Pengukuran Efek. Biomarkers: Efek:
|
|
- Ratna Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Efek: Pengukuran Efek respons umum suatu organisme thd paparan, yang salah satunya dapat berupa penyakit Terjadi akibat: terabsorbsi berinteraksi dgn host keadaan tidak normal pada host taraf keparahan tgt taraf paparan yang diterima Biomarkers: Biochemical, physiological or histological indicators of either exposure to or effects of physical stressors or xenobiotic chemicals at the suborganismal or organismal level (Huggett et al in Werner,2003) pengukuran efek 1 pengukuran efek 2 Kuantifikasi efek/penyakit yg dinyatakan dalam frekuensi menunjukkan derajat kesehatan masayarakat Ada tidaknya efek perlu ditentukan berdasarkan kriteria: Robert Koch, Hill dan Evans Postulata Robert Koch: - Penyebab harus dapat ditemukan pada setiap kasus penderita - Penyebab tersebut tidak didapatkan pada penyakit lain - Penyebab hrs dapat diisolasi dari penderita, dibiak secara murni, dan menyebabkan penyakit yg sama pd hewan uji - Penyebab dapat di-isolasi kembali dari hewan uji yg sakit diatas pengukuran efek 3 Jika penyebab dan efek belum pernah diketahui kriteria Hill: 1. Kekuatan asosiasi statistik yang kuat antara efek dengan agent potensial 2. Asosiasi tsb konsisten (orang, tempat dan situasi berbeda) 3. Asosiasi spesifik 4. Ada hubungan temporal antara penyebab dengan penyakit/efek reaksi harus didahuli oleh aksi 5. Ada hubungan dosis dan respons secara biologis 6. Asosiasi dapat diterima secara ilmiah 7. Ada koherensi dengan hasil penelitian lain 8. Ada bukti experimental 9. Ada asosiasi analog pengukuran efek 4 Kriteria Evans: Pencemar berbagai gejala penyakit yang belum diketahui berbagai penyebab gejala sama Kriteria: 1. Pada tubuh org sehat ada faktor preventif 2. Faktor harus dapat diisolasi secara murni 3. Faktor bertambah menambah kesehatan secara paralel 4. Eksperimen pada populasi dgn faktor preventif harus meningkatkan kesehatan dibanding populasi kontrol 5. Pengurangan faktor preventif meningkatkan penderita 6. Efek faktor diukur dengan penurunan morbiditas, mortalitas, peningkatan usia hidup dan biaya pengobatan pengukuran efek 5 Klasifikasi Kasus Kelompok dengan gejala khusus Kelompok mungkin sekali penderita Kelompok secara definitif merupakan kasus, karena memenuhi semua kriteria Sakit kepala, demam tinggi gejala malaria dan menggigil membaik Terapi malaria Mungkin sekali penderita malaria Darah mengandung parasit malaria + definitif malaria pengukuran efek 6
2 Efek secara klinis dibedakan: Efek Akut Efek kronis Efek Akut: paparan dosis tinggi dalam jangka pendek/dosis rendah dalam jangka panjang kejang epileptik (terpapar dieldrin jangka panjang) infark jantung (terpapar Pb jangka panjang) Kolik/mules (terpapar CS 2 jangka panjang) Penyakit kulit mendadak (terpapar sensitizers jangka panjang) Tidak menimbulkan efek nyata, hanya dpt diketahui jika ada pemeriksaan spesimen biologis pengukuran efek 7 pengukuran efek 8 Efek kronis: paparan dosis rendah dalam jangka panjang penyakit secara nyata secara klinis, perubahan fungsi atau perubahan biokimia yang kadang belum terasa atau blm terukur Pengukuran Efek: Sebaiknya dilakukan secara standar, dgn uji fisik/klinis, uji fisik, biokimiawi dan menggunakan angka frekuensi, morbiditas dan atau mortalitas Respons bervariasi, tergantung dari: Kepekaan/sensitivitas/vulnerabiliti: kead. yg langsung terpengaruh agent Hiper-reaktiviti: kualitas respons sesuai harapan, ttp kuantitas berlebih Hipersensitiviti: respons berlebih Alat Ukur: Dapat memberi hasil konsisten dan komparabel Kriteria: dapat direplikasi, akurasi, presisi, reliabiliti, mudah diterima populasi, sederhana, kuat, portabel, validitas sensitivitas: alat sensitif : semua yg sakit dpt terdeteksi (tdk ada false ) spesifitas: dpt menent. apakah seseorang tidak sakit (tdk ada false +) pengukuran efek 9 pengukuran efek 10 Masalah yang terkait dengan pengukuran: 1. Variasi inter, intra-instrumen: Perlatan terpengaruh oleh temp., kelembaban, keberadaan listrik Kuesioner terpengaruh oleh kondisi sosial yang berbeda pengukuran standar, dikoreksi dan disesuaikan 2. Perbedaan inter-intra laboratorium, verifikasi lab. periodik dgn lab. Referensi. Perbedaan terjadi krn kualitas analisis, kualitas bahan/materi, cara penyimpanan, dan sampling. Keadaan normal: kead. Rata2 atau kead. Standar 3. Variasi inter-intra pengamat, penilai atau pewancara yang berbeda dalam kinerja penyetaraan secara sistematik Efek yang diukur: Variabel langsung Variabel tidak langsung pengukuran efek 11 Variabel langsung: Uji fisik di laboratorium Uji biokimiawi Menghitung mortalitas Menghitung morbiditas Hasil wawancara dengan penderita Variabel tidak langsung: Kegiatan dengan indikator Indikator: Ukuran yg dapat mewakili dan digunakan untuk menggambarkan suatu situasi atau/keadaan, tidak mengukur langsung faktor yang diinginkan pengukuran efek 12
3 Pengukuran Efek tidak langsung: Menggunakan indikator: Menunjukkan kecenderungan atau perubahan selama kurun waktu tertentu Dpt berguna dalam analisis situasi sesaat, perbandingan, pengukuran perubahan Indikator yang digunakan: Indikator kualitas lingkungan Indikator kesehatan masyarakat Indikator kependudukan: Digunakan dlm epidemiologi karena berpengaruh atau ikut menentukan taraf efek, mis: menilai cepat, banyak dan jenis pelayanan kes. Yg diperlukan mengetahui distribusi penduduk, atas dasar usia, jenis kelamin, bangsa, dll keperluan akan pendidikan kes. Indikator yang digunakan: Laju pertumbuhan pend. (r) dinyatakan dalam %: r >> laju pertumb. laju pertumb. kel. muda peka terhadap penyakit Kepadatan penduduk: menent. daerah urban atau rural, pend. padat penularan lebih cepat Angka kelahiran dan angka kematian kasar menentukan pertumb. pend. secara alamiah, khusus: angka kematian atas dasar usia, warna kulit Usia harapan hidup: angka kematian bayi, anak, kel. usia muda << usia harapan hidup masyarakat sejahtera penyakit lansia. pengukuran efek 13 pengukuran efek 14 Indikator Status Sosial Ekonomi: Perlu diperhatikan dalam penelitian epidemiologi agar tidak menjadi bias status pendidikan pendapatan/pengeluaran beban tanggungan angka buta huruf, dll Status ini sangat berpengaruh thd: status gizi, kebiasaan, kualitas lingkungan, pengetahuan, keberadaan sumber daya materi efek thd agent berbeda Indikator Lingkungan: a.l: luas hunian/orang prosentase rumah sehat prosentase pend. dgn air bersih prosentase pend. menggunakan fasilitas sanitasi dgn memadai Index lalat Index nyamuk Index kualitas/mutu lingkungan hidup pengukuran efek 15 Indikator Kesehatan Masyarakat: Morbiditas Mortalitas Status nutrisi Index kesejahteraan Mortalitas : Angka kematian Lebih mudah dimengerti dan diidentifikasi Pencatatan lebih baik lebih pasti dalam perhitungan, ttp seringkali penyebab kematian tidak dicantumkan. Penelitian memerlukan angka kematian pengukuran efek tidak langsung pengukuran efek 16 Morbiditas: Lebih sulit dimengerti oleh awam, krn tidak dpt mendiagnosa penyakit Cenderung kurang akurat dibanding mortalitas Seringkali tidak dicatat atau dilaporkan: - diobati sendiri - pertolongan teman - umunya penderita ingin pengobatan langsung sembuh para medis cenderung memberi pengobatan multipurpose pasien tdk kembali kasus tdk tercatat Pengukuran mortalitas dan morbiditas dilakukan secara standar, mengikuti konvensi sedunia dapat digunakan universal dan dibandingkan Seringkali terdpt perbedaan dlm hal : - akurasi pencatatan - diagnosis ada peny. yg dilaporkan berlebih ada yg tidak terlaporkan: Over/under reported pengukuran efek 17 Kegunaan morbiditas dan mortalitas sebagai ukuran efek: - evaluasi apakah suatu program kes. diperlukan atau penentuan prioritasnya - evaluasi keberhasilan suatu program - evaluasi apakah terjadi suatu wabah atau tidak - untuk kepentingan administratif dan penelitian Pengukuran morbiditas: Angka morbiditas: frekuensi/banyaknya penyakit yang ada di masyarakat merefleksikan masalah kesehatan yang ada di masyarakat, contoh: morbiditas penyakit kanker, cacat bawaan, penyakit kardiovaskuler,haemofilia, dll Hitungan morbiditas: - jumlah absolut atau - jumlah relatif penilaian kesehatan (masy. sbg. satu kesat.) pengukuran efek 18
4 Bagaimana sakitnya masyarakat: proporsi masyarakat sakit : mis per 1000 org Ukuran: proporsi, rates dan atau rasio Proporsi : a/(a+b) % atau permil tdk mempunyai dimensi, berkisar antara 0-1 = frekuensi relatif at probabiliti/kemungkinan = P(A)= N A /N proporsi perokok jml org merokok min. 1 pak perbln/seluruh pop. Rate (laju): lebih kompleks Perubahan persatuan unit yg menyebabkan perub. di unit yang lain berdimensi (biasanya persatuan waktu) Rasio: a/b. pengukuran efek 19 Pengukuran frekuensi: Rates(laju) 2 pengukuran utama: Insidensi (Incidence Rate) dan Prevalensi (Prevalence Rate) Insidensi: Mengukur jumlah kasus baru suatu peristiwa/penyakit dalam satu periode waktu tertentu, biasanya dalam 1 tahun atau selama perioda penelitian Merupakan pengukuran frek. dasar dan merup. indikator terbaik apakah suatu kondisi menurun, meningkat atau statis evaluasi efektivitas prog. kesehatan, sistem surveilansi, analisa penggunaan pelayanan kes. oleh masyarakat. jumlah kelahiran/kematian pada suatu daerah pertahun kasus tetanus neonatal terdiagnosa pertahun jumlah wanita mengunjungi klinik antenatal pengukuran efek 20 Kasus baru Insidensi = x Populasi penyandang resiko Faktor: 100, 1000, faktor Contoh; Dalam suatu kecamatan, jumlah populasi pada pertengahan tahun orang, pada tahun 1987 dilaporkan terjadi 40 kasus kala-azar Insidensi= (40/200000)x 1000 = 0,2 kasus per 1000 orang/tahun Prevalensi: Mengukur jumlah total kasus yg ada suatu peristiwa/penyakit dalam satu titik waktu tertentu, misalnya pertanggal tertentu Interpretasi data lbh kompleks karena tgt pada orang yg mendapat penyakit pada masa lalu sampai saat ini, berguna untuk penyakit kronis biasa digunakan dalam penelitian crosssectional jumlah penderita TBC pada awal bulan jumlah kasus pada waktu tertentu Prevalensi= x faktor jumlah populasipenyandangresiko Pada tgl 1 Juli 1988 di suatu kecamatan B dengan jumlah penduduk org terdapat penderita DBD sebanyak 120 orang Prevalensi= (120/200000)x 100 = 0,06 kasus per 100 orang pada tgl 1 Juli 1988 pengukuran efek 21 pengukuran efek 22 Pada kondis stabil: Prevalensi = Insidensi x perioda waktu rata-rata penyakit Penyakit dengan perioda waktu panjang (mis: TBC) nilai insidensi pertahun < prevalensi prevalensi TBC : 0,5 % - 1 % (5-10 per 1000 orang), dengan perioda sakit 4-5 tahun insidensi kasus baru : 0,1% - 0,2 % (1-2 kasus per 1000 org/th) Pada negara dengan sistem pencatatan yg baik dapat digunakan data insidensi, ttp jika tidak tercatat dengan baik informasi dapat diperoleh dari survey cross-sectional yang memberikan data prevalensi. pengukuran efek 23 absolut: Data mentah yang tersedia Digunakan untuk monitoring terjadinya penyakit infeksi terutama pada saat terjadi kejadian luar biasa, populasi yang terlibat terbatas pada satu waktu dan satu daerah tertentu Prevalensi dan insidensi: Digunakan untuk melihan kecenderungan pada perioda waktu tertentu, membandingkan penyakit pada satu kelompok dengan kelompok lain, perhatikan: ukuran populasi, struktur umur dan jenis kelamin Populasi penyandang resiko: Disebut juga denominator/penyebut Kelompok/masyarakat yeng mempunyai potensi untuk mendapatkan penyakit dan dapat berkontribusi pada jumlah kasus total (numerator) kasus: jumlah orang, jumlah peristiwa, jumlah kehadiran di fasilitas kes. pengukuran efek 24
5 Denominator: Untuk menghitung prevalensi suatu penyakit, denominator merupakan jumlah total individu beresiko. Jika melakukan survey sampel denominator adalah seluruh individu dlm sampel Prevalensi Palsmodium vivax dalam darah pada suatu survey denominator jumlah orang yang telah diambil darahnya Laju untuk umur/ jenis kelamin tertentu Jika menghitung prevalensi penyakit kronis:..? Jika mengevaluasi efektivitas program pengendalian malaria:...? Jika mengamati penggunaan fas. kes. :? Pengukuran mortalitas: Angka kematian bayi (AKB)= IMR Angka kematian kasar (AKK)=CDR Angka kematian kelompok usia spesifik = ASDR Penentuan jumlah kasus: jumlah orang? peristiwa/kejadian?, jumlah kehadiran? Penyakit diare, malaria: seseorang menderita beberapa kali (2 kali) dalam 1 tahun dan mendatangi klinik 2 3 kali setiap sakit 1 orang penderita, 2 peristiwa/thn dan kehadiran di fas. kes. (4-6) kali/thn Penyakit TBC: 1 peristiwa terdaftar sebagai 1 kasus dengan beberapa kehadiran di fas. kes. pertahun pengukuran efek 25 Angka Kematian Bayi (AKB)= IMR Sebetulnya bukan merupakan laju tetapi hanya rasio antara jumlah anak yg meninggal pada usia 0-1 tahun dengan jumlah anak yg lahir hidup dalam satu periode waktu tertentu Indikator : kesehatan bayi lahir, kemampuan merawat bayi, kualitas pelayanan kesehatan, kualitas lingkungan, kemampuan sos-ek, ukuran kesejahteraan masyarakat. pengukuran efek 26 AKB negara berkembang per 1000 bayi lahir/th Angka kematian kasar (CDR): CDR = kematian dalam satu tahun x faktor Julah populasi pd pertengahan tahun Kematian kelompok usia spesifik (ASDR): kematian kel.usia tertentu ASDR = x faktor penduduk kel.usia sama Angka Keparahan Penyakit (CFR): jumlah penderita suatu penyakit CFR = x 100% jumlah penderita meninggal akibat penyakit tersebut Kel. Usia (th) Perbandingan penggunaan CDR dan ASDR Penduduk Kota A Kematian ASDR/1000 Penduduk Kota B Kematian ASDR/ , , , , , ,0 Total , ,8 Keganasan penyakit dan kemampuan pengobatan penyakit pengukuran efek 27 pengukuran efek 28 Adjustment kelompok usia Kelompok Usia Populasi Standar Proporsi per Kelompok usia ASDR kota A ASDR kota B ,07 4 2, ,19 4 3, , , , , Total ,8 237,8 Angka kematian adjusted usia kota A: (4x0,07)+(4x0,19)+ +(150x0,04)= 19,04 Angka kematian adjusted usia kota B: (2,5x0,07)+(3,3x0,19)+ +(125x0,04)= 16,30 Proses adjustment: Tentukan populasi standar: dapat dari kota lain, populasi nasional atau populasi paling akurat perhitungannya, atau penjumlahan dua populasi yang dibandingkan. Tujuan: menetralisir perbedaan usia dengan menggunakan populasi ketiga (standar) pengukuran efek 29 Pengukuran efek berdasarkan penyakit tertentu: Penyakit tertentu mempunyai pencatatan khusus dapat diukur Kanker: menghitung insidensi morbiditas dan mortalitas Disebabkan faktor lingkungan: yang terbukti secara ilmiah masih sedikit: merokok, paparan asbestos, radiasi pengion, Cr, Ni, UV, As Kardiovaskuler dan Pernapasan: Bronkhitis dengan lingkungan, didapat lebih banyak di daerah urban dp rural, baik pada kembar monozigotik atau dizogotik pengaruh SO 2 dalam pencemaran udara. Pengukuran dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. pengukuran efek 30
6 Penyakit sistem syaraf dan pancaindera: Telah terbukti: metil-hg, Hg mengganggu sistem syaraf Kebisingan telinga Pencemaran udara (SO 2, debu, Br, H 2 S) mata (iritasi selaput lendir mata) Efek terhadap perilaku: Kerusakan sistem syaraf akibat CO, CS 2 Pengukuran: dengan kuesioner atau uji psikologi Efek pada kulit: Zat kimia/fisis dalam kosmetika Radiasi UV Pengukuran : uji klinis Efek terhadap reproduksi: Efek langsung thd alat-alat reproduksi Efek tidak langsungthd fungsi alat reproduksi Agent: radiasi pengion, radiasi elektromagnetik, vibrasi, temperatur, logam berat, pelarur organik. Pencemar yg bersifat toksik terhadap janin Pengukuran: kehamilan trismester pertama cacat bawaan Hepar/hati: pemeriksaan radioskopi, bilirubin dan urobilinogen dalam urin Pankreas: pemeriksaan serum amilase dan lipase pengukuran efek 31 pengukuran efek 32
PENGUKURAN FREKUENSI PENYAKIT
PENGUKURAN FREKUENSI PENYAKIT Dalam epidemiologi ukuran yg banyak digunakan dlm menentukan morbiditas dan mortalitas adalah: Angka, Rasio, dan Proporsi RASIO merupakan nilai relatif yg dihasilkan dari
Lebih terperinci2. Proporsi Perbandingan 2 nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Contoh: Proporsi 12/(12+20)= 0,375
OLEH KELOMPOK IV 1. Rasio merupakan nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut Contoh: Keracunan makanan terdapat 32 orang
Lebih terperinciPENELITIAN EPIDEMIOLOGI
PENELITIAN EPIDEMIOLOGI Alasan penelitian epidemiologi Pemantauan terhadap pencemaran di lingkungan yang meningkat (kual.&kuan) belum diketahui efek thd kesehatan Zat pencemar agent potensial krn : korosif,
Lebih terperinciPENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK
PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK Oleh : Dr. Edison, MPH Bagian Ilmu Kesehatan Masysarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Andalas EPIDEMIOLOGI : Ilmu yang mempelajari frekuensi
Lebih terperinciEpidemiologi Kesehatan Reproduksi - 2
Pengertian, tujuan dan kegunaan Terjadinya penyakit / masalah kesehatan reproduksi Faktor resiko terjadinya masalah kesehatan reproduksi Ukuran-ukuran status kesehatan epidemiologi yang terkait dalam kespro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciEPIDEMOLOGI KESEHATAN KERJA ZAENAB, SKM., M.KES co. id.
EPIDEMOLOGI KESEHATAN KERJA ZAENAB, SKM., M.KES zaenabku@yahoo.co.id EPIDEMOLOGI KESEHATAN KERJA A. PENDAHULUAN Lingkungan Mc terdiri dari unsur yang mendasar Udara, Air, Makanan, disamping lingkungan
Lebih terperinciHOST. Pejamu, adalah populasi atau organisme yang diteliti dalam suatu studi. Penting dalam terjadinya penyakit karena :
HOST Pendahuluan Definisi Pejamu, adalah populasi atau organisme yang diteliti dalam suatu studi Penting dalam terjadinya penyakit karena : Bervariasi : geografis, sosekbud, keturunan Menentukan kualitas
Lebih terperinciKONSEP HOST-AGENT-ENVIRONMENT
KONSEP HOST-AGENT-ENVIRONMENT Biologis laws ( John Gardon ) Penyakit Timbul Karena Ketidak Seimbangan Antara Agent & Host ( manusia ) Keadaan Keseimbangan Tsb Tergantung Dari Sifat Alami & Karakteristik
Lebih terperinci30/10/2015. Tujuan epidemiologi kebidanan :
Pengertian, tujuan dan kegunaan Terjadinya penyakit / masalah kesehatan reproduksi Faktor resiko terjadinya masalah kesehatan reproduksi Ukuran-ukuran status kesehatan epidemiologi yang terkait dalam kespro
Lebih terperinciUU kes no 36 tahun 1992 NILUH WINDA ANGGRIANI
UU kes no 36 tahun 1992 29 juni 2013 Ukuran-ukuran epidemiologi Frekuensi penyakit (masalah kes) adalah keterangan ttg banyaknya suatu msalah kes yg ditemukan dlm kelompok manusia yg dpt dinyatakan dgn
Lebih terperinciCARA PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN DAN ANGKA KEMATIAN
CARA PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN DAN ANGKA KEMATIAN - Ukuran dasar epidemiologi RATE - Penyusunan rate perlu 3 hal: 1. Jumlah orang yang terserang penyakit / meninggal 2. Jumlah penduduk tempat asal penderita
Lebih terperinciUKURAN MORTALITAS. Nunik Puspitasari, S.KM, M.Kes Dept. Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
UKURAN MORTALITAS Nunik Puspitasari, S.KM, M.Kes Dept. Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Pengukuran mortalitas membutuhkan ketepatan dalam: 1. Kelompok
Lebih terperinciINFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN
1 INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN PENGERTIAN Infeksi adalah proses ketika seseorang rentan (susceptible) terkena invasi agen patogen/infeksius dan menyebabkan sakit. Nosokomial berasal
Lebih terperinciDASAR DASAR EPIDEMIOLOGI &
DASAR DASAR EPIDEMIOLOGI & APLIKASINYA (UKURAN 2 EPIDEMIOLOGI) DALAM KEBIDANAN PENGUKURAN FREKUENSI MASALAH KESEHATAN Cara mengukur frekwensi masalah kesehatan yang dapat dipergunakan dalam Epidemiologi
Lebih terperinci06/03/2018 TUJUAN. Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif. Pertemuan 4 - Epidemiologi
TUJUAN Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif Pertemuan 4 - Epidemiologi Adalah studi yang menggambarkan karakteristik & sebaran masalah kesehatan/ penyakit;
Lebih terperinciMORTALITAS. Tara B. Soeprobo Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia TBS-M
MORTALITAS Tara B. Soeprobo Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia TBS-M 1 Mortalitas Salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah
Lebih terperinciSTANDARISASI UKURAN DEMOGRAFI. Standarisasi Ukuran RATE 11/30/2013. Rate sering digunakan utk mgbrkan kejadian (dlm demografi; epidemiologi)
STANDARISASI UKURAN DEMOGRAFI Standarisasi Ukuran RATE Rate sering digunakan utk mgbrkan kejadian (dlm demografi; epidemiologi) Dlm aplikasinya ada kebutuhan membandingkan rate antar populasi yg berbeda
Lebih terperinci1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.
JENIS DESAIN PENELITIAN 1. Cross-Sectional Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktorfaktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
Lebih terperinciSTUDI EKOLOGI. dr. Taufik Ashar, MKM
STUDI EKOLOGI dr. Taufik Ashar, MKM Karakteristik Studi Ekologi Studi ekologi terpokus pd perbandingan kelompok Lebih dr 100 th, diaplikasikan pd disiplin ilmu sosial Epidemiologi menggunakannya di berbagai
Lebih terperinciEPIDEMIOLOGI GIZI. Saptawati Bardosono
EPIDEMIOLOGI GIZI Saptawati Bardosono Pendahuluan Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari frekuensi penyakit pada manusia Epidemiologi mempelajari distribusi penyakit
Lebih terperinciSCREENING. Pengertian. untuk mengidentifikasi penyakit2 yg tidak diketahui/tidak terdeteksi. menggunakan. mungkin menderita. memisahkan.
SCREENING Pengertian Screening : Proses yg dimaksudkan untuk mengidentifikasi penyakit2 yg tidak diketahui/tidak terdeteksi dg menggunakan berbagai test/uji yg dapat diterapkan secara tepat dlm sebuah
Lebih terperinciProject Status Report. Presenter Name Presentation Date
Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:
Lebih terperinciRANCANGAN EKOLOGIS MP-KONSENTRASI MAGISTER KESEHATAN IBU-ANAK
RANCANGAN EKOLOGIS MP-KONSENTRASI MAGISTER KESEHATAN IBU-ANAK TIPOLOGI RANCANGAN EPIDEMIOLOGI 1. RANCANGAN DASAR (basic-design) * Kriteria unit pengamatan : Individu, ada informasi ttg faktor resiko &
Lebih terperinciOleh: SYAFRIANI, M.Kes Prinsip-prinsip Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU
Oleh: SYAFRIANI, M.Kes Prinsip-prinsip Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU Ukuran Frekuensi; Ukuran Asosiasi; Ukuran Dampak. Ukuran frekuensi merupakan ukuran dalam epidemiologi deskriptif; Ukuran
Lebih terperinciIBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO
IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO pasien masuk Skrening PENGKAJIAN GIZI Riwayat diet Antropometri Laboratorium Klinis-fisik Riwayat pasien Diagnosis medis PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
Lebih terperinciAGENT AGENT. Faktor esensial yang harus ada agar penyakit dapat terjadi. Jenis. Benda hidup Tidak hidup Enersi Sesuatu yang abstrak
AGENT AGENT Faktor esensial yang harus ada agar penyakit dapat terjadi Jenis Benda hidup Tidak hidup Enersi Sesuatu yang abstrak Dalam jumlah yang berlebih atau kurang merupakan penyebab utama/ esensial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12-59 bulan (Kemenkes RI, 2015: 121). Pada usia ini, balita masih sangat rentan terhadap berbagai
Lebih terperinciCross sectional Case control Kohort
Definisi Cross sectional Case control Kohort Rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status penyakit dan paparan secara bersamaan pada individu
Lebih terperinciMORTALITAS (KEMATIAN)
MORTALITAS (KEMATIAN) Pengantar: Kematian terkait dengan masalah sosial dan ekonomi Komitmen MDGs pada tahun 2015: - Angka Kematian Bayi menjadi 20 per 1000 kelahiran hidup - Angka Kematian Ibu menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi
Lebih terperinciDESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI
DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI Suatu penelitian ingin mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit Thypoidpada anak-anak. Beberapa faktor yang diduga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok telah membunuh 50 persen pemakainya, hampir membunuh enam juta orang setiap tahunnya yang merupakan bekas perokok dan 600.000 diantaranya adalah perokok
Lebih terperinciMUSLIM, MPH 5/8/2010. Akademi Kebidanan Anugerah Bintan
EPIDEMIOLOGI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN MUSLIM, MPH Blog: muslimpinang.wordpress.com Blog: akbidanugrahbintan.wordpress.com Email: muslimmph@yahoo.co.id HP. 081 27768269 Akademi Kebidanan Anugerah Bintan
Lebih terperinciKONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI. Putri Ayu Utami S. Kep, Ns.
KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI Putri Ayu Utami S. Kep, Ns. Pengertian Epidemiologi berasal dari kata Yunani yaitu: Epi : Di antara / di atas / tentang Demos : Masyarakat Logos : Ilmu / Doktrin Ilmu yang mempelajari
Lebih terperinciLINGKUP ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. By. Irma Nurianti, SKM, M.Kes
LINGKUP ILMU KESEHATAN MASYARAKAT By. Irma Nurianti, SKM, M.Kes Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat
Lebih terperinciUKURAN FREKUENSI PENYAKIT. Bentuk Dasar ukuran frekuensi Penyakit Jenis Ukuran frekuensi Penyakit
UKURAN FREKUENSI PENYAKIT Bentuk Dasar ukuran frekuensi Penyakit Jenis Ukuran frekuensi Penyakit Seberapa besar masalah flu burung di Indonesia? Tidak terlalu banyak Mulai banyak? Tentu Tidak Paling sederhana
Lebih terperinciBAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS
BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,
Lebih terperinciTUTORIAL EPIDEMIOLOGI : 1. FREKUENSI MASALAH KESEHATAN DAN PENGUKURAN
TUTORIAL EPIDEMIOLOGI : 1. FREKUENSI MASALAH KESEHATAN DAN PENGUKURAN Tutorial Epidemiologi : 1 Frekuensi Masalah Kesehatan dan Pengukuran Tujuan Pembelajaran Definisi istilah rate, ratio, proportion Membedakan
Lebih terperinciBAB 1 KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI
BAB 1 KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI Pendahuluan Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh negara-negara berkembang dapat memberikan dampak baik positif maupun negatif. Contoh dampak negatif dari era globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut, kronis dan juga kematian. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konferensi International tentang Kependudukan dan Pembangunan/ICPD (International Confererence on Population and Development) di Kairo tahun 1994 menyepakati perubahan
Lebih terperinciPERTEMUAN 9 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA
PERTEMUAN 9 : MORTALITAS Oleh : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA (darmawan@esaunggul.ac.id) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Universitas ESA UNGGUL Semester Genap 2012/2013
Lebih terperinciINDIKATOR KESEHATAN. pengertian, definisi operasional, dan formula perhitungannya
INDIKATOR KESEHATAN pengertian, definisi operasional, dan formula perhitungannya Pendahuluan Berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat telah dilakukan Namun, bila dibandingkan
Lebih terperinciMORTALITAS & MORBIDITAS
MORTALITAS & MORBIDITAS Angka Kematian o Death Rate (crude death rate) adalah jumlah kematian per 1000 penduduk pada tahun tertentu o CDR= ΣD P tengah tahun x k o CDR=crude death rate o D= jumlah kematian
Lebih terperinciBAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS
BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Afrika, India, Ganna, Nigeria dan Indonesia (WHO, 2013; Chedi,
Lebih terperinciTutorial Epidemiologi : 1. Frekuensi Masalah Kesehatan dan Pengukuran
Tutorial Epidemiologi : 1 Frekuensi Masalah Kesehatan dan Pengukuran Tujuan Pembelajaran Definisi istilah rate, ratio, proportion Membedakan : incidence rate vs prevalence Point prevalence vs period prevalence
Lebih terperinciDESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF Putri Winda Lestari, S.KM., M.Kes (Epid) STIKes Binawan Classification of Epidemiology Study Classification of Community Epidemiology Prevention Treatment Trials Study
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini angka kejadian beberapa penyakit non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang. Penyakit infeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty dan atau Aedes albopictus. Infeksi virus
Lebih terperinciDEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus,
Lebih terperinciUKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI
UKURAN FREKWENSI KEJADIAN PENYAKIT UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI FITRA YELDA Secara garis besar kejadian dapat berupa : Morbiditas /kesakitan Mortalitas / kematian Ada 3 macam parameter matematis yang digunakan
Lebih terperinciConceptual Site Model Dasar pengukuran
Paparan PENGUKURAN PAPARAN Kontak antara organisme dengan agent kimia, fisika atau agent hidup Pengalaman yang didapat organisme akibat terkena/kontak dengan suatu agent potensial yang berasal dari lingkungan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK
Upt. Puskesmas Waru KERANGKA ACUAN No. Kode : PKM- STK-/V.2015 Terbitan : Mei 2015 No. Revisi : 00 Tgl. Mulai Berlaku : 01/06/2015 Halaman : 1/15 Ditetapkan Oleh Kepala Upt. Puskesmas Sotek H.Sudarman,
Lebih terperinciRPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47
2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai
Lebih terperinciUKURAN FREKUENSI PENYAKIT
UKURAN FREKUENSI PENYAKIT ade.heryana24@gmail.com 6 Desember 2015 Universitas Esa Unggul - Jakarta Jenis Ukuran dalam Epidemiologi Tipe Matematik Dengan denominator Tanpa denominator Tipe Epidemiologik
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda
Lebih terperinciTINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007
TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007 SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut mengandung dua unsur, yaitu infeksi dan saluran pernafasan. Pengertian infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke
Lebih terperinciStudi epidemiologi deskriptif
Studi epidemiologi deskriptif Penelitian Crosectional Adalah rancangan studi epidemiologi yg memepelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sulit ditanggulangi di Indonesia. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia
Lebih terperinciKONSEP PENYEBAB PENYAKIT
KONSEP PENYEBAB PENYAKIT TEORI PENYEBAB PENYAKIT 1. Teori Contagion 2. Teori Hippocrates 3. Teori Humoral 4. Teori Miasma 5. Teori Jasad Renik 6. Teori Ekologi Lingkungan Teori Contagion Penyakit terjadi
Lebih terperinciPenyakit Akibat Kerja Kuliah 7
Penyakit Akibat Kerja Kuliah 7 PEKERJA KELUARGA KOMUNITAS/ WILAYAH Penyebab Kematian yang berhubungan dengan pekerjaan (ILO 1999) Kanker 34% 5% 15% Kecelakaan 25% 34% Peny. Sal. Pernafasan Khronis 21%
Lebih terperinciAnalisa Situasi Kesehatan Masyarakat
Analisa Situasi Kesehatan Masyarakat Salmani, ST., MS., MT. Poliban Perencanaan program kesehatan Penyusunan rencana Penyusunan program Pelaksanaan rencana Pengawasan atas pelaksanaan rencana evaluasi
Lebih terperinci30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4
Pengertian Tujuan dan sasaran Macam-macam bentuk screening Keuntungan Kriteria program skrining Validitas Reliabilitas Yield Evaluasi atau uji alat screening Penemuan Penyakit secara Screening - 2 Adalah
Lebih terperinci6/5/2010. Analytic. Descriptive Case report Case series Survey. Observational Cross sectional Case-control Cohort studies
Disampaikan oleh: Retna Siwi Padmawati KMPK-2009 Tujuan Memberi pengantar tentang disain metode penelitian Memahami perbedaan penelitian deskriptif dan analytic Mengidentifikasi hirarki disain penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebababkan
Lebih terperinciScreening Uji Tapis/Screening
Screening adalah Proses yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi penyakit penyakit yang tidak diketahui/tidak terdeteksi dengan menggunakan berbagai test/uji yang dapat diterapkan secara tepat dalam sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas pada semua kelompok usia di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada semua kelompok usia di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Pada tahun 2011, insidensi
Lebih terperinciDimulai saat konsepsi (pembuahan) yg terjadi secara alamiah sel. reprod. pria (spermatozoa) ± 280 hari sebelum lahir
Awal kehidupan Dimulai saat konsepsi (pembuahan) yg terjadi secara alamiah sel reproduksi wanita (ovum) dibuahi sel reprod. pria (spermatozoa) ± 280 hari sebelum lahir KARAKTERISTIK YG PENTING PD MASA
Lebih terperinci7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA merupakan Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
Lebih terperinciPelayanan kesehatan komoditas jasa yg unik; Mutu pelayanan kesehatan terkait dengan faktor 2 subyektivitas memiliki beberapa perspektif
MUTU : Kemampuan yg dimiliki karakteristik barang dan/ atau jasa dalam memenuhi harapan seseorang (kepuasan) yang membutuhkan barang dan/jasa tersebut (konsumen). Pelayanan kesehatan komoditas jasa yg
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat
Lebih terperinciIndikator monitoring dan evaluasi program pengendalian kusta :
Indikator monitoring dan evaluasi program pengendalian kusta : 1. Indikator utama a. Angka penemuan kasus baru (CDR = case detection rate) Adalah jumlah kasus yang baru ditemukan pada periode satu tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Arah kebijaksanaan dalam bidang kesehatan yang diamanatkan dalam ketetapan MPR R.I No. IVMPR/1999 tentang GBHN 1999/2004 salah satunya adalah meningkatkan mutu sumber
Lebih terperinciMengukur Kemunculan dan Risiko Penyakit
Mengukur Kemunculan dan Risiko Penyakit Mengapa mengukur penyakit? Tujuannya adalah deskripsi dan komparasi Jenis pertanyaannya mencakup: Seperti apa mortalitas dan morbiditas yang khas pada kelompok unggas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal
Lebih terperinciKATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3
DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan Nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit ini merupakan infeksi serius yang dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah serius di dunia kesehatan. Stroke merupakan penyakit pembunuh nomor dua di dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan
Lebih terperinciPENGANTAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT & KESEHATAN LINGKUNGAN
PENGANTAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT & KESEHATAN LINGKUNGAN BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PERKEMBANGAN DUNIA PUBLIC HEALTH Edwin
Lebih terperinciMewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.
Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan neonatal dan bayi muda infeksi
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 3 Permasalahan neonatal dan bayi muda infeksi Rangkuman Kasus 3 Bayi Bambang berusia 1 minggu, dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari desanya, dengan riwayat demam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp. Demam tifoid merupakan masalah yang serius di negara berkembang,
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi : DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMENEP Visi Misi : : MASYARAKAT KABUPATEN SUMENEP SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningitis merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada lapisan yang membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari
Lebih terperinci