BAB II LANDASAN TEORI. merupakan nama dewa tidur orang yunani. Kata hypnosis pertama kali

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. merupakan nama dewa tidur orang yunani. Kata hypnosis pertama kali"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Hypnoteaching A.1 Definisi Hypnosis Menurut Jaya (2010), hipnosis berasal dari kata hypnos yang merupakan nama dewa tidur orang yunani. Kata hypnosis pertama kali diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter ternama di Inggris yang hidup antara tahun Pada masa-masa praktiknya James Braid menggunakan metode hypnosis untuk menggantikan fungsi obat bius dalam mengurangi rasa sakit pasien saat menjalani proses operasi. Sebelum masa James Braid hypnosis dikenal dengan nama Mesmerism atau Magnetism. Milton H. Ericson, 1980 (dalam Nugroho, 2008) mengatakan bahwa hypnosis adalah komunikasi verbal yang diikuti dengan nonverbal yang persuasif dan sugestif kepada seseorang sehingga dia menjadi kreatif kemudian bereaksi sesuai dengan sistem nilai dasar spiritual yang dimiliki. Persuasi verbal dapat digunakan dalam berbagai ruang lingkup baik dalam hal promosi produk ataupun motivasi yang diberikan guru kepada siswa dalam proses pembelajaran. Persuasi verbal di sekolah dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan memotivasi siswa bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan yang mereka cari yaitu prestasi yang terbaik. Menurut Jaya (2010) kata hypnosis sendiri sudah diubah ke dalam bahasa Indonesia menjadi hipnosis yang beberapa definisinya adalah sebagai berikut :

2 1. Hipnosis adalah teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk ke dalam kondisi trance hipnosis. 2. Hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat sugestibilitas (daya terima) meningkat sangat tinggi. 3. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mempersuasi seseorang sehingga mempengaruhi tingkat kesadarannya. Dicapai dengan menurunkan gelombang otak dari Betha menjadi Alpha dan Theta. 4. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mengeksplorasi alam bawah sadar. Menurut Hakim (2010), hipnosis dapat diartikan sebagai suatu kondisi relaks, fokus atau konsenterasi, yang menjadi ciri khas dari kondisi tersebut dimana sensor-sensor panca indera manusia menjadi jauh lebih aktif. Definisi hipnosis yang dimuat dalam jurnal U.S Department of Education, Human Services Division, adalah; Hypnosis is the by-pass of the critical factor of the conscious mind followed by the establishment of acceptable selective thinking. atau Hipnosis adalah penembusan faktor kritis fikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran atau sugesti. Selanjutnya dalam buku Professional Affairs Board of the British Psychological Society menyatakan bahwa hypnosis dapat mengurangi kecemasan, stres dan masalah psikologis lainnya. Dalam perkembangannya hinga saat ini, hypnosis sangat membantu dalam mengembangkan performa diri dan proses belajar mengajar.

3 A.2 Definisi Hypnoteaching John Gruzelier, (Psikolog dari Imperial College di London) melakukan riset menggunakan FMRI, sebuah alat untuk mengetahui aktivitas otak. Gruzelier menemukan bahwa seseorang yang berada dalam keadaan terhipnosis, aktivitas didalam otaknya meningkat khususnya dibagian otak yang berpengaruh terhadap proses berfikir tingkat tinggi dan perilaku. Dia menyebutkan bahwa manusia mampu melakukan hal-hal yang dia sendiri tidak berani memimpikannya, sehingga hipnosis sangat berdampak dalam memotivasi dan meningkatkan kinerja.pada proses belajar mengajar, hipnosis atau hypnoteaching juga baik untuk memotivasi siswa, meningkatkan kemapuan berkonsenterasi, kepercayaan diri, kedisiplinan dan keorganisasian. Hypnoteaching merupakan cara mengajar yang unik, kreatif sekaligus imajinatif yang dapat membuat siswa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar, sejak pelajaran dimulai hingga pelajaran diakhiri. Menurut Jaya (2010), hypnoteaching merupakan gabungan dua buah kata yaitu hypnosis yang artinya mensugesti atau mengubah persepsi dan teaching yang berarti mengajar. Dapat diartikan hypnoteaching adalah metode mengajar dengan mengubah persepsi peserta didik terhadap proses belajar mengajar. Hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas (Nurcahyo, 2011). Selanjutnya, hypnoteaching menurut Hajar (2011) adalah penyajian materi pelajaran yang menggunakan bahasa-

4 bahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pengertian hypnoteaching, dapat disimpulkan bahwa hypnoteaching adalah cara mengajar yang unik, kreatif sekaligus imajinatif yang dapat membuat siswa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar, sejak pelajaran dimulai hingga pelajaran diakhiri yang dilakukan dengan menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh guru. A.3 Penerapan Hipnosis Dalam Mengajar (Hypnosis in Teaching) Menurut Hakim (2010), ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan guru untuk melakukan hypnoteaching, antara lain : 1. Relaksasi Setiap proses belajar mengajar dimulai dengan kesan pertama yang menyenangkan. Suasana santai dan menyegarkan membuat critical area siswa. Untuk menuju ke kondisi relaksasi murid menurut Hakim (2010), hal yang dapat dilakukan guru adalah : a. Suasana Kelas, artinya sebelum proses belajar mengajar dimulai guru telah mengarahkan murid-murid untuk mengatur ruangan kelas sedemikian rupa untuk mendukung suasana belajar mengajar yang baik. Hal ini mencakup

5 kebersihan kelas, susunan bangku, penerangan kelas dan faktor-faktor lain yang mendukung tercapainya suasana kelas yang kondusif. b. Penampilan Guru, penampilan seorang guru mewakili sikap, kepercayan diri, nilai, karakter dan kepribadiannya sebagai sosok yang paling berpengaruh didalam kelas. Penampilan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru dalam mengubah persepsi siswa dalam menilai proses belajar mengajar. Penampilan guru meliputi cara berpakaian, warna pakaian, aroma tubuh, hingga kerapian rambut guru. c. Kalimat Pembuka, seorang guru sebaiknya memilih dan menggunakan sebuah kalimat pembuka (termasuk soal cerita) yang dapat menenangkan murid, bukan memberikan sebuah ketegangan kepada murid 2. Mendapatkan Perhatian Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, seorang guru sudah harus membekali diri dengan menyiapkan sesuatu yang dapat ditampilkan didepan siswa sehingga siswa menjadi tertarik dan terfokus terhadap pelajaran, sehingga murid sejenak dapat melupakan hal-hal lain yang ada dipikirannya yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran yang akan dilaksanakan. Hal ini dapat berupa mengawali pelajaran dengan dengan doa, menyamakan gerakan maupun tampilan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa. 3. Membangun Tema

6 Tentukan sebuah tema yang menarik dalam setiap proses pembelajaran untuk menggugah semangat dan rasa ingin tahu siswa akan materi yang akan disampaikan. Tema ini dapat berupa frase maupun kalimat menarik yang merupakan pancingan kepada pikiran bawah sadar siswa untuk memasuki gelombang pikiran alpha. 4. Menampilkan Struktur dan Peraturan Saat akan memulai proses pembelajaran, guru memberikan peta pembelajaran secara general, kemudian secara detail. Tujuannya agar sebelum pelajaran dimulai, siswa sudah memiliki gambaran dipikirannya mengenai apa yang akan dipelajarinya. Peraturan serta sanksi terhadap pelanggarannya perlu diterapkan agar pikiran bawah sadar murid mampu melingkupi apa yang seharusnya menjadi fokus/pusat perhatiannya selama proses belajar mengajar. 5. Membangun Hubungan (Building Rapport) Seorang guru yang terlalu keras atau over discipline sering membuat kondisi murid tidak nyaman dalam proses belajar mengajar. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa gelombang pikiran murid sulit berpindah dari beta ke alpha. Membangun hubungan yang dimaksud disini dapat dilakukan dengan teknikteknik seperti breathing (menarik nafas bersama-sama), mirroring (menyamakan gerakan tubuh guru dan murid) maupun penggunaan bahasa-bahasa persuasif yang bersifat mengajak agar kata-kata yang disampaikan guru dapat langsung didengar oleh pikiran bawah sadar murid.

7 Selain itu, pelaksanaan hypnoteaching dalam proses pembelajaran di kelas dibuat semenarik mungkin tetapi tetap menjaga kualitas penyampaian materi pelajaran. Hakim (2010), menjelaskan ada 6 langkah hipnosis dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar dalam kelas yang dikenal dengan istilah M.A.S.T.E.R (Mind, Acquiring the fact, Search out meaning, Trigger the memory, Exhibit, Reflect). Langkah-langkah hypnoteaching di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Langkah 1: Mind (menciptakan ketenangan dalam berfikir) Guru memulai pelajaran dengan mempersiapkan segala hal yang mendukung proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar memperhatikan hal-hal yang mendukung agar materi dapat diterima dan bertahan lama di memori siswa yaitu dengan terciptanya ketenangan pikiran. Hal ini termasuk proses relaksasi, pengaturan suasana kelas hingga penampilan dan kalimat-kalimat yang digunakan oleh guru. Hal ini ditegaskan Hakim (2010) dengan 3 langkah membangun kedekatan antara guru dan murid yaitu; mirroring, eye contact, dan verbal agreement. 2. Langkah 2: Acquiring The Fact (memperoleh fakta) Guru menyampaikan materi pelajaran dengan semenarik mungkin. Siswa memerlukan contoh-contoh dan fakta dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menegaskan materi sehingga dapat bertahan lama di memori. Hal ini dapat

8 dioptimalkan dengan cara penjelasan materi yang disertai dengan contoh-contoh yang nyata, relevan dan dekat dengan kehidupan murid. 3. Langkah 3: Search Out The Meaning (menemukan arti yang sebenarnya) Guru memberikan analogi dan penjelasan yang realistis terhadap maksud dan tujuan dari setiap materi pelajaran. Dengan demikian pikiran siswa menerima dan memahami maksud dari setiap materi yang diterangkan. 4. Langkah 4: Trigger The Memory (memicu memori siswa) Guru membangkitkan membuka kesempatan tanya jawab dalam setiap submateri yang disampaikan. Cara penyampaian materi harus mampu membangkitkan rasa keingintahuan siswa dengan memicu keinginan mereka untuk bertanya. Hal ini dapat dilakukan dengan penyampaian materi dengan optimalisasi media p embelajaran yang menarik. Hal ini juga ditegaskan oleh Soelaiman, (1979) seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengorganisasikan proses mengajar, seperti membuat persiapan, memilih dan menggunakan metode, memilih dan menggunakan alat pengajaran serta menilai hasil belajar siswa. 5. Langkah 5: Exhibit (memeragakan) Pada langkah ini guru melakukan prakting langsung. Guru menunjuk siswa untuk memeragakan materi yang baru disampaikan atau dengan melatih soal-soal yang membantu siswa memahami dan mendalami materi. Sebuah ujian atau latihan

9 soal dapat mencerminkan keandalan siswa dalam memeragakan apa yang telah ia pelajari. 6. Langkah 6: Reflect (merefleksikan apa yang telah dipelajari) Guru menyimpulkan dan merefleksikan materi pelajaran yang baru diterangkan. Hal itu memudahkan siswa untuk mengingat dan memahami materi pelajaran yang baru ia peroleh. Menjalankan ke-enam langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran hynoteaching diatas akan memberikan dampak yang luar biasa dalam proses pembelajaran didalam kelas, karena kelas akan menjadi aktif dan menyenangkan. A.4 Kelebihan dan Kekurangan Hypnoteaching Menurut Hajar (2011), ada beberapa kelebihan dari hypnoteaching, yaitu: 1. Proses belajar mengajar lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara guru dan siswanya 2. Siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing 3. Proses pemberian keterampilan banyak diberikan dalam hypnoteaching 4. Proses pembelajaran dalam hypnoteaching lebih beragam 5. Siswa dapat dengan mudah menguasai materi karena lebih termotivasi untuk belajar

10 6. Pembelajaran bersifat aktif 7. Pemantauan terhadap siswa lebih intensif 8. Siswa lebih dapat berimajinasi dan berpikir kreatif 9. Siswa akan melakukan pembelajaran dengan senang hati 10. Daya serap lebih cepat dan bertahan lama karena siswa tidak menghafal pelajaran 11. Siswa akan berkonsentrasi penuh terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru Menurut Hajar (2011), ada beberapa kekurangan dari hypnoteaching, yaitu: 1. Belum banyak digunakan oleh pendidik di Indonesia, sehingga penggunaan metode ini justru dipandang aneh oleh sebagian kalangan 2. Perlu pembelajaran teknik hypnoteaching agar pendidik bisa melakukan dan menerapkan hypnoteaching di sekolah 3. Pendidik yang ingin mendapatkan kemampuan untuk menggunakan hypnoteaching membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk mengikuti pelatihan hypnoteaching 4. Banyak siswa yang masih terbiasa dengan metode pembelajaran lama yang cenderung pasif dan tidak menuntut keaktifan siswa B. Hasil Belajar B.1 Definisi Belajar

11 Cakupan jenis belajar meliputi hal-hal yang bersifat pengetahuan, keterampilan maupun belajar menyikapi nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui pergaulan. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto (2010), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pernyataan ini didukung oleh Lester dan Alice (Kunandar, 2007) bahwa belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Selanjutnya Djamarah (2006), mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku karena pengalaman dan latihan untuk mencapai tujuan instruksional khusus (TIK). Tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut kebiasaan, sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terjadi pada diri seseorang serta diperoleh dari pengalamannya melalui proses belajar yang

12 mengubahnya dari tidak tahu menjadi tahu dalam pencapaian tujuan instruksional khusus. B. 2 Definisi Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar bergantung kepada proses belajar yang dialami oleh siswa (Slameto, 2010). Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Sudjana (2005), menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Djamarah (2006) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilihat melalui daya serap siswa terhadap suatu materi. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar mengajar yang dilihat melalui daya serap siswa yaitu perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa terhadap materi tertentu yang telah diajarkan. B.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

13 Menurut Slameto (2010), faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu: 1. Faktor Intern A. Faktor Jasmaniah 1) Faktor Kesehatan Seseorang dapat belajar dengan baik dalam kondisi kesehatan yang baik. Proses belajar megajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. 2) Cacat Tubuh Keadaan cacat tubuh berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah. Siswa yang mengalami cact tubuh sebaiknya belajar pada lembaga pendidikan khusus dan dibantu dengan alat bantu untuk mengurangi pengaruh kecacatannya. B. Faktor Psikologis 1) Intelegensi Siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dalam belajar dibandingkan dengan siswa siswa dengan tingkat intelegensi rendah. 2) Perhatian Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan ajar. 3) Minat

14 Minat dan ketertarikan siswa akan mendorong siswa untuk belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh. 4) Bakat Bakat adalah kemampuan dalam belajar. Siswa yang memiliki bakat dalam belajar akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. 5) Motif Dalam proses belajar haruslah diperhatikan hal-hal yang dapat menjadi pendorong sehingga siswa lebih bersemangat dalam mencapai tujuan tertentu 6) Kematangan Kematangan merupakan fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat tubuhnya siap untuk melaksanakan kecakapan baru. 7) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk member respon atau bereaksi. C. Faktor Kelelahan Kelelahan dapat dibagi menjadi dua yaitu kelelahan fisik seperti tubuh yang lunglai dan kelelahan rohani seperti bosan dan lesu. 2. Faktor Ekstern A. Faktor Keluarga 1) Cara Orangtua Mendidik

15 Orangtua yang tidak memperhatikan pendidikan anak dapat membuat anak tidak berhasil dalam belajar. 2) Relasi Antar Anggota Keluarga Demi kelancaran belajar dan keberhasilan anak dalam belajar perlu diciptakan relasi yang baik dalam keluarga. 3) Suasana Rumah Anak dapat belajar dengan baik dalam keadaan suasana rumah yang kondusif dan tenang. 4) Keadaan Ekonomi Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, maka kebituhan pokok anak kurang terpenuhi dan akan mengganggu proses belajar anak. 5) Pengertian Orangtua Proses belajar anak membutuhkan pengertian orangtua untuk tidak mengganggu anak saat belajar dengan tugas-tugas rumah. 6) Latar Belakang Kebudayaan Tingkat pendidikan atau budaya dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. B. Faktor Sekolah 1) Metode Mengajar Metode mengajar ceramah membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat.

16 2) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. 3) Relasi Guru dengan Siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dan siswa. Oleh sebab itu relasi diantara keduanya harus terjalin dengan baik. 4) relasi Siswa dengan Siswa Relasi yang baik antarsiswa perlu agar memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa 5) Disiplin Sekolah Kedisiplinan sekolah berlaku untuk guru dalam mengajar dan siswa dalam mematuhi tata tertib sekolah. 6) Alat Pelajaran Alat yang digunakan guru saat mengajar akan meningkatkan kualitas bahan ajar yang akan berpengaruh positif terhadp hasil belajar siswa 7) Waktu Sekolah Waktu sekolah adalah waktu yang ditetapkan sekolah untuk kegiatan belajar baik pagi maupun siang. 8) Standar Pelajaran di atas Ukuran Pelajaran di atas ukuran standar akan membuat siswa merasa kurang mampu dan takut terhadap guru.

17 9) Keadaan Gedung Kelayakan gedung akan berpengaruh terhadap baik buruknya proses belajar mengajar di kelas. 10) Metode Belajar Metode belajar yang tepat akan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 11) Tugas Rumah Tugas rumah boleh saja diberikan tetapi tidak berlebihan sehingga siswa masih memliliki waktu untuk melakukan kegiatan yang lainnya. C. Faktor Masyarakat 1) Kegiatan Siswa dalam Bermasyarakat Perlu kiranya membatasi kegiatan siswa dalam bermasyarakat agar tidak mengganggu kegiatan belajarnya. 2) Mass Media Mass media seperti bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, komik, dan lain-lain perlu disaring untuk tidak mengganggu proses belajar anak. 3) Teman Bergaul Pengaruh dari teman bergaul biasanya lebih cepat masuk kedalam jiwanya, untuk itu sebaiknya pilihlah teman bergaul yang baik. 4) bentuk Kehidupan Masyarakat

18 Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, memiliki kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh buruj terhadap siswa. Selain itu, faktor lain juga dielaskan oleh Djamarah (2006) yang menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor dari luar individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Djamarah (2003) adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tercapainya tujuan sama halnya dengan keberhasilan pengajaran. 2. Guru Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu kepada siswa dengan kepribadian dan latar belakang masing-masing. Guru yang tidak berlatar belakang pendidikan keguruan akan banyak menemukan masalah di kelas. 3) Siswa Siswa adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang dilihat dari hasil kegiatan yaitu keberhasilan dalam belajar. 4) Kegiatan Pengajaran Kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Strategi penggunaan metode mengajar sangat menentukan kualitas hasil

19 belajar. Hasil belajar yang dihasilkan dengan metode ceramah tidak akan sama dengan hasil belajar yang dihasilkan dengan metode lainnya. 5) Bahan dan Alat Evaluasi Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh siswa guna kepentingan ulangan. 6) Suasana Evaluasi Selain faktor tujuan, guru, siswa, kegiatan pengajaran, serta bahan dan alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Factor ini meliputi sikap dan gerak-gerik siswa selama proses evaluasi berlangsung. Berdasarkan penjelasan dari kedua tokoh di atasa dapat diketahui bahwa ada banyak hal yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil belajar siswa bergantung pada faktor internal dan eksternal yaitu sekolah yang meliputi lingkungan belajar, guru, cara mengajar, metode pembeajaran, frekuensi pemberian tugas, suasana kelas, metode pembelajaran yang digunakan, dll. C. PROFIL SMP NEGERI 17 MEDN 1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 17 Medan SMP Negeri 17 Medan berdiri pada tahun 1977 yang beralamatkan di jalan kapt. M Jamil Lubis NO. 108 Medan. Sekolah yang berlokasi di kecamatan Medan Tembung ini sebelumnya bernama SMP Negeri 15 Medan. Setelah mengalami

20 perubahan pada seluruh sekolah yang ada di kecamatan Medan Tembung, SMP ini pun berubah menjadi SMP Negeri 17 Medan. Terdapat banyak ruangan di sekolah ini. Adapun ruang/kelas untuk keseluruhan siswa berjumlah 24 ruangan yang masing-masing terdiri dari delapan ruangan pada tiap tingkatan kelas. Kelas VII memiliki delapan ruangan, kelas VIII delapan ruangan, kelas IX delapan ruangan. Tidak hanya jumlah ruangan yang cukup banyak, sekolah ini juga diisi dengan berbagai fasilitas seperti perpustakaan, laboratorium komputer, musholla, kantin, dan terdapat pula tiga toilet. SMP Negeri 17 Medan memiliki siswa yang berjumlah lebih kurang 900 siswa dan memiliki tenaga pengajar sebanyak lebih kurang 50 orang. 2. Tujuan SMP Negeri 17 Medan 1. Output mampu bersaing secara Nasional dengan dapat memperoleh nilai kelulusan 7,50 2. Terlaksananya program dan KBM yang bermutu 3. Terciptanya lingkungan sekolah yang ABRI (Asri, Bersih, Rindang, dan Indah) dan LINDAWATI (Lingkungan, Indah, Menawan Hati) 4. Terlayani siswa/siswi yang mengalami masalah dalam belajar 5. Menjadikan anak berperilaku sopan santun, jujur dalam bertindak serta berakhlak mulia 6. Terjalinya rasa Asah, Asih dan Asuh diantara warga sekolah

21 7. Siswa/siswi dapat unggul dalam bidang-bidang tertentu misalnya, Olimpiade Sains, Porseni, Lomba mata pelajaran, O2SN, ketermpilan. 8. Timbulnya minat baca dan kreatifitas siswa/siswi membbuat karya tulis. 9. Tercerminya pengalaman siswa terhadap ajaran Agama yang dianutnya dalam tindakanya sehari-hari. 10. Terciptanya kinerja yang optimal dan keharmonisan antara warga sekolah 11. Lulusan 5 Tahun Terakhir mampu berkompetisi dengan sekolah lain ke sekolah favorit 12. Minat dan Daya Tampung Calon Siswa 5 Tahun terakhir semakin meningkat ke SMP Negeri 17 Medan 3. VISI - Unggul dalam prestasi, disiplin, budaya bersih, berbudi luhur - Berkompetensi sesuai IPTEK untuk menghadapi Era Globalisasi yang dilandasi IMTAQ 4. MISI 1. Melaksasnakan pembelajaran yang bermutu 2. Memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien 3. Membudayakan peduli bersih dalam diri pribadi dan lingkungan 4. Memberdayakan peran BK (Bimbingan dan Konseling)

22 5. Meningkatkan pembinaan nilai-nilai budi pekerti 6. Merevitalisasi nilai-nilai pedagogis di lingkungan sekolah 7. Mengaktifkan kegiatan pengembangan diri (ekstrakulikuler) yang relevan dengan kurikulum 8. Menumbuhkembangkan minat baca dan tulis 9. Menumbuhkembangkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut agar senantiasa arif dalam bertindak 10. Menumbuhkembangkan kerjasama dan sama-sam bekerja secara aktif yang melibatkan semua warga sekolah 11. Menumbuhekembangkan rasa kekeluargaan sesama warga sekolah 12. Mengembangkan kebiasaan berkomunikasi dalam bahasa inggris 13. Melaksanakan dan mengembangkan Teknologi Infomasi dan Komunikasi D. DINAMIKA HUBUNGAN HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu ada di setiap jenjang pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, bahkan sampai Perguruan tinggi. Selain itu, bahasa Indonesia merupakan satu mata pelajaran yang wajib dan menjadi syarat penentu siswa untuk lulus Ujian Nasional. Untuk tingkat SMP, nilai UAN bahasa Indonesia masih tergolong rendah.

23 Sesuai dengan data yang didapat peneliti pada SMPN 17 Medan bahwa hasil ulangan semester mata pelajaran bahasa Indonesia masih lebih rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran bahasa Inggris dan matematika. Hasil wawancara dengan salah satu guru bahasa Indonesia dan siswa menunjukkan bahwa rendahnya nilai bahasa Indonesia dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan guru di sekolah pada proses pembelajaran. Adapun metode yang digunakan guru pada saat mengajar adalah metode ceramah. Konsentrasi siswa akan menurun dengan cepat setelah ia mendengarkan ceramah lebih dari dua puluh menit secara terus menerus (Budiarjo, 1997). Dengan menurunnya konsentrasi siswa saat belajar akan menurunkan daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan (Suryosubroto, 2002). Pembelajaran dengan metode ceramah secara terus menerus dan tidak kreatif akan membuat siswa menjadi pasif (Taniredja,2011). Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran yang digunakan (Slameto, 2010). Metode pembelajaran yang efektif dan aktif akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, sebaliknya jika metode yang digunakan adalah metode yang tidak menuntut siswa untuk aktif dan kreatif maka sesuai dengan hasil wawancra akan didapat hasil belajar yang tidak memuaskan. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di SMP 17 Medan menunjukkan bahwa nilai bahasa Indonesia masih tergolong rendah terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar. Metode yang mampu

24 meningkatkan motivasi serta membuat siswa menjadi aktif dalam proses belajar adalah dengan metode hypnoteaching (Hajar, 2011). Beberapa penelitian sebelumnya telah melihat efektifitas dari hypnoteaching. Untuk kota Medan, ada beberapa peneliti yang telah melihat efektifitas dari hypnoteaching terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu mahasiswa Universitas Negeri Medan, Siahaan (2010) telah melihat pengaruh dari metode hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan pada siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan pada mata pelajaran kewirausahaan. Selain itu, Yanti (2011) mahasiswa Universitas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan dengan judul Upaya Peningkatan Efektifitas Proses Belajar Mengajar Matematika Melalui Teknik Hypnoteaching pada materi Statistika di Kelas XI IPA SMA Swasta Prima Kecamatan Percut Sei Tuan telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Penelitian oleh Tamam (2010), seorang mahasiswa pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel telah membuktikan adanya implementasi metode mengajar hipnosis (hypnoteaching) untuk proses pembelajaran Fiqih di SMP Darrul Muttaqien Surabaya. Selanjutnya Agus (2011), mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra telah melihat adanya pengaruh penggunaan metode hypnosis learning with

25 music pada pembelajaran menulis puisi (eksperimen kuasi terhadap kelas VIII SMP Negeri 40 Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian terbaru juga berhasil membuktikan efektifitas hypnoteaching. Penelitian oleh seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indoneisa yaitu Edistria (2012) yang membuktikan adanya pengaruh penerapan hypnoteaching dalam problem-based-learing (pembelajaran berbasis masalah) terhadap kemampuan komunikasi dan berfikir kreatif matematis siswa SMP Negeri 5 Bandung. Hal yang sama juga dapat dilihat pada Universitas yang sma yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nabilah (2012) seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa MTs Nurul Huda Cikole, Lembang pada mata pelajaran TIK (Teknik Informatika dan Komputer). Dengan demikian salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan adalah dengan mengubah metode pembelajaran yang digunakan menjadi metode pembelajaran baru yang lebih meningkatkan keaktifan dan daya serap siswa yaitu dengan metode hypnoteaching. E. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori a. Pengeian Hypnoteaching Hypnoteaching merupakan perpaduan dua kata hypnosis yang berarti mensugesti dan teaching yang berarti mengajar. Kata hypnosis pertama kali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi merupakan era perubahan dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya pada globalisasi pasar bebas di lingkungan negara-negara ASEAN, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan memiliki tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan Millenium Development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah mempercepat pencanangan Millenium Development Goals, yang semula dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi 2015. Millenium Development Goals

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan adalah suatu proses yang ditempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa secara optimal baik pada aspek kognitif, efektif maupun

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa secara optimal baik pada aspek kognitif, efektif maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru dipandang sebagai komponen yang penting di dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian lebih. Matematika menurut sebagian besar anak di Indonesia adalah pelajaran yang terkesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya manusia untuk meningkatkan kemampuan ilmu pengetahuan agar tidak ketinggalan. Kemajaun teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUA N. pernah tuntas dimanapun, termasuk di Negara yang sudah maju sekalipun.

BAB I PENDAHULUA N. pernah tuntas dimanapun, termasuk di Negara yang sudah maju sekalipun. BAB I PENDAHULUA N 1.1 Latar Belakang Penelitian Kualitas dan kuantitas pendidikan sampai saat ini masih tetap merupakan suatu masalah yang paling menonjol dalam setiap usaha pembaharuan sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia. Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini yang saling berinteraksi, siswalah yang lebih aktif bukan guru. Seperti yang. sentral pembelajaran (Fathurrohman, 2010: 14).

BAB I PENDAHULUAN. ini yang saling berinteraksi, siswalah yang lebih aktif bukan guru. Seperti yang. sentral pembelajaran (Fathurrohman, 2010: 14). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan di berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan, maju mundurnya kualitas manusia dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Adapun tujuan pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menyebutkan matematika

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN PADA SMK NEGERI DI BANDUNG

2015 PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN PADA SMK NEGERI DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ualitas suatu negara dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Mulai dari kalangan bawah, menengah, sampai kalangan atas, memiliki hak yang sama untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menghadapkan kita pada tuntutan akan pentingnya suatu kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi pendidikan yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Manusia memerlukan pendidikan untuk menjadi manusia seutuhnya. Di indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu pembelajaran penting yang diajarkan di sekolah dasar, karena pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak perubahan di seluruh aspek kehidupan manusia. Pada masa sekarang ini sangat dibutuhkan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu usaha yang strategis dalam rangka mempersiapkan warga negara dalam menghadapi masa depan diri sendiri dan bangsanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force

BAB I PENDAHULUAN. Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Oleh karena itu, minat mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, I. PENDAHULUAN Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Hal lain yang perlu dibahas pada bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang melakukannya. Perubahan tidak hanya mengenai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Keaktifan Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 12) berarti giat (bekerja atau berusaha),

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Keaktifan Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 12) berarti giat (bekerja atau berusaha), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Keaktifan Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 12) berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau dimana

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar, prestasi berarti hasil

II. KAJIAN PUSTAKA. Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar, prestasi berarti hasil 7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar, prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari yang dilakukan, dikerjakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan bangsa dan negara. Agar keberlangsungan bangsa dan negara dapat tercapai, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan beberapa hal sebagai pendahuluan penelitian, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, definisi istilah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala sesuatu untuk meraih kesuksesan memerlukan proses dan proses yang terjadi disebut proses belajar (Slameto 2010: 1). Menurut Mahmud (2010: 61), belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini zaman semakin berkembang pesat, hal ini ditandai dengan adanya globalisasi. Globalisasi berarti tiap negara bebas untuk mengembangkan usaha di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa siswa sebagian besar tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas 1 I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Sekolah Pada sub bab ini akan membahas mengenai sejarah sekolah, visi, misi, tujuan, struktur organisasi, dan tugas-tugas wewenang. 3.1.1 Sejarah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang secara langsung maupun tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan terus menerus di Negara Indonesia secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan Sumber Daya Manusia terdidik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperolehnya. Pencapaian prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN. diperolehnya. Pencapaian prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai macam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keaktifan belajar pada hakekatnya merupakan pencerminan dari usaha belajar. Semakin baik usaha belajar seorang siswa, semakin baik pula prestasi belajar yang diperolehnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

WAHYU INDRIANI PUTRI A.

WAHYU INDRIANI PUTRI A. PENGARUH KEPEMILIKAN BUKU PELAJARAN DAN RUANG BELAJAR DI RUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Usulan Penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Matematika Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya (Karso: 1998, 1.6).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan individu yang cerdas, sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan individu yang cerdas, sehat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan individu yang cerdas, sehat dan berakhlak mulia, karena pada dasarnya dengan pendidikan individu akan mengenal dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian keseluruhan dalam pembangunan. Perkembangan dan meningkatnya kemampuan siswa selalu muncul bersamaan dengan situasi dan kondisi lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan melalui pendidikan sekolah. Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak lahir manusia mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Belajar merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara, karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena manusia tidak terlepas dari berkomunikasi, Fungsi utama bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki tugas menciptakan kesempatan yang luas kepada setiap siswa untuk mengembangkan dirinya secara optimal, sesuai potensi yang dimiliki dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas seseorang. Semakin baik hasil belajar matematika yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. kualitas seseorang. Semakin baik hasil belajar matematika yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil Belajar matematika memiliki peran yang sangat penting terhadap kehidupan. Penerapan matematika dalam kehidupan sangatlah luas, sehingga hasil belajar matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini, diantaranya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan suatu langkah yang sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini, diantaranya dengan meningkatkan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di jaman sekarang semakin berkembang karena dengan adanya perubahan kurikulum yang semakin pesat. Model pembelajaran yang dipakai pun bermacam-macam.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar 1 I. PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar belakang belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini, menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini, menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada cara globalisasi seperti ini, menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Sudjana (2004) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang memiliki standar mutu profesional tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Karena pendidkan merupakan saran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan antarnegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di

BAB I PENDAHULUAN. yang menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin pesat yang menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di berbagai bidang khususnya

Lebih terperinci