BAB 4 GAMBARAN UMUM DEWAN PENDIDIKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 GAMBARAN UMUM DEWAN PENDIDIKAN"

Transkripsi

1 BAB 4 GAMBARAN UMUM DEWAN PENDIDIKAN Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan, diperlukan wadah yang dapat mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan menggali potensi masyarakat untuk menjamin demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas. Salah satu wadah tersebut adalah Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah sendiri merupakan amanat rakyat yang selaras dengan kebijakan otonomi daerah, dimana memposisikan kabupaten/kota sebagai pemegang kewenangan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Patut dicatat bahwasanya pelaksanaan pendidikan di daerah tidak hanya diserahkan kepada kabupaten/kota, melainkan juga dalam beberapa hal tertentu diberikan kepada satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Dengan kata lain, keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah propinsi, kabupaten/kota, dan pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat atau stakeholder pendidikan. Hal ini sesuai dengan konsep partisipasi berbasis masyarakat (community-based participation) dan manajemen berbasis sekolah (school-based management), yang kini tidak hanya menjadi wacana, tetapi telah mulai dilaksanakan di Indonesia. Berkenaan dengan hal tersebut diatas maka, pada tahun anggaran 2001 Pemerintah telah melaksanakan rintisan sosialisasi pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah di Propinsi Sumatera Barat, Bali, dan Jawa Timur masing-masing satu kabupaten/kota. Selain itu ada beberapa kabupaten/kota yang telah membentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah berdasarkan inisiatif sendiri. Berdasarkan hasil sosialisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa keberadaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah memang dipandang sangat strategis sebagai wahana untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. 39

2 40 Beberapa kalangan masyarakat yang diundang untuk memberikan masukan tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, pada umumnya sangat antusias dan mendukung sepenuhnya gagasan ini Pengertian dan Nama Pengertian Dengan mengacu pada prinsip desentralisasi pendidikan, maka sekolah memperoleh kewenangan dalam menyusun program yang akan dilaksanakan. Di samping, sekolah juga memperoleh kewenangan untuk mengelola segala sarana dan prasarana yang tersedia, mengelola SDM yang dimiliki, serta melibatkan kepedulian stakeholder dalam pelaksanaan pendidikan. Semua ini bertujuan untuk merealisasikan pasal 31 dalam Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran yang bermutu, disamping juga untuk mencapai tujuan diserahkannya pengelolaan pendidikan dasar dan menengah kepada pemerintah daerah seperti yang tertuang dalam konsideran Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, model pengelolaan sekolah yang bernuansa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) perlu diterapkan yaitu pengelolaan sekolah yang bertumpu pada kebutuhan, visi, harapan, dan kewajiban masyarakat untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran yang pelaksanaannya diserahkan kepada sekolah. Namun peran serta masyarakat dalam mendukung serta memberikan pelayanan pendidikan yang relevan, bermutu, berwawasan keadilan dan pemerataan sangat diperlukan. Peran lebih aktif ini merupakan realisasi dari bentuk demokrasi berkeadilan yang memiliki pengertian bahwasanya masyarakat tidak hanya mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu namun juga berkewajiban untuk turut serta dalam mengadakannya baik dalam dana untuk pengadaan, pengembangan dan/atau pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan maupun kepakaran atau keahlian yang diperlukan dalam penyusunan program serta implementasi mulai dari yang berskala mikro hingga yang berskala makro.

3 41 Dan dalam menyalurkan aspirasi serta kontribusi masyarakat yang beragam melalui institusi yang demokratis sebagai mana yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) , maka di tingkat kabupaten/kota dibentuk wadah yang dinamakan Dewan Pendidikan dan di tingkat sekolah dinamakan Komite Sekolah. Dewan Pendidikan sendiri adalah badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di kabupaten/kota. Ada beberapa asumsi pentingnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah. Pertama, menggunakan pengalaman sekolah swasta yang memiliki ketergantungan sangat rendah, sehingga sekolah cenderung lebih berorientasi kepada kemampuan yang memungkinkan keterlibatan orang tua/masyarakat secara lebih bermakna dalam penyelenggaraan pendidikan. Kedua, penyelenggaraan pendidikan di daerah akan lebih efektif bila didukung oleh sistem berbagi kekuasaan (power sharing), antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan pendidikan karena bagaimanpun juga yang mengetahui kondisi riil mengenai pendidikan di daerah itu adalah Pemerintah daerah itu sendiri Nama dan Ruang Lingkup Dewan Pendidikan adalah nama generik. Artinya, nama badan dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing, seperti Dewan Pendidikan, Majelis Pendidikan, atau nama lain yang disepakati. Yang dimaksud dengan pendidikan di sini adalah pendidikan prasekolah, pendidikan sekolah, dan pendidikan luar sekolah.

4 Kedudukan dan Sifat Kedudukan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diterbitkan dengan tujuan untuk memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada Daerah dan masyarakat sehingga memberi peluang kepada Daerah dan masyarakat agar leluasa mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat dan potensi setiap daerah. Dalam penyelenggaraan pendidikan, tentunya dukungan masyarakat sangat dibutuhkan. Langkah yang dapat dilakukan dalam memperoleh dukungan masyarakat khususnya dalam sektor pendidikan ini adalah dengan menumbuhkan kepedulian dan keberpihakan konkret dari semua lapisan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, mulai dari pimpinan negara, sampai aparat yang paling rendah, termasuk masyarakat yang bergerak dalam sektor swasta dan industri diwujudkan dalam suatu gerakan bersama (collective action) yang diwadahi Dewan Pendidikan yang berkedudukan di kabupaten/kota Sifat Seperti telah disinggung pada bab terdahalu bahwasanya Dewan Pendidikan itu merupakan badan yang bersifat mandiri, yang tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan dinas pendidikan kabupaten/kota maupun dengan lembaga-lembaga pemerintah lainnya. Posisi Dewan Pendidikan maupun dinas pendidikan kabupaten/kota maupun lembaga-lembaga pemerintah lainnya mengacu pada kewenangan (otonomi) masing-masing berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dibentuknya Dewan Pendidikan ini didasarkan pada kesepakatan yang tumbuh dari akar budaya, sosio demografis dan nilai-nilai daerah setempat, sehingga lembaga tersebut bersifat otonom yang menganut asas kebersamaan menuju ke arah peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan di daerah yang diatur oleh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Kondisi ini hendaknya

5 43 dijadikan dasar pertimbangan oleh masing-masing pihak atau stakeholder pendidikan di daerah agar tidak terjadi adanya pelanggaran hukum administrasi negara yang mengakibatkan adanya konsekuensi hukum baik perdata maupun pidana di kemudian hari Tujuan Dewan Pendidikan merupakan organisasi masyarakat pendidikan yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas pendidikan di daerah. Dewan Pendidikan yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai potensi daerah setempat. Karenanya Dewan Pendidikan yang dibangun harus merupakan pengembangan kekayaan filosofis masyarakat di daerah secara kolektif, dengan kata lain Dewan Pendidikan mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna (client model), berbagai kewenangan (power sharing and advocacy model) dan kemitraan (partnership model) yang difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan di daerah. Sebagai suatu organisasi masyarakat pendidikan maka tujuan dibentuknya Dewan Pendidikan adalah sebagai wadah dalam menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan, disamping juga untuk meningkatkan tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Semuanya itu dengan tujuan akhir untuk menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu Peran dan Fungsi Peran Berbicara mengenai peran maka dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di daerah, Dewan Pendidikan harus bertumpu pada

6 44 landasan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, pembentukannya harus memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada. Adapun peran yang dijalankan Dewan Pendidikan adalah sebagai berikut. Pemberi pertimbangan (advisory body) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif) dengan masyarakat Fungsi Dalam rangka menjalankan perannya agar dapat berhasil guna maka, Dewan Pendidikan memiliki fungsi sebagai berikut. a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. b. Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi), pemerintah dan DPRD berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat. d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada pemerintah daerah/dprd mengenai: 1) kebijakan dan program pendidikan; 2) kriteria kinerja daerah dalam bidang pendidikan; 3) kriteria tenaga kependidikan, khususnya guru/tutor dan kepala satuan pendidikan; 4) kriteria fasilitas pendidikan; dan

7 45 5) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan. e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan. f. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan Organisasi Keanggotaan Dewan Pendidikan Keanggotaan Dewan Pendidikan terdiri atas unsur masyarakat dan dapat ditambah dengan unsur birokrasi/legislatif. Unsur masyarakat dapat berasal dari komponen-komponen sebagai berikut: a. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bidang pendidikan. b. Tokoh masyarakat (ulama, budayawan, pemuka adat, dll). c. Anggota masyarakat yang mempunyai perhatian pada peningkatan mutu pendidikan atau yang dijadikan figur di daerah. d. Tokoh dan pakar pendidikan yang mempunyai perhatian pada peningkatan mutu pendidikan. e. Yayasan penyelenggara pendidikan (sekolah, luar sekolah, madrasah,pesantren). f. Dunia usaha/industri/asosiasi profesi (pengusaha industri, jasa, asosiasi,dan lain-lain). g. Organisasi profesi tenaga kependidikan (PGRI, ISPI, dan lain-lain). h. Perwakilan dari Komite Sekolah yang disepakati. Unsur birokrasi, misalnya dari unsur dinas pendidikan setempat dan dari unsur legislatif yang membidangi pendidikan, dapat dilibatkan sebagai anggota Dewan Pendidikan maksimal 4-5 orang. Jumlah anggota Dewan Pendidikan sebanyak-banyaknya berjumlah 17 (tujuh belas) orang dan jumlahnya harus gasal. Syarat-syarat, hak, dan kewajiban, serta masa bakti keanggotaan Dewan Pendidikan ditetapkan di dalam AD/ART.

8 Kepengurusan Dewan Pendidikan Penetapan pengurus Dewan Pendidikan dilakukan berdasarkan AD/ART yang sekurang-kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara. Apabila dipandang perlu, kepengurusan dapat dilengkapi dengan bidang-bidang tertentu sesuai kebutuhan. Selain itu dapat pula diangkat petugas khusus yang menangani urusan administrasi. Pengurus dewan dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis. Khusus jabatan ketua dewan bukan berasal dari unsur pemerintahan daerah dan DPRD. Syarat-syarat, hak, dan kewajiban, serta masa bakti kepengurusan Dewan Pendidikan ditetapkan di dalam AD/ART. Mekanisme kerja pengurus Dewan Pendidikan dapat diidentifikasi sebagai berikut: Pengurus Dewan Pendidikan terpilih bertanggungjawab kepada musyawarah anggota sebagai forum tertinggi sesuai AD dan ART. Pengurus Dewan Pendidikan menyusun program kerja yang disetujui melalui musyawarah anggota yang berfokus pada peningkatan mutu pendidikan di daerah. Apabila pengurus Dewan Pendidikan terpilih dinilai tidak produktif dalam masa jabatannya, maka musyawarah anggota dapat memberhentikan dan mengganti dengan kepengurusan baru. Pembiayaan kegiatan operasional Dewan Pendidikan ditetapkan melalui musyawarah anggota. Untuk melaksanakan kegiatan operasional, Dewan Pendidikan dapat menyelenggarakan rapat yang jenis dan mekanismenya ditetapkan di dalam AD/ART.

9 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Dewan Pendidikan wajib memiliki AD/ART. Anggaran Dasar sekurangkurangnya memuat: Dasar, tujuan, dan kegiatan. Keanggotaan dan kepengurusan. Hak dan kewajiban anggota dan pengurus. Keuangan. Mekanisme kerja dan rapat-rapat. Perubahan AD/ART dan pembubaran organisasi. Sementara Anggaran Rumah Tangga sekurang-kurangnya memuat: Mekanisme pemilihan dan penetapan anggota dan pengurus. Rincian tugas anggota dan pengurus. Masa bakti keanggotaan dan kepengurusan. Kerja sama dengan pihak lain. Pertanggungjawaban pelaksana program kerja Pembentukan Dewan Pendidikan Prinsip Pembentukan Pembentukan Dewan Pendidikan harus dilakukan secara transparan, akuntabel, dan demokratis. Yang dimaksud transparan dalam hal ini adalah bahwa Dewan Pendidikan harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat secara luas mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, proses sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, proses seleksi calon anggota, pengumuman calon anggota, proses pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan. Adapun akuntabel berarti bahwa panitia persiapan hendaknya menyampaikan laporan pertanggungjawaban kinerjanya maupun penggunaan dana kepanitiaan. Sedangkan demokratis mempunyai makna bahwa dalam proses

10 48 pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan musyawarah mufakat. Jika dipandang perlu pemilihan anggota dan pengurus dapat dilakukan melalui pemungutan suara Mekanisme Pembentukan Pembentukan Dewan Pendidikan diawali dengan pembentukan panitia persiapan yang dibentuk oleh bupati/walikota dan/atau masyarakat. Panitia persiapan berjumlah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang yang terdiri atas kalangan praktisi pendidikan (seperti guru, kepala sekolah, penyelenggara pendidikan) dan pemerhati pendidikan (LSM peduli pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dunia usaha dan industri). Panitia persiapan bertugas mempersiapkan pembentukan Dewan Pendidikan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Mengadakan forum sosialisasi kepada masyarakat (termasuk Majelis Pendidikan Kejuruan Daerah, Komite Kabupaten, Komite Pendidikan Luar Sekolah) tentang Dewan Pendidikan menurut keputusan ini. 2. Menyusun kriteria dan mengidentifikasi calon anggota berdasarkan usulan dari masyarakat. 3. Menyeleksi calon anggota berdasarkan usulan dari masyarakat. 4. Mengumumkan nama-nama calon anggota kepada masyarakat. 5. Menyusun nama-nama anggota terpilih. 6. Memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota Dewan Pendidikan. 7. Menyampaikan nama pengurus dan anggota kepada Bupati/Walikota. Panitia Persiapan dinyatakan bubar setelah bupati/walikota menetapkan Dewan Pendidikan.

11 Penetapan Pembentukan Dewan Pendidikan Calon anggota Dewan Pendidikan yang disepakati dalam musyawarah atau mendapat dukungan suara terbanyak melalui pemungutan suara secara langsung menjadi anggota Dewan Pendidikan sesuai dengan jumlah anggota yang disepakati dari masing-masing unsur. Dewan Pendidikan ditetapkan untuk pertama kali dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota, dan selanjutnya diatur dalam AD dan ART. Misalnya dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga disebutkan bahwa pemilihan anggota dan pengurus Dewan Pendidikan ditetapkan oleh musyawarah anggota Dewan Pendidikan. Pengurus dan anggota dewan terpilih dilaporkan kepada pemerintah daerah dan dinas pendidikan setempat. Untuk memperoleh kekuatan hukum, pengurus dan anggota Dewan Pendidikan dapat dikukuhkan dengan Surat Keputusan bupati/walikota Tata Hubungan Antarorganisasi Pelimpahan wewenang pengelolaan pendidikan pada daerah otonom pada jalur sekolah maupun luar sekolah sesuai dengan jenjang dan jenis, baik negeri maupun swasta, telah diatur melalui perundang-undangan serta perangkat peraturan yang mengikutinya. Selain itu setiap penyelenggaraan pendidikan dibina oleh instansi yang berwenang. Dengan demikian, kondisi tersebut berimplikasi terhadap tatanan dan hubungan baik vertikal maupun horizontal yang baku antara Dewan Pendidikan dengan instansi lain. Hubungan-hubungan tersebut bisa berupa laporan, konsultasi, koordinasi, pelayanan, dan kemitraan. Tata hubungan antara Dewan Pendidikan dengan dinas pendidikan daerah otonom dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya yang bertanggungjawab dalam pengelolaan pendidikan, termasuk dengan Komite-komite Sekolah bersifat koordinatif.

12 Dewan Pendidikan di wilayah kota di DKI Jakarta Diwilayah DKI Jakarta terdapat 5 (lima) Dewan Pendidikan kotamadya. Kelima Dewan Pendidikan itu adalah Dewan Pendidikan Jakarta Pusat, Dewan Pendidikan Jakarta Barat, Dewan Pendidikan Jakarta Selatan, Dewan Pendidikan Jakarta Timur dan Dewan Pendidikan Jakarta Utara. Dari kelima Dewan Pendidikan kota tersebut hampir sebagian besar yaitu Dewan Pendidikan Jakarta Selatan, Dewan Pendidikan Jakarta Timur, dan Dewan Pendidikan Jakarta Utara masih bergabung di gedung walikota dalam melakukan tugasnya sebagai Dewan Pendidikan dan selebihnya menggunakan sekolah sebagai sekretariat mereka Dewan Pendidikan Kotamadya Jakarta Pusat Dewan Pendidikan Jakarta Pusat ini berkedudukan di SMK. Negri 3 Jakarta, di Jalan Garuda No.63, Kemayoran, Jakarta Pusat, Telepon/Fax : Seperti halnya Dewan Pendidikan yang lain Dewan Pendidikan Jakarta Pusat merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan satuan pendidikan maupun lembaga pemerintah lainnya. Pembentukan Dewan Pendidikan Jakarta Pusat bertujuan untuk (a) Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan di Jakarta Pusat (b) Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di Jakarta Pusat; (c) Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di Jakarta Pusat dan satuan pendidikan. Adapun peran yang dijalankan Dewan Pendidikan Jakarta Pusat adalah P3M (Pertimbangan, Pendukung, Pengontrol, Mediator) dengan perincian sebagai berikut: (a) Pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan (Advisory).(b) Pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan (Supporting).(c) Pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan (Controlling). (d) Mediator antara pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif) dengan masyarakat (Mediator).

13 51 Secara umum Dewan Pendidikan Jakarta Pusat ini memiliki beberapa program seperti program meningkatkan kepedulian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Disamping itu badan itu juga melakukan kerja sama dengan masyarakat, baik perorangan maupun organisasi, dunia usaha dan dunia industri, pemerintah, dan DPRD berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Fungsi lainnya adalah menampung dan menganalisis aspirasi, pandangan, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat. Selain itu dibawah kepemimpinan Dr. R.A. Tity Koesoemo, MA, MBA, Dewan Pendidikan Jakarta Pusat ini juga seringkali memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada pemerintah daerah/dprd dan kepada satuan pendidikan di Jakarta Pusat mengenai kebijakan dan program pendidikan di Jakarta Pusat; kriteria kinerja daerah dalam bidang pendidikan di Jakarta Pusat; kriteria tenaga kependidikan, khususnya guru/tutor dan kepala satuan pendidikan; kriteria fasilitas pendidikan; dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan. Dewan Pendidikan Jakarta Pusat juga berfungsi dalam mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan dan menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan di Jakarta Pusat Dewan Pendidikan Kotamadya Jakarta Barat Sekretariat Dewan Pendidikan Jakarta berkantor di SMA Al-Huda di Jalan Utama Raya No.2 (Outer Ring Road) Cengkareng, Jakarta Barat, dengan no Telepon di Dewan Pendidikan Jakarta Barat dibentuk melalui dan disyahkan di Jakarta pada tanggal 29 Nopember 2009 melalui Keputusan Ketua Dewan Pendidikan Kota Administrasi Jakarta Barat Nomor 071/DP-JB/XII/2008 tentang pengangkatan keanggotaan Dewan Pendidikan Kota Administrasi Jakarta Barat Periode Dibawah kepemimpinan Drs. H. Nukman Muhasyim dan Drs. H. Sujono Kuslan, M.Pd, selaku Wakil Ketua merangkap sebagai Ketua Harian, Dewan Pendidikan Jakarta Barat memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah :

14 52 1. Memecahkan isu-isu pendidikan di wilayah Kotamadya Jakarta Barat dalam rangka memberikan masukan masukan untuk kebijakan kepada komite-komite sekolah; 2. Mengawasi kegiatan pendidikan pada tingkat kecamatan dan sekolah serta kegiatan Pendidikan di tingkat Kotamadya; 3. Mengadakan rapat koordinasi dengan komite kecamatan dan komite sekolah, mencari sumber dana dan memberikan masukan dalam rangka membangun kemitraan dengan dunia idustri di bidang pendidikan ; 4. merumuskan kebijakan dan mensosialisasikan ke Komite Kecamatan dan Komite Sekolah. Disamping itu visi Dewan Pendidikan Kotamdaya Jakarta Barat adalah terciptanya mutu kesetaraan, kebersamaan dan layanan prima dalam pendidikan sementara visinya dalah mengupayakan mutu yang selalu unggul, menciptakan adanya senasib sepenanggungan antara lembaga pendidikan instansi terkait dan masyrakat tentang visi dan misi wilayab, serta menumbuhkan adanya rasa saling asah, asuh dan asih. Adapun program kerja dan kegiatan dari Dewan Pendidikan Jakarta Barat Tahun 2009 ini adalah : 1. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan melalui ; a. Penggalangan potensi masyarakat/dunia usaha dan dunia industri b. Lokakarya peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu sumber daya pendidikan c. Pembentukan Pokja Wilayah pemberdayaan komite 2. Pembinaan Komite Sekolah meliputi : a. Penyusunan data base komite sekolah b. Lokakarya peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan masyarakat c. Pengawasan komite sekolah

15 53 d. Lokakarya penyusunan Program Sekolah (MPMBS) e. Klinik Pendidikan 3. Peningkatan Manajemen dan Kinerja Dewan Pendidikan yang dilakukan dengan melaksanakan a. Rapat Kerja b. Rapat koordinasi c. Monitoring kegiatan komite d. Pengembangan wawasan e. Pengolahan data pendidikan f. Workshop strategi pembelajaran dan sajian kurikulum berbasis kompetensi g. Seminar 4. Action Research yang dilakukan melalui penelitian kemasyarakatan dan UPT untuk desisi yang dibutuhkan pasar ; 5. Monitoring Sekolah-sekolah dengan melakukan peninjauan kelapangan terhadap TK, S, SMP, SMA, M. Aliyah, SMK se Jakarta Barat ; 6. Audiensi ke instansi terkait seperti dengan Menteri Pendidikan Nasional, Gubernur, DPR, DPRD dan Dikmenti; 7. Sosialisasi Dewan Pendidikan ke sekolah dan masyarakat melalui Camat, Lurah, Komite Sekolah, RT, RW dan Masyarakat 8. Sosialisasi kebijakan di bidang pendidikan untuk semua sekolah di Jakarta Barat dengan sistem priotitas; 9. Inventarisasi kondisi guru dan sekolah dengan mengaplikasikan dan memeratakan guru-guru sesuai dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku di Jakarta Barat 10. Menerima pengaduan dari sekolah dengan mengakses semua aduanaduan melalui posko

16 Monitoring sarana dan prasarana pendidikan dengan mengakses sarana dan prasarana sekolah untuk menuju ke layanan pendidikan minimal Melalui semua program diatas Dewan Pendidikan Kota Madya Jakarta Barat optimis dapat mempertahankan serta meningkatkan Jakarta Barat sebagai wilayah dengan peserta didik terbanyak yang menjuarai ajang olimpiade baik nasional maupun internasional, juga mengurangi kesenjangan yang terjadi khususnya dalam bidang pendidikan. Selain juga untuk semakin meningkatkan konsolidasi organisasi, dalam upaya melaksanakan visi, misi, dan program kerja, melaksanakan sosialisasi organisasi, personil, dan program kerja, melakukan kunjungan/konsultasi banding, mengembangkan gagasan untuk penyelenggaraan model sekolah unggulan, memantau kebijakan pendidikan serta memberdayakan komite sekolah agar semakin lebih proaktif dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pendidikan Kotamadya Jakarta Selatan Dewan Pendidikan Jakarta Selatan ini berkantor di Kantor Walikota Jakarta Selatan, Jalan Prapanca Raya No. 8, Lantai XIV dan no telepon yang dapat dihubungi di Alasan mengapa Dewan Pendidikan Jakarta Selatan berlokasi di kantor Walikota, yaitu agar terjalin kerjasama yang lebih efektif antara Dewan dengan Pemkodya Jakarta Selatan khususnya untuk mengatasi semua permasalahan yang kini dihadapi dalam bidang pendidikan sehingga beban pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan dapat lebih ringan. Disamping itu juga untuk memudahkan bagi masyarakat untuk menyampaikan apa yang dirasakan oleh masyarakat karena seperti termaktub dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 44 tahun 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, bahwa Dewan Pendidikan merupakan wadah penyaluran aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan.

17 55 Dewan Pendidikan Kotamadya Jakarta Selatan dibentuk melalui Surat Keputusan Walikotamadya Jakarta Selatan Nomor 399/2003 pada tanggal 24 Oktober 2003 tentang Susunan Pengurus Dewan Pendidikan Kotamadya Jakarta Selatan. Dan berdasarkan Surat Keputusan tersebut dinyatakan bahwasanya Dewan Pendidikan Kotamdaya Jakarta Selatan memiliki peran yang sangat strategis dalam membantu terselenggaranya pendidikan yang bermutu di wilayah Kotamadya Jakarta Selatan. Adapun visi dari pembentukan Dewan Pendidikan Kotamdaya Jakarta Selatan ini adalah mewujudkan Kotamadya Jakarta Selatan menjadi Barometer Pendidikan. Sementara misi yang menjadi tugas dari Dewan Pendidikan Kotamadya Jakarta Selatan ini adalah : 1. Mendorong tumbuhnya peserta didik beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia; 2. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 3. Menjalin kerjasama dengan masyakarat, pengusaha peduli pendidikan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan DPRD. Dengan Prof. Dr. H. Qomari Anwar selaku ketua Dewan Pendidikan Jakarta Selatan, maka peningkatan tanggungjawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan serta menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel dan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu semakin digalakkan karena ini merupakan salah satu program yang diandalkan dan dalam melaksanakan peran dan fungsinya Dewan Pendidikan Kotamadya Jakarta Selatan memiliki programprogram diantaranya ; 1. Penggalian sumber daya masyarakat yang dilakukan dengan kunjungan ke masyarakat dan dunia usaha dalam rangka menumbuhkan kepedulian masyarakat dan dunia usahan dalam mendukung dunia pendidikan;

18 56 2. Pengelolaan sumber daya masyarakat melalui seminar pendidikan, dunia usaha untuk satu visi membangun dunia pendidikan; 3. Pengendalian kualitas pelayanan pendidikan dengan menyelenggarakan temu wicara/ lokakarya/ seminar tentang tupoksi; 4. Jaringan kerjasama dan system informasi, melalui ; a) Monitoring dan menyempurnakan data base untuk pembuatan launching situs (website) computer data base Dewan Pendidikan Kotamadya Jakarta Selatan; b) Sosialisasi Dewan Pendidikan dengan tokoh masyarakat seperti Dewan Kelurahan, lurah dan Camat 5. Sarana dan Prasarana dengan menginventarisir kebutuhab primer dan sekunder sekolah 6. Usaha melalui meningkatkan eksistensi Dewan Pendidikan Jakarta Selatan melalui, a) Menjalin kemitraan dengan Pemda dan Dunia Usaha b) Menjalin networking dengan lembaga dunia yang bergerak dibidang peduli pendidikan c) Profil Dewan Pendidikan Kotamadya Jakarta Selatan Namun tugas dan peran yang utama dari dari Dewan Pendidikan itu sendiri antara lain sebagai pemberi pertimbangan (Advisory) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan; sebagai pendukung (Supporting) financial, pemikiran dan tenaga; sebagai pengontrol (Kontrolling) dan sebagai mediator (Links) antara eksekutif, legislatif dan masyarakat tetap diutamakan Dewan Pendidikan Kotamadya Jakarta Timur Bagi masyarakat diwilayah Jakarta Timur yang ingin menyuarakan aspirasi mereka untuk kemajuan pendidikan dapat menyampaikannya langsung ke Dewan Pendidikan Jakarta Timur yang beralamat di Walikota Jakarta Timur, Gedung B.2 Lantai IV, Jl. Dr. Sumarno, Sentra Primer Baru Timur, dengan nomor

19 57 telepon Dibentuk pada tanggal 12 November 2009 melalui Surat Keputusan Walikotamadya Jakarta Timur Nomor 106/2003 tanggal 12 November Berbekal visi bersama pemerintah Kota Jakarta Timur berdasarkan iman dan taqwa mengupayakan terwujudnya pendidikan yang bermutu dalam menghadapi persaingan global. Visi tersebut didukung oleh misi yang diemban oleh Dewan Pendidikan Kotamadaya Jakarta Timur ini yaitu : 1. Memberikan pertimbangan (advisory agency) kepada pemerintah dalam menentukan dan melaksanakan kebijakan pendidikan; 2. Mendukung (supporting agency) dalam bentul pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; 3. Mengupayakan terwujudnya transparansi dan akuntabilitas (controlling agency) penyelenggaraan dan keluaran pendidikan; 4. Menjembatani (mediator) antara pemerintah, Dewan Perwakilan Rakayat Daerah (DPRD) dengan masyarakat. 5. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 6. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen dunia usaha dan industri terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 7. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi), pemerintah dan DPRD berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 8. Menampung dan menganalisa aspirasi, ide tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan; 9. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan; 10. Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada pemerintah daerah dan DPRD.

20 58 Dewan Pendidikan Kotamdaya Jakarta Timur dipimpin oleh Drs. H. Sardiono Hadi, MM, yang menyadari sekali bahwa Dewan Pendidikan sangat penting karena berperan sebagai wadah dalam menyalurkan dan menampung peran aktif masyarakat dalam ikut meningkatkan mutu dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Dan kesemuanya itu sudah pasti akan membawa implikasi terhadap meningkatnya peluang masyarakat untuk dapat memberikan peran serta dalam pengelolaan pendidikan Dewan Pendidikan di setiap satuan pendidikan juga telah menjalankan program komite sekolah yang merupakan wahana pemberdayaan masyarakat yang selaras dengan konsep partisipasi berbasis masyarakat dan manajemen berbasis sekolah. Disamping juga perlu program lain untuk penguatan sekaligus untuk menujang keberhasilan institusi Dewan Pendidikan diantaranya dengan mengadakan workshop Dewan Pendidikan, rapat koordinasi dengan komite sekolah se-jakarta Timur, penyusunan data base komite sekolah, pemberdayaan komite sekolah dan monitoring kinerja komite sekolah dan semuanya ini direncanakan serta dilaksanakan untuk mewujudkan suatu sistem pendidikan yang unggul, baik serta berkualitas Dewan Pendidikan Jakarta Utara Selain keempat Dewan Pendidikan diatas masih ada satu lagi Dewan Pendidikan di Jakarta yang tidak bisa dipandang sebelah mata meskipun keberadaan cukup jauh di utara Jakarta yaitu Dewan Pendidikan Jakarta Utara. Dengan dipimpin oleh H Syamhudin, dan berlokasi di Kantor Walikota Jakarta Utara, Blok R Lantai II, Jl. Yos Sudarso Jakarta Utara, dengan telepon Dewan Pendidikan Jakarta Utara maju dengan program-program yang mereka sudah rancang dan modifikasi demi peningkatan kualitas dapat dikatakan Dewan Pendidikan di kotamadya ini cukup berani berinovatif diantaranya mengadakan kegiatan peningkatan manajemen dan bimbingan Teknis Pengelolaan Komite Sekolah, selain itu mereka juga kerap mengadakan konsultasi/audiensi dengan Eksekutif dan Legislatif demi keselarasan serta menjaga hubungan

21 59 silahturahmi. Mereka juga aktif dalam memberikan masukan dalam penyusunan regulasi bidang pendidikan, selain juga melakukan kegiatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan pendidikan dengan tujuan perbaikan kedepannya yang lebih baik. Selain itu mereka bersama dengan Dinas Pendidikan juga turut melakukan pemetaan gedung sekolah yang rusak serta melakukan sosialisasi program pengembangan sekolah terpadu dengan tujuan agar proses pembelajaran semakin lebih baik lagi.

22 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bagian ini akan diuraikan tentang hasil penelitian peran dan fungsi Dewan Pendidikan. Juga dalam bagian ini akan berisi jawaban atas pertanyaanpertanyaan penelitian berdasarkan analisis terhadap kondisi riil Dewan Pendidikan yang didukung dengan data primer hasil wawancara dengan Dewan Pendidikan dan stakeholder kemudian dikaitkan dengan teori yang digunakan dalam menciptakan revitalisasi organisasi pada organisasi Dewan Pendidikan Hasil Penelitian Sebagaimana telah dinyatakan dalam bab terdahulu, bahwasanya tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran dan fungsi Dewan Pendidikan dalam peningkatn mutu pendidikan di DKI Jakarta, kendala-kendala apa yang dihadapi serta strategi untuk meningkatkan peran dan fungsi dari Dewan Pendidikan. Untuk itu peneliti telah melakukan wawancara mendalam dengan informan di lingkup Dewan Pendidikan Kota di wilayah DKI Jakarta, juga informan dari dinas pendidikan kota setempat dan komite sekolah. Sebagai suatu organisasi, Dewan Pendidikan adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri dan sebagai kesatuan yang memungkinkan masyarakat mencapai sutu tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan (Gibson, 1996). Terlebih bila dikaitkan dengan peran dan fungsi mereka yang notabene sebenarnya untuk meningkatkan mutu pendidikan di DKI Jakarta, karena kewenangan yang mereka miliki untuk menjalin kerjasama dengan dinas Pendidikan setempat serta keberadaan mereka sebagai perwakilan dari masyarakat yang peduli akan pendidikan membuat mereka menjadi lebih fleksibel untuk masuk keberbagai lapisan masyarakat. Berhasil atau tidaknya program yang dirancang oleh Dewan Pendidikan tetaplah melibatkan masyarakat didalamnya. Sebagai suatu organisasi, Dewan Pendidikan dapat dikatakan tidak akan berfungsi dengan efektif apabila strukturnya tidak menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang cenderung 60

23 61 berubah dengan cepat dalam hal ini Dewan Pendidikan dimana harus terus memutakhirkan program-program yang ada demi kemajuan mutu pendidikan juga pada akhirnya. Dan agar tujuan itu terwujud maka Perrow (1979) mengklasifikasikan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh suatu organisasi untuk mencapai keberhasilan dalam empat kategori, yaitu : 1. Memperoleh masukan-masukan yang dibutuhkan bagi pembentukan, pengoperasian, pengembangan dan pengembangan pengoperasian; 2. Memperoleh pengakuan atau legitimasi bagi kegiatan-kegiatannya; 3. Meperoleh sumber daya manusia yang terampil sesuai dengan kebutuhan; 4. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan para anggota organisasi dalam hubungannya dengan organisasi lain, klien dan masyarakat pada umumnya. Sebenarnya bila ditilik lebih dalam, semua faktor-faktor diatas telah dimiliki oleh Dewan Pendidikan sebagai suatu organisasi. Kepmendiknas Nomor 44 tahun 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah pasti menjadi dasar yang kuat yang mensyahkan serta melegitimasi keberadaan daripada Dewan Pendidikan. Didukung oleh tenaga-tenaga ahli yang sangat berpengalaman di bidang pendidikan jelas menjadikan Dewan Pendidikan sebagai suatu lembaga independen yang tidak dapat diragukan kompetensinya. Ditambah dengan posisi Dewan Pendidikan yang sejajar dengan bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat sehingga memudahkan Dewan Pendidikan berkoordinasi dengan dinas pendidikan setempat. Namun tentu saja terkadang ada sedikit ketidak selarasan antara masingmasing pihak dalam hal ini antara kondisi riil Dewan Pendidikan di lapangan dengan apa yang diharapkan dalam Kepmendiknas Nomor 44 tahun 2002 yang mengatur tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, kemudian antara Dewan Pendidikan dengan dinas pendidikan setempat serta komite sekolah selaku stakeholder. Berdasarkan hal-hal tersebut peneliti melakukan wawancara mendalam untuk mengetahui hal-hal apa saja kiranya yang menjadi ganjalan dalam

24 62 pelaksanaan peran dan fungsi Dewan Pendidikan ini sehingga tersirat ketidak selarasan antara berbagai pihak. Hal pertama yang ingin peneliti ketahui adalah mengenai peran dan fungsi daripada Dewan Pendidikan itu sendiri. Sebagaiman jelas termaktub dalam Kepmendiknas Nomor 44 Tahun 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah bahwasanya Dewan Pendidikan memilki 4 (empat) peran dan fungsi yaitu sebagai pemberi pertimbangan atau advisory, pendukung atau supporting, kemudian sebagai pengontrol atau controlling dan sebagai mediator. Berkenaan dengan peran yang pertama sebagai pemberi pertimbangan atau advisorry yang berfungsi dalam memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada pemerintah daerah/dprd mengenai: (1) kebijakan dan program pendidikan; (2) kriteria kinerja daerah dalam bidang pendidikan; (3) kriteria tenaga kependidikan, khususnya guru/tutor dan kepala satuan pendidikan; (4) kriteria fasilitas pendidikan; dan (5) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan. Didapatkan data bahwa sebagian besar Dewan Pendidikan telah melakukan itu seperti yang dinyatakan oleh Sujono Kuslan dari Dewan Pendidikan Jakarta Barat ; Dewan Pendidikan memiliki 4 (empat) peran diantaranya adalah sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency). Dan selama ini untuk melaksanakan peran tersebut kami sering memberikan masukan-masukan dan saran kepada walikota mengenai pelaksanaan pendidikan di Jakarta barat ini,.. Dan untuk itu maka kami mengajukan saran agar para juara-juara ini diberikan kemudahan seperti beasiswa sampai S3 kalau perlu agar kita juga dapat menikmati hasilnya. Selain itu saat ini kami sedang menggodok masukan mengenai pelaksannan Ujian Nasional yang masih dalam dilema. Kami mengusulkan agar diberlakukan system SKS tujuannya agar lebih efektif (hasil wawancara pada tanggal 17 November 2009) Pernyataan ini juga didukung oleh Bulkini Subing selaku bendahara Dewan Pendidikan Jakarta Pusat yang menyatakan sebagai pemberi pertimbangan

25 63 mereka kerapkali mengadakan audiensi dengan walikota Jakarta pusat untuk bersama-sama merancang program ataupun kebijakan-kebijakan khususnya di bidang pendidikan. Selain itu Gubernur DKI Jakarta pun seringkali mengundang Dewan Pendidikan Jakarta Pusat untuk mendapatkan masukan tentang penyelesaian masalah ataupun hambatn yang timbul dimasyarakat terkait dengan pendidikan. Selain itu dikarenakan Dewan Pendidikan dianggap mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat maka seperti yang dinyatakan oleh Dewan Pendidikan Jakarta Selatan bahwasanya mereka kerap diikutkan dalam pembuatan suatu kebijakan oleh dinas pendidikan setempat, sehingga dalam mnyusun dan menerbitkan suatu dapat mengakomodir semua pihak dan tidak akan terjadi kesalahan persepsi dalam penerpannya di masyarakat. Tidak dipungkiri banyak kebijakan yang lahir karena ingin menunjukkan eksistensi dari suatu lembaga tanpa memikirkan akibat ataupun tanggapan dari masayarakat sehingga banyak kebijakan yang sebenarnya bagus namun sayang tidak akuntabel. Pendapat ini didukung oleh pernyataan Sardiono dari Dewan Pendidikan Jakarta Timur yang menyatakan bahwa : karena kita beranggotakan dari berbagai unsur masyarakat jadi yah paling tidak kita mengetahui apa yang menjadi permasalahan dibawah dan dari sana biasanya kemudian kami memberikan masukan ataupun pendapat mengenai pelaksanaan suatu kebiajakan, misalnya penggunaan dana BOS paling tidak kita memberikan sedikit gambaran mengenai pelaksanaan BOS di lapangan itu seprti apa sehingga Bapak Walikota dapat menyikapi dan mengeluarkan keputusan yang terbaik juga memberikan masukan tentang rekrutmen guru-guru karenakan harus sesuai syarat-syarat yang diminta pemerintah jadi kalau dari S1 Non Kependidikan harus mempunyai akta IV pendidik. (hasil wawancara pada tanggal 8 Desember 2009) Tergambarkan dari sini bahwa sebagai pemeberi pertimbangan Dewan Pendidikan sudah dapat dikatakan melakukan perannya dengan baik. Melalui

26 64 peranannya mereka memiliki kesempatan untuk memberikan masukan kepada pemerintah dan bahwasanya Dewan Pendidikan cukup diperhitungkan suaranya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar anggota Dewan Pendidikan terdiri dari orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan dan memiliki kepedulian yang amat besar terhadap pendidikan. Selain sebagai pemberi pertimbangan peranan dari Dewan Pendidikan yang lain adalah sebagai pendukung (supporting agency) dimana sebagai pendukung Dewan Pendidikan diharapkan mampu untuk mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu serta mendorong orangtua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwasanya mereka sering mengadakan kerjasama dengan pihak dunia usaha dunia indutri terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan sebagai contoh dengan mengajukan proposal kepada pihak dunia usaha dunia industri ataupun masyarakat kalangan menengah ke atas untuk turut berpartispasi dalam perbaikan gedung sekolah dan pemeliharaan sarana prasarana pendidikan. Karena sebenarnya yang diperlukan disini adalah kesamaan visi antara masing-masing pihak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Jakarta. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sardiono dari Dewan Pendidikan Jakarta Timur ;.Dalam kapasitas kami sebagai agen pendukung, kami kerap kali mengadakan rapat koordinasi dengan PGRI, kemudian dengan MKKS yang intinya membahas ataupun berdiskusi mengenai upaya-upaya apa saja yang perlu kita lakukan dalam kaitannya meningkatkan mutu pendidikan di DKI Jakarta khususnya Jakarta Timur ini sebatas memberikan dukungan moral saja tidak dalam bentuk financial (hasil wawancara pada tanggal 8 Desember 2009) Pernyataan diatas senada dengan apa yang diungkapkan oleh Mahali Harahap dari Dewan Pendidikan Jakarta Selatan :

27 65 sejauh ini kami sering mengadakan audiensi dengan berbagai pihak baik itu dunia industri dan dunia usaha serta yah juga dengan anggota-anggota masyarakat yang kami lihat memiliki potensi yang cukup besar dalam hal turut serta mendukung untuk meningkatkan mutu pendidikan. Biasanya dengan difasilitasi oleh walikota kami mengumpulkan mereka di sini kemudian kami sampaikan apa yang menjadi permasalahan di lapangan terutama berkaitan dengan sarana dan prasarana lalu kami lempar kepada mereka apa yang seharusnya dilakukan biasanya tidak terlalu lama menunggu respon dari mereka karena pada dasarnya mereka juga ingin yang terbaik bagi pendidikan karena sebagian mereka juga masih memiliki anak-anak yang masih bersekolah.kira-kira seperti itu (hasil wawancara pada tanggal 2 Desembedr 2009) Berdasarkan hal ini terlihat bahwa pengaruh daripada Dewan Pendidikan ini terhadap dunia usaha dan dunia industri cukup besar dan memang diperlukan kerendahan hati serta semangat yang tinggi dalam menjalin hubungan dengan dunia usaha dan indutri karena logikanya mereka tidak akan mau turut andil bila tidak ada keuntungan yang mereka dapatkan namun dengan kemampuan yang dimiliki oleh Dewan Pendidikan maka hal tersebut dapat terjadi. Bila berbicara peran Dewan Pendidikan yang lain yaitu sebagai pengontrol jelas peranan yang satu ini sangat ditakuti banyak kalangan karena banyak yang menganggap layaknya inspektorat yang akan mengaudit atapun terkesan mencari kesalah-kesalahan. Padahal sebenarnya dalam kapasitas mereka sebagai pengontrol, kewenangan mereka adalah melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan, karenanya peneliti berusaha menggali lebih bagaimana Dewan Pendidikan ini melakukan peran mereka sebagai pengontrol ini agar dapat diterima oleh para stakeholder mereka. Berkaitan dengan dengan hal ini maka yang mereka telah mereka lakukan kaitannya sebagai pengontrol, adalah melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah

28 66 serta melakukan rapat koordinasi dengan komite-komite sekolah. Hal ini didukung oleh pernyataan Sardiono dari Dewan Pendidikan Jakarta Timur, yang menyatakan : Secara sampel kunjungan turun ke sekolah-sekolah dan itu saja baru pada sebatas sekolah negeri saja..karena sekolah di Jakarta Timur ini banyak sekali kami sering dilibatkan dalam pengawasan Ujian Nasional, sudah tiga tahun berturut-turut ini. Disamping juga kami secara teratur mengadakan semacam workshop sosialisasi dengan mengundang komite-komite sekolah se Jakarta Timur mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK untuk duduk bersama dan saling bertukar pikiran, sekaligus kami juga berikan pembekalan akan kegiatan-kegiatan kami (hasil wawancara 8 Desember 2009) Hal senada juga disampaikan oleh Mahali dari Dewan Pendidikan Jakarta Selatan yang menyatakan bahwa : Yah paling kita mengadakan monev yang terjadwal setiap semester, tujuannya adalah untuk memantau sekaligus mendekatkan diri dengan pihak sekolah karena bagaiman pun juga sekolah adalah mitra Dewan Pendidikan juga dalam memperoleh masukan mengenai pelaksanaan pembelajaran. kami juga secara periodic mengadakan rapat kerja dengan komite-komite sekolah di wilayah Jakarta Selatan ini, biasanya kami dilibatkan dalam pengawasan ujian nasional (hasil wawancara pada tanggal 2 Desember 2009) Demikian pula halnya dengan Sujono Kuslan dari Dewan Pendidikan Jakarta Barat yang menyatakan bahwa kunjungan ke sekolah-sekolah untuk mengetahui kondisi sekolah-sekolah tersebut seringkali mereka lakukan. Disamping juga untuk mendapatkan masukan dari pihak sekolah untuk kemajuan pendidikan di Jakarta Barat ini sendiri, hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki atau diperbaharui. Disamping baru-baru ini mereka juga telah menyelenggarakan

29 67 workshop dengan mengundang komite-komite sekolah se Jakarta Barat untuk saling bertukar pikiran dan sebagai ajang silahturahmi juga diantara sekolah. Demikian halnya juga dengan Bapak Bulkini Subing dari Dewan Pendidikan Jakarta Pusat yang menyatakan bahwa secara rutin mereka kerap mengadakan semacam konsolidasi dengan komite-komite sekolah yang ada di Jakarta Pusat entah itu dalam bentuk workshop atau rapat kerja yang pasti kegiatan ini rutin diadakan. Tujuannya hanya satu yaitu mensinergikan semua pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan baik itu Dewan Pendidikan, komite sekolah maupun pihak sekolah untuk bersama membangun mutu pendidikan yang baik di Jakarta Pusat. Karena lagi menurut Bulkini Subing, Dewan Pendidikan di Jakarta Pusat ini kerap dijadikan role model bagi Dewan Pendidikan di tempat lain karena dipandang berhasil dan maju dalam mengoptimalkan peran Dewan Pendidikan itu sendiri. Menyangkut peranan Dewan Pendidikan sebagai mediator dan apa saja yang Dewan Pendidikan telah buat, banyak hal variatif yang menunjukkan bahwa masing-masing Dewan Pendidikan memiliki karakteristik sendiri dalam menjalankan peran yang satu ini, ambil contoh yang dilakukan oleh Bapak Sujono Kuslan dari Dewan Pendidikan Jakarta Barat dengan mengunjungi sekolahsekolah dan mengadakan workshop dengan komite-komite sekolah jelas sudah terkumpul apa yang menjadi masukan ataupun saran bagi perbaikan pendidikan khususnya di Jakarta Barat. Sebagai mediator memang Dewan Pendidikan itu harus dapat melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi), pemerintah dan DPRD berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu serta menampung dan mengalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat. Dan itu pula yang sudah dilakukan oleh Dewa Pendidikan Jakarta Barat, sebagai kawasan daerah indutri Dewan Jakarta Barat kerap melakukan pendekatan ke berbagai indsutri yang ada untuk menjalin kerjasama. Kerjasama disini tidak hanya berbentuk finasial namun juga mengenai

30 68 kesempatan yang dapat dunia industri disana berikan kepada siswa-siswa untuk melakukan praktik kerja lapanga khususnya bagi siswa kejuruan. Sedikit berbeda dengan pendapat dari Dewan Pendidikan yang lain, Dewan Pendidikan Jakarta Selatan menyatakan belum tertarik untuk turun kelapangan, Bapak Mahali berpendapat bahwa di Dewan Pendidikan pengurusnya sudah terdiri dari tokoh- tokoh yang seharusnya sudah dapat mewakili aspirasi masyrakat seperti yang yang dikatakan oleh beliau berikut;.pengurus dewan sendiri adalah tokoh-tokoh masyarakat jadi yah ngak perlu kami turun kelapangan mengumpulkan aspirasi masyarakat ada 17 orang itu tokoh-tokoh tinggal dia yang harus bawa aspirasi ketokohannya itu jadi yah kita belum interest sementara itu kita yang piker tapi yah itu untuk sementara mungkin saja kedepannya kami juga berbuat seperti itu (hasil wawancara pada tanggal 2 Desember 2009) Lain halnya dengan Dewan Pendidikan Jakarta Pusat, menurut Bapak Bulkini Subing, Ketua Dewan Pendidikan Jakarta Pusat yaitu Ibu Dr. R.A. Tity Koesoemo, MA, MBA, adalah orang dengan jangakuan pertemana yang luas, jadi menyikapi peranannya sebagai mediator banyak hal telah dilakukan terutama berkaitan dengan penjajagan beekerja sama dengan lembaga lain bahkan dari luar negeri sekalipun, seperti yang beliau katakan :...Ibu itu orang sibuk dan temannya banyak sekali...beliau sering pergi keluar negeri sebenarnya yah untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan berbagai pihak pendidikan disana, sudah ada beberapa lembaga pendidikan luar yang tertarik dengan apa yang Ibu sampaikan akhirnya yah...berhasil...saya sedikit lupa dari mana saja tapi sudah banyak yang mau bekerjasama... (hasil wawancara 26 November 2009) Dapat dikatakan bahwa sebagai suatu organisasi mandiri Dewan Pendidikan ternyata mampu untuk menjalin hubungan bahkan menjalin kerjasama dengan pihak luar demi kemajuan bidang pendidikan.

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : 1. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH NOMOR 044/U/2002 MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2015-2020 ANGGARAN DASAR DEWAN PENDIDIKAN 1 BAB I NAMA, TEMPAT DAN KEDUDUKAN Pasal 1 NAMA Organisasi ini bernama Dewan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH

DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH KEPMENDIKNAS RI NO 044/U/2002 DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DEWAN PENDIDIKAN BADAN YANG MEWADAHI PERAN SERTA MASYARAKAT DLM MENINGKATKAN MUTU, PEMERATAAN,EFISIENSI

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG JL. KS TUBUN NO. 21 SUBANG JAWA BARAT

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG JL. KS TUBUN NO. 21 SUBANG JAWA BARAT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG JL. KS TUBUN NO. 21 SUBANG 41213 JAWA BARAT ANGGARAN DASAR DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR62 TAHUN 2009 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH BUPATI PURWOREJO,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR62 TAHUN 2009 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH BUPATI PURWOREJO, BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR62 TAHUN 2009 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan pendidikan di Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, SALINAN PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya menciptakan suasana

Lebih terperinci

MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT

MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT TITIK TOLAK: MPMBS DIPERLUKAN KEMANDIRIAN DAN KREATIVITAS SEKOLAH DALAM MENGGALI SUMBER DAYA MASYARAKAT TENAGA, PIKIRAN, UANG, SARANA PRASARANA PENDIDIKAN PARTISIPASI MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum sepenuhnya dengan harapan dan ketentuan yang. adalah bukan soal mendirikan atau membentuknya, tetapi bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang belum sepenuhnya dengan harapan dan ketentuan yang. adalah bukan soal mendirikan atau membentuknya, tetapi bagaimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Proses pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah memang sudah ada yang sudah sesuai dengan harapan dan ketentuan yang ada, bahkan ada yang sudah maju sedemikian

Lebih terperinci

Disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Oktober 2016

Disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Oktober 2016 Disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Oktober 2016 1. Kedudukan, Fungsi dan Tugas : Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan 2. Indkator Kerja Dewan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Peran dan fungsi komite sekolah dalam peningkatan mutu sekolah merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 736 TAHUN 2012 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 736 TAHUN 2012 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 736 TAHUN 2012 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 90 ayat (8) Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (PROPENAS) Tahun Dalam BAB VII PROPENAS. ini memuat tentang Pembangunan Pendidikan, dimana salah satu arah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (PROPENAS) Tahun Dalam BAB VII PROPENAS. ini memuat tentang Pembangunan Pendidikan, dimana salah satu arah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hubungan kemitraan antara pihak Sekolah dengan Orang Tua peserta didik, mula-mula tergabung dalam wadah yang diberi nama Persatuan Orang Tua Murid dan Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses reformasi yang sedang bergulir, membawa perubahan yang sangat mendasar pada tatanan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dikeluarkannya UU No 22 tahun

Lebih terperinci

AD ART Komite Sekolah

AD ART Komite Sekolah AD ART Komite Sekolah Contoh ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMITE... (NAMA SEKOLAH)... TAHUN... MUKADIMAH Dengan nama Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa Untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang

Lebih terperinci

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERAN MASYARAKAT DALAM BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pendidikan berkaitan erat dengan proses pendidikan. Tanpa proses pelayanan pendidikan yang bermutu tidak mungkin diperoleh produk layanan yang bermutu. Banyak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA S A L I N A N Nomor 14/C, 2001 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, masyarakat, orang tua dan stake holder yang lain. Pemerintah telah memberikan otonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sekolah, pembentukan komite sekolah, peran komite sekolah, fungsi komite

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sekolah, pembentukan komite sekolah, peran komite sekolah, fungsi komite BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bagian ini diuraikan beberapa konsep mengenai pengertian komite sekolah, pembentukan komite sekolah, peran komite sekolah, fungsi komite sekolah, dan landasan komite sekolah.

Lebih terperinci

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 LAMONGAN

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 LAMONGAN MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 LAMONGAN ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) KOMITE MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 LAMONGAN KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN LAMONGAN PEMBUKAAN Dengan Rahmat Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah. Dapat dikatakan pada saat ini tanggung jawab masing masing

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah. Dapat dikatakan pada saat ini tanggung jawab masing masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dapat dikatakan pada saat ini tanggung jawab masing masing belum optimal,

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh: Ahmad Nawawi JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2010 Latar Belakang l Lahirnya pendidikan inklusif sejalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang peran komite sekolah di SMA PGRI 1 Temanggung ini dibagi menjadi lima bagian. Lima bagian tersebut antara lain gambaran

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

Kinerja Dewan Pendidikan di Kota Salatiga

Kinerja Dewan Pendidikan di Kota Salatiga Kinerja Dewan Pendidikan di Kota Salatiga Oleh : Nur Hasanah NIM : Q100030016 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sekolah PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

No. Kategori Rincian Isi kategori. 1. Pemberi pertimbangan memberikan masukan-masukan dan saran kepada walikota mengenai pelaksanaan pendidikan

No. Kategori Rincian Isi kategori. 1. Pemberi pertimbangan memberikan masukan-masukan dan saran kepada walikota mengenai pelaksanaan pendidikan 118 Kategorisasi Data Informan Kunci No. Kategori Rincian Isi kategori 1. sebagai : 1. Pemberi pertimbangan memberikan masukan-masukan dan saran kepada walikota mengenai pelaksanaan audiensi dengan walikota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 berdampak ke hampir seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu dampak dari adanya reformasi adalah perubahan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS KOMITE SLTP NEGERI 6 SRAGEN Nomer : 01 / Komite / SLTP N 6 / 2003 Tentang Anggaran Dasar Komite Sekolah SLTP Negeri 6 Sragen

KEPUTUSAN PENGURUS KOMITE SLTP NEGERI 6 SRAGEN Nomer : 01 / Komite / SLTP N 6 / 2003 Tentang Anggaran Dasar Komite Sekolah SLTP Negeri 6 Sragen PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DINAS PENDIDIKAN SLTP NEGERI 6 SRAGEN Jl. Mayor Suharto No. 1 Telp. (0271) 891913 SRAGEN 57213 KEPUTUSAN PENGURUS KOMITE SLTP NEGERI 6 SRAGEN Nomer : 01 / Komite / SLTP N 6

Lebih terperinci

PEMBUKAAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

PEMBUKAAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan ANGGARAN DASAR KOMITE... PEMBUKAAN Dengan nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 13 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA ( RT ), RUKUN WARGA ( RW ) DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN, RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Komite Sekolah SD Mangunsari 01 Salatiga Komite Sekolah dibentuk melalui musyawarah yang terdiri dari : perwakilan orang tua murid tiap

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Perkembangan Dana BOS di Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Perkembangan Dana BOS di Bandar Lampung IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perkembangan Dana BOS di Bandar Lampung tahun 2011-2012 BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi

Lebih terperinci

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd Pendahuluan Govinda (2000) dalam laporan penelitiannya School Autonomy and Efficiency Some Critical

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Kepmendiknas tersebut telah. operasional Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah..

BAB I PENDAHULUAN. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Kepmendiknas tersebut telah. operasional Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah lahir sebagai amanat Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000 2004. Amanat rakyat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Tinjauan Tentang Kualitas Pendidikan Setiap negara diseluruh dunia begitu menekankan pentingnya kualitas pendidikan. Salah satu langkah konkret untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pentingnya peningkatan kualitas pendidikan sebagai prasyarat mempercepat terwujudnya suatu masyarakat yang demokratis, pendidikan yang berkualitas tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan

Lebih terperinci

MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN

MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN Mengenal Komite Sekolah dan Peranannya dalam Pendidikan {133 MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN Rahmat Saputra Tenaga pengajar STAI Teungku Dirundeng Meulaboh Abstract The school committee

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republi

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republi PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa pendidikan Kota

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA Al Darmono Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Abstrak Menurut perundang-undangan, pendidikan dasar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara detail latar belakang dan alasan pemilihan judul tesis, rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara teoritik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian terdiri dari 25 orang yang diambil dari pengurus komite sekolah dari 3 SMP Negeri yang ada di Kecamatan Musuk, Kabupaten

Lebih terperinci

Lembaran Negara Nomor 4548);

Lembaran Negara Nomor 4548); QANUN PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH PROPINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

ACUAN OPERASIONAL DAN INDIKATOR KINERJA DEWAN PENDIDIKAN

ACUAN OPERASIONAL DAN INDIKATOR KINERJA DEWAN PENDIDIKAN ACUAN OPERASIONAL DAN INDIKATOR KINERJA DEWAN PENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TIM PENGEMBANGAN DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH JAKARTA, OKTOBER

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komite sekolah adalah nama badan yang berkedudukan pada satu satuan pendidikan, baik jalur sekolah maupun di luar sekolah atau beberapa satuan pendididkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas SDM. Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan telah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 15 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 3 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor yang secara signifikan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu pembangunan pendidikan memerlukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2007 Menimbang : TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada umumnya dimulai dari tahapan perencanaan, proses pelaksanaan sampai dengan evaluasi pelaksanaan, partisipasi masyarakat

Lebih terperinci

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA Lampiran Keputusan Munas IV Asosiasi BP PTSI Nomor: 07/MUNAS-IV/2017 ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI BP PTSI PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya tugas mendidik

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi PEMERINTAHAN DAERAH Harsanto Nursadi Beberapa Ketentuan Umum Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM UNDANG-UNDANG FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS ANDALAS NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG BADAN-BADAN KHUSUS FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS ANDALAS DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA Menimbang:

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 46 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 12 TAHUN 2011 T E N T A N G KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 2 Desember 2016 ISSN: X PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH: KAJIAN KONSEP DAN IMPLEMENTASINYA

Jurnal SAP Vol. 1 No. 2 Desember 2016 ISSN: X PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH: KAJIAN KONSEP DAN IMPLEMENTASINYA PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH: KAJIAN KONSEP DAN IMPLEMENTASINYA Yunita Endra Megiati Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: megiati_igem@yahoo.com Abstrak Dasar dibentuknya

Lebih terperinci

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT KELURAHAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 9/E, 2010 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa terwujudnya

Lebih terperinci

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA SALINAN BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN NIAS UTARA

ANGGARAN DASAR DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN NIAS UTARA ANGGARAN DASAR DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN NIAS UTARA YA AHOWU Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan di dorong oleh keinginan luhur untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BANJAR Menimbang : a. Pasal

Lebih terperinci