udara. 2. Menimbang berat bersih untuk setiap kemasan. 3. Memberi silica gel agar simplisia tetap kering dan tidak lembab. 4. Memberi label produk yang memuat informasi tentang simplisia, seperti no.kode, nama simplisia, tanggal penyimpanan, berat simplisia. 5. Menutup kemasan dengan menggunakan mesin pres. 6. Jika simplisia akan dikirim, simplisia dimasukkan ke dalam plastik, kemudian dibungkus di dalam karung. Karung ditucommit to user IV-3

38 Topik yang dibahas Tahap penyimpanan Tahap pengamatan Tabel 4.1 Hasil FGD (lanjutan) Hasil FGD tup dengan cara dijahit hingga rapat sehingga tidak terkontaminasi udara dari luar. 1. Simplisia disusun dengan metode FIFO (First In First Out) sesuai dengan tanggal penyimpanannya. 2. Simplisia dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. 3. Lakukan pembersihan terhadap gudang penyimpanan yang kotor dan lembab, serta pengecekan terhadap simplisia yang tersimpan di gudang. 4. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau kemungkinan masuk air hujan dan suhu gudang tidak melebihi 30 0 C. 5. Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik. 1. Jangka waktu pengamatan selama 3 bulan sekali. 2. Bila simplisia hancur, berjamur, terkena serangga, atau berubah dalam hal warna, rasa, dan bau, maka simplisia ini sudah tidak layak dan tidak dapat digunakan lagi. 3. Bila kadar air meningkat atau simplisia lembab, maka lakukan penjemuran ulang terhadap simplisia. 4.2 PENGOLAHAN DATA Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah untuk proses perbaikan pasca panen Daun Kumis Kucing di Klaster Biofarmaka Karanganyar. Perbaikan yang harus dilakukan adalah berkaitan dengan kualitas hasil pasca panen Identifikasi Akar Masalah Tahapan ini merupakan identifikasi akar penyebab masalah. Fokus permasalahan yang dibahas di sini ialah peningkatan kualitas hasil pasca panen IV-4

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai batasan

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas secara sistematis tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 3.1. Mulai Observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi,

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM Penanganan dan Pengelolaan Saat Panen Mengingat produk tanaman obat dapat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka penanganan

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

E.2. Perancangan standard operating procedures (SOP)...

E.2. Perancangan standard operating procedures (SOP)... E.2. Perancangan standard operating procedures (SOP)... (Fakhrina Fahma, dkk.) PERANCANGAN STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) PENGOLAHAN PASCA PANEN RIMPANG TANAMAN OBAT DAN IDENTIFIKASI GOOD MANUFACTURING

Lebih terperinci

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt TANAMAN BERKHASIAT OBAT By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt DEFENISI Tanaman obat adalah jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat (sel) tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan/

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian mulai dari observasi awal hingga diperolehnya kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Langkah-langkah

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI

PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA RIMPANG TEMU LAWAK DENGAN SIKLUS PDCA (PLAN, DO, CHECK, AND ACTION) DI KLASTER BIOFARMAKA KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi MARTHA CINTYA P. I0308106 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk didalamnya agribisnis. Kesepakatankesepakatan GATT, WTO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi beberapa hal pokok mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan sistematika penulisan yang digunakan.

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 PERANCANGAN STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) PASCA PANEN RIMPANG TANAMAN OBAT DENGAN METODE PDCA (PLAN, DO, CHECK, ACT) DI KLASTER BIOFARMAKA KARANGANYAR Skripsi PUNGKY NOR KUSUMAWARDHANI I 0308062

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM

SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2011 PENGARAH : Dr. Ir. Yul Harry Bahar Direktur

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

STUDI PENGENDALIAN MUTU KACANG TANAH SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI KACANG SHANGHAI PADA PERUSAHAAN PUTRI PANDA TULUNGAGUNG

STUDI PENGENDALIAN MUTU KACANG TANAH SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI KACANG SHANGHAI PADA PERUSAHAAN PUTRI PANDA TULUNGAGUNG STUDI PENGENDALIAN MUTU KACANG TANAH SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI KACANG SHANGHAI PADA PERUSAHAAN PUTRI PANDA TULUNGAGUNG Miftakhurrizal Kurniawan 1, Isna Arofatus Zahrok 2 Jurusan Teknologi Industri Pertanian,

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai ruang lingkup penelitian yang mencakup latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN MODUL SAINTIFIKASI JAMU PENANGANAN PASCA PANEN Disusun Oleh : Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt. BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG)

SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG) SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG) KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2011 PENGARAH : Direktur Budidaya dan Pascapanen

Lebih terperinci

Jahe untuk bahan baku obat

Jahe untuk bahan baku obat Standar Nasional Indonesia Jahe untuk bahan baku obat ICS 11.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum. Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar!

SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum. Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar! SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar! 1. Apa yang anda ketahui tentang GHP... a. Good Agriculture

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH LADA

PENGOLAHAN BUAH LADA PENGOLAHAN BUAH LADA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan family Piperaceae. Lada disebut juga sebagai raja dalam kelompok rempah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tapioka Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang Pengeringan adalah proses pengolahan pascapanen hasil pertanian yang paling kritis. Pengeringan sudah dikenal sejak dulu sebagai salah satu metode pengawetan bahan. Tujuan

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk

Lebih terperinci

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK Good Manufacturing Practice (GMP) adalah cara berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Telah dijelaskan sebelumnya

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1)

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 KONTRAK PERKULIAHAN KEHADIRAN

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PEMBUATAN SIMPLISIA

PERCOBAAN I PEMBUATAN SIMPLISIA PERCOBAAN I PEMBUATAN SIMPLISIA I. TUJUAN Mampu membuat simplisia dengan kandungan zat yang berkhasiat tidak mengalami kerusakan dan dapat disimpan (tahan lama). II. DASAR TEORI Simplisia adalah bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU Mangga merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan dan diusahakan Varietas mangga yang banyak dibudidayaka adalah Mangga Arum Manis, Dermayu dan G Komoditas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM SIMPLISIA KERING SEBAGAI SALAH SATU UPAYA UNTUK MENINGKATKAN NILAI TAMBAH PETANI JAHE DI DESA TAMANSARI, KECAMATAN KERJO, KABUPATEN KARANGANYAR BIDANG

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem 76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri

Lebih terperinci

MATERIA MEDIKA INDONESIA

MATERIA MEDIKA INDONESIA MATERIA MEDIKA INDONESIA MEMUAT: PERSYARATAN RESMI DAN FOTO BERWARNA SIMPLISIA YANG BANYAK DIPAKAI DALAM PERUSAHAAN OBAT TRADISIONAL. MONOGRAFI 1. SIMPLISIA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL, MENCAKUP:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

PASCA PANEN BAWANG MERAH

PASCA PANEN BAWANG MERAH PASCA PANEN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali pelayuan dan pengeringan bawang merah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BAHAN ALAM PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SERBUK KERING HERBA MENIRAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BAHAN ALAM PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SERBUK KERING HERBA MENIRAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BAHAN ALAM PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SERBUK KERING HERBA MENIRAN Dosen Pembimbing: Wilda Wildaniah, S.Si Disusun Oleh : Dessi Anggraeni (138913) Ginanti Saputri (138925) Rifqi Nusirwan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB)

GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB) V GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB) 5.1 Sejarah Perusahaan Pusat Studi Biofarmaka merupakan suatu lembaga yang meneliti dan mengembangkan tanaman biofarmaka. Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian PDCA a) Pengertian Dalam peningkatan mutu dalam kebidanan diperlukan manajemen yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai secara efektif dan efisien. Didalam ilmu manajemen, ada konsep problem

Lebih terperinci

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta. PANEN BAWANG PUTIH Tujuan : Setelah berlatih peserta terampil dalam menentukan umur panen untuk benih bawang putih serta ciri-ciri tanaman bawang putih siap untuk dipanen 1. Siapkan tanaman bawang putih

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

HERBARIUM. Purwanti widhy H 2012

HERBARIUM. Purwanti widhy H 2012 HERBARIUM Purwanti widhy H 2012 Agar suatu tumbuhan dapat terus dilihat keberadaannya, maka pengawetan tumbuhan menjadi alternative cara untuk melindungi keberadaan tumbuhan Salah satu pengawetan tumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1 PENDAHULUAN Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L) telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia, namun baru saat ini sedang dalam pengembangannya baik oleh perkebunan rakyat maupun oleh perkebunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat),

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat), 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Waluh Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat), pumpkin (Inggris) merupakan jenis buah sayur-sayuran yang berwarna kuning dan berbentuk lonjong

Lebih terperinci

PENGOLAHAN UMBI GADUNG

PENGOLAHAN UMBI GADUNG PENGOLAHAN UMBI GADUNG Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center LPPM IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

HANDOUT Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami dan memiliki pengetahuan tentang penyimpanan bahan pada katering pelayanan lembaga

HANDOUT Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami dan memiliki pengetahuan tentang penyimpanan bahan pada katering pelayanan lembaga HANDOUT 8 Mata Kuliah : Katering Pelayanan Lembaga Program : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering Jenjang : S-1 Semester : VI Minggu : 12 dan 13 Pokok Bahasan : Penyimpanan Bahan Jumlah SKS : 3 sks 1.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM. Herbarium

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM. Herbarium LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM I. II. NOMOR PERCOBAAN NAMA PERCOBAAN : : I (Satu) Pengumpulan Contoh Tumbuhan dan Herbarium III. TUJUAN PERCOBAAN : IV. DASAR TEORI Mengumpulkan beberapa contoh tumbuhan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sebuah usaha yang mengubah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sebuah usaha yang mengubah bahan mentah menjadi BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Industri merupakan sebuah usaha yang mengubah bahan mentah menjadi barang yang siap dimanfaatkan oleh konsumen, yang dalam setiap kegiatannya membutuhkan sumber energi

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga ( Mangifera indica L. ) adalah salah satu komoditas hortikultura yang mudah rusak dan tidak

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan ini berisikan tentang alasan dilakukannya penelitian dan menjelaskan permasalahan yang terjadi di PT Gunung Pulo Sari. Penjelasan yang akan dijabarkan pada pendahuluan ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Setyowati dan Fanny Widadie Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta watikchrisan@yahoo.com

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN Oleh : drh. Linda Hadju Widyaiswara Madya BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2012 PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN Oleh : drh. Linda Hadju Widyaiswara Madya BALAI PELATIHAN PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru Jambi 30128

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

E.12. Penetapan harga pokok produksi (HPP) produk rimpang temulawak...

E.12. Penetapan harga pokok produksi (HPP) produk rimpang temulawak... E.12. Penetapan harga pokok produksi (HPP) produk rimpang temulawak... (Fakhrina Fahma, dkk.) PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK RIMPANG TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR

Lebih terperinci