PENINGKATAN POLA PIKIR DAN TARAF HIDUP KOMUNITAS PETANI MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN POLA PIKIR DAN TARAF HIDUP KOMUNITAS PETANI MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT"

Transkripsi

1 PENINGKATAN POLA PIKIR DAN TARAF HIDUP KOMUNITAS PETANI MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Kasus Program CECOM Foundation di Tiga Desa Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar) KHOLIS ROMLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini berjudul Peningkatan Pola Pikir dan Taraf Hidup Komunitas Petani Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat (Kasus Program CECOM Foundation di Tiga Desa Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar adalah benar karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir kajian ini. Bogor, Mei 2011 Kholis Romli NRP I

3 ABSTRACT KHOLIS ROMLI. Improvement Mindset and Livelihood of Community Farmers Through Community Empowerment Program (Case of CECOM Foundation s Program in Three Villages in East Kampar Subdistrict, Kampar Regency. Supervised by DJUARA P. LUBIS and NURAINI W. PRASODJO. Number of community empowerment program that was launched tend to not give clear results, both qualitatively and quantitatively. Measuring the impact is usually only around on measuring changes in income, while changes in real living standards are not only influenced by changes in revenue, since many other factors related and direct impact on living standards. There is a tendency of a program to change the standard of living of beneficiaries who are very fast. This changing on standard of living usually will not have a high sustainability, so that when the program ends, the beneficiary will again become poor. This happens because there is at least an evaluation method to measure the success of the program. It is necessary to study how the description improvement mindset assisted farmer group members after involved to a community empowerment program by CECOM Foundation, How did the description of livelihood improvement of farmer group s member after joining CECOM Community Empowerment Program as well as how to formulate participatory community development programs by CECOM Foundation. VPA analysis conducted during the three years shows that there has been a significant change in all indicators of VPA in group CECOM Foundation assisted in Kampar regency, both in the variable level indicators. However, still there are two variables that remained below a virtual line five, namely the sub-indicator of food consumption (indicator of living standard) and sub-indicator of gender mainstreaming (indicator of mindset). Based on the finding above, the design created by emphasizing the variable with the lowest value to the variable with the highest value with the expected outcome of this study is the increase in welfare and self reliance of the community. Keywords: Empowerment, Participation, Institutions, and Self Reliance

4 RINGKASAN KHOLIS ROMLI. Peningkatan Pola Pikir dan Taraf Hidup Komunitas Petani Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat (Kasus Program CECOM Foundation di Tiga Desa di Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar). Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS dan NURAINI W. PRASODJO Pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat (communty based development) sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam konsep pembangunan berkelanjutan (suistainable development) meletakkan prioritas kegiatan pembangunan pada proses penguatan kapasitas, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pengembangan kelembagaan masyarakat yang bertujuan mengembangkan pola pikir positf, daya kritis, dan kontrol sosial masyarakat. Tujuan lain yang diharapkan dari pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam mengelola potensi ekonomi lokal bagi peningkatan taraf kehidupan masyarakat. Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat oleh CECOM Foundation di Kabupaten Kampar, dilaksanakan sebagai suatu media yang diharapkan mampu memberikan fasilitasi terhadap proses perubahan sosial, yaitu; (1) pendekatan perbaikan taraf hidup, dengan pembangunan sistem pertanian terpadu atau integrated farming system (IFS) yang diharapkan akan memperbaiki dan memacu kehidupan perekonomian masyarakat; (2) pendekatan peningkatan pola pikir, dengan proses pengembangan kelembagaan kelompok tani, pengorganisasian dan penguatan kapasitas komunitas dampingan menuju keberlanjutan program pengembangan komunitas yaitu prospek kemampuan komunitas dalam mengelola kegiatan pemberdayaan secara mandiri. Kegiatan Program IFS di Kelompok Tani dampingan dirancang sesuai dengan strategi pengembangan kelembagaan yang terdiri dari empat fase yaitu ; (1) Fase Persiapan, dimana pada tahun pertama, modal kegiatan atau proyek bersumber dari penyelenggara program yang diberikan kepada anggota Kelompok Tani secara hibah; (2) Fase Penumbuhan, dimana pada tahun kedua modal kegiatan dari CECOM Foundation tidak lagi diberikan secara langsung kepada anggota namun diberikan kepada Kelompok Tani sebagai Seed Capital yang selanjutnya Kelompok Tani menjadikannya sebagai modal bergulir kepada anggotanya tanpa bunga; (3) Fase Pengembangan, dimana pada tahun ketiga modal kegiatan dari penyelenggara program kepada Kelompok Tani merupakan pinjaman lunak berupa kredit bersubsidi. Pada tahapan ini, Kelompok Tani telah memiliki unit usaha simpan pinjam sebagai cikal bakal lembaga keuangan mikro (LKM) milik komunitas; (4) Fase Kemandirian, dimana pada tahun keempat seluruh modal kegiatan bersumber dari keswadayaan masyarakat dan dari lembaga keuangan komersial. Pada tahap ini skala usaha anggota kelompok tani sudah bankable. Untuk mengetahui perkembangan kegiatan program pemberdayaan masyarakat yang telah dikerjakannya, terutama untuk mengatahui telah sampai tahapan apa komunitas yang telah didampingi CECOM Foundation, dipilih alat evaluasi partisipatif Vectorial Project Analysis (VPA) yang dianggap paling sesuai untuk menilai situasi kehidupan masyarakat.

5 Selain VPA yang akan menilai situasi kehidupan masyarakat, pengumpulan data evaluasi yang berkaitan langsung dengan program IFS dilakukan dengan tehnik Focus Group Discussion (FGD) pada penerima manfaat program. Untuk memperkaya hasil evaluasi komentar dan catatan enumerator lokal yang berkaitan dengan situasi dan kondisi di lapangan juga merupakan salah satu masukkan yang sangat penting bagi obyektifitas hasil evaluasi ini. Dalam VPA Indikator kemajuan taraf hidup (livelihood) dikelompokkan sebagai indikator yang bersifat fisik (tangible) atau indikator-indikator yang dapat diukur secara kuantitatif. Indikator ini akan menggambarkan kemajuan fisik status ketahanan pangan yang antara lain diukur melalui beberapa sub indikator yaitu; (1) Pendapatan; (2) Kesempatan kerja; (3) Konsumsi pangan; (4) Sanitasi dan kebersihan. Indikator kemajuan pola pikir (mindset) dikelompokkan sebagai indikator yang bersifat bukan fisik (intangible). atau indikator-indikator yang sebenarnya hanya bisa diukur secara kualitatif, tetapi dalam analisa VPA indikator-indikator pola pikir ini diukur secara kuantitatif. Indikator ini lebih lanjut diurai menjadi beberapa sub indikator yang meliputi tingkat; (1) Aktifitas di kelompok tani; (2) Tingkat adopsi teknologi; (3) Kebiasaan menabung; (4) Kepercayaan diri; (5) Orientasi pendidikan anak; (6) Pengarusutamaan jender; (7) Praktek dan orientasi bisnis (usahatani). Untuk memperoleh gambaran mengenai perkembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat CECOM Foundation di Kabupaten Kampar dipilih tiga desa yang berada di Kabupaten Kampar yang mewakili yang didampingi dan komunitas yang tidak didampingi oleh CECOM Foundation. Hasil rerata survei VPA di ketiga desa ini kemudian menjadi dasar pembuatan kebijakan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Kampar di masa yang akan datang. Hasil survei VPA yang dilakukan menunjukkan telah terjadi perubahan yang signifikan pada seluruh indikator VPA pada kelompok dampingan CECOM Foundation di Kabupaten Kampar, baik pada variabel yang terletak pada indikator taraf kehidupan maupun pola pikir pada pelaksanaan program pemberdayaan yang dilakukan oleh CECOM Foundation. Namun demikian masih terdapat dua buah variabel yang masih berada di bawah garis virtual lima, yaitu pada sub indikator konsumsi pangan (indikator taraf kehidupan) dan sub indikator pengarustamaan gender (indikator pola pikir). Berdasarkan hal tersebut di atas dibuat rancangan tindak lanjut dengan mengutamakan sub indikator konsumsi pangan (indikator taraf kehidupan) dan sub indikator pengarustamaan gender (indikator pola pikir) yang diharapkan dari kajian ini adalah terjadinya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat melalui peningkatan sebelas sub-indikator VPA. Kata Kunci : Pemberdayaan, Partisipasi, Kelembagaan, dan Kemandirian

6 @ Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tukis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

7 PENINGKATAN POLA PIKIR DAN TARAF HIDUP KOMUNITAS PETANI MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Kasus Program CECOM Foundation di Tiga Desa Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar) KHOLIS ROMLI Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Dr.Ir.Lala M. Kolopaking, MS

9 Judul Tugas Akhir : PENINGKATAN POLA PIKIR DAN TARAF HIDUP KOMUNITAS PETANI MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Kasus Program CECOM Foundation di Tiga Desa, Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar) Nama Mahasiswa : Kholis Romli Nomor Pokok : I Program Studi : Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Disetujui, Komisi Pembimbing Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS Ketua Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS Anggota Mengetahui : Ketua Program Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Ridho dan IzinNya melimpahkan rahmat dan hidayah-nya serta senantiasa memberikan kemudahan dan kekuatan hingga penulis dapat merampungkan penulisan Tugas Akhir Kajian Pengembangan Masyarakat dengan judul Peningkatan Pola Pikir dan Taraf Hidup Komunitas Petani Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat (Kasus Program CECOM Foundation di Tiga Desa di Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar. Kajian Pengembangan Masyarakat ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Magister Profesional Pengembangan Masyarakat. Terima kasih penulis haturkan kepada Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS atas saran dan bimbingannya dalam penyusunan tesis ini. Penulis juga mengaturkan terima kasih kepada Dr. Lala M. Kolopaking, MS atas saran kan masukannya. Terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada CECOM Foundation dan Gubernur Riau atas bantuan beasiswa kepada penulis untuk melanjutkan studi. Terima kasih kepada Pengurus dan anggota kelompok tani Padusi, kelompok tani Berkat Bersama dan kelompok tani Tunas Sehati atas kerjasama dan informasi yang diberikan. Mas Johan Purnama, Ir. H. Siswo, T. Kaddhafi, drh. Agus, Suhaimi, Ir. H. Elyas, Bang Kiki, Pak Tonny, Teh Hetti terima kasih atas informasi, motivasi, donasi, dan fasilitasi kepada penulis selama penyusunan sampai penyelesaian tesis. Ibu, Ayah, Bunda Hartini, Azzizah Hanifatur Rahma, dan Nisrina Zayyan Kamila, terima kasih yang tulus atas doa, curahan kasih sayang dan dukungan yang tiada berhenti mengalir. Terima kasih kepada sahabat seperjuangan dan rekan-rekan mahasiswa MPM kelas Pekanbaru. Bogor, Mei 2011 Kholis Romli NRP I

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Malang, pada 23 September Pendidikan SD sampai SMA diselesaikan di kota kelahiran. Pada tahun 1992 penulis merampungkan pendidikan S1 di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Tahun 1994 sampai 1998, penulis berprofesi sebagai konsultan UKM pada Program Pengembangan Kemitraan Usaha, Yayasan Prasetiya Mulya Jakarta. Pada tahun 1999 sampai 2005 penulis bekerja sebagai salah satu departement head pada program Community Development di PT. Riau Andalan Pulp and Paper. Pada tahun 2005 sampai 2008 penulis bekerja sebagai Direktur Eksekutif pada Yayasan Peduli Pemberdayaan Masyarakat (Care and Empowerment for Community Foundation) di Pekanbaru. Saat ini penulis berprofesi sebagai SME consultant pada Lembaga Pengembangan, Advokasi dan Konsultasi UKM di KADIN Riau. Pada tahun 2006 penulis berkesempatan melanjutkan studi pada Program Studi Manajemen Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor atas bantuan beasiswa dari CECOM Foundation. Saat ini Penulis bermukim di Pekanbaru dengan istri bernama Hartini dan dikaruniai amanah dua orang putri yaitu Azizah Hanifatur Rahma (Izza), dan Nisrina Zayyan Kamila (Lala). Bogor, Mei 2011 Kholis Romli NRP I

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... iii iv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan Masyarakat Paradigma dan Arah Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Tani Aspek Sustainibilitas dalam Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat CSR, Community Development dan Community Empowerment CECOM Foundation sebagai Sistem Pemberdayaan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Partisipasi Komunitas Modal Sosial Monitoring dan Evalusi Partisipatif Vectorial Project Analysis (VPA) Kemajuan Pola Pikir dan Taraf Hidup III. METODOLOGI KAJIAN Kerangka Pemikiran Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode Perencanaan Program Lokasi dan Waktu Kajian Rancangan Penyusunan Program IV. GAMBARAN UMUM CECOM FOUNDATION Evolusi Program CSR PT. Riau Andalan Pulp and Paper Profil dan Program CECOM Foundation Perkembangan Lembaga dan Program CECOM Foundation Pengembangan Organisasi Pengembangan Kerjasama dan Kemitraan... 41

13 V. DESKRIPSI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH CECOM FOUNDATION Program Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming System/IFS) Daur Kegiatan/ Program IFS Disain Program IFS IFS Berbasis Komoditi Unggulan Monitoring dan Evaluasi Program IFS VI. PENINGKATAN TARAF HIDUP DAN POLA PIKIR KOMUNITAS PETANI DAMPINGAN CECOM FOUNDATION Profil dan Kegiatan IFS Kelompok Tani Padusi, Desa Tanjung Bungo Kelompok Tani Berkat Bersama, Desa Kualu Nenas Kelompok Tani Tunas Sehati, Desa Pulau Birandang Peningkatan Taraf Hidup dan Pola Pikir Kelompok Tani Padusi, Desa Kampar Kecamatan Kampar Timur Kelompok Tani Berkat Bersama, Desa Kuala Nenas Kecamatan Kampar Timur Kelompok Tani Tunas Sehati, Desa Pulau Birandang Kecamatan Kampar Timur Pengembangan Partisipasi dan Modal Sosial Demokrasi Partisipatif Pemanfaatan Modal Sosial Ikhtisar VII. RANCANGAN PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT CECOM FOUNDATION Pilihan Strategi Metodologi Rancangan Program Pemberdayaan Keberlanjutan Program Pemberdayaan Tolok Ukur Keberlanjutan Ancaman bagi Keberlanjutan VIII.PENUTUP Kesimpulan Implikasi Kebijakan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 94

14 DAFTAR TABEL Halaman 1. Jadual Rencana Pelaksanaan Kajian Mitra dan Proyek Kerjasama CECOM Foundation ( ) Data Perkembangan Poktan Dampingan CECOM Foundation Tahun Perkembangan program IFS CECOM Foundation Rataan Data Sub-Indikator VPA Kelompok Tani Padusi Pertumbuhan Vektor Kelompok Tani Padusi Rataan Data Sub-Indikator VPA Kelompok Tani Berkat Bersama Pertumbuhan Vektor Kelompok Tani Berkat Bersama Rataan Data Sub-Indikator VPA Kelompok Tani Tunas Sehati Pertumbuhan Vektor Kelompok Tani Tunas Sehati Rencana dan Prioritas Tindak Lanjut Kegiatan Matriks Kerangka Kerja Logis pada Poktan Padusi Matriks Kerangka Kerja Logis pada Poktan Tunas Sehati dan Berkat Bersama Matriks Kerangka Kerja Logis pada Poktan Berkat Bersama... 84

15 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Pergeseran Peran Pendamping menjadi Peran Kelompok Rumus Segitiga Phytagoras Hubungan Kemajuan Taraf Hidup dan Pola Pikir dalam Vectorial Project Analysis Bentuk Keluaran VPA Kerangka Pemikiran Kajian Konsep The Triple Bottom Line dalam CSR PT. RAPP Evolusi Bisnis Menuju Keberlanjutan Usaha Perjalanan Evolutif CSR PT. RAPP Prinsip Mengenal, Dikenal, dan Diterima Pengembangan Organisasi CECOM Foundation Pengembangan Kelembagaan Komunitas CECOM Disain Sistem Pertanian Terpadu (IFS) CECOM Grafik VPA Kelompok Tani Padusi Grafik VPA Kelompok Tani Berkat Bersama Grafik VPA Kelompok Tani Tunas Sehati Skema Struktur Organisasi Kelompok Tani dampingan CECOM Grafik VPA Kabupaten Kampar Strategi Metodologi Program Pemberdayaan Masyarakat CECOM Foundation untuk masa yang akan datang... 78

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Form Survey Vectorial Project Analysis (VPA) Indikator Taraf Hidup CECOM Indikator Pola Pikir CECOM Indikator Taraf Hidup Non-CECOM Indikator Pola Pikir Non-CECOM Vectorial Project Analysis CECOM Kabupaten Kampar Vectorial Project Analysis Non-CECOM Kabupaten Kampar Vectorial Project Analysis Chart CECOM vs Non-CECOM Kabupaten Kampar Analisis Indikator CECOM Kabupaten Kampar Analisis Indikator Non-CECOM Kabupaten Kampar

17 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan pembangunan saat ini dan ke depan dihadapkan pada berbagai dinamika dan kompleksitas masalah sosial ekonomi dan politik yang bersifat kontradiktif dan kontra-produktif, yang memerlukan penanganan serius dari pemerintah dan segenap komponen masyarakat. Pola pikir pemerintah dan masyarakat yang terbentuk selama ini, sebagai akibat dari sistem pemerintahan dan pembangunan yang sentralistik, lemahnya kontrol sosial, ketidaksiapan dalam mengubah paradigma dan strategi pembangunan telah menyebabkan tidak optimalnya desentralisasi kegiatan pelayanan masyarakat, tidak meratanya pertumbuhan ekonomi lokal, dan ketidakberdayaan masyarakat dalam proses perubahan sosial. Perubahan sosial dapat diartikan sebagai proses interaksi antar komponen yang berperan dalam suatu daerah/wilayah, dialami oleh penduduk tertentu yang mengarah pada pengembangan pemahaman, persepsi, kesadaran, norma dan perilaku untuk berkembang lebih baik dalam bingkai kesejahteraan yang berkeadilan. Komponen utama yang dimaksud di atas antara lain mencakup interaksi antar sumberdaya manusia dan dengan sumberdaya alam yang tersedia dan dimiliki. Interaksi tersebut mencakup tiga sub-bangunan pokok yakni sub-bangunan ekonomi, sub-bangunan politik, dan sub-bangunan budaya (Hasan, 2007) Pembangunan adalah sebuah perubahan sosial yang direncanakan. Oleh sebab itu perubahan mempunyai sisi positif dan negatif tergantung apa dan siapa yang akan diubah dan bagaimana perubahan itu akan dilakukan. Perubahan sosial yang berbasis pegembangan masyarakat meletakkan masyarakat sebagai subyek pembangunan dalam upaya meningkatkan pola berperilaku, pengetahuan dan ketrampilan masyarakat menuju kondisi yang lebih sejahtera dan mandiri. Pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat (communty based development) sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam konsep pembangunan berkelanjutan (suistainable development) meletakkan prioritas kegiatan pembangunan pada proses penguatan kapasitas, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pengembangan kelembagaan masyarakat yang bertujuan

18 2 mengembangkan pola pikir positf, daya kritis, dan kontrol sosial masyarakat. Tujuan lain yang diharapkan dari pembangunan yang partisipatif adalah menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam mengelola potensi ekonomi lokal bagi peningkatan taraf kehidupan masyarakat. Dalam perspektif sosial ekonomi di Kabupaten Kampar khususnya dan Propinsi Riau pada umumnya, sebagian besar perikehidupan masyarakat bersumber dan bergantung pada potensi sektor pertanian. Untuk itu, selayaknya prioritas program pemberdayaan masyarakat di wilayah tersebut difokuskan untuk pemberdayaan masyarakat tani. Menurut (Suprapto, 2009) Program Pemberdayaan Masyarakat Tani adalah proses perubahan pola pikir, perilaku, dan sikap petani dari petani sub sisten tradisional menjadi petani moderen berwawasan agribisnis melalui proses pembelajaran Rumusan Masalah Banyaknya program pemberdayaan masyarakat yang diluncurkan, baik oleh pemerintah maupun oleh organisasi kemasyarakatan non pemerintah dan badanbadan dunia cenderung tidak memberikan hasil yang jelas, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Pengukuran dampak biasanya hanya berkisar pada pengukuran perubahan pendapatan, sedangkan perubahan taraf kehidupan sebenarnya tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan pendapatan, karena banyak faktor lain yang terkait dan berpengaruh langsung pada taraf kehidupan. Beberapa hal penting yang seharusnya menjadi obyek perubahan dalam program, ternyata tidak dapat diukur dengan metoda yang terstruktur karena cenderung bersifat kualitatif, hal-hal ini biasanya berkaitan dengan perubahan sikap dan perubahan tingkah laku, yang pada dasarnya adalah perubahan dari pola berpikir masyarakat. Menurut Purnama (2007), output yang diharapkan dari program pemberdayaan masyarakat adalah terjadinya peningkatan taraf hidup masyarakat (livelihood) dan peningkatan pola pikir (mindset). Untuk itu diperlukan suatu evaluasi partisipatif yang dapat menunjukkan suatu korelasi antara perubahan pola pikir dan peningkatan taraf hidup, sehingga prediksi terhadap sustainibilitas program dapat digambarkan dengan baik, dan bila terdapat kondisi negatif, langkah-langkah perbaikan dapat segera dilakukan.

19 3 Berdasarkan gambaran di atas maka peneliti dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan yang dapat dikaji lebih lanjut antara lain : a. Bagaimana bentuk program pemberdayaan masyarakat oleh CECOM Foundation? b. Sejauh mana peningkatan pola pikir dan taraf hidup anggota kelompok tani dampingan setelah mengikuti program pemberdayaan masyarakat oleh CECOM Foundation? c. Bagaimana rancangan pengembangan program pemberdayaan masyarakat oleh CECOM Foundation? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mendiskripsikan program pemberdayaan masyarakat oleh CECOM Foundation. b. Mendiskripsikan peningkatan pola pikir dan taraf hidup anggota kelompok tani dampingan setelah mengikuti program pemberdayaan masyarakat oleh CECOM Foundation. c. Merumuskan rancangan pengembangan program pemberdayaan masyarakat oleh CECOM Foundation Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memudahkan penganalisaan dampak kualitatif dan kuantitatif dari suatu program pemberdayaan masyarakat dalam bidang ketahanan pangan, sehingga keberlanjutan program dapat segera di prediksi dan bila terdapat kelemahan-kelemahan langkah-langkah perbaikan dapat segera diambil secara terarah dan terukur. Bagi akademisi, kajian ini diharapkan dapat berguna sebagai perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pemberdayaan masyarakat. Dalam hasil kajian ini penulis berharap dapat menyumbangkan pemikiran pada pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Kampar, serta membantu dalam penyusunan strategi pemberdayaan masyarakat kedepan.

20 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemberdayaan Masyarakat Upaya pemberdayaan masyarakat telah mendapat perhatian besar dari berbagai pihak yang tidak terbatas pada aspek pemberdayaan ekonomi sosial, tetapi juga menyangkut aspek pemberdayaan politik. Pemberdayaan masyarakat terkait dengan pemberian akses bagi masyarakat, lembaga, dan organisasi masyarakat dalam memperoleh dan memanfaatkan hak masyarakat bagi peningkatan kehidupan ekonomi, sosial dan politik. Oleh sebab itu pemberdayaan masyarakat amat penting untuk mengatasi ketidakmampuan masyarakat yang disebabkan oleh keterbatasan akses, kurangnya pengetahuan dan ketrampilan, adanya kondisi kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat, dan adanya keengganan untuk membagi wewenang dan sumber daya yang berada pada pemerintah kepada masyarakat (Annonymous, Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah proses perubahan sosial yang direncanakan, tujuannya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat agar dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan yang menitikberatkan pada kepentingan dan kebutuhan rakyat yang mengarah pada kemandirian masyarakat, partispasi jaringan kerja dan keadilan (Hikmat, 2004). Menurut Primantoro (2007), Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat yang kurang memiliki akses kepada sumber daya pembangunan, didorong untuk makin mandiri dalam mengembangkan perikehidupan mereka sendiri. Proses ini dilakukan dengan memfasilitasi masyarakat agar mampu untuk : (1) menganalisis situasi perkehidupan dan masalah-masalahnya, (2) mencari pemecahan masalah berdasarkan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki dan (3) mengembangkan sistem untuk mengakses sumberdaya yang diperlukan.

21 5 Secara garis besar pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk : a. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menemukan, mengenali dan memprakarsai kegiatan untuk memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dengan menggunakan sumber daya (keahlian, pengetahuan, tenaga, keuangan) mereka sendiri dengan cara yang berkelanjutan. b. Meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap kesinambungan kegiatan dan program pembangunan mereka sendiri. c. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menilai sumberdaya yang bisa mendukung kegiatan-kegiatan masyarakat itu sendiri Paradigma dan Arah Pemberdayaan Masyarakat Menurut Eko (2002), pemberdayaan masyarakat dapat dipahami dengan beberapa paradigma sebagai berikut : 1. Pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas. 2. Pemberdayaan secara prinsipil berurusan dengan upaya memenuhi kebutuhan (needs) masyarakat. Tetapi persoalannya sumberdaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat itu sangat langka (scarcity) dan terbatas (constrain). Masyarakat tidak mudah bisa akses pada sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Karena itu, pemberdayaan adalah sebuah upaya memenuhi kebutuhan masyarakat di tengah-tengah scarcity dan constrain sumberdaya. Bagaimanapun juga berbagai sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat bukan hanya terbatas dan langka, melainkan ada problem struktural (ketimpangan,

22 6 eksploitasi, dominasi, hegemoni, dan lain lain) yang menimbulkan pembagian sumberdaya secara tidak merata. Dari sisi negara, dibutuhkan kebijakan dan program yang memadai, canggih, pro-poor untuk mengelola sumberdaya yang terbatas itu. Dari sisi masyarakat, membutuhkan partisipasi (voice, akses, ownership dan kontrol) dalam proses kebijakan dan pengelolaan sumberdaya. 3. Pemberdayaan terbentang dari proses sampai visi ideal. Dari sisi proses, Masyarakat sebagai subyek melakukan tindakan atau gerakan secara kolektif mengembangkan potensi-kreasi, memperkuat posisi tawar, dan meraih kedaulatan. Dari sisi visi ideal, proses tersebut hendak mencapai suatu kondisi dimana masyarakat mempunyai kemampuan dan kemandirian melakukan voice, akses dan kontrol terhadap lingkungan, komunitas, sumberdaya dan relasi sosial-politik dengan negara. Proses untuk mencapai visi ideal tersebut harus tumbuh dari bawah dan dari dalam masyarakat sendiri. Namun, masalahnya, dalam kondisi struktural yang timpang masyarakat sulit sekali membangun kekuatan dari dalam dan dari bawah, sehingga membutuhkan intervensi dari luar. Hadirnya pihak luar (pemerintah, LSM, organisasi masyarakat sipil, organisasi agama, perguruan tinggi, dan lain-lain) ke komunitas bukanlah mendikte, menggurui, atau menentukan, melainkan bertindak sebagai fasilitator (katalisator) yang memudahkan, menggerakkan, mengorganisir, menghubungkan, memberi ruang, mendorong, membangkitkan dan seterusnya. Hubungan antara komunitas dengan pihak luar itu bersifat setara, saling percaya, saling menghormati, terbuka, serta saling belajar untuk tumbuh berkembang secara bersama-sama. 4. Pemberdayaan terbentang dari level psikologis-personal (anggota masyarakat) sampai ke level struktural masyarakat secara kolektif. Pemberdayaan psikologis-personal berarti mengembangkan pengetahuan, wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, kreasi, dan kontrol diri individu. Pemberdayaan struktural-personal berarti membangkitkan kesadaran kritis individu terhadap struktur sosial politik yang timpang serta kapasitas individu untuk menganalisis lingkungan kehidupan yang mempengaruhi dirinya. Pemberdayaan psikologis masyarakat berarti

23 7 menumbuhkan rasa memiliki, gotong rotong, mutual trust, kemitraan, kebersamaan, solidaritas sosial dan visi kolektif masyarakat. Sedangkan pemberdayaan struktural masyarakat berarti mengorganisir masyarakat untuk tindakan kolektif serta penguatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemerintahan Pemberdayaan Masyarakat Tani Pengertian Program Pemberdayaan Masyarakat Tani (PPMT) adalah proses perubahan pola pikir, perilaku, dan sikap petani dari petani sub sisten tradisional menjadi petani moderen berwawasan agribisnis melalui proses pembelajaran dengan tujuan untuk: (1) Merubah pola pikir petani, dari petani sub sisten tradisional menjadi petani moderen berwawasan agribisnis; (2) Menciptakan wirausahawan yang handal di perdesaan; (3) Meningkatkan pendapatan masyarakat tani di perdesaan sebagai upaya pengentasan kemiskinan di perdesaan; (4) Meningkatkan aktivitas kegiatan agribisnis di perdesaan sebagai upaya pengurangan pengangguran. Program PPMT meliputi (1) Pemberdayaan petani; (2) Pemberdayaan kelembagaan petani; (3) Pemberdayaan usaha tani. 1. Pemberdayaan petani dilakukan dengan 5 (lima) jurus yakni: (1) Kegiatan agrisbisnis harus berorientasi pasar (kuantitas, kualitas, dan kontinuitas); (2) Usaha agribisnis harus menguntungkan dan comparable dengan usaha lainnya; (3) Agribisnis merupakan kepercayaan jangka panjang; (4) Kemandirian dan daya saing usaha; (5) Komitmen terhadap kontrak usaha. 2. Pemberdayaan kelembagaan petani meliputi : (1) Petani sub sisten tradisional yang telah berubah menjadi petani moderen berwawasan agribisnis difasilitasi untuk membentuk kelembagaan petani melalui proses partisipatif dan bottom-up ; (2) Untuk membentuk kelembagaan petani yang kokoh, perlu disusun suatu instrumen pemberdayaan kelompok tani. (3) Instrumen pemberdayaan kelompok tani yang perlu dipertimbangkan antara lain : (a) Adanya interest/kepentingan yang sama di antara petani dalam kelompok; (b) Adanya jiwa kepemimpinan dari salah satu petani di dalam kelompok; (c) Adanya kemampuan manajerial dari petani di dalam kelompok; (d) Adanya komitmen dari petani untuk membentuk

24 8 kelembagaan petani; (e) Adanya saling kepercayaan di antara petani di dalam kelompok. 3. Pemberdayaan usahatani meliputi kegiatan: (1) Fasilitasi kelompok usaha tani yang tidak feasible dan tidak bankable melalui bantuan langsung masyarakat untuk mengembangkan usaha agribisnis; (2) Mendorong kelompok usaha tani yang tidak feasible dan tidak bankable menjadi usaha yang feasible tetapi belum bankable; (3) Fasilitasi kelompok usaha tani yang feasible tetapi belum bankable dengan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dan Kredit Usaha Rakyat untuk mengembangkan usaha agribisnis; (4) Mendorong kelompok usaha tani yang feasible tetapi belum bankable menjadi usaha yang feasible dan bankable; (5) Untuk mendukung kelompok usaha tani yang feasible dan bankable, Pemerintah perlu menciptakan iklim usaha yang kondusif agar investasi masuk ke sektor agribisnis. (Suprapto, 2009) 2.4. Aspek Sustainibilitas dalam Pemberdayaan Masyarakat Terdapat suatu kecenderungan suatu program dengan perubahan taraf hidup penerima manfaat yang sangat cepat biasanya tidak akan mempunyai sustainibilitas yang tinggi. Sehingga bila program berakhir maka penerima manfaat akan kembali jatuh miskin. Hal ini terjadi karena masih sedikitnya metode evaluasi untuk mengukur keberhasilan program (Suharyadi,2005). Sustainibilitas adalah suatu kata kunci lain yang menjadi sangat penting untuk melihat efek jangka panjang dan dampak program secara lebih luas, tidak ada suatu teoripun dalam bidang keilmuan pemberdayaan masyarakat yang dapat menjamin keberlanjutan suatu program, tetapi sustainibilitas atau keberlanjutan program sebenarnya dapat diprediksi dengan beberapa cara sederhana. Program pemberdayaan yang hanya mengandalkan input secara fisik saja tidak akan mampu berkembang menjadi suatu program yang berkelanjutan, suatu pembagian wilayah input diperlukan untuk mengatasi hal ini, yaitu (1) Input fisik; (2) Input non fisik (pengembangan kapasitas). Program pemberdayaan masyarakat yang baik seharusnya menuju ke arah keberlanjutan (sustainability) dengan cara meningkatkan aspek-aspek pemberdayaan sebagai berikut :

25 9 a. Peningkatan kesejahteraan b. Peningkatan akses c. Peningkatan kesadaran kritis d. Peningkatan pengorganisasian e. Peningkatan kontrol terhadap manajemen kelompok Aspek keberlanjutan (sustainability) selain mendapatkan pengaruh eksternal dari luar kelembagaan kelompok tani, terdapat juga pengaruh berasal dari program pemberdayaan, yaitu perbandingan besaran porsi peran pendampingan dan peran kelompok itu sendiri. Sehingga untuk mencapai tujuan sustainibiltas diperlukan suatu pola perbandingan besaran porsi yang berkembang sesuai dengan kemajuan kelembagaan kelompok tani (Gambar 1.). Pergeseran peran pendamping menjadi peran kelompok secara bertahap akan berjalan dengan mulus, bila aspek pemberdayaan tidak hanya meliputi aspek peningkatan taraf hidup saja (Livelihood), melainkan juga harus berjalan seiring dengan peningkatan kualitas manusia yang dicirikan dengan adanya perubahan pola pikir (mindset).(purnama,2007) PERAN PENDAMPING PERAN KELOMPOK 14 Gambar 1 Pergeseran Peran Pendamping menjadi Peran Kelompok

26 Pendampingan dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Salah satu upaya untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat adalah melalui program pendampingan. Sesungguhnya program pendampingan bukanlah sesuatu hal yang baru, namun akhir-akhir ini istilah pendampingan muncul kepermukaan karena melemahnya program penyuluhan dan tantangan yang dihadapi sektor pertanian. Prinsip-prinsip pendampingan yang dapat digunakan sebagai panduan dalam upaya pemberdayaan masyarakat meliputi: 1. Prinsip Berkelompok, Kelompok tumbuh dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat. Selain dengan anggota kelompoknya sendiri, kerjasama juga dikembangkan antar kelompok dan mitra kerja lainnya agar usaha mereka berkembang, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta mampu membentuk kelembagaan ekonomi. 2. Prinsip Keberlanjutan, Seluruh kegiatan penumbuhan dan pengembangan diorientasikan pada terciptanya sistem dan mekanisme yang mendukung pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. Berbagai kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang memiliki potensi untuk berlanjut di kemudian hari. 3. Prinsip Keswadayaan, Masyarakat diberi motivasi dan didorong untuk berusaha atas dasar kemauan dan kemampuan mereka sendiri dan tidak selalu tergantung pada bantuan dari luar 4. Prinsip Kesatuan Keluarga, Masyarakat tumbuh dan berkembang sebagai satu kesatuan keluarga yang utuh. Kepala keluarga beserta anggota keluarga merupakan pemacu dan pemicu kemajuan usaha. Prinsip ini menuntut para pendamping untuk memberdayakan seluruh anggota keluarga masyarakat berperan serta dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. 5. Prinsip Belajar Menemukan Sendiri, Kelompok dalam masyarakat tumbuh dan berkembang atas dasar kemauan dan kemampuan mereka untuk belajar menemukan sendiri apa yang mereka butuhkan dan apa yang akan mereka kembangkan, termasuk upaya untuk mengubah penghidupan dan kehidupannya.

27 11 Seorang pendamping adalah pemeran kunci didalam pengembangan masyarakat. Tugas utama seorang pendamping adalah mengembangkan kapasitas masyarakat sehingga mampu mengorganisir diri dan menentukan sendiri upayaupaya yang diperlukan dalam memperbaiki kehidupan mereka. Pendamping bekerja bersama-sama dengan masyarakat untuk membangun kepercayaan diri mereka terhadap kemampuan dan potensi yang sebenarnya mereka miliki. Pada dasarnya pendamping memiliki tiga peran dasar yaitu : 1. Penasehat Kelompok, Pendamping memberikan berbagai masukan dan pertimbangan yang diperlukan oleh kelompok dalam menghadapi masalah. Pendamping tidak memutuskan apa yang perlu dilakukan, akan tetapi kelompoklah yang nantinya membuat keputusan 2. Trainer Participatoris, Pendamping memberikan berbagai kemampuan dasar yang diperlukan oleh kelompok seperti mengelola rapat, pembukuan, administrasi, memecahkan masalah, mengambil keputusan dan sebagainya. 3. Link Person, Peran pendamping adalah menjadi penghubung masyarakat dengan berbagai lembaga yang terkait dan diperlukan bagi pengembangan kelompok. Permasalahan yang selalu muncul dalam program pendampingan adalah berapa lama program pendampingan dijalankan. Program pendampingan dapat dinilai sebagai rule atau discretion. Dengan cara ini maka target dan tujuan dapat dicapai pada waktunya bahkan dapat dipercepat. Apabila kegiatan pendampingan sebagai rule maka kegiatan harus dilakukan oleh institusi pemerintah yang memang lebih siap dan dilaksanakan secara terus-menerus hingga tujuannya dapat tercapai, sebaliknya apabila sebagai discretion maka kegiatan pendampingan hanya merupakan suatu kebijakan penyela terhadap kebijakan lain yang memiliki dimensi temporal yang lebih panjang. Konsekuensinya adalah masa pelaksanaan kebijakan ini terbatas atau tidak harus dilaksanakan secara berulang-ulang. Sebaiknya pendampingan adalah suatu rule. Karena itu pendampingan memang harus dilakukan terus menerus hingga tujuannya tercapai. Kegiatan Pendampingan perlu memiliki tujuan dan sasaran yang jelas yang merupakan sesuatu yang dapat diukur. Kegiatan pencapaian tujuan dan sasaran akan lebih terarah apabila

28 12 dirumuskan secara berjenjang dan bertahap. Dengan cara ini program pendampingan dapat dimonitor dan dievaluasi apakah memiliki kemajuan atau stagnan dan tidak menunjukkan adanya dampak yang berarti. Menjadi seorang pendamping bukanlah merupakan suatu tugas yang mudah ( Primahendra, R. 2002) CSR, Community Development dan Community Empowerment Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dipandang suatu keharusan untuk membangun citra yang baik dan terpercaya bagi perusahaan. Melaksanakan praktek-praktek yang bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial akan meningkatkan nilai pemegang saham, dan berdampak pada peningkatan prestasi keuangan serta menjamin sukses yang berkelanjutan bagi perusahaan. Menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), definisi CSR adalah komitmen dunia usaha untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; bekerja dengan para karyawan dan keluarganya, masyarakat tempatan dan masyarakat secara luas dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Menurut Hamann dan Acutt (2003) dalam Wibowo (2006) ada dua motivasi utama.yang mendasari kalangan bisnis menerima konsep CSR yaitu (1) Akomodasi, yaitu kebijakan bisnis yang hanya bersifat kosmetik, superficial, dan parsial. CSR dilakukan untuk memberi citra sebagai korporasi yang tanggap terhadap kepentingan sosial. Singkatnya, realisasi CSR yang bersifat akomodatif tidak melibatkan perubahan mendasar dalam kebijakan bisnis korporasi sesungguhnya; (2) Legitimasi, yaitu motivasi yang bertujuan untuk mempengaruhi wacana. Motivasi ini berargumentasi wacana CSR mampu memenuhi fungsi utama yang memberikan keabsahan pada sistem kapitalis dan, lebih khusus, kiprah para korporasi raksasa. Keragaman pengertian konsep CSR adalah akibat logis dari sifat pelaksanaannya yang berdasarkan prinsip kesukarelaan. Tidak ada konsep baku yang dapat dianggap sebagai acuan pokok, baik di tingkat global maupun lokal. Secara internasional saat ini tercatat sejumlah inisiatif code of conduct implementasi CSR. Inisiatif itu diusulkan, baik oleh organisasi internasional independen (Sullivan Principles, Global Reporting Initiative), organisasi negara

29 13 (Organization for Economic Cooperation and Development), juga organisasi nonpemerintah (Caux Roundtables), dan lain-lain. Di Indonesia, acuannya belum ada. Selain gambaran itu, tampak pula kecenderungan pelaksanaan CSR di Indonesia yang sangat tergantung pada chief executive officer (CEO) korporasi. Artinya, kebijakan CSR tidak otomatis selaras dengan visi dan misi korporasi. Jika CEO memiliki kesadaran moral bisnis berwajah manusiawi, besar kemungkinan korporasi tersebut menerapkan kebijakan CSR yang layak. Sebaliknya, jika orientasi CEO-nya hanya pada kepentingan kepuasan pemegang saham (produktivitas tinggi, profit besar, nilai saham tinggi) serta pencapaian prestasi pribadi, boleh jadi kebijakan CSR sekadar kosmetik. Sifat CSR yang sukarela, absennya produk hukum yang menunjang dan lemahnya penegakan hukum telah menjadikan Indonesia sebagai negara ideal bagi korporasi yang memang memperlakukan CSR sebagai kosmetik. Yang penting, Laporan Sosial Tahunannya tampil mengkilap, lengkap dengan tampilan foto aktivitas sosial serta dana program pembangunan atau komunitas yang telah direalisasi. Secara teoretis CSR mengasumsikan korporasi sebagai agen pembangunan yang penting, khususnya dalam hubungan dengan pihak pemerintah dan kelompok masyarakat sipil. Dengan menggunakan alur pemikiran motivasi dasar, berbagai stakeholder kunci dapat memantau, bahkan menciptakan tekanan eksternal yang bisa "memaksa" korporasi mewujudkan konsep dan penjabaran CSR yang lebih sesuai dengan kondisi Indonesia (Wibowo, 2006) Implementasi CSR kepada masyarakat biasanya merupakan Program Pengembangan Masyarakat (Community Development/ CD). Secara umum kegiatan CD yang dijalankan didasarkan pada analisis persoalan dan rancangan program yang dibuat oleh perusahaan tanpa melibatkan masyarakat. Menurut Pajarningsih (2005), karakteristik program CD adalah (1) Masyarakat tidak terlibat dalam perencanaan program; (2) Fasilitas kegiatan CD disediakan oleh pemilik program (perusahaan); (3) Partisipasi masyarakat dalam kegiatan yang dilaksanakan rendah; (4) Ketergantungan masyarakat sangat tinggi. Program CD oleh perusahaan dimana keterlibatan masyarakat sangat rendah mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi kegiatan membuat program tidak berkelanjutan.

30 14 Untuk memecahkan masalah mendasar dalam program CD, maka muncul konsep pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment) dengan memberikan penekanan pada proses pengorganisasian masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam program melalui pengembangan partisipasi dan penguatan kelembagaan masyarakat. Menurut Pajarningsih (2005), komponen penumbuhan kemandirian dalam program pemberdayaan masyarakat meliputi : (1) Meningkatkan kemampuan dalam memformulasikan perencanaan strategis kelompok berdasarkan masalah utama yang dihadapi; (2) Meningkatkan ketrampilan teknis dan pengetahuan untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas produk masyarakat; (3) Penghimpunan modal kelompok untuk meningkatkan fungsi dan kegiatan kelompok melalui usaha simpan pinjam dan dana bergulir (revolving fund); (4) Memperbaiki kemampuan mengelola lembaga kelompok berikut kegiatannya serta transparansi keuangan kelompok; (5) Mengembangkan kelembagaan kelompok melalui perumusan aturan main kelompok seperti kehadiran dalam pertemuan kelompok, fungsi dan tanggung jawab pengurus maupun anggota, simpan pinjam, dan skema perguliran dana CECOM Foundation sebagai Sistem Pemberdayaan Dengan menjamurnya berbagai lembaga swadaya masyarakat di Riau (39 LSM), kelahiran CECOM diharapkan menjadi faktor pendorong upaya pemberdayaan masyarakat (mikro) maupun perubahan sosial (makro). Keberadaan CECOM dengan sejumlah unggulan komparatif-nya, perlu diarahkan untuk menjadi organisasi yang kompetitif, bekerja secara sistemik dalam tiga subsistem, yakni Sub-Sistem Manajemen, Sub-Sistem Sosial dan Sub-Sistem Tugas (Pelaksanaan Program). Pertama, Sub-Sistem Manajemen, terdiri dari Mikro/internal, yakni bagaimana CECOM menetapkan nilai dasar, visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, renstra (rencana strategis), pendekatan, struktur organisasi, prosedur, indikator capaian; dan Makro/eksternal; yakni bagaimana CECOM berjejaring dan berinteraksi dengan komponen potensial (kelembagaan, kelompok maupun individual) lainnya tingkat domestik dan internasional; Kedua, Sub-Sistem Sosial, yakni CECOM harus menetapkan dan menempatkan personel untuk menjalankan tugas pokok, kemampuan adaptasi pada perubahan, memiliki

31 15 akuntabilitas, transparansi, dan mampu mengembangkan kemitraan dan kolaborasi. Hal ini, harus dudukung oleh rambu-rambu pola dan modus, style dalam nuansa berinteraksi dengan para pemangku kepentingan yang kreatif dan produktif. Ketiga, Sub-Sistem Tugas (pelaksanaan Program), yakni bagaimana CECOM dapat menetapkan Development Policy (Ultimate goal), what changes to be made, strategy/design of each department, what services/ products offered, which beneficiaries/target group, dan merubah masukan (input) sumberdaya dukung (dana) menjadi suatu hasil (barang atau jasa) yang dapat dilayankan kepada seseorang (warga) atau organisasi lainnya. Dan yang tidak kalah petingnya adalah upaya untuk men generate sumber daya dukung (pendapatan) lain (Hasan, 2006) 2.8. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Partisipasi Komunitas Peningkatan partisipasi komunitas dibangun atas dasar saling percaya yang didasari atas kebutuhan dan kepentingan yang sama baik antara anggota kelompok dalam komunitas maupun anggota kelompok di luar komunitas. Partisipasi juga membangun kebersamaan, aturan dan norma yang kokoh. Kekuatan komunitas yang terbentuk atas dasar partisipasi aktif merupakan daya saing yang kuat dari komunitas terhadap komunitas lain, hal ini membuat daya tahan komunitas untuk bertahan hidup lebih kuat. Komponen yang dianggap mempengaruhi partisipasi adalah keterlibatan masyarakat meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan serta kemampuan dan kesediaan masyarakat itu sendiri. Faktor lain yang tak kalah penting yaitu kemampuan organisasi dalam mengorganisir masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan dan interaksi komunikasi anggota masyarakat, artinya semakin tinggi kemampuan organisasinya semakin banyak warga yang terlibat, semakin tinggi interaksi komunikasi masyarakat semakin tinggi partisipasi yang terjadi (Ali, 2005). Pengembangan masyarakat merupakan suatu metode atau pendekatan pembangunan menekankan adanya partisipasi dan keterlibatan langsung penduduk dalam proses pembangunan, dimana semua usaha swadaya masyarakat diintegrasikan dengan uaha-usaha pemerintah setempat dan stakeholder lainnya untuk meningkatkan taraf hidup, dengan sebesar mungkin ketergantungan pada inisiatif penduduk sendiri. Pengembangan partisipasi sebagai elemen utama dalam

32 16 pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan akses komunitas terhadap pemenuhan kebutuhan dasar, kemampuan dalam berorganisasi, peningkatatan kesadaran kritis dan pendayagunaan kontrol sosial di dalam masyarakat (Tonny 2007). Arah dari sebuah program pemberdayaan adalah membangun partisipasi aktif setiap anggota komunitas dalam setiap kegiatan produktifnya. Partisipasi yang dimaksud diarahkan kepada sistem demokrasi partisipatif, dimana masyarakat terlibat langsung di dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa demokrasi partisipatif memerlukan adanya desentralisasi, akuntabilitas, pendidikan dan kesadaran akan segala hak dan kewajiban. (Sembiring, 2003) Menurut Marzali (2003), Tiga prinsip dasar dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat desa agar ikut serta dalam pembangunan dapat dilakukan dengan cara: a. Learning process (learning by doing); proses kegiatan dengan melakukan aktivitas proyek dan sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan keinginan masyarakat. b. Institusional development; melakukan kegiatan melalui pengembangan pranata sosial yang sudah ada dalam masyarakat. Karena institusi atau pranata sosial masyarakat merupakan daya tampung dan daya dukung sosial. c. Participatory; cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk dapat menggali need yang ada dalam masyarakat Partisipatif adalah kata kunci bagi semua program pemberdayaan masyarakat pada saat ini, yaitu suatu jenis metode dengan pendekatan arus dari bawah ke atas, dalam artian berusaha menjaring aspirasi dan partisipasi masyarakat calon penerima program seobyektif mungkin untuk diimplementasikan dalam bentuk program pemberdayaan masyarakat yang konkrit. Inti dari semua program pemberdayaan yang bersifat partisipatif, sebenarnya tidak hanya menginginkan perubahan positif dalam hal taraf kehidupan (livelihood), tetapi juga menyangkut pada perubahan positif dalam

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Keberlanjutan dari sebuah program pemberdayaan masyarakat dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang melibatkan masyarakat secara partisipatif.

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT CECOM FOUNDATION

VII. RANCANGAN PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT CECOM FOUNDATION VII. RANCANGAN PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT CECOM FOUNDATION 7.1. Pilihan Strategi Metodologi Untuk menyusun Rancangan Program Pemberdayaan Masyarakat CECOM Foundation maka diadakan Diskusi

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

VI. PENINGKATAN TARAF HIDUP DAN POLA PIKIR KOMUNITAS PETANI DAMPINGAN CECOM FOUNDATION

VI. PENINGKATAN TARAF HIDUP DAN POLA PIKIR KOMUNITAS PETANI DAMPINGAN CECOM FOUNDATION VI. PENINGKATAN TARAF HIDUP DAN POLA PIKIR KOMUNITAS PETANI DAMPINGAN CECOM FOUNDATION 6.1. Profil dan Kegiatan IFS 6.1.1. Kelompok Tani Padusi, Desa Tanjung Bungo Kelompok Tani (Poktan) Padusi berada

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN 136 PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (KASUS DI RW 04 DUSUN DAWUKAN DESA SENDANGTIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA) DJULI SUGIARTO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Nurul Hidayah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH 1 PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH (Studi Di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH 5.1 VISI DAN MISI KOTA CIMAHI. Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING DAN EVALUASI PROYEK AGROINDUSTRI JAMBU METE NAPISMAN

PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING DAN EVALUASI PROYEK AGROINDUSTRI JAMBU METE NAPISMAN PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING DAN EVALUASI PROYEK AGROINDUSTRI JAMBU METE NAPISMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAITESISDANSUMBER INFORMASI Dengan inimenyatkan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan menuju bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan bukan merupakan suatu proses yang mudah dilalui. Banyak tantangan dan agenda pembangunan yang

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

Lebih terperinci

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011 DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah) YUDO JATMIKO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten)

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) NUR PUTRI AMANAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil tambang batubara. Keberadaan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Pengertian CSR Definisi Corporate Social Responsibility yang biasanya disingkat CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan ketahanan pangan nasional, pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan wujud tanggungjawab dan sikap

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN POLA TANAM DI LAHAN HUTAN NEGARA DAN LAHAN MILIK INDRA GUMAY FEBRYANO

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN POLA TANAM DI LAHAN HUTAN NEGARA DAN LAHAN MILIK INDRA GUMAY FEBRYANO PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN POLA TANAM DI LAHAN HUTAN NEGARA DAN LAHAN MILIK Studi Kasus di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung INDRA GUMAY

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Meski bukan lagi menjadi isu baru, CSR dapat menjembatani

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY

PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 2005

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FARMA YUNIANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan otonomi daerah di Indonesia merupakan isu menarik untuk diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di kalangan birokrat, politisi,

Lebih terperinci

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009) ABSTRAK KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan yang mendasar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan tersebut tentunya tidak hanya berdampak pada sistem

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Disampaikan Pada Gladi Manajemen Pemerintahan Desa Bagi Kepala Bagian/Kepala Urusan Hasil Pengisian Tahun 2011 Di Lingkungan Kabupaten Sleman, 19-20 Desember 2011 Cholisin : Staf

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR A. ASUMSI MODEL Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu konsep. Sebagai pendekatan, model dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Bappeda Kotabaru

BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Bappeda Kotabaru BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Bappeda Kotabaru Kondisi saat ini peningkatan kualitas penyelenggaraan perencanaan

Lebih terperinci

BAGAIMANA STRATEGI BERKEMBANG DI DALAM ORGANISASI? Oleh: Tri Widodo W. Utomo Pengantar Pembahasan mengenai hal ini berkisar sekitar dasar-dasar

BAGAIMANA STRATEGI BERKEMBANG DI DALAM ORGANISASI? Oleh: Tri Widodo W. Utomo Pengantar Pembahasan mengenai hal ini berkisar sekitar dasar-dasar BAGAIMANA STRATEGI BERKEMBANG DI DALAM ORGANISASI? Oleh: Tri Widodo W. Utomo Pengantar Pembahasan mengenai hal ini berkisar sekitar dasar-dasar pembentukan strategi. Atau dengan kata lain, ingin diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : Veteran Jawa Timur

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : Veteran Jawa Timur PERANAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA. SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH Latar Belakang Berdasarkan Ketentuan Umum UU SP3K No.16 Tahun 2006 pasal 1 ayat (2) Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang selanjutnya disebut Penyuluhan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH. Merza Gamal

STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH. Merza Gamal STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH Merza Gamal SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK BELAJAR USAHA (KBU) DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) GITO YULIANTORO

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK BELAJAR USAHA (KBU) DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) GITO YULIANTORO PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK BELAJAR USAHA (KBU) DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) (Studi kasus di PKBM Mitra Mandiri Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi))

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN: PARTISIPASI MASYARAKAT DESA DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DI DESA BINUANG KECAMATAN SEPAKU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Farhanuddin Jamanie Dosen Program Magister Ilmu

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

TRIANDI CHANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

TRIANDI CHANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENERAPAN ISO 9001 DI PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DAN KONTRIBUSINYA PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) SERTA PENYERAPAN TENAGA KERJA KASUS DI KABUPATEN KAMPAR TRIANDI CHANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAK Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, disebutkan bahwa tugas dosen berkaitan dengan pelaksanaan tiga hal utama yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Karenanya kinerja dosen dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pukul 20:09 WIB] 1 [diakses pada hari Rabu, 04 Mei 2011,

BAB I PENDAHULUAN. pukul 20:09 WIB] 1  [diakses pada hari Rabu, 04 Mei 2011, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan saat ini, menempatkan unsur kelembagaan sebagai salah satu faktor penting untuk menjamin keberhasilan dan kesinambungan pembangunan dalam

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman pada masa sekarang juga berbanding lurus dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Seiring dengan berkembangnya keadaan tersebut,

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya penggunaan hutan dan beragamnya alih fungsi hutan di Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan. Sumberdaya hutan di Indonesia

Lebih terperinci

(Studi Kasus Kabupaten Pohuwato) SHERLY GLADYS JOCOM

(Studi Kasus Kabupaten Pohuwato) SHERLY GLADYS JOCOM ANALISIS DAMPAK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN BASIS JAGUNG TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH SERTA ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT PETANI DI PROVINSI GORONTALO (Studi Kasus Kabupaten Pohuwato) SHERLY

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL (Kasus di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat) HENDRO ASMORO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO TENRIUGI

PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO TENRIUGI PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO (Studi Kasus di Desa Sidondo I Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah)

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus Kota Batu Provinsi Jawa Timur) FATCHURRAHMAN ASSIDIQQI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris karena dari 186 juta hektar luas daratan Indonesia sekitar 70 persennya lahan tersebut digunakan untuk usaha pertanian. Selain daratan,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap organisasi. Hal inilah yang seringkali membuat organisasi terus menerus melakukan perbaikanperbaikan yang

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN (AKAFARMA) YAYASAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH TAHUN

RENCANA OPERASIONAL AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN (AKAFARMA) YAYASAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH TAHUN RENCANA OPERASIONAL AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN (AKAFARMA) YAYASAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH TAHUN 2017 2020 Strategi: 1. Peningkatan relevansi melalui peningkatan kemampuan pengetahuan, keahlian

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Brief Note Edisi 19, 2016 Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Pengantar Riza Primahendra Dalam perspektif pembangunan, semua

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMERINTAH PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMERINTAH PENANGGULANGAN KEMISKINAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMERINTAH PENANGGULANGAN KEMISKINAN (STUDI KASUS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM TAHAP PERENCANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN TAHUN 2010

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Materi Kuliah ETIKA BISNIS. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6

Materi Kuliah ETIKA BISNIS. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6 Materi Kuliah ETIKA BISNIS Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6 Latar Belakang Munculnya isu pemanasan global, penipisan ozon, kerusakan hutan, kerusakan lokasi di pertambangan, pencemaran

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI Oleh: Darsini PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 Hak cipta milik

Lebih terperinci