BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DUMPING. Dumping merupakan suatu kebijakan negara atau perusahaan dari suatu
|
|
- Liani Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DUMPING A. Pengertian Dumping Dumping merupakan suatu kebijakan negara atau perusahaan dari suatu negara untuk menjual produk di luar negeri dengan harga yang lebih rendah dibandingkan terhadap harga jual produk itu didalam negeri itu sendiri, dan tindakan dumping merupakan suatu tindakan dalam perdagangan yang tidak jujur. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, bahwa dumping diartikan sebagai system penjualan barang di pasaran luar negeri dalam jumlah banyak dengan harga yang rendah sekali (dengan tujuan agar harga pembelian di dalam negeri tidak diturunkan sehingga akhirnya dapat menguasai pasar luar negeri dan dapat menguasai harga kembali). 5 Menurut Sumadji P, Yudha Pratama dan Rosita, dumping adalah politik ekonomi yang dilakukan suatu negara untuk menjual hasil produksinya diluar negeri dengan harga lebih murah daripada penjualan dalam negeri dengan tujuan menguasai pasaran luar negeri. 6 Dumping dalam perdagangan internasional merupakan istilah yang dipergunakan dalam pratik dagang yang dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di pasaran internasional dengan harga yang kurang dari nilai yang wajar 5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1997, hal Sumadji. P, Yudha Pratama dan Rosita, Kamus Ekonomi Edisi Lengkap Inggris-Indonesia, Cet. I, Wacana Intelektual, Jakarta, 2006, hal. 265.
2 atau lebih rendah dari harga barang tersebut di negerinya sendiri, atau dari harga jual kepada negara lain pada umumnya, sehingga merusak pasaran dan merugikan produsen pesaing negara pengimpor. 7 Praktik dumping dinilai tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di negara pengimpor. Adapun pengertian mengenai dumping sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa sarjana dalam Sukarmi adalah sebagai berikut: 1. Menurut Agus Brotosusilo, dumping adalah bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau negara pengekspor yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk eksport tersebut. 2. Menurut Muhammad Ashari, dumping merupakan suatu persaingan curang dalam bentuk diskriminasi harga, yaitu suatu diskriminasi harga yaitu suatu produk yang ditawarkan di pasar negara lain lebih randah dibandingkan dengan harga normalnya atau dari harga jual dinegara ketiga. Menurut Ralph H. Folsom dan Michael W.Gordon, disebutkan dumping involves selling abroad at a price that is less than the price used to sell the same goods at home (the normal or fair value).to be unlawful, dumping must threaten or cause material injury to an industry in the export market, the market where prices are 8 7 AF. Elly Erawaty dan J.S. Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Inggris-Indonesia, (Jakarta, Proyek ELIPS, 1996, hal Sukarmi, Op. Cit, hal. 25
3 lower. Dumping is recognized by most of the trading world as an unfair practice (againt to price discrimination as an antitrust offense). 9 Berdasarkan uraian pengertian dumping di atas, bahwa dumping adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh produsen atau pengekspor yang melaksanakan penjualan barang di luar negeri atau negara lain dengan pengekspor maupun negara pengimpor. Dengan demikian pengertian dumping dalam konteks hukum perdagangan internasional adalah suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau negara pengekspor yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk tersebut. Dalam GATT 1947 Pasal VI ayat (1) Article VI GATT: Anti Dumping and Countervalling Duties, pengertian dumping diuraikan sebagai berikut : The contracting parties recognize that dumping, by which product of one country are introduced into the commerce of another country at less than normal value of the products, is to be condemned if it causes or threatens material injury to an established industry in the territory of a contracting party or materialy retards the establishment of a domestic industry. For the purpose of this article, aproduct is to be considered as being introduced into the commerce of an importing coutry at less than its normal value, it the price of the product exported from one country to another. a) Is less than the comparable price in the ordinary course of trade, for the like product when destined for consumption in the exporting country or b) In the absence of such domestic price, is less than either c) The highest Dumping merupakan praktik diskriminasi harga yang menjual produk impor dengan harga yang lebih murah dari produk yang sama di negara asal. Selain itu, 9 Ralph H.Folsom and Michael W.Gordon, Dalam Sukarmi, 2002 Regulasi Antidumping Di Bawah Bayang baying Pasar Bebas, Jakarta, Sinar Grafika, hal General Agreement On Tariffs And Trade 1947, Article 6 10
4 praktik diskriminasi harga yang menjual produk impor dengan harga yang lebih rendah dari pada biaya produksinya yang di kategorikan sebagai dumping. Praktik dumping merupakan tindakan yang jelas-jelas dapat menimbulkan kerugian yang sangat serius terhadap perekonomian setiap negara yang mana setiap negara memerlukan perlindungan (protection) yang memadai, sehingga lahirlah suatu instrument kebijaksanaan perdagangan yang dikenal dengan istilah anti dumping. 11 Jadi, praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair, karena bagi negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau industri barang sejenis dalam negeri, dengan terjadinya banjir barang-barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih murah daripada barang dalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing, sehingga pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang di ikuti munculnya dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja massal, pengangguran dan bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri. 11 Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 1992, Anti Dumping Code Latar Belakang Penafsiran dan Tinjauan atas Sejumlah Tuduhan Terhadap Indonesia, Proyek Pengembangan Perdagangan Luar Negeri pusat, Departement Perdagangan Republik Indonesia, diakses pada tanggal 27 Januari 2013.
5 B. Jenis-jenis Dumping Praktik dalam perdagangan internasional merupakan praktik dagang yang tidak fair yang di pandang sebagai perbuatan curang, yaitu merupakan persaingan yang fair. Dalam praktik perdagangan internasional yang tidak fair, ada beberapa jenis dan oleh beberapa ahli ekonomi pada umumnya dapat mengklasifikasikan atas 3 (tiga) jenis dumping, yaitu : 1. Sporadic dumping (dumping yang bersifat sporadis) Yaitu dumping yang dilakukan dengan menjual barang pada pasar luar negeri (pasar ekspor) pada jangka waktu yang pendek dengan harga dibawah harga di dalam negeri atau biaya produksi tersebut. Biasanya produsen menjual barang untuk jangka waktu yang pendek dengan harga jual dibawah harga biasa dan biasanya dimaksudkan untuk menghapuskan barang yang tidak di inginkan, dumping jenis ini biasanya mengganggu pasar domestik negara pengekspor karena adanya ketidakpastian dikarenakan permintaan diluar negeri berubah secara tiba-tiba. Dumping jenis tersebut merupakan diskriminasi harga pada waktu tertentu dilakukan oleh produsen yang mempunyai keuntungan karena terjadi over produksi (karena perubahan pasar dalam negeri yang tidak terantisipasi atau buruknya perencanaan produksi), untuk mencegah penumpukkan barang di pasar domestik produsen menjual kelebihan produksinya tadi kepada pembeli
6 luar negeri dengan harga yang telah di reduksi sehingga harganya menjadi lebih rendah dari harga di dalam negeri Presistent dumping (diskriminasi harga internasional) Yaitu penjualan barang pada pasar luar negeri dengan harga di bawah harga domestik atau biaya produksi yang dilakukan secara menetap dan terusmenerus yang merupakan kelanjutan dari penjualan barang yang dilakukan sebelumnya. Penjualan tersebut dilakukan oleh produsen barang yang mempunyai pasar secara monopolistik di dalam negeri dengan maksud untuk memaksimalkan total keuntungannya dengan menjual barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi dalam pasar domestiknya. Dumping yang menetap itu terjadi dalam masa yang lama terjadi karena perbedaan keadaan pasar di negara importir dan negara eksportir. 13 Dumping dapat disebut sebagai diskriminasi harga berarti menjual barang yang sama dengan harga berbeda pada pasar-pasar yang terpisah. Hal ini biasanya sejalan dengan suatu posisi monopoli di pasar dalam negeri yang bersangkutan, pembentukan kartel dan atau biaya yang melindungi terhadap import yang lebih murah, dapat juga diartikan sebagai penawaran di luar negeri dengan harga di bawah biaya produksi pada negara yang mengeksport Sukarmi, Op. Cit, hal Sobri, Ekonomi Internasional, Teori, Masalah dan Kebijaksanaanya, bagian penerbitan fakultas ekonomi (BPFE), UII, Yogyakarta, 1986, hal Winardi,Istilah Ekonomi, Mandar Maju, Bandung, 1996, hal. 112
7 3. Predatory Dumping (predatori dumping) Yaitu dumping yang terjadi apabila perusahaan untuk sementara waktu membuat diskriminasi harga tertentu sehubungan dengan adanya para pembeli hasil, diskriminasi itu untuk menghilangkan pesaing-pesaingnya dan menaikkan lagi harga barangnya setelah persaingan tidak ada. Predatory dumping adalah dumping yang paling buruk karena dumping tersebut di praktekkan hanya untuk tujuan merebut keuntungan monopoli dan membatasi perdagangan untuk tujuan merebut keuntungan monopoli dan membatasi perdagangan untuk jangka waktu yang lama meskipun hal itu menyebabkan kerugian jangka pendek. 15 Menurut Robert Wilig ada 5 (lima) tipe dumping yang dilihat dari tujuan eksportir kekuatan pasar dan struktur pasar import, yaitu : 1. Market Expansion Dumping Perusahaan pengekspor bisa meraih untung dengan menetapkan mark-up yang lebih rendah di pasar impor karena menghadapi elastisitas permintaan yang lebih besar selama harga yang ditawarkan lebih rendah. 2. Crylical Dumping Motivasi dumping jenis ini muncul dari adanya biaya marginal yang luar biasa rendah atau tidak jelas, kemungkinan biaya produksi yang menyertai 15 Sobri, Loc.it
8 kondisi dari kelebihan kapasitas produksi yang terpisah dari pembuatan produk terkait. 3. State Trading Dumping Latar belakang dan motivasinya mungkin sama dengan kategori dumping lainnya, tetapi yang menonjol adalah akuisisi moneternya. 4. Strategic Dumping Istilah ini diadopsi untuk menggambarkan ekspor yang merugikan perusahaan saingan dinegara pengimpor melalui strategis keseluruhan negara pengekspor, baik dengan cara pemotongan harga ekspor maupun dengan pembatasan masuknya produk yang sama kepasar negara pengekspor. Jika bagian dari porsi pasar domestik tiap eksportir independen cukup besar dalam tolak ukur skala ekonomi, maka memperoleh keuntungan dari besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pesaing asing. 5. Predatory Dumping Monopoli dipasar negara pengimpor. Akibat terburuk dari dumping jenis ini adalah matinya perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis Antidumping in the America: Analyses on trade and integration in the Americas by Jose Tavares de Araujo Jr.,2001,hal. 9 Artikel. Diakses pada tanggal 26 Februari 2013
9 C. Barang-barang dan Batas Harga Dumping Yang disebut dengan barang dumping ialah suatu barang yang diekspor ke negara lain dimana harga ekspornya lebih rendah dari harga normalnya, atau harga domestik negara pengekspor, dimana tujuannya agar pengusaha dapat merebut konsumen sebanyak-banyaknya, maka pengusaha menempuh strategi persaingan harga dengan menekan harga serendah mungkin untuk barang sejenis dengan perusahaan lain. Berdasarkan dengan ketentuan Agreement on Implemtation of Article VI, bahwa barang dumping adalah barang yang dijual di pasar luar negeri dengan harga ekspor lebih kecil dari harga domestik. Untuk menentukan barang dumping atau tidak ialah tergantung dari harga normal (normal value). Bahwa menurut PP No. 34 tahun 2011 Pasal 1 angka 4 bahwa barang dumping adalah barang yang di impor dengan tingkat harga ekspor yang lebih rendah dari nilai normalnya di negara pengekspor. 17 Sedangkan menurut kesepakatan mengenai dumping yang tertuang dalam Article VI ayat (1) bagian b butir I dan II yang menentukan barang dumping adalah sebagai berikut: 18 Bagian (b) : in the absence of such domestic price, it less than either : i. the highest comparable price for the like product for export to any third country in the ordinary course of trade, or 17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Anti Dumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 1 angka 4 18 General Agreement on Tariffs and Trade 1947, Article VI sub (b)
10 ii. the cost of production of the product in the country of origin plus reasonnable addition for selling cost and profit. Bardasarkan dari pada ketentuan yang disebutkan tersebut di atas Article VI ayat (1), dapat dikatakan bahwa syarat terhadap barang yang dianggap sebagai barang dumping adalah: a. harga domestik pada level ex-pabrik (nilai normal). b. Harga domestik yang wajar (harga pada kondisi perdagangan yang wajar (in ordinary course of trade)). c. Barang tersebut di impor untuk tujuan konsumsi. d. Barang tersebut sejenis dengan produk sejenisnya yang di jual di pasar domestik. Dari ketentuan di atas dapat dilihat, bahwa tidak adanya harga domestik yang digunakan sebagai dasar dalam penentuan harga normal. Dengan demikian penentuan harga normal di dasarkan pada harga perbandingan tertinggi barang sejenis yang di ekspor kenegara ketiga dalam perdagangan pada umumnya, atau ditentukan atas dasar biaya produksi barang sejenis dengan tambahan biaya penjualan dan laba secara wajar. 19 Penentuan harga normal seperti yang diatur pada ketentuan diatas didasarkan atas pertimbangan berikut, yaitu: 19 Sukarmi, Op. Cit., hal 160
11 1. adanya produsen disuatu negara yang hanya memproduksi suatu barang untuk tujuan ekspor atau tidak memproduksi barang sejenis untuk dikonsumsi di dalam negeri. 2. Adanya produsen disuatu negara yang selain memproduksi barang sejenis untuk tujuan ekspor, juga memproduksi barang sejenis untuk dipasarkan di pasar domestik, tetapi volume penjualan di pasar domestik di negara pengekspor relatif kecil sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar nilai normal. 20 Untuk menentukan apakah perhitungan harga normal produk yang bersangkutan didasarkan pada harga jual sebenarnya atau biaya produksi. Dalam Buku Panduan berjudul Bagaimana Menghadapi Tuduhan Dumping yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengamanan Perdagangan Jenderal Kerja Sama Industri dan Perdagangan Internasional Departemen Perindustrian dan Perdagangan diuraikan penghitungan harga normal (normal value) berdasarkan harga dalam negeri dan berdasarkan biaya produksi (constructed value) sebagai berikut: Harga Normal (Normal Value) Berdasarkan Harga Dalam Negeri. Agar diperoleh perhitungan margin dumping yang benar, maka harga domestik harus dalam bentuk domestik eks-pabrik. 20 Sukarmi, Loc. Cit. 21 Departemen Perindustrian Dan Perdagangan, 2001, Bagaimana Menghadapi Tuduhan Dumping. Direktorat Jenderal Kerjasama Industri dan Perdagangan Internasional Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Hal 25
12 2. Harga Normal (Normal Value) Berdasarkan Biaya Produksi (Constructed Value) Apabila pemohon tidak memperoleh harga domestik di negara ekspor, maka harga normal dapat ditentukan berdasarkan biaya produksi dengan menetapkan biaya produksi yang terdiri dari biaya pabrik di tambah biaya-biaya pemasaran dan administrasi, serta financing charges. Kemudian untuk memperoleh harga jual domestik eks-pabrik, maka biaya produksi ditambah profit margin (bisa 5% atau 10% disesuaikan dengan tingkat keuntungan normal industri tersebut). Dalam UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan pada penjelasan Pasal ditentukan bahwa apabila terjadi ketiadaan harga domestik, maka harga normal ditentukan berdasarkan: 1. Harga tertinggi sejenis yang diekspor kenegara ketiga. 2. Harga yang dibentuk dari penjumlahan biaya produksi, biaya administrasi, biaya penjualan, dan laba yang wajar (constructed value). Dari uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan barang dumping adalah barang yang di imporkan dengan harga dumping, yaitu harga ekspornya lebih rendah dari harga normalnya di pasaran domestik negara pengekspor. Jika berdasarkan dengan ketentuan dalam Pasal VI ayat (1) GATT 1947, teknis perhitungan margin of dumping adalah sebagai berikut: Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Pasal 18
13 1. Selisih antara harga normal dengan harga less than fair value (LTFV) dipasar domestik negara tujuan ekspor (dalam ketentuan aslinya berbunyi Is less than the comparable price, in the ordynary course of trade, for the like product when destined for comsuption in the exporting country, or. ) 2. Selisih harga normal dan harga less than fair value (LTFV) di pasar negara ketiga jika terdapat harga dalam negeri (dalam ketentuan aslinya berbunyi the highest comparable price for the like product for export to any third country in the ordynary of trade, or ) 3. Selisih antara harga normal dan jumlah biaya produksi, ongkos-ongkos penjualan, dan keuntungan jika tidak terdapat harga dalam negeri (dalam ketentuan aslinya berbunyi the cost of production of the product in the country of origin plus a reasonable addition for selling cost and profit ). D. Dampak Praktik Dumping Di Indonesia Dampak praktik dumping di Indonesia dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yakni dari pihak importir dan pihak eksportir. 1. Dampak praktik dumping di Indonesia sebagai Importir Ada beberapa yang menjadi tolak ukur yang menjadi dampaknya bagi negara Indonesia sebagai pihak importir, yaitu sebagai berikut: Hal diakses pada tanggal 13 Maret 24 Yulianto Syahyu, Hukum Anti Dumping di Indonesia, Jakarta; Ghalia Indonesia, 2003,
14 a. Tingkat produksi (level of output) Total output dari keadaan di bawah diskriminasi harga mungkin lebih besar dibandingkan dengan keadaan di bawah harga monopoli tunggal. Kenyataannya dalam pasar yang diskriminatif, jika setiap pembeli bersedia membayar sesuai dengan kurva permintaan klasik (pada saat permintaan meningkat harga akan meningkat, demikian sebaliknya), maka total output akan cenderung sama dengan output pada situasi industri yang sangat kompetitif. Disisi lain ada kemungkinan bagi kaum monopolis untuk menggunakan strategi diskriminasi harga untuk mengurangi output di salah satu pasar. Karena itu tidak ada teori umum dan pasti tentang implikasi dari diskriminasi harga. Dalam perdagangan internasional cenderung mengurangi hasil produksi dari produsen pesaing lokal, tetapi hal ini dapat meningkatkan hasil produsksi dari industri hilir. Setiap situasi patut dianalisis secara khusus dan karena itu dumping tidak berbeda dari impor dengan harga rendah lainnya. b. Penyebaran Pendapatan Di satu sisi, pesaing lokal yang merupakan produksi barang sejenis dapat kehilangan keuntungan karena praktik dumping ini. Karena dumping ini pemegang saham akan kehilangan dividennya dan pekerja akan kehilangan
15 pekerjaan untuk beberapa waktu. Di sisi lain, barang dengan harga rendah ini akan secara langsung menguntungkan kondisi keuangan dari para konsumen. c. Dampak terhadap proses kompetisi dalam perdagangan internasional (effects on the competitive proces in international trade) Dampak praktik dumping ini terhadap kompetisi sangat bervariasi, tergantung pada apakah diskriminasi harga yang terjadi secara horizontal atau vertical. Dampaknya antara lain sebagai berikut: 1) Jika dikriminasi harga ini merupakan hasil transisi dari monopoli total kebiasaan yang lebih kompetitif, maka diskriminasi harga akan berpihak kepada persaingan. 2) Jika diskriminasi harga membantu proses pengrusakan kartel internasional, maka diskriminasi harga ini akan menjadi prokompetitif terhadap negara impotir dan juga negara eksportir. 3) Jika diskriminasi harga merupakan bukti adanya harga praktik penangsaan atau merupakan tameng dari adanya kerusakan sistem ekonomi, maka diskriminasi harga bisa menjadi anti kompetitif. Diskriminasi harga horizontal adalah diskriminasi terhadap pesaing pada tingkat industri yang sama, sebagaimana penjualan dengan harga rendah lainnya. Bahwa diskrimansi harga horizontal ini akan menghilangkan beberapa pesaing di negara pengimpor.
16 Dalam perdagangan internasional, dumping tersebut menguntungkan bagi industri hilir dinegara pengimpor. Adanya produk impor dengan harga rendah (pada umumnya berbentuk bahan baku) akan meningkatkan keuntungan bagi industri dalam negeri yang menggunakannya. 2. Dampak praktik dumping di Indonesia sebagai eksportir Dalam pola diskriminasi harga internasional, pasar yang kurang elastis atau mempunyai peraturan bisnis yang sangat kaku, umumnya cenderung memberlakukan harga tinggi untuk konsumen dalam negeri. Di sisi lainnya dengan memperluas kesempatan ekspor, diskriminasi harga yang berupa dumping ini dapat menguntungkan konsumen dalam negeri dengan memungkinkan adanya biaya produksi yang rendah, investasi yang lebih besar untuk produk baru dan juga peningkatan kapasitas produksi yang dapat menambahkan kesejahteraan dari konsumen barang dumping. Konsekuensi dari praktik dumping ini mengakibatkan produksi barang industri dalam negeri secara bersamaan membatasi untuk investasi pula pada penelitian dan pengembangan serta peningkatan daya manusia. Di samping itu akan terjadi ketertutupan negara tersebut dengan produk sejenis dari yang lain, terutama jika terjadi subsidi silang atas barang dumping. Jadi, apapun alasannya bahwa praktik dumping tetaplah dapat merugikan negara eksportir secara tidak langsung dan untuk jangka waktu yang panjang akan dapat merugikan.
BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu, di mana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu, di mana negara-negara di dunia saat ini
Lebih terperinciBAB II KONSEP DAN PENGATURAN DUMPING SERTA ANTIDUMPING DALAM KERANGKA GATT WTO
BAB II KONSEP DAN PENGATURAN DUMPING SERTA ANTIDUMPING DALAM KERANGKA GATT WTO A. Sejarah Terbentuknya GATT WTO Pada akhir Perang Dunia II, negara-negara pemenang Perang Dunia II berupaya menciptakan berbagai
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. adalah akumulasi keuntungan yang sebesar-besarnya (optimum profit). Tujuan ini
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perhatian
Lebih terperinciPraktek Dumping. Abstraksi
Praktek Dumping Oleh Drs. Djoko Hanantijo, MM (Dosen PNS dpk Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta) Abstraksi Dumping merupakan suatu bentuk diskriminasi harga. Untuk menangani masalah dumping dibentuk
Lebih terperinciHUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Dumping dan Anti Dumping
BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Dumping dan Anti Dumping Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 DUMPING
Lebih terperinciDUMPING DAN ANTI-DUMPING SEBAGAI BENTUK UNFAIR TRADE PRACTICE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
DUMPING DAN ANTI-DUMPING SEBAGAI BENTUK UNFAIR TRADE PRACTICE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Oleh: Ni Wayan Ella Apryani Ayu Putu Laksmi Danyathi Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM TENTANG DUMPING. masuk ke semua negara anggota dengan bebas. Indonesia merupakan salah satu
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DUMPING 2.1. Pengertian Dumping Sebagaimana diketahui bahwa semua negara anggota WTO telah sepakat untuk menciptakan perdagangan dunia yang bebas, di mana semua hambatan perdagangan
Lebih terperinciBAB II HUKUM ANTI DUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
BAB II HUKUM ANTI DUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Tinjuan Umum Mengenai Antidumping 1. Konsep dan Pengertian Dumping Dumping adalah istilah yang digunakan dalam perdagangan internasional yakni
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DI DALAM NEGERI DALAM SISTEM PERDAGANGAN BEBAS WTO
BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DI DALAM NEGERI DALAM SISTEM PERDAGANGAN BEBAS WTO WTO (World Trade Organization) adalah organisasi perdagangan dunia yang berfungsi untuk mengatur dan
Lebih terperinciTUGAS MATA KULIAH HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL. Aprilia Gayatri A Femita Adriani A
TUGAS MATA KULIAH HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tuduhan Praktek Dumping yang Dilakukan Indonesia Pada Sengketa Anti-dumping Produk Kertas dengan Korea Selatan Dikerjakan Oleh : Aprilia Gayatri A10.05.0201
Lebih terperinciSKRIPSI PERANAN KOMITE ANTI DUMPING INDONESIA DALAM PENCEGAHAN PRAKTIK DUMPING TERHADAP BARANG IMPOR OLEH : IMAN ARNAN B
SKRIPSI PERANAN KOMITE ANTI DUMPING INDONESIA DALAM PENCEGAHAN PRAKTIK DUMPING TERHADAP BARANG IMPOR OLEH : IMAN ARNAN B 111 09 320 BAGIAN HUKUM INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
Lebih terperinciBAB III ISI PUTUSAN DALAM SENGKETA DAGANG ANTARA INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN. argumentasi dari penggugat dan tergugat, akhirnya Panel mengeluarkan
69 BAB III ISI PUTUSAN DALAM SENGKETA DAGANG ANTARA INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN A. Putusan Panel DSB WTO Setelah Panel melakukan evaluasi atas semua laporan tertulis dan argumentasi dari penggugat dan
Lebih terperinciKey Words: Indications, Practice of Dumping, Laws
INDIKASI PRAKTIK DUMPING MENURUT KETENTUAN PERUNDANGAN INDONESIA oleh Putu Edgar Tanaya Ida Ayu Sukihana Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Indications Dumping Practices Legislation
Lebih terperinciRestrukturisasi Perusahaan Akibat Krisis Perekonomian Global
Restrukturisasi Perusahaan Akibat Krisis Perekonomian Global DISUSUN OLEH : Wiji Pramadjati, S.H., M.Hum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS SEMARANG TAHUN 2011 A. Latar Belakang Proses globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. implikasi positif dan negatif bagi perkembangan ekonomi negara-negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum dan perjanjian internasional yang berkenaan dengan masalah ekonomi yang mengarah pada perdagangan bebas dapat mengakibatkan implikasi positif dan negatif bagi
Lebih terperinciTINJAUAN EKONOMI SYARIAH TERHADAP PRAKTIK DUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
TINJAUAN EKONOMI SYARIAH TERHADAP PRAKTIK DUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
Lebih terperinciBAB II. Istilah dumping merupakan istilah yang dipergunakan dalam perdagangan
BAB II ANALISIS KOMPARATIF YURIDIS KEBIJAKAN ANTI DUMPING ANTARA INDONESIA DAN FILIPINA DALAM MENENTUKAN NILAI NORMAL (NORMAL VALUE) DALAM HAL TERJADINYA DUGAAN PRAKTEK DUMPING A. Konsepsi Dumping dan
Lebih terperinciBab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5
Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan
Lebih terperinciKEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Kebijakan ekonomi internasional dalam arti luas semua kegiatan ekonomi pemerintah suatu negara yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi,
Lebih terperinci(Suci Hartati, SH, M.Hum) Abstrac
(Suci Hartati, SH, M.Hum) Abstrac Anti dumping yang ada di Indonesia diatur dalam GATT (General Agreement on Tariff and Trade) dimana sebagai awal dari pada falsafahnya di ilhami dengan landasan perekonomian
Lebih terperinciBab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1
Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan perdagangan antar negara yang dikenal dengan perdagangan internasional mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu. Perdagangan internasional merupakan
Lebih terperinciKata Kunci: Dumping, price undertaking, KADI, UMKM, BMAD.
DAMPAK DUMPING TERHADAP USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM): Suatu Kajian Dalam Perspektif Hukum Dagang Internasional Oleh. IKARINI DANI WIDIYANTI 1 Abstrak Praktek Dumping termasuk Unfair Bussiness Practices.
Lebih terperinciPP 34/1996, BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 34/1996, BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN *34762 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 34 TAHUN 1996 (34/1996) Tanggal: 4 JUNI
Lebih terperinciKAJIAN YURIDIS KEBIJAKAN ANTIDUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL 1 Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 2
KAJIAN YURIDIS KEBIJAKAN ANTIDUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL 1 Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 2 PENDAHULUAN A. Latar belakang Hubungan dagang antar Negara yang di kenal dengan perdagangan internasional,
Lebih terperinciPERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION
PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION Oleh : A.A. Istri Indraswari I Ketut Sudiarta Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Protection
Lebih terperinciBAB III KETENTUAN ANTI DUMPING DALAM GATT DAN KETENTUAN ANTI DUMPING DI INDONESIA
BAB III KETENTUAN ANTI DUMPING DALAM GATT DAN KETENTUAN ANTI DUMPING DI INDONESIA A. Ketentuan Anti Dumping dalam General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) 1994 Secara struktur General Agreement on
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa berdasarkan Pasal 20 dan Pasal 23 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa berdasarkan Pasal 20 dan Pasal 23 Undang-undang
Lebih terperinciANALISIS KOMPARATIF YURIDIS KEBIJAKAN ANTIDUMPING ANTARA INDONESIA DAN FILIPINA. Novie Andriani Kesuma Suhaidi Mahmul Siregar Jelly Leviza
ANALISIS KOMPARATIF YURIDIS KEBIJAKAN ANTIDUMPING ANTARA INDONESIA DAN FILIPINA Novie Andriani Kesuma Suhaidi Mahmul Siregar Jelly Leviza novieandriani73@yahoo.co.id ABSTRACT Dumping is the practice of
Lebih terperinciPRAKTEK DUMPING DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA O le h : DR. SUKARMI, S.H.,M.H.
A. Latar Belakang PRAKTEK DUMPING DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA O le h : DR. SUKARMI, S.H.,M.H. Proses globalisasi dalam berbagai bidang serta perkembangan teknologi dan informasi menimbulkan
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan penyelesaian sengketa
64 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan penyelesaian sengketa DSB WTO dalam
Lebih terperinciDAMPAK DUMPING TERHADAP UMKM (USAHA MIKRO,KECIL DAN MENENGAH):Suatu kajian dalam perspektif Hukum Dagang Internasional. Oleh Ikarini Dani Widiyanti*
1 DAMPAK DUMPING TERHADAP UMKM (USAHA MIKRO,KECIL DAN MENENGAH):Suatu kajian dalam perspektif Hukum Dagang Internasional Oleh Ikarini Dani Widiyanti* 2 Abstrak Dampak Dumping Terhadap UMKM (Usaha Mikro,Kecil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Lebih terperinciTIMBULNYA BISNIS INTERNASIONAL
TIMBULNYA BISNIS INTERNASIONAL GLOBALISASI : Proses yang didalamnya ekonomi dunia menjadi sistem tunggal yang saling bergantung IMPOR Produk yang dibuat atau tumbuh di luar negeri tetapi dapat dijual di
Lebih terperinciJURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KOMODITI EKSPOR INDONESIA ATAS TUDUHAN DUMPING
i JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KOMODITI EKSPOR INDONESIA ATAS TUDUHAN DUMPING BERDASARKAN KETENTUAN AGREEMENT ON THE IMPLEMENTATION OF ARTICLE VI GATT 1994 Oleh : AHMAD URVAFI D1A0121025 FAKULTAS
Lebih terperinci3. Jelaskan bagaimana karakteristik asing dapat mempengaruhi suatu perusahaan bisnis internasional.
BAB 6 Lingkungan Global SASARAN PEMBELAJARAN : 1. Jelaskan mengapa perusahaan perhatian terhadap bisnis internasional. 2. Uraikan bagaimana perusahaan melakukan bisnis internasional. 3. Jelaskan bagaimana
Lebih terperinciUPAYA MENGURANGI POTENSI KERUGIAN NEGARA DARI PENYIMPANGAN IMPOR CBU
UPAYA MENGURANGI POTENSI KERUGIAN NEGARA DARI PENYIMPANGAN IMPOR CBU 1. Pendahuluan Sebagaimana diketahui bahwa tugas pokok Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.32
Lebih terperinciANTIDUMPING CASE SETTLEMENT IN INDONESIA (In Case wheat flour import form Turkish)
PENYELESAIAN PERKARA ANTIDUMPING DI INDONESIA (Dalam Kasus Impor Terigu Asal Turki Oleh Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia) ANTIDUMPING CASE SETTLEMENT IN INDONESIA (In Case wheat flour import form
Lebih terperinciBab1 PENDAHULUAN. Di dalam suatu perusahaan tentu tidak akan lepas dari faktor akuntansi
Bab1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di dalam suatu perusahaan tentu tidak akan lepas dari faktor akuntansi manajemen, menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk
Lebih terperinciKebijakan Pemerintah dan Pengaruhnya
Kebijakan Pemerintah dan Pengaruhnya International trade Reasons for trade between countries - Comparative advantage - Intra-industry trade indifferentiated products - Free riding, International price
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekutu, maka dimulailah upaya membentuk lembaga-lembaga ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada pasca perang dunia kedua yang ditandai dengan kemenangan pihak sekutu, maka dimulailah upaya membentuk lembaga-lembaga ekonomi internasional. Pembentukan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.
ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1298, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Penyelidikan. Antidumping. Imbalan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/M-DAG/PER/12/2012
Lebih terperinciBisnis Internasional Pertemuan Kelima Bab7 Foreign Direct Investment
Bisnis Internasional Pertemuan Kelima Bab7 Foreign Direct Investment REFERENSI : CHARLES W. L. HILL INTERNATIONAL BUSINESS EDISI 7 PERTEMUAN KELIMA Outline Pendahuluan Foreign Direct Investment (FDI) Horizontal
Lebih terperinciKEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Rikky Herdiyansyah SP., MSc Pengertian Kebijakan Ek. Internasional Tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
Lebih terperinciPresiden Republik Indonesia
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN Presiden Republik Indonesia Menimbang : bahwa berdasarkan Pasal 20 dan Pasal 23 Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai terbentuk ditandai dengan berbagai peristiwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 2010 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciDUMPING DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAGANG INTERNASIONAL DAN HUKUM ISLAM
ISSN 1829-9067; EISSN 2460-6588 DUMPING DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAGANG INTERNASIONAL DAN HUKUM ISLAM Nita Anggraeni Faculty of Sharīʿa, IAIN Samarinda nitaanggraenish@yahoo.co.id Abstract: This paper discusses
Lebih terperinciKebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional. By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI
Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk
Lebih terperinciANTI DUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL: SINKRONISASI PERATURAN ANTI DUMPING INDONESIA TERHADAP WTO ANTI DUMPING AGREEMENT
ANTI DUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL: SINKRONISASI PERATURAN ANTI DUMPING INDONESIA TERHADAP WTO ANTI DUMPING AGREEMENT TESIS Oleh : RITA ERLINA 047005012/HK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciMembantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak Adil dan Lonjakan Impor
RI N G K ASA N KEG IATA N MARET 20 22, 2017, JAKARTA TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya
Lebih terperinciJl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,
ANALISIS TINGKAT DAYA SAING KARET INDONESIA Riezki Rakhmadina 1), Tavi Supriana ), dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU ) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Penelitian Agus Sartono (2001:487)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan yang telah didirikan pada umumnya memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan
Lebih terperinciPASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA
PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA P E R T E M U A N 6 N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M MONOPOLI Bahasa Yunani monos polein artinya menjual sendiri Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
Lebih terperinciERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L
PERDAGANGAN INTERNASIONAL PIEw13 1 KEY QUESTIONS 1. Barang-barang apakah yang hendak dijual dan hendak dibeli oleh suatu negara dalam perdagangan internasional? 2. Atas dasar apakah barang-barang tersebut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inflasi Inflasi merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu mengalami
Lebih terperinciARTI PENTING MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL
MATERI 1 ARTI PENTING MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL by Prof. Dr. Deden Mulyana, SE., M.Si. http://www.deden08m.com 1 Maximazing Profit Introduction Tujuan Perusahaan Optimizing shareholders wealth Optimizing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan
Lebih terperinciBAB II PENENTUAN HARGA JUAL. laba yang ingin dicapai perusahaan juga mempengaruhi kelangsungan hidup
14 BAB II PENENTUAN HARGA JUAL Keputusan penentuan harga jual sangat penting, karena selain mempengaruhi laba yang ingin dicapai perusahaan juga mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ATAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI PERATURAN NASIONAL DIKAITKAN DENGAN UPAYA SAFEGUARDS DALAM WORLD TRADE ORGANIZATION T E S I S SYLVIANA
Lebih terperinciFUNGSI KEPABEANAN Oleh : Basuki Suryanto *)
FUNGSI KEPABEANAN Oleh : Basuki Suryanto *) Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, bahwa yang dimaksud
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik Menurut Susila (2005), Indonesia merupakan negara kecil dalam perdagangan dunia dengan pangsa impor sebesar 3,57 persen dari impor gula dunia sehingga Indonesia
Lebih terperinciMateri Minggu 5. Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 35 Materi Minggu 5 Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional 5.1. Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional Kebijakan ekonomi internasional
Lebih terperinciRoyalti Dalam Penetapan Nilai Pabean Untuk Penghitungan Bea Masuk. Oleh : Mohamad Jafar Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai
Royalti Dalam Penetapan Nilai Pabean Untuk Penghitungan Bea Masuk Oleh : Mohamad Jafar Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Beberapa bulan terakhir ini kita disuguhi berita di media cetak dan elektronik
Lebih terperinciStruktur Pasar Pemasaran (TIN 4206)
Struktur Pasar Pemasaran (TIN 4206) Efisiensi dalam Persaingan Sempurna Tiga pertanyaan dasar dalam perekonomian kompetitif adalah : 1. Apa yang akan diproduksi? 2. Bagaimana cara memproduksinya? 3. Siapa
Lebih terperinciBAB VIII PENETAPAN HARGA
BAB VIII PENETAPAN HARGA Sebagai perusahaan berusaha untuk menumbuh keuntungan mereka, mereka sering fokus pada penurunan biaya produksi atau peningkatan permintaan produk. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB 12 PRAKTEK PENETAPAN HARGA. Ekonomi Manajerial Manajemen
BAB 12 PRAKTEK PENETAPAN HARGA 1 Ekonomi Manajerial Manajemen 2 Penetapan Harga Markup Survey praktek bisnis menunjukkan bahwa praktek penetapan harga markup merupakan metode penerapan harga yang paling
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey
Lebih terperinciPENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1
PENDAPATAN NASIONAL Andri Wijanarko,SE,ME andri_wijanarko@yahoo.com 1 Output Nasional 2 Output Nasional (#1) Merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua negara mulai melakukan reformasi di bidang ekonomi dengan mulai membuka diri terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka
Lebih terperinciAnalisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan
Lebih terperinciMEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION
MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) (TINJAUAN TERHADAP GUGATAN INDONESIA KEPADA KOREA SELATAN DALAM PENGENAAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Produksi Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan bagaimana sumber daya (input) digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia dan dimulainya era pasar bebas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia dan dimulainya era pasar bebas ini, perusahaan semakin dituntut untuk dapat mempertahankan bahkan meningkatkan
Lebih terperinciMonopolistic competition is a market in which many firms produce similar goods or services but each maintains some
Apa ciri pasar persaingan monopolistik? Monopolistic competition is a market in which many firms produce similar goods or services but each maintains some independent control of its own price. Mengapa
Lebih terperinciTEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi
TEORI PASAR Pengantar Ilmu Ekonomi Pasar Secara Sederhana Tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Secara Luas (W.J. Stanton ) orang-orang yang mempunyai
Lebih terperinciStruktur Pasar dan Conduct
Struktur Pasar dan Conduct sayifullah Pasar? Konteks di mana para penjual dan pembeli melakukan pertukaran secara sukarela. Pasar = penawaran + permintaan. Dalam ekonomi industri, pasar = industri. 1 Permintaan
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PERLINDUNGAN PRODUK DALAM NEGERI DALAM KERANGKA PASAR TUNGGAL ASEAN BERDASARKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
BAB II KEBIJAKAN PERLINDUNGAN PRODUK DALAM NEGERI DALAM KERANGKA PASAR TUNGGAL ASEAN BERDASARKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) A. Sejarah Perdagangan Bebas Perdagangan adalah kegiatan transaksi barang
Lebih terperinciKEGIATAN YANG DILARANG
KEGIATAN YANG DILARANG Ditha Wiradiputra Bahan Mengajar Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha Fakultas Hukum Universitas indonesia 2008 Pendahuluan Perlunya pengaturan terhadap kegiatan pelaku usaha di dalam
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL BERDASARKAN METODE COST- PLUS PRICING DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING
ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL BERDASARKAN METODE COST- PLUS PRICING DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING Yuli Ernie Riswandari Dosen Universitas Bunda Mulia e-mail : eriswandari@bundamulia.ac.id ABSTRACT The
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PASAL 20 (JUAL RUGI) UU NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 20 (Jual Rugi) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI DARI PRAKTEK DUMPING
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI DARI PRAKTEK DUMPING DI BALI ( STUDY PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI ) Oleh : I Made Ferry Gunawadi I Wayan Novy Purwanto Bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi hal yang wajar apabila perkembangan peradaban manusia membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era perdagangan global yang
Lebih terperinciPertemuan Ke 5. Bentuk Pasar
Pertemuan Ke 5 Bentuk Pasar Berdasarkan jumlah penjual yang ada, struktur pasar output dibedakan menjadi empat, yaitu : 1. Pasar Persaingan Sempurna (perfect competitive market) : pasar dengan jumlah penjual
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Lebih terperinci6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM
48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama
Lebih terperinciBAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY
62 BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY A. Ketentuan Pengecualian Pasal 50 huruf a UU Nomor 5 Tahun 1999 1. Latar
Lebih terperinciDefinisi Pasar Monopoli
Struktur Pasar Definisi Pasar Monopoli suatu bentuk pasar dimana dalam suatu industri hanya terdapat sebuah perusahaan dan produk yang dihasilkan tidak memiliki pengganti yang sempurna Karakteristik Pasar
Lebih terperincihambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l
BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan
Lebih terperinciDisampaikan Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum
Disampaikan Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. www.jamalwiwoho.com 1 RIWAYAT HIDUP IDENTITAS DIRI: Prof Dr. JAMAL WIWOHO,SH,MHum Magelang 8 Nopember 1962 Tempat tinggal: Jl Manunggal 1/43 Solo,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Teori Investasi Asing Menurut Samuelson dan Nordhaus (1996:89), menyatakan bahwa investasi (pembelian barang-barang modal)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan nasional adalah adanya kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan dengan adanya pertumbuhan
Lebih terperinci