BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi

1 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Adapun kesimpulan yang diperoleh dari ketiga fokus pembahasan sesuai dengan masing-masing perumusan masalahnya adalah: 1. Pengaruh ambidexterity standar mutu % terhadap kinerja unggul dan kepuasan konsumen: Pencapaian kepuasan konsumen secara strategi dapat melalui ambidexterity eksploitasi dan eksplorasi inovasi, juga bersamaan dengan pencapaian kinerja unggul berkualitas. Dari perspektif company-competitor kinerja perusahaan paling besar (direct) dipengaruhi (37.3%) inovasi. Sementara segi customer, juga paling besar (direct) dipengaruhi (47.7%) inovasi. Organizational learning dan leadership juga dianggap sebagai pendahulu inovasi dan ambidexterity. 2. Pengaruh penerapan Total Quality Management (TQM) perusahaan dalam pencapaian Popular Brand Index (PBI) yang lebih dari 45.9%: Penerapan TQM dapat diterapkan oleh PT Sinar Sosro, dimana Popular Brand Index (PBI) yang menjadi tolak ukur kesenangan konsumen terhadap suatu produk dapat meningkat melebihi 45.9% melalui peran leadership dan organizational learning. Dari perspektif company-competitor diperoleh kepemimpinan (L) berpengaruh 60.9% pada pembelajaran organisasi (OL) yang memberi pengaruh langsung 18.8% serta tidak langsung 19.6% melalui inovasi (I). Sementara dari sisi customer L berpengaruh 53.1% pada OL, OL juga memberi pengaruh langsung 28.9% ke kinerja (P) dan tidak langsung 45% melalui inovasi (I). 3. Pengaruh penerapan Quality Management System (QMS) terhadap sustainability, dan competitive advantage: Quality Management System (QMS) mampu meningkatkan kepercayaan konsumen dalam hal kualitas yang berdampak pada keberlanjutan dan keunggulan bersaing perusahaan. ISO dapat dipertimbangkan karena memerlukan biaya, waktu dan tenaga lebih murah, dengan sertifikasi hanya sekali dan telah mencakup ISO 9000 dan HACCP. Dari perspektif companycompetitor diperoleh sustainability (S) dan competitive advantage (CA) secara signifikan dipengaruhi performance (P) berurutan sebesar 44.4% dan 49.9%. Dari sisi customer, dengan pengaruh lebih besar, S dipengaruhi P (67%) dan CA juga dipengaruhi P (58.1%). 4. Perbaikan/penyempurnaan (eksplorasi) dan fitur tambahan (eksploitasi) NOSPI untuk standar mutu % agar semakin unggul bersaing dengan kompetitor: Eksploitasi: penambahan setting gap, skala, dan studi lanjutan untuk setting optimal secara deterministik, memundurkan kamera agar mendapat cahaya, memasang water cooling pada CPU, dan mengganti thermalpaste CPU secara berkala. Eksplorasi: menambahkan fitur pendeteksi botol penyok pada NOSPI generasi II dan membuat mesin inspeksi label rusak dan kode produksi tidak jelas untuk pos 2 (NOSPI generasi III). 5. Penerapan sistem automation proses inspeksi saat ini (hingga Juni 2015) 41.67%, dalam jangka menengah dapat meningkat menjadi 50% dengan diterapkannya NOSPI generasi II pada lini 6, dan dalam jangka panjang 51

2 52 mencapai 75% dengan diterapkannya NOSPI generasi III di pos 2 pada lini 5, 6, dan Pengurangan waste menjadi 80% dengan mesin NOSPI berdasarkan konsep lean manufacturing dapat dilakukan secara bertahap mulai dari jangka pendek sebesar >74.61% dengan eksploitasi mesin inspeksi, lalu jangka menengah dan jangka panjang berpotensi mencapai %. 7. Setting NOSPI generasi I agar dapat berjalan dengan optimal dan mampu mencapai standar mutu % seperti yang ditetapkan QC dengan hasil inspeksi yang ketat, namun standar yang di-reject tidak lebih dari 1/6 (sesuai standar tim QC) adalah sebagai berikut: Tabel 5.1 Hasil Setting Optimal Mesin NOSPI L R Min Plus Min Plus D Cermin A Cermin B Cermin C Pengurangan biaya sebesar 75% dengan menguji kelayakan dari segi ekonomi mesin NOSPI jika dibandingkan penggunaan 3 selektor manual (manusia) dalam proses inspeksi kemasan non-standar dapat menghemat biaya kurang lebih sebesar 79% selama 7 tahun kerja. 9. Penempatan posisi mesin NOSPI di lini produksi untuk mengurangi jumlah produk non-standard yang lolos (sehingga ditangkap oleh selektor manual yang mendampingi) sebesar 80% adalah pada workstation setelah tilting yang telah melewati tahap filler dan capping, sehingga proses inspeksi dapat dilakukan sedini mungkin untuk mencegah adanya overprocessing dan waiting time yang berakibat pada naiknya cost produksi.

3 5.2 Saran Berikut ini merupakan saran permasalahan fokus strategi untuk jangka waktu pendek, menengah dan panjang, serta ditinjau dari kelebihan dan kekurangannya. Tabel 5.2 Saran untuk Perumusan Masalah Fokus Strategi RM1: Mengawasi dan mengevaluasi eksploitasi dan eksplorasi pengendalian mutu agar tetap bersifat ambidexterity untuk RM2:Melakukan pelatihan terkait pengetahuan teknis dan pengembangan human resource, terutama Leadership (L) dan Organizational Learning (OL), karena L berpengaruh 60.9% (segi company-competitor) dan 53.1% (segi customer) terhadap OL. RM1: Melakukan analisis dan evaluasi segmentasi berkala terhadap kebutuhan dan kepuasan konsumen. RM2: Menerapkan konsep TQM yang diadaptasikan sesuai kebutuhan perusahaan hingga memperoleh Popular Brand Index (PBI) lebih dari 45.9%. RM3: Melakukan analisis dan evaluasi berkala terhadap kompetitor sejenis baik lokal maupun internasional, mengingat competitive advantage secara signifikan dipengaruhi 49.9% (segi company-competitor) dan 58.1% (segi customer) performance. RM1: Mencapai keunggulan bersaing yang berkelanjutan dengan standar mutu world class company. RM2: Peningkatan inovasi dan kinerja melalui kepemimpinan dan pembelajaran organisasi. RM1: Mampu memperbarui variasi produk sesuai perubahan kebutuhan konsumen untuk mencapai kepuasan dan loyalitas. RM2: Meningkatkan dan mempertahankan standar mutu kualitas proses dan produk. RM3: Mengetahui posisi diri dan strategi yang tepat untuk berkompetisi. RM1: Memiliki bisnis model yang lebih dari satu (selain minuman), namun tetap dalam satu industri (Food and Beverage) sebagai penerapan ambidexterity, karena inovasi mempengaruhi 37.3% dan 47.7% pada kinerja perusahaan. RM2: Mengevaluasi berkala hasil pencapaian TQM terhadap pengendalian mutu proses, produk dan pelayanan. RM3: Mempertimbangkan penerapan sertifikasi ISO 22000, karena QMS mempengaruhi sustainability perusahaan, dimana sustainability dipengaruhi 44.4% (segi company-competitor) dan 67% (segi customer) performance. RM1: Memperluas jangkauan bisnis dan antar bisnis model dapat saling mendukung secara finansial/peningkatan profit keseluruhan. RM2: Mengetahui perkembangan peningkatan pengendalian mutu. RM3: Biaya lebih murah, tenaga dan waktu lebih sedikit namun telah mencakup HACCP dan ISO Keterangan: RM (Rumusan Masalah) yang merujuk pada identifikasi dan perumusan masalah di Bab 1. RM1: Biasanya ada tantangan/kesulitan dalam menerapkan perubahan radikal yang diperoleh dari eksplorasi. RM2: Perlu alokasi biaya, waktu dan tenaga khusus untuk pelaksanaan pelatihan. RM1: Diperlukan biaya, waktu dan tenaga khusus untuk penelitian konsumen. RM2: Tantangan mengadaptasi konsep TQM sesuai budaya kerja perusahaan. RM3: Diperlukan biaya, waktu dan tenaga khusus untuk penelitian kompetitor. RM1: Fokus bisnis jadi terbagi, akan menjadi tantangan baru untuk top management dalam merintis dan mengelola bisnis yang baru. RM2: Diperlukan rubrik penilaian untuk mengukur dan mengevaluasi pencapaian pengendalian mutu. RM3: Masih terdapat negara yang mengharuskan HACCP atau ISO

4 54 Berikut ini merupakan saran permasalahan fokus taktis untuk jangka waktu pendek, menengah dan panjang, serta ditinjau dari kelebihan dan kekurangannya. Tabel 5.3 Saran untuk Perumusan Masalah Fokus Taktis RM4: Melakukan eksploitasi penambahan setting gap dan skala, memundurkan kamera agar mendapat cukup cahaya, memasang water cooling dan rutin mengganti thermalpaste pada CPU untuk mencapai standar mutu %. RM5: Melakukan eksploitasi pada kinerja mesin, sehingga porsi sistem otomasi yang digunakan masih tetap 41.67%, namun kinerjanya meningkat. RM6: Mengganti wadah penampung non-standar yang lebih besar karena mampu mengurangi waste (overprocessing) >74.61%. RM4: Membangun dan menerapkan NOSPI generasi II yang dapat mendeteksi botol gembung dan botol penyok, dan menggunakan kamera mx20 sehingga mencapai standar mutu %. RM5: Membangun dan menerapan NOSPI generasi II (eksplorasi inovasi mesin NOSPI) di pos 1 lini 6 untuk mencapai 50% sistem otomasi. RM6: Mengaplikasikan conveyor untuk memindahkan nonstandar ke tempat penampungan non-standar karena mampu mengurangi waste menjadi %. RM4: Membangun dan mengaplikasikan NOSPI generasi III untuk pos 2 mendeteksi label rusak dan kode produksi tidak jelas, sehingga mencapai standar mutu %. RM5: Membangun dan menerapan NOSPI generasi III (eksplorasi inovasi mesin NOSPI) di pos 2 setiap lini PET, sehingga mencapai 75% sistem otomasi. RM4: Mesin NOSPI generasi I menjadi lebih akurat, usia pakai CPU lebih lama. RM5: Kelolosan non-standar dan waste berupa label dan energi dapat lebih diminimalkan. RM6: Dapat menampung non-standar lebih banyak, sehingga pekerja tidak sering mengambil non-standar agar wadah tidak penuh. RM4: Selektor pos 1 dapat digantikan dengan mesin NOSPI generasi II. RM5: Kelolosan non-standar dan waste berupa label dan energy dapat lebih diminimalkan dan memenuhi standar mutu %, serta semakin unggul dengan inovasi yang sulit ditiru kompetitor dan memenuhi kesiapan teknologi. RM6: Pekerja tidak perlu mengambil non-standar yang ditendang. RM4: Inspeksi di pos 1 dan 2 menggunakan mesin otomasi, semakin unggul dengan inovasi yang sulit ditiru kompetitor. RM5: Mencapai world class company (75% sistem otomasi) dan kesiapan teknologi. RM4: Diperlukan diskusi dengan pihak Rigeltama, serta biaya water cooling dan thermalpaste. RM5: Inspeksi ketat sehingga wadah penampungan non-standar perlu diperbesar. RM6: Wadah yang lebih besar membutuhkan tempat yang lebih luas. RM4: Meeting dengan Rigeltama dan mendiskusikan software baru yang digunakan, training pengenalan NOSPI generasi II. RM5: Inspeksi dengan mesin perlu dikontrol, karena terkadang kemungkinan error. RM6: Butuh tempat dan biaya untuk membuat conveyor. RM4: Meeting dengan Rigeltama untuk mendiskusikan software dan ide/inovasi baru yang digunakan pada NOSPI generasi III dan perlu diuji coba di lini dengan pengawasan. RM5:Mengadakan training untuk operator yang pindah ke divisi maintenance.

5 Berikut ini merupakan saran permasalahan fokus operasional untuk jangka waktu pendek, menengah dan panjang, serta ditinjau dari kelebihan dan kekurangannya. Tabel 5.4 Saran untuk Perumusan Masalah Fokus Operasional RM7: Menerapkan setting NOSPI seperti pada tabel 5.1. RM8: Menggunakan mesin NOSPI sebagai pengganti selektor manual selama 7 tahun. RM9: Tetap meletakan mesin NOSPI setelah work station tilting. RM7: Mesin NOSPI generasi I mampu mencapai standar mutu % seperti yang ditetapkan QC. RM8: Dapat menghemat biaya sebesar 79% dibandingkan dengan selektor manual. RM9: Dapat mengurangi cost produksi. RM7: Keterbatasan setting yang hanya berlaku untuk produk S-tee pada lini 5. RM8: Diperlukan biaya investasi awal untuk penerapan mesin NOSPI RM7: Mengembangkan mesin NOSPI ke generasi II untuk RM7: Melakukan studi lanjutan untuk setting parameter NOSPI secara statistik dan deterministik untuk mendapatkan hasil yang ilmiah RM8: Melakukan perawatan untuk NOSPI generasi I hingga 7 tahun masa pakai. RM7: Mengembangkan mesin NOSPI ke generasi III untuk RM7: Mesin NOSPI generasi II dapat dipakai di lini 6. RM7: Hasil setting yang didapatkan memiliki reliabilitas yang lebih tinggi. RM8: Memaksimalkan life expectancy dari mesin NOSPI untuk 7 tahun masa pakai. RM7: Memungkinkan untuk mengurangi biaya investasi dan biaya operasional dari NOSPI generasi selanjutnya. RM7: Pengembangan mesin NOSPI memerlukan biaya. RM7: Studi lanjutan secara ilmiah memerlukan tenaga ahli. RM8: Perawatan mesin NOSPI memerlukan biaya. RM7: Butuh biaya, tenaga, dan ide inovasi untuk pembuatan NOSPI generasi selanjutnya 55