Jakarta, 25 Februari 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Franky Sibarani

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jakarta, 25 Februari 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Franky Sibarani"

Transkripsi

1

2

3 Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi BKPM kepada masyarakat (stakeholders) pada Tahun Anggaran Penyusunan Laporan Kinerja BKPM ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Rencana Strategis BKPM Tahun Laporan Kinerja BKPM Tahun 2015 ini menyajikan informasi realisasi capaian hasil kinerja sasaran strategis BKPM selama Tahun 2015 dibandingkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2015 beserta analisisnya. Realisasi capaian kinerja BKPM diukur atas dasar penilaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran strategis. BKPM telah melaksanakan pengelolaan kinerja menggunakan metode Balanced Scorecard yang diterapkan secara berjenjang di seluruh unit kerja. Dari hasil pengukuran kinerja, Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Badan Koordinasi Penanaman Modal telah mencapai 107,18%. Nilai tersebut berasal dari capaian kinerja pada masing-masing perspektif yaitu financial perspective, customers perspective, process perspective, dan people perspective. Pada tahun 2015, capaian realisasi investasi PMDN dan PMA mencapai 105% dari target realisasi investasi Tahun 2015 atau sebesar Rp 545,4 triliun. Capaian positif realisasi investasi ini memberikan optimisme prospek investasi di Indonesia. i

4 Berbagai paket kebijakan telah dikeluarkan yang memberikan lebih banyak pilihan insentif investasi, penyederhanaan perizinan dan berbagai kemudahan pada investor dengan membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat, termasuk fasilitasi permasalahan yang dihadapi investor. Laporan Kinerja Tahun 2015 ini diharapkan menjadi dasar perbaikan dan peningkatan kinerja bagi seluruh unit kerja di lingkungan BKPM. Selanjutnya BKPM akan fokus pada berbagai upaya untuk mewujudkan iklim penanaman modal yang berdaya saing dan penanaman modal yang berkualitas dan berkelanjutan. Jakarta, 25 Februari 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani ii

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... Hal. i iii iv v vii BAB I PENDAHULUAN... 2 A. Latar Belakang... 2 B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi... 4 C. Peran Strategis D. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja... 8 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Strategis Penanaman Modal Tahun B. Tujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun C. Sasaran Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal D. Program E. Target Realisasi Investasi F. Perjanjian Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun G. Pengukuran Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Sasaran Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun Sasaran Strategis Sasaran Strategis B. Analisis Balanced Scorecard atas Capaian Kinerja 42 C. Laporan Realisasi Anggaran BAB IV PENUTUP LAMPIRAN I.DAFTAR PENGHARGAAN II. PERJANJIAN KINERJA III. PERNYATAAN TELAH DIREVIU iii

6 DAFTAR TABEL Tabel 1 Perjanjian Kinerja BKPM Tahun Tabel 2 Bobot Perspektif Tabel 3 Kategorisasi Kinerja Tabel 4 Tingkat Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun Tabel 5 Tingkat Capaian Sasaran Strategis 1 Meningkatnya realisasi penanaman modal Tabel 6 Target dan Realisasi Investasi PMA dan PMDN per Provinsi Tahun Tabel 7 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM Bulan Juni Tabel 8 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM Bulan Desember Tabel 9 Nilai Rata-Rata (NRR) dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan Tabel 10 Daftar Unsur Pelayanan Yang Masih Memerlukan Peningkatan Tabel 11 Target Perkembangan Jumlah Minat Investasi Tabel 12 Capaian Kinerja Indikator Utama Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun Tabel 13 Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja T.A Tabel 14 Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja Berdasarkan Program T.A Tabel 15 Perbandingan Realisasi Belanja T.A dan T.A Tabel 16 Realisasi Belanja per Sasaran Strategis Tahun Hal iv

7 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1 Rencana 2016: Rencana Kebijakan Investasi..... xi Gambar 2 Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal... 6 Gambar 3 Target Realisasi Investasi Tahun Gambar 4 Perbandingan Realisasi Investasi Tahun 2015 dengan Target Tahun 2015 dan Realisasi Investasi Tahun Gambar 5 Persebaran Nilai Realisasi Investasi Jawa dan Luar Jawa Gambar 6 Perbandingan Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2014 dan Gambar 7 Realisasi Investasi PMDN Berdasarkan Sektor Usaha Gambar 8 Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Sektor Usaha Gambar 9 Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Asal Negara Gambar 10 Peta Strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun Gambar 11 Capaian Penyederhanaan Perizinan Gambar 12 Negara Fokus Pemasaran Investasi dan Sektor Prioritas Investasi Gambar 13 Kelompok 10 Besar Izin Prinsip Berdasarkan Sektor Gambar 14 Kelompok 10 Besar PMA Berdasarkan Asal Negara Gambar 15 Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja Gambar 16 Realisasi Belanja Periode Tahun 2011 sampai dengan Tahun v

8 vi

9 Ikhtisar Eksekutif Laporan Kinerja BKPM Tahun 2015 merupakan pertanggungjawaban akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Lembaga sebagai perwujudan good governance dan kebijakan yang transparan. Selain itu Laporan Kinerja ini merupakan wujud dari kinerja dalam pencapaian visi dan misi Presiden periode , sebagaimana yang dijabarkan dalam tujuan/sasaran strategis, yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Dalam rangka pencapaian visi dan misi Presiden, BKPM menetapkan 2 tujuan yang akan dicapai pada tahun , yaitu: (i) mewujudkan iklim penanaman modal yang berdaya saing; dan (ii) mewujudkan penanaman modal yang berkualitas dan berkelanjutan. Untuk menunjang pencapaian tujuan strategis tersebut disusunlah Peta Strategi BKPM. Peta strategi tersebut terdiri dari 9 (sembilan) sasaran strategis sebagai berikut: 1. Meningkatnya realisasi penanaman modal; 2. Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat; 3. Terwujudnya percepatan pelaksanaan penanaman modal; 4. Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal; 5. Meningkatnya kerja sama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal; vii

10 6. Terwujudnya perencanaan penanaman modal dan penyusunan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif dan implementatif dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal; 7. Meningkatnya daya tarik penanaman modal Indonesia melalui promosi yang terpadu dan efektif bagi penanaman modal dalam dan luar negeri yang berpijak pada peningkatan daya saing; 8. Meningkatnya kinerja lembaga melalui ketersediaan sarana, prasarana dan aparatur yang mumpuni dalam rangka menunjang tugas dan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan 9. Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan. Analisis dalam Laporan Kinerja ini mengukur Peta Strategis tersebut di atas melalui sistem manajemen kinerja berbasis balanced scorecard yang terdiri dari empat perspektif yaitu financial perspective, customer perspective, process perspective dan people perspective dengan bobot tertentu. Secara umum tingkat capaian kinerja BKPM pada Tahun 2015 sudah sesuai dengan target yang ditetapkan, dari 9 sasaran strategis dengan 28 indikator kinerja utama, dimana 23 IKU mencapai kategori Sangat Baik dan 5 IKU mencapai kategori Baik. Capaian kinerja BKPM Tahun 2015 dalam mendukung terwujudnya pencapaian Nawa Cita ke-6 Presiden Republik Indonesia dengan target menciptakan layanan satu atap untuk investasi dan efisiensi perizinan bisnis sebagai berikut: 1. Capaian target nilai realisasi penanaman modal yaitu sebesar Rp545,4 triliun atau 105% dari target yang telah ditetapkan viii

11 yaitu sebesar Rp519,5 triliun, yang terdiri dari realisasi investasi PMDN sebesar Rp179,5 triliun dan realisasi PMA sebesar Rp365,9 triliun; 2. Capaian kinerja nilai realisasi penanaman modal di luar Jawa mencapai 104,9% dari target Rp236,9 triliun yaitu Rp248,7 triliun. Hal ini cukup menggembirakan karena memberikan gambaran bahwa upaya pemerintah dalam mendorong pemerataan investasi di Luar Jawa menunjukan hasil yang positif; 3. Sebagai efek dari peningkatan capaian realisasi penanaman modal ini, angka serapan tenaga kerja Tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,34% atau sebanyak orang dari tahun sebelumnya Tahun 2014 sebanyak orang; 4. Dalam rangka meningkatkan iklim investasi yang kondusif berupa penyederhanaan perizinan, BKPM meluncurkan PTSP Pusat di BKPM dengan melibatkan 22 Kementerian/Lembaga yang mendelegasikan perizinannya di BKPM, dengan jumlah izin yang dilimpahkan sebanyak 160 kelompok perizinan. Melalui PTSP Pusat, calon investor dapat mengajukan perizinan hanya di satu tempat dengan rangkaian proses yang lebih sederhana dan lebih cepat. 5. Gebrakan pangkas perizinan terutama di sektor ketenagalistrikan untuk mendukung pencapaian target pemerintah pembangunan listrik MW pada 2019, dari semula perizinan listrik 49 izin menjadi 25 izin dan proses dari 923 hari menjadi 256 hari. ix

12 6. Peluncuran izin investasi 3 jam sebagai bagian dari PTSP Pusat. Melalui layanan izin investasi 3 jam, investor tidak perlu repot mengurus izin. BKPM menyediakan layanan terintegrasi 8+1 produk perizinan yang terdiri dari Izin Prinsip, NPWP, Akte Perusahaan, TDP, IMTA, RPTKA, NIK, API-P dan Surat Ketersediaan Lahan. 7. Hasil survey Ease of Doing Business 2015 yang dilakukan oleh World Bank memasukkan Indonesia ke peringkat 109, meningkat dari tahun sebelumnya dengan peringkat 120. Kenaikan peringkat ini menunjukkan adanya perbaikan indikator kemudahan berusaha di Indonesia. Indonesia mendapatkan predikat investment grade dari Rating And Investment Information Inc. dengan outlook BBB, Moody s Investor Service dengan outlook Baa3 (stable), Japan Credit Rating Agency Ltd. dengan outlook BBB (stable), Fitch Rating dengan outlook BBB (stable), dan Standard and Poor s dengan outlook BB+ (positive). Pemberian peringkat dari lembaga pemeringkat tersebut menunjukkan kepercayaan yang lebih besar terhadap ekonomi Indonesia berdampak pada peningkatan Foreign Direct Investment dan perbaikan iklim penanaman modal. 8. Hasil survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap kualitas pelayanan sebesar 3,09 dari skala Likert 4 atau 99,6% dari target. Hasil survei ini memicu BKPM untuk lebih meningkatkan layanan perizinan dan nonperizinan dengan harapan mencapai kepuasan stakeholders yang tinggi. x

13 9. Dalam rangka meningkatkan kinerja BKPM Tahun 2016, BKPM menetapkan empat arah kebijakan investasi 2016 sebagaimana gambar di bawah ini: Gambar 1.Rencana 2016: Rencana Kebijakan Investasi a Mendorong Pertumbuhan Ekonomi * Mencapai realisasi investasi Rp594,8 triliun * Realisasi investasi sektor manufaktur Rp 313,5 triliun atau 52,7% * meningkatkan investasi sektor orientasi ekspor, substitusi impor, padat karya, dan hilirisasi SDA b Mendorong Penyerapan Tenaga Kerja * mencapai realisasi penyerapan tenaga kerja 2 juta orang * meningkatkan realisasi investasi sektor padat karya, seperti industri tekstil dan sepatu c Mengurangi Kesenjangan Pembangunan Antar wilayah * proporsi realisasi investasi di luar Jawa Rp 292,2 triliun atau 49,1% d. Melaksanakan lima strategi BKPM: * meningkatkan layanan perizinan investasi * mengawal realisasi investasi * melakukan pemasaran investasi secara aktif dan lebih terfokus *. meningkatkan iklim investasi * memastikan manfaat investasi untuk rakyat Dalam rangka mendukung kinerja organisasi, BKPM telah menyusun kinerja individu sesuai tugas, fungsi dan perannya dalam bentuk Sasaran Kerja Pegawai (SKP). SKP disusun berdasarkan sasaran kinerja yang selaras dengan Penetapan Kinerja unit kerja tingkat Eselon II dan satuan kerja tingkat Eselon I. Atas pengelolaan kinerja tersebut, BKPM telah melakukan reviu atas capaian kinerja seluruh unit kerja sebagai bahan perbaikan manajemen kinerja di masa yang akan datang. Pada Tahun 2015, penerapan e-perfomance untuk Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada eksekutif dashboard manajemen dengan metode balanced scorecard di BKPM telah dijalankan dengan baik. Dengan keberadaan e- xi

14 performance ini dapat memonitor dan mengendalikan capaian kinerja dan keuangan semua unit kerja termasuk kinerja individu sehingga dapat memberi masukan untuk perbaikan yang berkelanjutan. Berbagai upaya perbaikan terus dilakukan untuk meningkatkan kinerja BKPM. Capaian IKU yang masih di bawah target terus dilakukan evaluasi dan action plan. Penggunaan balanced scorecard sebagai alat untuk mengelola kinerja, sangat membantu BKPM dalam menjalankan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, mulai dari penyusunan rencana kinerja sampai pelaporan kinerja. Di samping itu, BKPM terus berupaya meningkatkan kualitas dan kompetensi aparatur melalui diklat peningkatan pemahaman akan substansi penanaman modal. Diklat tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan publik agar aparaturnya dapat melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar ISO 9001:2008 antara lain : 1. diklat Customer Service; 2. diklat Service Excellence. Selain itu dalam rangka meningkatkan kapasitas Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) serta peningkatan kompetensi dan kapasitas APIP melalui pendidikan dan pelatihan baik teknis maupun substantif di bidang pengawasan/pemeriksaan dalam rangka evaluasi akuntabilitas kinerja dan perbaikan manajemen kinerja. xii

15 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 1

16 ` BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal mempunyai tugas yang sangat strategis dalam pemerintahan Republik Indonesia. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yaitu melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal; mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal; menetapkan norma, standar, dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayanan penanaman modal; mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dengan memberdayakan badan usaha; membuat peta penanaman modal Indonesia; mempromosikan penanaman modal; mengembangkan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi yang seluasluasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal; membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal; mengkoordinasi penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia; dan 2 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

17 mengkoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKPM dituntut untuk melaksanakannya sesuai dengan asas-asas umum penyelenggaraan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Salah satu asas yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 adalah asas akuntabilitas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk Laporan Kinerja yang merupakan pertanggungjawaban BKPM dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2015 dalam rangka melaksanakan Visi dan Misi Presiden berupa 9 agenda prioritas yang disebut Nawa Cita. Adapun Nawa Cita merupakan gagasan program untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 3

18 ` B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dalam melaksanakan peran strategis seperti diuraikan diatas, sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1 Tahun 2011, BKPM mempunyai tugas melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman modal berdasarkan ketentuan perundangundangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKPM menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. pengkajian dan pengusulan perencanaan penanaman modal nasional; 2. koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional di bidang penanaman modal; 3. pengkajian dan pengusulan kebijakan pelayanan kebijakan penanaman modal; 4. penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayanan penanaman modal; 5. pengembangan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dengan memberdayakan badan usaha; 6. pembuatan peta penanaman modal di Indonesia; 7. koordinasi pelaksanaan promosi serta kerjasama penanaman modal; 8. pengembangan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan 4 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

19 kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal; 9. pembinaan pelaksanaan penanaman modal, dan pemberian bantuan penyelesaian berbagai hambatan dan konsultansi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal; 10. koordinasi dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu; 11. koordinasi penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia; 12. pemberian perizinan dan fasilitas penanaman modal; 13. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan, keuangan, hukum, kearsipan, pengolahan data dan informasi, perlengkapan dan rumah tangga; dan 14. pelaksanaan fungsi lain di bidang penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut di atas, susunan organisasi BKPM sebagaimana dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 5

20 ` Gambar 2. Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal STRUKTUR ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Kepala BKPM Wakil Kepala BKPM Komite Penanaman Modal Sekretaris Utama Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Inspektorat Direktorat Peren-canaan Industri Agribisnis & SDA Lainnya Dir ektor at Der egulasi Penanaman Modal Dir ektor at Pengembangan Pr omosi Dir ektor at Ker jasama Bilater al dan Multilater al Direktorat Pelayanan Aplikasi Direktorat Wilayah I Bir o Per enc anaan Pr ogr am dan Anggar an Pusat Pengolahan Data dan Informasi Dir ektor at Per enc anaan Industr i Manufaktur Dir ektor at Pengembangan Potensi Daer ah Direktorat Promosi Sektoral Direktorat Kerjasama Regional Direktorat Pelayanan Perizinan Direktorat Wilayah II Bir o Per atur an Per undang-un-dangan, Humas dan TU Pimpinan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Dir ektor at Per enc anaan Jasa dan Kawasan Dir ektor at Pember dayaan Usaha Direktorat Fasilitasi Promosi Daerah Dir ektor at Ker jasama Dunia Usaha Inter nasional Direktorat Pelayanan Fasilitas Direktorat Wilayah III Biro Umum Pusat Bantuan Hukum Dir ektor at Per enc anaan Infr astr uktur Direktorat Pameran dan Sarana Promosi Direktorat Wilayah IV Sebagaimana struktur organisasi di atas, dalam menjalankan tugasnya, BKPM didukung oleh 655 orang pegawai dari berbagai bidang keahlian seperti ekonomi, keuangan, bisnis, hukum, teknik, IT, administrasi, bahasa dan lainnya. Pegawai Badan Koordinasi Penanaman Modal tersebut ditempatkan pada 7 unit Eselon I, 28 Eselon II dan 9 anggota Komite Penanaman Modal. BKPM mempertimbangkan komposisi dari segi jabatan, golongan, pendidikan dan usia/generasi serta kompetensi. Komposisi yang berimbang merupakan dukungan dalam pencapaian sasaran kinerja BKPM pada Tahun BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

21 C. Peran Strategis Sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional serta sesuai amanat Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Sasaran pembangunan investasi pada RPJMN periode adalah: 1. Menurunnya waktu pemrosesan perijinan investasi di pusat dan di daerah menjadi maksimal 15 hari kerja per jenis perizinan pada tahun 2019; 2. Menurunnya waktu dan jumlah prosedur untuk memulai usaha (starting a business) menjadi 7 hari dan 5 prosedur pada tahun 2019 sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan peringkat Indonesia pada Ease of Doing Business (EoDB); 3. Meningkatnya pertumbuhan investasi atau Pertumbuhan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi sebesar 12,1 persen pada tahun 2019; serta 4. Meningkatnya investasi PMA dan PMDN menjadi Rp 932,9 triliun pada tahun 2019 dengan kontribusi PMDN yang semakin meningkat menjadi 38,9 %. Pada prioritas nasional di bidang penanaman modal melalui peningkatan iklim penanaman modal dan iklim usaha, RPJMN menetapkan arah kebijakan nasional yang merupakan peran strategis BKPM meliputi: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 7

22 ` 1. Menciptakan iklim penanaman modal yang berdaya saing; 2. Meningkatnya realisasi penanaman modal di seluruh wilayah Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, posisi BKPM menjadi sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam agenda pertumbuhan ekonomi nasional. Penanaman modal memberikan efek pengganda terhadap perekonomian yang cukup besar dengan mendorong sektor riil melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja yang dapat menurunkan kesenjangan antar wilayah. D. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja Sistematika penyajian Laporan Kinerja BKPM Tahun 2015 adalah sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan. Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi. 2. Bab II Perencanaan Kinerja. Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan. 3. Bab III Akuntabilitas Kinerja A. Capaian Kinerja Organisasi Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja Sasaran Strategis 8 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

23 Organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. B. Analisis Balanced Scorecard Pada sub bab ini, capaian kinerja organisasi dianalisis dengan menggunakan empat perspektif Balanced Scorecard. C. Realisasi Anggaran Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja. 4. Bab IV Penutup. Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. 5. Lampiran 1) Perjanjian Kinerja Tahun ) Daftar Penghargaan 3) Pernyataan telah direviu BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 9

24 ` 10 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

25 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Strategis Penanaman Modal Tahun Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Badan Koordinasi Penanaman Modal merupakan amanat Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menyebutkan bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga (K/L) diwajibkan untuk menyiapkan rancangan Renstra K/L sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Renstra BKPM merupakan dokumen perencanaan dengan periode lima tahun serta merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Renstra BKPM juga mengacu kepada dokumendokumen perencanaan jangka panjang maupun jangka menengah yang telah disusun sebelumnya, antara lain Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Selain itu, penyusunan Renstra BKPM juga telah didasarkan pada dokumen perencanaan kebijakan sektoral, antara lain Kebijakan Industri Nasional (Perpres Nomor 28 Tahun 2008), Kebijakan Energi BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 11

26 ` Nasional (Perpres Nomor 5 Tahun 2006), Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan nasional (PP Nomor 50 Tahun 2011), Cetak Biro Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Perpres Nomor 26 Tahun 2012), dan lain-lain. Pada sidang kabinet tanggal 27 Oktober 2014, Presiden mengamanatkan kepada seluruh Kementerian/Lembaga (K/L) agar tidak menyusun visi dan misinya sendiri melainkan menggunakan visi dan misi Presiden yang dituangkan dalam RPJMN yang selanjutnya dijabarkan ke dalam: 1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Penanaman Modal Arah kebijakan dan strategi nasional di bidang penanaman modal dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pada agenda pembangunan nasional nomor 6 (enam), Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional, dengan sub agenda prioritas Penguatan Investasi. Sasaran yang hendak dicapai dalam rangka Penguatan Investasi untuk lima tahun ke depan adalah: a) Menurunnya waktu pemrosesan perizinan investasi nasional di pusat dan di daerah menjadi maksimal 15 hari per jenis perizinan pada tahun b) Menurunnya waktu dan jumlah prosedur untuk memulai usaha (starting a business) menjadi 7 hari dan menjadi 5 prosedur pada tahun 2019, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan peringkat Indonesia pada Ease of Doing Business (EoDB). 12 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

27 c) Meningkatnya pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi sebesar 12,1% pada tahun d) Meningkatnya investasi PMA dan PMDN menjadi Rp933 triliun pada tahun 2019 dengan kontribusi PMDN yang semakin meningkat menjadi 38,9%. Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk: a) mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional; dan b) mempercepat peningkatan penanaman modal. 2. Arah Kebijakan dan Strategi BKPM sebagai berikut: a) Perbaikan iklim penanaman modal; b) mendorong persebaran penanaman modal; c) fokus pengembangan pangan, infrastruktur dan energi; d) penanaman modal yang berwawasan lingkungan (green investment); e) pemberdayaan UMKMK; f) pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif; g) promosi penanaman modal. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 13

28 ` B. Tujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun Tujuan yang ingin dicapai BKPM dalam lima tahun ke depan didasarkan pada hasil identifikasi potensi, permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Presiden periode Berdasarkan tugas dan fungsi BKPM dalam UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal serta Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal, BKPM menetapkan tujuan yang akan dicapai pada tahun , yaitu: 1. Mewujudkan iklim penanaman modal yang berdaya saing Tujuan ini diarahkan pada upaya untuk memberikan kemudahan, kepastian dan transparansi proses pelayanan perizinan dan nonperizinan, mengembangkan SPIPISE untuk mendukung penyelenggaraan PTSP di Pusat dan Daerah, meningkatkan kepastian hukum dan penyederhanaan prosedur perizinan dan non perizinan, memberikan insentif fiskal dan non fiskal yang lebih menarik dan transparan, serta memfasilitasi penyelesaian permasalahan dan hambatan dalam pelaksanaan penanaman modal (debottlenecking). 14 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

29 2. Mewujudkan penanaman modal yang berkualitas dan berkelanjutan Tujuan ini disusun dalam rangka mendorong penanaman modal pada sektor-sektor prioritas, meningkatkan penanaman modal di Luar Pulau Jawa khususnya Provinsi Papua dan Papua Barat, meningkatkan peran UKM dalam perekonomian melalui kemitraan dengan usaha besar PMA dan PMDN, meningkatkan efektivitas strategi dan upaya promosi penanaman modal, memfasilitasi percepatan penanaman modal dengan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), meningkatkan pemanfaatan kerjasama ekonomi internasional untuk kepentingan nasional, serta meningkatkan peran perencanaan sebagai nerve kegiatan di unit-unit BKPM agar lebih efektif dan terintegrasi. C. Sasaran Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM menetapkan sasaran strategis dari masing-masing tujuan yang ingin dicapai dalam periode , antara lain: Tujuan 1: Mewujudkan iklim penanaman modal yang berdaya saing Untuk mencapai tujuan tersebut, ada 3 (tiga) sasaran strategis yaitu: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 15

30 ` 1. Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal. 2. Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP pusat dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal. 3. Meningkatkan kinerja lembaga melalui ketersediaan sarana, prasarana dan aparat yang mumpuni dalam rangka menunjang tugas dan fungsi BKPM. Tujuan 2: Mewujudkan penanaman modal yang berkualitas dan berkelanjutan Untuk mencapai tujuan tersebut, ada 4 (empat) sasaran strategis yaitu: 1. Meningkatnya realisasi penanaman modal melalui kegiatan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan penanaman modal dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal. 2. Meningkatnya daya tarik penanaman modal melalui promosi yang terpadu dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri yang berpijak pada peningkatan daya saing penanaman modal. 16 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

31 3. Meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal. 4. Tersusunnya perencanaan penanaman modal dan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif dan implementatif dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal pada sektor prioritas. D. Program Dalam rangka mencapai tujuan tersebut ditetapkan 3 (tiga) program yaitu: 1. program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya; 2. program peningkatan sarana prasarana aparatur BKPM; 3. program peningkatan daya saing penanaman modal. E. Target Realisasi Investasi Target realisasi investasi Tahun 2015 adalah sebesar Rp519,5 triliun. Sedangkan target realisasi investasi periode sebagaimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 17

32 Realisasi Investasi (Rp. Trilliun) ` Gambar 3 Target Realisasi Investasi Periode Meningkat 13,8% Meningkat 14,5% Meningkat 14,1% Meningkat 16,7% Meningkat 17,7% TOTAL PMDN PMA Meningkatnya investasi PMA dan PMDN ditargetkan mencapai Rp932,9 triliun pada Tahun 2019 dengan peningkatan rata-rata investasi setiap tahun sebesar 15,36%. F. Perjanjian Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2015 Pada tahun 2015, BKPM menjadikan kontrak kinerja sebagai dokumen Perjanjian Kinerja, dengan berdasarkan pada sasaran strategis yang telah ditetapkan. 18 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

33 Pencapaian sasaran strategis diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 1. Perjanjian Kinerja BKPM Tahun 2015 No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Target 1. Nilai realisasi penanaman modal 519,5 triliun 1 Meningkatnya realisasi penanaman modal 2. Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa 45.60% (236,9 triliun) 3. Rasio realisasi PMDN 33.80% (175,6 triliun) 2. Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM 3,1 dari skala 4 (setara 77,50) G. Pengukuran Kinerja Sesuai dengan Surat Keputusan Sekretaris Utama Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Kinerja di Badan Koordinasi Penanaman Modal, pengukuran kinerja sasaran strategis ditetapkan melalui metode balanced scorecard yang menerjemahkan tugas, fungsi, tujuan dan strategi ke dalam suatu Peta Strategi.Peta strategi menjabarkan strategi secara visual, melalui sejumlah sasaran strategis yang terangkai dalam hubungan sebab akibat dan dikelompokkan kedalam empat perspektif yaitu financial perspective, customer perspective, process perspective dan people perspective. Masing-masing perspektif memiliki bobot yang ditentukan sebagai berikut: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 19

34 ` Tabel 2. Bobot Perspektif Konsolidasi dari seluruh nilai perspektif atau seluruh realisasi IKU dalam satu Peta Strategi ditunjukan melalui Perhitungan NKO yang mengacu pada Perjanjian Kinerja dengan formula: NKO = (% capaian kinerja x Bobot Perspektif) Dimana penghitungan indeks capaian kinerja tersebut adalah: a. Apabila realisasi IKU melebihi target, dimana target yang ditetapkan merupakan target maksimal yang dapat dicapai, maka indeks capaian IKU tersebut dikonversi menjadi 120. b. Apabila realisasi IKU sama dengan target atau tidak memenuhi target, maka indeks capaian IKU tersebut tidak dilakukan konversi. PERSPEKTIF BOBOT Financial 30% Customers 30% Process 20% People 20% Tingkat capaian kinerja masing-masing sasaran strategis dikelompokkan ke dalam lima kategori sebagai berikut: Tabel 3. Kategorisasi Kinerja No. Nilai Kode Kategori ke atas Hijau Sangat Baik Hijau Muda Baik Kuning Cukup Oranye Kurang ke bawah Merah Buruk 20 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

35 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 21

36 ` BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Sasaran Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2015 Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan melalui perbandingan antara target kinerja yang telah ditetapkan dalam penetapan kinerja tersebut dibandingkan dengan realisasi yang Hasil capaian nilai kinerja organisasi BKPM sebesar 107,18% dengan kategori sangat baik dicapai. Pengukuran capaian kinerja BKPM tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) pada masing-masing perspektif. Dari hasil pengukuran kinerja tersebut, diperoleh data capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM adalah sebesar 107,18%. Nilai tersebut berasal dari capaian kinerja pada masing-masing perspektif sebagai berikut: a. Financial perspective dengan bobot 30%, capaian kinerja 100,80%; b. Customers perspective dengan bobot 30%, capaian kinerja 109,89%; c. Process perspective dengan bobot 20%, capaian kinerja 108,09%; 22 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

37 d. People perspective dengan bobot 20%, capaian kinerja 111,80%. Tabe l4. Tingkat Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2015 No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Target Realisasi % Kategori 1. Nilai realisasipenanam 519,5triliun 545,4 triliun 105% Sangat Baik 1 Meningkatnya realisasi penanaman modal an modal 2.Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa 45,60% (236,9 triliun) 45,59% (248,7 triliun) 99,99% Baik 3.Rasio realisasi PMDN 33,80% (175,6 triliun) 32,91% (179,5 triliun) 97,36% Baik Meningkatnya kualitas Indeks Kepuasan 2. pelayanan penanaman modal yang prima dan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di 3,1 dari skala 4 (setara 77,50) 3,09 dari skala 4 (setara 77,19) 99,6% Baik responsif melalui BKPM PTSP Pusat Penjelasan capaian Indikator Kinerja Utama untuk untuk setiap sasaran strategis adalah sebagai berikut: 1. Sasaran Strategis 1 Meningkatnya realisasi penanaman modal Tingkat capaian sasaran strategis 1 Meningkatnya realisasi penanaman modal ditunjukkan dengan tiga Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu nilai realisasi penanaman modal, rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa, dan rasio realisasi PMDN. Berdasarkan tiga Indikator Kinerja Utama BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 23

38 ` (IKU) di atas, BKPM telah berhasil mencapai sasaran strategis 1 Tahun 2015 sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 5. Tingkat Capaian Sasaran Strategis 1 Meningkatnya realisasi penanaman modal No. INDIKATOR KINERJA Satuan Target Realisasi Kinerja (%) Kategori 1 Nilai realisasi penanaman modal Triliun (Rp) 519,5 545, Sangat Baik 2 Rasio Realisasi penanaman modal di luar Jawa % 45,60 (Rp236,9 triliun) 45,59 (Rp248,7 triliun) 99,99 Baik 3 Rasio Realisasi PMDN % 33,80 (Rp175,6 triliun) 32,91 (Rp179,5 triliun) 97,36 Baik Penjelasan dari capaian masing-masing IKU tersebut dijabarkan dalam uraian berikut ini: a. Nilai Realisasi Penanaman Modal Gambar 4. Perbandingan Realisasi Investasi Tahun 2015 dengan Target Tahun 2015 dan Realisasi Investasi Tahun Rp (Triliun) Realisasi 2014 Target 2015 Realisasi BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

39 Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa capaian target nilai realisasi penanaman modal Tahun 2015 yaitu sebesar Rp545,4 triliun atau 105% dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp519,5 triliun, yang terdiri dari realisasi Tahun 2015, capaian realisasi investasi PMDN dan PMA mencapai 105% dari target realisasi investasi Tahun 2015 atau sebesar Rp 545,4 triliun investasi PMDN sebesar Rp175,6 triliun dan realisasi PMA sebesar Rp365,9 triliun. Nilai realisasi investasi Tahun 2015 ini meningkat 17,8% dibanding realisasi investasi pada Tahun 2014 yaitu sebesar Rp 463,1 triliun. b. Rasio Penanaman Modal di Luar Jawa Pada periode Januari Desember Tahun 2015, realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar Rp296,7 triliun (54,4%) dan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar Rp248,7 triliun (45,6%). Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada Tahun 2014 sebesar Rp199,8 triliun terjadi peningkatan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar 24,5%. Grafik persebaran realisasi investasi Jawa dan Luar Jawa pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2015 dapat dilihat pada berikut ini. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 25

40 ` Gambar 5. Persebaran Nilai Realisasi Investasi Jawa Dan Luar Jawa JAN-DES TAHUN 2014 JAN-DES TAHUN 2015 Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa secara persentase persebaran investasi di Luar Jawa pada tahun 2015 Rp248,7 triliun (45,6%) naik apabila dibandingkan dengan tahun 2014 Rp199,8 triliun (43,1%). Demikian juga apabila dilihat dari capaian realisasi investasi Luar Jawa tahun 2015 terjadi peningkatan Rp48,9 triliun atau 24,5% dari tahun Capaian kinerja nilai realisasi penanaman modal di luar Jawa pada tahun 2014 tersebut juga sudah mencapai 105,0% dari target Rp236,9 triliun. Hal ini cukup menggembirakan karena memberikan gambaran bahwa upaya pemerintah dalam mendorong pemerataan investasi di Luar Jawa menunjukan hasil yang positif. c. Rasio Penanaman Modal Dalam Negeri Rasio penanaman modal dalam negeri menggambarkan perbandingan antara nilai realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dibandingkan dengan nilai realisasi 26 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

41 penanaman modal secara total di Indonesia selama Tahun Capaian nilai rasio penanaman modal dalam negeri untuk Tahun 2015 dapat dilihat pada diagram berikut ini: Gambar 6. Perbandingan Realisasi Investasi PMDN Dan PMA Tahun 2014 dan PMA Rp 307,0 T (66,3%) PMDN Rp 156,1 T (33,7%) PMDN, 179.5, 33% PMA, 365.9, 67% Berdasarkan gambar di atas rasio realisasi PMDN Tahun 2015 adalah sebesar 32,92% dari total nilai realisasi investasi di Indonesia. Dibandingkan dengan target rasio investasi Tahun 2015 sebesar 33.80%, maka capaian tersebut berada di kategori sangat baik (97,4%). Apabila dibandingkan dengan Tahun 2014, capaian rasio tersebut mengalami penurunan sebesar 0,8% dari capaian 33,7%. Selain itu, dalam rangka memberikan gambaran secara lengkap, disampaikan juga beberapa hal yang menjelaskan capaian realisasi investasi PMA/PMDN Tahun 2015 berdasarkan provinsi, sektor usaha, penanaman modal asing asal negara dan investasi berdasarkan koridor ekonomi sebagaimana dapat dilihat dalam tabel dan gambar berikut: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 27

42 ` No Tabel 6. Target Dan Realisasi Investasi PMA Dan PMDN Provinsi WILAYAH JAWA Per Provinsi Tahun 2015 Target Realisasi (Rp Triliun) (Rp Triliun) (%) Kategori 1 DI Yogyakarta 0,9 1,5 166,667 Sangat Baik 2 DKI Jakarta 54,6 60,8 111,355 Sangat Baik 3 Jawa Barat ,512 Sangat Baik 4 Jawa Tengah ,333 Sangat Baik 5 Banten 46 42,5 92,391 Baik 6 Jawa Timur 61,1 67,9 111,129 Sangat Baik TOTAL JAWA 268,6 296,7 110,462 Sangat Baik WILAYAH LUAR JAWA Sumatera 1 Aceh 6,1 4,5 73,770 Cukup 2 Bengkulu 1 0,8 80,000 Baik 3 Jambi 2,6 4,9 188,462 Sangat Baik 4 Bangka Belitung 2,6 2,1 80,769 Baik 5 Kepulauan Riau 8 8,6 107,500 Sangat Baik 6 Lampung 3,1 4,3 138,710 Sangat Baik 7 Riau 18,5 18,1 97,838 Baik 8 Sumatera Barat 2,2 2,3 104,545 Sangat Baik 9 Sumatera Selatan 18, ,529 Sangat Baik 10 Sumatera Utara 14,9 19,9 133,557 Sangat Baik TOTAL SUMATERA Kalimantan 77,9 84,5 108,472 Sangat Baik 13 Kalimantan Barat 22,7 22,8 100,441 Sangat Baik 14 Kalimantan Selatan 17,2 14,1 81,977 Baik 15 Kalimantan Tengah 9,2 12,9 140,217 Sangat Baik 16 Kalimantan Timur 25,9 39,4 152,124 Sangat Baik 17 Kalimantan Utara 25,4 3,8 14,961 Buruk 28 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

43 No Provinsi TOTAL KALIMANTAN SULAWESI Target Realisasi (Rp Triliun) (Rp Triliun) (%) Kategori 100, ,629 Baik 21 Sulawesi Utara 1,7 1,4 82,353 Baik 22 Sulawesi Tengah 10 14,5 145,000 Sangat Baik 23 Sulawesi Selatan 11 12,1 110,000 Sangat Baik 24 Sulawesi Tenggara 5,7 3,8 66,667 Cukup 25 Gorontalo 0,2 0,2 100,000 Sangat Baik 26 Sulawesi Barat 1,2 1,1 91,667 Baik TOTAL SULAWESI 29,8 33,1 111,074 Sangat Baik Bali & Nusa Tenggara 28 Bali 6 7,4 123,333 Sangat Baik 29 NTB 6 9,1 151,667 Sangat Baik 30 NTT 1,8 2,2 122,222 Sangat Baik TOTAL BALI & NUSA TENGGARA Maluku 13,8 18,7 135,507 Sangat Baik 31 Maluku ,000 Sangat Baik 32 Maluku Utara 8,5 2,6 30,588 Buruk TOTAL MALUKU 9,5 3,6 37,895 Buruk Papua 33 Papua Barat 4,5 3,3 73,333 Cukup 34 Papua 15 12,5 83,333 Baik TOTAL PAPUA 19,5 15,8 81,026 Baik TOTAL TARGET & REALISASI INVESTASI 519,5 545,4 105 Sangat Baik BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 29

44 ` Berdasarkan tabel di atas, terdapat beberapa daerah yang capaian realisasi investasi melampaui target yang telah ditetapkan. Hal itu disebabkan antara lain: 1) Provinsi DI Yogyakarta, capaian realisasi investasi Tahun 2015 melampaui target investasi disebabkan oleh meningkatnya minat investasi terutama dalam sektor pariwisata dan perhotelan. 2) Provinsi Jambi, capaian realisasi investasi Tahun 2015 melampaui target investasi disebabkan oleh meningkatnya investasi di sektor perkebunan sawit, karet, pertambangan, dan beberapa dari perusahaan listrik dan gas. 3) Provinsi Sumatera Utara, capaian realisasi investasi Tahun 2015 melampaui target investasi disebabkan oleh meningkatnya investasi di sektor industri kimia, transportasi dan gudang, industri makanan dan industri kayu. Sedangkan yang masuk kategori buruk antara lain disebabkan: 1) Provinsi Maluku Utara, capaian nilai realisasi investasi yang jauh di bawah target investasi salah satunya disebabkan oleh masalah pembiayaan dimana distribusi penyaluran kredit yang tidak merata. Faktor lainnya adalah rendahnya ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas karena keterbatasan jumlah sekolah, tenaga pengajar dan fasilitas kesehatan yang kurang memadai. 30 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

45 2) Provinsi Kalimantan Utara, mengandalkan produksi migas, batubara, dan CPO. Semuanya adalah komoditas yang harganya tegantung pada pasar dunia, dimana pada saat terjadi penurunan permintaan terhadap komoditas tersebut menyebabkan realisasi investasi tidak mencapai target. Selanjutnya realisasi investasi PMDN dan PMA berdasarkan sektor usaha dapat dilihat dalam gambar berikut itu: Gambar 7. Realisasi Investasi PMDN Berdasarkan Sektor Usaha Realisasi PMDN berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah: Industri Makanan (Rp24,6 triliun); Listrik, Gas dan Air (Rp21,9 triliun); Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (Rp21,3 triliun); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (Rp20,7 triliun); dan Industri Mineral Non Logam (Rp20,5 triliun). BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 31

46 ` Gambar 8. Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Sektor Usaha Realisasi PMA berdasarkan sektor usaha 5 besar) adalah Pertambangan (US$ 4,0 miliar); Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (US$ 3,3 miliar); Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (US$ 3,1 miliar); Listrik, Gas dan Air (US$ 3,0 miliar); danperumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran (US$ 2,4 miliar). Realisasi investasi PMA dilihat dari asal negara dapat dilihat dalam gambar berikut ini: Gambar 9. Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Asal Negara Realisasi PMA berdasarkan asal negara (5 besar) adalah Singapura (US$ 5,9 miliar); Malaysia (US$ 3,0 miliar); Jepang (US$ 2,9 miliar); Belanda (US$ 1,3 32 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

47 miliar) dan Korea Selatan (US$ 1,2 miliar). Realisasi investasi berdasarkan Koridor Ekonomi pada periode Januari sampai dengan Desember 2015 adalah: a. Koridor Ekonomi Sumatera dengan realisasi investasi sebesar Rp 84,4 triliun (15,5%), terdiri dari PMDN sebesar Rp 37,8 triliun dan PMA sebesar US$ 3,7 miliar. Sektor yang dominan untuk PMDN adalah Listrik, Gas dan Air (Rp 9,6 triliun); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (Rp 6,5 triliun); Industri Makanan (Rp 4,7 triliun); Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran (Rp 2,8 triliun); dan Industri Kertas, Barang dari kertas dan Percetakan (Rp 2,8 triliun) dan untuk PMA adalah Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (US$ 0,8 miliar); Industri Kertas, Barang dari kertas dan Percetakan (US$ 0,6 miliar); Listrik, Gas dan Air (US$ 0,5 miliar); Industri Makanan (US$ 0,4 miliar); dan Pertambangan (US$ 0,4 miliar); b. Koridor Ekonomi Jawa dengan realisasi investasi sebesar Rp 296,7 triliun (54,4%), terdiri dari PMDN sebesar Rp 103,8 triliun dan PMA sebesar US$ 15,4 miliar. Sektor yang dominan untuk PMDN adalah Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 33

48 ` (Rp 19,9 triliun); Konstruksi (Rp 16,7 triliun); Industri Makanan (Rp 14,1 triliun); Industri Mineral Non Logam (Rp 11,0 triliun); dan Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (Rp 10,8 triliun) dan untuk PMA adalah Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (US$ 2,6 miliar); Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran (US$ 2,0 miliar); Listrik, Gas dan Air (US$ 1,9 miliar); Industri Alat Angkutan dan Transportasi Lainnya (US$ 1,7 miliar); dan Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (US$ 1,4 miliar); c. Koridor Ekonomi Kalimantan dengan realisasi investasi sebesar Rp 93,0 triliun (17,1 %), terdiri dari PMDN sebesar Rp 20,0 triliun dan PMA sebesar US$ 5,8 miliar. Sektor yang dominan untuk PMDN adalah Tanaman Pangan dan Perkebunan (Rp 7,7 triliun); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (Rp 3,4 triliun); Industri Makanan (Rp 3,0 triliun); Pertambangan (Rp 1,8 triliun); dan Hotel dan Restoran (Rp 1,3 triliun) dan untuk PMA adalah Pertambangan (US$ 2,0 miliar); Tanaman Pangan dan Perkebunan (US$ 1,8 miliar); Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (Rp 0,4 triliun); Listrik, Gas dan Air (US$ 0,4 miliar); Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran (US$ 0,4 miliar); 34 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

49 d. Koridor Ekonomi Sulawesi dengan realisasi investasi sebesar Rp 33,2 triliun (6,1%), terdiri dari PMDN sebesar Rp 13,7 triliun dan PMA sebesar US$ 1,6 miliar. Sektor yang dominan untuk PMDN adalah Industri Mineral Non Logam (Rp 7,1 triliun); Industri Makanan (Rp 2,3 triliun); Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (Rp 1,3 triliun); Listrik, Gas dan Air (Rp 1,1 triliun); dan Tanaman Pangan dan Perkebunan (Rp 1,0 triliun) dan untuk PMA adalah Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (US$ 0,9 miliar); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (US$ 0,2 miliar); Pertambangan (US$ 0,2 miliar), Listrik, Gas dan Air (US$ 0,1 miliar); dan Industri Makanan (US$ 0,1 miliar); e. Koridor Ekonomi Bali dan Nusa Tenggara dengan realisasi investasi sebesar Rp 18,7 triliun (3,4%), terdiri dari PMDN sebesar Rp 2,9 triliun dan PMA sebesar US$ 1,3 miliar. Sektor yang dominan untuk PMDN adalah Listrik, Gas dan Air (Rp 1,2 triliun); Hotel dan Restoran (Rp 1,1 triliun); Industri Makanan (Rp 0,4 triliun); dan Konstruksi (Rp 0,1 triliun) dan untuk PMA adalah Pertambangan (US$ 0,5 miliar); Hotel dan Restoran (US$ 0,3 miliar); Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (US$ 0,2 miliar) dan Listrik, Gas dan Air (US$ 0,2 miliar); BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 35

50 ` f. Koridor Ekonomi Maluku dan Papua dengan realisasi investasi sebesar Rp 19,4 triliun (3,5 %), terdiri dari PMDN sebesar Rp 1,4 triliun dan PMA sebesar US$ 1,4 miliar. Sektor yang dominan untuk PMDN adalah Tanaman Pangan dan Perkebunan (Rp 1,3 triliun); Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (Rp 0,05 triliun); dan Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (Rp 0,03 triliun) dan untuk PMA adalah Pertambangan (US$ 0,9 miliar); Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (US$ 0,2 miliar); dan Industri Mineral Non Logam (US$ 0,02 miliar). 2. Sasaran Strategis 2 Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat Dalam rangka melaksanakan tercapainya sasaran 2 meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat, pada bulan Juni 2015 dan bulan Desember Tahun 2015 Badan Koordinasi Penanaman Modal telah melakukan survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap stakeholders (pengguna layanan). Tujuan pelaksanaan survei Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Badan Koordinasi Penanaman Modal adalah: 36 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

51 1. Mengidentifikasi kelemahan atau kekuatan dari masing-masing unit penyelenggara pelayanan publik dan menganalisis unsur layanan apa yang sudah dan faktor layanan apa yang perlu ditingkatkan; 2. Mengukur secara berkala tingkat kepuasan pengguna layanan pada penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan oleh semua unit layanan publik di Badan Koordinasi Penanaman Modal; 3. Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan langkah perbaikan pelayanan; 4. menganalisis keterkaitan antara kinerja unsur-unsur layanan dan tingkat kepuasan pengguna layanan (stakeholders) Badan Koordinasi Penanaman Modal. 5. Sebagai umpan balik dalam memperbaiki layanan sehingga masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam mengawasi pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik. Hasil survei tersebut menunjukkan informasi berikut: Tabel 7. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM bulan Juni 2015 Kinerja INDIKATOR KINERJA Target Realisasi Kategori (%) Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan 3,1 dari skala 4 3,39 dari skala 4 Sangat 109,31 penanaman modal pada PTSP (setara 77,50) (setara 84,72) Baik Pusat di BKPM BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 37

52 ` Tabel 8. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM bulan Desember 2015 INDIKATOR KINERJA Target Realisasi Kinerja (%) Kategori Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM 3,1 dari skala 4 (setara 77,50) 3,09 dari skala 4 (setara 77,19) 99,6 Baik Survei kualitas penanaman modal atas periode Semester II (Juli-Desember) Tahun 2015 menyesuaikan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Berdasarkan pengukuran keseluruhan kuesioner (150 kuesioner) yang telah diisi oleh responden terhadap kualitas ruang lingkup pelayanan, diperoleh hasil skor Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dengan angka Indeks sebesar 77,19 yang menunjukkan mutu pelayanan B dengan kategori BAIK, karena berada dalam nilai interval konversi Indeks Kepuasan Masyarakat 62,51 81,25. Berdasarkan penilaian terhadap survei yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil sebagai berikut: 38 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

53 No. Tabel 9. Nilai Rata-rata (NRR) dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan Unsur Pelayanan NRR (Skala 4) 1. Persyaratan Pelayanan Prosedur Pelayanan Waktu Pelayanan Biaya/ Tarif Pelayanan Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan Hasil dari Pelayanan Keterbukaan Informasi Kompetensi Pelaksana Penguasaan Materi Keahlian Keterampilan Daya tanggap Perilaku Pelaksana Kesopanan Keramahan Maklumat Pelayanan Penanganan Pengaduan, Saran & Masukan NRR IKM Tertimbang 3,088 Setara ({3,088: 4} x 100) 77,19 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa unsur yang memiliki Nilai Rata-Rata (NRR) tertinggi adalah Biaya Pelayanan dengan indeks sebesar 3,913 atau berkinerja Sangat Baik. Hal ini berarti bahwa rata-rata responden telah cukup puas dengan kejelasan informasi dan tidak BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 39

54 ` adanya pungutan biaya pelayanan di BKPM. Selain Biaya Pelayanan, terdapat 2 (dua) unsur lain yang Kinerja Unit Pelayanannya mendapatkan kategori Sangat Baik (Interval 3,26-4,00), yaitu pada ruang lingkup Perilaku Pelaksana unsur Kesopanan dan Keramahan dengan Nilai Rata-Rata (NRR) masing-masing adalah 3,320 dan 3,275. Sementara itu, unsur yang memiliki Nilai Rata-Rata (NRR) terendah adalah Waktu Pelayanan dengan indeks sebesar 2,827. Badan Koordinasi Penanaman Modal akan melakukan upaya peningkatan kecepatan dalam memproses pelayanan perizinan dan nonperizinan sesuai SOP dengan menambah kuantitas dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Berikut adalah beberapa unsur pelayanan yang masih perlu ditingkatkan, karena memiliki indeks dibawah NRR IKM tertimbang 3,088: Tabel 10. Daftar Unsur Pelayanan Yang Masih Memerlukan Peningkatan No. Unsur Pelayanan Nilai Rata- Rata Tertimbang (NRR) Kategori Unsur Kinerja Unit Pelayanan 1. Waktu Pelayanan 2,827 Cukup 2. Prosedur Pelayanan 2,860 Cukup 3. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan 2,940 Cukup 4. Maklumat Pelayanan 2,967 Cukup 40 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

55 Untuk unsur prosedur pelayanan dengan nilai 2,860, Badan Koordinasi Penanaman Modal mengupayakan evaluasi terhadap SOP untuk lebih disederhanakan. Selain itu, untuk peningkatan kualitas pelayanan, pada tahun 2015, Badan Koordinasi Penanaman Modal melanjutkan penerapan penggunaan aplikasi Sistem Perizinan Investasi Secara Online (SPIPISE) yang telah diluncurkan di tahun sebelumnya. Melalui sistem online, pengajuan permohonan izin Melalui sistem online, pengajuan permohonan izin investasi cukup dengan mengakses situs BKPM di alamat investasi dengan cukup mengakses situs BKPM di alamat Selain layanan online, Badan Penanaman meluncurkan Pelayanan Koordinasi Modal Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat sehingga calon investor dapat mengajukan perizinan hanya di satu tempat dengan satu proses yang lebih sederhana cepat dan terjangkau. Selanjutnya, pada tanggal 26 Oktober 2015 menjadi momentum bersejarah bagi proses perizinan di Indonesia. Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Kementerian/Lembaga lainnya berhasil meluncurkan layanan Izin Investasi 3 Jam sebagai bagian dari PTSP Pusat. Badan Koordinasi BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 41

56 ` Penanaman Modal terus mengadakan penyempurnaan terhadap layanan perizinan investasi 3 jam yang awalnya investor hanya mendapatkan 3 produk perizinan + 1 Surat Ketersediaan Lahan. Sejak 1 Desember 2015, Badan Koordinasi Penanaman Modal menambah produk perizinan yang dapat diperoleh melalui layanan Izin Investasi 3 Jam menjadi 8 perizinan + 1 Surat Ketersediaan Lahan. Berikutnya untuk unsur penanganan pengaduan, saran dan masukan, Badan Koordinasi Penanaman Modal menambah saluran pengaduan melalui call center. Sedangkan untuk unsur maklumat pelayanan, akan disosialisasikan melalui media publikasi yang tersedia. B. Analisis Balanced Scorecard atas Capaian Kinerja Tahun 2015, penerapan e-perfomance untuk Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada eksekutif dashboard manajemen dengan metode balanced scorecard Dalam rangka melakukan penilaian kinerja organisasi yang dicapai selama Tahun 2015, Badan Koordinasi Penanaman Modal menggunakan metode Balanced Scorecard yang mempunyai keunggulan kemudahan dan lebih realistis dalam melakukan penilaian tingkat capaian kinerja. Penilaian tersebut dilakukan melalui dua tahap, yaitu: 42 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

57 1. Peta Strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal, Peta Strategi dilakukan melalui 4 (empat) perspektif penilaian dimulai dari financial, costumers, process, people atas IKU Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2015 untuk mencapai target realisasi investasi. Peta strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal digambarkan dalam ilustrasi berikut. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 43

58 ` Gambar 10. Peta Strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2015 FINANCIAL Meningkatnya Realisasi Penanaman Modal CUSTOMERS Meningkatnya Kualitas Pelayanan PM yang Prima dan Responsif melalui PTSP Pusat Terwujudnya percepatan pelaksanaan penanaman modal Meningkatnya iklim PM dalam rangka peningkatan daya saing PM PROCESS Meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal Terwujudnya perencanaan PM dan penyusunan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif, dan implementatif dalam rangka peningkatan daya saing PM Meningkatnya daya tarik penanaman modal Indonesia melalui promosi yang terpadu dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri yang berpijak pada peningkatan daya saing penanaman modal PEOPLE Meningkatnya kinerja lembaga melalui ketersediaan sarana, prasarana dan aparatur yang mumpuni dalam rangka menunjang tugas dan fungsi BKPM Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan 44 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

59 2. Evaluasi Dan Analisis Balanced Scorecard Dalam rangka mencapai target investasi Tahun 2015 senilai 519,5 triliun dilakukan melalui Sasaran Kinerja, Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Kinerja Pendukung yang secara bersama-sama berkontribusi terhadap tercapainya target investasi tersebut. Berdasarkan peta strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2015, capaian kinerja tersebut dianalisis menggunakan empat perspektif balanced scorecard yang masing-masing diukur dengan bobot tertentu yaitu: a. Financial Perspective dengan bobot 30%, mencakup sasaran strategis yang ingin diwujudkan organisasi untuk memenuhi harapan stakeholder (pemangku kepentingan) yang secara langsung atau tidak langsung baik swasta maupun pemerintah memiliki kepentingan atas output atau outcome dari suatu organisasi. Hal ini diwujudkan melalui capaian nilai realisasi investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah. Dalam Sasaran Strategis yang diwujudkan yaitu meningkatnya realisasi penanaman modal melalui Indikator Kinerja Utama, nilai realisasi penanaman modal, rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa dan rasio realisasi PMDN. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 45

60 ` b. Customers Perspective dengan bobot 30%, mencakup sasaran strategis yang ingin diwujudkan organisasi untuk memenuhi harapan customer dan/atau harapan organisasi terhadap customer. Customer (pengguna layanan) merupakan pihak yang terkait dengan pelayanan suatu organisasi. Perspektif ini mengukur outcome kepuasan atas pelayanan yang diterima oleh investor dapat terpenuhi, yaitu sasaran strategis: 1). Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat dengan Indikator Kinerja Utama (IKU): a) Waktu penyelesaian pelayanan penanaman modal sesuai dengan SOP, berupa: Izin Prinsip penanaman Modal, Izin Usaha, dan Surat Keputusan Fasilitas b) Perizinan dan nonperizinan yang diterbitkan berupa: Izin Prinsip, Izin Usaha, dan Surat Keputusan Fasilitas. c) Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas kualitas pelayanan penanaman modal 2). Terwujudnya percepatan pelaksanaan penanaman modal dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) jumlah investor/perusahaan/ proyek yang difasilitasi berupa persetujuan prinsip/prakualifikasi/ debottlenecking/ 46 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

61 financial close dalam rangka percepatan pelaksanaan penanaman modal 3). Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal dengan Indikator Kinerja Utama (IKU): a) Perbaikan kemudahan memulai usaha; b) Indeks kualitas iklim penanaman modal; c) Jumlah analisis kebijakan bagi perbaikan iklim penanaman modal; d) Pemutakhiran data potensi dan peluang investasi daerah secara elektronik; e) Jumlah kesepakatan kemitraan usaha di dalam dan luar negeri; f) Jumlah penyederhanaan Bisnis Proses Perizinan Investasi. Dalam rangka memenuhi Nawa Cita ke 6 Presiden Republik Indonesia dengan target menciptakan layanan satu atap untuk investasi dan efisiensi perizinan bisnis, pelaksanaan penerbitan perizinan usaha di tingkat nasional akan dilaksanakan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 47

62 ` (PTSP) Nasional dan diselenggarakan di BKPM. Dengan adanya PTSP akan mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta memperpendek proses pelayanan guna mewujudkan pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti dan terjangkau. Layanan perizinan bersifat lintas sektor dan lintas kewenangan yang berdasarkan atas peraturan perundang-undangan baik dalam tingkatan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden maupun Peraturan Menteri/Kepala Lembaga sehingga jenis perizinan menjadi cukup banyak dan saling memprasyaratkan. Banyak perizinan dan prosedur yang harus dilalui oleh penanam modal menyebabkan jauhnya peringkat kemudahan berusaha di Indonesia. Deregulasi dan debirokratisasi perizinan usaha merupakan kebijakan yang diambil untuk memperbarui proses penyelenggaraan pelayanan usaha kepada masyarakat oleh Pemerintah untuk disempurnakan melalui proses percepatan pelayanan dengan memotong mata rantai pengaturan pelayanan dan unit organisasi yang terlibat. Proses penyempurnaannya harus terpadu, lintas instansi, lintas sektor, dan dikoordinasikan oleh satu instansi Pemerintah yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk mengambil keputusan final kebijakan yang tumpang tindih, mengurangkan aturan prosedur, dan rasionalisasi kelembagaan 48 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

63 pemerintah. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menciptakan iklim investasi yang berdaya saing global dan mencapai sasaran pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan rakyat. Untuk mendorong ke arah perbaikan dalam perizinan di Indonesia diperlukan penyederhanaan berbagai perizinan baik di tingkat pusat maupun daerah. Penyederhanaan perizinan tersebut dapat dilakukan dengan: 1. Metode: a) hapus, gabung, sederhana, dan limpahkan b) penyederhanaan administrasi proses perizinan 2. Pendekatan: Perizinan yang memerlukan waktu penyelesaian cukup lama: a) Perizinan lahan/pertanahan b) Perizinan Lingkungan c) Perizinan Daerah 3. Harmonisasi : a) Pemetaan perizinan tumpang tindih b) Rapat koordinasi Interkem c) Rekomendasi HGSL BKPM telah melakukan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait penyederhanaan perizinan pusat, antara lain : 1. Penyederhanaan lahan. Permasalahan saat ini, persyaratan berlapis untuk izin lokasi (diperlukan ANDAL Lalin dan konsultasi masyarakat) dan jangka waktu berlakunya Izin Lokasi dinilai terlalu pendek BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 49

64 ` oleh investor. Sehingga diusulkan menghapus ANDAL Lalin sebagai persyaratan Izin Lokasi (Menteri Perhubungan perlu mengusulkan perubahan PP Nomor 32 Tahun 2011), mempermudah persyaratan penerbitan izin lokasi (Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN perlu merevisi Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 2 tahun 1999 tentang Izin Lokasi). 2. Penyederhanaan perizinan pinjam pakai kawasan hutan. Permasalahan saat ini, persyaratan pinjam izin pakai kawasan hutan yang interlocking (Izin Usaha dan Izin Lingkungan dan syarat AMDAL) dan kurang transparannya persyaratan dan lamanya proses pinjam pakai kawasan hutan. Sehingga diusulkan menghapus persyaratan Izin Usaha dan Izin Lingkungan sebagai persyaratan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dan penetapan SOP baru (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengubah Peraturan Nomor P.16/Menhut- II/ Penyederhanaan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Permasalahan saat ini, persyaratan berlapis untuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB) diperlukan ANDAL atau UKL/UPL dan tidak seluruh bidang usaha wajib menyusun ANDAL 50 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

65 atau UKL/UPL dan duplikasi perizinan hampir sejenis yang merupakan bagian mekanikal elektrikal dari IMB seperti izin lift, izin penangkal petir, izin instalasi listrik dan izin genset. Usuln perbaikan adalah menghapus persyaratan ANDAL atau UKL/UPL untuk IMB (Menteri Pekerjaan Umum mengubah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007), duplikasi pengaturan pedoman teknis IMB sesuai Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 (Menteri Dalam Negeri untuk dapat membatalkan/mencabut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 dan pengintegrasian dan penyederhanaan jenis izin (Menteri Tenaga Kerja untuk membatalkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja mengenai instalasi petir, Lift dan listrik). Dari koordinasi yang dilakukan, capaian yang diperoleh antara lain perizinan pertanahan, semula pengurusan HGU 123 hari, menjadi 90 hari, perizinan kawasan hutan, semula pengurusan selama 111 hari menjadi 47 hari. Tidak semua koordinasi yang dilakukan berjalan dengan lancar, karena masih adanya ego sektoral, sehingga penyederhanaan Izin Mendirikan Bangunan masih menjadi target penyederhanaan berikutnya. Capaian penyederhanaan perizinan dapat dilihat dalam gambar berikut ini: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 51

66 ` Gambar 11. Capaian Penyederhanaan Perizinan PERIZINAN LISTRIK 49 IZIN 923 HARI 25 IZIN 256 HARI PERIZINAN PERTANAHAN ( 4 capaian perizinan) HGU ha 123 HARI 90 HARI PERIZINAN KEHUTANAN ( 13 capaian perizinan) Izin Pelepasan Kawasan Hutan 111 HARI 47 HARI PERIZINAN PERHUBUNGAN ( 4 capaian perizinan) Izin Terminal Khusus 30 HARI 5 HARI PERIZINAN PERTANIAN (9 capaian perizinan) Izin Perkebunan 751 HARI 182 HARI PERIZINAN PERINDUSTRIAN perizinan) Izin Usaha Industri 672 HARI 152 HARI PERIZINAN KAWASAN PARIWISATA (6 capaian perizinan) Tanda Daftar Kawasan Pariwisata 661 HARI 188 HARI PROSES TAX ALLOWANCE LEBIH PASTI DAN SEDERHANA Lama Proses Tidak Jelas 28 HARI Indonesia mendapatkan predikat investment grade dari Rating &Investment Information Inc. dengan outlook BBB-, Moody s Investor Service dengan outlook Baa3 (stable), Japan Credit Rating Agency Ltd. dengan outlook BBB (stable), Fitch Rating dengan outlook BBB (stable), dan Standard and Poor s dengan outlook BB+ (positive). Pemberian peringkat dari lembaga pemeringkat tersebut menunjukkan kepercayaan yang lebih besar terhadap ekonomi Indonesia berdampak pada peningkatan Foreign 52 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

67 Direct Investment dan perbaikan iklim penanaman modal. c. Process Perspective, dengan bobot 20%, mencakup sasaran strategis yang ingin diwujudkan melalui rangkaian proses yang dikelola organisasi dalam memberikan layanan serta menciptakan nilai bagi stakeholder dan customer (value chain). Upaya lain untuk meningkatkan daya tarik penanaman modal melakukan pemasaran investasi secara aktif dan lebih terfokus. BKPM menetapkan fokus negara tujuan pemasaran dan fokus sektor pemasaran sebagai berikut: Gambar 12. Negara Fokus Pemasaran Investasi dan Sektor Prioritas Investasi 10+9 Negara Fokus Pemasaran Investasi Asia Timur: Jepang, Korea Selatan, RRT, Taiwan, Hong Kong, India Asia Tenggara: Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam Eropa: Inggris, Jerman, Belanda, Italia Amerika Serikat & Kanada Timur Tengah Australia Rusia 5 Kelompok Sektor Prioritas Investasi Manufaktur: Padat karya, orientasi ekspor, subsitusi impor Maritim: Perkapalan, pengolahan ikan Pertanian: Food estate, peternakan sapi Pariwisata & kawasan Infrastruktur & pembangkit listrik BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 53

68 ` Perkembangan jumlah minat investasi dari dari tahun 2011 sampai dengan 2015 yang diperoleh melalui berbagai kegiatan yaitu Marketing Investasi Indonesia (MII), Tourism Trade and Investment (TTI), Indonesian Investment Promotion Center (IIPC), Gelar Potensi Investasi Daerah (GPID), Regional Investment Forum (RIF), kunjungan misi investasi dan pameran dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 11. Target Perkembangan Jumlah Minat Investasi Tahun Indikator Kinerja Target Realisasi % Kategori Sangat Baik Sangat Baik Jumlah Minat Sangat Baik Investasi Sangat Baik Sangat Baik Jumlah rencana investasi tahun 2015 dihitung berdasarkan angka pencapaian Izin Prinsip dari tanggal 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember Berdasarkan data BKPM, jumlah rencana investasi Penanaman Modal Asing (PMA) tahun 2015 adalah sebanyak proyek dengan nilai investasi Rp trilliun atau USD 96,7 milliar. Jumlah izin prinsip dimaksud dikelompokkan ke dalam berbagai sektor dan negara, dengan 10 besar sektor dan negara sebagai berikut: 54 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

69 Gambar 13. Kelompok 10 Besar Izin Prinsip Berdasarkan Sektor 3,52% 2,37% 2,04% 2,06% 4,44% 7,46% 7,74% 38,63% Listrik, Gas dan Air Industri Makanan Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 11,20% 13,60% Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik Gambar 14. Kelompok 10 Besar PMA berdasarkan Asal Negara BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 55

70 ` d. People Perspective dengan bobot 20%, mencakup sasaran strategis yang berupa kondisi ideal atas sumber daya internal organisasi yang ingin diwujudkan atau yang seharusnya dimiliki oleh organisasi untuk menjalankan proses bisnis guna menghasilkan output atau outcome organisasi yang sesuai dengan harapan customer dan stakeholder. Sasaran Strategis perspektif ini yaitu meningkatnya kinerja lembaga melalui ketersediaan sarana, prasarana dan aparatur yang mumpuni dalam rangka menunjang tugas dan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal melalui indikator kinerja utama Indeks Kualitas Sarana dan Prasarana, jumlah aparatur Badan Koordinasi Penanaman Modal yang memiliki komepetensi di bidang penanaman modal, Indeks kualitas kelembagaan ponanaman modal, Indeks kualitas perencanaan program dan anggaran, dan kualitas peraturan perundang-undangan, yang berhubungan dengan masyarakat, keprotokolan dan ketatausahaan pimpinan. Tingkat keberhasilan capaian kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU)Tahun 2015 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal didukung oleh keberhasilan capaian kinerja unit kerja tingkat Eselon I sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini: 56 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

71 No Tabel 12. Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2015 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Target Realisasi % Kategori Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Badan Koordinasi Penanaman Modal 107,18 Financial Perspective (30%) 100,80 1. Nilai realisasi penanaman modal 519,5 triliun triliun 105% Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik 1 Meningkatnya realisasi penanaman modal 2. Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa 45.60% (236,9 triliun) 45.60% (248.7 triliun) 100% Sangat Baik Rasio realisasi PMDN 33.80% (175,6 triliun) 32.92% (179,5 triliun) Customer Perspective (30%) 109,89 Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat Terwujudnya percepatan pelaksanaan penanaman modal Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM jumlah investor/ perusahaan/proy ekyang difasilitasi berupa persetujuan prinsip/prakualifi kasi/debottleneck ingfinancial close dalam rangka percepatan pelaksanaan PM 3,1 dari skala 4 (setara 77,50) 40 investor/ perusahaan/ proyek 3,09 dari skala 4(setara 77,19) 66 investor/ perusahaan/ proyek 97,40% Baik Sangat Baik 99,60% Baik 120% Sangat Baik 4 Meningkatnya iklim penanaman modal 1.Perbaikan kemudahan memulai usaha; 2. Indeks kualitas iklim penanaman modal; 3. Jumlah analisis kebijakan bagi perbaikan iklim penanaman modal; 9 prosedur 10 prosedur 111,12% 2,9 dari skala 5 1 paket rekomendasi & 1 paket rumusan 2,85 dari skala 5 Sangat Baik 98,28% Baik 24 peraturan 120% Sangat Baik BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 57

72 ` No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 4.Pemutakhiran data potensi dan peluang investasi daerah secara elektronik; Target Realisasi % Kategori 34 provinsi 34 provinsi 100% Sangat Baik Jumlah kesepakatan kemitraan usaha di dalam dan luar negeri; 6.Jumlah penyederhanaa n Bisnis Proses Perizinan Investasi. 60 kesepakatan di 6 daerah, 18 kesepakatan di 6 negara 1 paket rumusan 7 MoU & 296 kesepakatan kemitraan usaha di daerah, 7 MoU & 296 kesepakatan kemitraan usaha di daerah, 50 kesepakatan kemitraan di luar negeri 1 paket rumusan 120% 120% 100% Process Perspective (20%) 108,09 Meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal Terwujudnya perencanaan penanaman modal dan penyusunan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif, dan implementatif dalam rangka 1.Persentase kesepakatan/ perjanjian/ perundingan kerjasama penanaman modal yang telah diimplementasi kan 2. Partisipasi aktif BKPM dalam fora perundingan kerjasama 1.Jumlah dokumen perencanaan penanaman modal 2. Indeks kualitas pemetaan dan perencanaan pengembangan enanaman modal % % 17 dokumen 17 dokumen 100% 2,8 dari skala 5 3,57 dari skala 5 120% Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik 58 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

73 No SASARAN STRATEGIS peningkatan daya saing penanaman modal INDIKATOR KINERJA 3. Jumlah daerah yang telah memiliki dokumen perencanaan penanaman modal (RUPMP/ RUPMK) Target Realisasi % Kategori 30 provinsi kabupaten/ kota 33 provinsi kabupaten/ kota 110% Sangat Baik 7 Meningkatnya daya tarik penanaman modal Indonesia melalui promosi yang terpadu dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri yang berpijak pada peningkatan daya saing penanaman modal 1.Tingkat awareness pemirsa iklan Badan Koordinasi Penanaman Modal di televisi media internasional; 2. Jumlah minat investasi; 3. Jumlah rencana investasi; 4. Identifikasi negara pesaing dan investor potensial dari negara target promosi; 6000 Minat Investasi Rp. 866 triliun 1 Laporan Negara pesaing 250 Data Investor Potensial 70% 64% 91% Baik 7405 minat investasi Rp triliun 120% 120% 1 Laporan 100% 270 data investor potensial 108% Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik 8 5.Penyusunan strategi promosi investasi. 1 Rumusan strategi promosi penanaman modal 1 laporan 100% People Perspective (20%) 111,80 Meningkatnya kinerja lembaga melalui ketersediaan sarana, prasarana dan aparatur yang mumpuni dalam rangka menunjang tugas dan fungsi Badan Koordinasi penanaman Modal 1. Indeks kualitas sarana dan prasarana; 2.Jumlah aparatur Badan Koordinasi Penanaman Modal yang memiliki kompetensi di bidang penanaman modal; 3. Indeks kualitas kelembagaan penanaman modal; 2,8 dari skala 5 3,89 dari skala 5 120% Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik rang 1989 orang 99,45% Baik 2,8 dari skala 5 3,76 dari skala 5 120% Sangat Baik BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 59

74 ` No 9 SASARAN STRATEGIS Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan INDIKATOR KINERJA 4. Indeks kualitas perencanaan program dan anggaran; 5.Kualitas peraturan perundangundangan, hubungan masyarakat, keprotokolan dan ketatausahaan pimpinan. 1.Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); 2.Kategori Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Badan Koordinasi penanaman Modal. Target Realisasi % Kategori 2,9 dari skala 5 2,8 dari skala 5 3,95 dari skala 5 3,83 dari skala 5 120% 120% WTP WTP 100% B (71,03) BB (73,28) 103% Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Berdasarkan tabel diatas, dari sisi Financial Perspective, sasaran strategis Meningkatnya Realisasi Penanaman Modal yang diukur dengan bobot 30% memperlihatkan capaian kinerja 100,80% (Sangat Baik). Indeks capaian tersebut menunjukkan keberhasilan BKPM dalam mencapai target realisasi investasi Tahun 2015 serta penyebaran investasi ke luar jawa. Keberhasilan tersebut mempunyai dampak terhadap peningkatan kondisi perekonomian di Indonesia ditandai dengan terbukanya kesempatan berusaha, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan per kapita yang pada akhirnya dapat mendorong meningkatnya kesejahteraan masyarakat. 60 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

75 Dari sisi Customer Perspective yang diukur dengan bobot 30%, capaian kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan capaian 109,89% (Sangat Baik). Indeks capaian tersebut menunjukkan keberhasilan kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif, mewujudkan percepatan pelaksanaan penanaman modal, serta meningkatkan iklim penanaman modal. Terjaganya stabilitas ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, stabilitas politik dan keamanan, masuknya Indonesia dalam peringkat investment grade, dan berbagai upaya memberi citra positif kepada opinion makers telah mendorong peningkatan daya saing investasi Indonesia. Beberapa hasil survei lembaga pemeringkat internasional telah menempatkan Indonesia sebagai negara tujuan investasi, antara lain: 1. Survei yang dilakukan oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC) sejak tahun 2012, menempatkan Indonesia menjadi tiga besar negara tujuan investasi perusahaan manufaktur Jepang, bahkan pada tahun 2013 Indonesia menempati peringkat pertama; 2. Pricewaterhouse Coopers (PwC) menempatkan Indonesia peringkat pertama dari negara-negara APEC sebagai tujuan investasi utama 3-5 tahun kedepan pada survei tahun 2013; BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 61

76 ` 3. AmCham (American Chamber for Commerce) menempatkan Indonesia menjadi peringkat pertama tujuan investasi kawasan ASEAN; 4. UNCTAD menempatkan Indonesia pada peringkat 4 (empat) sebagai top prospective host economic tahun ; 5. Survei The Foreign Direct Investment Confidence Index pada tahun 2012 menempatkan Indonesia pada peringkat 9 sebagai negara tujuan FDI; dan 6. World Economic Forum menempatkan Indonesia pada peringkat 34 dari 144 negara dalam Global Competitiveness Index (GCI) tahun Pemerintah telah melakukan berbagai rencana aksi untuk meningkatkan iklim usaha namun belum terjadi perbaikan peringkat kemudahan berusaha di Indonesia yang signifikan.survei Ease of Doing Business (EODB) 2015 yang dilakukan World Bank-International Finance Corporation (World Bank-IFC) masih menempatkan Indonesia dari peringkat 120 menjadi peringkat 109 dari 189 negara. Untuk memperbaiki peringkat EODB, Pemerintah telah mengupayakan Rencana Aksi terkait memberikan kemudahan untuk memulai berusaha (Starting Business) adalah: 1. Penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Presiden (Perpres) mengenai pendaftaran tenaga kerja dan program jaminan sosial yang memuat penyederhanaan proses menjadi secara simultan 1 62 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

77 (satu) hari kerja dari semula pendaftaran ini selama 14 hari dan pendaftaran kepesertaan Jamsostek selama 7 (tujuh) hari (simultan); 2. Penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) yang mengatur penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sehingga proses dapat dilakukan 3 (tiga) hari secara simultan dari semula selama 15 hari; 3. Penerbitan Perda tentang PTSP dan pelimpahan kewenangan dari Gubernur DKI Jakarta kepada Kepala PTSP; 4. Perubahan UU Perseroan Terbatas dalam rangka peniadaan persyaratan modal dasar dan modal disetor, dan 5. Penyusunan naskah akademis Rancangan Undang- Undang (RUU) Badan Usaha diluar Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi oleh Kemenkumham. Di samping itu, pada tanggal 26 Oktober 2015 dilaksanakan peluncuran penyederhanaan prosedur melalui percepatan proses perizinan penanaman modal 3 jam bagi investasi yang memenuhi kriteria tertentu seperti nilai investasi minimal Rp 100 milyar dan/atau penyerapan tenaga kerja paling sedikit 1000 orang dan penyederhanaan perizinan investasi di antaranya perizinan pertanahan semula pengurusan HGU membutuhkan waktu 123 hari menjadi 90 hari, BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 63

78 ` perizinan kawasan hutan semula 111 hari menjadi 47 hari, izin terminal khusus semula 30 hari menjadi 5 hari. Upaya yang dilakukan BKPM dalam rangka perbaikan iklim penanaman modal antara lain: 1. Mendorong terciptanya kepastian hukum melalui penyederhanaan dan harmonisasi peraturan terkait penanaman modal (deregulasi peraturan); 2. Memberikan kemudahan pelayanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal melalui penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal baik di Tingkat Pusat (BKPM), Provinsi dan Kabupaten/Kota. Mengembangkan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) dan penyediaan online tracking system. Jenis perizinan yang telah dapat dilayani melalui SPIPISE adalah: Izin Prinsip, Izin Usaha dan Surat Persetujuan Pembebasan Bea Masuk Barang Modal dan Bahan Baku. Hingga akhir tahun 2014, jumlah Provinsi, Kabupaten/Kota, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang telah menyelenggarakan PTSP sebanyak 493 PTSP dan 343 PTSP diantaranya telah menerapkan SPIPISE. Implementasi SPIPISE masih terkonsentrasi di KBI (Kawasan Barat Indonesia), yakni Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Dari sisi Process Perspective di atas yang diukur dengan bobot 20%, capaian kinerja Badan Koordinasi Penanaman 64 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

79 Modal menunjukkan capaian 108,09% (Sangat Baik). Indeks capaian tersebut menunjukkan keberhasilan kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam meningkatkan kerja sama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional, mewujudkan penyusunan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif dan implementatif serta meningkatkan daya tarik penanaman modal melalui promosi yang terpadu dan efektif, keberhasilan tersebut antara lain ditandai dengan: 1 jumlah kesepakatan/perjanjian/perundingan yang telah diimplementasikan sebanyak 163 atau 120% dari target yang telah ditetapkan; 2 terbangunnya Rencana Umum Penanaman Modal Daerah (RUPMD) dalam rangka mempermudah calon investor untuk mendapatkan informasi mengenai tata ruang dan potensi investasi daerah; serta 3 meningkatnya tingkat awareness pemirsa iklan BKPM di media televisi internasional dari 57% menjadi 64% yang mendorong minat investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia. Dari sisi People Perspective yang diukur dengan bobot 20%, capaian kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan capaian 111,80% (Sangat Baik). Indeks capaian tersebut menunjukkan keberhasilan kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam mempertahankan kualitas dan akuntabilitas BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 65

80 ` kelembagaan, keberhasilan tersebut antara lain ditandai dengan: 1 peningkatan sarana prasarana dalam rangka mendukung pelaksanaan PTSP Pusat; 2 peningkatan peran kelembagaan sebagaimana ditunjukkan oleh bergabungnya 22 Kementerian/Lembaga ke PTSP Pusat di BKPM sehingga mempermudah proses penyelesaian perizinan; 3 peningkatan pengelolaan dan pertanggungjawaban kinerja anggaran sehingga BKPM mempertahankan opini WTP dari BPK RI selama 8 (delapan) tahun berturut-turut; 4 dalam Tahun 2015, BKPM telah membangun e- performance untuk aplikasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang berbasis Balanced Scorecard; dan 5 peningkatan kompetensi aparatur di pusat dan daerah melalui pendidikan dan pelatihan di bidang pelayanan penanaman modal; 6 peningkatan kompetensi dan kapasitas APIP melalui pendidikan dan pelatihan baik teknis maupun substantif di bidang pengawasan/pemeriksaan dalam rangka evaluasi akuntabilitas kinerja dan perbaikan manajemen kinerja. 66 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

81 C. Laporan Realisasi Anggaran Realisasi Belanja Badan Koordinasi Penanaman Modal pada TA 2015 adalah sebesar Rp ,00 atau 90,01 persen dari alokasi anggaran belanja sebesar Rp ,00. Tabel 13. Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja TA 2015 Uraian 2015 Anggaran Realisasi % Real Angg. Belanja Pegawai , ,00 95,15 Belanja Barang , ,00 89,09 Belanja Modal , ,00 86,68 Jumlah , ,00 90,01 Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik berikut ini: Gambar 15. Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja 500,000,000, ,000,000, ,000,000, ,247,951, ,632,294, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000,000 50,000,000, ,289,761, ,694,163,034 47,384,987,000 Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal 41,072,954,590 Anggaran Realisasi BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 67

82 ` Sedangkan realisasi belanja berdasarkan program untuk Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 14. Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja Berdasarkan Program TA 2015 PROGRAM Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BKPM Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BKPM Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal ANGGARAN 2015 REALISASI , ,00 93, , ,00 79, , ,00 88,20 Total Belanja , ,00 90,01 % Realisasi Belanja TA 2015 mengalami peningkatan sebesar 9,36 persen dibandingkan dengan TA Hal ini disebabkan antara lain karena peningkatan pada realisasi belanja pegawai dan belanja modal. Tabel 15. Perbandingan Realisasi Belanja TA 2015 danta 2014 URAIAN REALISASI TA 2015 REALISASI TA 2014 NAIK (TURUN) % Belanja Pegawai , ,00 51,52 Belanja Barang , ,00 (4,74) Belanja Modal , ,00 389,85 Jumlah , ,00 9,36 Perbandingan realisasi belanja dari Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015 dapat dilihat dalam grafik berikut: 68 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

83 Gambar 16. Realisasi Belanja Periode Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015 NO. Tabel 16. Realisasi Belanja per Sasaran Strategis Tahun 2015 SASARAN STRATEGIS 1. Meningkatnya realisasi penanaman modal nasional yang berorientasi pada kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pemantauan penanaman modal 2. Meningkatnya minat penanaman modal melalui efektivitas kegiatan promosi yang tepat sasaran 3. Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang berorientasi pada peningkatan daya saing 4. Meningkatnya kualitas iklim penanaman modal, pengembangan potensi daerah, dan pemberdayaan usaha nasional 5. Meningkatnya kualitas perencanaan penanaman modal yang berorientasi pada peningkatan daya saing PAGU ANGGARAN (Rp ) REALISASI 51,321,284,000 43,133,846,081 84,05 266,821,768, ,186,805,488 92,64 7,352,851,000 7,006,131,278 95,28 25,084,929,000 19,911,872,796 79,38 26,934,485,000 20,586,546,106 76,43 6. Meningkatnya kerjasama penanaman modal 17,431,220,000 10,528,774,136 60,40 7. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya 240,976,162, ,045,436,385 92,97 Jumlah 635,922,699, ,399,412,270 90,01 % BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 69

84 ` 70 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

85 BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi BKPM dalam rangka meningkatkan pelaksanaan kinerja yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta perwujudan good governance dengan mengacu pada Rencana Strategis BKPM Tahun Penyusunan Laporan Kinerja BKPM ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Pertumbuhan positif capaian realisasi investasi pada Tahun 2015 menunjukkan capaian kinerja BKPM dalam menarik investasi PMDN dan PMA yang merupakan mesin pertumbuhan ekonomi nasional. Capaian positif realisasi investasi ini memberikan optimisme prospek investasi di Indonesia. Berbagai paket kebijakan telah dikeluarkan yang memberikan lebih banyak pilihan insentif investasi, penyederhanaan perizinan dan berbagai kemudahan pada investor, termasuk fasilitasi permasalahan yang dihadapi investor. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 71

86 ` Hasil capaian kinerja sasaran strategis secara umum pada Tahun 2015 sudah sesuai dengan target Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ditetapkan.dari 9 sasaran strategis dengan 28 indikator kinerja utama, menunjukkan 23 IKU mencapai kategori Sangat Baik dan 5 IKU mencapai kategori Baik. Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan semua pihak baik di pemerintahan maupun masyarakat luas serta peran aktif dan dedikasi aparatur BKPM. Hasil survei Ease of Doing Business 2015 yang dilakukan oleh World Bank memasukkan Indonesia ke peringkat 109, meningkat dari tahun sebelumnya dengan peringkat 120. Kenaikan peringkat ini menunjukkan adanya perbaikan indikator kemudahan berusaha di Indonesia. Indonesia mendapatkan predikat investment grade dari Rating And Investment Information Inc. dengan outlook BBB-, Moody s Investor Service dengan outlook Baa3 (stable), Japan Credit Rating Agency Ltd. dengan outlook BBB (stable), Fitch Rating dengan outlook BBB (stable), dan Standard and Poor s dengan outlook BB+ (positive). Pemberian peringkat dari lembaga pemeringkat tersebut menunjukkan kepercayaan yang lebih besar terhadap ekonomi Indonesia berdampak pada peningkatan Foreign Direct Investment dan perbaikan iklim penanaman modal. Beberapa langkah ke depan yang akan dilakukan oleh BKPM antara lain adalah: 1. Meningkatkan layanan perizinan melalui peningkatan layanan PTSP Pusat, melakukan sosialisasi Izin Investasi 3 jam, program kawasan industri ramah investasi dan 72 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

87 program pelayanan investasi lainnya seperti fasilitas jalur hijau. 2. Mengawal realisasi investasi untuk proyek yang masih dalam masa konstruksi. Adapun kriteria perusahaan yang mendapat layanan prioritas adalah menyerap banyak tenaga kerja, berkontribusi terhadap ekspor Indonesia, memproduksi barang substitusi impor, berlokasi di luar Jawa, dan menghasilkan listrik untuk kepentingan umum atau sendiri. BKPM juga membentuk Investor Relation Officer (IRO) sebagai bentuk layanan end-to-end kepada investor yang sedang melakukan realisasi investasi. 3. Melakukan pemasaran investasi secara aktif dan lebih terfokus. BKPM menetapkan fokus negara tujuan pemasaran dan fokus sektor prioritas pemasaran meliputi Asia Timur yang terdiri dari Jepang, Korea Selatan, RRC, Taiwan, Hong Kong dan India; Asia Tenggara yang terdiri dari Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam; Eropa yang terdiri dari Inggris, Jerman, Belanda, Italia; Amerika Serikat dan Kanada, Timur Tengah, Australia dan Rusia. Sedangkan sektor prioritas investasi meliputi manufaktur yang terdiri dari padat karya, orientasi ekspor, subsitusi impor; maritim yang terdiri dari perkapalan, pengolahan ikan; pertanian yang terdiri dari food estate, peternakan sapi; pariwisata dan kawasan; serta infrastruktur dan pembangkit listrik. 4. Meningkatkan iklim investasi melalui strategi mendorong peraturan yang mendukung Izin Investasi dan izin Konstruksi; inisiasi kebijakan proinvestasi sektor padat BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 73

88 ` karya; berorientasi ekspor dan substitusi impor; penyusunan panduan investasi; mengawal penyusunan aturan turunan Peraturan Pemerintah Kawasan Ekonomi Khusus serta implementasinya; serta mengkoordinasikan perbaikan Ease of Doing Business. 5. Program investasi menciptakan lapangan kerja dengan melakukan kerja sama perekrutan tenaga kerja dengan dunia pendidikan (SMA, SMK, Akademi, Universitas, Pesantren), perusahaan PMA/PMDN, dan dengan instansi pemerintah. 6. Mendorong pertumbuhan ekonomi dengan target realisasi investasi sebesar Rp594,8 triliun, realisasi investasi sektor manufaktur sebesar Rp313,5 triliun, serta meningkatkan investasi sektor orientasi ekspor, substitusi impor, padat karya, dan hilirisasi sumber daya alam. 74 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

89 7. Mendorong penyerapan tenaga kerja dengan target pencapaian realisasi penyerapan tenaga kerja 2 juta orang dan meningkatkan realisasi investasi sektor padat karya. 8. Mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah dengan target proporsi realisasi investasi di luar Jawa sebesar Rp248,7 triliun atau 45,6%. 9. Mengimplementasikan e-performance untuk aplikasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada eksekutif dashboard manajemen dengan metode balanced scorecard. 10. peningkatan kompetensi dan kapasitas APIP melalui pendidikan dan pelatihan baik teknis maupun substantif di bidang pengawasan/pemeriksaan dalam rangka evaluasi akuntabilitas kinerja dan perbaikan manajemen kinerja. Demikian, laporan kinerja ini disampaikan dengan harapan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait mengenai tugas dan fungsi BKPM, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada periode berikutnya. Secara internal laporan kinerjate rsebut harus dijadikan motivasi untuk lebih meningkatkan kinerja organisasi dengan jalan selalu menyesuaikan indikator-indikator kinerja yang telah ada dengan perkembangan tuntutan stakeholders, sehingga BKPM dapat semakin dirasakan keberadaannya oleh masyarakat dengan pelayanan yang prima. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 75

90 ` LAMPIRAN Daftar Penghargaan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan BKPM Pada tanggal 9 Juli 2015, BPK memberikan opini WTP atas Laporan Keuangan BKPM Tahun BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... IKHTISAR EKSEKUTIF...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2016 disusun sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Lampaui Target, Realisasi Investasi 2015 Rp 545,4 T Jakarta, 21 Januari 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan hasil capaian realisasi investasi

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal 2012 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan bentuk pertanggung jawaban pelaksanaan kinerja BKPM Tahun 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini menguraikan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. No.701, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Siaran Pers Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Jakarta, 27 Oktober 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi pada triwulan ketiga (Juli-September)

Lebih terperinci

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Lebih terperinci

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1197, 2017 BKPM... Kinerja. Perubahan Kedua. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN DAN KELAS JABATAN SERTA TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL - 6 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Berita Pers Realisasi Investasi Triwulan II 2016 Naik 12,3 % Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong hari ini di Jakarta

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SIARAN PERS Realisasi Investasi Januari September Tahun 2017 Rp 513,2 triliun, Telah Mencapai 75,6% dari Target Jakarta, 30 Oktober 2017 Pada periode Triwulan III (Juli

Lebih terperinci

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI invest in Jakarta 15 Maret 2016 CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Franky Sibarani Kepala 2013 by Indonesia Investment Coordinating Board. All rights reserved Rp

Lebih terperinci

2012, No

2012, No 2012,.1305 12 LAMPIRAN I PERATURAN DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2009 BKPM. Indikator. Kinerja Utama PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR : 1/P/2009 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

2013, No.1531

2013, No.1531 11 2013,.1531 LAMPIRAN I DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TAHUN 2009-2014 A. Rencana Strategis BKPM Tahun 2009-2014 Rencana Strategis (Renstra) BKPM yang disusun merupakan fungsi manajemen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 1 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAGIAN I PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI 2 PERINGKAT GLOBAL MEMBAIK Realisasi Investasi (Rp Triliun) 313 399 463 +12,4%2 016 (y/y) 545 613 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun SIARAN PERS Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun Jakarta, 26 Juli 2017 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2010 BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lampiran : I 1. Nama Organisasi : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Tugas : Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 17 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI Amalia Adininggar Widyasanti Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Realisasi Investasi TW I 2016 Rp 146,5 Triliun, Serap 327 Ribu Tenaga Kerja Jakarta, 25 April 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan angka

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMEBERIAN INSENTIF DAN PEMEBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KONAWE SELATAN i! DITERBITKAN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH

Lebih terperinci

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi Boks 2 REALISASI INVESTASI DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU I. GAMBARAN UMUM Investasi merupakan salah satu pilar pokok dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, karena mampu memberikan multiplier effect

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Menimbang Mengingat SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

KEPALA BADAN KOORDlNASl PENANAMAN MODAL REPUBUK INDONESIA

KEPALA BADAN KOORDlNASl PENANAMAN MODAL REPUBUK INDONESIA KEPALA BADAN KOORDlNASl PENANAMAN MODAL REPUBUK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 01 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PENANAMAN MODAL

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PENANAMAN MODAL Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN, PEMBINAAN, DAN PELAPORAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL, DAN PENDELEGASIAN KEWENANGAN PERIZINAN DAN

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Singkat Organisasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Sumedang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-65.1-/216 DS9291-522-879-3738 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan dituangkan dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)

BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) 2.1. Sejarah BKPM Sebelum pemberlakuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing, Pemerintah kurang menyadari pentingnya koordinasi di

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1997, 2014 BKPM. Dekonsentrasi. Penanaman Modal. Pedoman. Pelimpahan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1997, 2014 BKPM. Dekonsentrasi. Penanaman Modal. Pedoman. Pelimpahan. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1997, 2014 BKPM. Dekonsentrasi. Penanaman Modal. Pedoman. Pelimpahan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan salah satu instansi pemerintah yang mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan penanaman

Lebih terperinci

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), disusun berdasarkan Instruksi Presiden R.I. Nomor 7 Tahun 1999, disajikan dengan menggunakan standar penyusunan laporan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA 2.1. PERENCANAAN STRATEGIS

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN

Lebih terperinci

PROGRAM/KEGIATAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PROGRAM/KEGIATAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Penyelenggaraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FUNGSI PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan I Tahun 2018 Jakarta, 30 April 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN I 2018: Dibanding Tahun 2017 II. TRIWULAN I 2018: Sektor,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.6-/21 DS264-891-4155-6432 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis Negeri atas tugas pokok dan fungsinya dengan memperhatikan visi, misi, dan arah kebijakan Pemerintah Republik Indonesia untuk lima tahun ke depan, serta kondisi obyektif dan dinamika lingkungan strategis,

Lebih terperinci

II Tahun Anggaran 2013

II Tahun Anggaran 2013 Tahun Anggaran 2013 II Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Kegiatan Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Fungsi dan Subfungsi Kendala Yang Dihadapi dan Tindak Lanjut Tahun Anggaran 2013

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita Bangsa Bernegara.

Lebih terperinci

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DAERAH URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi perkembangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PEMBERIAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Triwulan I Berdasarkan PP No. 39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2012 Laporan Konsolidasi Program Dirinci

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 Jakarta, 5-7 Februari 2014 Rapat Kerja dengan tema Undang-Undang Perindustrian Sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. No.522, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Profil Lembaga Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. Sebagai penghubung utama antara dunia usaha

Lebih terperinci