TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS. tidak dapat diprediksi. Hal ini dikarakteristikan dengan berbagai perubahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS. tidak dapat diprediksi. Hal ini dikarakteristikan dengan berbagai perubahan"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS 2.1 Konsep Supply Chain Management Kondisi persaingan bisnis dalam pasar global saat ini sangat bergejolak dan tidak dapat diprediksi. Hal ini dikarakteristikan dengan berbagai perubahan kebutuhan dan keinginan konsumen, serta perkembangan pesat teknologi. Perusahaan global berkelas global dunia yang beroperasi dalam pasar global harus mampu memiliki kinerja berkelas dunia. Perencanaan bisnis yang tepat melalui proses transformasi bisnis diperlukan dalam menghadapi kondisi persaingan yang semakin tidak dapat diprediksi. Simulasi model sistem pendukung pengambilan keputusan bisnis perlu dianalisis dalam pengambilan keputusan karena berkaitan dengan pendapatan dan pembagian keuntungan secara keseluruhan (Anatan dan Ellitan, 2008). Perusahaan menghadapi tekanan yang makin kuat untuk memperbaiki efisiensi operasional demi tercapainya peningkatan daya saing dan kinerja bisnis secara menyeluruh. Saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis, dituntut untuk menghasilkan suatu produk dengan harga yang relatif murah tapi dengan kualitas produknya yang baik. Tuntutan ini merupakan bagian dari permintaan konsumen untuk mendapatkan produk yang aman dikonsumsi, nilai gizi dan nutrisi produk yang terjamin, serta jaminan akan mutu dan pengiriman produk yang tepat waktu. Tuntutan ini yang menyebabkan perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan produk yang diinginkan konsumen, maka timbulah persaingan di dalam usaha dalam berbagai hal. Persaingan terjadi dalam berbagai bentuk, 7

2 8 dimulai dari persaingan harga produk, persaingan kualitas produk, persaingan pelayanan terhadap kosumen, persaingan, hingga kepada persaingan dengan pesaing baru yang muncul di dalam usaha sejenis. Ketika persaingan terjadi, perusahaan dituntut untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya agar mampu bersaing dalam persaingan yang ada. Salah satu solusi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dalam persaingan usaha dengan menggunakan supply chain management (SCM) atau manajemen rantai pasokan. Adanya penerapan SCM diharapkan perusahaan mampu menyediakan produk yang diinginkan konsumen tepat tempatnya, tepat waktunya, tepat harganya dan tepat kualitasnya. SCM merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi, perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen. SCM menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis, peningkatan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional perusahaan (Anatan dan Ellitan, 2008). Lee & Whang dalam Anatan dan Ellitan (2008) mendefiniskan manajemen rantai pasokan sebagai integrasi proses bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok yang memberikan produk, jasa, informasi, dan bahkan peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan. Sederhananya, manajemen rantai pasokan adalah suatu jaringan dari berbagai organisasi yang berhubungan dan saling terkait yang mempunyai tujuan sama, yaitu menyelenggarakan penyaluran barang dari pemasok hingga ke konsumen dengan efisien, jaringan ini dikelola menjadi satu kesatuan

3 9 yang utuh. Gambar 2.1 merupakan simplikasi jaringan kerja SCM yang mengutamakan aliran produk, informasi, dan biaya. Supplier Tier 2 Supplier Tier 1 Finansial: invoice, term pembayaran Material: bahan baku, komponen, produk jadi Informasi: kapasitas, status pengiriman, quotation Finansial : pembayaran Material : retur, recycle, repair Informasi : order, ramalan RFQ/RFP Gambar 2.1 Simplikasi Model Supply Chain dan Tiga Macam Aliran yang Dikelola Menurut Pujawan (2005) pada suatu supply chain tiga macam aliran yang harus dikelola seperti pada Gambar 2.1. a. Aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, barang dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. b. Aliran uang yaitu segala bentuk transaksi yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream) ataupun berlaku sebaliknya. Aliran ini membahas sistem dan waktu pembayaran yang dilakukan. c. Aliran informasi yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream) ataupun sebaliknya. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang menerima. Manufacturer Distributor Ritel/Toko

4 10 Manajemen rantai pasok menyebabkan perusahaan dapat membangun kerjasama melalui penciptaan jaringan kerja (network) yang berhubungan agar kegiatan pengadaan dan penyaluran bahan baku serta produk akhir terintegrasi dengan baik. Melalui definisi diatas, SCM menekankan lebih pada bagaimana perusahaan memenuhi permintaan konsumen tidak hanya sekedar untuk menyediakan barang atau produk. SCM merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dan efektivitas dari persediaan, aliran kas dan aliran informasi. Aliran informasi merupakan aliran terpenting dalam pengelolaan rantai pasokan, karena dengan adanya aliran informasi maka pihak pemasok dapat menjamin tersedianya material lebih tepat waktu, memenuhi permintaan konsumen yang disesuaikan dengan RFQ (Request for quotation) dan RFP (Request for proposal) lebih cepat dengan kuantitas yang tepat, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan secara keseluruhan (Anatan dan Ellitan, 2008). Berikut pada Tabel 2.1 merupakan kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM. Tabel 2.1 Empat bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur yang terkait dengan fungsi-fungsi utama supply chain Bagian Pengembangan produk Perencanaan dan Pengendalian Operasi/Produksi Pengiriman/ Distribusi Sumber: Pujawan, 2005 Cakupan kegiatan antara lain: Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan. Eksekusi produksi, pengendalian kualitas Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman memonitor service level di setiap pusat distribusi.

5 Kinerja supply chain management Salah satu aspek fundamental dalam SCM adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Diperlukan sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja supply chain secara holistik dalam menciptakan manajemen kinerja yang efektif. Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk beberapa hal sebagai berikut. 1. Melakukan monitoring dan pengendalian; 2. Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada supply chain; 3. Mengetahui di mana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai; 4. Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing. Sistem pengukuran kinerja supply chain bukanlah pekerjaan yang mudah. Segala kegiatan yang diukur dan dimonitor untuk menciptakan kesesuaian antara strategi supply chain dengan metrik pengukuran, setiap berapa periode pengukuran dilakukan, seberapa penting ukuran yang satu relatif terhadap yang lain, siapa yang bertanggung jawab terhadap suatu ukuran tertentu adalah sebagian dari pertanyaan yang harus dijawab pada waktu mengembangkan sistem pengukuran kinerja supply chain (Pujawan, 2005). Menurut Pujawan (2005), filosofi SCM menekankan perlunya koordinasi dan kolaborasi baik antar fungsi di dalam sebuah organisasi maupun lintas organisasi pada suatu supply chain. Hal ini menandakan pentingnya sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi, bukan hanya di dalam suatu organisasi, tetapi juga antar pemain di satu rantai pada suatu supply chain.

6 Model performance of activity dalam SCM Chan & Qi dalam Pujawan (2005) mengusulkan mengenai performance of activity (POA) sebagai model yang digunakan untuk mengukur kinerja aktivitas yang menjadi bagian dari proses dalam supply chain. Kinerja aktivitas diukur dalam berbagai dimensi adalah sebagai berikut. 1. Ongkos Ongkos atau biaya muncul karena dalam pelaksanaan suatu aktivitas ada sumber daya yang digunakan terlibat dalam eksekusi suatu aktivitas. Biaya bisa berasosiasi dengan tenaga kerja, material, peralatan, dan sebagainya. Biaya atau ongkos ini bisa diukur dalam bentuk absolut maupun dalam bentuk relatif terhadap suatu nilai acuan. Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah untuk menghasilkan barang yang diproduksi perusahaan. Biaya produksi yang langsung dikenakan pada objek terdiri dari biaya pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja, dan lainlain (Tuwo, 2011). 2. Waktu Waktu sangat penting dalam konteks supply chain management terutama untuk supply chain yang berkompetisi atas dasar kecepatan respon. Kecepatan respon secara umum ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing aktivitas maupun proses dalam supply chain. Waktu pengembangan produk baru, waktu pemrosesan pesanan pelanggan, waktu untuk mendapatkan bahan baku dari suplier, dan waktu set-up untuk kegiatan produksi adalah sebagian dari kontributor penting dalam menciptakan

7 13 kecepatan respon pada supply chain. Waktu yang dimaksud di atas adalah waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu aktivitas. 3. Kapasitas Kapasitas yang merupakan ukuran seberapa banyak volume pekerjaan yang bisa dilakukan oleh suatu sistem atau bagian dari supply chain pada suatu periode tertentu. Perencanaan produksi atau pengiriman yang digunakan sebagai dasar memberikan janji pengiriman ke pelanggan dapat diketahui dengan mengukur besar kecilnya kapasitas. Besarnya kapasitas yang terpasang relatif terhadap ratarata permintaan memberikan informasi fleksibilitas pada supply chain. Jaringan supply chain sangat dinamis, kegiatan outsourcing dan subcontracting sangat lumrah dilakukan, kapasitas suatu supply chain bisa jadi juga dinamis. Kapasitas juga tidak ditentukan hanya oleh sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi. 4. Kapabilitas Kapabilitas mengacu pada kemampuan agregat suatu supply chain untuk melakukan suatu suatu aktivitas. Ada beberapa sub-dimensi yang membentuk kapabilitas supply chain. Beberapa sub-dimensi kapabilitas yang sering digunakan dalam mengukur kinerja adalah kehandalan, ketersediaan, dan fleksibilitas. Reliabilitas atau kehandalan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan rantai pasok untuk secara konsisten memenuhi kebutuhan rantai lainnya. Ketersediaan adalah kemampuan rantai pasok untuk menyediakan produk pada waktu yang diperlukan. Fleksibilitas dapat digunakan untuk mengukur kemampuan rantai pasok dalam merubah kebutuhan output atau pekerjaan yang harus dilakukan.

8 14 5. Produktivitas Produktivitas yang mengukur sejauh mana sumber daya pada supply chain digunakan secara efektif dalam mengubah input menjadi output. Secara mekanis produktivitas merupakan ratio antara keluaran yang efektif terhadap keseluruhan input yang terdiri atas modal, tenaga kerja, bahan baku, dan energi. 6. Utilisasi Utilisasi yang mengukur tingkat pemakaian sumber daya dalam kegiatan supply chain, misalnya: utilitas mesin, gudang, pabrik dan sebagainya. Mesin yang hanya beroperasi rata-rata selama 6 jam sehari dari jam kerja harian 8 jam dikatakan memiliki utilitas sebesar 75%. Siklus hidup produk yang relatif panjang dan tidak berkompetisi atas dasar inovasi, menjadi salah satu ukuran yang penting untuk dimonitor dalam supply chain. 7. Outcome Outcome merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas. Proses produksi outcome bisa berupa nilai tambah yang diberikan pada produk-produk yang dihasilkan. Outcome dalam supply chain tidak selalu mudah diukur karena sering kali tidak berwujud. 2.2 Klasifikasi Lidah Buaya (Aloe Vera) Aloe merupakan tanaman Liliaceae yang mempunyai banyak jumlah spesies yang berbeda, di antara spesies ini hanya satu jenis yang telah lazim digunakan sebagai tanaman obat sejak ribuan tahun yang lalu yaitu Aloe vera atau yang sering disebut dengan nama lidah buaya.terdapat beberapa jenis Aloe yang umum dibudidayakan yaitu Aloe sorocortin, Aloe vurgaris, dan Aloe barbadensis Miller.

9 15 Penelitian ini menunjukkan bahan baku lidah buaya bervarietas Aloe barbadensis Miller. Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari lidah buaya adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Division : Spermatophyta Class : Monocotyledoneae Ordo : Liliflorae Family : Liliceae Genus : Aloe Species : Aloe barbadensis Miller Lidah buaya sama seperti tanaman lainnya yang mempunyai struktur akar, batang, daun dan bunga, namun yang sering digunakan di dalam pengobatan adalah bagian daun. Daun lidah buaya merupakan daun tunggal berbentuk tombak dengan helaian memanjang berupa pelepah dengan panjang mencapai kisaran cm dan lebar pelepah bagian bawah 8 13 cm dan tebal antara 2 3 cm. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan dan mempunyai lapisan lilin di permukaan serta bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah dan lendir yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya membulat (cembung). Daun lidah buaya muda memiliki bercak berwarna hijau pucat sampai putih. Bercak ini akan hilang saat daun lidah buaya dewasa namun tidak demikian halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang tepi daun berjajar gerigi atau duri yang tumpul dan tidak berwarna.

10 Pupuk Organik Cair Lidah Buaya Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman atau kotoran hewan yang kandungan haranya lebih dari satu unsur. Menurut Murbandono dalam Sukmayanti (2015), pupuk organik adalah hasil akhir atau hasil dari perubahan atau penguraian bagian dan sisa-sisa tanaman atau hewan, karena pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala macam unsur. Pupuk ini mengandung hampir semua unsur (baik makro maupun mikro). Pupuk organik mengandung banyak bahan organik dari pada kadar haranya. Keunggulannya adalah dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air secara efektif (Nugroho dalam Sukmayanti, 2015). Salah satu pupuk organik cair yang memiliki kandungan yang cukup baik untuk tanah maupun tanaman adalah pupuk yang terbuat dari lidah buaya. Aloevera mengandung lebih dari 90 persen air dan sisanya berupa berbagai bahan aktif, seperti asam amino, mineral, vitamin, enzim, glikoprotein, dan karbohidrat. Kandungan air yang besar dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik cair sebagai media pelarut sekaligus sebagai komposisi berbagai senyawa kimia di dalamnya dapat berfungsi sebagai nutrisi bagi tanaman. 2.4 Pendekatan Jaringan Kerja dengan PERT Jaringan kerja tidak terlepas dari aktivitas suatu proyek, karena melalui suatu proyek akan muncul suatu jaringan kerja. Proyek merupakan suatu kegiatan yang saling berkesinambungan dan berhubungan antar satu kegiatan dengan kegiatan lain yang membutuhkan suatu perencanaan, koordinasi, dan pengendalian. Hal ini

11 17 dilakukan suatu proyek membutuhkan waktu dan biaya sehingga dengan perencanaan, koordinasi, dan pengendalian yang baik maka suatu proyek dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien. PERT adalah sebuah model management science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek (Siswanto dalam Suwoto, 2013). Bila Critical Path Method (CPM) memperkirakan waktu komponen kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik satu angka yang mencerminkan adanya kepastian, maka PERT direkayasa untuk menghadapi situasi dengan kadar ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan. PERT digunakan distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan diantaranya yaitu waktu optimis, waktu pesimis,dan waktu realistis. Model PERT merupakan representasi diagramatik yang berguna untuk merencanakan suatu kegiatan (aktivitas) dan sekaligus merupakan alat (sarana) manajemen yang efektif. Teknik evaluasi program dilukiskan suatu kegiatan yang logis dan sekuens, sehingga akan diketahui kegiatan apa yang harus didahului oleh kegiatan lain sehingga tidak menyebabkan gagalnya manajemen atau sasaran tidak tercapai (Tuwo, 2011). Dalam metode ini dikenal adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu. Jadi, jalur kritis terdiri atas rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan akhir proyek. Makna jalur kritis penting bagi pelaksanaan proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatankegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan (Darmawan, 2013).

12 18 Perkiraan waktu normal menunjukkan biaya normal berkaitan dengan penyelesaian proyek dalam waktu normal. Perkiraan waktu perpendekan adalah waktu yang akan dibutuhkan bila tidak ada biaya guna mengurangi waktu proyek. Biaya perpendekan adalah biaya yang memacu pekerjaan agar lebih cepat selesai. Sistematika dari proses penyusunan jaringan kerja (network) adalah. 1. Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan, memecahkannya menjadi kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen proyek. 2. Menyusun kembali komponen-komponen pada butir satu, menjadi mata rantai dengan urutan yang sesuai logika ketergantungan. 3. Memberikan perkiraan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari penguraian lingkup proyek. 4. Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) dan slack pada jaringan kerja. Ada beberapa sisi yang harus dilihat oleh seorang manajer produksi, namun secara umum hanya ada tiga sisi yang sering dijadikan dasar pemikiran (base thingking), yaitu sebagai berikut (Fahmi, 2012). 1. Biaya termurah. Biaya termurah dilihat dari segi penghematan biaya yang dapat dilakukan. Semakin kecil biaya yang dikeluarkan semakin baik, semakin besar biaya yang dikeluarkan dianggap sebagai sisi keborosan keuangan. 2. Waktu tercepat. Waktu tercepat dalam pengerjaan pekerjaan bisa mempengaruhi pada penurunan biaya yang akan dikeluarkan karena semakin lama waktu yang dibutuhkan maka semakin besar biaya yang dikeluarkan. 3. Waktu terlama. Waktu terlama memperlihatkan bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan maka semakin besar biaya yang dikeluarkan.

13 Penelitian Terdahulu Penulis dalam melaksanakan penelitian menggunakan beberapa contoh skripsi terdahulu, tujuan menggunakan beberapa contoh skripsi terdahulu sebagai tambahan referensi dan menambah pengetahuan peneliti. Penelitian-penelitian yang dibahas adalah sebagai berikut. 1. Penelitian berjudul: Manajemen Rantai Pasok Sayuran (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) disusun oleh Brahmanto Adinugroho tahun 2010 pada Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah konsentrasi produksi sayuran yang terdapat di beberapa daerah di Jawa Barat menuntut para produsen untuk memperhatikan pasokan sayuran agar merata ke seluruh daerah di Jawa Barat dan sekitarnya. Pasokan sayuran penting untuk diperhatikan karena terkait untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sayuran dan agar produsen memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dalam usaha ini dapat dicapai apabila rantai kegiatan dari mulai penyediaan bahan baku hingga produk akhir sampai ke tangan konsumen akhir terkelola dengan baik, pengelolaan rantai pasokan ini dikenal dengan istilah Manajemen Rantai Pasokan (MRP) atau Supply Chain Management. Penelitian ini penulis mengkaji manajeman rantai pasokan sayuran yang meliputi deskripsi gambaran rantai pasokan sayuran yang saat ini terjadi pada Frida Agro dan lingkungan terkaitnya, analisis kinerja rantai pasokan dalam hal kemitraan dalam rantai pasokan, serta alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan yang dapat dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

14 20 metode analisis deskriptif yang mengikuti kerangka kerja Food Supply Chain Networking (FSCN) dan analisis kesesuaian atribut. Hasil penelitian ini adalah dalam kegiatan rantai pasokan, peran anggota rantai pendukung masih belum dirasakan secara langsung oleh pelaku rantai. Frida Agro dalam menjalankan usahanya masih menggunakan modal pribadi, sedangkan petani selain menggunakan modal sendiri, mendapatkan bantuan modal dari Frida Agro. Pinjaman modal dari Frida Agro tidak dapat dirasakan oleh semua anggota mitra tani, karena Frida Agro juga masih memiliki keterbatasan biaya. Pelaksanaan manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro masih belum memiliki kinerja yang baik dalam hal kemitraan. Pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan yang dipersepsikan pelaku rantai belum sepenuhnya memiliki kinerja yang baik. Hanya ada tiga atribut dari total 12 atribut kemitraan yang dianggap telah memiliki kinerja yang sesuai dengan keinginan seluruh pelaku rantai pasokan. 2. Penelitian berjudul: Kinerja Supply Chain Management (SCM) komoditi Ayam Nenek (Grandparent Stock) di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi yang disusun oleh Wemvi Risyana tahun 2008 Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini diantaranya ketidakpastian waktu dalam penerimaan pasokan bahan baku, sehingga mempengaruhi waktu pendistribusian produksi. Berdasarkan permasalahan yang ada, alternatif yang diberikan untuk memecahkan masalahnya dengan menerapkan konsep SCM yang bertujuan untuk mengoptimalkan waktu, meningkatkan kualitas dan meminimalkan biaya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis mekanisme SCM di PT Galur Prima

15 21 Cobbindo untuk menjamin ketersediaan bahan dari pemasoknya; (2) menganalisis pola rantai pasokan komoditi bibit ayam nenek dari PT Galuh Prima Cobbindo hingga ke tingkat konsumen atau perusahaan pembibitan ayam parent stock; (3) mengkaji manfaat dan kendala dalam penerapan SCM dan critical path method di PT Galur Prima Cobbindo. Metode penelitian (alat analisis) yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Analisis mekanisme pengadaan dan pemasokan: analisis dilakukan secara deskriptif yang terkait dengan seluruh kegiatan pengadaan dan pemasokan. 2. Analisis pengendalian mutu: mekanisme pengendalian mutu juga dijelaskan secara deskriptif oleh peneliti. 3. Metode analisis harga : menganalisis selisih antara harga beli aktual dengan harga beli menggunakan konsep SCM. Hal tersebut terkait konsep SCM yang diterapkan untuk efisiensi distribusi pada perusahaan. Hasil penelitian ini adalah perusahaan dengan menggunakan konsep supply chain management dapat menghemat biaya pembelian bahan baku pada pengadaan bibit DOC (day old chicken) grand parent stock dan pengadaan pakan sebesar Rp ,00 per tahun, sehingga dapat menekan harga pembelian bahan baku. Penggunaan konsep jaringan kerja dengan metode CPM menyebabkan perusahaan dapat memperkirakan waktu penyelesaian aktivitas masing masing kegiatan, sehingga keterlambatan dalam melakukan pendistribusian produknya tidak terjadi.

16 22 Tabel 2.2 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Penulis Peneliti Judul Penelitian Metode Analisis Perbedaan Brahmanto Adinugroho (2010) Wemvi Risyana (2008) Manajemen Rantai Pasok Sayuran (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) Kinerja Supply Chain Management (SCM) komoditi Ayam Nenek (Grandparent Stock) di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi Metode analitik deskriptif mengenai kesesuaian atribut Metode deskriptif dan Critical Path Method Pada penelitian penulis model yang digunakan, komoditi dan lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan SCM dengan model Performance of Activity yang mengkaji empat dimensi dan akan dipaparkan secara kuantitatif dan kualitatif. Penulis melakukan penelitian di PT Alove Bali Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan produk yang dianalisis adalah pupuk organik cair lidah buaya. 2.6 Kerangka Teoritis Perusahaan-perusahaan domestik maupun internasional selalu berusaha untuk menghasilkan suatu produk atau jasa dengan kualitas yang bermutu tinggi, harga yang lebih murah dan dapat memberikan pelayanan yang cepat. Tantangan tersebut menjadi dasar bagi perusahaan-perusahaan untuk bersaing secara kompetitif. Salah satu perusahaan yang melihat peluang ini adalah PT Alove Bali. PT Alove Bali berusaha meningkatkan kualitas kinerjannya dan terusmenerus melakukan perubahan dalam strategi bisnisnya sesuai dengan tuntutan permintaan konsumen maupun perkembangan perusahaan. Analisis jalur kritis dalam SCM dengan menganalisis empat dimensi yaitu dimensi kapabilitas, kapasitas, waktu, dan biaya tujuannya yang pertama adalah untuk melihat manajamen rantai POC di Alove Bali, kemudian sejauh mana kinerja pengelolaan perusahaan dalam rangka menghemat waktu agar lebih efektif dan biaya yang tepat

17 23 serta kelancaran produksi dan operasi perusahaan setiap saat. Tujuan selanjutnya adalah menjadi perusahaan yang unggul, memiliki mutu baik, meminimalisir keterlambatan pengiriman barang. Semua aktivitas tersebut dilakukan oleh PT Alove Bali untuk memiliki nilai mutu yang baik. Ukuran seberapa banyak volume pekerjaan yang bisa dilakukan suatu sistem juga menentukan apakah kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan sudah berjalan dengan baik atau sebaliknya. Hal ini didukung dengan kemampuan perusahaan dalam melakukan berbagai aktivitas seperti penggunaan sumber daya yang efektif yang dapat diukur sebagai kinerja SCM. Analisis waktu mempelajari tingkah laku perusahaan selama kegiatan pelaksanaan suatu aktivitas. Setiap kegiatan dapat ditetapkan skala prioritasnya dengan melakukan analisis waktu, sehingga apabila terjadi perubahan waktu pelaksanaan kegiatan dapat ditanggulangi dan tidak mengganggu kegiatan perusahaan lainnya. Analisis ini juga mampu mempengaruhi besarnya kapasitas terbaik yang bisa dihasilkan perusahaan selama satu siklus perusahaan. Alat evaluasi yang digunakan dalam analisis waktu dan biaya adalah PERT. PERT digunakan untuk melihat waktu yang efisien berdasarkan tiga estimasi waktu untuk penyelesaian satu siklus produksi beserta jalur kritisnya serta perubahan biaya yang terjadi antara kondisi aktual dengan setelah menggunakan jaringan. Manajemen rantai pasok akan dianalisis dengan beberapa dimensi dalam model POA sehingga dalam melakukan analisis jaringan produksi dan operasi dapat dinilai dengan waktu yang disingkat dapat meningkatkan meminimumkan biaya produksi. Rekomendasi untuk perusahaan diperlukan untuk meningkatkan kinerja SCM dan menjawab tantangan yang ada.

18 24 PT Alove Bali Tantangan yang dihadapi: Internal: Eksternal: - Penghematan waktu dan - Mampu bersaing di pasar biaya minimum pasar domestik maupun - Menjaga kelancaran operasi internasional dan produksi dari seluruh aktivitas perusahaan Kinerja Supply Chain Management: Pendekatan POA dengan 4 dimensi Kapabilitas Kapasitas Waktu Biaya - Kesepakatan kontraktual - Penilaian Kinerja Supplier - Analisis Pengelolaan Permintaan dan Perencanaan Produksi - Waktu aktual dan waktu dengan PERT satu siklus produksi - Analisis Jalur Kritis - Analisis Biaya Kesimpulan Rekomendasi Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Jalur Kritis pada Supply Chain Management POC di PT Alove Bali

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Supply Chain Management Pada saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis, dituntut untuk menghasilkan suatu produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian meliputi subsektor

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian meliputi subsektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan dalam perkembangan perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman pangan, subsektor

Lebih terperinci

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A14105621 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari gelombang globalisasi menuntut para pelaku usaha atau perusahaan untuk lebih responsif dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran Sayuran memiliki peran penting untuk kesehatan manusia, karena sayuran banyak dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat yang salah satunya untuk membantu

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, distribusi dan logistik telah memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perdagangan dunia. Terlebih lagi persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun menjadikan kebutuhan pangan juga semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan pangan tersebut tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri didefinisikan sebagai sekumpulan orang, metode, mesin, material

BAB I PENDAHULUAN. Industri didefinisikan sebagai sekumpulan orang, metode, mesin, material 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Industri didefinisikan sebagai sekumpulan orang, metode, mesin, material yang melakukan proses didalamnya untuk menghasilkan produk tertentu. Sedangkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah salah satu fungsi bisnis yang penting di dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan bisnis yang kompetitif dan turbulen mengakibatkan persaingan bisnis yang begitu ketat. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis dan industri saat sekarang ini semakin ketat dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat serta sangat cerdas dalam memilih produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat. Dengan semakin majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai asupan gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tidak dapat lepas dari persoalan transportasi, baik untuk pengadaan bahan baku ataupun dalam mengalokasikan barang jadinya. Salah satu metode yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, pengusaha akan dihadapkan pada resiko

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Strategi Kompetitif-Strategi Supply Chain Strategi Kompetitif : strategi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan konsumen melalui barang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiga tahapan utama dalam manajemen operasi adalah pengaturan input, proses dan output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai

Lebih terperinci

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ A. Supply Chain Proses distribusi produk Tujuan untuk menciptakan produk yang tepat harga, tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. subsistem agribisnis hulu peternakan (upstream agribusiness) yakni kegiatan

I. PENDAHULUAN. subsistem agribisnis hulu peternakan (upstream agribusiness) yakni kegiatan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan yang mampu memberikan peningkatan pendapatan peternak rakyat yang relatif tinggi dan menciptakan daya saing global produk peternakan adalah paradigma

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI Steven 1, Richard Ch Ali 2, Ratna Setiawardani Alifen 3 ABSTRAK : Pengadaan material dalam sebuah proyek konstruksi merupakan

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru dalam dunia bisnis global, persaingan di dunia industri semakin meningkat. Pelanggan mulai bisa membedakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu produk pertanian Indonesia adalah produk holtikultura. Salah satu produk holtikultura adalah sayur-sayuran. Sayuran merupakan sebutan umum bagi hasil pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah dalam penelitian dan sistematika penulisan pada penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Manajemen Rantai Pasokan a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan Supply Chain Management (SCM) merupakan serangkaian aktivitas yang terintegrasi, dari pengadaan

Lebih terperinci

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim

Lebih terperinci

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business Supply Chain Management Pengertian supply adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar tentang Supply Chain Management 2.1.1 Pendahuluan Tantangan yang dihadapi dunia manufaktur berubah dan semakin berat dari masa ke masa. Di era tahun 1960-an orang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka.

Lebih terperinci

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN Di susun oleh: Bayu Saputra 09.11.3160 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Advance supply chain planning Tinjauan sekarang banyak perubahan yang cepat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT 3.1 Pendahuluan Dalam perspektif supply chain, perancangan produk baru adalah salah satu fungsi vital yang sejajar dengan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun belakangan ini, keunggulan optimasi dan integrasi supply chain menjadi fokus dari beberapa organisasi perusahaan besar di dunia, Persaingan

Lebih terperinci

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK Tita Talitha 1 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jalan Nakula I No. 5-11 Semarang Email : tita@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri yang melibatkan berbagai aktivitas dan operasi bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kondisi perekonomian global sekarang ini, yang ditunjukkan dengan hilangnya batas-batas negara dan segi investasi, individu, dan informasi pada umumnya, serta

Lebih terperinci

Deskripsi Mata Kuliah

Deskripsi Mata Kuliah Materi #1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Deskripsi Mata Kuliah 2 Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management/SCM) merupakan mata kuliah yang akan membahas pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Distribusi Daging Sapi Nasional

Rancang Bangun Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Distribusi Daging Sapi Nasional A817 Rancang Bangun Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Distribusi Daging Sapi Nasional Lidra Trifidya, Sarwosri, dan Erma Suryani Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logistik bukanlah hal yang baru di dunia industri. Sepanjang sejarah logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan mengirimkannya ke

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rantai pasok merupakan suatu konsep yang awal perkembangannya berasal dari industri manufaktur. Industri konstruksi mengadopsi konsep ini untuk mencapai efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. 1.1 Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Supply Chain Management Pembahasan yang berkaitan tentang Supply Chain Management sudah banyak diangkat dalam penulisan penulisan sebelumnya. Menurut Fortune Megazine (artikel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun perekonomian dan perindustrian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel di Indonesia tidak terkendala bahkan masih

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain MANAJEMEN OPERASIONAL BAB VI Supply Chain Pengertian Supply Chain Supply chain adalah jaringan perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hortikultura tergolong sebagai komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi (high value commodity). Kontribusi sub sektor hortikultura pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi suatu industri sangat penting demi memberikan nilai tambah baik bagi industri itu sendiri maupun bagi

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I.PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I.PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang bersifat khusus untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu, dan sumber daya yang terbatas (Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan yang meningkat pada masyarakat Indonesia diikuti peningkatan kesadaran akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah berkembang sangat pesat. Persaingan dalam dunia industri menjadi sangat ketat. Untuk menyikapi fenomena tersebut perusahaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Perancangan jaringan supply chain merupakan kegiatan strategis yang perlu dilakukan. Tujuanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang permintaanya berubah secara dinamis

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan persaingan yang makin ketat di antara perusahaan-perusahaan yang ada di pasar. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #1

Pembahasan Materi #1 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Istilah Definisi SCM Ruang Lingkup SCM Model Umum SCM Dasar Pemikiran SCM Tingkat Kepentingan SCM Teknik Penerapan SCM Efektifitas SCM Keuntungan SCM 6623

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aliran produk Aliran biaya Aliran informasi. Gambar 1. Struktur Rantai Pasok (Anatan dan Lena, 2008)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aliran produk Aliran biaya Aliran informasi. Gambar 1. Struktur Rantai Pasok (Anatan dan Lena, 2008) 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Rantai Pasok Menurut Pujawan (2005), rantai pasokan adalah jaringan perusahaanperusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan mengahantarkan suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin berkembangnya jumlah permintaan produk pangan, semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi perusahaan untuk memproduksi pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia, jagung memiliki kontribusi sebagai komponen industri pakan. Lebih dari 50% komponen pakan pabrikan adalah jagung. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan menyampaikan

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Integrasi rantai pasok dalam organisasi 2. Dinamika rantai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pasar yang semakin mengglobal, persaingan di dunia bisnis semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rantai pasok merupakan suatu konsep yang awal perkembangannya berasal dari industri manufaktur. Industri konstruksi mengadopsi konsep ini untuk mencapai efisiensi mutu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Untuk sekarang ini, selain menginginkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia perindustrian di era globalisasi saat ini semakin ketat dengan kemajuan teknologi informasi. Kemajuan dalam teknologi informasi menjadikan

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya melalui beberapa proses dari pencarian bahan baku, proses produksi, dan proses distribusi atau

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN SAYURAN (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) SKRIPSI BRAHMANTYO ADINUGROHO H

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN SAYURAN (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) SKRIPSI BRAHMANTYO ADINUGROHO H MANAJEMEN RANTAI PASOKAN SAYURAN (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) SKRIPSI BRAHMANTYO ADINUGROHO H34076036 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan merupakan salah satu anak. perusahaan dari The Coca-Cola Company yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan merupakan salah satu anak. perusahaan dari The Coca-Cola Company yang bergerak dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan merupakan salah satu anak perusahaan dari The Coca-Cola Company yang bergerak dalam bidang pembotolan dan pendstribusian minuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu rantai yang disebut Supply Chain. Saat ini bukan merupakan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. suatu rantai yang disebut Supply Chain. Saat ini bukan merupakan persaingan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan di bidang industri (barang dan jasa) semakin ketat, sebagai akibat dari globalisasi dan ekonomi pasar bebas yang diberlakukan oleh beberapa organisasi perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Supply Chain Management. Maka dari itu sistem management dalam. memaksimalkan di dalam pengiriman produk ke distributor.

BAB I PENDAHULUAN. adalah Supply Chain Management. Maka dari itu sistem management dalam. memaksimalkan di dalam pengiriman produk ke distributor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam berkembangnya sistem management distribusi pada perusahaan, dimana perusahaan harus mampu untuk melakukan sebuah sistem kerja yang terbaik di dalam pendistribusian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di dalam dunia logistik, pendistribusian barang sudah menjadi bagian penting dan sangat diperhatikan. Distribusi merupakan langkah untuk memindahkan dan memasarkan

Lebih terperinci

Merancang Jaringan Supply Chain

Merancang Jaringan Supply Chain Merancang Jaringan Supply Chain Pendahuluan Perancangan jaringan supply chain juga merupakan satu kegiatan penting yang harus dilakukan pada supply chain management. Implementasi strategi supply chain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rantai Pasokan Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), rantai pasokan adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin ketat yang mengakibatkan perilaku konsumen dalam mengambil

I. PENDAHULUAN. semakin ketat yang mengakibatkan perilaku konsumen dalam mengambil I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah diwarnai dengan berbagai macam persaingan di segala bidang. Salah satunya adalah persaingan bisnis yang semakin ketat yang mengakibatkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci