BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Hovercraft Menurut Webster s Dictionary, Hovercraft didefinisikan sebagai a vehicle which is able to move over land or water, supported by a cushion of air atau dapat diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia sebagai kendaraan yang mampu melintasi daratan maupun perairan, dengan menggunakan bantuan dari bantalan udara Prinsip Pengoperasian Hovercraft Konsep awal dari Air Cushion Vehicle atau lebih popular disebut sabagai Hovercraft adalah bagaimana meminimalisi gesekan atau hambatan akibat gelombang pada permukaan pada saat perahu atau kapal konvensional berjalan/bergerak diatas permukaan air. Dengan manganggap bahwa hanya ada dua cara utama bergeraknya kendaraan diatas suatu permukaan, yaitu berputar (rolling) dan meluncur (sliding). Ditemukan konsep bahwa bergerak meluncur (sliding) udara menjadi pelumas (lubricant) yang lebih baik dari air. Untuk itu dibutuhkan suatu bantalan yang berisi udara yang diletakan di antara kendaraan dan permukaan air. Konsep ini selajutnya tertuju pada fenomena ground effect. Jika suatu udara bertekanan diarahkan ke tanah melalui suatu lubang pada permukaan pejal, maka permukaan pejal tersebut cenderung akan bergerak ke atas. Hal ini desebabkan oleh adanya efek balik pada semburan udara akibat gaya aksi-reaksi yang mendorong permukaan pejal tersebut keatas dan adanya sebagian udara yang menghantam tanah kemudian berbalik menekan ke atas ke arah permukaan benda hingga menghasilkan gaya angkat tambahan. Faktor tersebut lebih dikenal dengan fenomena ground effect. Semakin besar permukaan bawah Hovercraft maka akan II-1

2 semakinbesar pula gaya dorong balik (reverse thrust) dari udara yang mendorong balik ke atas. Gambar Fenomena Ground Effect [1] 2.3. Bagian-bagian Utama Hovercraft Sebuah Hovercraft mempunya beberapa bagian utama, antara lain sebagai berikut: Hull Yaitu badan Hovercraft dimana bagian-bagian lain dari Hovercraft dipasang. Atau dengan kata lain bisa disebut sebagai Chassis Skirt/Flexible Skirt yaitu bagian tambahan yang terbuat dari suatu bahan yang elastis, ditempatkan diantara hull dan permukaan berfungsi sebagai bantalan udara yang menampung sejumlah massa udara bertekanan yang akan menghasilkan gaya angkat. Beberapa keuntungan yang dihasilkan oleh skirt adalah sebagai berikut: 1. Secara signifikan dapat mengurangi tenaga untuk menghasilkan gaya angkat. 2. Dapat dengan mudah melewati rintangan (obstacle) 3. Memiliki kemampuan amphibious 4. Meningkatkan manuveribilitas Gambar dibawah ini menunjukan perkembangan bentuk skirt: II-2

3 Gambar Evolusi dari disain skirt (Yun, Liang: Theory and Design of Air Cushion Craft, Hal.233) [2] Skirt/flexible skirt memiliki beberapa jenis, tergantung dari pemakaiannya. Masing-masing dari jenis skirt tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Berikut diantaranya adalah beberapa jenis skirt: a. Bag Skirt: Jenis ini merupakan jenis skirt paling sederhana diantara jenis skirt lainnya. Selain sederhana, jenis ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah: - Toleran terhadap kerusakan kecil pada saat digunakan. hanya lubang yang besar yang dapat membuat skirt jenis ini kehilangan Cushion. - Mudah untuk memperbaiki kerusakan kecil (dengan mengikat, menambal, mengelem). - Mudah untuk dibuat, dengan biaya yang murah. - Jumlah sendi-sendi relatif sedikit (biasanya terdapat 3-6 per unit) sendi yang dilem. II-3

4 Adapun beberapa kekurangan yang dimiliki skirt jenis ini adalah: - Sulit untuk memperbaiki kerusakan besar. - Stabilitas kurang. - Lebih cocok digunakan di perairan dibandingkan dengan pemakaian di darat. Gambar Hovercraft Dengan Bag Skirt. [3] b. Finger Skirt: Jenis ini merukan jenis skirt yang cukup rumit, dimana terdapat ruas-ruas bantalan yang digunakan pada sebuah hovercraft. Jenis ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah: - Hovercraft dengan skirt jenis ini cenderung lebih stabil. - Mudah untuk memperbaiki kerusakan besar. - Cocok digunakan di daratan maupun perairan. Adapun kekurangan dari skirt jenis ini adalah: - Pembuatan yang rumit dan biaya yang mahal. - Memerlukan daya yang besar untuk mengangkat jenis skirt ini. - Mudah rusak, terutama pada permukaan yang kasar. II-4

5 Gambar Hovercraft Dengan Finger Skirt. [3] c. Bag and Finger Skirt: Jenis skirt ini merupakan perpaduan antara jenis bag skirt dan finger skirt. Jenis ini biasanya dipakai untuk hovercraft komersial yang besar (heavy). Jenis ini menggabungkan keunggulan dan kekurangan dari masing-masing jenis skirt tersebut, yang bertujuan untuk menambah kenyamanan, keamanan, dan stabilitas yang lebih baik. Kekurangan dari skirt jeni ini adalah - Tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi yang berimbas pada biaya yang besar pula. - Sulit untuk memperbaiki kerusakan besar. - Memerlukan daya yang sangat besar untuk mengangkat (skirt) sebuah hovercraft dengan jenis skirt seperti ini. Gambar Desain Bag and Finger Skirt. [3] II-5

6 Gambar Hovercraft Dengan Bag and Finger Skirt. [3] Propeller yaitu alat yang terdiri dari beberapa bilah pisau atau sudu berputar yang dapat menghasilkan gaya dorong dan gaya angkat yang disalurkan melalui skirt. Berbagai jenis dari propeller dapat kita jumpai, akan tetapi jenis propeller yang paling sering digunakan adalah propeller dengan jenis axial fan. Gambar Axial fan. [5] II-6

7 Engine Sebuah alat mekanik yang menggerakan propeller. Mesin atau power plant itu sendiri merupakan sebuah penggerak utama pada sebuah hovercraft. Biasanya mesin dihubungkan dengan fan atau propeller dengan menggunakan belt atau sabuk. Gambar Engine. Gambar Bagian-bagian Hovercraft. II-7

8 2.4. Jenis dan Penggunaan Hovercraft Hovercraft dibagi menjadi tiga jenis menurut media bergeraknya, yaitu Hovercraft amfibi, Hovercraft semi amfibi, dan non amifibi. Perbedaannya adalah jenis Hovercraft amfibi dapat begerak di atas permukaan air, es/salju, lumpur, rawa, gurun, rumput dan berbagai jenis permukaan lainnya. Sedangkan Hovercraft dengan tipe semi amfibi dan non amfibi hanya dapat bergerak diatas permukaan air. Perbedaan lainnya adalah apabila Hovercraft tipe amfibi dapat berhenti di atas permukaan air dan di daratan, Sementara Hovercraft semi amfibi hanya dapat menempatkan separuh strukturnya di permukaan air dan separuhnya lagi di permukaan daratan. sedangkan Hovercraft non amfibi hanya dapat berhenti di permukaan air. Menurut ukurannya Hovercraft dibagi menjadi tiga kategore yaitu: - Hovercraft dengan bobot hingga 10 ton disebut sebagai Hovercraft kecil (Small Hovercraft). - Hovercraft dengan bobot ton disebut sebagai Hovercraft sedang (Medium-sized Hovercraft). - Hovercraft dengan bobot ton disebut sebagai Hovercraft besar (Large Hovercraft) Menurut konstruksinya, hovercraft dibagi menjadi beberapa jenis. Yaitu: a. Open Plenum Jenis ini menggunakan konstruksi ruang terbuka dengan sebuah ruang besar yang berisi udara bertekanan tinggi. Konstruksi semacam ini memerlukan tenaga/energi yang besar untuk menjamin adanya tekanan yang cukup tinggi. II-8

9 Gambar Tipe Open Plenum. b. Peripheral Jet Konstruksi rancangan Sir Christoper Cockerel memakai jet annular (cincin), udara dipompa ke sekeliling sisi kendaraan. Tenaga yang diperlukan lebih sedikit, untuk membangkitkan alas bantalan udara secara terus menerus. Gambar Tipe Peripheral Jet. c. Flexible Skirt Pada konstruksi ini, selubung flexible pada jet annular menyebabkan penambahan ketinggian letak hovercraft sampai 10 kali lipat, dengan demikian hovercraft dapat melintasi medan darat yang permukaannya tidak rata maupun medan pantai yang kurang baik. II-9

10 Gambar Tipe Flexible Skirt. d. Fixed Wall Pada konstruksi ini, hovercraft dengan dinding sisi yang baku ini dikenal dengan itilah CAB (Capture Air Bubble atau Gelembung Udara yang Diperangkap), sekilas konstruksi ini mirip dengan hovercraft berjenis Flexible Skirt. Hanya saja, skirt disini diganti dengan dinding-dinding yang memerangkap udara. Penggunaan Hovercraft bergantung pada jenisnya, terutama menurut media geraknya, maupun ukurannya. Berikut ini adalah beberapa contoh penggunaan Hovercraft: 1. Sarana transportasi (mengangkut penumpang dan barang) 2. Militer (mengangkut keperluan alat/senjata berat) 3. SAR. 4. Kendaraan Patroli perairan. 5. Kendaraan Eksplorasi dan Survey. 6. Rekreasi dan Hobi Medan Tempuh Hovercraft Seperti kendaraan pada umumnya, Hovercraft pun memiliki keterbatasan akibat medan tempuh atau pengoperasian, maupun akibat ukuran dan kemampuan karakteristiknya. Pada sub bab ini akan dibahas mengenai keterbatasan penggunaan Hovercraft akibat medan tempuhnya. II-10

11 Medan Pengoperasian Darat Pada umumnya permukaan darat yang mulus, keras dan memiliki drainase yang baik akan menambah efisiensi pengoperasian kendaraan konvensional. Akan tetapi, hal itu tidak berarti bagi Hovercraft. Sebab keadaan permukaan tanah itu tidak terlalu berpengaruh pada pengoperasian Hovercraft itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada pengoperasian Hovercraft menggunakan bantalan udara yang bertekanan relatif konstan sehingga Hovercraft dapat bergerak dengan kecepatan dan kondisi yang hampir sama disegala jenis medan darat. Akan tetapi kinerja optimal akan didapat dengan kriteria medan yang sama dengan yang dibutuhkan dengan kendaraan konvensional lainnya. Karakteristik medan darat yang memiliki pengaruh penting terhadap performa pengoperasian Hovercraft adalah sebagai berikut: a. Ketinggian dan Temperatur Udara. Faktor ini sangat penting karena kebanyakan Hovercraft digerakan dengan motor bakar (Piston Engine) atau turbin gas sehingga pada daerah tinggi dengan temperature udara yang tinggi daya engine akan menurun akibat penurunan masa jenis udara yang masuk kedalam engine. b. Sudut Permukaan Gradient maksimum yang dapat dilalui oleh Hovercraft pada dasarnya tergantung pada kemampuan atau daya yang dimiliki oleh engine itu sendiri. Akan tetapi medan yang harus dilalui oleh Hovercraft diusahakan harus serata mungkin. Persentase Banyaknya Sudut Permukaan % Sudut Permukaan >30 13 Tabel Sudut Permukaan (Diadaptasi dari Ref. Cross, hal. 51) [1] II-11

12 c. Medan Air Sungai, kanal, danau, laut, dan rawa dapat ditempuh dengan baik oleh sebuah Hovercraft. Satu-satunya penghambat atau kesulitan pada saat melintasi medan tersebut adalah adanya perintang, seperti bangunan, bebatuan atau pepohonan yang akan menghambat laju Hovercraft tersebut. Selain itu, ukuran Hovercraft juga berpengaruh pada kemampuan untuk menjelajahi medan tersebut. d. Tetumbuhan Pada medan yang dipenuhi semak belukara atau tumbuhan yang rimbun dan tinggi akan menyulitkan kendaraan konvensional untuk dapat melaju. Begitu halnya apabila medan tersebut banyak terdapat akar-akaran yang melintang, maka akan sangat menyulitkan kendaraan konvensional untuk dapat melaju dengan baik. Lain halnya dengan Hovercraft, permasalahan tersebut tidak terlalu berarti walaupun hal tersebut berpotensi mengurangi kecepatan Hovercraft tersebut dan bahkan akan beresiko mengikis flexible skirt. Obstacle profile : Vertical Slide, Flat Top Height : H > h Possibility : No (A) II-12

13 Obstacle profile : Vertical Slide, Rounded To Height : H h Possibility : Yes, even if H slightly exceeds h Top (B) Obstacle profile : Sloping Slide, Rounded Height : H > h Possibility : Yes (C) Gambar Kemampuan Hovercraft melewati Rintangan (Obstacle) (Diadaptasi dari Ref. Cross, hal. 54) [1] e. Rintangan (Obstacle) Hovercraft dapat melewati berbagai medan atau rintangan, rintangan disini di definisikan sebagai benda yang menghalangi ruang gerak dari Hovercraft itu sendiri. Pada umumnya rintangan adalah permukaan padat yang berbentuk gundukan. Hovercraft sendiri tidak akan bisa melawati sebuah rintangan apabila tinggi vertikalnya lebih tinggi dari tinggi skirt Hovercraft itu sendiri. Namun apabila permukaan tersebut berbentuk cembungan yang pada bagian atasnya II-13

14 memiliki radius dimana tinggi vertikalnya lebih tinggi dari skirtnya, Hovercraft tetap akan bisa melewatinya. Kemampuan tersebut dapat dilihat pada Gambar Medan Pengoperasian Laut Berikut ini adalah beberapa hal penting yang patut diperhatikan pada saat pengoperasian Hovercraft di medan laut: a. Tinggi dan Panjang Gelombang Pada Hovercraft kecil, faktor ini sangat berpengaruh pada tingkat kesulitan pengoperasian Hovercraft di laut. Sedangkan untuk Hovercraft yang besar faktor tersebut dapat mengurangi kenyamanan dan tingkat stabilitas serta keamanan. b. Kecepatan dan Arah Angin Angin yang berhembus dipermukaan laut akan menyebabkan gelombang. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan kinerja Hovercraft. Arah angin yang berlawanan dengan arah gerak Hovercraft akan menjadi hamabatan, sehingga waktu tempuh akan menjadi lebih lama dan konsumsi bahan bakan akan menjadi lebih boros Medan Pengoperasian Pantai Hovercraft merupakan kendaran amfibius yang dapat melintasi segala medan, baik di daratan berupa tanah, rerumputan, bahkan medan berupa pantai. Hovercraft sendiri memiliki kemampuan untuk bergerak berpindah dari air ke daratan tanpa berhenti, namun ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kinerja pada pengoperasiannya, antara lain adalah: a. Kondisi Pantai Pantai yang curam dan memiliki banyak karang kurang cocok untuk pengoperasian Hovercraft, sedangkan pantai yang ideal adalah yang memiliki permukaan yang relatif landai. b. Muara Sungai II-14

15 Lebar muara sungai yang lebih kecil dari Hovercraft itu sendiri akan berpengaruh pada pengoperasiannya serta akan berpotensi membahayakan. Oleh sebab itu pengoperasian di daerah seperti ini lebih cocok dilakukan oleh Hovercraft dengan ukuran kecil daripada Hovercraft dengan ukuran yang besar. c. Rintangan (Obstacle) Rintangan pada pada pengoperasian di daerah pantai sangan bervariasi. Dimulai dari karang yang terjal sampai pemecah ombak buatan, dimana hal-hal tersebut tidak bisa dilewati oleh Hovercraft Perbandingan Hovercraft Dengan Media Transportasi Lainnya Belum banyaknya pengoperasian Hovercraft dan jumlahnya yang masih sedikit. Maka dari itu perlu dilakukan perbandingan antara Hovercraft dengan moda transportasi lainnya yang sudah ada dan lebih dulu digunakan. Salah satu parameter sebagai bahan perbandingan ialah efisiensi, namun ada beberapa faktor lagi yang untuk mendapatkan tingkat efisiensi tersebut. Diantaranya adalah; kecepatan, jarak tempuh/jelajah (range), kapasitas, beban yang diangkut, medan yang dapat ditempuh, kehandalan, dan performa. Kriterian efisiensi yang akan diperbandingkan dengan kendaraan konvensional lainnya akan dibahas pada sub bab ini. Diantaranya meliputi beberapa faktor berikut: a. Kapasitas kerja potensial (Potential Work) b. Daya per ton beban (Horsepower per Payload Ton) c. Konsumsi bahan bakar per satuan baban angkut per satuan jarak (Fuel Required to Transport Unit Payload Over Unit Distance) II-15

16 Transport Mode Aircraft Long-haul Medium-haul Short-haul Small short-haul Third-level Maximum Payload, Tons Design Cruising Speed, Knots 502 1, Potential Work Capacity, Ton Knots 11,700 29,050 4,760 6,900 5,320 9,000 1,240 2, Maximum Payload Range, Nautical Miles 4,000 5,250 2,040 2,445 1,341 1, , Helicopters Hovercraft Amphibious Air Propeller Air Jet Non-Amphibious Semi-Amphibious , , Hydrofoils Ships Ferries ,260 5,280 On Cross Channel Services Ocean Liners Bulk Cargo Carries Tankers Typical Short Sea Containers ,600 63,000 19, ,000 3, ,835 11, , , ,000 3,140,000 40,500 On Ocean Voyages On Ocean Voyages On Ocean Voyages Linking the UK with Continental Europe Typical long distance containers 20, ,000 On Ocean Voyages Tabel Perbandingan Beberapa Alat Transportasi (Diadaptasi dari Ref. Cross, hal. 63) [1] II-16

17 2.7. Teori-teori Yang Mendukung Hukum Kesetimbangan Benda Kesetimbangan adalah kondisi dimana resultan semua gaya yang bekerja pada suatu benda adalah nol. Dengan kata lain, sebuah benda berada dalam kesetimbangan jika semua gaya dan momen yang dikenakan padanya setimbang. dan (2.7.1.) Konstruksi Komposit Komposit adalah perpaduan antara beberapa material yang bersinergi dan menghasilkan material baru. Sebagai material masa depan, dibandingkan dengan bahan-bahan lain memang tergolong jarang digunakan, karena pengetahuan tentang material ini masih minim dan harga bahan bakunya yang relatif mahal, menyebabkan material ini kurang diminati. Tetapi banyak sekali kelebihankelebihan material komposit ini dibandingkan dengan material lain. Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh material komposit adalah sebagai barikut: - Ringan - Kuat - Tahan Lama - Anti Lapuk - Mudah Dalam Pengerjaan Sambungan Perekat Secara umum jenis-jenis sambungan yang digunakan pada konstruksi pengerjaan hovercraft ini adalah sebagai berikut: - Sambungan Las - Sambungan Pasak - Sambungan Mur dan Baut - Sambungan Perekat/laminasi - Sambungan Paku II-17

18 Pada pengerjaan ini sambungan lebih banyak digunakan pada konstruksi yang memakai kayu/triplek dan besi. Dimana pada konstruksi komposit hapir semuanya menggunakan metode perekat atau laminasi. Hal ini tidak melemahkan penampang-penampang komposit yang di sambung menggunakan perekat malah memiliki daya pikul yang lebih tinggi karena proses perekatan/laminasi secara langsung menambah ketebalan dan kekuatau konstruksi komposit itu sendiri Kekuatau Sambungan Perekat Menurut kondisi pembebanannya kekuatan sambungan perekat dapat dikategorikan dalam tiga kelompok utama, yaitu: - Kekuatau geser (Shear Strength) - Kekuatan Tarik (Tensile Strength) - Kekuatan Membuka (Peeling Strength) Kekuatan Geser (Shear Strength) Gambar Sambungan Perekat Beban geser Sambungan perekat/laminasi yang menyambung dua buah lempengan komposit ketebalan t secara lap joint, dengan ketebalan b dan panjang L mengalami beban geser sebesar F. sambungan tersebut akan mengalami tegangan geser sebagai berikut: (2.7.2.) Dimana: Ks= Faktor distribusi tegangan yang besarnya 2 sampai dengan 3 II-18

19 Kekuatan Tarik (Tensile Strength) Gambar Sambungan Perekat Beban Tarik Dua buah batang seperti pada gambar dengan ukuran panjang L1 dan lebar L2. Disambung menggunakan perekat atau laminasi dan mendapat tarikan sebesar F. sambungan perekat tersebut akan mengalami tegangan tarik sebagai berikut: (2.7.3.) Kekuatan Membuka (Peeling Strength) Gambar Sambungan Perekat Beban Membuka Sambunga perekat dengan lebar b dan panjang L,yang mendapat beban membuka sebesar F akan mengalai tegangan kelupas/membuka sebagai berikut: (2.7.4.) II-19

20 Kekuatau Sambungan Sambungan Mur dan Baut Beban Eksentris Tegangan yang terjadi pada konstruksi sangat beragam, yang paling krusial adalah tegangan yang terjadi pada sambungan baut dan mur, dimana elemen ini sangat penting peranannya dalam menunjang konstruksi yang lain. Penggunaan mur dan baut pada proyek tugas akhir ini dilakukan di tempat dudukan mesin dan konstruksi penyangga mesin. Untuk itulah perlu perhitungan mengenai berapa besar tegangan yang terjadi pada sambungan mur dan baut tersebut. Berikut adalah beberapa persamaan untuk menghitung tegangan tersebut: Tegangn tarik atau tekan pada baut (2.7.5.) Tegangan geser pada ulir baut (2.7.5.) Dimana: d1= Diameter inti baut K = Konstanta tebal efektif akar ulir baut= H = Tinggi Mur= (0.8-1) d D = Diameter nominal baut II-20

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Hovercraft Hovercraft adalah suatu kendaraan yang berjalan diatas bantalan udara (air cushion) yang pergerakannya dihasilkan dari gaya angkat dan gaya dorong yang

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG CEROBONG DAN SUDUT BLADE TERHADAP DAYA THRUST PADA HOVERCRAFT ABSTRAK

PENGARUH PANJANG CEROBONG DAN SUDUT BLADE TERHADAP DAYA THRUST PADA HOVERCRAFT ABSTRAK PENGARUH PANJANG CEROBONG DAN SUDUT BLADE TERHADAP DAYA THRUST PADA HOVERCRAFT Ahmad Chudori 1), Naif Fuhaid 2), Achmad Farid 3). ABSTRAK Hovercraft adalah suatu kendaraan atau alat transportasi yang berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu hal yang harus dijamin keberadaan dan kelangsungannya oleh suatu negara. Tanpa ada transportasi yang baik, maka akan sulit bagi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdapat banyak sekali daerah yang berupa rawa-rawa,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdapat banyak sekali daerah yang berupa rawa-rawa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terdapat banyak sekali daerah yang berupa rawa-rawa, semak-semak, sungai, danau, pesisir pantai, dan lain-lain. Pada tempat-tempat tersebut cukup sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semak-semak, sungai, danau, bendungan, pesisir pantai, dan lain-lain. Pada

BAB I PENDAHULUAN. semak-semak, sungai, danau, bendungan, pesisir pantai, dan lain-lain. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Dinegara Indonesia terdapat banyak sekali daerah yang berupa rawa-rawa, semak-semak, sungai, danau, bendungan, pesisir pantai, dan lain-lain. Pada tempat-tempat

Lebih terperinci

BAB III DESAIN CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 DAN PROSES OPTIMASI DESAIN

BAB III DESAIN CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 DAN PROSES OPTIMASI DESAIN BAB III DESAIN CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 DAN PROSES OPTIMASI DESAIN 3.1 DESAIN CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 Rancang bangun Circular Hovercraft Proto-X1 adalah jenis light hovercraft yang dibuat dengan

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN

PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN 1. Tujuan Perencanaan Sistem Bandara (Airport System), adalah : a. Untuk memenuhi kebutuhan penerbangan masa kini dan mendatang dalam mengembangkan pola pertumbuhan wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan yang lapisan tanah kuatnya terletak sangat dalam, dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah Nomor Modul SBW 07 Judul Modul TEKNIK PEMASANGAN DAN PEMBONGKARAN BEKISTING DAN PERANCAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP THRUST FORCE PADA HOVERCRAFT. Dadang Hermawan 1) Nova Risdiyanto Ismail (2) ABSTRAK

PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP THRUST FORCE PADA HOVERCRAFT. Dadang Hermawan 1) Nova Risdiyanto Ismail (2) ABSTRAK PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP THRUST FORCE PADA HOVERCRAFT Dadang Hermawan 1) Nova Risdiyanto Ismail (2) ABSTRAK Indonesia juga sebagai Negara yang memiliki iklim tropis yang sangat rentan terhadap bencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya perkembangan teknologi di dunia sangat menuntut peran mahasiswa untuk dapat beradaptasi dan mengikuti perkembangan tersebut, bahkan mahasiswa diharapkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PURWARUPA HOVERCRAFT NIRKABEL

RANCANG BANGUN PURWARUPA HOVERCRAFT NIRKABEL RANCANG BANGUN PURWARUPA HOVERCRAFT NIRKABEL Triono Setyo Widayat, Yuliman Purwanto, dan I Ketut Swakarma. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Jl. Nakula 1-5,

Lebih terperinci

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet)

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet) BAB SAMBUNGAN (JOINT ).1. Sambungan Keling (Rivet) Pada umumnya mesin mesin terdiri dari beberapa bagian yang disambung-sambung menjadi sebuah mesin yang utuh. Sambungan keling umumnya diterapkan pada

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah topografi daratan yang beragam dan wilayah perairan yang luas. Dalam hal kebutuhan transportasi dan rekreasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum dalam penyusunan tugas akhir ini ada beberapa landasan teori yang dapat menunjang pembuatan tugas akhir ini, diantaranya : 2.1.Hovercraft Hovercraft adalah sebuah kendaraan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK Jones Victor Tuapetel 1), Diyan Poerwoko 2) 1, 2) Program Studi Teknik Mesin Institut Teknologi Indonesia E-mail: jvictor_tuapetel@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan kayu untuk hampir semua bangunan struktural masih sangat umum bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Kayu yang digunakan untuk bangunan struktural umumnya terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. SEJARAH MOTOR DIESEL Pada tahun 1893 Dr. Rudolf Diesel memulai karier mengadakan eksperimen sebuah motor percobaan. Setelah banyak mengalami kegagalan dan kesukaran, mak akhirnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA 1. Umum Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada empat metode, yaitu metode perancah, metode semi kantilever dan metode kantilever serta metode sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 ATV (All Terrain Vehicle) ATV (All Terrain Vehicle) adalah sebuah kendaraan dengan penggerak mesin menggunakan motor bakar, mengunakan pula rangka khusus yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pompa Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari satu tempat ketempat lainnya, melalui suatu media aluran pipa dengan cara menambahkan energi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

MAKALAH OPTIMASI ANALISA UDARA FAN DENGAN JURNAL MODIFIKASI FAN SENTRIFUGAL. Disusun Oleh : : RAKHMAT FAUZY : H1F113229

MAKALAH OPTIMASI ANALISA UDARA FAN DENGAN JURNAL MODIFIKASI FAN SENTRIFUGAL. Disusun Oleh : : RAKHMAT FAUZY : H1F113229 MAKALAH OPTIMASI ANALISA UDARA FAN DENGAN JURNAL MODIFIKASI FAN SENTRIFUGAL NAMA NIM Disusun Oleh : : RAKHMAT FAUZY : H1F113229 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN AIRBOAT SEBAGAI ALAT ANGKUT PENANGGULANGAN BENCANA TAHAP II

RANCANG BANGUN AIRBOAT SEBAGAI ALAT ANGKUT PENANGGULANGAN BENCANA TAHAP II ABSTRAK RANCANG BANGUN AIRBOAT SEBAGAI ALAT ANGKUT PENANGGULANGAN BENCANA TAHAP II Arif Fadillah * ) dan Hadi Kiswanto*) *) Jurusan Teknik Perkapalan, Fak. Teknologi Kelautan, Universitas Darma Persada

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu DERMAGA Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-aktifitas distribusi fisik di Pelabuhan, antara lain : 1. menaik turunkan penumpang dengan lancar, 2. mengangkut dan membongkar

Lebih terperinci

BAB III. 3.1 Pemeliharan dan perawatan propeller

BAB III. 3.1 Pemeliharan dan perawatan propeller BAB III 3.1 Pemeliharan dan perawatan propeller 3.2 Manajemen Manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam mengatur sumber daya sumber daya yang dimilikinya agar

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL PENGISI KETEL DI PT. INDAH KIAT SERANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL PENGISI KETEL DI PT. INDAH KIAT SERANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL PENGISI KETEL DI PT. INDAH KIAT SERANG Tugas Akhir ini Disusun dan Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gas alam adalah bahan bakar fosil bentuk gas yang sebagian besar terdiri dari metana (CH4). Pada umumnya tempat penghasil gas alam berlokasi jauh dari daerah dimana

Lebih terperinci

MOTOR BAKAR SUDU-SUDU PUTAR (ROTARY BLADES COMBUSTION ENGINE)

MOTOR BAKAR SUDU-SUDU PUTAR (ROTARY BLADES COMBUSTION ENGINE) MOTOR BAKAR SUDU-SUDU PUTAR (ROTARY BLADES COMBUSTION ENGINE) Oleh : Wahyu Hidayat Abstrak Motor bakar sudu-sudu putar merupakan motor generasi baru yang keberadaanya masih sebatas konsep. Sistem kerjanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada umumnya dan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk yang terus meningkat tentu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

Hukum Kekekalan Energi Mekanik

Hukum Kekekalan Energi Mekanik Hukum Kekekalan Energi Mekanik Konsep Hukum Kekekalan Energi Dalam kehidupan kita sehari-hari terdapat banyak jenis energi. Selain energi potensial dan energi kinetik pada benda-benda biasa (skala makroskopis),

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1. Proses 3.1.1 Perancangan Propeller. Gambar 3.1. Perancangan Hovercraft Perancangan propeller merupakan tahapan awal dalam pembuatan suatu propeller, maka

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

BAB V DESAIN. Gambar 5.1. Desain awal the Hoverboard. Aplikasi material pada gambar hanya untuk memperjelas konstruksi

BAB V DESAIN. Gambar 5.1. Desain awal the Hoverboard. Aplikasi material pada gambar hanya untuk memperjelas konstruksi BAB V DESAIN Setelah melakukan analisa teoretik dan percobaan, maka dibuat suatu rancangan yang akan lebih baik dari kedua model yang sudah dibuat. Gambar 5.1 menunjukkan penampakan keseluruhan rancangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN KENDARAAN MODEL INTEGRATED HOVERCRAFT ABSTRAK

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN KENDARAAN MODEL INTEGRATED HOVERCRAFT ABSTRAK PERANCANGAN DAN PENGUJIAN KENDARAAN MODEL INTEGRATED HOVERCRAFT Muchamad Zulfi 1), Ir. Akhmad Farid,MT 2) Ir. Naif Fuhaid, MM 3) ABSTRAK Integrated Hovercraft adalah suatu kendaraan yang berjalan diatas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang hijauan, khususnya digunakan untuk merajang rumput pakan ternak. Pencacahan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian : Pengertian struktur Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dalam bangunan ke dalam tanah. Fungsi struktur dalam bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahayabahaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Power Loss Power loss adalah hilangnya daya yang diakibatkan kesalahan pengemudi dalam melakukan pemindahan gigi transmisi yang tidak sesuai dengan putaran mesin seharusnya, sehingga

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ENDI SOFAN HADI NIM : D

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ENDI SOFAN HADI NIM : D TUGAS AKHIR PERENCANAAN FAN PENDINGIN RADIATOR PADA KENDARAAN RODA EMPAT DENGAN DAYA MESIN 88 HP DAN PUTARAN 3100 RPM DENGAN JUMLAH SUDU 8 BUAH SERTA DIAMETER KIPAS 410 mm Tugas Akhir Disusun Sebagai Syarat

Lebih terperinci

LU N 1.1 PE P N E G N E G R E TI T AN

LU N 1.1 PE P N E G N E G R E TI T AN BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN POMPA Pompa adalah peralatan mekanis yang diperlukan untuk mengubah kerja poros menjadi energi fluida (yaitu energi potensial atau energi mekanik). Pada umumnya pompa digunakan

Lebih terperinci

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan. MESIN ASINKRON A. MOTOR LISTRIK Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik asinkron, dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor asinkron IEC berbasis metrik (milimeter),

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Motor Bakar Mesin Pembakaran Dalam pada umumnya dikenal dengan nama Motor Bakar. Dalam kelompok ini terdapat Motor Bakar Torak dan system turbin gas. Proses pembakaran

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konstruksi Baja merupakan suatu alternatif yang menguntungkan dalam pembangunan gedung dan struktur yang lainnya baik dalam skala kecil maupun besar. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Statika rangka Dalam konstruksi rangka terdapat gaya-gaya yang bekerja pada rangka tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalnya untuk mengisi ketel, mengisi bak penampung (reservoir) pertambangan, satu diantaranya untuk mengangkat minyak mentah

BAB I PENDAHULUAN. misalnya untuk mengisi ketel, mengisi bak penampung (reservoir) pertambangan, satu diantaranya untuk mengangkat minyak mentah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan pompa sangat luas hampir disegala bidang, seperti industri, pertanian, rumah tangga dan sebagainya. Pompa merupakan alat yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat monolit (menyatu secara kaku). Lain halnya dengan konstruksi yang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat monolit (menyatu secara kaku). Lain halnya dengan konstruksi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok, kolom pelat maupun kolom balok, baik itu yang terbuat dari baja, kayu, maupun beton,

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc E1 Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc Irvan Ilmy dan I Nyoman Sutantra Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN. BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN. 1.1 SEJARAH PERKERASAN JALAN. A. Sebelum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut. Setelah manusia diam (menetap) berkelompok disuatu tempat mereka mengenal artinya jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baja HQ705 (High Quality) untuk komponen konstruksi permesinan. Baja HQ705

BAB I PENDAHULUAN. baja HQ705 (High Quality) untuk komponen konstruksi permesinan. Baja HQ705 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian baja sebagai komponen utama pada konstruksi permesinan industri sangat mempertimbangkan biaya investasi dan perawatan yang rendah serta mempunyai ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari logam, proses pembentukannya yang relatif lebih sulit, dapat

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari logam, proses pembentukannya yang relatif lebih sulit, dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri sekarang ini, kebutuhan material untuk sebuah produk bertambah. Penggunaan material logam pada berbagai komponen produk semakin berkurang.

Lebih terperinci

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Ray Posdam J Sihombing 1, Syahril Gultom 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arus Lalu lintas Ukuran dasar yang sering digunakan untuk mendefenisikan arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume sering dianggap sama,

Lebih terperinci

BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL

BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL Hampir kebanyakan pabrik menggunakan fan dan blower untuk ventilasi dan untuk proses industri yang memerlukan aliran udara. Sistim fan penting untuk menjaga pekerjaan proses

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pencacah rumput ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke poros melalui pulley dan v-belt. Sehingga pisau

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati. Diantaranya tumbuhan bambu yang merupakan satu tumbuhan yang tumbuh subur dan melimpah

Lebih terperinci

LOGO. Mohamad Fikki Rizki NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir Nyoman Sutantra,Msc,PhD Yohanes.ST,MSc

LOGO. Mohamad Fikki Rizki NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir Nyoman Sutantra,Msc,PhD Yohanes.ST,MSc LOGO Analisa Kinerja Sistem Transmisi pada Kendaraan Multiguna Pedesaan untuk Mode Pengaturan Kecepatan Maksimal Pada Putaran Maksimal Engine dan Daya Maksimal Engine Mohamad Fikki Rizki NRP. 2110105011

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah

Lebih terperinci

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL...xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN BAB III METODOLOGI PENGUKURAN Kincir angin merupakan salah satu mesin konversi energi yang dapat merubah energi kinetic dari gerakan angin menjadi energi listrik. Energi ini dibangkitkan oleh generator

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Soal :Stabilitas Benda Terapung TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI & DAYA

USAHA, ENERGI & DAYA USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar fosil sangat mempengaruhi peningkatan harga jual bahan bakar tersebut. Sehingga pemerintah berupaya mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti BAB I PENDAHULUAN I. Umum Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok, kolom pelat maupun kolom balok, baik itu yang terbuat dari baja, kayu maupun beton, pada tempat-tempat

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Nama : Geraldi Geastio Dominikus NPM : 23412119 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Eko Susetyo

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. padi dan sebagainya. Di daerah daerah terpencil, misalnya terbuat dari bambu

TINJAUAN LITERATUR. padi dan sebagainya. Di daerah daerah terpencil, misalnya terbuat dari bambu TINJAUAN LITERATUR Kincir Air Ribuan tahun yang lalu manusia telah memanfaatkan tenaga air untuk beberapa keperluan, misalnya untuk menaikkan air keperluan irigasi, menggiling padi dan sebagainya. Di daerah

Lebih terperinci