BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Permenkes Nomor 1691/MENKES/PER/ VIII/2011, keselamatan pasien

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Permenkes Nomor 1691/MENKES/PER/ VIII/2011, keselamatan pasien"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keselamatan Pasien Pengertian Keselamatan Pasien Menurut Permenkes Nomor 1691/MENKES/PER/ VIII/2011, keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan risiko. Sistem keselamtan pasien mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006) Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit b. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat c. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan KTD. 11

2 Sasaran Keselamatan Pasien Menurut Permenkes Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011, sasaran keselamatan pasien meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut: a. Ketepatan Identifikasi Pasien Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius atau tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur atau kamar atau lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: (1) untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan (2) untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis atau pemberian pengobatan serta tindakan lain. Kebijakan prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan barcode dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan

3 13 kebijakan atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi. b. Peningkatan Komunikasi Yang Efektif Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan. c. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip atau NORUM). Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan

4 14 pasien atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit. Kebijakan prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja atau kurang hati-hati. d. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi Salah lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang atau tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking) dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, assesment pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.

5 15 e. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks populasi atau masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan rumah sakit. f. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman cuci tanganbisa dibaca kepustakaan WHO dan berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk cuci tangan yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

6 Cuci Tangan Definisi Cuci Tangan Menurut Depkes RI (2007), mencuci tangan adalah proses secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun atau larutan sabun baik non antimikroba maupun anti mikroba. Sedangkan menurut Suparmi (2008), cuci tangan adalah membersihkan tangan dari kotoran dengan sabun atau antiseptik Tujuan Cuci Tangan Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk: a. Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan b. Mencegah infeksi silang (cros infection) c. Menjaga kondisi steril d. Melindungi diri dan pasien dari infeksi e. Memberikan perasaan segar dan bersih Keuntungan Mencuci Tangan Menurut Puruhito (1995), cuci tangan akan memberikan keuntungan sebagai berikut: a. Dapat mengurangi infeksi nosokomial b. Jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebih bersih dibandingkan dengan tidak mencuci tangan c. Dari segi praktis, ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci tangan sehingga tidak dapat menyebabkan infeksi nosokomial.

7 Persiapan Cuci Tangan Persiapan membersihkan tangan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007): a. Air mengalir Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan pembuangan atau bak penampungan yang memadai. Dengan guyuran air mengalir tersebut maka mikroorganisne yang terlepas karena gesekan mekanis atau kimiawi saat mencuci tangan akan terhalau dan tidak menempel lagi di permukaan kulit. Air mengalir tersebut dapat berupa air kran atau dengan cara mengguyur dengan gayung, namun cara mengguyur dengan gayung memiliki resiko cukup besar untuk terjadinya pencemaran, baik melalui gagang gayung ataupun percikan air bekas cucian kembali ke bak penampungan air bersih. Air kran bukan berarti harus dari PAM (Perusahaan Air Minum). Namun dapat diupayakan secara sederhana dengan tangki berkran di ruang pelayanan atau perawatan kesehatan agar mudah dijangkau oleh para petugas kesehatan yang memerlukan. b. Sabun Sabun merupakan produk pembersih (batang, cair, lembar atau bubuk) yang mengurangi tegangan permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari permukaaan kulit dan mudah terbawa oleh air. Sabun biasa memerlukan gosokan untuk melepas mikroorganisme secara mekanik, sedangkan sabun antiseptik (antimikroba) selain melepas juga membunuh atau menghambat pertumbuhan dari hampir sebagian besar mikroorganisme (Komite Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUP Sanglah Denpasar, 2014). Jumlah mikroorganisme semakin

8 18 berkurang dengan meningkatnya frekuensi cuci tangan, namun dipihak lain dengan seringnya menggunakan sabun atau detergen maka lapisan lemak kulit akan hilang dan membuat kulit menjadi kering dan pecah-pecah (Puruhito, 2005). c. Larutan antiseptik Larutan antiseptik atau disebut mikroba topikal, dipakai pada kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada kulit (Depkes, 2007). Antiseptik memiliki bahan kimia yang memungkinkan untuk digunakan pada kulit dan selaput mukosa. Tujuan yang ingin dicapai adalah penurunan jumlah mikroorganisme pada kulit secara maksimal terutama kuman transien. Kriteria memilih antiseptik antara lain: 1) Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme secara luas (gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, basillus dan tuberculosis, fungi endospora). 2) Efektivitas 3) Kecepatan aktivitas awal 4) Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan 5) Tidak mengakibatkan iritasi kulit 6) Tidak menyebabkan alergi 7) Efektif sekali pakai, tidak perlu di ulang-ulang 8) Dapat diterima secara visual maupun estetik 9) Lapisan tangan yang bersih dan kering.

9 Prosedur Mencuci Tangan Yang baik dan benar Menurut Pedoman Implementasi Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUP Sanglah Denpasar, cuci tangan yang baik dan benar adalah dengan melaksanakan langkah prosedur yang benar dan pada waktu yang tepat. Enam langkah kebersihan tangan yaitu: 1. Ratakan sabun/handrub dengan menggosok kedua telapak tangan 2. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri dengan jari-jari saling menjalin dan lakukan sebaliknya 3. Gosok kedua telapak tangan dengan jari-jari saling menjalin 4. Gosok punggung jari-jari bagian atas dengan telapak tangan, posisi jari seperti menyambung 5. Gosok ibu jari kiri dengan telapak tangan kanan dengan cara diputar dan dilakukan sebaliknya 6. Gosok ujung jari tangan kanan pada telapak tangan kiri dengan cara diputar dan dilakukan sebaliknya Gambar 1. Enam Langkah Cuci Tangan

10 20 Berdasarkan Pedoman Kebersihan Tangan di Perawatan Kesehatan WHO (WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care, 2009) telah dikembangkan momen untuk kebersihan tangan yaitu five moments for hand hygeine yang telah diidentifikasi sebagai waktu kritis ketika kebersihan tangan harus dilakukan yaitu: 1. Momen Satu: Sebelum kontak dengan pasien a. Kapan Sebelum bersentuhan dengan pasien di setiap kegiatan. Indikasi ini ditentukan oleh terjadinya kontak terakhir dengan lingkungan sekitarnya dan kontak selanjutnya dengan pasien b. Mengapa Hal ini untuk mencegah penularan kuman dari daerah perawatan kesehatan ke pasien dan pada akhirnya untuk melindungi pasien terhadap kolonisasi infeksi eksogen oleh kuman berbahaya yang ada pada tangan pekerja kesehatan. c. Catatan Pelaksanaan sebelum kontak dengan pasien, aksi kebersihan tangan dapat dilakukan baik sambil memasuki ruang pasien, ketika mendekati pasien, atau langsung sebelum menyentuh pasien. Kontak dengan permukaan di lingkungan pasien dapat terjadi dengan item menyentuh antara waktu memasuki ruang pasien dan kontak dengan pasien, kebersihan tangan tidak diperlukan sebelum menyentuh permukaan-permukaan tetapi sebelum kontak dengan pasien. Jika kebersihan tangan sebelum kontak dengan

11 21 pasien atau dengan lingkungan pasien terjadi, maka kebersihan tangan tidak perlu diulang. d. Situasi yang menggambarkan kontak langsung (1) Sebelum berjabat tangan dengan pasien (2) Sebelum membantu pasien dalam aktivitas perawatan pribadi (bergerak, mengambil makan, mandi, berpakaian dan lain-lain). (3) Sebelum memberikan perawatan dan pengobatan non-invasif (mengukur nadi, tekanan darah, auskultasi dada, rekaman EKG dan lain-lain). 2. Momen Dua: Sebelum melakukan prosedur atau tindakan asepsis a. Waktu Waktu cuci tangan ini segera sebelum mengakses area kritis dengan resiko infeksi untuk pasien. Indikasi ini ditentukan oleh terjadinya kontak terakhir dengan bidang perawatan kesehatan dan dalam zona pasien (termasuk pasien dan sekitarnya). b. Mengapa Hal ini untuk mencegah penularan kuman kepada pasien dari satu area tubuh ke tubuh lainnya pada pasien yang sama. c. Catatan Jika sarung tangan digunakan untuk melakukan prosedur, kebersihan tangan harus dilakukan sebelum mereka menggunakan sarung tangan

12 22 d. Situasi yang menggambarkan prosedur aseptik (1) Sebelum menyikat gigi pasien, memberikan obat tetes mata, melakukan pemeriksaan vagina atau dubur, memeriksa mulut, hidung, telinga dengan atau tanpa alat, memasukkan suppositoria atau alat pencegah kehamilan, penyedotan lendir dan lain-lain. (2) Sebelum membalut luka dengan atau tanpa alat, mengoleskan obat salep pada luka, melakukan injeksi, mengambil darah dan lain-lain. (3) Sebelum memasukkan perangkat medis invasif (Nasogastrik tube, OTT, ETT, kateter dan lain-lain) (4) Sebelum memberikan makanan, obat-obatan, produk farmasi dan bahan steril melalui nasogastrik tube. 3. Momen Tiga : Setelah terpapar atau kontak dengan cairan tubuh pasien a. Waktu Dilakukan segera setelah tugas yang melibatkan resiko paparan cairan tubuh telah berakhir. Indikasi ini ditentukan oleh terjadinya kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dan kontak berikutnya dengan permukaan apapun, termasuk pasien atau lingkungan area kesehatan. b. Mengapa Hal ini untuk melindungi pekerja kesehatan dari kolonisasi atau infeksi dengan kuman pasien dan untuk melindungi lingkungan kesehatan dari kontaminasi kuman dan potensial terjadinya penyebaran.

13 23 c. Catatan Jika pekerja perawatan kesehatan mengenakan sarung tangan pada saat paparan cairan tubuh, mereka harus segera melepas sarung tangan dan segera melakukan kebersihan tangan. Tindakan ini dapat ditunda sampai petugas kesehatan telah meninggalkan ruangan pasien jika pekerja kesehatan harus melepas alat (misalnya drain) pada ruangan tersebut dan maka ia hanya menyentuh peralatan ini sebelum melakukan kebersihan tangan. d. Situasi yang menggambarkan prosedur (1) Jika kontak dengan selaput lendir dan kondisi kulit yang tidak utuh (2) Setelah injeksi perkutan atau berakhir tusukan, setelah memasukkan suatu perangkat medis invasif (akses vaskuler, kateter daln lain-lain) (3) Setelah melepas perangkat media invasif (drain) (4) Setelah mencabut perlindungan (serbet, pakaian, kain kasa dan lainlain) (5) Setelah membersihkan semua permukaan yang terkontaminasi dan bahan-bahan kotor (tempat tidur atau linen kotor, instrumen, urinor, pispot dan lain-lain). 4. Momen Empat: Setelah kontak dengan pasien a. Waktu Ketika meninggalkan sisi pasien, setelah menyentuh pasien. Indikasi ini ditentukan oleh terjadinya kontak terakhir dengan kulit utuh atau pakaian

14 24 pasien atau permukaan dalam ruangan pasien dan kontak berikutnya dengan permukaan area perawatan. b. Mengapa Untuk melindungi pekerja kesehatan dari potensi infeksi oleh kuman pasien dan untuk melindungi lingkungan dalam kesehatan yang dari kontaminasi kuman dan potensi menyebar. c. Catatan Tindakan dapat ditunda sampai petugas kesehatan telah meninggalkan ruangan pasien, jika pekerja kesehatan harus melepas peralatan tempat tersebut, dengan ketentuan bahwa dia menyentuh hanya peralatan tersebut sebelum melakukan kebersihan tangan. Indikasi empat tidak dapat dipisahkan dari indikasi satu. Ketika pekerja kesehatan menyentuh pasien secara langsung dan kemudian menyentuh objek lain di sekitarnya pasien sebelum meninggalkan ruangan, indikasi empat dan bukan indikasi 5, berlaku. d. Situasi yang menggambarkan prosedur (1) Setelah berjabat tangan dengan pasien (2) Setelah membantu pasien dalam aktivitas perawatan pribadi untuk bergerak, untuk mengambil makan, mandi, berpakaian dan lain-lain (3) Setelah melakukan pemeriksaan non-invasif fisik : mengukur nadi, tekanan darah, auskultasi dada, rekaman EKG dan lain-lain

15 25 (4) Setelah menerapkan perawatan dan non-invasif pengobatan : mengubah posisi tidur pasien, memberi masker atau kanule oksigen, memberikan fisiotherapi. 5. Momen Lima: Setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien a. Waktu Setelah menyentuh benda atau furnitur ketika meninggalkan ruangan pasien, tanpa harus menyentuh pasien. Indikasi ini ditentukan oleh terjadinya kontak terakhir dengan benda atau permukaan di sekitar pasien (tanpa harus menyentuh pasien) dan kontak berikutnya dengan permukaan di bidang kesehatan perawatan. b. Mengapa Untuk melindungi pekerja kesehatan terhadap kolonisasi oleh kuman pasien yang mungkin hadir pada permukaan atau benda-benda di lingkungan perawatan kesehatan terhadap kontaminasi kuman dan potensi menyebar. c. Catatan Indikadi empat setelah menyentuh pasien dan indikasi lima setelah menyentuh sekitar pasien tidak dapat digabungkan, karena indikasi lima tidak termasuk kontak dengan pasien dan indikasiempat hanya berlaku setelah kontak dengan pasien. d. Situasi yang menggambarkan prosedur (1) Setelah aktivitas pemeliharaan: mengganti sprei tanpa pasien di tempat tidur, memegang rel tempat tidur, membersihkan meja samping tempat tidur.

16 26 (2) Setelah aktivitas perawatan: pengaturan tetesan infus, pemantauan keliling. (3) Setelah kontak lainnya dengan permukaan atau benda mati: bersandar pada tempat tidur, meja makan pasien. Urutan tindakan kesehatan pada satu pasien atau untuk beberapa pasien dapat menyebabkan sejumlah indikasi kebersihan tangan terjadi secara bersaman. Ini tidak berarti bahwa setiap indikasi membutuhkan tindakan kebersihan tangan terpisah. Satu tindakan kebersihan tangan dibenarkan untuk indikasi bahwa segera mendahului atau mengikuti urutan dua atau lebih kontak, sebuahtinakan kebersihan tangan tunggal cukup untuk mencegah semua resiko penularan mikroba (WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care). Gambar 2. Five Moments for Hand Hygiene (Sumber : WHO, 2009)

17 Jenis-Jenis Kebersihan Tangan Adapun jenis-jenis kebersihan tangan menurut Panduan Kebersihan tangan RSUP Sanglah Denpasar 2014: 1. Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir Kebersihan tangan dengan sabun di bawah air mengalir dilakukan bila tangan secara kasat mata tampak kotor, setelah terpapar cairan tubuh/bahan infeksius, sebelum dan setelah memakai sarung tangan. Praktek kebersihan tangan dilakukan dengan enam langkah dalam waktu detik. Kebersihan tangan dengan sabun di bawah air mengalir dilakukan bila sarana cuci tangan seperti wastafel, sabun dan tisu/kain pengering tersedia. Langkah-langkah sebagai berikut : a. Lepaskan semua perhiasan yang melekat pada tangan seperti jam tangan, cincin, gelang dan lain-lain b. Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih c. Tuangkan sabun secukupnya, ±3-5 ml d. Ratakan sabun pada kedua telapak tangan dengan posisi tangan atas bawah e. Gosokkan punggung tangan, sela-sela jari dan punggung jari tangan kiri tangan dengan tangan kanan dan lakukan sebaliknya f. Gosokkan sela-seka jari saling menyilang g. Gosokkan punggung jari bagian atas dengan cara jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci, kemudian gosokkan h. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya

18 28 i. Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri ke arah ibu jari dan lakukan sebaliknya j. Bilas kedua tangan dengan air besih mengalir dan pada saat membilas tangan di bawah air bersih, ulangi 6 langkah kebersihan tangan di atas k. Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel (gunakan tissue cukup satu lembar saja) l. Bila kran dengan handle pendek, tutup kran dengan menggunakan tissue atau handuk sekali pakai yang digunakan untuk mengeringkan tangan di atas. Bila handle panjang, tutup kran dengan siku lengan. m. Buang tissue habis pakai ke dalam sampah domestik warna hitam 2. Kebersihan tangan dengan menggunakan larutan berbasis alkohol 60-90% (Handrub) Kebersihan tangan dengan larutan berbasis alkohol/handrub dilakukan bila tangan secara kasat mata tidak tampak kotor dan tidak terpapar cairan tubuh/bahan infeksius. Praktek kebersihan tangan dilakukan dengan enam langkah dengan durasi waktu detik. Tidak diperlukan melakukan pengeringan dengan tissue/kain sekali pakai. Setiap 5-10 kali kebersihan tangan engan larutan berbasis alkohol, harus dilakukan kebersihan tangan dengan sabun di bawah air mengalir. Cairan handrub yang pertama kali dibuka dari kemasan pabrik (original) dapat digunakan sampai dengan 1 tahun dan tidak direkomendasikan pengisian ulang. Pasang stiker tanggal pertama kali di buka di bagian luar kemasan.

19 29 3. Kebersihan tangan dengan larutan desinfektan/antiseptik Kebersihan tangan dengan larutan desinfektan/antiseptik dilakukan sebelum dan setelah melakukan prosedur/tindakan invasif seperti pemasangan kateter vena sentral, kateter lumbal, kateter vena perifer, kateter saluran kemih, vena sectie, tindakan HD atau tindakan lainnya yang berhubungan dengan tindakan invasif dan asepsis. Praktek kebersihan tangan dilakukan dengan enam langkah dengan durasi waktu detik. Larutan desinfektan yang ditetapkan untuk kebersihan tangan adalah chlorhexidine 2%. Langkah-langkah untuk melakukan kebersihan tangan dengan lautan desinfektan/antiseptik sama dengan langkah-langkah melakukan kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir. 4. Cuci tangan bedah Setiap petugas yang akan melakukan tindakan operasi di kamar operasi harus melakukan cuci tangan bedah dengan benar dengan menggunakan cairan antiseptik yang direkomendasikan RSUP Sanglah Denpasar. Sebelum cuci tangan bedah dan setelah tindakan pembedahan selesai, petugas harus melakukan kebersihan tangan dengan sabun di bawah air mengalir. Langkah-langkah cuci tangan bedah: a. Lepaskan semua perhiasan termasuk cincin atau jam tangan b. Gulung lengan baju hingga 5-10 cm di atas siku c. Hidupkan kran air sesuaikan dengan petunjuk (manual/sensor) d. Basahi tangan hingga ke siku dengan air mengalir e. Bubuhi salah satu tangan (kanan/kiri) dengan cairan antiseptik (± 5 ml) dengan menekan dispenser menggunakan siku/sensor

20 30 f. Gosokkan ujung jari tangan kanan di telapak tangan kiri yang sudah berisi cairan antiseptik, atau sebaliknya, selama ± 5 detik. g. Ratakan antiseptik di lengan bawah sampai 5 cm di atas siku tangan (kanan/kiri) dengan gerakan melingkar. Pastikan seluruh permukaan terkena cairan antiseptik (10-15 detik) h. Lakukan hal yang sama pada tangan yang lainnya (kiri/kanan) i. Gunakan pembersih kuku untuk membersihkan daerah bawah kuku pada kedua belah tangan j. Bersihkan kuku kedua tangan secara menyeluruh, selanjutnya jari-jari, selasela jari, telapak tangan dan punggung tangan, cuci setiap jari seakan-akan memiliki empat sisi selama detik k. Lakukan penyikatan pada telapak tangan dan pergelangan tangan kiri dan kanan selama 5-10 detik l. Bilas kedua tangan dan lengan bagian bawah secara menyeluruh dan bergantian. Pastikan tangan ditahan lebih tinggi dari siku m. Biarkan air menetes melalui siku, lalu keringkan dengan handuk steril Konsep Kepatuhan Pengertian Kepatuhan Kepatuhan (compliance), juga dikenal sebagai ketaatan (adherencce) adalah derajat dimana seseorang mengikuti anjuran peraturan yang ada (Kaplan and Sadock, 2005). Menurut Adiwimarta, Maulana, & Suratman (1999) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan, ketaatan atau loyalitas. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan dalam pelaksanaan

21 31 prosedur tetap yang telah dibuat. Menurut Rusmani (2002), kepatuhan adalah tingkat seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan kepadanya Tingkat Kepatuhan Menurut Depkes RI (2004), tingkat kepatuhan seorang perawat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : a. Patuh adalah suatu tindakan yang taat baik terhadap perintah ataupun aturan dan semua aturan maupun perintah tersebut dilakukan dan semuanya benar. b. Kurang patuh adalah suatu tindakan yang melaksanakan perintah dan aturan hanya sebagian dari yang ditetapkan atau dengan sepenuhnya namun tidak sempurna. c. Tidak patuh adalah suatu tindakan mengabaikan atau tidak melaksanan perintah dan aturan sama sekali. Untuk mendapatkan nilai kepatuhan yang lebih terukur maka perlu ditentukan angka atau nilai dari tingkat kepatuhan tersebut, sehingga bisa dibuatkan rangking tingkat kepatuhan seseorang. Menurut Spiritia (2006) tingkat kepatuhan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu : a. Patuh : 76%-100% b. Kurang patuh : 50%-75% c. Tidak patuh : < 50%

22 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Cuci Tangan Perawat Menurut Smet (2004), mengatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor ekternal yang mempengaruhi kepatuhan terdiri atas pola komunikasi, keyakinan atau nilai-nilai yang diterima perawat dan dukungan sosial. Pola komunikasi dengan profesi lain yang dilakukan oleh perawat akan mempengaruhi tingkat kepatuhannya dalam melaksanakan tindakan. Beberapa aspek dalam komunikasi yang berpengaruh pada kepatuhan perawat adalah ketidakpuasan terhadap hubungan emosional, ketidakpuasan terhadap pendelegasian maupun kolaborasi yang diberikan serta dukungan dalam pelaksanaan program pegobatan (Arief, 2005). Smet (2004) mengatakan bahwa keyakinan-keyakinan tentang kesehatan atau perawatan dalam sistem pelayanan kesehatan mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Dukungan sosial juga berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang. Variabel-variabel sosial mempengaruhi kepatuhan perawat. Dukungan sosial memainkan peran terutama yang berasal dari komunitas internal perawat, petugas kesehatan lain, pasien maupun dukungan dari pimpinan atau manager pelayanan kesehatan serta keperawatan. Faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan dapat berupa karakteristik perawat itu sendiri. Karakteristik perawat merupakan ciri-ciri pribadi yang dimiliki seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat maupun sakit (Adiwimarta, Maulana, & Suratman (1999) dalam kamus Besar Bahasa Indonesia). Karakteristik perawat meliputi variabel demografi (Umur, jenis

23 33 kelamin, ras, suku bangsa, dan tingkat pendidikan), kemampuan, persepsi dan motivasi. Menurut Smet (2004), variabel demografi berpengaruh terhadap kepatuhan. Sebagai contoh secara geografi penduduk Amerika lebih cenderung taat mengikuti anjuran atau peraturan di bidang kesehatan. Data demografi yang mempengaruhi ketaatan misalnya jenis kelamin wanita, ras kulit putih, orang tua dan anak-anak terbukti memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. Latar belakang pendidikan juga akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan etos kerja. Semakin tinggi pendidikan seseorang, kepatuhan dalam melaksanakan aturan kerja akan semakin baik. Menurut teori Green dalam Notoatmojo (2003), menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagiannya; fakorfaktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan seperti fasilitas untuk cuci tangan; dan faktor-faktor pendorong (reinforcing faktors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan. Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan yang pada hakekatnya terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Dimensi kecerdasan telah dijumpai sebagai penentu dari

24 34 kinerja, kemampuan intelektual mempunyai peran besar dalam pekerjaan yang rumit, kemampuan fisik mempunyai makna yang penting untuk melakukan tugastugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan (Azwar, 2005). Setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dalam hal kemampuan kerja, sehingga ada perawat yang merasa mampu atau tidak mampu dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan protap. Demikian juga dalam pelaksanaan protap cuci tangan, perawat memiliki kemampuan melaksanakan, akan cenderung patuh untuk melaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan dalam protap tersebut (Arief, 2005). Persepsi tentang protap akan diterima oleh penginderaan secara selektif, kemudian diberi makna secara selektif dan terakhir diingat secara selektif oleh masingmasing perawat. Dengan demikian muncul persepsi yang berbeda tentang protap tersebut, sehingga kepatuhan perawat di dalam pelaksanaan protap tersebut juga akan berbeda (Arief, 2005). Motivasi adalah rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekelompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanankan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 2005).

25 Konsep Dasar Motivasi Pengertian Motivasi Istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan bahasa latin, yaitu movere, yang berarti menggerakkan. Motivasi merupakan daya pendorong yang mengakibatkan seseorang untuk mengerahkan kemampuannya dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktu yang dimiliki untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan (Siagian, 2004). Menurut Kort (1987), motivasi adalah gerakan untuk memenuhi suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti kekuatan yang berasal dari dalam setiap individu yang mendorong individu untuk bertindak dan berbuat (Uno, 2009). Motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan dan mengarahkan perilaku dan sikap seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan organisasi maupun pribadi masing-masing anggota yang bersangkutan (Siagian, 2004). Kebutuhan dan keinginan setiap anggota dalam suatu organisasi atau kelompok berbeda satu sama lainnya mengakibatkan motivasi setiap orang berbeda. Itu disebabkan karena setiap individu adalah unik secara biologis maupun psikologis dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda (Uno, 2009). Oemar (2011), menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)

26 36 seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan Unsur-Unsur Motivasi Motivasi mempunyai tiga unsur utama yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang mereka miliki dengan apa yang mereka harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Tujuan adalah segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti daripada motivasi (Nursalam, 2014) Fungsi Motivasi Fungsi motivasi yaitu dapat membuat seseorang lebih mengarahkan tingkah lakunya ke arah kegiatan yang paling utama dan bermanfaat sehingga tidak berpengaruh untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain yang kurang bermanfaat (Thursan, 2005). Bagi para perawat, motivasi dapat mengarahkannya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang paling utama dan bermanfaat yaitu bekerja sesuai dengan aturan yang ada Model Teori Motivasi Ada beberapa teori motivasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain : a. Model Teori Motivasi berdasarkan Hikarki Kebutuhan dari Maslow Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan dorongan yang ada dalam diri. Kebutuahan ini berjenjang atau

27 37 bertingkat-tingkat apabila satu kebutuhan yang mendasar telah terpenuhi maka akan meningkat pada kebutuhan yang lebih tinggi dan seterusnya. Kebutuhan ini bagi setiap orang tidak sama dan perbedaannya sangat jauh. Dengan keadaan tersebut maka akan menimbulkan persepsi terhadap suatu kebutuhan dan akan mempengaruhi perubahan perilaku. Maslow dalam teori kebutuhan dasar manusia dibagi menjadi lima jenjang yaitu: 1) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernafas, seksual, kebutuhan ini merupakan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar. 2) Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup. 3) Kebutuhan untuk rasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, geratiliasi, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai 4) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain 5) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan menggunakan kemampuan, skill dan potensi. b. Model Teori Motivasi Dua Faktor (Two Factor Motivation Teory) Herzberg (1987) mengemukakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya perawat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

28 38 1) Faktor internal (Faktor dari dalam) meliputi: dapat menikmati pekerjaan, mempunyai keinginan untuk maju, kepuasan dalam bekerja, mendapat penghargaan dan pekerjaan yang menantang. 2) Faktor eksternal (Faktor dari luar) meliputi: Kebijakan, kondisi kerja, hubungan antara pribadi, status, jaminan kerja, kehidupan kerja seharihari. c. Model Teori Harapan (Expectancy Theory) Secara sederhana dalam teori ini merupakan interaksi antara harapan setelah dikurangi prestasi, dengan kontribusi penilaian yang dikaitkan dengan haparan merupakan generalisai kenyataan kebutuhan orang tidak sama, maka dikenal sebagai Expectancy Model. Menurut Hinshaw (1877) yang dikutip oleh Sunaryo (2004) dalam buku psikologi untuk keperawatan menyatakan bahwa faktor-faktor pendukung motivasi seorang pegawai antara lain: 1) Pengurangan staf perawat dan peningkatan beban kerja 2) Status professional perawat dibandingkan profesi lain 3) Kesenangan pada posisi yang dimiliki perawat 4) Kemampuan memberikan aspek yang berkualitas dalam pelayanan keperawatan 5) Kesempatan pertumbuhan professionalisme keperawatan 6) Perlindungan praktek keperawatan.

29 Pengukuran Motivasi Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa cara untuk mengukur motivasi, yaitu: a. Tes Proyektif Perkataan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam diri kita. Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikirkan orang lain, maka kita beri stimulus yang harus diinterpretasikan. Salah satu tehnik proyektif yang banyak dikenal adalah Thematic Apperception Test (TAT). b. Kuisioner Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuisioner adalah dengan meminta klien untuk mengisi kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi klien. Sebagai contoh adalah EPPS (Edward s Personal Preference Schedule). c. Observasi perilaku Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi sehingga klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya Kriteria motivasi dibedakan menjadi (Hidayat, 2009): 1) Motivasi tinggi : % 2) Motivasi sedang : 34 66% 3) Motivasi rendah : 0 33% 2.4. Hubungan Motivasi Dengan Kepatuhan Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen Perawat Berbagai faktor dapat mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melaksanakan cuci tangan yang baik dan benar. Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku

30 40 individu yang bersangkutan untuk menaati atau mematuhi sesuatu, sehingga dapat dinyatakan bahwa kepatuhan perawat dalam melaksanakan cuci tangan dipengaruhi prilaku individu perawat itu sendiri. Prilaku kepatuhan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Smet (2004), mengatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor ekternal yang mempengaruhi kepatuhan terdiri atas pola komunikasi, keyakinan/nilai-nilai yang diterima perawat dan dukungan sosial. Faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan dapat berupa karakteristik perawat itu sendiri yang meliputi variabel demografi (umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa, dan tingkat pendidikan), kemampuan, persepsi dan motivasi. Siagian (2004) juga mengemukakan bahwa motivasi adalah gaya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan segenap kemampuannya dalam bentuk tenaga, waktu keahlian dan keterampilannya untuk melaksanakan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya. Sesuai teori tentang faktor yang dapat mempengaruhi motivasi yang diungkapkan oleh Damayanti (2005), apabila elemen minat, sikap positif dan kebutuhan akan pentingnya melaksanakan cuci tangan enam langkah lima momen maka perawat akan merasa terdorong untuk melakukan cuci tangan enam langkah lima momen karena sesuai dengan minatnya, rela ikut serta dalam kegiatan pencegahan infeksi tersebut dan akan berusaha sebisa mungkin berusaha untuk mematuhi standar yang telah diberlakukan.

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh Email : KEPUTUSAN KEPALA UPT. PUSKESMAS MENGWI II NOMOR : T E N T A N G SASARAN-SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.2 Kepala Ruangan 1.2.1 Pengertian Kepala Ruangan Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan profesional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

Lebih terperinci

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

SASARAN KESELAMATAN PASIEN KESELAMATAN PASIEN Berikut ini adalah daftar sasaran. Mereka disiapkan disini untuk memudahkan karena disampaikan tanpa persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaian. Informasi lebih lanjut tentang

Lebih terperinci

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu 1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar Mencuci Tangan Kegiatan Belajar I Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus TUJUAN Pembelajaran Umum Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN 6 LANGKAH MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR

SATUAN ACARA PENYULUHAN 6 LANGKAH MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR SATUAN ACARA PENYULUHAN 6 LANGKAH MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR Masalah : Kurangnya informasi tentang 6 langkah cuci tangan Pokok Bahasan : Pengendalian infeksi Sub Pokok Bahasan : 6 Langkah cuci tangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Health Care Associates Infections (HCAI) adalah masalah besar dalam patient safety, dimana pengawasan dan kegiatan pencegahan harus menjadi prioritas utama untuk dilakukan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Menurut Sukanto (2005), pengetahuan ialah kesan yang ada di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat Dalam Mencuci Tangan Cara Biasa Sesuai SOP

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien, keselamatan

Lebih terperinci

PANDUAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS DTP MANDE

PANDUAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS DTP MANDE DINAS KESEHATAN KABUPATEN CIANJUR PUSKESMAS DTP MANDE Jln. Ariawiratanudatar Km 9 Jamali Mande Cianjur 43292 Telp. 0263 2910845 PANDUAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS DTP MANDE A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Menurut Adiwimarta, Maulana, & Suratman (1999) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan, ketaatan atau loyalitas. Kepatuhan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan 2.1.1 Pengertian cuci tangan Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung diri lain.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan 2.1.1. Definisi Kepatuhan Kamus Umum Bahasa Indonesia mendeksripsikan bahwa patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku

Lebih terperinci

STERILISASI & DESINFEKSI

STERILISASI & DESINFEKSI STERILISASI & DESINFEKSI Baskoro Setioputro 6-1 Cara penularan infeksi : 1. Kontak Langsung, tidak langsung, droplet 2. Udara Debu, kulit lepas 3. Alat Darah, makanan, cairan intra vena 4. Vektor / serangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori 1. Hand Hygiene a. Pengertian Hand hygiene merupakan istilah umum yang biasa digunakan untuk menyatakan kegiatan yang terkait membersihkan tangan (WHO, 2009).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 38 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah sakit Islam Kendal adalah rumah sakit swasta yang dikelola oleh amal usaha muhammadiyah. Rumah sakit tipe C yang sudah terakreditasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesehatan tidak bisa terlepas dari keselamatan pasien, yang merupakan suatu upaya dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR OBSERVASI

Lampiran 1 LEMBAR OBSERVASI Lampiran 1 LEMBAR OBSERVASI No. Pernyataan Ya Kadang - kadang 1. Perawat mengidentifikasi pasien dengan menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien 2. Perawat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan Surat Permohonan untuk Bersedia menjadi Responden Assalamualaikum Dengan hormat, Dengan ini saya, Nama : Diani Susanti NIM : 20140310087 Pendidikan : Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumen rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks. Kompleksitasnya sebuah rumah sakit tidak hanya dari jenis dan macam penyakit yang harus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran berjumlah 11 orang yang terdiri dari 4 dokter dan 7 perawat. Setiap hari terdapat 3 kali pergantian shift perawat,

Lebih terperinci

Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan

Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan dr. Suryani Yuliyanti, M.Kes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Modul : Masalah Kesehatan Prioritas

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH Oleh: MEITY MASITHA ANGGRAINI KESUMA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petugas kesehatan yang paling sering berinteraksi dan paling lama kontak dengan pasien dalam memberikan asuhan salah satunya adalah perawat (Nursalam, 2011). Perawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Menurut Paren (2006) pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu organisasi melalui tenaga medis professional yang teroganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan Pasien (Patient Safety) 2.1.1 Pengertian Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga BAB 2 Tinjauan Teori 2.1 Infeksi Silang Menurut Brooker (2008) infeksi silang terjadi jika mikroorganisme yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga kesehatan, orang yang merawat

Lebih terperinci

ARIA PRATAMA SURYA ANGGARA MMR Angkatan 7 Reguler Ujian Matrikulasi DMRS februari 2012

ARIA PRATAMA SURYA ANGGARA MMR Angkatan 7 Reguler Ujian Matrikulasi DMRS februari 2012 1 ARIA PRATAMA SURYA ANGGARA MMR Angkatan 7 Reguler Ujian Matrikulasi DMRS februari 2012 1. a) Ada 3 target dari 8 target MDGs yang sudah disepakati yang bisa dilakukan bidang kesehatan terutama di ruang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar tahu yaitu paham, maklum, mengerti.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh pasien selama dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi

Lebih terperinci

Panduan Identifikasi Pasien

Panduan Identifikasi Pasien Panduan Identifikasi Pasien IDENTIFIKASI PASIEN 1. Tujuan Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit. Mengurangi kejadian

Lebih terperinci

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE Disusun Oleh : 1. Agustia Hastami P17420108041 2. Arsyad Sauqi P17420108044 3. Asih Murdiyanti P17420108045 4. Diah Ariful Khikmah P17420108048 5. Dyah Faria Utami P17420108050

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Instalasi Gawat Darurat (IGD) Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang menyediakan berbagai macam jenis pelayanan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) : Cuci Tangan yang Baik dan Benar Pokok Bahasan : Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar : keluarga dan klien

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) : Cuci Tangan yang Baik dan Benar Pokok Bahasan : Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar : keluarga dan klien SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Topik : Cuci Tangan yang Baik dan Benar Pokok Bahasan : Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar Sasaran : keluarga dan klien Tempat : Ruang melati Hari / Tgl : Kamis, 6 Juni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Risiko Program Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan perlindungan utama kepada pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan

Lebih terperinci

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas tentang: latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Di jaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Penyuluhan Kesehatan a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap upaya peningkatan kesehatan.penyuluhan

Lebih terperinci

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD A. `LAPORAN INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD Judul indikator Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU BAB I DEFINISI Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko

Lebih terperinci

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 1. PANDUAN KESELAMATAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN I. Pengantar Panduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi didalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme

Lebih terperinci

JCI - PATIENT CENTERED STANDARDS

JCI - PATIENT CENTERED STANDARDS JCI - PATIENT CENTERED STANDARDS PATIENT CENTERED STANDARDS IPSG ACC PFR AOP COP ASC MMU PFE International Patient Safety Goals Access to Care and Continuity of Care Patient and Family Rights Assessment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi nasokomial merupakan persoalan serius yang menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5 DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi

Lebih terperinci

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara menandai ( X) salah satu jawaban

Lebih terperinci

LINDUNGILAH KELUARGA ANDA DARI PENULARAN BATUK DAN FLU DENGAN ETIKA BATUK YANG BAIK DAN BENAR

LINDUNGILAH KELUARGA ANDA DARI PENULARAN BATUK DAN FLU DENGAN ETIKA BATUK YANG BAIK DAN BENAR LINDUNGILAH KELUARGA ANDA DARI PENULARAN BATUK DAN FLU DENGAN ETIKA BATUK YANG BAIK DAN BENAR Di musim hujan seperti sekarang ini, membuat daya tahan tubuh menjadi menurun bila kita tidak menjaganya, berbagai

Lebih terperinci

7 Langkah Cara Mencuci Tangan Yang Benar Menurut WHO

7 Langkah Cara Mencuci Tangan Yang Benar Menurut WHO 7 Langkah Cara Mencuci Tangan Yang Benar Menurut WHO SDIT Madani Thursday, January 23, 2014 Gallery IPTEK, Sumber Belajar Seorang Siswa SDIT Madani Sedang mencuci Tangan Cuci tangan 7 langkah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat adalah tenaga medis yang selama 24 jam bersama dengan pasien yang dirawat di rumah sakit. Peran perawat sangat besar dalam proses penyembuhan pasien. Perawat

Lebih terperinci

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat BAB 1 PENDAHULUAN Setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan atau meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,

Lebih terperinci

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan

Lebih terperinci

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

LAPORAN EVALUASI PROGRAM LAPORAN EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN S.D 217 KOMITE PMKP RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI MALUKU PENINGKATAN MUTU & KESELAMATAN PASIEN PERIODE S.D 217 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Lampiran-1: Kuesioner Penelitian

Lampiran-1: Kuesioner Penelitian Lampiran-1: Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN Hubungan Pengetahuan dan Kemampuan Perawat dengan Penerapan Standar Joint Commission International tentang Keselamatan Pasien di Instalasi Gawat Darurat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan tugasnya bagi dokter Aegroti Salus Lex Suprema, yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir, 2009).Keselamatan pasien

Lebih terperinci

PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti)

PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti) PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti) I. Pendahuluan Penggunaan peralatan intravaskular (IV) tidak dapat dihindari pada pelayanan rumah sakit

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Patient Safety a. Pengertian Patient Safety Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR OBSERVASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR OBSERVASI LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR OBSERVASI HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN JUMLAH KOLONI KUMAN PADA TELAPAK TANGAN PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN 2016

Lebih terperinci

CARA MENCUCI TANGAN CARA MENCUCI TANGAN

CARA MENCUCI TANGAN CARA MENCUCI TANGAN N A M A/ JABATAN TANGGAL DAN TANDA TANGAN PENYUSUN Rukruk Rukayah TL Pelaksana Lanjutan PEMERIKSA DISETUJUI DAN DISAHKAN Drs. Zulfakhri, MT Ka subid Pelayanan Kesehatan Dra. Rini Heroe Oetami, MT Ka bid

Lebih terperinci

KESELAMATAN PASIEN. Winarni, S. Kep., Ns., M. KM

KESELAMATAN PASIEN. Winarni, S. Kep., Ns., M. KM KESELAMATAN PASIEN Winarni, S. Kep., Ns., M. KM Keselamatan Pasien diatur dlm : - UU No. 29 Tahun 2004 Ttg Praktik Kedokteran, Pasal 2. - UU No. 36 Tahun 2009 Ttg Kesehatan, Pasal 5 (2), Pasal 19, Pasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial atau hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat klien ketika klien tersebut masuk rumah sakit atau pernah dirawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan masalah besar yang dihadapi rumah sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh 1. Pengertian Pola asuh orang tua adalah sikap atau perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Perilaku yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam sasaran mutu,

BAB I PENDAHULUAN. dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam sasaran mutu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan yang bermutu dan aman bagi pelanggan (pasien) saling berkaitan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada era globalisasi ini masyarakat cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Sebagai wujud pengamalan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, maka diperlukan

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ILMU DASAR KEPERAWATAN II Disusun Oleh Kelompok SDL 1 S1 / 1B 1. Ardiana Nungki A 101.0008 2. Desi Artika R 101.0018 3. Diah Rustanti 101.0022 4. Diyan Maulid 101.0026 5.

Lebih terperinci

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK Demam pada anak merupakan salah satu pertanda bahwa tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap kuman yang menginfeksi. Gangguan kesehatan ringan ini sering

Lebih terperinci

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP) I SASARAN KESELAMATAN PASIEN SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP) Gambaran Umum Bab ini membahas Sasaran Keselamatan Pasien yang wajib diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia) yang disebabkan oleh pemakaian ventilator dalam jangka waktu yang lama pada pasien

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang lnfeksi saluran cerna memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia, dengan angka kejadian tertinggi didapatkan di negara berkembang terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keselamatan Pasien (Patient Safety) a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO). Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap tahun ratusan juta pasien di seluruh dunia terjangkit infeksi terkait perawatan kesehatan. Hal ini signifikan mengarah pada fisik dan psikologis dan kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kepatuhan 2.1.1 Defenisi Kepatuhan Kepatuhan perawat profesional adalah sejauh mana perilaku seorang perawat sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan perawat

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang 7 menit dibutuhkan Tujuan station Menilai kemampuan prosedur perawatan jenazah HIV/AIDS di RS Area kompetensi 1. Komunikasi efektif pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN RUMAH SAKIT UMUM GUNUNG SAWO TEMANGGUNG Jl. Gatot Subroto KM 2 Manding Temanggung Tahun 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat yang telah dikaruniakan

Lebih terperinci