Visi 2030 & Roadmap 2010 Industri Nasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Visi 2030 & Roadmap 2010 Industri Nasional"

Transkripsi

1 Visi 2030 & Roadmap 2010 Industri Nasional Ringkasan Eksekutif Rekomendasi Maret

2 Rekomendasi Visi 2010 Industri Nasional Dalam periode 25 tahun ke depan dengan dasar sistem politik yang demokratis dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung setiap lima tahun, dapat diciptakan Republik Indonesia sebagai Negara Industri Maju dan Bangsa Niaga Tangguh yang makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran, melalui : 1. Kebangkitan kekuatan rekayasa, rancang bangun, manufaktur dan jaringan penjualan produk Industri Nasional, terutama dengan menghasilkan barang dan jasa berkualitas unggul yang menang bersaing dengan produk negara-negara di kawasan Asia seperti Vietnam, Malaysia dan Cina, baik dipasar domestik maupun Regional. 3. Kebangkitan kekuatan industri nasional pengolah hasil sumber daya alam dengan produk olahan bermutu terjamin, sehingga dapat dicapai swasembada pangan secara lestari dan berkemampuan ekspor. 5. Kebangkitan daya cipta dan kreativitas rekayasa dan rancang bangun putra-putri Indonesia, sehingga industri nasional berbasis tradisi dan budaya bangsa dapat tumbuh berkembang kembali melalui produk berkualitas tinggi yang dicintai dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai life style masyarakat Indonesia. Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 2

3 Rekomendasi Roadmap 2010 Industri Nasional Wujudkan Tiga Misi Utama Industri Nasional, untuk mencapai : 1. Pertumbuhan Ekonomi di atas 7% 2. Peningkatan Daya Tarik Investasi dan Daya Saing Bangsa 3. Penciptaan Lapangan Kerja dan Penurunan Angka Kemiskinan Dengan menggunakan tiga ujung tombak kebijakan strategis, berupa : 1. Kebijakan untuk melakukan Restrukturisasi Total Industri Nasional 2. Kebijakan untuk melakukan Reorientasi Arah Kebijakan Ekspor Bahan Mentah 3. Kebijakan untuk melakukan Penataan Ulang Tata Niaga Pasar Dalam Negeri yang difokuskan pada Sepuluh klaster Industri unggulan. Dengan secara sistimatis, bertahap dan konsisten melaksanakan secara strategis, 6 (enam) kelompok prioritas implementasi dan tindakan nyata, melalui pelbagai insentif bagi industri nasional dalam rangkaian paket kebijakan moneter dan fiskal yang diintegrasikan kedalam kebijakan industri dan perdagangan. Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 3

4 Roadmap 2010 Industri Nasional Fokus pada Sepuluh Klaster Industri Unggulan EMPAT KLASTER INDUSTRI UNGGULAN PENDONGKRAK PERTUMBUHAN EKONOMI DIATAS 7 % 1. Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Sepatu dan Alas Kaki 2. Industri Elektronika dan Komponen Elektronika 3. Industri Otomotif dan Komponen Otomotif 4. Industri Perkapalan TIGA KLASTER INDUSTRI UNGGULAN PENINGKATAN DAYA TARIK INVESTASI DAN DAYA SAING BANGSA 1. Industri Pengembang Infrastruktur, seperti : Industri Pembangkit Sumber Energi, Industri Telekomunikasi, Pengembang Jalan Tol, Konstruksi, Industri Semen, Baja dan Keramik 2. Industri Barang Modal dan Mesin Perkakas 3. Industri Petrokimia Hulu/Antara, termasuk Industri Pupuk TIGA KLASTER INDUSTRI UNGGULAN PENGGERAK PENCIPTA LAPANGAN KERJA DAN PENURUNAN ANGKA KEMISKINAN 1. Industri Pengolahan Hasil Laut & Kemaritiman 2. Industri Pengolahan Hasil Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perkebunan, termasuk Industri Makanan dan Minuman 3. Industri Berbasis Tradisi dan Budaya, utamanya : Industri Jamu, Kerajinan Kulit-Rotan dan Kayu (Permebelan), Rokok Kretek, Batik dan Tenun Ikat Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 4

5 Roadmap 2010 Industri Nasional Implementasi Enam Tindakan Nyata dan Strategis untuk Membangun Kembali Fondasi Industri Nasional dan Melaksanakan Reorientasi Kebijakan Perdagangan Produk Ekspor 1. Dukungan Insentif fiskal dan pendanaan bagi Peningkatan Investasi dan Daya Saing Industri melalui pembenahan dan modernisasi sarana-prasarana, seperti : pemberdayaan industri nasional pembangkit listrik dan sumber energi lainnya, modernisasi pelabuhan dan bandara, pengembangan jalan tol dan konstruksi, peningkatan kemampuan nasional dalam industri telekomunikasi. 2. Dukungan Finansial bagi Industri Pengolahan Hasil Laut dan Kemaritiman, melalui integrasi antara Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Hasil Laut dengan Program Peningkatan Produktivitas Nelayan dan Program Peningkatan Kestabilan Feedstock. Hal ini terkait dengan : Pengembangan Kawasan/Zona Penangkapan Ikan, Klaster Pelabuhan dan Tempat Pelelangan ikan yang menyediakan fasilitas cold storage, SPBU penyedia solar dan bahan bakar bersubsidi bagi perahu nelayan. Pengembangan kapasitas Laboratorium Uji Produk Perikanan di sentra-sentra produksi. Pengembangan Pusat Benih Unggul dan Sentra Produksi Pakan Ikan Budi Daya. Pemberdayaan Industri Perkapalan Dalam Negeri untuk program motorisasi perahu nelayan dan pengembangan Armada Kapal Penangkap Ikan Nasional. 1. A. Dukungan prioritas kebijakan ekonomi bagi terwujudnya kemampuan Pengolahan Hasil Pertanian dan Perkebunan di dalam negeri, melalui integrasi antara Klaster Industri Pengolahan Hasil Pertanian dan Perkebunan dengan Program Peningkatan dan Kestabilan Feedstock yang berkualitas tinggi. B. Dukungan Peningkatan Kepastian Hukum dan Jaminan Keamanan untuk Pengembangan Hutan Tanaman Industri serta Pencegahan Illegal Logging, bagi terwujudnya integrasi Industri Kehutanan (Industri Pengolahan Kayu, Panel Kayu/Plywood, Pulp & Kertas dan Mebel) dengan jaminan Feedstock Hal ini juga terkait dengan Program Peningkatan Produktivitas Lahan, Penggunaan Benih Unggul, Pupuk Majemuk dan Pupuk Nutrisi, Pembenahan Infrastruktur Irigasi dan Skema Pembiayaan Pertanian. Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 5

6 Roadmap 2010 Industri Nasional Implementasi Enam Tindakan Nyata dan Strategis untuk Membangun Kembali Fondasi Industri Nasional dan Melaksanakan Reorientasi Kebijakan Perdagangan Produk Ekspor 1. Restrukturisasi, Modernisasi dan Pendalaman Struktur Industri Padat Modal dan Teknologi. Modernisasikan mesin/peralatan produksi Industri Tekstil dan Produk Tekstil. Kembangankan Industri Komponen dan Pendukung (Supporting Industries) Elektronika dan Otomotif. Diperlukan insentif-insentif untuk investasi yang berorientasi pada pengembangan Industri Komponen dan Supporting Industry, modernisasi permesinan dan peningkatan kandungan teknologi produk. Misal : modernisasi permesinan untuk Industri Tekstil dan Produk Tekstil, perpindahan teknologi dari Analog ke Digital untuk Industri Elektronika yang diikuti dengan Pengembangan Industri Komponen dan Supporting Industry. Pengembangan basis global value chain untuk Industri Otomotif. 3. Reorientasi Pendekatan Hubungan Dagang Bilateral, Regional dan Multilateral, serta Penguatan Jaringjaring Pengaman Pasar Domestik untuk Menciptakan Persaingan yang Adil bagi Pertumbuhan Industri Dalam Negeri Lebih selektif dalam liberalisasi perdagangan internasional dengan memperhatikan kondisi objektif industri dalam negeri, terutama faktor-faktor eksternal yang menghadang perkembangan dunia usaha. Merekomendasikan agar Pemerintah melakukan Langkah-langkah Proaktif untuk mengatur pola kompetisi pasar domestik. Perlindungan Pasar Domestik dari penetrasi barang ilegal (selundupan, barang palsu/tiruan), produk impor yang tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia, Barang-barang bekas yang membahayakan Kesehatan dan Lingkungan. 5. Reorientasi Kebijakan Ekspor Produk Bahan Mentah MIGAS dan Non MIGAS. Laksanakan proses shifting kebijakan ekspor bahan mentah, menjadi kebijakan ekspor produk bernilai tambah tinggi melalui proses produksi di dalam negeri Kembangkan klaster Petrokimia terintegrasi yang terdiri dari jejaring Industri Pengolah Crude Oil (Refineries) dan Gas Alam dengan Industri Olefin, Aromatik dan Pupuk serta industri hilir seperti Tekstil, Plastik sebagai bahan baku Industri Komponen Elektronika, Otomotif, Perkapalan dan Industri Packaging. Bangun industri Bio- Fuel berbasis CPO dan Etanol untuk sustainability sumber energi bagi masa depan industri Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 6

7 Roadmap 2010 Industri Nasional Target Tiga Misi Utama Industrialisasi 1. Pertumbuhan Ekonomi di atas 7% Melalui : (a). peningkatan ekspor produk berteknologi tinggi seperti Elektronika dan Komponen Elektronika, Otomotif dan Komponen Otomotif, industri padat modal dan keterampilan sumber daya manusia seperti Tekstil dan Produk Tekstil, Sepatu dan Alas Kaki, (b). Peningkatan kapasitas ekspor produk industri olahan berbasis bahan baku Migas dan Non-Migas, yang berasal dari Eksplorasi Sumur Minyak dan Gas Alam yang baru. Pembangunan 9 (sembilan) Refineries yang diintegrasikan dengan Pengembangan Industri Petrokimia, dan Pengembangan industri berbasis teknologi yang menyerap banyak tenaga kerja. 2. Peningkatan Daya Tarik Investasi dan Daya Saing Bangsa Melalui : (a). langkah restrukturisasi untuk penciptaan Struktur Biaya produksi yang kompetitif dengan meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri dari industri pengembang infrastruktur seperti pengembang jalan tol, industri pembangkit sumber enersi, industri telekomunikasi, (b). Implementasi kebijakan pendalaman struktur industri untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku dan komponen setengah jadi, dengan pengembangan klaster supporting industry dan jaringan industri komponen, agar terjadi : (i). Pengurangan impor bahan baku dan produk komponen setengah jadi, dengan kebijakan stimulus fiskal bagi terciptanya jaringan supporting industry dan industri komponen pada sektor elektronika dan otomotif, (ii). Penciptaan & implementasi Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk non-tariff barrier bagi produk industri negara lain, (iii). Pemberantasan penyelundupan untuk menghilangkan distorsi pasar domestik, (iv).pembenahan infrastruktur jalan raya dari Kawasan Industri ke Pelabuhan Bongkar Muat & Bandara, untuk penurunan biaya transportasi, logistik dan distribusi produk industri ke pasar, (v). Modernisasi Alat Peralatan Produksi dengan penggunaan mesin berenergi efisien dan ramah lingkungan. 3. Penciptaan Lapangan Kerja dan Penurunan Angka Kemiskinan Melalui : (a). Langkah pemberdayaan : (i). sektor Industri Berbasis Pertanian & Perkebunan, (ii). sektor Industri Berbasis Tradisi & Budaya, dan (iii). sektor Industri Tekstil & Produk Tekstil, sebagai Motor Pencipta Lapangan Kerja. (b). Pelaksanaan Reorientasi Kebijakan Ekspor, dari orientasi ekspor bahan mentah menjadi orientasi ekspor produk setengah jadi atau produk akhir. (c). Pelaksanaan langkah Restrukturisasi Total Industri Nasional untuk peningkatan efisiensi dan produktivitas, dengan pengembangan klaster Industri dan Modernisasi Permesinan. Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 7

8 3 MISI UTAMA INDUSTRIALISASI 1. Pertumbuhan Ekonomi di atas 7% 2. Peningkatan Daya Tarik Investasi dan Daya Saing Bangsa 3. Penciptaan Lapangan Kerja dan Penurunan Angka Kemiskinan Roadmap 2010 Industri Nasional 10 INDUSTRI UNGGULAN 1.Reorientasi Kebijakan Ekspor Produk Bahan Mentah MIGAS dan Non MIGAS. Laksanakan proses shifting kebijakan ekspor bahan mentah, menjadi kebijakan ekspor produk bernilai tambah tinggi melalui proses produksi di dalam negeri. 1. Reorientasi Pendekatan Hubungan Dagang Bilateral, Regional dan Multilateral, serta Penguatan Jaring-jaring Pengaman Pasar Domestik untuk Menciptakan Persaingan yang Adil bagi Pertumbuhan Industri Dalam Negeri. 1. Restrukturisasi, Modernisasi dan Pendalaman Struktur Industri Padat Modal dan Teknologi. Modernisasikan mesin/peralatan produksi Industri Tekstil dan Produk Tekstil. Kembangankan Industri Komponen dan Pendukung (Supporting Industries) Elektronika dan Otomotif. 3. A. Dukungan prioritas kebijakan ekonomi bagi terwujudnya kemampuan Pengolahan Hasil Pertanian dan Perkebunan di dalam negeri, melalui integrasi antara Klaster Industri Pengolahan Hasil Pertanian dan Perkebunan dengan Program Peningkatan dan Kestabilan Feedstock yang berkualitas tinggi. B. Dukungan Peningkatan Kepastian Hukum dan Jaminan Keamanan untuk Pengembangan Hutan Tanaman Industri serta Pencegahan Illegal Logging, bagi terwujudnya integrasi Industri Kehutanan (Industri Pengolahan Kayu, Panel Kayu/Plywood, Pulp & Kertas dan Mebel) dengan jaminan Feedstock. 1. Dukungan Finansial bagi Industri Pengolahan Hasil Laut dan Kemaritiman, melalui integrasi antara Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Hasil Laut dengan Program Peningkatan Produktivitas Nelayan dan Program Peningkatan Kestabilan Feedstock. 1. Dukungan Insentif fiskal dan pendanaan bagi Peningkatan Investasi dan Daya Saing Industri melalui pembenahan dan modernisasi sarana- prasarana, seperti : pemberdayaan industri nasional pembangkit listrik dan sumber energi lainnya, modernisasi pelabuhan dan bandara, pengembangan jalan tol dan konstruksi, peningkatan kemampuan nasional dalam industri telekomunikasi. IMPLEMENTASI 6 LANGKAH STRATEGIS 4 (EMPAT) KLASTER INDUSTRI UNGGULAN PENDONGKRAK PERTUMBUHAN EKONOMI DIATAS 7 % 1. Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Sepatu dan Alas Kaki 2. Industri Elektronika dan Komponen Elektronika 3. Industri Otomotif dan Komponen Otomotif 4. Industri Perkapalan 3 (TIGA) KLASTER INDUSTRI UNGGULAN PENINGKATAN DAYA TARIK INVESTASI DAN DAYA SAING BANGSA 1. Industri Pengembang Infrastruktur, seperti Industri Pembangkit Sumber Energi, Pengembang Jalan Tol, Telekomunikasi, Kontruksi, Semen, Baja dan Keramik 2. Industri Barang Modal dan Mesin Perkakas 3. Industri Petrokimia Hulu/Antara, termasuk Industri Pupuk 3 (TIGA) KLASTER INDUSTRI UNGGULAN PENGGERAK PENCIPTA LAPANGAN KERJA DAN PENURUNAN ANGKA KEMISKINAN 1. Industri Pengolahan Hasil Laut & Kemaritiman 2. Industri Pengolahan Hasil Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perkebunan, termasuk Industri Makanan dan Minuman 3. Industri Berbasis Tradisi dan Budaya, utamanya Industri Jamu, Kerajinan Kulit-Rotan dan Kayu (Permebelan), Rokok Kretek, Batik dan Tenun Ikat FOKUS PADA 10 INDUSTRI UNGGULAN Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 8

9 Visi 2030 & Roadmap 2010 Industri Nasional Pengantar dan Rekomendasi A. Perubahan Peta Persaingan Industri sebagai Dampak Liberalisasi Ekonomi, Free Trade Agreement, Tingkat Pertumbuhan Produktivitas dan Iklim Investasi A. Sasaran Strategis Industri Nasional Menjelang 2010 dan 2030 C. Perbaikan Iklim Usaha & Investasi untuk Peningkatan Daya Saing Indonesia

10 Visi 2030 & Roadmap 2010 Industri Nasional A. Perubahan Peta Persaingan Industri Sebagai Dampak Liberalisasi Ekonomi, Free Trade Agreement, Tingkat Pertumbuhan Produktivitas dan Iklim Investasi

11 Perubahan Geostrategis Akibat Liberalisasi Ekonomi & Perundingan Pasar Bebas 2003 FTAA 34 countries Free Trade Areas of Americans Free Trade Agreement Integration NAFTA Pop. : 420 mil. GDP: $12.3 tri. NAFTA 3 Countries USA, Canada, Mexico Gabung ke Selatan MERCOSUR 4 countries Argentina, Brazil, Paraguay, Uruguay FreeTradeAreas of Americans Pop.: 830 million. GDP : $13.4 trillion. EU-Mexico FTA UNI EROPA Pop. : 380 mil. GDP : $10.5 tri. EU countries EU-MERCOSUR FTA ASEAN Pop. : 530 mil. GDP : $0.7tri. Uni Eropa gabung Eropa Timur USA-Singapore FTA AUSSY Pop. : 19 mil GDP : $0.5tri. Uni Eropa yg Diperbesar (25) Pop. : 450 million. GDP : $11.0 trillion. India-ASEAN FTA AFTA CHINA Pop. : 1,280 mil. GDP : $1.4tri. China-ASEAN FTA JAPAN Pop. : 130 mil. GDP : $ 4.3tri. INDIA Pop. : 1,050 mil GDP : $0.6tri. Japan-Singapore EPA Japan-ASEAN CEPA NZ Pop. : 4 mil GDP : $0.08tri. AUSTRALIA-NZ FTA (CER) ASEAN, China, Japan, India, Aussy & NZ - FTA Pop. : 3,013 million. GDP : $7.6 trillion. Sumber: World Bank Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 11 Remarks: GDP as of 03, Pop.(Population) as 02.

12 Proyeksi Perkembangan Ekonomi Dunia Menjelang 2010 Proyeksi Pertumbuhan Gross Domestik Produk (rata-rata per tahun) Perkembangan lingkungan internasional secara bertahap semakin kurang mendukung kemajuan ekonomi negara berkembang. Melemahnya permintaan konsumen AS semakin menyulitkan negara-negara yang pasar ekspornya tidak beragam, sementara itu sikap menghindari resiko (risk aversion) di kalangan pelaku pasar uang semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang diperkirakan akan mengalami penurunan selama lima tahun ke depan. Pada tahun 2010 ekonomi negara berkembang tumbuh 6,2%. Sumber : Economist Intelligence Unit Global Outlook August 2006 Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi dunia tumbuh 5,1% tahun Tahun depan (2007), ekonomi dunia diperkirakan akan tumbuh lebih rendah (4,9%). Kekhawatiran terhadap munculnya masalah inflasi, kondisi pasar uang yang ketat dan lompatan harga minyak ke tingkatan yang lebih tinggi, tetap menghantui perkiraan perkembangan ekonomi dunia ke depan. Economist Intelligence Unit memperkirakan selama lima tahun ke depan ( ) ekonomi dunia tumbuhan rata-rata 4,7% per tahun. Perdagangan dunia diperkirakan akan meningkat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sekitar 8% per tahun. Negara-negara berkembang di Asia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan ekspor yang paling cepat, khususnya dipacu oleh pertumbuhan ekspor China. Perkembangan industri nasional ke depan diharapkan dapat memperoleh manfaat dari ekspor regional yang tumbuh dengan cepat. Pada saat yang sama, tingkat persaingan di lingkungan regional diperkirakan akan semakin ketat. Harga minyak diperkirakan akan mulai menurun pada tahun Penurunan harga minyak di pasar internasional memberi harapan akan peningkatan yang lebih lambat pada biaya produksi perusahaan industri dan selanjutnya dapat memacu pertumbuhan industri domestik yang lebih cepat. Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 12

13 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan GWP Dunia Indikator Ekonomi Dunia Populasi : 6.7 Miliar pada 2010 (tumbuh 1.14%) di 271 negara Angkatan kerja : 3 Miliar GDP(per kapita) : US$ 9,300 GWP (Produk Bruto Dunia : US$ Triliun (tumbuh 1.14%) Tingkat inflasi : 4.1% (tumbuh -3.2%) Sumber: CIA World Bookfact Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 13

14 Proyeksi Ekonomi Indonesia 2010 Proyeksi Indikator Ekonomi Indonesia 2010 Perkembangan industri nasional dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi domestik dan internasional. Oleh karena itu, peta industri nasional ke depan harus memperhatikan perkembangan yang diperkirakan akan terjadi pada perekonomian domestik dan internasional. The Economist Intelligence Unit memproyeksikan perekonomian Indonesia akan tumbuhan dengan laju ratarata 6,2% per tahun selama periode Perkiraan yang cukup optimis mengingat pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi tercatat hanya 5,6%. Tahun 2006 ini, EIU memperkirakan pertumbuhan ekonomi 5,9% lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi selama semester pertama yang dilaporkan oleh BPS (5,0%). Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang mencerminkan arah positif tersebut bersifat tentatif, dapat tercapai apabila terjadi aliran modal asing dan pertumbuhan investasi dalam negeri yang stabil. Inflasi diperkirakan akan terus menurun selama lima tahun ke depan. Pada tahun 2010 laju inflasi diperkirakan 3,6%. Penurunan inflasi selama lima tahun ke depan sebagian disebabkan oleh perkembangan harga minyak internasional yang diperkiakan akan mulai menurun mulai tahun Sejalan dengan penurunan inflasi, tingkat bunga deposito diperkirakan akan terus menurun dan bekisar antara 5 sampai 6 persen. Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 14

15 Kendala Jangka Panjang Kebijakan Ekonomi Indonesia Dalam jangka panjang hingga tahun 2030, ekonomi indonesia masih terkendala oleh kebutuhan pembiayaan bagi : Pembayaran kembali hutang hutang jatuh tempo yang merupakan warisan masa lalu. Untuk hal tersebut tekanan terhadap nilai tukar rupiah masih perlu dikelola dengan seksama. Managemen Foreign Exchange Requirement untuk pembayaran External Debt Repayment, akan selalu menjadi kendala tersendiri bagi kebebasan untuk mengatur kebijakan ekonomi yang lebih mandiri. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara memerlukan sumber pembiayaan bagi pengembangan dan pembangunan iinfrastruktur ekonomi, berupa jalan jalan raya, kereta api, bandar udara, pelabuhan dan jaringan komunikasi serta pasokan sumber enersi penggerak industri. Angka pengangguran yang tinggi dan angka kemiskinan mayoritas penduduk juga masih tetap akan menghantui upaya pengembangan kesejahteraan Sumber : BI Sumber : BPS Indonesia External Debt Repayment (US$ Bill) Jan- Mar Jan- Mar 2006 The Number of Indonesia People Who Lived Under The Poverty Line & Unemployment (Mill People) Under Poverty Line People Unemployment Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 15

