SIFAT SKRIPSII K Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIFAT SKRIPSII K Oleh :"

Transkripsi

1 OPTIMASI FORMULA TABLETT HISAP JAHE MERAH (Zingiber officinale Roxb) DENGAN KOMBINASI SUKROSA-MANITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP SIFAT FISIK TABLET SKRIPSII Oleh : CATUR WURI HANDAYANI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tanaman obat tradisional yang terdapat di Indonesia adalah jahe merah. Jahe merah ini kandungan zat aktifnya berupa minyak atsiri, zat gingerol, dan oleoresin. Zat aktif yang digunakan berasal dari rimpang yaitu oleoresin. Jahe merah (Zingiber officinale Roxb), merupakan salah satu tanaman bahan obat yang telah diketahui khasiatnya, misalnya: sebagai pelega tenggorokan dan antimabuk. Maka pada penelitian ini dikembangkan ke bentuk yang lebih modern, agar mudah dikonsumsi yaitu suatu sediaan tablet hisap. Tujuan pembuatan tablet hisap adalah agar obatnya dapat larut atau hancur secara perlahan dalam mulut. Pada penelitian ini digunakan kombinasi bahan pengisi antara sukrosamanitol. Keuntungan sukrosa dan manitol dikombinasikan adalah kedua bahan tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Keuntungan dari Manitol adalah bersifat manis dan terasa dingin bila dimulut, tidak higroskopis, larut dalam air, cocok untuk digunakan sebagai bahan pengisi terutama tablet hisap, keuntungan dari sukrosa adalah larut dalam air, rasanya yang manis, sedangkan kekurangannya dari manitol adalah sifat alir yang jelek, kekurangan dari sukrosa adalah sedikit higroskopis, tidak kompresibel (Sulaiman, 2007). Jika kedua bahan pengisi tersebut dikombinasikan akan mengurangi kelemahan dari masing-masing bahan pengisi sukrosa-manitol, serta dapat meningkatkan rasa manis yang ditimbulkan dari sukrosa, sehingga dihasilkan tablet hisap yang baik. 1

3 2 Penelitian dilakukan optimasi formulasi sediaan tablet hisap jahe merah dengan metode simplex lattice design, dalam metode ini akan didapatkan persamaan matematis yang kemudian dari persamaan tersebut akan didapatkan perbandingan sukrosa dan manitol sehingga didapatkan formula tablet hisap yang optimum. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh kombinasi bahan pengisi manitol-sukrosa terhadap sifat fisik tablet hisap jahe merah? 2. Pada komposisi berapa kombinasi sukrosa-manitol menghasilkan sifat tablet hisap jahe merah yang optimum dilihat dari sifat fisik dan respon rasa? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh kombinasi bahan pengisi manitol-sukrosa terhadap sifat fisik tablet hisap yang dibuat. 2. Mengetahui komposisi kombinasi sukrosa-manitol agar menghasilkan sifat tablet hisap jahe merah yang optimum dilihat dari sifat fisik dan respon rasa. 1. Tanaman Jahe Merah D. Tinjauan Pustaka a. Klasifikasi tanaman jahe merah (Zingiber officinalle Roxb) Devisio Subdevisio Classis Ordo : Spermatophyta : Angiospermae : Mono-Cotyledonae : Scitamineae

4 3 Familia Genus Spesies : Zingibaraceae : Zingibe : Zingiber officinalle Roxb (Backer and Van Den Brink, 1965). b. Nama daerah penghasil jahe merah Rejang Lebong (Bengkulu), Kuningan, Bogor, (Jawa Barat), Magelang (Jawa Tengah), Yogyakarta, dan beberapa daerah di Jawa Timur (Herlina, 2002). c. Uraian tumbuhan Batang jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau kemerahan, dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun. Tinggi tanaman mencapai 34,18 62,28 cm. Daun tersusun berselang-seling secara teratur dan memiliki warna yang lebih hijau (gelap) dibandingkan dengan kedua tipe lainnya. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda dibandingkan dengan bagian bawahnya. Luas daun 32,55-51,18 cm 2 dengan panjang 24,30-24,79 cm, lebar 2,79-31,18 cm, dan lebar tajuk 36,93-52,87 cm. Rimpang jahe berwarna merah hingga jingga muda. Ukuran rimpang pada jahe merah lebih kecil dibandingkan dengan kedua jenis jahe diatas, yakni panjang rimpang 12,33-1,17 kg. Akar berserat agak kasar dengan panjang 17,03-24,06 cm dan diameter akar mencapai 5,36-5,46 mm.

5 4 d. Kegunaan Rimpang jahe merah berkhasiat sebagai pencahar, penguat lambung, memperbaiki rasa, pelega tenggorokan, muntah-muntah, bengek, peluluh masuk angin, memperbaiki pencernaan, antimabuk. e. Kandungan kimia Rimpang jahe merah mengandung minyak atsiri, zat gingerol, dan oleoresin (Herlina, 2002). 2. Ektraksi (Penyarian) Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut di uapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan sesedikit mungkin terkena panas (Anonim, 1995). Penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semua berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin banyak (Anonim, 1986).

6 5 Metode pembuatan ekstrak ada tiga macam: a. Maserasi Maserasi merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut. Dalam proses maserasi, obat yang akan di ekstraksi biasanya ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar, bersama pelarut yang telah ditetapkan, bejana ditutup rapat dan isinya dikocok berulang-ulang lamanya berkisar dari 2-14 hari. Pengocokan memungkinkan pelarut segar mengalir berulang-ulang masuk keseluruh permukaan dari obat yang sudah halus. Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur o C dalam waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut (Ansel, 1999). b. Perkolasi Sokhletasi merupakan salah satu metode ekstraksi cara panas dengan menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga ekstraksi yang kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Anonim, 2000). c. Soxhletasi Soxhletasi merupakan pelarut yang selalu baru, yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Voigt, 1984).

7 6 3. Tablet Hisap Tablet hisap adalah sediaan padat mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut. Tablet hisap tuang kadang - kadang disebut dengan pastiles, sedangkan tablet kempa disebut dengan troces (Anonim, 1995). Tablet hisap biasanya berbentuk datar dengan diameter sekitar 18 mm atau kurang dan ditujukan untuk dihisap dan melarut di mulut. Tablet yang diproduksi dengan cara pengempaan atau kompres disebut troces dan yang diproduksi dengan cara peleburan disebut lozenges. Pemanis dan pemberi rasa merupakan eksipien utama dalam tablet ini, biasanya menggunakan sukrosa atau laktosa serta gelatin untuk memberikan rasa lembut dan menghasilkan tablet yang lebih kompak dan keras sehingga dapat melarut secara perlahan dalam mulut (Sulaiman, 2007) Peterrs (1989) menyebutkan bahwa bentuk sediaan lozenges dapat bervariasi, yang paling banyak ditemukan adalah bentuk pipih, bundar, bikonveks, dan oktogonal. Tablet hisap mengandung satu atau lebih bahan obat umumnya dengan bahan beraroma manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan di mulut. Kandungan gula dan gom yang tinggi menghabiskan larutan yang lengket dalam mulut, yang dapat menyebabkan pengobatan tetap berada pada permukaan yang terkena. Bahan perasa biasanya ditambahkan pada gula, berupa minyak menguap (Cooper and Gunn, 1975).

8 7 Penggunaan jenis tablet ini dimaksudkan untuk memberi efek lokal, antiseptik, pada mulut dan kerongkongan. Tablet hisap biasanya dibuat dengan menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar kembang gula yang keras dan beraroma menarik. Tablet hisap dapat dibuat dengan mengempa, tetapi biasanya dibuat dengan cara peleburan atau proses penuangan kembang gula. Tablet ini dirancang agar tidak mengalami kehancuran di dalam mulut, tetepi larut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang (Anderson and Banker, 1986). Tablet hisap juga dapat mengandung vitamin, antibiotik, antihistamin, decongestan, kortekosteroid, analgetik atau kombinasinya (Peters, 1989). Tablet hisap yang diperdagangkan dapat dibuat dengan kompres menggunakan mesin tablet dengan punch yang besar dan datar. Ada dua tipe lozenges yang telah banyak digunakan karena kemampuannya dalam menyesuaikan perkembangan teknologi dalam metode pembuatan tablet hisap. Kedua tipe ini adalah hard candy lozenges dan compressed tablet lozenges. a. Hard candy lozenges Hard candy lozenges adalah suatu sediaan yang terdiri dari campuran gula dan karbohidrat dalam bentuk amorf atau kristal. Bentuk ini dapat berupa sirup gula padat yang secara umum mempunyai kandungan air 0,5% -1,5%. Bahan dasar hard candy lozenges adalah gula (sakarosa), sirup jagung, gula invert, gula pereduksi, asidulen (pembuat asam), pengaroma, bahan-bahan cair dan padat, serta bahan obat (Peters, 1989)

9 8 b. Compressed tablet lozenges. Compressed tablet lozenges yang dimaksud dengan penelitian ini adalah compressed tablet lozenges. Pada prinsipnya sama dengan pembuatan tablet kompresi biasa. Perbedaan yang mendasar adalah pada dosis sediaannya, maka compressed tablet lozenges, dengan area akivitasnya yang berada di membran mukosa mulut dan kerongkongan, biasanya memiliki diameter yang lebar (antara 5/8-3/4 inci), dikempa dengan bobot tablet antara 1,5-4,0 gram dan diformulasi agar mengalami disintegrasi dalam mulut secara perlahanlahan (Peters, 1989). 4. Bahan Tambahan dalam Pembuatan Tablet Hisap a. Bahan Pengisi (Dilluent/Filler) Pengisi diperlukan bila dosis tidak cukup untuk membuat baik. Pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan (misal: aspirin, antibiotik tertentu). Pengisi dapat juga ditambahkan, karena dapat memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran. Bahan pengisi yang biasa digunakan adalah laktosa, glukosa, manitol dan levulosa (Voigt, 1984). Bahan pengisi harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu: tidak toksik, tersedia dalam jumlah yang cukup, harga harus cukup murah, tidak berkontraindikasi, harus inert atau netral secara fisiologis, bebas mikroba, harus color compatible (tidak menggangu warna), bila obat termasuk makanan (produk-produk vitamin tertentu, pengisi dan bahan pembantu lainnya harus mendapat persetujuan sebagai bahan aditif pada

10 9 makanan), tidak boleh mengganggu bioavaibilitas obat, stabil secara fisika dan kimia baik dalam kombinasi dengan berbagai obat atau komponen lain. b. Bahan Pengikat (Binder) Bahan pengikat ini dimaksudkan untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet yang dicetak langsung. Bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak atau berlebihan akan menghasilkan massa yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga tablet yang dihasilkan mempunyai waktu hancur yang lama. Sebaliknya, kekurangan bahan pengikat akan menghasilkan daya rekat yang lemah, sehingga tablet akan rapuh dan terjadi capping (Parrott, 1971). c. Bahan Pelicin (lubrikan, Glidant, Antiaderent) Beberapa bahan pelicin yang biasa digunakan antara lain: talk, magnesium stearat, asam stearat, kalsium stearat, natrium stearat, licopodium, lemak, parafin cair (Banker and Anderson, 1986). Hasil terbaik saat ini diperoleh melalui bahan pelicin talk. Bahan pelicin yang umumnya digunakan adalah kalsium dan magnesium stearat. Kalsium dan magnesium stearat dapat menyebabkan turunya kekerasan tablet akibat mengecilnya gaya ikatan dengan terbentuknya lapisan tipis bahan pelicin pada partikel bahan padat. Bahan pelicin sebaiknya ditambahkan ke granul dalam bentuk serbuk halus (Voigt, 1984).

11 10 Berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 3 macam : 1). Lubricant, yang berfungsi mengurangi gesekan antar sisi tablet dengan dinding ruang cetakan (die) dan antara dinding die dengan menggunakan punch, sehingga tablet mudah dikeluarkan dari cetakan. 2). Glidant, yang berfungsi mengurangi gesekan antar partikel yang mengalir ke hopper ke ruang cetak (die), sehingga akan memperbaiki sifat alir serbuk atau granul yang akan dikempa yang akan berpengaruh pada keseragaman bobot tablet. 3). Anti Adherent, yang berfungsi sebagai pencegah melekatnya tablet pada die dan pada permukaan punch (Ansel, 1989). d. Bahan pemberi rasa Bahan pemberi rasa sangat penting dalam pembuatan tablet hisap karena tablet hisap langsung berhubungan dengan indra pengecap dan sangat mempengaruhi acceptabilitasnya. Dalam formulasi tablet hisap bahan perasa yang digunakan biasanya juga merupakan bahan pengisi tablet hisap tersebut seperti manitol (Peters, 1989). e. Bahan pengering Fungsi bahan pengering hampir sama dengan adsorben yaitu untuk penyerap cairan. Perbedaannya, pada bahan pengering cairan yang diserap adalah cairan yang harus dihilangkan/pelarut (bukan bahan aktif) agar bahan obat yang terlarut dapat menjadi serbuk yang kering. Penggunaannya banyak diaplikasikan pada pengeringan ekstrak dari tanaman atau bahan alam. Persyaratan untuk bahan pengering adalah dapat menyerap cairan dalam

12 11 jumlah yang besar dan baik juga jika bahan tersebut tidak larut dan menjadi lembek bila terkena cairan (Sulaiman, 2007). 5. Metode Pembuatan Tablet Hisap a. Hard candy lozenges Pembuatan tablet hisap hampir sama dengan tablet biasa. Dalam pembuatannya dibutuhkan tekanan tinggi dan bahan pengikat yang lebih banyak. Tablet hisap jenis ini dibentuk dengan jalan peleburan atau molded. Bahan-bahan tablet yang akan dibentuk dipanaskan dan mencair seperti sirup gula yang padat. Cairan bahan penyusun tablet dibiarkan sampai mengeras kemudian dipotong dengan ukuran dan ketebalan yang pas. Tablet hisap diharapkan dapat melarut perlahan dalam mulut sehingga kekerasan tablet ini harus lebih besar dari tablet biasa. b. Compressed tablet lozenges Proses pembuatan untuk tablet hisap jenis ini sama seperti pembuatan tablet biasa yaitu dibuat dengan metode granulasi basah, granulasi kering dan cetak langsung. 1). Granulasi basah (wet granulation) Metode ini merupakan suatu proses untuk mengubah serbuk halus menjadi bentuk granul, dengan cara menambahkan larutan bahan pengikat yang sesuai. Dalam metode ini, bahan obat dan bahan tambahan dibuat granul dengan larutan bahan pengikat. Granul yang dihasilkan setelah kering ditambah bahan pelicin atau tanpa bahan penghancur, untuk selanjutnya dikempa menjadi tablet (Sadik, 1984). Metode granulasi basah merupakan

13 12 metode yang banyak digunakan dalam industri farmasi untuk memproduksi tablet kompresi (Parrott, 1971). 2). Granulasi kering (dry granulation) Granulasi kering dinyatakan sebagai briketasi atau kompaktasi, dimana metode ini sering digunakan dalam industri. Cara ini membutuhkan lebih pendek waktu sehingga lebih ekonomis daripada granulasi basah (Voigt, 1984). Cara granulasi kering adalah dengan slugging, yaitu dengan memadatkan massa yang jumlahnya besar dari suatu campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya menjadi pecahan granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena tidak tahan panas (Lachman dkk, 1994). 3). Metode cetak langsung (direct Compression) Metode cetak langsung dapat diartikan sebagai pembuatan tablet dari bahan-bahan yang berbentuk kristal atau serbuk tanpa mengubah karakter fisiknya. Setelah bahan dicampur langsung ditablet dengan ukuran tertentu (Fudholi, 1983). Pembuatan tablet dengan metode cetak langsung, khususnya untuk bahan kimia yang mempunyai sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifatsifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau granulasi kering (Parrot, 1971).

14 13 6. Pencampuran Proses pencampuran merupakan proses paling penting sebelum dilakukan pengempaan tablet. Pencampuran bertujuan untuk memperoleh campuran yang homogen antar partikel-pertikel penyusunnya (Voigt, 1984). Faktor yang mempengaruhi proses pencampuran antar partikel padat seperti: bentuk partikel, ukuran dan distribusi ukuran partikel, kerapatan/densitas, kelengketan dan kelicinan, muatan elektrostatistika pada permukaan partikel, permukaan partikel, perbandingan/kadar komponen, kelembapan, waktu pencampuran/lamanya pencampuran dan mixer/peralatan yang digunakan (Sulaiman, 2007). a. Pencampuran Acak Pencampuran acak merupakan proses pencampuran yang terjadi karena partikel-partikel penyusunnya dipisah dan dicampur lagi secara berulangulang sehingga didapatkan kesempatan yang sama bagi setiap partikel berada di setiap bagian campuran pada setiap waktu. Dalam campuran acak tidak terdapat gaya adhesi maupun kohesi antar partikel penyusunnya, partikel-partikel dalam campuran acak terutama dipengaruhi oleh gaya gravitasi (Soebagyo, 1986; cit. Mustofa, 2002). b. Pencampuran interaktif Pencampuran interaktif merupakan suatu proses untuk mendapatkan campuran yang homogen dan stabil. Salah satu komponen harus berbentuk halus dan kohesif, umumnya partikel yang berukuran kecil. Campuran yang dihasilkan merupakan penempelan partikel-partikel halus pada partikel lain

15 14 yang lebih besar. Penempelan ini dikarenakan adanya gaya adhesi antar permukaan partikel. Keuntungan dari metode ini partikelnya tidak harus mempunyai ukuran, bentuk, distribusi maupun berat jenis yang sama (Soebagyo, 1986; cit. Mustofa, 2002). 7. Sifat Fisik Granul dan Tablet Hisap Jahe Merah a. Sifat fisik granul 1). Kecepatan alir Kecepatan alir adalah kecepatan yang dibutuhkan oleh sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat. Sifat alir ini dapat digunakan untuk menilai efektivitas bahan pelicin mudah tidak aliran granul dan sifat permukaan granul. Semakin kecil ukuran partikel granul akan memperbesar gaya kohesinya, sehingga akan menyulitkan aliran karena granul akan mengalir dalam bentuk gumpalan (Voigt, 1984). Faktor yang mempengaruhi sifat alir granul adalah bentuk dan ukuran partikel granul, distribusi ukuran partikel, kekasaran atau tekstur permukaan, penurunan energy permukaan dan luas permukaan. Ukuran partikel granul makin kecil akan memperbesar gaya kohesinya sehingga granul akan menggumpal dan menghambat kecepatan alirannya (Banker dan Anderson, 1986). M V =...(1) t Keterangan: V= kecepatan alir granul (g/detik) M= massa granul (g) t= waktu alir granul (detik)

16 15 2). Kandungan lembab Kandungan lembab suatu zat padat dapat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Kandungan lebab suatu material berhubungan dengan sifat alir. Kandungan lembab diperoleh dengan rumus 3. % MC = bobot air dalamsampel x 100%. (2) bobot sampel kering b. Sifat fisik tablet hisap jahe merah Pemeriksaan sifat fisik meliputi : keseragaman bobot, keseragaman kadar, kekerasan, kerapuhan, waktu melarut tablet, dan tanggapan responden. 1). Keseragaman bobot Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan pada ada tidaknya penyimpangan bobot tablet yang dihasilkan dibandingkan dengan bobot ratarata (Anonim, 1995). 2). Kekerasan tablet hisap Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan tablet dalam melawan goncangan mekanik pada saat pengemasan dan pengangkutan. Tablet hisap dikatakan baik apabila mempunyai kekerasan >10 kg (Parrott, 1984). 3). Kerapuhan tablet hisap Uji kerapuhan merupakan metode lain yang menggambarkan ketahanan tablet melawan pengikisan dan goncangan. Menurut Parrott (1984), nilai kerapuhan yang baik adalah tidak lebih dari 1%.

17 16 4). Waktu melarut Waktu melarut adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk malarut atau terkikis secara perlahan didalam rongga mulut, karena sediaan tablet hisap diharapkan mampu memberikan efek lokal pada mulut dan kerongkongan, meskipun dapat juga dimaksudkan untuk diabsorbsi secara sistemik setelah ditelan. Waktu melarut ideal bagi tablet hisap adalah sekitar 30 menit atau kurang (Banker and Anderson, 1994). 5). Tanggapan responden Tanggapan reponden dilakukan dengan teknik sampling acak (random sampling) dengan populasi heterogen sejumlah 20 responden. Setiap responden mendapatkan kesempatan yang sama untuk merasakan sempel dari formula. Kemudian data disajikan dalam bentuk tablet menurut presentase responden dengan tanggapan yang diberikan (Nugroho, 1995). 8. Optimasi Model Simplex Lattice Design Suatu formula merupakan campuran yang terdiri dari beberapa komponen. Setiap perubahan fraksi dari salah satu komponen dari campuran akan merubah sedikitnya satu variable atau bahkan lebih fraksi komponen lain. Jika X 1 adalah fraksi dari komponen satu dalam campuran fraksi, maka : 0 < X 1 >1 i= 1, 2,..., q......(3) A 50% B Gambar 1: Simplex lattice design model linier

18 17 Campuran akan mengandung sedikitnya satu komponen dan jumlah fraksi semua komponen adalah tetap, ini berarti : X 1 + X Xq = 1...(4) Area yang menyatakan semua kemungkinan kombinasi dari komponen-komponen dapat dinyatakan oleh interior atau garis batas dari suatu gambar dengan q tiap sudut dengan q 1 dimensi. Semua fraksi dari kombinasi 2 campuran dapat dinyatakan sebagai garis lurus. Jika ada 2 komponen (q = 2), maka akan dinyatakan sebagai satu dimensi yang merupakan gambar garis lurus seperti terlihat pada gambar tersebu. Titik A menyatakan suatu formula yang hanya mengandung komponen A, titik B menyatakan suatu formula yang hanya mengandung komponen B, sedang garis AB menyatakan semua kemungkinan campuran A dan B. Titik C menyatakan campuran 0,5 komponen A dan 0,5 komponen B. Kurva I menunjukkan bahwa adanya interaksi yang positif yaitu masingmasing komponen saling mendukung. Kurva II menunjukkan bahwa tidak adanya interaksi yaitu masing-masing komponen tidak saling mempengaruhi. Kurva III menunjukkan bahwa adanya interaksi yang negatif yaitu masingmasing komponen saling meniadakan (Amstrong and James, 1996). Hubungan fungsional antara respon (variabel tergantung) dengan komposisi (variabel bebas) dinyatakan dengan persamaan : Y=β 1. X 1 + β 2. X 2 +β 1 2. X 1 X 2...(5) Y= Respon X 1 dan X 2 = fraksi dari tiap komponen β 1 dan β 2 = koefisien regresi dari X 1, X 2 β 1 2 = koefisien regresi dari interaksi X 1 -X 2

19 18 Untuk q =2, maka persamaan berubah menjadi : X 1 + X 2 = 1 Koefisien diketahui dari perhitungan regresi dan y adalah respon yang diinginkan. Nilai X 1 ditentukan maka nilai X 2 dapat dihitung setelah semua nilai didapatkan dimasukan ke dalam garis, maka akan akan didapatkan contour plot yang diinginkan. Penentuan respon total diperoleh dari dari respon total yang paling besar. Respon total dihitung dengan rumus : R total= R 1 +R 2 +R 3...(6) R 1,2,3,n adalah respon masing-masing sifat fisik granul dan tablet hisap. Masing-masing respon diberi bobot sama dengan satu. Mengingat masingmasing respon tidak sama, maka perlu distandarisasi penilaiannya dengan menggunakan rumus X X min N=...(7) X max X min Keterangan : X : respon yang didapat dari percobaan Xmin : respon minimal yang diinginkan Xmax : respon maksimal yang diinginkan 9. Monografi Bahan Tambahan a. Manitol Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0 % dan tidak lebih dari 101,5 % C 6 H 14 O 6 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Berupa serbuk hablur atau granul, putih, tidak berbau, rasa manis. Mudah larut dalam air, larut dalam larutan basa, sukar larut dalam piridina, sangat sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter (Anonim, 1995).

20 19 Manitol digunakan sebagai pengisi tablet, kelarutannya lambat dan rasanya enak di mulut. Formulasi dengan manitol sifat alirnya kurang baik dan biasanya membutuhkan pelincir cukup banyak. Dalam tablet hisap, manitol sering digunakan sebagai bahan pembantu, karena manitol memberikan rasa enak, manis yang ringan dan dingin, rasa lembut, meleleh dimulut (Sheth dkk, 1980). CH 2 OH OH OH H H CH 2 OH Gambar 2. Rumus Struktur Manitol Mannitol merupakan gula alkohol isomer optik dari sorbitol, merupakan gula yang paling mahal yang digunakan sebagai pengisi tablet, terutama pada tablet hisap, bersifat larut dalam air, memberi rasa manis dan dingin bila dihisap. Biasa digunakan untuk formulasi tablet multivitamin, tidak higroskopis, dan rendah kalori. Binder yang cocok untuk granulasi serbuk manitol adalah gelatin, metil selulosa 400, starch, povidone, dan sorbitol (Rowe dkk, 2006). b. Sukrosa Sukrosa atau gula dan derivatnya banyak digunakan sebagai pengisi dalam membuat tablet. Beberapa pabrik menghindati pemakaiannya pada produk-produk yang dipakai oleh penderita diabetes. Salah satu produk adalah sugartap (90-93% sukrosa ditambah 7-10% gula invert), Di pac (97% sukrosa ditambah 3 % dextrin yang telah di modofikasi) dan Nu Tab (95% sukrosa dan 4% gula invert) dengan sedikit tepung jagung dan Mg stearat. Semua bahan pengisi ini dapat untuk pencetakan langsung dan beberapa juga digunakan

21 20 dengan atau tanpa manitol dalam tablet. Semua bahan tersebut cenderung menyerap udara bila kekentalan meningkat (Ansel, 1989). Sukrosa tidak kompresibel, membutuhkan tekanan mesin yang tinggi untuk dapat menghasilkan tablet yang keras. Bersifat larut dalam air, sedikit higroskopis, harga relatif murah dan berasa manis (Sulaiman, 2007). c. Avicel ph 102 Microscrytalline cellulose (avicel) merupakan suatu bahan obat yang berwarna putih, tidak larut air, tidak reaktif, free flowing, dan dapat berguna sebagai pengisi sekaligus pengering. Avicel dapat dibuat menjadi tablet yang keras dengan tekanan kompresi rendah. Avicel juga dapat berfungsi sebagai disintregant, libricant, dan glidant. Avicel ph 102 merupakan produk aglomerasi dengan distribusi ukuran partikel yang besar dan menunjukkan sifat alir dan kompaktibilitas yang baik. Ikatan yang terjadi antara partikelnya adalah ikatan hidrogen. Ikatan ini sangat berperan terhadap kekerasan dan kohesifitasnya. Pada kompresi partikelnya mengalami deformasi plastik, sehingga dapat meningkatkan kompaktibilitasnya. Pada metode kempa langsung Avicel ph 102 sering digunakan pada konsentrasi % sebagai filler-binder dan disintregant (Sheth dkk, 1980). Avicel ph 102 merupakan produk aglomerasi dengan distribusi ukuran partikel yang besar dan menunjukkan sifat alir serta kompresibilitas yang baik (Banker and Anderson, 1989). Avicel ph 102 merupakan selulosa yang terdepolimerasi parsial berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau, serbuk

22 21 kristal yang terdiri dari partikel porous, tidak larut dalam asam encer dan sebagian pelarut organik (Rowe dkk, 2006). d. Gelatin Gelatin suatu protein alam, kadang-kadang digunakan bersama dengan akasia. Gelatin lebih baik dari pada kedua gum alam, lebih mudah dipersiapkan dalam bentuk larutan, dan tablet yang terbentuk kerasnya sama dengan bila memakai akasia atau tragakan (Lachman dkk, 1994). Gelatin digunakan sebagai pengikat (binder) pda konsentrasi rendah yaitu 2-10 % (Aulton, 2002). e. Talk Talk berfungsi sebagai anticaking (penjendalan), lubricant pada kapsul dan tablet. Pemakaian dalam teknologi formulasi talk banyak digunakan dalam formulasi sediaan padat tablet oral sebagai lubrikan. untuk pemakaian sebagai lubrikan dan glidant tablet digunakan sebanyak 1,0-10,0 %. Talk sangat halus, putih hingga putih keabu-abuan, tanpa rasa, merupakan serbuk kristal yang sangat mudah menempel pada kulit dan sangat halus. Kelarutan talk praktis tidak larut dalam suasana asam. Inkompatibilitas terhadap zat yang mengandung ammonium kuarterner (Rowe dkk, 2006). Talk merupakan magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit alumunium silikat. Bentuk serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih dan putih kelabu. Tidak larut dalam semua pelarut. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Digunakan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979)

23 22 VI. Landasan Teori Rimpang jahe merah (Zingiber officinalle Roxb) mempunyai khasiat sebagai bahan baku obat, misal : sebagai pencegah mual, pelega tenggorokan. Jahe merah ini yang diambil senyawa aktifnya adalah oleoresin (Herlina, 2002). Metode yang cocok untuk proses ekstraksi adalah perkolasi. Perkolasi mempunyai keuntungan, yakni hasil ekstraksi zat aktif tinggi, ekstrak yang kaya, dan juga pemanfaatan simplisia secara optimum serta singkatnya waktu pembuatan, selain itu perkolasi digunakan untuk mengekstraksi terutama untuk simplisia dari rimpang (Anonim, 1986). Tablet hisap dimaksudkan untuk dihisap pelan-pelan, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut umumnya dengan bahan dasar yang beraroma manis (Sulaiman, 2007). Keuntungan dari sediaan tablet hisap adalah dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari zat aktifnya, mudah dibawa kemana-mana, dapat memberikan efek lokal yaitu rongga mulut dan tenggorokan. Jahe merah ini sangat cocok jika dibuat sediaan tablet hisap. Sukrosa dan manitol merupakan bahan pengisi sekaligus dapat memberikan rasa manis. Sukrosa mempunyai keuntungan yaitu manis, sifat alirnya baik, larut dalam air, sedangkan kekurangannya yaitu sedikit higroskopis, tidak kompresibel. Keuntungan dari manitol yaitu rasanya yang manis dan lembut bila dihisap, tidak higroskopis, larut dalam air, sedangkan kekurangannya yaitu sifat alirnya jelek (Sulaiman, 2007). Kedua bahan tersebut dikombinasikan agar sifat yang dapat mengurangi proses penabletan dapat saling meniadakan, sehingga dihasilkan tablet hisap yang baik.

24 23 Pada pembuatan tablet hisap bahan pengisi memegang peranan penting terhadap sifat fisik tablet. Bahan pengisi dalam pembuatan tablet diharapkan dapat membentuk kompaktibilitas massa tablet dan dapat meningkatkan daya alir. Dengan menggunakan konsentrasi bahan pengisi yang berbeda-beda untuk masing-masing formula sehingga akan mempengaruhi sifat fisik tablet hisap ekstrak jahe merah. Dengan metode pembuatan granulasi basah diharapkan dapat menghasilkan tablet hisap sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Metode optimasi simplex lattice design akan mempermudah dalam menghitung pada tingkat konsentrasi berapa kombinasi sukrosa-manitol bisa digunakan sebagai bahan pengisi yang optimum dalam formulasi tablet hisap jahe merah, yang juga akan dihasilkan tablet hisap yang memiliki sifat fisik yang optimum sesuai dengan persyaratan dan uji tanggapan rasa. VII. Hipotesis Penggunaan kombinasi sukrosa-manitol sebagai bahan pengisi sekaligus bahan pemanis pada perbandingan konsentrasi tertentu diduga dapat memberikan pengaruh terhadap sifat fisik dan respon rasa tablet hisap jahe merah (Zingiber officinale Roxb).

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN EXPLOTAB SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh: HENI SUSILOWATI K100 040 020

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanaman obat di Indonesia. Dalam penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanaman obat di Indonesia. Dalam penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia. Dalam penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa senyawa

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP JAHE MERAH

OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP JAHE MERAH OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP JAHE MERAH (Zingiber officinale Roxb) DENGAN KOMBINASI LAKTOSA- SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : MELY MEILINDA K 100 040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu contoh jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu daun pepaya (Carica papaya). Menurut penelitian Maniyar dan Bhixavatimath (2012), menunjukkan

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI Oleh : ARI WIJAYANTO K 100 040 160 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam menekan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang sangat popular di dunia. Teh dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh. Berdasarkan pengolahannya, secara tradisional produk teh

Lebih terperinci

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini tercatat 7000 spesies tanaman

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN PULVIS GUMMI ARABICI (PGA) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN PULVIS GUMMI ARABICI (PGA) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN PULVIS GUMMI ARABICI (PGA) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI Oleh : ARISTO FAJAR NUGROHO K 100040209 FAKULTAS

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP JAHE MERAH

OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP JAHE MERAH OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP JAHE MERAH (Zingiber officinale Roxb) DENGAN KOMBINASI LAKTOSA-MANITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : TRI MUMPUNI GATININGSIH K

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari. BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

IFNA ANGGAR KUSUMA K

IFNA ANGGAR KUSUMA K OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : IFNA ANGGAR KUSUMA K100040029

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan beribu-ribu tumbuhan yang berkhasiat obat. Penggunaan obat-obat tradisional memiliki banyak keuntungan yaitu

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI Oleh: DEWI MUTHI AH K 100 040 098 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 Supomo *, Dayang Bella R.W, Hayatus Sa`adah # Akademi Farmasi Samarinda e-mail: *fahmipomo@gmail.com,

Lebih terperinci

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa BAB I PENDAHULUAN Lebih kurang 20 % resep di negara maju memuat tanaman obat atau bahan berkhasiat yang berasal dari tanaman, sedangkan di negara berkembang hal tersebut dapat mencapai 80 %. Di Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KADAR GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.

PENGARUH VARIASI KADAR GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L. PENGARUH VARIASI KADAR GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SKRIPSI Oleh : PADMA MURTI SARI K 100 040 246 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara pemakaiannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) adalah salah satu tanaman obat Indonesia yang memiliki khasiat sebagai antibakteri dan antiradang. Isolat

Lebih terperinci

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini BAB I PENDAHULUAN Dalam dua dasawarsa terakhir penggunaan obat bahan alam mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik di negara berkembang maupun di negara-negara maju. Hal ini dapat dilihat dari semakin

Lebih terperinci

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA (Abrus precatorius L.) DENGAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH SKRIPSI Oleh : IMAWAN NUR RAIS AHMAD K 100040165

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bahan buangan limbah buah pisang yang jumlahnya cukup banyak. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, kulit pisang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sediaan obat alam merupakan warisan budaya Indonesia yang dipercaya oleh masyarakat dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, sehingga masyarakat semakin terbiasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dulu. Bagian tanaman yang digunakan adalah daunnya, kandungan daun sirih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dulu. Bagian tanaman yang digunakan adalah daunnya, kandungan daun sirih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sirih (Piper betle L.) sudah lama digunakan sebagai obat sejak dulu. Bagian tanaman yang digunakan adalah daunnya, kandungan daun sirih antara lain saponin,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Penelitian Silitonga (2008) menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP JAHE MERAH

OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP JAHE MERAH OPTIMASI FORMULA TABLET HISAP JAHE MERAH (Zingiber officinale Roxb.) DENGAN KOMBINASI SUKROSA-SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP SIFAT FISIK TABLET SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

terhadap masalah kesehatan melalui pengobatan tradisional sangat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya yaitu menggunakan ramuan-ramuan

terhadap masalah kesehatan melalui pengobatan tradisional sangat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya yaitu menggunakan ramuan-ramuan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia memiliki keanekaragaman sumber alam hayati yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, pendidikan dan kesehatan. Pemanfaatan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus) BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Nangka (Artocarpus heterophyllus) Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus) Pohon Artocarpus heterophyllus memiliki tinggi 10-15 m. Batangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia. Buah mahkota dewa mengandung icariside C, phalerin, dan mangiferin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degeneratif yang termasuk didalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Diabetes mellitus merupakan suatu jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, kemajuan dibidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan dalam meningkatkan mutu dan kualitas suatu obat, terutama dibidang

Lebih terperinci

obat-obat tradisional yang telah menggunakan cara-cara modern. Umumnya masyarakat jaman dahulu menggunakan daun sirih merah masih dalam cara yang

obat-obat tradisional yang telah menggunakan cara-cara modern. Umumnya masyarakat jaman dahulu menggunakan daun sirih merah masih dalam cara yang BAB I PENDAHULUAN Sediaan obat bahan alam sebagai warisan budaya nasional bangsa Indonesia dirasa semakin berperan dalam pola kehidupan masyarakat dari sisi kehidupan. Masyarakat semakin terbiasa menggunakan

Lebih terperinci

tradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa (Anonim, 2010). Umumnya masyarakat

tradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa (Anonim, 2010). Umumnya masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini minat masyarakat untuk memanfaatkan kembali bahan alam bagi kesehatan, terutama obat-obatan dari tumbuhan cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena pengobatan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran,

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM Akhmad Jazuli, Yulias Ninik Windriyati, Sugiyono Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan lebih banyak lagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rute pemberian secara oral merupakan rute yang paling umum digunakan hingga 50 60% dari keseluruhan bentuk sediaan. Bentuk sediaan padat pada umumnya lebih disukai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan oral berupa sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET EKSTRAK HERBA TAPAK DARA (Catharantus roseus (L) G. Don) DENGAN BAHAN PENGIKAT GELATIN DAN GOM ARAB PADA BERBAGAI KONSENTRASI SKRIPSI

FORMULASI TABLET EKSTRAK HERBA TAPAK DARA (Catharantus roseus (L) G. Don) DENGAN BAHAN PENGIKAT GELATIN DAN GOM ARAB PADA BERBAGAI KONSENTRASI SKRIPSI 0 FORMULASI TABLET EKSTRAK HERBA TAPAK DARA (Catharantus roseus (L) G. Don) DENGAN BAHAN PENGIKAT GELATIN DAN GOM ARAB PADA BERBAGAI KONSENTRASI SKRIPSI Oleh : LEONINDITA PERDANA DEVI DINATA K100040026

Lebih terperinci

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al, BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan farmasi terdapat berbagai macam bentuk berbeda yang didalamnya terkandung suatu bahan obat untuk pengobatan penyakit tertentu. Salah satu bentuk sediaan yang paling populer adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis sediaan obat yang ada, tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan sediaan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau Uji KLT dilakukan sebagai parameter spesifik yaitu untuk melihat apakah ekstrak kering daun sirih yang diperoleh dari PT. Industry

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC Na SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis-jenis sediaan obat yang ada di pasaran, tablet merupakan bentuk sediaan yang paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, Tablet merupakan sediaan obat yang paling banyak digunakan di masyarakat. Sediaan Tablet merupakan bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, salah satu penyebab masalah lingkungan hidup yang sering dijumpai adalah limbah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang kian pesat, produksi limbah juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas yang sering dialami baik oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis antihistamin yang banyak

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya adalah daerah hutan yang memiliki banyak kekayaan alam berupa tanaman. Tanaman asli Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa digunakan untuk pengobatan alergi rhinitis dan seringkali ditujukan untuk anak-anak. Loratadin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama ini, kemajuan teknologi dalam industri farmasi, terutama dibidang sediaan solida termasuk sediaan tablet telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang tumbuh di lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia L.)mengandung damar, lendir, tanin,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia L.)mengandung damar, lendir, tanin, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia L.)mengandung damar, lendir, tanin, triterpen, alkaloid, karotenoid, flavonoid, dan asam fenol. Tanin merupakan suatu senyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, industri farmasi di Indonesia terus mengalami perkembangan dalam setiap bidangnya, termasuk dalam bidang pengembangan formulasi dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat ini, banyak orang telah kembali pada pengobatan tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat ini, banyak orang telah kembali pada pengobatan tradisional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, banyak orang telah kembali pada pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman obat, baik untuk menjaga kesehatan maupun mengobati penyakit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga pinnata (Wurmb) Merr). Salah satu kandungan didalamnya yang bisa kita manfaatkan yaitu kandungan mineral

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI Oleh : ULIN FATKHIYATUL JANNAH K 100 050 091 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI Oleh : RINI MARYATUN K 100 050 049 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daun sirih sudah sejak dulu digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional. Tanaman sirih (Piper bettle L.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai daya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

Begitu banyak khasiat jahe merah. Antara lain sebagai pencahar, antirematik, peluruh keringat, peluruh masuk angin, meningkatkan gairah seks,

Begitu banyak khasiat jahe merah. Antara lain sebagai pencahar, antirematik, peluruh keringat, peluruh masuk angin, meningkatkan gairah seks, BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia memiliki beragam tanaman obat atau rempah-rempah sebagai warisan budaya nasional. Masyarakat semakin terbiasa menggunakan sediaan bahan obat alam, salah satunya dalam bentuk

Lebih terperinci

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) adalah salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya yang tinggi, mudah didapat dan

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma Zedoaria (Berg) Roscoe) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma Zedoaria (Berg) Roscoe) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma Zedoaria (Berg) Roscoe) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI Oleh: EKA YULIANA DIAN PRAWESTI K 100.040.090 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlahan agar mendapatkan efek lokal (Mohr, 2009), parameter yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlahan agar mendapatkan efek lokal (Mohr, 2009), parameter yang perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tablet hisap adalah salah satu pengembangan yang dapat dilakukan karena lebih praktis dan mudah dalam penggunaan maupun penyimpananya. Berdasarkan tujuan penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 % PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan tablet dengan cara Granulasi Kering. Tablet yang dibuat sebanyak 300 buah. Komposisi tablet yang akan kami buat adalah sebagai berikut : R/ Acetosal

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) SEBAGAI ANTI INFLAMASI DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) SEBAGAI ANTI INFLAMASI DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) SEBAGAI ANTI INFLAMASI DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI DIAN IKA NOVTIANI K 100 060 016 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria [ Berg ] Roscoe) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI SORBITOL-LAKTOSA SKRIPSI

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria [ Berg ] Roscoe) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI SORBITOL-LAKTOSA SKRIPSI FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria [ Berg ] Roscoe) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI SORBITOL-LAKTOSA SKRIPSI Oleh: WULAN RATNA NINGTYAS K 100 040 087 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI Oleh : WADLICHAH SYARIFAH K 100 060 038 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata

TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet adalah sediaan oral dalam bentuk padat yang mengandung bahan aktif dengan atau tanpa bahan tambahan yang sesuai (Departemen Keshatan RI, 2014). Tablet

Lebih terperinci

Sediaan obat bahan alam sebagai warisan budaya nasional bangsa Indonesia. dirasa semakin berperan dalam pola kehidupan masyarakat dari sisi kehidupan

Sediaan obat bahan alam sebagai warisan budaya nasional bangsa Indonesia. dirasa semakin berperan dalam pola kehidupan masyarakat dari sisi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sediaan obat bahan alam sebagai warisan budaya nasional bangsa Indonesia dirasa semakin berperan dalam pola kehidupan masyarakat dari sisi kehidupan maupun

Lebih terperinci

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Tablet Khusus Tablet Khusus (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Disusun oleh : Dicky Wisnu Ariandi (21081012) Dwi Adiguna (21081014) Indri Nugraha (21081020) Irvan Akhmad Fauzi (21081022)

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK BENALU TEH (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI BAHAN PENGISI SORBITOL-LAKTOSA SKRIPSI

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK BENALU TEH (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI BAHAN PENGISI SORBITOL-LAKTOSA SKRIPSI FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK BENALU TEH (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI BAHAN PENGISI SORBITOL-LAKTOSA SKRIPSI Oleh : IKHA BHEKTI YULIANTI K 100 050 234 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia telah mengenal dan memanfaatkan berbagai tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan. Kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan disukai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan disukai BAB I PENDAULUAN A. Latar Belakang Masalah Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan disukai oleh masyarakat karena tablet mempunyai beberapa keuntungan diantaranya adalah ketepatan

Lebih terperinci

DIAN INDAH PERMATASARI K

DIAN INDAH PERMATASARI K OPTIMASI FORMULA TABLET EKSTRAK DAUN SAMBUNG NYAWA {Gynura procumbens (Lour.) Merr } DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGIKAT POLIVINIL PIROLIDON DAN BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DENGAN METODE FACTORIAL DESIGN

Lebih terperinci

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, terutama dalam bidang farmasi, memberikan kesempatan pada bagian Research and Development di sebuah industri farmasi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada jaman dahulu maupun sekarang. Penggunaan obat tradisional oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada jaman dahulu maupun sekarang. Penggunaan obat tradisional oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat tradisional telah banyak dikenal dan digunakan oleh masyarakat baik pada jaman dahulu maupun sekarang. Penggunaan obat tradisional oleh masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

Pembuatan Tablet Asetosal dengan Metode Granulasi Kering

Pembuatan Tablet Asetosal dengan Metode Granulasi Kering Pembuatan Tablet Asetosal dengan Metode Granulasi Kering A. Tujuan 1..Mahasiswa mampu membuat sediaan tablet naproksen dengan metode granulasi basah sesuai dengan prosedur 2. Mahasiswa mampu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk herbal saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan menengah ke bawah, tetapi kalangan atas pun kini mulai menggunakannya.

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa.l) SEBAGAI ANTI INFLAMASI DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI XILITOL-LAKTOSA SKRIPSI

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa.l) SEBAGAI ANTI INFLAMASI DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI XILITOL-LAKTOSA SKRIPSI FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa.l) SEBAGAI ANTI INFLAMASI DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI XILITOL-LAKTOSA SKRIPSI MEDA ANDROMEDA K 100 060 019 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN KOMBINASI MANITOL SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN KOMBINASI MANITOL SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI GALENIKA Journal of Pharmacy Kusumawati/Galenika Vol. 1 (2) : 73 - Journal 78 of Pharmacy ISSN : 2442-8744 October 2015 FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET EKSTRAK DAUN SAMBUNG NYAWA

OPTIMASI FORMULA TABLET EKSTRAK DAUN SAMBUNG NYAWA OPTIMASI FORMULA TABLET EKSTRAK DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens (lour.) Merr.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGIKAT AMILUM MANIHOT DAN BAHAN PENGHANCUR STARCH1500 DENGAN METODE FACTORIAL DESIGN SKRIPSI

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 64-74, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK DAUN PARE (Momordica charantia L.) DENGAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT MENGGUNAKAN METODE GRANULASI BASAH

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK DAUN PARE (Momordica charantia L.) DENGAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT MENGGUNAKAN METODE GRANULASI BASAH FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK DAUN PARE (Momordica charantia L.) DENGAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT MENGGUNAKAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI Oleh : FITRI LAILA K 100 050 168 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan jaman yang semakin modern menuntut semua hal yang serba cepat dan praktis, termasuk perkembangan sediaan obat. Bentuk sediaan obat padat berupa

Lebih terperinci

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013 KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013 Rancangan formula R/ Ketokenazol PVP Amilum Sagu pregelatinasi Avicel ph 102 Tween 80 Magnesium Stearat Talk HOME 200 mg

Lebih terperinci