DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... IKHTISAR EKSEKUTIF...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... IKHTISAR EKSEKUTIF..."

Transkripsi

1

2 Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2016 disusun sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja ini merupakan pelaksanaan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun yang kemudian dijabarkan dalam Rencana Strategis (Renstra) BKPM Tahun Capaian realisasi investasi PMDN dan PMA Tahun 2016 sebesar Rp612,8 triliun melampaui target realisasi investasi Tahun 2016 sebesar 103,0% (dari target Rp594,80 triliun). Hal ini merupakan pertanda yang baik dan cukup positif. Selain karena kinerja investasi tetap menunjukkan geliat pertumbuhan di tengah-tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan regional, juga menunjukkan investasi memberikan dampak berganda, antara lain peningkatan penyerapan lapangan kerja. Makna strategis dari capaian positif realisasi investasi ini juga memperlihatkan kepercayaan investor terhadap kondisi fundamental ekonomi Indonesia, serta prospek pertumbuhan ekonomi ke depan yang dapat terjaga dengan baik. Laporan Kinerja BKPM Tahun 2016 berisi analisis realisasi capaian kinerja sasaran strategis BKPM selama Tahun 2016 dibandingkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun Realisasi capaian kinerja BKPM diukur atas dasar penilaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran strategis. BKPM telah melaksanakan i

3

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... Hal. i iii iv v vii BAB I PENDAHULUAN... 2 A. Latar Belakang... 2 B. Peran Strategis C. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja... 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA... 9 A. Perencanaan Strategis Tahun B. Tujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun C. Sasaran Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal D. Program Badan Koordinasi Penanaman Modal.. 13 E. Target Realisasi Investasi Periode F. Perjanjian Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun G. Pengukuran Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Sasaran Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun B. Analisis Balanced Scorecard atas Capaian Kinerja 45 C. Laporan Realisasi Anggaran BAB IV PENUTUP LAMPIRAN I. Lampiran I: DAFTAR PENGHARGAAN II. Lampiran II: PERJANJIAN KINERJA III. Lampiran III: PERNYATAAN TELAH DIREVIU iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 1 Target Kinerja BKPM Tahun Tabel 2 Perjanjian Kinerja BKPM Tahun Tabel 3 Bobot Perspektif Tabel 4 Kategorisasi Kinerja Tabel 5 Tingkat Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun Tabel 6 Tingkat Capaian Sasaran Strategis 1 Meningkatnya realisasi penanaman modal Tabel 7 Target dan Realisasi Investasi PMA dan PMDN per Provinsi Tahun Tabel 8 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM Semester I Tahun Tabel 9 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM Semester II Tahun Tabel 10 Nilai Rata-Rata (NRR) dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan Tabel 11 Daftar Unsur Pelayanan Yang Masih Perlu Ditingkatan Tabel 12 Capaian Kinerja Indikator Utama Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun Tabel 13 Indikator EoDB.. 54 Tabel 14 Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja T.A Tabel 15 Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja Berdasarkan Program T.A Tabel 16 Perbandingan Realisasi Belanja T.A dan T.A Tabel 17 Realisasi Belanja per Sasaran Strategis Tahun Hal iv

6 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1 Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal 4 Gambar 2 Target Realisasi Investasi Periode Gambar 3 Perbandingan Realisasi Investasi Tahun 2015 dengan Target Tahun 2016 dan Realisasi Investasi Tahun Gambar 4 Persebaran Nilai Realisasi Investasi Jawa dan Luar Jawa Gambar 5 Perbandingan Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2015 dan Gambar 6 RealisasiI Investasi PMDN Berdasarkan Sektor Usaha Gambar 7 Realisasi Investasi PMDN Berdasarkan Lokasi Proyek Gambar 8 Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Sektor 30 Usaha Gambar 9 Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Asal 30 Negara Gambar 10 Realisasi Investasi Berdasarkan Wilayah.. 31 Gambar 11 Peta Strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun Gambar 12 Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja Gambar 13 Realisasi Belanja Periode Tahun 2012 sampai dengan Tahun v

7 vi

8 Ikhtisar Eksekutif Laporan Kinerja BKPM Tahun 2016 merupakan pertanggungjawaban akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Lembaga sebagai perwujudan good governance dan kebijakan yang transparan. Selain itu Laporan Kinerja ini merupakan wujud dari kinerja dalam pencapaian visi dan misi Presiden periode , sebagaimana yang dijabarkan dalam tujuan/sasaran strategis, yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Analisis dalam Laporan Kinerja ini mengukur Peta Strategis BKPM melalui sistem manajemen kinerja berbasis balanced scorecard yang terdiri dari empat perspektif yaitu financial perspective, customer perspective, process perspective dan people perspective dengan bobot tertentu. Secara umum tingkat capaian kinerja BKPM pada Tahun 2016 sudah sesuai dengan target yang ditetapkan, dari 8 sasaran strategis dengan 12 Indikator Kinerja Utama (IKU), dimana 10 IKU mencapai kategori Sangat Baik dan 2 IKU mencapai kategori Baik. Capaian kinerja BKPM Tahun 2016 dalam mendukung target menciptakan layanan satu atap untuk investasi dan efisiensi perizinan bisnis sebagai berikut: 1. Capaian target nilai realisasi penanaman modal yaitu sebesar Rp612,8 triliun atau 103% dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp594,8 triliun, yang terdiri dari realisasi investasi PMDN sebesar Rp216,2 triliun dan realisasi PMA sebesar Rp396,6 triliun. Makna strategis dari vii

9 capaian positif realisasi investasi ini memperlihatkan kepercayaan investor terhadap kondisi fundamental ekonomi Indonesia, serta prospek pertumbuhan ekonomi ke depan yang dapat terjaga dengan baik. 2. Capaian kinerja nilai realisasi penanaman modal di luar Jawa mencapai 101,07% dari target Rp281,18 triliun yaitu Rp284,18 triliun. Hal ini diharapkan akan lebih dapat menciptakan pemerataan pembangunan ke berbagai daerah khususnya di luar jawa. Untuk mendukung peningkatan investasi di luar jawa, diperlukan kerjasama dari semua pemangku kepentingan, termasuk instansi pemerintah pusat dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia untuk lebih memberikan kemudahan bagi para investor. 3. Selama Tahun 2016, tercatat penyerapan Tenaga Kerja Indonesia sebanyak orang, terdiri oleh PMDN sebanyak orang dan oleh PMA sebanyak orang. Hal ini menunjukkan investasi menunjukkan dampak berganda, antara lain penyerapan lapangan kerja. 4. Capaian kemudahan berusaha di Indonesia sesuai dengan Indeks Ease of Doing Business (EoDB) 2017 adalah peringkat 91 atau naik 15 tingkatan dari tahun sebelumnya peringkat 106. Indonesia merupakan negara top reformer dalam capaian Indeks EoDB. Pemerintah berkomitmen untuk memperbaiki tingkat kemudahan berusaha melalui 14 Paket Kebijakan Ekonomi. Sedangkan BKPM akan melanjutkan kebijakan deregulasi melalui penyederhanaan perizinan dan viii

10 kerjasama dengan perbankan nasional untuk menyediakan pinjaman bisnis dan mendorong pembangunan infrastruktur. 5. Dalam rangka menarik banyak investor, BKPM menyediakan fasilitas PTSP Pusat di BKPM dengan melibatkan 23 Kementerian/Lembaga dalam satu atap dengan pelayanan yang cepat, sederhana dan transparan. Selama Tahun 2016, terdapat perizinan telah dikeluarkan. Salah satu pelayanan perizinan investasi adalah aplikasi dapat dilakukan melalui sistem online Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE). 6. BKPM menyediakan fasilitas izin investasi 3 jam (I23J) untuk memberikan pelayanan yang cepat kepada investor. Syarat dari I23J ini adalah investor dengan minimum investasi Rp 100 miliar (setara USD 8 juta) atau mempunyai tenaga kerja lokal, dapat memperoleh 8+1 produk perizinan yang terdiri dari Izin Prinsip, NPWP, Akte Perusahaan, TDP, IMTA, RPTKA, NIK, API-P dan Surat Ketersediaan Lahan. 7. BKPM juga menyediakan fasilitas izin investasi 3 jam (I23J) untuk sektor infrastruktur, tanpa minimum investasi dan tanpa minimum jumlah tenaga kerja lokal. Sektor infrastruktur tersebut adalah sektor geotermal, produsen listrik, dan sektor transmisi listrik. 8. BKPM menyediakan fasilitas kontruksi langsung (KLIK), dimana investor dapat secara langsung memulai proyek konstruksinya sebelum memperoleh izin konstruksi. ix

11 Terdapat 14 Kawasan Industri KLIK yang tersebar di seluruh Indonesia (Sumatera Utara, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan). 9. Hasil survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap kualitas pelayanan sebesar 3,10 dari skala Likert 4 atau 98,41% dari target. Hasil survei ini memicu BKPM untuk lebih meningkatkan layanan perizinan dan nonperizinan dengan harapan mencapai kepuasan stakeholders yang tinggi. 10. Berbagai penghargaan yang diraih oleh BKPM selama Tahun 2016 antara lain Predikat Kepatuhan Tinggi terhadap Standar Pelayanan Publik sesuai UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dari Ombudsman RI, Sertifikat SNI ISO 9001:2008 Quality Management Systems-Requirements dari Sucofindo International Certification Services, Penghargaan atas kontribusi dalam pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Kementerian Keuangan RI, dan penghargaan Pusdiklat BKPM sebagai Instansi Pengakreditasi Diklat Teknis untuk Diklat Teknis Bidang Penanaman Modal dari Lembaga Administrasi Negara (LAN). Dalam rangka meningkatkan kinerja BKPM Tahun 2017, BKPM menetapkan strategi dan kebijakan untuk menarik investor dan meningkatkan realisasi investasi, sebagai berikut : a. Menjaga stabilisasi ekonomi untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif; b. Penyederhanaan prosedur perizinan; c. Harmonisasi peraturan perizinan di Pusat dan Daerah; d. Target strategi promosi; x

12 e. Mempercepat pembangunan infrastruktur; f. Meningkatkan peran lembaga keuangan untuk memberikan pinjaman bisnis, khususnya modal kerja kredit investasi; g. Investasi yang humanis; dan h. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja. Pada Tahun 2016, penerapan monitoring dan evaluasi secara berkala telah dijalankan dengan baik. Dengan penerapan monitoring dan evaluasi ini dapat memonitor dan mengendalikan capaian kinerja dan keuangan semua unit kerja termasuk kinerja individu sehingga dapat memberi masukan untuk perbaikan yang berkelanjutan. Berbagai upaya perbaikan terus dilakukan untuk meningkatkan kinerja BKPM. Terhadap capaian IKU yang masih dibawah target terus dilakukan evaluasi dan action plan. Penggunaan balanced scorecard sebagai alat untuk mengelola kinerja, sangat membantu BKPM dalam menjalankan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, mulai dari penyusunan rencana kinerja sampai pelaporan kinerja. xi

13 ` BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 1

14 ` BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempunyai tugas yang sangat strategis dalam pemerintahan Republik Indonesia, yaitu melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman modal berdasarkan ketentuan perundangundangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKPM menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. pengkajian dan pengusulan perencanaan penanaman modal nasional; 2. koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional di bidang penanaman modal; 3. pengkajian dan pengusulan kebijakan pelayanan kebijakan penanaman modal; 4. penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayanan penanaman modal; 5. pengembangan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dengan memberdayakan badan usaha; 6. pembuatan peta penanaman modal di Indonesia; 7. koordinasi pelaksanaan promosi serta kerjasama penanaman modal; 8. pengembangan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan 2 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

15 kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal; 9. pembinaan pelaksanaan penanaman modal, dan pemberian bantuan penyelesaian berbagai hambatan dan konsultansi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal; 10. koordinasi dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu; 11. koordinasi penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia; 12. pemberian perizinan dan fasilitas penanaman modal; 13. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan, keuangan, hukum, kearsipan, pengolahan data dan informasi, perlengkapan dan rumah tangga; dan 14. pelaksanaan fungsi lain di bidang penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi tersebut di atas, struktur organisasi BKPM ditetapkan sesuai dengan gambar sebagai berikut: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 3

16 ` Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal STRUKTUR ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Kepala BKPM Wakil Kepala BKPM Komite Penanaman Modal Sekretaris Utama Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Inspektorat Direktorat Peren-canaan Industri Agribisnis & SDA Lainnya Dir ektor at Der egulasi Penanaman Modal Dir ektor at Pengembangan Pr omosi Dir ektor at Ker jasama Bilater al dan Multilater al Direktorat Pelayanan Aplikasi Direktorat Wilayah I Bir o Per enc anaan Pr ogr am dan Anggar an Pusat Pengolahan Data dan Informasi Dir ektor at Per enc anaan Industr i Manufaktur Dir ektor at Pengembangan Potensi Daer ah Direktorat Promosi Sektoral Direktorat Kerjasama Regional Direktorat Pelayanan Perizinan Direktorat Wilayah II Bir o Per atur an Per undang-un-dangan, Humas dan TU Pimpinan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Dir ektor at Per enc anaan Jasa dan Kawasan Dir ektor at Pember dayaan Usaha Direktorat Fasilitasi Promosi Daerah Dir ektor at Ker jasama Dunia Usaha Inter nasional Direktorat Pelayanan Fasilitas Direktorat Wilayah III Biro Umum Pusat Bantuan Hukum Dir ektor at Per enc anaan Infr astr uktur Direktorat Pameran dan Sarana Promosi Direktorat Wilayah IV Sebagaimana struktur organisasi di atas, dalam menjalankan tugasnya, BKPM didukung oleh 635 orang pegawai dari berbagai bidang keahlian seperti ekonomi, manajemen, keuangan, bisnis, hukum, teknik, teknologi informasi, administrasi, bahasa dan lainnya. Pegawai Badan Koordinasi Penanaman Modal tersebut ditempatkan pada 7 unit Eselon I, 28 Eselon II dan 1 Komite Penanaman Modal. BKPM mempertimbangkan komposisi pegawai dari segi jabatan, golongan, pendidikan dan usia/generasi serta kompetensi. Komposisi yang berimbang merupakan dukungan dalam pencapaian sasaran kinerja BKPM pada Tahun Pada periode T.A terjadi pergantian Kepala BKPM berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2016 tanggal 27 Juli 2016, yang semula dijabat oleh Bapak Franky Sibarani digantikan oleh Bapak Thomas Trikasih Lembong. 4 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

17 B. Peran Strategis Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal, Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan Peraturan Kepala BKPM Nomor 9 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM, BKPM telah menyelenggarakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di BKPM sejak 26 Januari Sebagaimana arahan Presiden Republik Indonesia pada Rapat Terbatas Kabinet tanggal 23 Agustus 2016 mengenai Evaluasi Kinerja Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat bahwa PTSP Pusat diharapkan memberikan pelayanan yang cepat, terpadu dan terintegrasi. Presiden juga menekankan bahwa koordinasi antara PTSP Pusat dan PTSP daerah harus berjalan dengan baik. Untuk itu diperlukan adanya standarisasi pelayanan investasi yang tersinergi dan terkoordinasi antara PTSP Pusat dengan PTSP Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2016 tentang Pedoman Nomenklatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi dan Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa pembinaan dan pengawasan teknis urusan pemerintahan bidang BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 5

18 ` penanaman modal dan PTSP Daerah dilakukan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Namun demikian terdapat permasalahan utama yang masih dihadapi oleh investor (penanam modal) dalam merealisasikan investasinya baik karena permasalahan terkait dengan perizinan dan nonperizinan maupun yang berkaitan dengan lahan dan infrastruktur (listrik, akses jalan) di pusat dan di daerah. C. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja Sistematika penyajian Laporan Kinerja BKPM Tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan. Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi. 2. Bab II Perencanaan Kinerja. Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan. 3. Bab III Akuntabilitas Kinerja A. Capaian Kinerja Organisasi Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja Sasaran Strategis Organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. 6 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

19 B. Analisis Balanced Scorecard Pada sub bab ini, capaian kinerja organisasi dianalisis dengan menggunakan empat perspektif Balanced Scorecard. C. Realisasi Anggaran Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja. 4. Bab IV Penutup. Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. 5. Lampiran 1) Perjanjian Kinerja Tahun ) Daftar Penghargaan 3) Pernyataan Telah Direviu BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 7

20 ` 8 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

21 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Strategis Tahun Rencana Strategis (Renstra) BKPM merupakan dokumen perencanaan dengan periode lima tahun serta merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Renstra BKPM juga mengacu kepada dokumen perencanaan jangka panjang maupun jangka menengah yang telah disusun sebelumnya, antara lain Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), serta telah didasarkan pada dokumen perencanaan kebijakan sektoral. Renstra BKPM telah direvisi dengan diterbitkannya Peraturan Kepala BKPM Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala BKPM Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun Perubahan Renstra BKPM dipandang perlu karena dalam Peraturan Kepala BKPM Nomor 4 Tahun 2015 terdapat beberapa indikator kinerja yang belum ditetapkan target per tahun. Revisi Renstra BKPM secara rinci dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 9

22 ` Tabel 1. Target Kinerja BKPM Tahun TUJUAN SASARAN INDIKATOR Mewujudkan iklim Meningkatnya penanaman modal realisasi yang berdaya saing penanaman dalam rangka mendorong penanaman modal yang berkualitas dan berkelanjutan modal Meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat Nilai realisasi penanaman modal Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa Rasio realisasi PMDN Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM Target Rp 519,5T Rp 594,8T Rp 678,8T Rp 792,5T Rp 933,0T 45,60% 49,10% 52,80% 57,40% 62,00% 33,80% 35,00% 36,30% 37,60% 38,90% 3,10 dari skala 4 3,15 dari skala 4 3,20 dari skala 4 3,25 dari skala 4 3,30 dari skala 4 B. Tujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun Berdasarkan tugas dan fungsi BKPM dalam UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal serta Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal, BKPM menetapkan tujuan yang akan dicapai pada tahun , yaitu: Mewujudkan iklim penanaman modal yang berdaya saing dalam rangka mendorong penanaman modal yang berkualitas dan berkelanjutan Tujuan ini diarahkan pada upaya untuk memberikan kecepatan, kemudahan, kepastian dan transparansi proses pelayanan perizinan dan nonperizinan, mengembangkan 10 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

23 SPIPISE untuk mendukung penyelenggaraan PTSP di Pusat dan Daerah, meningkatkan kepastian hukum dan penyederhanaan prosedur perizinan dan nonperizinan, memberikan insentif fiskal dan non fiskal yang lebih menarik dan transparan, serta memfasilitasi penyelesaian permasalahan dan hambatan dalam pelaksanaan penanaman modal (debottlenecking). Di samping itu tujuan ini juga disusun dalam rangka mendorong penanaman modal pada sektor-sektor prioritas, meningkatkan penanaman modal dan penyebarannya di Luar Pulau Jawa, meningkatkan peran UKM dalam perekonomian melalui kemitraan dengan usaha besar PMA dan PMDN, meningkatkan efektivitas strategi dan upaya promosi penanaman modal, memfasilitasi percepatan penanaman modal dengan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), meningkatkan pemanfaatan kerjasama ekonomi internasional untuk kepentingan nasional, serta meningkatkan peran perencanaan sebagai nerve kegiatan di unit-unit BKPM agar lebih efektif dan terintegrasi. C. Sasaran Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, BKPM menetapkan 2 (dua) sasaran strategis yaitu: 1. Meningkatnya realisasi penanaman modal melalui kegiatan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan penanaman modal dalam rangka BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 11

24 ` meningkatkan daya saing penanaman modal melalui berbagai upaya sebagai berikut: a. Memfasilitasi dan mengawal realisasi investasi proyek-proyek strategis (Mega Project) yang nilainya sangat besar dan berdampak besar ke perekonomian Indonesia. b. Melanjutkan dan memperkuat reformasi perizinan, termasuk PTSP, Izin 3 Jam, dan KLIK (Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi). c. Memperkuat hubungan dan memberikan bantuan kepada PTSP Daerah dalam memberikan pelayanan perizinan kepada investor termasuk dalam hal penggunaan teknologi informasi. d. Mendorong selesainya Bilateral Investment Treaty (BIT) dan Free Trade Area (FTA) dengan partner strategis, seperti EU dan Australia. e. Mendorong investasi di sektor-sektor strategis seperti pariwisata, industri kreatif, maritim, dan infrastruktur pendukung (seperti properti). 2. Meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat dengan didukung oleh: a. Tersusunnya perencanaan penanaman modal dan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif dan implementatif dalam rangka 12 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

25 peningkatan daya saing penanaman modal pada sektor prioritas. b. Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal antara lain melalui perbaikan kemudahan memulai berusaha. c. Meningkatnya daya tarik penanaman modal melalui promosi yang terpadu dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri yang berpijak pada peningkatan daya saing penanaman modal. d. Meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal. e. Meningkatnya kinerja lembaga melalui ketersediaan sarana, prasarana dan aparat yang mumpuni dalam rangka menunjang tugas dan fungsi BKPM. D. Program Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam rangka mencapai tujuan tersebut ditetapkan 3 (tiga) program yaitu: 1. program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya; 2. program peningkatan sarana prasarana aparatur BKPM; 3. program peningkatan daya saing penanaman modal. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 13

26 (Rp. Trilliun) ` E. Target Realisasi Investasi Periode Target realisasi investasi Tahun 2016 adalah sebesar Rp594,8 triliun. Sedangkan target realisasi investasi periode sebagaimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 2. Target Realisasi Investasi Periode Meningkat 13,8% 175,8 Meningkat 14,5% 208,4 Meningkat 14,1% 246,3 Meningkat 16,7% 297,8 343,7 386,4 432,5 494,7 Meningkat 17,7% 569, TOTAL 519,5 594,8 678,8 792,5 932,9 PMDN 175,8 208,4 246,3 297,8 363 PMA 343,7 386,4 432,5 494,7 569,9 363 Meningkatnya investasi PMA dan PMDN ditargetkan mencapai Rp932,9 triliun pada Tahun 2019 dengan peningkatan rata-rata investasi setiap tahun sebesar 15,36%. 14 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

27 F. Perjanjian Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2016 Pada tahun 2016, BKPM menjadikan kontrak kinerja sebagai dokumen Perjanjian Kinerja, dengan berdasarkan pada sasaran strategis yang telah ditetapkan. Pencapaian sasaran strategis diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 2. Perjanjian Kinerja BKPM Tahun 2016 No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Target 1. Nilai realisasi penanaman modal 594,78 triliun 1 Meningkatnya realisasi penanaman modal 2. Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa 49.10% 3. Rasio realisasi PMDN 35.00% 2. Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM 3,15 dari skala 4 G. Pengukuran Kinerja Sesuai dengan Surat Keputusan Sekretaris Utama Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Kinerja di Badan Koordinasi Penanaman Modal, pengukuran kinerja sasaran strategis ditetapkan melalui metode balanced scorecard yang menerjemahkan tugas, fungsi, tujuan dan strategi ke dalam suatu Peta Strategi. Peta strategi menjabarkan strategi secara visual, melalui sejumlah sasaran strategis yang terangkai dalam hubungan sebab akibat dan dikelompokkan kedalam empat BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 15

28 ` perspektif yaitu financial perspective, customer perspective, process perspective dan people perspective. Masing-masing perspektif memiliki bobot yang ditentukan sebagai berikut: Tabel 3. Bobot Perspektif PERSPEKTIF BOBOT Financial 30% Customers 30% Process 20% People 20% Konsolidasi dari seluruh nilai perspektif atau seluruh realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam satu Peta Strategi ditunjukan melalui Perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) yang mengacu pada Perjanjian Kinerja dengan formula: NKO = (% capaian kinerja x Bobot Perspektif) Dimana penghitungan indeks capaian kinerja tersebut adalah: a. Apabila realisasi IKU melebihi target, dimana target yang ditetapkan merupakan target maksimal yang dapat dicapai, maka indeks capaian IKU tersebut dikonversi menjadi 120. b. Apabila realisasi IKU sama dengan target atau tidak memenuhi target, maka indeks capaian IKU tersebut tidak dilakukan konversi. 16 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

29 Tingkat capaian kinerja masing-masing sasaran strategis dikelompokkan ke dalam lima kategori sebagai berikut: Tabel 4. Kategorisasi Kinerja No. Nilai Kode Kategori ke atas Hijau Sangat Baik Hijau Muda Baik Kuning Cukup Oranye Kurang ke bawah Merah Buruk BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 17

30 ` 18 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

31 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Sasaran Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2016 Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan melalui perbandingan antara target kinerja yang telah ditetapkan dalam penetapan kinerja tersebut dibandingkan dengan realisasi yang dicapai. Pengukuran capaian kinerja BKPM Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) pada masing-masing perspektif. Dari hasil pengukuran kinerja tersebut, diperoleh data capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM adalah sebesar 109,19%. Nilai tersebut berasal dari capaian kinerja pada masing-masing perspektif sebagai berikut: a. Financial perspective dengan bobot 30%, capaian kinerja 99,44%; b. Customers perspective dengan bobot 30%, capaian kinerja 112,80%; c. Process perspective dengan bobot 20%, capaian kinerja 120,00%; d. People perspective dengan bobot 20%, capaian kinerja 107,67%. Hasil Capaian Nilai Kinerja Organisasi BKPM sebesar 109,19% dengan kategori Sangat Baik BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 19

32 ` Tabel 5. Tingkat Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016 No SASARAN STRATEGIS 1. Meningkatnya realisasi penanaman modal 2. Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat INDIKATOR KINERJA 1. Nilai realisasi penanaman modal 2.Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa 3.Rasio realisasi PMDN Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM Target Realisasi % Kategori 594,78 triliun 612,8 triliun 103% Sangat Baik 49,10% 46,4% 94,5% Baik (284,1 triliun) 35,00% 35,28% 100,8% Sangat Baik (216,2 triliun) 3,15 dari skala 4 3,10 dari 98,41% Baik skala 4 (setara 77,38) Penjelasan capaian Indikator Kinerja Utama untuk untuk setiap sasaran strategis adalah sebagai berikut: 1. Sasaran Strategis 1 Meningkatnya realisasi penanaman modal Tingkat capaian Sasaran Strategis 1 yaitu Meningkatnya realisasi penanaman modal ditunjukkan dengan tiga IKU yaitu nilai realisasi penanaman modal, rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa, dan rasio realisasi PMDN. Berdasarkan tiga IKU di atas, BKPM telah berhasil mencapai Sasaran Strategis 1 Tahun 2016 sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini: 20 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

33 Rp Triliun Tabel 6. Tingkat Capaian Sasaran Strategis 1 Meningkatnya realisasi penanaman modal No. INDIKATOR KINERJA Satuan Target Realisasi Kinerja Kategori 1 Nilai realisasi penanaman modal Triliun (Rp) 594,78 612,8 103% Sangat Baik 2 Rasio Realisasi penanaman modal di luar Jawa % 49,10% 46,4% (284,1 triliun) 94,5% Baik 3 Rasio Realisasi PMDN % 35,00% 35,28% (216,2 triliun) 100,8% Sangat Baik Penjelasan dari capaian masing-masing IKU tersebut dijabarkan dalam uraian berikut ini: a. Nilai Realisasi Penanaman Modal Gambar 3. Perbandingan Realisasi Investasi Tahun 2015 dan Target Tahun 2016 dengan Realisasi Investasi Tahun , , , Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa capaian target nilai realisasi penanaman modal Tahun 2016 yaitu sebesar Rp612,8 triliun atau 103,0% dari target yang telah BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 21

34 ` ditetapkan yaitu sebesar Rp594,8 triliun, yang terdiri dari realisasi investasi PMDN sebesar 216,2 triliun dan realisasi PMA sebesar Rp396,6 triliun. Nilai realisasi investasi Tahun Realisasi Penanaman Modal Tahun 2016 sebesar Rp612,8 triliun atau 103% dari target Pada periode 2016 ini meningkat 12,36% dibanding realisasi investasi pada Tahun 2015 yaitu sebesar Rp 545,5 triliun. b. Rasio Penanaman Modal di Luar Jawa Januari Desember Tahun 2016, realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar Rp328,62 triliun (104,79%) dan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar Rp284,18 triliun (101,07%). Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada Tahun 2015 sebesar Rp248,7 triliun terjadi peningkatan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar 14,27%. Grafik persebaran realisasi investasi Jawa dan Luar Jawa pada Tahun 2016 dibandingkan dengan Tahun 2015 dapat dilihat pada Grafik 4 dibawah ini. 22 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

35 RP TRILIUN Gambar 4. Persebaran Nilai Realisasi Investasi Jawa Dan Luar Jawa ,7 T (54,4%) 248,7 T (45,6%) 328,7 T (53,6%) 284,1 T (46,4%) Jawa Luar Jawa Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa secara persentase persebaran investasi di Luar Jawa pada Tahun 2016 Rp284,1 triliun (46,4 %) naik apabila dibandingkan dengan tahun 2015 Rp248,7 triliun (45,6%). Tetapi apabila dilihat dari capaian realisasi investasi Luar Jawa Tahun 2016 terjadi peningkatan Rp35,4 triliun atau 12,4% dari Tahun Hal ini cukup menggembirakan karena memberikan gambaran bahwa upaya pemerintah dalam mendorong pemerataan investasi di Luar Jawa menunjukkan hasil yang positif. c. Rasio Penanaman Modal Dalam Negeri Capaian realisasi penanaman modal dalam negeri pada Tahun 2016 juga meningkat apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Realisasi investasi PMDN pada Tahun 2016 mencapai Rp216,2 Triliun atau mencapai 35,3% dari total realisasi investasi secara nasional (PMDN dan PMA). BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 23

36 RP TRILIUN ` Nilai realisasi investasi PMDN tersebut meningkat 12,4% dari Tahun 2015 (Rp179,4 Triliun). Persentase peningkatan realisasi PMDN tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan peningkatan realisasi PMA pada Tahun Capaian realisasi PMA pada tahun 2016 adalah sebesar Rp396,6 Triliun yang apabila dibandingkan dengan tahun 2015 (Rp365,9 Triliun) maka terjadi peningkatan sebesar 20,5%. Perbandingan realisasi PMDN dan PMA pada Tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada Grafik berikut: Gambar 5. Perbandingan Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2015 dan Tahun ,9 T (67,1%) 396,6 T (64,7%) ,4 T (32,9%) 216,2 T (35,3%) PMDN PMA Adapun target realisasi investasi per provinsi dapat dilihat pada Tabel berikut: 24 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

37 Tabel 7. Target dan Realisasi Investasi PMA dan PMDN Per Provinsi Tahun 2016 No Provinsi Target (Rp triliun) Realisasi (Rp triliun) (%) Kategori WILAYAH JAWA 1 DI Yogyakarta 0,98 1,22 124,49 Sangat Baik 2 DKI Jakarta 74,07 58,74 79,30 Baik 3 Jawa Barat ,27 115,68 Sangat Baik 4 Jawa Tengah 27,55 38,18 138,58 Sangat Baik 5 Banten 50 52,3 104,60 Sangat Baik 6 Jawa Timur 70 72,91 104,16 Sangat Baik TOTAL JAWA 313,60 328,62 104,79 Sangat Baik WILAYAH LUAR JAWA Sumatera 7 Aceh 6,47 4,3 66,46 Cukup 8 Bengkulu 2,04 1,71 83,82 Baik 9 Jambi 3,8 4,72 124,21 Sangat Baik 10 Bangka Belitung 2,61 2,92 111,88 Sangat Baik 11 Kepulauan Riau 11,37 7,6 66,84 Cukup 12 Lampung 3,5 7,21 206,00 Sangat Baik 13 Riau 18,5 18,51 100,05 Sangat Baik 14 Sumatera Barat 3,8 4,88 128,42 Sangat Baik 15 Sumatera Selatan 20,62 46,78 226,87 Sangat Baik 16 Sumatera Utara 16,5 18,76 113,70 Sangat Baik TOTAL SUMATERA 89,21 117,39 131,59 Sangat Baik Kalimantan 17 Kalimantan Barat 16,49 17,65 107,03 Sangat Baik 18 Kalimantan Selatan 16,57 9,58 57,82 Kurang 19 Kalimantan Tengah 15,12 13,77 91,07 Baik 20 Kalimantan Timur 30,16 22,49 74,57 Cukup 21 Kalimantan Utara 25,03 5,55 22,17 Buruk TOTAL KALIMANTAN 103,37 69,04 66,79 Cukup BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 25

38 ` No Provinsi Target (Rp triliun) Realisasi (Rp triliun) (%) Kategori SULAWESI 22 Sulawesi Utara 2,5 10,31 412,40 Sangat Baik 23 Sulawesi Tengah 14,5 22,99 158,55 Sangat Baik 24 Sulawesi Selatan 12 8,43 70,25 Cukup 25 Sulawesi Tenggara 8 6,94 86,75 Baik 26 Gorontalo 1,08 2,38 220,37 Sangat Baik 27 Sulawesi Barat 1,55 0,37 23,87 Buruk TOTAL SULAWESI 39,63 51,42 129,75 Sangat Baik Bali & Nusa Tenggara 28 Bali 7,6 6,65 87,50 Baik 29 NTB 6,2 7,35 118,55 Sangat Baik 30 NTT 1,47 1,62 110,20 Sangat Baik TOTAL BALI & NUSA TENGGARA Maluku 15,27 15,62 102,29 Sangat Baik 31 Maluku 0,92 1,42 154,35 Sangat Baik 32 Maluku Utara 6,2 6,02 97,10 Baik TOTAL MALUKU 7,12 7,44 104,49 Sangat Baik Papua 33 Papua Barat 4,85 7,05 145,36 Sangat Baik 34 Papua 21,73 16,22 74,64 Cukup TOTAL PAPUA 26,58 23,27 87,55 Baik TOTAL LUAR JAWA 281,18 284,18 101,07 Sangat Baik TOTAL TARGET & REALISASI INVESTASI 594,80 612,80 103,03 Sangat Baik 26 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

39 Capaian Sangat Baik yang dicapai oleh beberapa provinsi tersebut di atas disebabkan oleh terealisasinya beberapa proyek besar, antara lain: Proyek panas bumi PT. Pertamina Geothermal Energy di Provinsi Lampung terealisasi sebesar Rp2,8 Triliun; Proyek Pulp and Paper PT. Oki Pulp and Paper Mills (Sinarmas Group) di Provinsi Sumatera Selatan terealisasi sebesar Rp38 triliun; Di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu pabrik gula PT. Sukses Mantap Sejahtera dan pertambangan PT. Amman Mineral Nusa Tenggara; Proyek listrik terapung (kapal listrik) sebesar US$ 200 juta di Provinsi Sulawesi Utara; Proyek pertambangan dan smelter nikel PT. Bintang Delapan Mineral di Provinsi Sulawesi Tengah; Proyek pertambangan smelter nikel PT. Feni Haltim dan PT. Megah Surya Pertiwi serta smelter tembaga PT. Batutua Tembaga Raya di Provinsi Maluku; Proyek pabrik Semen Manokwari PT. SDIC Papua Cement Indonesia dan PT. Freeport Indonesia di provinsi Papua Barat. Capaian Buruk yang dicapai oleh 2 provinsi disebabkan oleh tingginya perencanaan/target realisasi investasi, adanya beberapa proyek yang tertunda, dan kendala dalam pengumpulan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM). BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 27

40 ` Selanjutnya realisasi investasi PMDN dan PMA berdasarkan sektor usaha dapat dilihat dalam gambar berikut itu: 1. Kumulatif realisasi investasi periode Januari sampai dengan Desember 2016 sebesar Rp612,8 triliun, terdiri dari realisasi PMDN sebesar Rp216,2 triliun dan realisasi PMA sebesar Rp396,6 triliun. 2. Realisasi PMDN berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah : Industri Makanan (Rp32,0 triliun); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (Rp30,1 triliun); Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (Rp26,8 triliun); Listrik, Gas dan Air (Rp22,8 triliun); dan Tanaman Pangan Perkebunan (Rp21,0 triliun). Gambar 6. Realisasi Investasi PMDN Berdasarkan Sektor Usaha 28 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

41 3. Realisasi PMDN berdasarkan lokasi proyek (5 besar) adalah : Jawa Timur (Rp46,3 triliun); Jawa Barat (Rp30,4 triliun); Jawa Tengah (Rp24,1 triliun); Banten (Rp12,4 triliun); dan DKI Jakarta (Rp12,2triliun). Gambar 7. Realisasi Investasi PMDN Berdasarkan Lokasi Proyek 4. Realisasi PMA berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah: Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (US$ 3,9 miliar); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (US$ 2,9 miliar); Industri Kertas, Barang dari kertas dan Percetakan (US$ 2,8 miliar); Pertambangan (US$ 2,7 miliar); dan Industri Alat Angkutan dan Transportasi Lainnya (US$ 2,4 miliar). Sedangkan apabila seluruh sektor industri digabung maka terlihat industri memberikan kontribusi sebesar US$ 16,7 miliar atau 57,6% dari total PMA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 29

42 ` Gambar 8. Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Sektor Usaha 5. Realisasi PMA berdasarkan asal negara (5 besar) adalah Singapura (US$ 9,2 miliar); Jepang (US$ 5,4 miliar); Belanda (US$ 5,1 miliar); Tiongkok (US$ 2,7 miliar) dan Hong Kong RRT (US$ 2,2 miliar). Gambar 9. Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Asal Negara 30 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

43 6. Realisasi investasi berdasarkan Wilayah pada periode Januari sampai dengan Desember 2016 adalah: a. Wilayah Sumatera dengan realisasi investasi sebesar Rp117,6 triliun (19,2%), terdiri dari PMDN sebesar Rp39,8 triliun dan PMA sebesar US$ 5,7 miliar. b. Wilayah Jawa dengan realisasi investasi sebesar Rp328,7 triliun (53,6%), terdiri dari PMDN sebesar Rp126,4 triliun dan PMA sebesar US$ 14,8 miliar. c. Wilayah Kalimantan dengan realisasi investasi sebesar Rp68,8 triliun (11,2%), terdiri dari PMDN sebesar Rp33,6 triliun dan PMA sebesar US$ 2,6 miliar. d. Wilayah Sulawesi dengan realisasi investasi sebesar Rp51,3 triliun (8,4%), terdiri dari PMDN sebesar Rp13,6 triliun dan PMA sebesar US$ 2,8 miliar. Gambar 10. Realisasi Investasi Berdasarkan Wilayah Bali & Nusa Tenggara; 15,7 T Sulawesi; 51,3 T Kalimantan; 68,8 T Maluku & Papua; 30,7 T Sumatera; 117,6 T Jawa; 328,7 T BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 31

44 ` e. Wilayah Bali dan Nusa Tenggara dengan realisasi investasi sebesar Rp15,7 triliun (2,6%), terdiri dari PMDN sebesar Rp2,6 triliun dan PMA sebesar US$ 0,9 miliar. f. Wilayah Maluku dan Papua dengan realisasi investasi sebesar Rp30,7 triliun (5,0 %), terdiri dari PMDN sebesar Rp0,3 triliun dan PMA sebesar US$ 2,2 miliar. 2. Sasaran Strategis 2 Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat Dalam rangka mengukur tercapainya sasaran 2 meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat, pada bulan Juni 2016 dan bulan Desember Tahun 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal telah melakukan survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap stakeholders (pengguna layanan). Tujuan pelaksanaan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Badan Koordinasi Penanaman Modal adalah: a. Mengidentifikasi kelemahan atau kekuatan dari masingmasing unit penyelenggara pelayanan publik dan menganalisis unsur layanan apa yang sudah dan faktor layanan apa yang perlu ditingkatkan; 32 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

45 b. Mengukur secara berkala tingkat kepuasan pengguna layanan pada penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan oleh semua unit layanan publik di Badan Koordinasi Penanaman Modal; c. Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan langkah perbaikan pelayanan; d. menganalisis keterkaitan antara kinerja unsur-unsur layanan dan tingkat kepuasan pengguna layanan (stakeholders) Badan Koordinasi Penanaman Modal. e. Sebagai umpan balik dalam memperbaiki layanan sehingga masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam mengawasi pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik. Hasil survei tersebut menunjukkan informasi berikut: Tabel 8. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM Semester I Tahun 2016 INDIKATOR KINERJA Target Realisasi* Kinerja (%) Kategori Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM 3,15 dari skala 4 3,10 dari skala 4 (setara 77,38) 98,41 Baik *Berdasarkan pengukuran keseluruhan kuesioner (150 kuesioner) yang telah diisi oleh responden. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 33

46 ` Tabel 9 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM Semester II Tahun 2016 INDIKATOR KINERJA Target Realisasi Kinerja (%) Kategori Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM 3,15 dari skala 4 3,10 dari skala 4 (setara 77,38) 98,41 Baik Berdasarkan pengukuran keseluruhan kuesioner (453 kuesioner) yang telah diisi oleh responden. Survei kualitas penanaman modal pada periode Semester II (Juli-Desember) Tahun 2016 menyesuaikan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Berdasarkan pengukuran keseluruhan kuesioner (453 kuesioner) yang telah diisi oleh responden terhadap kualitas ruang lingkup pelayanan, diperoleh hasil skor Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dengan angka Indeks sebesar 77,38 yang menunjukkan mutu pelayanan B dengan kategori BAIK, yaitu berada dalam nilai interval konversi Indeks Kepuasan Masyarakat 62,51 81,25. Berdasarkan penilaian terhadap survei yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil sebagai berikut: 34 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

47 Tabel 10. Nilai Rata-rata (NRR) dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan No. Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan NRR (Skala 4) 1. Persyaratan Pelayanan 3, Prosedur Pelayanan 2, Waktu Pelayanan 2, Biaya/ Tarif Pelayanan 3, Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan (Hasil dari Pelayanan) 6. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan (Keterbukaan Informasi) 3,078 3, Kompetensi Pelaksana (Penguasaan Materi) 3, Kompetensi Pelaksana (Keahlian) 3, Kompetensi Pelaksana (Keterampilan) 3, Kompetensi Pelaksana (Daya tanggap) 3, Perilaku Pelaksana (Kesopanan) 3, Perilaku Pelaksana (Keramahan) 3, Maklumat Pelayanan 2, Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan 2,884 NRR IKM Tertimbang 3,095 Setara ({3,095: 4} x 100) 77,38 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa unsur yang memiliki Nilai Rata-Rata (NRR) tertinggi adalah Biaya Pelayanan BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 35

48 ` dengan indeks sebesar 3,960. Hal ini berarti bahwa ratarata responden telah cukup puas dengan kejelasan informasi dan tidak adanya pungutan biaya pelayanan PTSP Pusat di BKPM. Sementara itu, unsur yang memiliki Nilai Rata-Rata (NRR) terendah adalah Waktu Pelayanan dengan indeks sebesar 2,871. Meskipun waktu pelayanan memiliki nilai NRR terendah, unsur tersebut masih termasuk dalam kategori Baik (interval 2,51-3,25). Dikarenakan unsur tersebut mendapatkan nilai paling rendah diantara unsur-unsur lain, maka perlu mendapatkan perhatian lebih agar tercapai pelayanan publik yang berkualitas prima di BKPM. Berikut adalah beberapa unsur pelayanan yang masih perlu ditingkatkan, karena memiliki indeks dibawah NRR IKM tertimbang (sebesar 3,095): Tabel 11. Unsur Pelayanan Yang Masih Perlu Ditingkatkan No. Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan Nilai Ratarata Tertimbang (NRR) Kategori Unsur Kinerja Unit Pelayanan 1. Waktu Pelayanan 2,871 Baik 2. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan 2,884 Baik 3. Prosedur Pelayanan 2,905 Baik 4. Maklumat Pelayanan 2,980 Baik 36 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

49 No. Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan Nilai Ratarata Tertimbang (NRR) Kategori Unsur Kinerja Unit Pelayanan 5. Kompetensi Pelaksana (Penguasaan Materi) 3,018 Baik 6. Kompetensi Pelaksana (Keahlian) 3,024 Baik 7. Kompetensi Pelaksana (Daya Tanggap) 3,064 Baik 8. Kompetensi Pelaksana (Keterampilan) 3,077 Baik 9. Produk Spesifikasi Jenis Layanan (Hasil dari Pelayanan) 3,078 Baik 10. Produk Spesifikasi Jenis Layanan (Keterbukaan Informasi) 3,089 Baik Meskipun terdapat 10 unsur ruang lingkup pelayanan yang dibawah nilai rata-rata tertimbang sebesar 3,095, kesepuluh unsur tersebut masih dalam kategori baik. Hal ini menggambarkan bahwa secara keseluruhan penilaian masyarakat terhadap ruang lingkup pelayanan penanaman modal PTSP Pusat di BKPM pada umumnya sudah baik dan masyarakat sudah merasa puas dengan unsur-unsur pada ruang lingkup pelayanan tersebut. Hasil survei pelayanan publik yang dilaksanakan oleh PT. Sigma Resource Indonesia sebagai pihak yang ditunjuk BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 37

50 ` oleh Kemenpan RB pada tanggal 7 Oktober 2016 dengan perolehan skor Indeks Kualitas Pelayanan (IKP) total sebesar 2,92 (kategori Baik), namun di bawah rata-rata IKP 72 K/L sebesar 3,22. Berdasarkan analisis internal BKPM hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain: a. Responden pengguna layanan BKPM adalah perwakilan dari perusahaan yang mempunyai reputasi relatif sangat baik dan telah terbiasa mendapatkan layanan yang terbaik, akibatnya mereka menempatkan ekspektasi yang tinggi atas layanan di BKPM. b. Undangan kepada responden mencantumkan bahwa acara adalah dalam rangka evaluasi atas penyelenggaraan pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM, tidak secara tegas menyebutkan agenda pelaksanaan survei. Hal tersebut mengakibatkan terdapat persepsi kekecewaan sebagaimana diungkapkan setelah acara survei. Hal tersebut dapat mempengaruhi penilaian tingkat kepuasan yang diberikan oleh responden dalam pengisian kuesioner. c. Metode pengisian secara langsung dimana responden harus menyisihkan waktu untuk datang ke BKPM dapat mempengaruhi hasil penilaian. Hal ini bila dibandingkan dengan hasil survei IKM yang dilaksanakan Inspektorat BKPM pada semester II Tahun 2016 menunjukkan hasil dengan kategori baik 38 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

51 dengan skor IKM 77,38 (3,095 dari skala 4) dimana sebagian besar responden (358 responden dari total 453 responden) tidak perlu datang ke BKPM karena menyampaikan kuesioner secara online. Di samping itu BKPM telah menerima laporan dari BPKP mengenai penjaminan kualitas atas penilaian tingkat maturitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada BKPM Tahun 2016 sebesar 2,647 dari 5 tingkat maturitas SPIP di mana instruksi Presiden RI minimal mencapai level 3 pada Tahun Selain itu, untuk peningkatan kualitas pelayanan, pada Tahun 2016, Badan Koordinasi Penanaman Modal melanjutkan penerapan penggunaan aplikasi Sistem Perizinan Investasi Secara Online (SPIPISE) yang diluncurkan sejak telah Tahun 2009 dengan penyempurnaan secara terusmenerus. Melalui online, pengajuan sistem permohonan izin Aplikasi Sistem Perizinan Investasi melalui SPIPISE Unduh berita tentang investasi: Facebook: BKPM LinkedIn: Indonesia Investment Coordinating Board Youtube: THEBKPMVIDEO Aplikasi BKPM pada Googleplay dan Appstore BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 39

52 ` investasi cukup dengan mengakses situs BKPM di alamat Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Kementerian/Lembaga lainnya berhasil meluncurkan layanan Izin Investasi 3 Jam sebagai bagian dari PTSP Pusat. Badan Koordinasi Penanaman Modal terus mengadakan penyempurnaan terhadap layanan perizinan investasi 3 jam yang awalnya investor hanya mendapatkan 3 produk perizinan + 1 Surat Ketersediaan Lahan. Sejak 1 Desember 2016, Badan Koordinasi Penanaman Modal menambah produk perizinan yang dapat diperoleh melalui layanan Izin Investasi 3 Jam menjadi 8 perizinan (Izin Prinsip, NPWP, Akte Perusahaan, TDP, IMTA, RPTKA, NIK dan API-P) + 1 Surat Ketersediaan Lahan. Sampai dengan Desember 2016, jumlah izin yang dilayani melalui pelayanan perizinan investasi 3 jam adalah sebanyak 183 izin dengan nilai komitmen investasi sebesar US$ 23 miliar. Surat Keputusan Kepala BKPM Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK) mengatur 14 kawasan yang mendapatkan fasilitas Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK), dimana investor yang berkomitmen untuk berinvestasi di kawasan industri tersebut dapat langsung memulai konstruksinya setelah mendapatkan izin prinsip, sambil kemudian mengurus izin-izin lain yang diperlukan secara paralel. Dokumen-dokumen tersebut harus lengkap sebelum perusahaan siap produksi komersial. Fasilitas ini dapat 40 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

53 mempercepat proses realisasi investasi bagi para investor sehingga persiapannya menjadi lebih efisien. Dalam rangka memenuhi Nawa Cita ke 6 Presiden Republik Indonesia dengan target menciptakan layanan satu atap untuk investasi dan efisiensi perizinan bisnis, pelaksanaan penerbitan perizinan usaha di tingkat nasional dilaksanakan akan melalui PTSP Nasional dan diselenggarakan di BKPM. Dengan adanya PTSP PTSP Pusat senantiasa berupaya meningkatkan pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti dan terjangkau akan mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta memperpendek proses pelayanan guna mewujudkan pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti dan terjangkau. Layanan perizinan bersifat lintas sektor dan lintas kewenangan yang berdasarkan atas peraturan perundang-undangan baik dalam tingkatan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden maupun Peraturan Menteri/Kepala Lembaga sehingga jenis perizinan menjadi banyak dan saling memprasyaratkan. Banyak perizinan dan prosedur yang harus dilalui oleh penanam modal menyebabkan jauhnya peringkat kemudahan berusaha di Indonesia. Deregulasi dan debirokratisasi perizinan usaha merupakan kebijakan yang diambil untuk memperbarui proses penyelenggaraan pelayanan usaha kepada masyarakat oleh Pemerintah untuk disempurnakan BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 41

54 ` melalui proses percepatan pelayanan dengan memotong mata rantai pengaturan pelayanan dan unit organisasi yang terlibat. Proses penyempurnaannya harus terpadu, lintas instansi, lintas sektor, dan dikoordinasikan oleh satu instansi Pemerintah yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk mengambil keputusan final kebijakan yang tumpang tindih, mengurangkan aturan prosedur, dan rasionalisasi kelembagaan pemerintah. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menciptakan iklim investasi yang berdaya saing global dan mencapai sasaran pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan rakyat. Untuk mendorong ke arah perbaikan dalam perizinan di Indonesia diperlukan penyederhanaan berbagai perizinan baik di tingkat pusat maupun daerah yang dapat dilakukan dengan: 1. Metode: a) hapus, gabung, sederhana, dan limpahkan b) penyederhanaan administrasi proses perizinan 2. Pendekatan: Perizinan yang memerlukan waktu penyelesaian cukup lama: a) Perizinan lahan/pertanahan b) Perizinan Lingkungan c) Perizinan Daerah 3. Harmonisasi : a) Pemetaan perizinan tumpang tindih b) Rapat koordinasi Interkem c) Rekomendasi HGSL 42 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

55 BKPM telah melakukan koordinasi dengan K/L terkait penyederhanaan perizinan pusat, antara lain : 1. Penyederhanaan lahan. Permasalahan saat ini, persyaratan berlapis untuk izin lokasi diperlukan ANDAL Lalu Lintas (Lalin) dan konsultasi masyarakat dan jangka waktu berlakunya Izin Lokasi dinilai terlalu pendek oleh investor. Sehingga diusulkan menghapus ANDAL Lalin sebagai persyaratan Izin Lokasi (Menteri Perhubungan perlu mengusulkan perubahan PP Nomor 32 Tahun 2011), mempermudah persyaratan penerbitan izin lokasi (Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN perlu merevisi Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 2 tahun 1999 tentang Izin Lokasi). 2. Penyederhanaan perizinan pinjam pakai kawasan hutan. Permasalahan saat ini, persyaratan pinjam izin pakai kawasan hutan yang interlocking (Izin Usaha dan Izin Lingkungan dan syarat AMDAL) dan kurang transparannya persyaratan dan lamanya proses pinjam pakai kawasan hutan. Sehingga diusulkan menghapus persyaratan Izin Usaha dan Izin Lingkungan sebagai persyaratan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dan penetapan SOP baru (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengubah Peraturan Nomor P.16/Menhut- II/2014. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 43

56 ` 3. Penyederhanaan Izin Mendirikan Bangunan. Permasalahan saat ini, persyaratan berlapis untuk IMB diperlukan ANDAL atau UKL/UPL dan tidak seluruh bidang usaha wajib menyusun ANDAL atau UKL/UPL dan duplikasi perizinan hampir sejenis yang merupakan bagian mekanikal elektrikal dari IMB seperti izin lift, izin penangkal petir, izin instalasi listrik dan izin genset. Usuln perbaikan adalah menghapus persyaratan ANDAL atau UKL/UPL untuk IMB (Menteri Pekerjaan Umum mengubah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007), duplikasi pengaturan pedoman teknis IMB sesuai Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 (Menteri Dalam Negeri untuk dapat membatalkan/mencabut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 dan pengintegrasian dan penyederhanaan jenis izin (Menteri Tenaga Kerja untuk membatalkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja mengenai instalasi petir, Lift dan listrik). 44 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

57 B. Analisis Balanced Scorecard atas Capaian Kinerja Dalam rangka melakukan penilaian kinerja organisasi yang dicapai selama Tahun 2016, Badan Koordinasi Penanaman Modal menggunakan metode Balanced Scorecard yang mempunyai keunggulan kemudahan dan lebih realistis dalam melakukan penilaian tingkat capaian kinerja. Penilaian tersebut dilakukan melalui dua tahap, yaitu: 1. Peta Strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal, Peta Strategi dilakukan melalui 4 (empat) perspektif penilaian dimulai dari financial, costumers, process, people atas IKU BKPM Tahun 2016 untuk mencapai target realisasi investasi. Peta strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal digambarkan dalam ilustrasi berikut: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 45

58 ` Gambar 11. Peta Strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2016 Meningkatnya Realisasi Penanaman Modal Meningkatnya Kualitas Pelayanan PM yang Prima dan Responsif melalui PTSP Pusat Meningkatnya iklim PM dalam rangka peningkatan daya saing PM Meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal Terwujudnya perencanaan PM dan penyusunan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif, dan implementatif dalam rangka peningkatan daya saing PM Meningkatnya daya tarik penanaman modal Indonesia melalui promosi yang terpadu dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri yang berpijak pada peningkatan daya saing penanaman modal Meningkatnya kinerja lembaga melalui ketersediaan sarana, prasarana dan aparatur yang mumpuni dalam rangka menunjang tugas dan fungsi BKPM Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan 46 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

59 2. Evaluasi Dan Analisis Balanced Scorecard Dalam rangka mencapai target investasi Tahun 2016 senilai Rp594,8 triliun dilakukan melalui Sasaran Kinerja, Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Kinerja Pendukung yang secara bersama-sama berkontribusi terhadap tercapainya target investasi tersebut. Berdasarkan peta strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2016, capaian kinerja tersebut dianalisis menggunakan empat perspektif balanced scorecard yang masing-masing diukur dengan bobot tertentu yaitu: a. Financial Perspective dengan bobot 30%, mencakup sasaran strategis yang ingin diwujudkan organisasi untuk memenuhi harapan stakeholders (pemangku kepentingan) yang secara langsung atau tidak langsung baik swasta maupun pemerintah memiliki kepentingan atas output atau outcome dari suatu organisasi. Hal ini diwujudkan melalui capaian nilai realisasi investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah. Dalam Sasaran Strategis 1 yaitu meningkatnya realisasi penanaman modal diukur melalui 3 (tiga) IKU, yaitu nilai realisasi penanaman modal, rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa dan rasio realisasi PMDN. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 47

60 ` b. Customers Perspective dengan bobot 30%, mencakup 2 (dua) sasaran strategis yang ingin diwujudkan organisasi untuk memenuhi harapan customers dan/atau harapan organisasi terhadap customers. Customers (pengguna layanan) merupakan pihak yang terkait dengan pelayanan suatu organisasi. Perspektif ini diukur melalui 3 (tiga) indikator sebagai berikut: 1) Sasaran Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat diukur dengan 1 (satu) IKU yaitu Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM. 2) Sasaran Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal diukur dengan dengan 2 (dua) IKU yaitu: a. Indeks kualitas iklim penanaman modal; b. Perbaikan kemudahan memulai usaha; c. Process Perspective, dengan bobot 20%, mencakup sasaran strategis yang ingin diwujudkan melalui rangkaian proses yang dikelola organisasi dalam memberikan layanan serta menciptakan nilai bagi stakeholder dan customer (value chain). Upaya lain untuk meningkatkan daya tarik penanaman modal melakukan pemasaran investasi secara aktif dan lebih terfokus. 48 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

61 Perspektif ini diukur melalui 3 (tiga) indikator sebagai berikut: 1) Sasaran meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal yang diukur melalui 1 (satu) IKU, yaitu presentase kesepakatan/perjanjian/perundingan kerjasama penanaman modal yang telah diimplementasikan. 2) Sasaran terwujudnya perencanaan penanaman modal dan penyusunan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif dan implementatif dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal yang diukur melalui 1 (satu) IKU yaitu Indeks Kualitas Pemetaan dan Perencanaan Pengembangan Penanaman Modal; 3) Sasaran Meningkatnya daya tarik penanaman modal Indonesia melalui promosi yang terpadu dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri yang berpijak pada peningkatan daya saing penanaman modal yang diukur melalui 1 (satu) IKU, yaitu Jumlah rencana investasi; d. People Perspective dengan bobot 20%, mencakup sasaran strategis yang berupa kondisi ideal atas sumber daya internal organisasi yang ingin diwujudkan atau yang seharusnya dimiliki oleh organisasi untuk menjalankan proses bisnis guna BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 49

62 ` menghasilkan output atau outcome organisasi yang sesuai dengan harapan customer dan stakeholder. Perspektif ini diukur melalui 3 (tiga) indikator sebagai berikut: 1) Sasaran meningkatnya kinerja lembaga melalui ketersediaan sarana, prasarana dan aparatur yang mumpuni dalam rangka menunjang tugas dan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal yang diukur melalui 1 (satu) IKU, yaitu Indeks Kualitas Sarana dan Prasarana. 2) Sasaran Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan diukur melalui 2 (dua) IKU, yaitu: a. Opini Badan Pemeriksa Keuangan; b. Kategori SAKIP BKPM Tingkat keberhasilan capaian kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal didukung oleh keberhasilan capaian kinerja unit kerja tingkat Eselon I sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini: No Tabel 12. Capaian Indikator Kinerja Utama Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2016 SASARAN INDIKATOR KINERJA Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Badan Koordinasi Penanaman Modal TARGET 1) REALISASI 2) % KATEGORI 109,19 Sangat Baik Financial Perspective (30%) 99,43 Sangat Baik Meningkatnya realisasi penanaman modal a. Nilai realisasi penanaman modal b. Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa c. Rasio realisasi PMDN 594,78 612,8 103 Sangat Baik 49,10% 46,4% (284,1 triliun) 35,00% 35,28% (216,2 triliun) 94,5 Baik 100,8 Sangat Baik 50 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

63 No SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1) REALISASI 2) % KATEGORI Customer Perspective (30%) 112,80 Sangat Baik Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM a. Indeks kualitas iklim penanaman modal; b. Perbaikan kemudahan memulai berusaha; 3,15 dari skala 4 3,10 dari skala 4 (setara 77,38) 98,41 Baik 3,1 dari skala 5 4,1 dari skala Sangat Baik 8 prosedur 10 prosedur 120 Sangat Baik Process Perspective (20%) 120,00 Sangat Baik Meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal Terwujudnya perencanaan penanaman modal dan penyusunan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif, dan implementatif dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal Meningkatnya daya tarik penanaman modal Indonesia melalui promosi yang terpadu dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri yang berpijak pada peningkatan daya saing penanaman modal Persentase kesepakatan/ perjanjian/ perundingan kerjasama penanaman modal yang telah diimplementasikan Indeks kualitas pemetaan dan perencanaan pengembangan penanaman modal Jumlah rencana investasi 85% dari 139 kesepakatan/ perjanjian = % dari total target kesepakatan/ perjanjian/ perundingan = Sangat Baik 3,0 dari skala 5 3,9 dari skala Sangat Baik Rp. 991,3 triliun Rp ,1 triliun 120 Sangat Baik BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 51

64 ` No 7 8 SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1) REALISASI 2) % KATEGORI People Perspective (20%) 107,61 Sangat Baik Meningkatnya kinerja lembaga melalui ketersediaan sarana, prasarana dan aparatur yang mumpuni dalam rangka menunjang tugas dan fungsi Badan Koordinasi penanaman Modal Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan a. Indeks kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana; a. Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) b. Kategori Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Badan Koordinasi Penanaman Modal. 1) Target berdasarkan revisi renstra Eselon I 2) Realisasi berdasarkan LAKIP Eselon I 3,0 dari skala 5 3,97 dari skala Sangat Baik WTP WTP 100 Sangat Baik B (71) 3) Berdasarkan informasi lisan exit meeting evaluasi Laporan Kinerja Tahun 2015 BB 3) (73) 102,82 Sangat Baik Berdasarkan tabel di atas, dari sisi Financial Perspective, sasaran strategis Meningkatnya Realisasi Penanaman Modal yang diukur dengan bobot 30% memperlihatkan capaian kinerja 99,43% (Sangat Baik). Indeks capaian tersebut menunjukkan keberhasilan BKPM dalam mencapai target realisasi investasi Tahun 2016 serta penyebaran investasi ke luar Jawa. Keberhasilan tersebut mempunyai dampak terhadap peningkatan kondisi perekonomian di Indonesia ditandai dengan terbukanya kesempatan berusaha, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan per kapita yang pada akhirnya dapat mendorong meningkatnya kesejahteraan masyarakat. 52 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

65 Dari sisi Customer Perspective yang diukur dengan bobot 30%, capaian kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan capaian 112,80% (Sangat Baik). Indeks capaian tersebut menunjukkan keberhasilan kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif, mewujudkan percepatan pelaksanaan penanaman modal, serta meningkatkan iklim penanaman modal. Terjaganya stabilitas ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, stabilitas politik dan keamanan, masuknya Indonesia dalam peringkat investment grade, dan berbagai upaya memberi citra positif kepada opinion makers telah mendorong peningkatan daya saing investasi Indonesia. Beberapa hasil survei lembaga pemeringkat internasional telah menempatkan Indonesia sebagai negara tujuan investasi, antara lain predikat investment grade dari Rating & Investment Information Inc. dengan outlook BBB-, Moody s Investor Service dengan outlook Baa3 (stable), Japan Credit Rating Agency Ltd. dengan outlook BBB (stable), Fitch Rating dengan outlook BBB (stable), dan Standard and Poor s dengan outlook BB+ (positive). Pemberian peringkat dari lembaga pemeringkat tersebut menunjukkan kepercayaan yang lebih besar terhadap ekonomi Indonesia berdampak pada peningkatan Foreign Direct Investment dan perbaikan iklim penanaman modal. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 53

66 ` Pemerintah Indonesia sangat serius terhadap hasil survei kemudahan berusaha yang dilakukan oleh World Bank setiap tahun. Penilaian tersebut mencakup 10 fokus area perbaikan. BKPM bersama dengan K/L terkait, dan dimonitor oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, menyusun rencana aksi yang mencakup berbagai perbaikan di 10 indikator tersebut dengan hasil diterbitkannya peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum (legal basis) bagi setiap fokus area kemudahan berusaha, antara lain: Tabel 13. Indikator EoDB No. Fokus Area Rencana Aksi 1 Starting a business Dealing with construction 2 permit 3 Registering property 4 Getting electricity 5 Trading across borders 6 Protecting minority investors Penghapusan persyaratan modal minimal untuk pendirian PT menjadi diserahkan kepada para pihak, Sebelumnya dipersyaratkan modal minimal Rp. 50 juta untuk pendirian PT Tidak lagi dipersyaratkan UKL/UPL untuk bangunan tidak sederhana 2 lantai. Sebelumnya dipersyaratkan dan tidak ada SOP yang jelas Pengecekan sertifikat tanah dalam 1 hari, sebelumnya 3 hari Permohonan secara online dalam 1 hari, sebelumnya 9 hari Aplikasi online untuk ekspor dan impor melalui National Single Window (NSW), sebelumnya dokumen diserahkan secara manual, 4 dokumen ekspor dan 8 dokumen impor Shareholder mendapatkan hak pertama kali untuk membeli saham perusahaan 54 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

67 No. Fokus Area Rencana Aksi 7 Resolving insolvency 8 Getting credit 9 Paying taxes 10 Enforcing contract Biaya kurator sekarang berdasarkan % dari nilai hutang atau tarif jam terpakai, sebelumnya berdasarkan % dari nilai aset Penerbitan 2 izin Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP) oleh OJK, sebelumnya tidak terdapat LPIP dan saat ini telah terdapat PT Pefindo Biro Kredit dan PT Kredit Biro Indonesia Jaya Pendaftaran dan pembayaran secara online untuk PPh Badan Prosedur yang jelas dan ringkas untuk pengadilan gugatan sederhana: 8 prosedur, 25 hari bila tidak ada banding dan 11 prosedur, 38 hari bila ada banding. Sebelumnya tidak ada prosedur yang jelas Pada tanggal 26 Oktober 2016, World Bank telah mengumumkan hasil survei EoDB 2017 dan merilis Indonesia sebagai negara teratas dalam Top Reformer bagi perbaikan Kemudahan Berusaha dengan mereformasi 7 indikator yaitu memulai usaha, penyambungan listrik, pendaftaran properti, akses perkreditan, pembayaran pajak, perdagangan lintas negara dan penegakan kontrak. Peringkat Indonesia mengalami perbaikan sangat signifikan naik 15 peringkat menjadi peringkat 91 dari peringkat sebelumnya di posisi 106. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 55

68 ` Dari sisi Process Perspective di atas yang diukur dengan bobot 20%, capaian kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan capaian 120,00% (Sangat Baik). Indeks capaian tersebut menunjukkan keberhasilan kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam meningkatkan kerja sama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional, mewujudkan penyusunan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif dan implementatif serta meningkatkan daya tarik penanaman modal melalui promosi yang terpadu dan efektif, keberhasilan tersebut antara lain ditandai dengan jumlah kesepakatan/perjanjian/perundingan yang telah diimplementasikan sebanyak 219 atau 185% dari target yang telah ditetapkan. Dari sisi People Perspective yang diukur dengan bobot 20%, capaian kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan capaian 107,61% (Sangat Baik). Indeks capaian tersebut menunjukkan keberhasilan kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam mempertahankan kualitas dan akuntabilitas kelembagaan, keberhasilan tersebut antara lain ditandai dengan: 1 peningkatan sarana prasarana dalam rangka mendukung pelaksanaan PTSP Pusat; 2 pencapaian Level 2 atau berkembang tingkat maturitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di BKPM dengan nilai 2,647 berdasarkan hasil penilaian maturitas SPIP oleh Badan 56 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

69 Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sesuai Laporan Nomor LAP-91/D101/2/2016 tanggal 15 Desember 2016; 3 peningkatan pengelolaan dan pertanggungjawaban kinerja anggaran sehingga BKPM mempertahankan opini WTP dari BPK RI selama 8 (delapan) tahun berturut-turut; 4 pencapaian hasil kapabilitas APIP BKPM berada pada level 2 (Infrastructure) sesuai hasil validasi yang dilakukan oleh BPKP sebagaimana tercantum dalam Laporan Nomor LAP-72/D101/2/2016 tanggal 28 November 2016; Kebijakan untuk menarik investor dan meningkatkan realisasi investasi yang mendapat perhatian antara lain: 1. Menjaga stabilisasi ekonomi untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif; 2. Penyederhanaan prosedur perizinan; 3. Harmonisasi peraturan perizinan di Pusat dan Daerah; 4. Target strategi promosi; 5. Mempercepat pembangunan infrastruktur; 6. Meningkatkan peran lembaga keuangan untuk memberikan pinjaman bisnis, khususnya modal kerja kredit investasi; 7. Investasi yang humanis; dan 8. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja. Untuk itu BKPM perlu mempersiapkan diri menghadapi tantangan ke depan antara lain: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 57

70 ` a. Daftar negatif investasi lebih terbuka untuk PMA di 35 sektor, termasuk logistik, ekonomi digital, energi, farmasi, dan pariwisata. b. 14 paket kebijakan ekonomi telah dikeluarkan sejak September Dan akan terus bergulir. c. Target peringkat EoDB mencapai peringkat 30 besar. Beberapa langkah ke depan yang akan dilakukan oleh BKPM antara lain adalah: 1. Memfasilitasi realisasi proyek investasi strategis dan ekspansi perusahaan yang ada. 2. Melanjutkan dan memperkuat reformasi yang sudah berjalan, termasuk menyederhanakan prosedur, serta memperkuat pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) Pusat dan layanan perizinan 3 jam. 3. Menyelesaikan perundingan Bilateral Investment Treaty (BIT) dan mendukung FTA dengan mitra strategis Indonesia. Fokus menarik lebih banyak investasi di sektor pariwisata, industri gaya hidup (seperti fesyen, kuliner dan industri kreatif), industri maritim, dan infrastruktur pendukung (termasuk properti). 58 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

71 C. Laporan Realisasi Anggaran Realisasi Belanja Badan Koordinasi Penanaman Modal pada TA 2016 adalah sebesar Rp ,00 atau 89,58 persen dari alokasi anggaran belanja sebesar Rp ,00. Tabel 14. Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja TA 2016 Uraian 2016 Anggaran Realisasi % Real Angg. Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Jumlah , ,00 89,58 Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik berikut ini: Gambar 12. Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Anggaran Realisasi Sedangkan realisasi belanja berdasarkan program untuk Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 59

72 ` Tabel 15. Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja Berdasarkan Program TA 2016 NO PROGRAM PAGU ANGGARAN T.A 2016 REALISASI SISA ANGGARAN Rupiah % Rupiah % 1 PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BKPM ,60% ,40% 2 PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR BKPM ,09% ,91% 3 PROGRAM PENINGKATAN DAYA SAING PENANAMAN MODAL ,57% ,43% TOTAL ,58% ,42% Sisa anggaran BKPM T.A 2016 sebesar Rp ,- antara lain terdiri dari kelebihan pembayaran gaji dan tunjangan kinerja, selisih nilai lelang dan self-blocking sebesar Rp ,-. Realisasi Belanja TA 2016 mengalami penurunan sebesar 23,56% dibandingkan dengan TA Hal ini disebabkan karena pada Tahun Anggaran 2016, terdapat anggaran yang tidak dapat direalisasikan sehubungan dengan adanya Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 tanggal 26 Agustus 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016 bahwa anggaran BKPM T.A dilakukan self-blocking sebesar Rp ,- (tujuh belas miliar lima ratus juta dua ratus empat puluh sembilan ribu rupiah). 60 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

73 Milyar Tabel 16. Perbandingan Realisasi Belanja TA 2016 dan TA 2015 URAIAN REALISASI TA 2016 REALISASI TA 2015 NAIK (TURUN) % Belanja Pegawai ,00 11,30 Belanja Barang ,00 (28,86) Belanja Modal ,00 (62,16) Jumlah , ,00 (23,56) Perbandingan realisasi belanja dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2016 dapat dilihat dalam grafik berikut: Gambar 13. Realisasi Belanja Periode Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2016 Chart Title ,71 568,46; 85,01% 705,75 574,27 593,79; 84,14% 523,39; 91,14% 635,92 572,40; 90,01% 488,47 437,56; 89,58% Tahun Anggaran Anggaran Realisasi BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 61

74 ` Tabel 17. Realisasi Belanja per Sasaran Strategis Tahun 2016 NO. SASARAN STRATEGIS PAGU ANGGARAN (Rp ) REALISASI % 1. Meningkatnya realisasi penanaman modal ,12 2. Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat a. Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka meningkatkan daya saing penanaman modal b. Meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal c. Terwujudnya perencanaan penanaman modal dan penyusunan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif, dan implementatif dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal d. meningkatnya daya tarik penanaman modal Indonesia melalui promosi yang terpadu dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri yang berpijak pada daya saing penanaman modal e. Meningkatnya kinerja lembaga melalui ketersediaan sarana, prasarana dan aparatur yang mumpuni dalam rangka menunjang tugas dan fungsi BKPM f. Meningkatnya kapasitas kelembagaan BKPM dalam mendukung tugas dan fungsi BKPM , , , , , , ,99 Jumlah ,58 62 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

75 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 63

76 ` BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja BKPM Tahun 2016 ini disusun dengan mengacu pada revisi Renstra BKPM Penilaian kinerja organisasi dilakukan dengan metode Balanced Scorecard melalui pengukuran 12 indikator kinerja utama. Secara umum, Nilai Kinerja Organisasi BKPM menunjukkan hasil yang sangat baik dengan NKO sebesar 109,19. Hasil capaian kinerja sasaran strategis pada Tahun 2016 sudah sesuai dengan target Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ditetapkan. Dampak dari upaya BKPM dalam peningkatan iklim investasi telah dibuktikan dengan naiknya peringkat Ease of Doing Business (EoDB) atau kemudahan berusaha di Indonesia dari peringkat 106 menjadi peringkat 91 (naik 15 peringkat) menurut survei terbaru World Bank. Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan semua pihak baik di pemerintahan maupun masyarakat luas serta peran aktif dan dedikasi aparatur BKPM. Berbagai penghargaan yang diraih oleh BKPM selama Tahun 2016 antara lain Predikat Kepatuhan Tinggi terhadap Standar Pelayanan Publik sesuai UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dari Ombudsman RI, Sertifikat SNI ISO 9001:2008 Quality Management Systems-Requirements dari Sucofindo International Certification Services, penghargaan atas kontribusi dalam pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Kementerian Keuangan RI, dan penghargaan 64 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

77 Pusdiklat BKPM sebagai Instansi Pengakreditasi Diklat Teknis untuk Diklat Teknis Bidang Penanaman Modal dari Lembaga Administrasi Negara. Indonesia mendapatkan predikat investment grade dari Rating And Investment Information Inc. dengan outlook BBB-, Moody s Investor Service dengan outlook Baa3 (stable), Japan Credit Rating Agency Ltd. dengan outlook BBB (stable), Fitch Rating dengan outlook BBB (stable), dan Standard and Poor s dengan outlook BB+ (positive). Pemberian peringkat dari lembaga pemeringkat tersebut menunjukkan kepercayaan yang lebih besar terhadap ekonomi Indonesia berdampak pada peningkatan Foreign Direct Investment dan perbaikan iklim penanaman modal. BKPM menyadari bahwa investor masih sering mengalami permasalahan dalam merealisasikan investasinya di Indonesia, baik karena permasalahan yang terkait perizinan dan non perizinan (di pusat dan di daerah) maupun yang berkaitan dengan lahan dan infrastruktur (listrik dan akses jalan). Presiden RI mengarahkan reformasi ekonomi berdasarkan dua prinsip yaitu keterbukaan dan persaingan. Untuk itu BKPM perlu mempersiapkan diri menghadapi tantangan ke depan antara lain: a. Daftar negatif investasi lebih terbuka untuk PMA di 35 sektor, termasuk logistik, ekonomi digital, energi, farmasi, dan pariwisata. b. 14 paket kebijakan ekonomi telah dikeluarkan sejak September Dan akan terus bergulir. c. Target peringkat EoDB mencapai peringkat 30 besar. Beberapa langkah ke depan yang akan dilakukan oleh BKPM antara lain adalah: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 65

78 ` 1. Memfasilitasi realisasi proyek investasi strategis dan ekspansi perusahaan yang ada. 2. Melanjutkan dan memperkuat reformasi yang sudah berjalan, termasuk menyederhanakan prosedur, serta memperkuat pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) Pusat dan layanan perizinan 3 jam. 3. Menyelesaikan perundingan Bilateral Investment Treaty (BIT) dan mendukung FTA dengan mitra strategis Indonesia. 4. Fokus menarik lebih banyak investasi di sektor pariwisata, industri gaya hidup (seperti fesyen, kuliner dan industri kreatif), industri maritim, dan infrastruktur pendukung (termasuk properti). Demikian, laporan kinerja ini disampaikan dengan harapan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait mengenai tugas dan fungsi BKPM, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada periode berikutnya. Secara internal laporan kinerja tersebut harus dijadikan motivasi untuk lebih meningkatkan kinerja organisasi dengan jalan selalu menyesuaikan indikator-indikator kinerja yang telah ada dengan perkembangan tuntutan stakeholders, sehingga BKPM dapat semakin dirasakan keberadaannya oleh masyarakat dengan pelayanan yang prima. 66 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

79 LAMPIRAN I Daftar Penghargaan Predikat Kepatuhan Tinggi dari Ombudsman BKPM menerima PREDIKAT KEPATUHAN TINGGI peringkat ke-6 terhadap Standar Pelayanan Publik sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pada tanggal 21 November 2016 dari Ombudsman Republik Indonesia. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 67

80 ` Penghargaan atas Capaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) BKPM menerima Penghargaan dari Menteri Keuangan atas Capaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk Laporan Keuangan selama 5 (lima) Tahun berturut-turut Tahun Anggaran BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

81 Penghargaan atas Pengelolaan PNBP Penghargaan kepada BKPM atas kontribusi Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada tanggal 6 Desember 2016 dari Menteri Keuangan Republik Indonesia. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 69

82 ` Penerapan Sistem Manajemen Mutu yang memenuhi ISO 9001:2008 Unit Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal BKPM menerima sertifikat atas penerapan Sistem Manajemen Mutu yang memenuhi ISO 9001:2008 yang berlaku mulai 6 Desember 2016 sampai dengan 14 September BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

83 Sertifikat Pengakreditasi Diklat Teknis untuk Diklat Teknis Bidang Penanaman Modal Pusat Pendidikan dan Pelatihan BKPM menerima Sertifikat sebagai Instansi Pengakreditasi Diklat Teknis untuk Diklat Teknis Bidang Penanaman Modal di Bawah Lingkungan BKPM dan Lembaga Diklat Pemerintah Lainnya yang diterima pada bulan Januari 2016 dari Lembaga Administrasi Negara. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 71

84 ` LAMPIRAN II Perjanjian Kinerja BKPM Tahun BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

85 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 73

86

87

Jakarta, 25 Februari 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Franky Sibarani

Jakarta, 25 Februari 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Franky Sibarani Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi BKPM kepada masyarakat (stakeholders) pada Tahun Anggaran 2015. Penyusunan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Lebih terperinci

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Siaran Pers Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Jakarta, 27 Oktober 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi pada triwulan ketiga (Juli-September)

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Lampaui Target, Realisasi Investasi 2015 Rp 545,4 T Jakarta, 21 Januari 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan hasil capaian realisasi investasi

Lebih terperinci

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Berita Pers Realisasi Investasi Triwulan II 2016 Naik 12,3 % Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong hari ini di Jakarta

Lebih terperinci

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1197, 2017 BKPM... Kinerja. Perubahan Kedua. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. No.701, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL - 6 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SIARAN PERS Realisasi Investasi Januari September Tahun 2017 Rp 513,2 triliun, Telah Mencapai 75,6% dari Target Jakarta, 30 Oktober 2017 Pada periode Triwulan III (Juli

Lebih terperinci

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun SIARAN PERS Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun Jakarta, 26 Juli 2017 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN

Lebih terperinci

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN DAN KELAS JABATAN SERTA TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2009 BKPM. Indikator. Kinerja Utama PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR : 1/P/2009 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2010 BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Realisasi Investasi TW I 2016 Rp 146,5 Triliun, Serap 327 Ribu Tenaga Kerja Jakarta, 25 April 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan angka

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PUSAT DI BKPM SEMESTER I TAHUN 2017

LAPORAN HASIL SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PUSAT DI BKPM SEMESTER I TAHUN 2017 LAPORAN HASIL SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PUSAT DI BKPM SEMESTER I TAHUN 2017 Dalam rangka evaluasi pelaksanaan tugas pelayanan penanaman modal Terpadu Satu Pintu (PTSP)

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lampiran : I 1. Nama Organisasi : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Tugas : Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN, PEMBINAAN, DAN PELAPORAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL, DAN PENDELEGASIAN KEWENANGAN PERIZINAN DAN

Lebih terperinci

2012, No

2012, No 2012,.1305 12 LAMPIRAN I PERATURAN DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

2013, No.1531

2013, No.1531 11 2013,.1531 LAMPIRAN I DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-65.1-/216 DS9291-522-879-3738 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi Boks 2 REALISASI INVESTASI DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU I. GAMBARAN UMUM Investasi merupakan salah satu pilar pokok dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, karena mampu memberikan multiplier effect

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 1 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAGIAN I PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI 2 PERINGKAT GLOBAL MEMBAIK Realisasi Investasi (Rp Triliun) 313 399 463 +12,4%2 016 (y/y) 545 613 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Penyelenggaraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TAHUN 2009-2014 A. Rencana Strategis BKPM Tahun 2009-2014 Rencana Strategis (Renstra) BKPM yang disusun merupakan fungsi manajemen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan No.1161, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan Perpusnas. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1652, 2014 KEMENDIKBUD. Mutu Pendidikan. Aceh. Sumatera Utara. Riau. Jambi. Sumatera Selatan. Kepulauan Bangka Belitung. Bengkulu. Lampung. Banten. DKI Jakarta. Jawa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 17 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI invest in Jakarta 15 Maret 2016 CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Franky Sibarani Kepala 2013 by Indonesia Investment Coordinating Board. All rights reserved Rp

Lebih terperinci

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), disusun berdasarkan Instruksi Presiden R.I. Nomor 7 Tahun 1999, disajikan dengan menggunakan standar penyusunan laporan

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Triwulan I Berdasarkan PP No. 39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2012 Laporan Konsolidasi Program Dirinci

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL,

Lebih terperinci

II Tahun Anggaran 2013

II Tahun Anggaran 2013 Tahun Anggaran 2013 II Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Kegiatan Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Fungsi dan Subfungsi Kendala Yang Dihadapi dan Tindak Lanjut Tahun Anggaran 2013

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan dituangkan dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.507, 2009 BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN, PEMBINAAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA 2.1. PERENCANAAN STRATEGIS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1997, 2014 BKPM. Dekonsentrasi. Penanaman Modal. Pedoman. Pelimpahan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1997, 2014 BKPM. Dekonsentrasi. Penanaman Modal. Pedoman. Pelimpahan. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1997, 2014 BKPM. Dekonsentrasi. Penanaman Modal. Pedoman. Pelimpahan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.890, 2015 KEMENDIKBUD. Lembaga Jaminan Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Oleh : ABDUL QUDUS, SH Kepala Dinas Penanaman Modal & PTSP Kabupaten Jombang

Oleh : ABDUL QUDUS, SH Kepala Dinas Penanaman Modal & PTSP Kabupaten Jombang Oleh : ABDUL QUDUS, SH Kepala Dinas Penanaman Modal & PTSP Kabupaten Jombang Jombang, Agustus 2017 RPJMD 2014-2018 5 MISI 1. Meningkatkan Kualitas Hidup Sosial dan Beragama 2. Mewujudkan Layanan Dasar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BAUBAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PENANAMAN MODAL

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PENANAMAN MODAL Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI ACEH, PROVINSI SUMATERA UTARA, PROVINSI RIAU,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FUNGSI PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-115.1-/217 DS887-83-754-948 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

KEPALA BADAN KOORDlNASl PENANAMAN MODAL REPUBUK INDONESIA

KEPALA BADAN KOORDlNASl PENANAMAN MODAL REPUBUK INDONESIA KEPALA BADAN KOORDlNASl PENANAMAN MODAL REPUBUK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 01 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.1-/21 DS553-54-8921-629 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2016 PERRPUSNAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA

MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA Jakarta, 15 April 2016 Multilateral

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Riwayat Perusahaan Badan Koordinasi Penanaman Modal (Investment Coordinating Board) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas untuk merumuskan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN, SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, www.bpkp.go.id PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER- 786/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-58/K/SU/2011

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENANAMAN MODAL KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 01 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 Kementerian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 BIRO PERENCANAAN 2017 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI

BAB III DESKRIPSI INSTANSI BAB III DESKRIPSI INSTANSI A. Sejarah Singkat Diterbitkannya Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 4 Tahun 2008

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 70 TAHUN 2016

BUPATI SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 70 TAHUN 2016 BUPATI SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal 2012 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan bentuk pertanggung jawaban pelaksanaan kinerja BKPM Tahun 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini menguraikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi

Lebih terperinci

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.917, 2011 BAPPENAS. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci