BAB IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. dan yang mempunyai hubungan paling kuat adalah keterampilan (pearson

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. dan yang mempunyai hubungan paling kuat adalah keterampilan (pearson"

Transkripsi

1 BAB IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 9.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ethos kerja penyuluh pertanian yang awalnya diduga terdiri dari 11 variabel bebas, hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa yang berpengaruh nyata hanya 8 variabel bebas, yaitu tingkat pendidikan, masa kerja, keterampilan, jumlah tanggungan keluarga, orientasi nilai budaya, progresifitas petani, pelatihan dan gaji/pendapatan, yang secara bersamasama mempengaruhi ethos kerja sebesar 48,6%, artinya ethos kerja penyuluh pertanian dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, yaitu sebesar 51,4%. Faktor yang dominan mempengaruhi ethos kerja penyuluh pertanian dalam penelitian ini adalah faktor internal, dan yang mempunyai hubungan paling kuat adalah keterampilan (pearson correlation 0,583). Terdapat temuan yang menarik tentang faktor yang berpengaruhi terhadap ethos kerja penyuluh pertanian, yaitu gaji/pendapatan yang diperoleh penyuluh berpengaruh negatif terhadap ethos kerja. Penyuluh pertanian PNS dengan masa kerja cenderung lama gaji/pendapatan yang diperoleh per bulan dari pemerintah relatif besar/tinggi tetapi ethos kerjanya menurun, karena tinggi rendahnya ethos kerja tidak berpengaruh 308

2 309 lagi terhadap status jabatan serta gaji/pendapatan yang diterima per bulan dari pemerintah. Penyuluh pertanian THL-TBPP dengan masa kerja cenderung baru gaji/pendapatan yang diperoleh per bulan dari pemerintah relatif kecil (berdasarkan kontrak) tetapi ethos kerjanya tinggi, karena berkeinginan untuk diangkat menjadi PNS Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian yang awalnya diduga terdiri dari 12 variabel bebas, hasil analisis menunjukkan bahwa yang berpengaruh nyata hanya 5 variabel bebas, yaitu ethos kerja penyuluh pertanian, masa kerja, keterampilan, orientasi nilai budaya, progresifitas petani, yang secara bersama-sama mempengaruhi kinerja sebesar 71,1%, artinya kinerja penyuluh pertanian dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, yaitu sebesar 28,9%. Faktor yang dominan mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian adalah faktor internal, dan yang mempunyai hubungan paling kuat adalah keterampilan (pearson correlation 0,679). Terdapat juga temuan yang menarik faktor yang berpengaruhi terhadap kinerja penyuluh pertanian, yaitu masa kerja penyuluh berpengaruh negatif terhadap kinerja. Penyuluh pertanian PNS cenderung masa kerjanya lama tetapi kinerjanya cenderung menurun karena sudah mencapai puncaknnya, usia semakin tua dan mendekati masa pensiun, merasa jenuh; disamping itu reward/penghargaan dari pemerintah terhadap penyuluh pertanian atas keberhasilan dalam melaksanakan tugasnya sangat

3 310 rendah. Penyuluh pertanian THL-TBPP cenderung masa kerjanya baru tetapi kinerjanya tinggi karena memiliki harapan diangkat menjadi PNS Berdasarkan hasil analisis penelitian diketahui (1) terdapat tiga faktor yang sama berpengaruh positif terhadap ethos kerja maupun kinerja penyuluh pertanian. Ketiga faktor tersebut adalah keterampilan, orientasi nilai budaya, dan progresifitas petani; (2) faktor internal masih menjadi pendorong utama dalam memacu ethos kerja dan kinerja penyuluh pertanian; (3) faktor yang memiliki hubungan paling kuat dengan ethos kerja dan kinerja adalah keterampilan Ethos kerja berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian sebab (1) ethos kerja terkait dengan kepribadian, (2) ethos kerja berhubungan erat dengan sistem nilai yang diyakini kebenarannya oleh penyuluh pertanian yang dijadikan dasar bagi setiap tindakan yang dilakukan. Pengaruh ethos kerja terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Klaten dalam hubungan yang positif. Secara khusus, ethos kerja berpengaruh nyata terhadap kinerja penyuluh pertanian, artinya semakin tinggi ethos kerja penyuluh maka akan meningkatkan kinerja penyuluh. Ethos kerja sebagai variabel bebas memiliki kontribusi/ sumbangan terhadap kinerja sebagai variabel terikat belum dalam tingkat persentase yang optimal, yaitu hanya 0,494 (49,4 %), artinya kinerja penyuluh pertanian sebagian besar dipengaruhi oleh variabel di luar ethos

4 311 kerja, yaitu 50,6%. Oleh karena itu masih banyak variabel-variabel lain di luar ethos kerja yang perlu diperhatikan apabila ingin kinerja penyuluh pertanian semakin baik. Ethos kerja penyuluh pertanian di Kabupaten Klaten sebagian besar berorientasi sosial-religius. Makna berorientasi sosial-religius: sebagian besar penyuluh pertanian memaknai bahwa bekerja dalam profesinya merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa; bekerja dalam profesinya merupakan bentuk ibadah dan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa; bekerja bukan semata-mata untuk kepentingan pribadiindividu tetapi juga harus bermanfaat pada orang lain (masyarakat sasaran/petani dan keluarganya); bekerja senantiasa menjalin hubungan yang lebih akrap dan kerjasama dengan masyarakat sasaran/petani; bekerja yang realistis/demokratis, yaitu: menghargai pendapat petani; mengajak dan membiasakan petani (masyarakat sasaran) untuk berpikir rasional dan kreatif dalam bertani; bekerja untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat secara keseluruhan Implikasi Keilmuan Temuan Baru yang Diperoleh Dalam Penelitian Dilihat dari dimensi sosiologis dan filosofis Secara sosiologis dan filosofis ethos kerja merupakan roh yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan seseorang ataupun masyarakat dalam kinerjanya,

5 312 demikian halnya terhadap profesi penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas dan peranannya. Berdasarkan hasil analisis penelitian dan kesimpulan di atas, menggambarkan bahwa sumber utama ethos kerja penyuluh pertanian tidak hanya berasal dari satu nilai saja, akan tetapi berasal dari beberapa nilai, yaitu nilai religius, nilai budaya maupun ideologi. Ethos kerja penyuluh pertanian di Kabupaten Klaten sebagian besar berorientasi sosial-religius. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan dengan falsafah hidup (teori ethos kerja) Max Weber yang lebih menekankan tata hubungan antara aktivitas religius dan ekonomi (lebih berorientasi pada religius yang ber-spirit of capitasm) bersifat individualistis sebagaimana diungkapkan dalam bukunya The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism. Oleh karena itu, falsafah hidup (ethos kerja) Max Weber meskipun memiliki kesamaaan, yaitu berorientasi relegius tidak sepenuhnya berlaku pada diri penyuluh pertanian di Kabupaten Klaten karena memiliki muatan yang berbeda (secara khusus yang berkaitan dengan sifat individualistisnya). Asumsi dasar yang peneliti gunakan menyatakan pernyataan di atas, berdasarkan indikator jawaban atau pernyataan penyuluh pertanian yang dihimpun dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Indikator yang berhubungan dengan kondisi objektif ethos kerja penyuluh pertanian sebagaimana dikemukakan dalam kesimpulan sebagian besar termasuk dalam kategori tinggi. Tiga komponen (keyakinan diri, motivasi kerja, sikap moral terhadap profesi) yang

6 313 digunakan dasar mengukur ethos kerja memperlihatkan bahwa indikator keyakinan diri penyuluh pertanian yang tertinggi adalah keyakinan sebagai komunikator. Indikator motivasi kerja penyuluh pertanian (berdasarkan teori motivasi Alderfer) yang tertinggi pada existense. Indikator yang tinggi dalam motivasi kerja adalah berkeinginan menjalankan amanah profesi yang diterima dengan penuh tanggung jawab, berkeinginan mempunyai hubungan yang lebih akrab dengan masyarakat petani, dan berkeinginan melaksanakan ibadah sebagai ungkapan rasa syukur karena profesi yang dimiliki adalah rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Indikator sikap moral terhadap profesi penyuluh pertanian yang tertinggi pada aspek kognitif. Indikator yang tinggi dalam sikap moral terhadap profesi adalah dapat bermanfaat bagi kehidupan orang lain/para petani dan keluarganya, senang bekerja sebagai penyuluh pertanian karena dapat berbagi pengalaman dengan petani, akan membantu petani dengan sekuat tenaga dalam meningkatkan usahataninya. 2. Indikator yang tercermin dalam persepsinya tentang orientasi nilai budaya. Dalam orientasi tentang hidup, indikator tertinggi pada konsepsi bahwa sebagian besar penyuluh pertanian menyatakan bahagia dalam hidup ini karena hidup ini bermakna dan menyenangkan. Dalam orientasi tentang karya/kerja, indikator tertinggi pada konsepsi bekerja tidak sekedar bekerja tetapi harus mementingkan kualitas dan kreatif;

7 314 sedang dalam orientasi tentang hubungan manusia dengan sesama manusia, indikator tertinggi pada konsepsi ketika bekerja menghadapi masalah pemecahannya diselesaikan dengan masyarakat Dilihat dari dimensi motivasi dalam ethos kerja Berdasarkan hasil analisis penelitian dan kesimpulan di atas, menggambarkan bahwa gaji/pendapatan penyuluh pertanian berpengaruh negatif terhadap ethos kerjanya, semakin kecil atau sedikit gaji/pendapatan penyuluh semakin meningkat ethos kerjanya dan sebaliknya. Penyuluh pertanian yang berstatus PNS yang cenderung masa kerjanya lama dan gajinya relatif besar tetapi ethos kerjanya cenderung menurun karena tinggi rendahnya ethos kerja tidak berpengaruh terhadap jabatan dan besarnya gaji lagi, dan penyuluh pertanian THL-TBPP (tenaga kontrakan) yang masa kerjanya baru dan gajinya kecil tetapi ethos kerjanya tinggi karena memiliki harapan diangkat menjadi PNS (pegawai tetap). Artinya, motivasi utama bagi keberadaan penyuluh pertanian dalam semangat kerja terkait dengan kondisi, keinginan, dan harapan yang ada pada penyuluh pertanian di balik angka-angka gaji. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan dengan teori motivasi dalam pemenuhan kebutuhan yang dikemukakan Maslow terutama penyuluh pertanian yang berstatus THL-TBPP. Maslow membedakan kebutuhan secara heirarki menjadi 5 tingkatan, yaitu: kebutuhan fisiologi, keamanan (rasa aman), sosial (afiliasi), esteem (penghargaan), aktualisasi diri. Perbedaan yang ada, bahwa motivasi penyuluh pertanian di Kabupaten Klaten dalam memenuhi kebutuhan tidak secara heirarki, tetapi

8 315 sebagaimana teori motivasi dalam pemenuhan kebutuhan yang dikemukakan Alderfer. Alderfer membedakan kebutuhan menjadi tiga, yaitu: Existence atau keberadaan senada dengan kombinasi pemenuhan kebutuhan fisiologi dan keamanan; Relatedness atau hubungan senada dengan kombinasi pemenuhan kebutuhan afiliasi dan esteem; Growth atau perkembangan senada dengan pemenuhan kebutuhan aktualisasi. Cara pemenuhan kebutuhan tersebut tidak secara heirarki Dilihat dari dimensi kinerja (tingkat kemampuan dan keberhasilan penyuluh pertanian) Berdasarkan hasil analisis penelitian dan kesimpulan di atas, memperlihatkan bahwa masa kerja penyuluh pertanian berpengaruh negatip terhadap kinerjanya, semakin lama masa kerja penyuluh semakin menurun kinerjanya dan sebaliknya. Penyuluh pertanian yang berstatus PNS cenderung masa kerjanya lama tetapi kinerjanya menurun karena semakin tua, sudah mencapai puncaknya dan mendekati masa pensiun sehingga tinggi rendahnya kinerja dirasa sudah tidak berpengaruh terhadap status jabatan serta implikasi yang diperoleh, dan penyuluh pertanian THL-TBPP (tenaga kontrakan) cenderung masa kerja baru tetapi kinerjanya tinggi karena memiliki harapan diangkat menjadi PNS (pegawai tetap). Artinya, lamanya masa kerja penyuluh pertanian tidak mesti menunjang semakin meningkat kinerjanya tetapi tergantung kondisi, keinginan, semangat kerja, dan harapan yang ada pada penyuluh pertanian. Di samping itu, lamanya masa kerja penyuluh tidak menunjang

9 316 semakin meningkatkan kinerjanya, dimungkinkan karena reward/penghargaan terhadap penyuluh pertanian ketika melaksanakan tugas dan perannya dalam kategori rendah 96,4% (lihat Tabel 5.37.). Meskipun sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa reward/penghargaan bukan merupakan motivasi utama dalam bekerja para penyuluh pertanian. Hal ini seirama dengan dimensi motivasi dalam ethos kerjanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa lamanya masa kerja penyuluh pertanian memberi banyak pengalaman dan pengetahuan tentang latar belakang dan keadaan masyarakat sasaran, pengetahuan tentang segala sesuatu yang seringkali menyebabkan warga masyarakat suka atau tidak menghendaki terjadinya perubahan Penguatan Terhadap Teori yang Telah Ada Dilihat dari dimensi psikologi sosial Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, menggambarkan bahwa perilaku (kinerja) penyuluh pertanian dipengaruhi oleh faktor internal (personality penyuluh : ethos kerjanya, keterampilan, dan orientasi nilai budaya) dan faktor eksternal (progresifitas petani). Jika dilihat dari dimensi ilmu psikologi sosial (ilmu yang mengkaji/mempelajari tentang perilaku manusia) maka dari berbagai teori perilaku manusia (misal: psiko analisis dari Sigmund Freud, environmentalis dari Watson, teori belajar sosial dari Albert Bandura, teori lapangan dari Kurt Lewin), teori lapangan (field theory) Kurt Lewin yang cocok berlaku pada diri penyuluh pertanian di Kabupaten Klaten. Kurt Lewin dalam teorinya mengatakan,

10 317 bahwa perilaku (behavior) manusia dipengaruhi oleh kepribadian (personality) dan lingkungan (environment). Dalam hal ini, yang termasuk kategori personality atau faktor internal penyuluh pertanian meliputi: persepsi, keyakinan diri, sikap, motivasi berhubungan dengan keterampilan, ethos kerja dan orientasi nilai budaya; sedangkan yang termasuk environment atau faktor eksternal penyuluh pertanian dalam hal ini: progresifitas petani. Berdasarkan hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa teori harapan Victor H. Vroom berlangsung pada ethos kerja dan kinerja penyuluh pertanian, utamanya penyuluh pertanian yang berstatus THL-TBPP. Teori harapan Victor H. Vroom mengatakan bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong berupaya untuk memperoleh hal yang diinginkan tinggi. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang berhubungan antara ethos kerja dan gaji/pendapatan yang diperoleh penyuluh pertanian maupun yang berhubungan antara kinerja dan masa kerja penyuluh pertanian (yang berstatus THL-TBPP) Dilihat dari dimensi penyuluhan dan komunikasi pembangunan Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap ethos kerja dan kinerja penyuluh pertanian serta kondisi objektif yang ada, jika dilihat dari dimensi ilmu penyuluhan dan komunikasi pembangunan (ilmu yang mengkaji tentang proses perubahan perilaku sasaran penyuluhan, bagaimana sasaran

11 318 penyuluhan berperilaku sebagaimana yang diharapkan oleh penyuluh untuk mencapai tujuan) maka pemikiran Ray (1998) tentang fungsi penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian dengan pendidikan membuat perubahan pada petani meliputi perubahan: pengetahuan, keterampilan, sikap, pemahaman, sasaran/tujuan, tindakan dan kepercayaan diri; langkah-langkah pelaksanaan proses pendidikan penyuluhan yang harus dilakukan para penyuluh pertanian; dan keahlian-keahlian yang harus dimiliki penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugasnya, meliputi: (1) keahlian teknis, (2) keahlian ekonomi, (3) keahlian keilmuan, (4) keahlian jabatan, (5) keahlian komunikasi, (6) keahlian sosial, dapat dilakukan oleh penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugasnya di Kabupaten Klaten. Asumsi dasar yang peneliti gunakan menyatakan pernyataan di atas yaitu : (1) penyuluh memiliki kemampuan berkomunikasi terungkap dalam hasil penelitian pada motivasi kerja memperlihatkan bahwa penyuluh pertanian dalam hal ini termasuk kategori baik/tinggi; (2) sikap penyuluh yang menghayati dan bangga terhadap profesinya, menyukai dan mencintai masyarakat sasarannya hasil penelitian yang terungkap pada sikap moral terhadap profesi memperlihatkan bahwa penyuluh pertanian juga termasuk kategori baik/tinggi; (3) kemampuan pengetahuan penyuluh hasil penelitian yang terungkap pada rerata tingkat pendidikan penyuluh pertanian dan keterampilan penyuluh pertanian juga termasuk kategori tinggi.

12 Implikasi Kebijakan Untuk mengoptimalkan ethos kerja penyuluh pertanian dalam mengemban fungsi dan peranannya, utamanya yang berkaitan dengan keyakinan diri dan sikap moral terhadap profesi diperlukan langkah-langkah operasional yang dipandang relevan dalam pembinaan penyuluh, antara lain: (1) memberikan kesempatan kepada penyuluh untuk meningkatkan kemampuannya melalui pendidikan formal (studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi) maupun pendidikan non-formal (workshop, seminar, studi banding, pelatihanpelatihan, dan lain-lain) serta meningkat ketrampilan penyuluh pertanian utamanya yang berkaitan dengan: penguasaan materi, penggunaan bahasa dan penggunaan metode beserta konsekuensi logisnya; (2) memotivasi penyuluh dengan cara menumbuhkan kebanggaan terhadap pribadinya dan lembaga penyuluhan, bahwa tugas yang diembannya sangat penting dan dibutuhkan petani serta memberikan manfaat bagi orang lain; (3) peningkatan reward fungsional penyuluh pertanian sebagai bentuk insentif pendorong semangat kerja Untuk mengoptimalkan kinerja penyuluh pertanian dalam melaksanakan fungsi dan peranan pengembangan dan peningkatan usahatani (tanaman pangan padi), utamanya yang berkaitan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan program dan tingkat kualitas hasil yang dicapai sesuai dengan harapan diperlukan langkah yang dipandang relevan dalam pembinaan penyuluh di samping memberikan kesempatan kepada penyuluh untuk meningkatkan kemampuannya melalui pendidikan, dengan cara pemerintah

13 320 (daerah) dan instasi terkait meningkatkan keterampilan penyuluh pertanian, yaitu: secara kontinyu memberikan training/kepelatihan secara periodik utamanya yang berkaitan dengan penguasaan ala-alat pertanian dan terampil mengoperasikan alat-alat pertanian, meningkatkan fasilitas-fasilitas yang upto date dengan memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi di lapangan Perlu adanya peningkatan orientasi nilai budaya penyuluh pertanian dengan cara meningkatkan pemberian berbagai kepelatihan yang tidak hanya menyangkut hal-hal yang berhubungan pengetahuan pertanian, tetapi juga hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian dan wawasan nasional. Oleh karena orientasi nilai budaya berhubungan dengan falsafah hidup yang sangat mempengaruhi pola pikir para penyuluh dalam bekerja menjalankan tanggung jawabnya Perlu adanya peningkatan progresifitas atau partisipasi petani dalam pelaksanaan kegiatan usahatani tanaman pangan (padi), yaitu: dengan cara Pemerintah (daerah) dan instasi terkait dapat mengefektifkan Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan dalam hal fungsinya, sebagai pusat informasi dengan kegiatan penyuluhan dan kepelatihan kepada petani dan pengalokasian dana yang memadahi pada kegiatan tersebut; pelaksanaan kegiatan usahatani diperlukan langkah-langkah yang mampu meningkatkan rasa kebersamaan dan kekompakan yang melembaga diantara petani: (1) pertemuan antara petani dengan penyuluh dalam memfasilitasi kegiatan dan informasi yang diperlukan, (2) pemasyarakatan nilai-nilai budaya yang

14 321 bersifat gotong-royong dan saling membantu serta melembagakan dalam kehidupan bermasyarakat, (3) pembinaan yang intensif oleh jajaran penyuluh dan aparat desa untuk mendidik masyarakat tani selalu bekerja keras dalam berusahatani mewujudkan harapannya menjadi petani yang mampu mandiri, disegani oleh segenap lapisan masyarakat. Alhasil dapat mempengaruhi terhadap peningkatan kinerja penyuluh dan hasil yang diharapkan Banyak faktor atau variabel yang berpengaruh terhadap ethos kerja dan kinerja penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas dan peranannya pada masyarakat petani yang belum terungkap dalam penelitian ini, terutama faktor atau variabel di luar model. Oleh karena itu, tindak lanjut penelitian penyuluh pertanian sangat diperlukan untuk mengetahui faktorfakktor yang berpengaruh yang belum ditemukan dalam penelitian ini (misalnya: lingkungan kerja, lingkungan sosial-budaya masyarakat, kepemimpinan, kelembagaan, dan sebagainya ), terlebih lagi bahwa penyuluh pertanian merupakan SDM yang paling strategis menentukan keberhasilan pemacuan perkembangan pembangunan pertanian di antara SDM yang lain.

15 322

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan persepsi guru tentang efektivitas kepemimpinan

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N 1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap lembaga pemerintah didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagi Lembaga Pemerintah yang berorientasi sosial, tujuan utamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia agar supaya mampu bersaing di tengah kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya

Lebih terperinci

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6 SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA Week 6 Agama Islam menganggap etika sebagai cabang dari Iman, dan ini muncul dari pandangan dunia islam sebagai cara hidup manusia. Istilah etika yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

Definisi. Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Heidjachman dan Husnan, 2003:197)

Definisi. Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Heidjachman dan Husnan, 2003:197) Materi Motivasi Definisi Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Heidjachman dan Husnan, 2003:197) Dorongan yang timbul pada diri seseorang

Lebih terperinci

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MINAT MENJADI GURU DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TENTANG KARAKTERISTIK GURU DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI IPS SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA (TAHUN AJARAN 2009/2010) SKRIPSI Disusun oleh: DWI KUSTIANTI

Lebih terperinci

Konsep - Konsep Motivasi Dasar

Konsep - Konsep Motivasi Dasar Konsep - Konsep Motivasi Dasar 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. ORGANIZATIONAL BEHAVIOR S T E P H E N P. R O B B I N S E L E V E N T H E D I T I O N W W W. P R E N H A L L. C O M / R O B B

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah telah membawa perubahan pada sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan ini berdampak pada pembangunan. Kini pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Handoko, 2001:155). Masalah kompensasi merupakan fungsi manajemen

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. A. Kesimpulan. honorer sejarah di SMA se-kabupaten Bima yang ditunjukkan oleh uji korelasi yaitu: F

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. A. Kesimpulan. honorer sejarah di SMA se-kabupaten Bima yang ditunjukkan oleh uji korelasi yaitu: F BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Ada pengaruh yang signifikan antara profesionalisme guru (X 1 ) terhadap kinerja guru honorer sejarah di SMA se-kabupaten Bima yang ditunjukkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakan

Lebih terperinci

MOTIVASI. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Internal Kegiatan yang dapat diamati Kepuasan Eksternal. Motivasi. Hambatan pencapai Tujuan Mengurangi Tekanan

MOTIVASI. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Internal Kegiatan yang dapat diamati Kepuasan Eksternal. Motivasi. Hambatan pencapai Tujuan Mengurangi Tekanan Harrison Papande Siregar Tugas Resumé Mata Kuliah Perilaku Organisasi MOTIVASI Di dalam manajemen, kepemimpinan, atau perilaku organisasi, barangkali tidak ada isu paling terkenal selain motivasi. Hal

Lebih terperinci

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan MOTIVASI DEFINISI MOTIVASI Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang individu untuk mencapai suatu tujuan. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan INTENSITAS Berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. analisis data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. analisis data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarakan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian dan analisis data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Kinerja berasal dari pengertian performance. Performance adalah hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar 90 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar Guru Ekonomi Belum Melakukan PTK Penyebab sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eulis Karmila, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eulis Karmila, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, orientasi pendidikan mengalami pergeseran yang menempatkan pembangunan manusia seutuhnya melalui pendidikan dan latihan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era kompetitif, semua negara berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan

Lebih terperinci

Riset Per iila il k O u rgan isas

Riset Per iila il k O u rgan isas Riset Perilaku Organisasi i Perilaku organisasi merupakan telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana orang-orang bertindak dalam organisasi 3 unsur perilaku organisasi: Orang Struktur Teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kinerja penyuluh pertanian yang baik merupakan dambaan setiap stakeholder pertanian. Petani yang terbelenggu kemiskinan merupakan ciri bahwa penyuluhan pertanian masih perlu

Lebih terperinci

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber

Lebih terperinci

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI PERILAKU ORGANISASI TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI Manager yang berhasil adalah yang mampu menggerakkan bawahannya dengan menciptakan motivasi yang tepat bagi bawahannya PEMBAGIAN TEORI MOTIVASI TEORI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. Berdasarakan rumusan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. Berdasarakan rumusan 91 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Persyaratan analisis data telah terpenuhi, dengan demikian kesimpulan yang dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR. Motivasi Sumber Daya Manusia

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR. Motivasi Sumber Daya Manusia ORGANIZATIONAL BEHAVIOR Motivasi Sumber Daya Manusia Faktor Penentu Kinerja (Griffin) Motivasi (Motivation) Kemampuan (Ability) Lingkungan Pekerjaan (Work Environment) Pengertian Motivasi Motivation is

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian banyak sumber potensi yang mendukung keberhasilan organisasi, sumber daya manusia

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. minimal 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan/atau jenis tanaman

1.PENDAHULUAN. minimal 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan/atau jenis tanaman 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan/atau jenis tanaman lainnya lebih dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Setelah dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data hasil penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Setelah dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data hasil penelitian 165 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data hasil penelitian seperti yang disajikan pada Bab IV, dapat diperoleh fakta empirik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan

I. PENDAHULUAN. bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis dalam pembangunan bangsa. Berbagai kajian diberbagai negara menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingkat pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Identifikasi Masalah 1. Latar Belakang Dalam menghadapi perkembangan abad 21 semua organisasi dituntut untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam menjalankan roda aktivitasnya, suatu perusahaan maupun organisasi tidak lepas dari kebutuhan akan sumber daya. Sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan Pendidikan Nasional berfungsi sebagai upaya sistemik untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian Tugas pokok penyuluhan pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa untuk terus maju dan berkembang karena pendidikan merupakan wahana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan tatanan pendidikan yang mandiri dan berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi, manajemen sumber daya manusia memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi, manajemen sumber daya manusia memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Dalam sebuah organisasi, manajemen sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk mengelola, mengatur dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

Modul ke: MOTIVASI SUKSES. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Aldizar, LSQ, MA. Program Studi Akuntansi

Modul ke: MOTIVASI SUKSES. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Aldizar, LSQ, MA. Program Studi Akuntansi Modul ke: 12Fakultas Addys EKONOMI DAN BISNIS MOTIVASI SUKSES Aldizar, LSQ, MA Program Studi Akuntansi Pengertian Motivasi Motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan orang melakukan sesuatu atau dorongan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Motivasi Kerja Motivasi adalah proses seseorang untuk mendorong mereka melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Sedangkan motivasi kerja adalah keinginan yang timbul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah mengadakan perubahan besar pada kebijakan pada sektor pendidikan dalam berbagai aspek,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1.1 Kesimpulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1.1 Kesimpulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan, 96 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan, pelatihan kerja, dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan pada Departemen Tehnik PT.Printech

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan maka diperoleh simpulan sebagai berikut: Komitmen Afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa mayoritas tergolong

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar sanggup bertahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menyebutkan bahwa penyuluhan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberi dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan dapat ditarik disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa persepsi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara stres kerja dengan kinerja dan motivasi kerja dengan kinerja kerja petugas pemasyarakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil bercocok tanam atau

Lebih terperinci

MEMBANGUN INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN YANG MANDIRI 1 Dr.Ravik Karsidi, MS. 2

MEMBANGUN INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN YANG MANDIRI 1 Dr.Ravik Karsidi, MS. 2 MEMBANGUN INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN YANG MANDIRI 1 Dr.Ravik Karsidi, MS. 2 Tulisan ini bermaksud memahami pentingnya institusi masyarakat pedesaan terutama kelompok dan organisasi masyarakat sebagai

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENYULUHAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) TERHADAP SIKAP PENERIMAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

2015 PENGARUH PENYULUHAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) TERHADAP SIKAP PENERIMAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang diselenggarakan secara sistematis serta bertujuan untuk menghimbau masyarakat agar senantiasa mau,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 111 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan dari data dan fakta yang ada, dan memberikan saran sebagai pertimbangan dan masukan kepada pihak-pihak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 79 BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kompetensi manajerial kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman manusia seacara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu kegairahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang paling mendasar bagi semua orang, terlebih pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang paling mendasar bagi semua orang, terlebih pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi hal yang paling mendasar bagi semua orang, terlebih pada saat persaingan yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan sulitnya mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru Guru adalah pejabat profesional, sebab mereka diberi tunjangan profesional. Namun, walaupun mereka secara formal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama dalam membantu siswa untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, analisis data dan pembahasan yang dipaparkan pada bab terdahulu, maka kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis yang dilakukan pada SMK

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis yang dilakukan pada SMK BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis yang dilakukan pada SMK yang berada di propinsi Jawa Barat mengenai kontribusi sosial ekonomi orangtua

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan penelitian ini, maka diperoleh

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan penelitian ini, maka diperoleh 122 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan 1. Simpulan Deskriptif Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan penelitian ini, maka diperoleh simpulan deskriptif yang menunjukkan bahwa: 1. Kepuasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan telah selesai dan mencapai tujuan yang ditetapkan, yakni menghasilkan model pelatihan upakara berbasis nilai pendidikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelatihan dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tuntutan pemenuhan kebutuhan dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sebagai suatu proses penyiapan siswa untuk. dengan pelatihan siswa atau belajar melakukan, (W. Gulo, 2002 : 60).

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sebagai suatu proses penyiapan siswa untuk. dengan pelatihan siswa atau belajar melakukan, (W. Gulo, 2002 : 60). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses penyiapan siswa untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif, mempunyai makna luas dan utuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan amat stategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti.

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakangan ini lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan kemajuan teknologi informasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan Sistem Penjaminan mutu pendidikan LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan tupoksinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa akhlak bersifat abstrak, tidak dapat diukur, dan diberi nilai oleh indrawi manusia (Ritonga,

Lebih terperinci

Psikologi Dunia Kerja Kerja, Sifat Dasar, dan Motivasinya

Psikologi Dunia Kerja Kerja, Sifat Dasar, dan Motivasinya Psikologi Dunia Kerja Kerja, Sifat Dasar, dan Motivasinya Dinnul Alfian Akbar, SE, M.Si Kerja Pengertian Adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental yang dilakukan seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru merupakan pendidik profesional. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, tugas utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dapat mengikuti proses

BAB I PENDAHULUAN. karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dapat mengikuti proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggarakan pendidikan secara baik, tertata dan sistimatis hingga proses yang terjadi didalamnya dapat menjadi suatu sumbangan besar bagi kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global, perlu mempersiapkan sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang unggul diperlukan,

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN A. Lembaga dan Peranannya Lembaga: organisasi atau kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung 117 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Ada pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting guna membangun manusia yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Melalui penelitian tersebut penulis menarik kesimpulan dari data dan fakta yang diperoleh, serta memberikan saran/rekomendasi yang diharapkan bisa menjadi bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gaji tinggi dan sistem kerja yang mudah, profesi ini dicita-citakan banyak orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gaji tinggi dan sistem kerja yang mudah, profesi ini dicita-citakan banyak orang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia sangatlah banyak seseorang yang berminat menjadi guru, dengan gaji tinggi dan sistem kerja yang mudah, profesi ini dicita-citakan banyak orang.

Lebih terperinci