16 Kekuatan Pasar Domestik, Stimulus bagi Pertumbuhan Industri Nasional Jumlah Penduduk Tahun *) Sumber : GAPMMI Jumlah 40 juta 80 juta 120 juta 180 juta 200 juta 300 juta *) Proyeksi Karakteristik Rumah Tangga Indonesia Jumlah (juta) Kota Desa Total Rata-rata anggota Rumah Tangga Total 4,0 4,0 4,0 4,0 Rata-rata anak tinggal bersama orangtua Total 1,9 1,8 1,7 1,6 Persentase anak dibawah 15 tahun dalam rumah tangga Total Sumber : GAPMMI Pasar Domestik memiliki peluang untuk dimanfaatkan sebagai daya tarik atau stimulus bagi pertumbuhan industri dan sektor jasa nasional. Dalam waktu 30 tahun, jumlah penduduk akan bertambah lebih dari 100 juta orang. Dengan asumsi jumlah kelahiran 4,5 juta & kematian 1,5 juta /tahun. Harus ada usaha keras untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Kebutuhan barang dan jasa yang amat besar, akan diincar oleh produsen luar negeri. Harus ada usaha keras untuk meningkatkan produksi dalam negeri Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 16

17 Peta Distribusi Penduduk, Luas Daerah dan Pertumbuhan Penduduk Peta Distribusi Penduduk, Luas Daerah dan Pertumbuhan Penduduk sebagai Daya Tarik Investasi dan Revitalisasi Industri Nasional Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 17

18 Peta Kebutuhan Bahan Makanan & Minuman Indonesia Peta Kebutuhan Bahan Makanan & Minuman Indonesia sebagai Daya Tarik Program Peningkatan Produktifitas Industri Berbasis Hasil Pertanian. Jumlah Penduduk Kebutuhan : Beras Ikan Telur Daging ayam Daging Susu Buah Sayur sayuran Luas Panen padi URAIAN Produktivitas (gabah kering giling) Produksi beras nasional juta jiwa Juta ton Juta kg Juta kg Juta kg Juta kg Juta liter Juta kg Juta kg Juta Ha Ton/Ha Juta ton/ha , ,006 1,766 8,131 7, , ,180 1,920 8,840 8, , ,355 2,074 9,549 8, , ,045 2,530 2,228 10,258 9, ,675 1,023 1,117 2,705 2,381 10,966 10, Jumlah penduduk Indonesia saat ini sekitar 218 juta jiwa, apabila diasumsikan semuanya mengkonsumsi beras rata-rata sebesar 135 kg/tahun dan produktivitas padi (sebagai Gabah Kering Giling/GKG) sebesar 4,56 Ton/Hektar, maka Indonesia pada tahun 2005 masih surplus 0,23 juta ton beras. Namun demikian, dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk 1,74 % per tahun, maka pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai sebesar 294 juta jiwa. Apabila tidak ada peningkatan produktivitas atau penambahan luas panen padi di masa yang akan datang, Indonesia akan menjadi net importir beras dengan jumlah yang cukup besar kurang lebih 10 juta ton. Balance beras (+/-) Juta ton/ha Sumber : GAPMMI Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 18

19 Produktifitas Pengelolaan Lahan untuk Berbagai Jenis Komoditi Pertanian ( ) Produktifitas Pengelolaan Lahan untuk Berbagai Jenis Komoditi Pertanian, sebagai momentum untuk Revitalisasi Industri Berbasis Hasil Pertanian Padi Sawah Padi Ladang Padi (total) Jagung Kedelai Karet Rakyat Karet Negara Kelapa Sawit Neg Kelapa Sawit Swasta Kelapa Sawit Ton/ha ,59 2,16 2, Ton/ha 4,49 2,05 4,22 2,10 1,10 0,36 0,77 3,47 1,77 2,08 Sumber: Bayu Krisnamurti, Revitalisasi Pertanian, 29 Januari Ton/ha 4,59 2,24 4,34 2,63 1,20 0,40 0,80 3,84 1,87 2,09 Permasalahan utama sektor pertanian dan perkebunan adalah rendahnya produktivitas yang dipengaruhi oleh : (a). Rendahnya ketersediaan pupuk pada tingkat petani, (b). konversi lahan pertanian dan perkebunan produktif menjadi lahan yang tidak produktif (c). manajemen pertanian dan perkebunan milik rakyat tidak didukung oleh infrastruktur benih unggul dan pengetahuan pemupukan memadai. Industri berbasis kebun tanaman keras seperti kelapa sawit, karet, teh dan kopi memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp. 44,5 trilyun dan penghasil devisa sebesar US$. 5,27 milyar pada tahun Hasil ini masih dapat ditingkatkan produktivitasnya secara bertahap, untuk dikembangkan menjadi dua kali lipat pada Sementara sektor pertanian khususnya padi perlu ditingkatkan produktivitas nya agar jaminan pasokan kebutuhan pangan nasional secara berkesi nambungan dapat terlaksana dan, impor beras yang tahun 2004 mencapai 1,28 juta ton dapat dikurangi secara bertahap untuk memenuhi target swasembada pada tahun Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 19

20 Perubahan Peta Permintaan Lahan Produktif Pada tahun 2025, Kebutuhan Lahan Tanaman Pangan, Perkebunan dan Hortikultura akan berhadapan dengan Pertumbuhan Permintaan lahan atas Rumah Penduduk, Perkantoran dan kompleks kawasan Industri. Komoditas Tanaman 2005 Luas Lahan Tanam (Hektar) Tanaman Pangan 15,862,014 15,962,014 16,062,014 16,162,014 16,262,014 Perkebunan 10,298,406 12,458,406 14,618,406 16,778,406 18,938,406 Hortikultura 403, , , , ,839 TOTAL 26,564,259 28,834,259 31,104,259 33,374,259 35,644,259 Sumber : Kadin Indonesia, diolah dari berbagai sumber Perkembangan kebutuhan luas lahan tanam untuk komoditas tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura pada tahun 2025 diproyeksikan sesuai dengan kebutuhan penambahan luas areal untuk tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura agar sasaran produksi untuk mendukung kebutuhan dalam negeri dan ekspor dapat tercapai. Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 20

21 Peta Kontribusi Kemampuan Ekspor Industri Nasional ( ) Struktur ekspor industri manufaktur non-migas Indonesia mengalami pergeseran yang cukup berarti dan cenderung semakin beragam. Industri Barang dari logam dan Alat Alat Listrik (yang paling tinggi adalah produk elektronika) berkontribusi 12,2 %, Tekstil dan Produk Tekstil 15,6 %. Sisanya adalah Industri Berbasis Sumber Daya Alam termasuk MIGAS. Walaupun di satu sisi ekspor hasil Industri berbasis sumber daya alam seperti minyak kelapa sawit, bahan kimia dan kertas dan barang-barang dari kertas, kontribusinya cenderung meningkat, tetapi pada umumnya dominasi satu komoditi tertentu semakin berkurang. Ekspor kayu dan karet olahan, misalnya, peranannya terus menurun demikian pula ekspor tekstil dan garmen. Namun demikian, barang-barang hasil industri berbasis sumber daya alam seperti yang berbasis kehutanan dan berkebunan dan industri padat karya masih berperan sangat dominan dalam ekspor barang-barang hasil industri manufaktur Indonesia. Kenaikan ekspor produk alat alat listrik yang meningkat 2 kali lipat selama kurun waktu 10 tahun terahir memperlihatkan peranan Industri elektronika yang tidak dapat diabaikan. Walau hanya tumbuh rata-rata 1,2% per tahun selama lima tahun teralhir, produk tekstil dan pakaian jadi masih mempunyai peran yang sangat penting, 15,6% dari total ekspor barang industri nonmigas pada tahun Dengan pertumbuhan rata-rata 31,9% pertahun ( ), minyak kelapa sawit diperkirakan dapat menjadi komoditi andalan ekspor dalam beberapa waktu ke depan. Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 21

22 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Saat Ini Tidak Didukung oleh Pertumbuhan Sektor Riel, melainkan oleh Pertumbuhan Sektor Jasa dan Konsumsi, sehingga tidak menciptakan lapangan kerja Kontribus i terhadap pertum buhan (poin %) Q1-01 Q2-01 Q3-01 Q Q1-01 Q1-02 Q1-03 Q1-04 Q1-05 Q1-06 Non-tradeable Sumber : IRSA Non-tradable GDP Tradeable Tradable Q1-02 Q2-02 Q3-02 Q4-02 Q1-03 Q2-03 Q3-03 Q4-03 Q1-04 Q2-04 Q3-04 Q4-04 Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q Q1-01 Q1-02 Q1-03 Q1-04 Q1-05 Q1-06 PDB Non-tradeable Tradeable Industri Sejak krisis ekonomi tahun 1998, pertumbuhan ekonomi tidak berasal dari pertumbuhan sektor Riel atau tradable. Sektor yang mencakup sektor pertanian, pertambangan dan manufaktur. Tercatat pada kwartal 2005 sektor Riel atau tradable ini hanya tumbuh 3,3 %. Pertumbuhan ekonomi lebih dididorong oleh sektor Jasa atau non tradable yang mencakup sektor jasa konstruksi, finansial, transport dan komunikasi, utility, perdagangan, hotel dan restoran dan jasa lainnya yang tumbuh 6 %. Sejak krisis ekonomi 1998 hingga 2005, Pertumbuhan ekonomi belum diikuti oleh meluasnya kesempatan kerja baru Industri Manufaktur memerlukan kebijakan dan langkah aksi yang komprehensif untuk dapat direvitalisasi dan dibangkitkan kembali menjadi mesin pendorong pertumbuhan kesempatan kerja dan peningkatan ekspor non migas. Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 22

23 Peta Tantangan Masa Depan : Pembiayaan di Sektor Pertanian (Miliar Rp) 800,000 % , , , , , , , Total Kredit Bank Umum 188, , , , , , , , , , , ,671 Pertanian 13,860 15,525 17,630 26,002 39,308 23,777 19,504 20,864 22,332 24,307 32,376 36,678 Pangsa (dalam %) Sumber : Bank Indonesia, 2006 Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang masih memerlukan perhatian dari banyak pihak termasuk pemerintah dan pihak perbankan. Terdapat indikasi bahwa sektor pertanian Indonesia saat ini masih banyak yang pembiayaannya diperoleh dari sektor informal ataupun pembiayaan secara informal (self-financing). Dilihat dari pangsanya, sektor pertanian hanya memiliki pangsa yang kecil. Pada tahun 2005 pangsa sektor pertanian sebesar 5,3%. Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 23

24 Masalah Utama : Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian 100% 80% Lainnya Jasa-jasa 60% 40% 20% Perdagangan Industri Pertanian 0% Sumber : Bank Indonesia, Desember 2006 Dengan porsi 40% lebih dari seluruh pekerja, sektor pertanian tetap merupakan sektor utama dari lapangan pekerjaan di Indonesia walaupun sejak tahun 1986 terlihat ada penurunan dan mulai meningkat lagi di tahun Seiring dengan proses industrialisasi peningkatan tenaga kerja terjadi di sektor industri dan sektor perdagangan. Pada tahun 2005, persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian sebesar 44.0%. Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 24

25 Peta Posisi Industri Nasional Terhadap Kemampuan Perolehan Devisa dan Penyediaan Lapangan Kerja Worker Absorb II Oil & Gas Mining Electronic Wood & wood product Textile & Clothing Chemical -4 I III IV -12 Foreign Exchange Balance Automotive & Machinery Sumber : BPS, Depnakertrans, diolah Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 25

26 Masalah Utama : Tingkat Kemiskinan Tingkat kemiskinan di Indonesia perlu diturunkan melalui Program Pengembangan Sektor Riel % 30 Tingkat kemiskinan lebih tinggi terjadi di daerah pedesaan, yang identik dengan sektor pertanian. Pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin sebanyak 35 juta dan sebagian besar berada di daerah pedesaan (22,7 juta) Urban Rural Total Sumber : Bank Indonesia 2006 Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 26

27 Tantangan Masa Depan : Penurunan Persentase Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan Momentum penurunan persentase Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan perlu dipertahankan Sumber : Worldbank, Making the New Indonesia work for the poor, November 2006 Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 27

28 Pengangguran di Sektor Pertanian Pengangguran di Sektor Pertanian perlu diserap dalam Program Pengembangan Industri Berbasis Sumber Daya Alam dan Industri Kecil Menengah 100% 80% 60% 40% 20% 0% <15 jam seminggu jam seminggu >35 seminggu Sumber : Bank Indonesia, Desember 2006 Sekitar 50 % pekerja di sektor pertanian bekerja kurang dari 35 jam seminggu (1/2 Pengangguran) Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 28

29 Peta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Indonesia Sumber : IRSA Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 29

30 Peta Persepsi Daya Saing Investasi Perbandingan antara tahun 2004 (biru) dengan 1996 (merah) Sumber : IRSA Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 30

31 Peta Persepsi Daya Saing Investasi Perbandingan Indonesia (biru) dengan rata-rata regional (East Asia) (merah) Sumber : IRSA Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 31

32 Peta Persepsi Investor Terhadap Iklim Investasi Indonesia Dibandingan dengan Negara Berpendapatan Menengah Kebawah (lower middle income) Sumber : IRSA Didukung oleh Matsushita Gobel Foundation 32

PERAN DAN POLA KERJASAMA. SAING INDUSTRI DAERAH[ Tulus Tambunan Kadin Indonesia, 2008

PERAN DAN POLA KERJASAMA. SAING INDUSTRI DAERAH[ Tulus Tambunan Kadin Indonesia, 2008 PERAN DAN POLA KERJASAMA KADIN DALAM PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI DAERAH[ Tulus Tambunan Kadin Indonesia, 2008 Visi 2030 dan Roadmap 2010 Kadin mengenai Industri Nasional (1) Empat klaster industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia SIARAN PERS DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021 3858216, 23528400. Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Indonesia

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia. BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 Policy Dialogue Series (PDS) OUTLOOK PERDAGANGAN INDONESIA 2016 CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 BP2KP Kementerian Perdagangan, Kamis INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS AND FINANCE

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan teknologi tertentu di bidang komunikasi dan informasi telah mengakibatkan menyatunya pasar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil dikumpulkan melalui sektor pertekstilan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 44/02/16/Th.XVII, 1 Februari 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 Bismillahirrohmanirrahim Yth. Ketua Umum INAplas Yth. Para pembicara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena pengusahaannya dimulai dari kebun sampai

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN Biro Riset LMFEUI Data tahun 2007 memperlihatkan, dengan PDB sekitar Rp 3.957 trilyun, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar, yaitu Rp

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 24/04/Th. XIII, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR FEBRUARI HARGA GROSIR NAIK 0,04 PERSEN, HARGA GROSIR BAHAN BAKU NAIK 0,05 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya hubungan

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., 2007 No. 28/05/16/Th.XVII, 15 No. 37/07/16/Th.XVII, 1 Juli PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci