DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI"

Transkripsi

1 DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H JAYANTHA SURBAKTI NIM : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2013

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan cara meniupnya. Instrumen musik tiup terdiri atas banyak jenis materi dasar pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain sebagainya. Tulisan ini bermaksud untuk meneliti salah satu jenis materi dasar dari istrumen musik tiup tersebut yang dimaksudkan di dalam tulisan ini adalah alat musik yang dikenal dengan nama brass, yang artinya kuningan. Contohnya antara lain : terompet, saksofon, trombone, horn dan lain lain. Brass pada awalnya adalah instrumen yang berkembang dalam kebudayaan barat. Di dalam kebudayaan masyarakat Karo dikenal juga istilah musik tiup, yang pada awalnya konsep istilah tersebut tidak jauh berbeda dengan pengertian musik tiup secara umum di atas. Pada masyarakat Karo terdapat beberapa instrument musik tiup seperti balobat, Sarune, surdam yang materi dasar pembentuknya adalah kayu dan bambu. Pada sekitar tahun 1965 para misionaris berkebangsaan Jerman yang bernama Great House juga datang ke Tanah Karo dalam rangka menyebarkan injil, seiring dengan masuknya injil tersebut para misionaris juga membawa alatalat musik brass sebagai pengiring ibadah pada kebaktian minggu sehingga proses ibadah menjadi lebih hikmat dan bersuka cita. Dari hasil pengamatan penulis

3 perkembangan musik tiup ini sendiri sampai saat ini ada di salah satu lembaga kerohanian di daerah Karo yaitu suatu lembaga gereja GBKP yang dimana di dalamnya terdapat grup musik tiup yang masih tetap eksis sampai saat ini dengan nama grup Nazareth Musik Tiup. Gereja GBKP tersebut juga merupakan hasil dari perkembangan yang terjadi disebabkan masuknya agama Kristen ke tanah Karo yang dibawakan oleh misionaris berkebangsaan Belanda yang bernama Pdt.H.C.Kruyt sekitar tahun 1890, dimana pusat penginjilan pertamanya berada di Desa Buluh Awar yang selanjutnya berpindah ke kota Kabanjahe. Dari hasil wawancara penulis dengan bapak Pt.Iswanta Sembiring (pimpinan Nazareth Musik Tiup) dan juga istri dari dari alm Pt.Em.Yohannes Sembiring(Pimpinan Nazareth Musik Tiup generasi pertama) Seiring dengan menyebarkan injil ke Tanah Karo pada umumya dan di desa Surbakti pada khususnya para misionaris tersebut membawa alat-alat musik brass sebagai pengiring ibadah pada kebaktian minggu sehingga proses ibadah menjadi lebih hikmat dan menarik. Hasil wawancara penulis dengan kedua nara sumber diatas juga mendapatkan informasi bahwa pada awalnya misionaris yang sekaligus menjadi pemain musik tiup tersebut menggunakan instrumen terompet, trombone, horn, tuba untuk mengiringi kebaktian minggu pada awalnya. Misionaris tersebut juga mengajari masyarakat setempat untuk mengiringi kebaktian minggu di gereja pada awalnya. Terkhususnya di Desa Surbakti pada tahun 1967 terbentuklah sebuah grup musik tiup yang bernama NAZARETH MUSIK. Pada perkembangan selanjutnya, grup inilah yang menggantikan fungsi para misionaris tersebu t untuk memainkan

4 musik tiup dalam mengiringi kebaktian minggu. Nazaret Musik Tiup ini pun mengalami perkembangan dalam perjalanannya. Nazareth Musik Tiup yang pada awalnya digunakan untuk di kebaktian minggu, sudah berkembang menjadi grup komersil yang dapat disewa untuk mengiringi acara-acara kebaktian lainnya diluar kebaktian minggu di gereja. Dalam pengamatan penulis di lapangan sekarang ini, Nazareth musik tiup ini sudah mengiringi upacara-upacara adat seperti upacara kematian dan juga acara pemberkatan pernikahan khususnya dalam lembaga gereja yaitu Gereja Batak Karo Protestan (GBKP). Dari hasil wawancara dengan istri Alm Pt. Yohannes Sembiring perkembangan penggunaan Nazareth Musik Tiup tersebut dimulai pada tahun 1975, dimana pada saat itu Nazareth Musik Tiup mengiringi upacara perkawinan salah satu anggota atau jemaat dari lembaga Gereja Batak Karo Protestan (GBKP). Perkembangan Nazareth Musik ini juga terjadi dalam instrumentasinya dimulai pada tahun Nazareth musik Tiup yang pada awalnya hanya terdiri dari instrumen terompet, trombone, horn, dan tuba menjadi berkembang dengan menambahkan beberapa alat musik seperti gitar bass, drum, dan keyboard. Perkembangan instrumen tersebut secara otomatis juga mempengaruhi perkembangan fungsi dan penggunaan musik tiup tersebut terkhususnya pada masyarakat desa Surbakti pada awalnya Karena dari.desa tersebutlah awal cikal bakal terbentuknya Nazareth Musik Tiup ini. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Nazareth Musik inilah yang menyebabkan mereka tetap eksis, Nazareth Musik Tiup juga tetap memaikan musik mereka dan sering dipanggil untuk mengisi upacara-upacara perkawinan dan kematian, melihat hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan

5 menuliskan tentang Nazareth Musik Tiup dan bagaimana perkembangannya pada masyarakat Karo pada umumnya dan terkhususnya bagi jemaat ataupun warga dalam ruang lingkup lembaga gereja GBKP ke dalam skripsi yang berjudul: DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya terdapat beberapa permasalahan, namun untuk menghindari kesimpang siuran dan tumpang tindih terhadap permasalahan permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitian, maka penulis menentukan beberapa pokok permasalahan, yaitu : 1. Bagaimanakah sejarah dan perkembangan Nazareth Musik Tiup. 2. Bagaimana dinamika penggunaan dan fungsi Nazareth Musik Tiup. 3. Bagaimana perkembangan dan perubahan instrument yang digunakan pada Nazareth Musik Tiup. 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana perkembangan ensambel musik tiup sejak masuknya di Kebudayaan Karo melalui perkembangan grup grup musik tiup yang ada di tanah Karo, Dan faktor faktor yang mempengaruhi dinamika Nazareth Musik Tiup dalam masyarakat Karo.

6 1.3.2 Manfaat Penulis melihat penelitian ini sangat bermanfaat baik bagi penulis sendiri dan bagi kita semua. Adapun manfaat bagi penulis adalah sebagai bentuk pengaplikasian ilmu yang diperoleh selama menjalani studi di jurusan Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara. Sedangkan manfaatnya bagi kita semua adalah sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan kita mengenai dinamika grup musik tiup Nazareth di dalam masyarakat Karo. Secara khusus, penelitian ini juga bermanfaat bagi para pemain musik tiup yang tergabung dalam grup grup musik tiup dan juga pemilik atau pemimpin grup musik tiup dimana saja berada khususnya yang berada di tanah Karo. Karena dalam tulisan ini akan dijelaskan tentang bagaimana sesungguhnya keberadaan grup musik tiup di tanah Karo dan faktor faktor apa yang mempengaruhi bertahannya sebuah grup musik tiup dan juga bagaimana perubahan, pergerakan perkembangan dari musik tiup khususnya Nazareth Musik Sehingga melalui tulisan ini mereka dapat melihat bagaimana keberadaan grup mereka didalam masyarakat Karo. Selain itu, secara umum penelitian juga bermanfaat sebagai bahan dokumentasi yang menggambarkan tentang perkembangan ensambel musik tiup di dalam masyarakat Karo dan juga dapat menjadi dasar pertimbangan bagi peneliti peneliti selanjutnya yang juga akan mengadakan penelitian tentang ensambel musik tiup.

7 1.4 Konsep dan Teori Konsep Konsep adalah pengertian abstrak terhadap sebuah istilah. Konsep dapat membatasi dan mengarahkan perhatian seorang penulis pada topik yang telah ditentukan. Konsep suatu istilah dapat dikutip dari sumber sumber seperti buku, skripsi, paper, majalah dan artikel selain itu juga dapat di kutip berdasarkan pendapat seseorang atau berdasarkan pemahaman peneliti sendiri. Konsep juga dapat diperoleh dari kamus yang diterjemahkan langsung dari bahasa asing seperti bahasa Inggris. Dalam tulisan ini juga terdapat istilah istilah yang perlu dijelaskan atau diuraikan secara jelas dan sederhana, agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam mengartikan kata kata yang digunakan dalam tulisan ini. Judul skripsi ini adalah : DINAMIKA GRUP NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO. Agar penulis dan pembaca memiliki pemahaman yang sama terhadap kata kata yang terkandung di dalam judul tulisan ini, maka perlu diuraikan konsep dari kata kata tersebut, yaitu sebagai berikut: Dinamika adalah studi tentang gerak beserta hal hal yang menyebabkan terjadinya gerak tersebut (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer:2002), Didalam kamus besar bahasa indonesia 2008 juga terdapat pengertian dinamika yaitu suatu pergerakan yang mengakibatkan suatu perubahan, jika dikaitkan ke dalam ruang lingkup sosial maka dinamika artinya pergerakan atau perkembangan yang dilakukan oleh suatu masyarakat tertentu yang menimbulkan suatu perubahan bagi masyarakat itu sendiri. Dinamika yang dimaksudkan dalam penelitian saya

8 ini adalah bagaimana perkembangan Instrumen, penggunaan dan fungsi Nazareth Musik Tiup pada dalam upacara kematian terkhususnya pada jemaat atau anggota dari lembaga GBKP. Grup atau yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Organisasi berarti kumpulan beberapa orang yang mempunyai tugas masing masing dengan tujuan yang sama dan disusun secara berstruktur (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.2002). george R.Terry, seorang ahli manajemen, mengatakan bahwa organisasi adalah pembinaan hubungan yang didalamnya terdapat tindakan mengusahakan hubungan yang efektif antara orang-orang, sehingga dapat bekerjasama secara efisien dan dengan demikian memperoleh kepuasan diri dalam melaksanakan tugas tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu (2001;119). Dalam hal ini organisasi yang dimaksud adalah Nazareth Musik Tiup. Penulis menyatakan Nazareth musik tiup sebagai organisasi karena unsur unsur yang membentuk sebuah organisasi juga terdapat dalam grup musik yaitu : 1. Manusia yang bekerjasama, ada pemimpin dan yang di pimpin 2. Tempat kedudukan, yang juga dimilki oleh grup musik tiup yaitu ditengah kehidupan adat masyarakat Karo sebagai masyarakat pendukungnya 3. Tujuan yang ingin dicapai, yang dalam hal ini tujuan grup musik tiup adalah bermain musik bersama untuk mencari nafkah 4. Pekerjaan yang akan dikerjakan yaitu bermain musik 5. Teknologi, dalam hal ini grup musik tiup juga menggunakan teknologi khususnya dalam penggunaan alat musik dan soundsystem

9 Grup yang dimaksudkan didalam tulisan ini dikhususkan kepada grup musik tiup Nazareth, grup musik tiup yang masih bertahan dan tetap exsis sampai saat ini yang dipimpin oleh bapak Pt.Iswanta Sembiring. Grup musik tiup ini telah banyak mengalami dinamika baik dari segi instrumen, penggunaan dan fungsinya bagi sebagian kalangan masyarakat Karo pada umumnya dan anggota atau jemaat lembaga GBKP pada khususnya yang akan dibahas lebih terperinci di bab selanjutnya. Musik adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi, yang unsurnya adalah melodi, irama, dan harmonisasi dengan unsur pendukung berupa bentuk gagasan, sifat dan warna bunyi namun penyajian sering masih berpadu dengan unsur unsur lain seperti: bahasa, gerak, ataupun warna (M. Soekanto:1992). Musik tiup adalah alat musik yang sumber getar penghasil bunyinya adalah uadara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan meniupnya. Instrumen musik tiup terdiri dari atas banyak materi dasar pembentuknya antara lainmateri dasar pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain sebagainya. Salah satu materi dasar alat musik yang dimaksud adalah alat musik yang dikenal dengan nama brass, yang artinya tembaga atau kuningan. Contohnya antara lain adalah : terompet, saksofon, trombone, horn dan lain lain. Sedikit berbeda dengan pengertian yang telah dimaksudkan diatas musik tiup yang dimaksud dalam tulisan ini adalah ensambel musik yang bukan hanya terdiri dari alat musik tiup seperti yang telah disebutkan diatas, tetapi juga alat musik lain seperti keyboard, gitar listrik, drum, saxophone, trombone, horn, tuba dan lain lain. Atau bisa dikatakan musik tiup yang telah mengalami perubahan

10 atau dinamika baik secara intrument dan juga fungsinya Tetapi tetap saja memakai nama musik tiup Masyarakat Karo, berdasarkan etnosains mereka, membagi wilayah budayanya kedalam dua kategori yaitu Karo gugung atau orang-orang Karo yang berada di wilayah pegunungan, terutama di kawasan Kabupaten Karo, Langkat, dan Deli Serdang, dan Karo jahe, Yaitu mereka yang berada di kawasan pesisir terutama di wilayah Kabupaten Deli Serdang dan Langkat. Masyarakat Karo Gugung dianggap lebih murni menerapkan kebudayaan Karo, sedangkan KaroJahe lebih banyak mengalami akulturasi dengan kebudayaan sekitarnya terutama dengan etnik Melayu. Satu hal yang paling penting dalam masyarakat Karo adalah adanya sistem klen eksogamus, Yang mendasarkan hubungan perkawinan kepada kelompok klen luarnya. Seperti halnya suku-suku lain, Masyarakat Karo mempunyai sistem kemasyarakatan. Pada masyarakat Karo sistem kemasyarakatan dikenal dengan nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Masyarakat Karo mempunyai sistem merga (klan). Merga tersebut disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan disebut beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok, yang disebut dengan merga silima, yang berarti marga yang lima. Kelima merga tersebut adalah Karo-Karo, Tarigan, Ginting, Sembiring, dan Peranginangin. Terkait dengan penjelasan masyarakat Karo di atas, di dalam tulisan ini masyarakat Karo yang dimaksudkan adalah sebagian besar mereka yang beragama nasrani khususnya masyarakat di dalam ruang lingkup lembaga Gereja

11 Batak Karo Protestan (GBKP) karena biasanya mereka adalah konsumen dan pengguna dari jasa Nazareth musik Tiup tersebut Teori Koentjaraningrat (1973:10) mengatakan teori adalah alat yang terpenting dari suatu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan. Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sebagai pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yg berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini Menurut Achsan Peremas (3003:17), organisasi adalah sekelompok orang yang sepakat bekerjasama untuk tujuan bersama. Berbicara tentang organisasi maka tidak akan lepas dengan manajemen karena manajemen akan membantu sebuah organisasi untuk dapat mencapai tujuan mereka secara efisien dan efektif. (Achsan Permas, 2003:19). Melalui penelitian ini akan dilihat bagaimana grup musik tiup membuat perencanaan kemudian mengaturnya dalam sebuah pengorganisasian dan mengarahkan setiap anggota untuk mengerjakanb bagian masing masing secara maksimal dan terkendali dengan memperhatikan situasi dan Manajemen adalah cara memanfaatkan input untuk menghasilkan karya seni melalui suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dengan memperhatikan situasi dan kondisi lingkungankondisi lingkungan.

12 Selain memiliki rencana dan pencapaian tujuan yang dilakukan melalui program program dan metode, maka termasuk didalamnya adalah tugas mencari dan mengalikasikan sumberdaya yang dimilki organisasi dan mempunyai pemimpin yang bertanggungjawab atas keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan ( A.M.Kadarman, 2001:2). Melalui penelitian ini akan dilihat bagaimana peran seorang pimpinan grup musik tiup memanfaatkan aset yang ada demi kemajuan grup dan menjalin hubungan dengan setiap anggota yang dipimpinnya. Penulis akan menggunakan teori Use dan Function yang dikemukakan oleh Alan P. Merriam untuk melihat fungsi yang terkandung dari penggunaan ensambel musik tiup oleh masyarakat Karo. Salah satu alasan ensambel musik tiup masih digunakan sampai saat ini pasti karena ensambel musik tiup memiliki fungsi bagi mayarakat Karo sebagai masyarakat pendukungnya. 1.5 Metode Penelitian Metode adalah cara kerja untuk mendapatkan objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat:1997). Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode peneltian deskriptif yang bersifat kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara rinci dan jelas tentang sesuatu hal yang menjadi fokus penelitian. Data diperoleh melalui pernyataan pernyataan atau tulisan tulisan individu masyarakat yang bersangkutan dan tingkah laku umtuk kemudian diobservasi. Berkaitan dengan metode yang digunakan untuk memperoleh data, maka penulis membaginya kedalam beberapa tahap yaitu :

13 1.5.1 Menentukan Lokasi Penelitian Untuk kepentingan penelitian dalam pengumpulan datra dan informasi dan juga membatasi cakupan daerah yang akan diamati, penulis memilih lokasi penelitian di desa Surbakti, Kecamatan simpang Empat Kabupaten Karo karena lokasi ini terdapat grup Nazareth Musik Tiup yang mengalami dinamika dan perubahan secara instrument, pengunaan dan fungsinya berdomisili yang didukung oleh masyarakat Karo secara umum dan jemaat atau anggota dari lembaga Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) secara Khususnya Studi Kepustakaan Sebelum melakukan penelitian ini, penulis telah terlebih dahulu mengadakan studi kepustakaan mengenai musik tiup. Penulis mencari dan membaca literatur literatur seperti : buku, majalah, artikel dan sebagainya yang relevan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas. Selain itu, penulis juga membaca beberapa skripsi sarjana yang membahas tentang musik tiup. Walaupun kemungkinan beberapa informasi yang diperoleh dari skripsi tersebut tidak lagi relevan dengan keadaan sekarang ini sesuai dengan perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, penulis merasa penting untuk membahas tentang studi dan kritikal kepustakaan dalam satu bab khusus yaitu pada BAB II Penelitian Lapangan Untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih akurat, penulis juga akan melakukan penelitian lapangan dan akan turun langsung ke lapangan atau

14 lokasi penelitian yang dimulai sejak proposal ini disahkan dan diijinkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Tetapi untuk tujuan dari skripsi ini penulis telah melakukan beberapa wawancara wawancara kepada beberapa informan, dosen dosen yang terkait dan juga beberapa alumni Etnomusikologi usu Kerja Laboratorium Semua data dan informasi yang telah diperoleh akan diolah dalam kerja laboratorium dengan melakukan penyaringan dan penyeleksian, pengaplikasian, menambah data yang kurang, memodifikasi serta mengembangkannya, selain itu proses kerja laboratorium lainya adalah menganalisis data dari analisi data inilah maka akan didapatkan suatu kesimpulan, Kemudian di cek ulang agar tidak terjadi kerancuan dan tumpang tindih sehingga mudah dipahami dan tercapai tujuan dari penelitian ini dengan baik dan sesuai fakta serta berguna bagi para pembaca.

15 BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI Pada bab ini dimulai dengan penjelasan singkat mengenai kondisi geografis desa Surbakti yang kemudian dilanjutkan dengan latar belakang sejarah kesenian masyarakat Karo di desa Surbakti. Pembahasan akan dilanjutkan dengan penggunaan musik tiup dan faktor- faktor yang melatar-belakangi penerimaan dan penggunaan musik tiup dalam masyarakat Karo di desa Surbakti. 2.1 Geografis Desa Surbakti Desa Surbakti adalah salah satu desa yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Berjarak ± 1 km arah barat dari Kantor Camat Simpang Empat, dan berjarak ± 7 Km ke ibu kota kabupaten yaitu kota Kabanjahe, dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Perteguhan Kecamatan Simpang Empat, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat (Tim Penyusun RKPDES Surbakti, ). Desa Surbakti termasuk ke dalam wilayah dataran tinggi yaitu berada pada ketinggian antara ± m s/d m diatas permukaan laut. Curah hujan rata-rata per tahun adalah mm s/d mm, dan suhu temperaturnya adalah 16ºc s/d 27ºc.

16 Luas areal desa Surbakti adalah 825 Ha, dengan perincian sebagai berikut 1. Pertanian/perladangan 595 Ha 2. Perumahan/pemukiman 10 Ha 3. Sawah/perikanan 60 Ha 4. Jalan umum/jalan dusun 100 Ha Dari data tahun , tercatat jumlah penduduk Desa Surbakti sebanyak 2167 jiwa. Yang terdiri atas 1003 jiwa laki-laki dan 1164 jiwa perempuan. Dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK), Desa Surbakti dihuni oleh 632 Kepala Keluarga, dimana 90% penduduk Desa Surbakti merupakan Suku Karo dan 10% nya lagi merupakan suku- suku pendatang seperti Jawa, Simalungun,Nias dan Toba. 2.2 Penduduk Desa Surbakti Desa Surbakti adalah salah satu desa tua di kecamatan Simpang Empat di Kabupaten Karo, awal dibentuknya Desa Surbakti atau dalam istilah Karo disebut simanteken kuta adalah bermarga Karo-Karo yang lebih spesifikasi nya lagi Karo-Karo surbakti. Karo-Karo surbakti yang menempati desa Surbakti ini terbagi menjadi 4 bagian wilayah tempat mereka tinggal dalam istilah Karo disebut kesain, yaitu 1. Kesain Surbakti Rumah Lige 2. Kesain Surbakti Rumah Suah 3. Kesain Surbakti Rumah Jahe 4. Kesain Ginting Rumah page/suka pengulun. 2.3 Kondisi Umum Masyarakat di Desa Surbakti

17 Seperti pada penjelasan di atas Masyarakat di Desa Surbakti mayoritas bersuku Karo dan yang membentuk atau simanteken kuta juga adalah suku Karo sendiri. Seiring perjalanan waktu dan perkembangan zaman, penduduk di Desa Surbakti juga semakin bertambah dengan datangnya suku-suku lain walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu besar Sistem kekerabatan Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut sistem kekerabatan Patriliniel, seperti halnya yang dianut suku Batak lainnya (Simalungun, Toba, Mandailing, Pakpak/Dairi). Dalam sistem kekerabatan ini, setiap anak yang lahir dalam sebuah keluarga, baik laki-laki maupun perempuan, dengan sendirinya akan mengikuti garis keturunan atau marga dari ayahnya. Dengan demikian yang dapat meneruskan marga atau silsilah ayahnya adalah anak laki-laki. Sehingga apabila seorang anak perempuan menikah, maka anakanak yang dilahirkannya akan mengikuti marga suaminya. Hal ini yang membuat kedudukan seorang anak laki-laki sangat penting dalam masyarakat Karo. Demikian jugalah masyarakat Karo di Desa Surbakti, menganut paham ini dalam sistem kekerabatannya. Sistem kekerabatan ini didukung dengan prinsip rakut sitelu yang terdiri dari tiga dasar. Keterkaitan ketiga pancangan ini mengibaratkan kedudukan orang orang Karo di dalam kebudayaannya, yaitu: senina, anak beru dan kalimbubu. Senina adalah orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Se berarti satu, nina berarti kata atau pendapat. Senina juga dapat diartikan sebagai orang yang bersaudara dan memiliki marga yang sama. Anak beru berarti anak

18 perempuan dan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Karo dikenal sebagai kelompok yang mengambil istri dari keluarga(marga) tertentu. Kalimbubu adalah kelompokpemberi dara bagi keluarga(marga)tertentu. Dalam kehidupan seharihari sering juga disebut dibata ni idah(tuhan yang kelihatan), karena kedudukannya sangat dihormati dalam kebudayaan masyarakat Karo. Selain itu marga juga adalah suatu dasar penyusunan sistem kekerabatan bagi masyarakat Karo. Apabila seseorang berkenalan dan menyebutkan marga nya, mereka bisa langsung ertutur(tata cara seseorang berkenalan/berbicara yang berkaitan dengan selsilah dan sistem kekerabatan)diantara mereka. Biasanya apabila seseorang berkenalan dengan pria lain yang ternyata satu marga dengannya, maka diantara kedua orang ini akan terjalin sebuah rasa persaudaraan dengan sendirinya. Marga juga memiliki peranan penting dalam mengatur hubungan kekeluargaan yang di sebabkan perkawinan dan hubungan darah (garis keturunan). Sesuai dengan sistem kekerabatan patriliniel dan prinsip rakut sitelu, maka orang Karo (baik pria maupun wanita) yang se-marga tidak boleh menikah karena mereka memiliki ikatan satu marga. Karena itu seorang pria Karo dianjurkan untuk menikah dengan wanita yang se-beru dengan ibunya ataupun wanita lain dengan beru lain yang tidak sama dengan marga-nya sendiri Adat Istiadat Dalam kehidupan masyarakat Karo di Desa Surbakti setidaknya ada dua upacara adat yang pasti dilaksanakan oleh sebuah keluarga yaitu, upacara adat pernikahan dan upacara adat kematian. Secara umum orang Karo membagi Upacara kematian ini menjadi 3 yaitu

19 1. Cawir metua disebut cawir metua, apabila umur anak yang meninggal sudah lanjut (beranak-cucu, cicit, atau cacah) dan semua anak-anaknya sudah sudah berkeluarga. Inilah kriteria untuk cawir metua. Namun ada kalanya orang yang meninggal itu sudah berusia lanjut, tetapi masih ada anaknya yang belum berkeluarga, maka dalam keadaan demikian bisa dilaksanakan adat cawir metua dengan persetujuan kalimbubu dan anak yang belum kawin tersebut. 2. Tabah-tabah galuh apabila umur yang meninggal dunia belum lanjut, tetapi anak-anaknya sudah berkeluarga(sai utang). 3. Mate nguda apabila umur yang meninggal dunia masih mud, bisa jadi belum kawin, atau sudah kawin dan anak-anaknya belum semua berkeluarga. Mate nguda ini boleh jadi meninggal sebelum berkeluarga atau ketika masih anak-anak. Disamping kedua upacara adat tersebut diatas masih ada beberapa upacara-upacara adat lain yang juga dilakukan oleh masyarakat Karo dalam kehidupan mereka yaitu, memasuki rumah baru, adat mereken toktok, ciken,bulang, tudung(upacara penghormatan terhadap orang tua yang usianya sudah lanjut usia yang dilakukan oleh sangkep ngeluhnya, adat mesur-mesuri (upacara tujuh bulanan bagi perempuan yang sedang hamil dan mengandung anak pertama) dan acara-acara adat lainnya Sistem Religi Sistem religi berarti sistem kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini masyarakat desa Surbakti uumnya sudah menganut agama tertentu. Walaupun masyarakat Karo biasa diidentikkan dengan agama Kristen akan tetapi ternyata tidak semua masyarakat Karo di desa Surbakti menganut agama Kristen

20 (Protestan atau Katolik). Di antaranya ada juga yang menganut agama lain seperti islam, Hindu dan Buddha meskipun dalam jumlah yang kecil. Selain itu ada juga diantara masyarakat Karo di desa Surbakti ini yang tidak menganut agama tertentu tetapi menganut aliran kepercayan (parmalim) dan aliran kepercayaan lainnya Tingkat Pendidikan Desa Surbakti saat ini saat ini telah terhubung baik dengan daerah lain melalui jalan desa. Keadaan jalan desa secara umum cukup baik dengan adanya jalan aspal di desa ini. Sarana trasportasi yang paling banyak digunakan warga masyarakat adalah bus umum dan sepeda motor, karena hampir setiap rumah tangga sudah memiliki sepeda motor dan sebagian memiliki mobil. Kemudahan akses untuk keluar dari desa merupakan salah satu penunjang bagi masyarakat di desa Surbakti untuk mendapatkan sarana pendidikan yang mereka ingingkan sesuai dengan potensi dan kemampuan secara ekonomi. Berdasarkan pengamatan penulis tingkat pendidikan masyarakat Karo di desa Surbakti sudah tergolong baik. Umunya mereka sudah menikmati Pendidikan sampai tingkat menengah ke atas. Bahkan bagi masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah ke atas sudah menganyam pendidikan di perguruan tinggi baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Selain itu ada juga yang menganyam pendidikan setara diploma (diploma satu atau diploma tiga) di berbagai bidang, seperti misalnya ekonomi atau managemen, komputer, bahasa inggris dan lainnya. Bagi yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi biasanya akan mencari pekrjaan atau merantau ke luar kota

21 seperti Jakarta, Batam, Pakanbaru dan kota-kota lainnya. Jika dilihat dari jumlah penduduknya maka dapat dituliskan sebagai berikut: tidak tamat SD 150 jiwa, tamat SD 500 jiwa, tamat SMP 475 jiwa, Sarjana 200 jiwa (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Surbakti) Mata Pencarian dan Kondisi Perekonomian Sebagai masyarakat yang hidup dan sudah menetap di sebuah desa yang sudah memiliki akses keluar dengan beberapa kota seperti Berastagi, Kabanjahe, Medan dan juga kota-kota besar lainnya masyarakat desa Surbakti berpeluang untuk mengembangkan usaha di berbagai bidang baik dalam bidang perdagangan, perndidikan, kesehatan dan terutama dalam bidang pertanian. Keadaan ini membuat sistem mata pencarian mereka juga beragam, akan tetapi masyarakat desa surbakti umumnya bematapencaharian sebagai petani. Hal ini didukung oleh keadaan alam dan lahan yang subur dan juga tersedianya lahan yang cukup untuk bercocok tanam, baik itu tanaman muda dan juga tanaman tua. Contoh Tanaman muda yang biasa ditanam oleh para petani di desa surbakti adalah tomat, kol, buncis, kentang, jagung, padi dan lain sebagainya, dan untuk tanaman tuanya para petani di desa Surbakti umumnya menanam tanaman kopi dan jeruk di ladang mereka, dan desa surbakti terkenal dengan tanaman jeruknya yang berbuah manis dan besar. Hasil dari tanaman muda dan tanaman tua ini biasanya dikirim ke kotakota besar seperti Batam, Bandung, Medan, Jakarta dan kota-kota lainnya. Selebihnya ada juga yang bekerja sebagai pedagang yang berjualan di pasar-pasar tradisional dengan berbagai dagangan untuk keperluan sehari-hari. Ada yang berjualan kain di pusat-pusat perbelanjaan. Ada jugayang membuka

22 warung atau kede kelontong di rumah mereka. Disamping itu ada juga yang berkerja sebagai karyawan di perusahaan-perusahaan swasta atau pabrik dan sebagian kecil ada juga yang menduduki jabatan-jabatan penting di kantor-kantor pemerintahan walaupun dalam jumlah yang sedikit. Berikut adalah data mata pencaharian masyarakat di desa Surbakti: 870 jiwa adalah petani, 55 jiwa PNS TNI/POLRI, 125 jiwa wiraswasta(pedagang, karyawan dan lain-lain). Dari kondisi diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat perkonomian masyarakat desa Surbakti masih pada tahan menengah ke bawah. Walaupun ada juga kalangan dengan kemampuan ekonomi yang cukup tinggi belum bisa dikatakan tingkat perekonomian di desa surbakti pada tahan menengah ke atas karena jika dilihat dari jumlah keseluruhan kalangan dengan kemampuan ekonomi dilihat dari data statistik maka dapat dituliskan dari 632 Kepala keluarga(kk) sebanyak 150 KK adalah golongan kaya/sejahtera, 305 adalah golongan menengah, dan 177 KK adalah golongan kurang mampu(rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Surbakti ). 2.4 Sistem Kesenian Masyarakat Desa Surbakti Kesenian yang paling disukai oleh warga Surbakti dulunya adalah taritarian khas adat Karo seperti tari lima serangkai, dikkar(tari pencak silat Karo), namun belakangan ini para pemuda cenderung lebih menyukai musik keyboard dan musik-musik modern lainnya. Kelompok- kelompok kesenian tradisional tampak mulai hilang kegiatannya. Dari wawancara penulis dengan bapak Pt.Iswanta Sembiring(pimpinan Nazareth Musik Tiup) sekitar pada tahun 1965 alat-alat musik brash sudah masuk

23 ke desa Surbakti yang dibawa oleh misionaris berkebangsaan Jerman. awalnya alat musik ini digunakan sebagai pengiring ibadah khususnya dalam lembaga gereja GBKP, dan dimainkan oleh para misionaris itu sendiri, yang seiring waktu mereka mengajari warga desa yang sekaligus adalah anggota gereja untuk memainkan alat-alat musik brash tersebut yang terdiri dari terompet, horn, tuba, sopran, alto. Dari sinilah awal cikal bakalnya terbentuk Nazareth Musik Tiup yang sampai saat ini masih bertahan dan sudah mengalami dinamika baik dari segi instumentnya dan juga fungsinya.

24 BAB III DINAMIKA INSTRUMENT,PENGGUNAAN DAN FUNGSI NAZARETH MUIK TIUP DALAM UPACARA ADAT MASYARAKAT KARO Pada bagian ini pembahasan akan dilanjutkan dengan sejarah dan perkembangan ensambel musik tiup di Karo. Berbicara mengenai sejarah dan perkembangan ensambel musik tiup pasti tidak terlepas dari sejarah dan perkembangannya di daerah asal musik tiup tersebut atau tepatnya di desa Surbakti dan sekitarnya. Akan tetapi dalam tulisan ini penulis tidak akan menguraikan hal ini secara terperinci. Penulis akan lebih memfokuskan pembahasan pada sejarah dan perkembangan musik tiup di Kabupaten Karo, penggunaan musik tiup dalam Masyarakat Karo baik itu dalam upacara kematian, upacara perkawinan, perubahan insmentasi pada Nazareth Musik Tiup, sistem perekrutan anggota, keberadaan Nazareth Musik Tiup, Sistem pembelajaran dan proses latihan, keberadaan alat-alat musik atau instrument dari Nazareth Musik Tiup saat ini dan yang terakhir bagaimana managemen pertunjukan dari Nazareth Musik Tiup. 3.1 Sejarah Dan Perkembangan Musik Tiup Di Kabupaten Karo Berbicara dengan sejarah dan perkembangan musik tiup di Kabupaten Karo tidak bisa terlepas dari kaitan sejarah dan perkembangan Gereja Batak Karo Protestan(GBKP) yang merupakan awal cikal bakal terbentuknya Nazareth Musik Tiup yang diteliti oleh penulis. Di dalam buku Sejarah GBKP Klasis Kabanjahe yang ditulis oleh Dk.Em. P. Sinuraya ( 18 April 2004 :1-2) Pada saat injil datang ke Tanah Karo (18 april 1890) Kota kabanjahe masih terisolasi dari dunia luar, namun masyarakat kabanjahe telah

25 berulang kali dikunjungi oleh para misionaris NZG (netherland Zending Genoschaap) seperti Pdt.H.C.Kryut, Pdt.J.Kwijngaarden, Pdt.M.Joustra dan Pdt.Hendrik Guillaume. Pada tanggal 10 april 1905 Pdt. E.J.Van den berg mulai menetap di kabanjahe. Beliau mendirikan rumah sekolah di Kabanjahe dan di desa Bukit. Beliau memasang lonceng gereja di rumahnya dan membunyikannya setiap hari minggu walaupun gedung gereja belum ada. Beliau juga membangun kamar obat di lau cimba Kabanjahe. Pada tanggal 20 September 1920 kamar obat itu berkembang menjadi Rumah Sakit bataksche instituut di Gung Leto Kabanjahe. Beliau juga membangun pemukiman para penderita kusta di Lau Simomo pada tangal 25 Agustus Setelah sarana jalan Medan-Kabanjahe dibuka tahun 1907, perkembangan Injil dikabanjahe semakin pesat. Sekolah-sekolah dibuka termasuk sekolah kweek school Raya, sekolah pertukangan bataksche timmer winkel, sekolah pertanian (sayur mayur ) yang kesemuanya itu membangun masyarakat Karo seara umum dan masyarakat kabanjahe pada khususnya. Sampai pada tahn 1909 di Kabanjahe dan desa-desa sekitarnya NZG telah mendirikan delapan buah sekolah dengan murid 708 orang yaitu di: 1. Desa Kabanjahe 2. Desa Bukit 3. Desa Dokan 4. Desa Lingga 5. Desa Cingkes 6. Desa Naman 7. Desa Berastagi 8. Desa Barusjahe Pada kedelapan Desa tersebut telah berdiri jemaat. Jumlah anggota jemaat keseluruhan sebanyak 101 orang. Lima tahun kemudian tepatnya pada tahun 1914 jumlah anggota jemaat Kabanjahe dan sekitarnya bertambah menjadi 451 orang. Kemajuan ini disambut oleh masyarakat dengan gembira. Banyak tokohtokoh masyarakat Karo terutama para Raja-raja dan Sibayak dibabtis yang diikuti pula oleh masyarakat ramai. Perkembangan jemaat sangat pesat sehingga daerah pelayanan ini diberi nama ressort kabanjahe berkedudukan di Kabanjahe terpisah dari ressort Dusun berkedudukan di Sibolangit. Dengan kedatangan Pdt.L.Bodaan, Pdt.J.P.Talens, Pdt.H.G.Van Eelen, Pdt.F.J.Jens dan lain-lain dibuka pula Ressort Serdang, Ressort Sarinembah dan Ressort Barusjahe. Dengan demikian Ressort Dusun dan Ressort Serdang ditetapkan menjadi satu Klasis yang dinamai Klasis Karo Jahe berkedudukan di Sibolangit. Ressort Sarinembah, Ressort Barusjahe serta Ressort Kabanjahe ditetapkan menjadi satu klasis juga yang dinamai Klasis Karo Gugung berkedudukan di Kabanjahe. Dengan demikian posisi Buluhawar sebagai pusat penginjilan teah bergeser ke Kabanjahe.

26 Pada sekitaran tahun 1965 Para misionaris berkebangsaan Jerman datang ke tanah Karo untuk menyebarkan injil, Kedatangan para misionaris ini menyebabkan terjadinya kontak kebudayaan. Kontak kebudayaan ini terjadi karena selain melaksanakan misinya para misionaris juga turut membawa dan mengembangkan kebudayaan mereka ke tanah Karo. Salah satu hasil kebudayaan mereka itu adalah musik tiup. Kehadiran para misionaris di tanah Karo cukup berpengaruh tarhadap kehidupan masyarakat Karo pada waktu itu. Sebelum kedatangan para misionaris ini mereka tidak memiliki/menganut agama tertentu. Mereka hanya menganut aliran kepercayaan tertentu. Kemudian setelah kedatangan para misionaris ini, walaupun dalam jangka waktu cukup lama, mereka mulai memeluk agama Kristen. Mereka juga melakukan ibadah-ibadah di tempat khusus yang kemudian disebut gereja. Dari hasil wawancara dengan istri Alm Pt.Em.Yohanes Sembiring (pimpinan dari Nazareth Musik Tiup yang pertama) Pada tanggal 23 maret 2013 di kediaman beliau di Desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang IV Kabupaten Karo beliau mengatakan bahwa Penggunaan dari ensambel musik tiup sendiri diawali dengan penggunaannya sebagai musik pengiring dalam ibadah yang diadakan oleh masyarakat Karo di desa Surbakti yang sudah mulai menganut agama Kristen dan terkhususnya yang sudah menjadi anggota jemaat GBKP yaitu pada sekitaran tahun Selain di desa Surbakti awal penggunaan ensambel musik tiup ini juga terdapat pada beberapa kota dan juga desa lainnya, hal tersebut bisa dilihat dari

27 adanya alat yang diterima dari para misionaris jerman tersebut seperti beberapa contoh kota dan desa berikut ini: 1. Kabanjahe, 2. Berastagi, 3. Tiga nderket, 4. dan Surbakti keseluruhan daerah tersebut pada awalnya menggunaan ensambel musik tiup tersebut sebagai pengiring ibadah minggu di gereja GBKP. Terkhususnya di desa Surbakti (tempat awal terbentuknya Nazareth Musik) menerima sumbangan ensambel musik tiup dari para misionaris jerman tersebut yang terdiri dari ; 1. Terompet, 2. Horn, 3. Tuba, 4. Sopran 5. dan Alto yang keseluruhan instrument ini berjumlah delapan buah alat musik tiup. dari hasil wawancara penulis dengan bapak Pt.Iswanta Sembiring (pimpinan Nazareth Musik Tiup) pada tanggal 9 maret 2013 keseluruhan alat tersebut masih digunakan sampai saat ini walaupun ada beberapa yang sudah rusak tetapi tetap diperbaiki dan masih tetap dimainkan sampai saat ini. Dari beberapa group yang ada di tanah Karo sampai saat ini Nazareth Musik Tiup merupakan salah satu grup yang mengalami perubahan dan perkembangan secara instrument, penggunaan dan fungsinya dan tetap eksis sampai dengan saat ini. Daerah- daerah lain yang

28 juga menerima alat tersebut ada yang masih menggunakannya dan ada yang tidak memakainya lagi. 3.2 Penggunaan Musik Tiup Dalam Masyarakat Karo Seperti yang sudah di paparkan oleh penulis pada bab sebelumnya pada awalnya musik tiup digunakan hanya sebagai pengiring ibadah minggu di gereja. Dan dewasa ini penggunaan dari musik tiup tersebut telah mengalami perkembangan, musik tiup tidak hanya dimainkan sebagai pengiring ibadah mingguan tetapi juga sudah menjadi bagaian dari beberapa acara adat seperti upacara kematian, upacara perkawinan dan juga acara-acara lainya yang sebagian besar konsumennya beragama Kristen. Untuk Melihat bagaimana perkembangan dari segi penggunaan dan fungsi dari Nazareth Musik Tiup ini maka penulis membaginya ke dalam beberapa upacara adat seperti yang kan dipaparkan lebih terperinci dalam kegiatan atau upacara adat seperti di bawah ini yang secara langsung penulis terlibat dan menyaksikan secara langsung penggunaan dan fungsi dari Nazareth Musik Tiup tersebut Penggunaan Nazareth Musik Tiup Dalam Upacara Kematian. Tepat pada tanggal 19 maret 2013 mulai pada pukul 9.00 wib penulis sudah berada di jambur serbaguna GBKP jalan udara Berastagi dengan tujuan melakukan observasi langsung dengan Nazareth Musik Tiup dalam upacara kematian yang bernama Kontan br Karo. Dimana Nazareth Musik Tiup bertugas sebagai pengiring dalam beberapa lagu dan juga beberapa moment yang sudah diaturkan oleh protokol, inilah personil dari Nazareth Musik Tiup dalam upacara

29 ibu Kontan Br Karo. Personil dari Nazareth Musik Tiup ini terdiri dari Pt. Iswanta Sembiring sebagai pimpinan (Alto saxophone), Julius Ginting (Horn), Pilus ginting (Trombone), Drs. Samion pinem (Sopran saxophone), Dani Irvanta Sembiring (keyboard), Mejontianus Surbakti(guitar bass), dan Pt. Markus surbakti(drum). Dari informasi dari salah satu personil Nazareth Musik Tiup yang bernama Julius Ginting, sebelum jenazah ibu Kontan br Karo dibawa kejambur dimana jenazahnya masih berada dirumah kediamannya, Nazareth Musik Tiup sudah diundang untuk mengiringi beberapa lagu di dalam acara ngapuli (pemberian kata penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan) dimana dalam acara tersebut juga diadakan kebaktian singkat dari Lemba Gereja Batak Karo Protestan(GBKP) karena yang meninggal tersebut merupakan anggota jemaat dari lembaga Gereja tersebut sebelum besok paginya pada tangal 19 maret 2013 jenazah dibawa ke jambur untuk diadati dimana penulis turut langsung menyaksikan acara adat tersebut. Pada tanggal 19 maret 2013 jenazah dibawa ke jambur serbaguna GBKP jalan udara Berastagi diadakanlah proses jalannya adat, selain Nazareth Musik Tiup ada juga pemusik tradisional Karo yaitu gendang lima sendalanan sebagai pengiring jalannya upacara adat cawir metua tersebut. Kedua Musik pengiring inii pun dibagi tugasnya oleh Protokol acara, tugas dari gendang lima sendalanen sendiri adalah untuk mengiringi sangkep ngeluh seperti kalimbubu, sukut, anak beru, runggun gereja dan juga rekan-rekan kerja dari anak yang meninggal tersebut dalam memberikan kata-kata turut berduka cita atau turut berbela sungkawa dari mereka, Setelah selesai maka meraka dipersilahkan untuk kembali

30 ke tempat duduk masing-masing dan protokol meminta Nazareth untuk memainkan beberapa reportoar lagu, baik lagu gereja maupun lagu pop sehingga suasana terkesan lebih hikmah. Protokol juga memberikan waktu jika ada hadirin yang mau bernyanyi untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan dan diiringi langsung oleh Nazareth Musik Tiup. Pada pukul Wib saat makan siang bersama di jambur Nazareth Musik Tiup juga bertugas untuk memainkan beberapa lagu baik lagu gereja maupun lagu pop untuk menghibur semua hadirin yang hadir dan sedang menikmati makan siang mereka. Pada Pukul wib setelah semua acara dan keseluruhan dari sangkep ngeluh memberikan kata turut berduka cita mereka maka upacara adat cawir metua pun berakhir. Sebelum jenazah dibawa ke kuburan acara selanjutnya diserahkan kepada pihak lembaga gereja GBKP yang dipimpin oleh seorang pendeta dan diadakanlah kebaktian singkat sesuai dengan liturgi penguburan yang ada di GBKP. Disinilah Peran dari Nazareth Musik Tiup secara keseluruhan untuk mengiringi lagu kitap ende-enden(buku lagu puji-pujian yang ada di GBKP)dimana lagu-lagu ini diilih langsung oleh pendeta yamg memimpn kebaktian tersebut. Setelah kebakttian peti jenazah pun ditutup dan diangkut ke mobil jenazah untuk diantarkan ke kuburan yang letaknya sekitar 1 KM dari jambur serbaguna GBKP jalan udara Berastagi. Saat mobil jenazah melaju Nazareth Musik Tiup tepat berada di belakang mobil jenazah tersebut dengan menaiki sebuah mobil pick up agar mereka tetap bisa memainkan lagu-lagu gereja dengan leluasa sampai mereka tiba di lokasi penguburan.

31 Pada pukul Wib jenazah pun dimakamkan dan diakan kebaktian yang terakhir sekaligus acara tabur bunga yang dipimpin oleh pendeta dengan musik pengiring Nazareth Musik Tiup tetap memaikan lagu-lagu gereja sampai kebaktian selesai dan semua pihak keluarga dan juga kerabat-kerabat dekat meninggalka kuburan tersebut. Dari keseluruhan lagu dan juga poto-poto dokumentasi dari awal acara sampai akhir direkam dan difoto sendiri oleh penulis menggunakan blackberry 9300 dan camera canon EOS 600D Pemain Nazareth Musik Tiup ini terdari dari : 1. Pt.Iswanta Pelawi sebagai pimpinan (saxophonne) 2. Julius Ginting Pemain (horn) 3. Pilus ginting pemain ( Alto) 4. Drs.samion pinem pemain(sopran) 5. Dani irvanta Pelawi pemain (keyboard ) 6. Mejontianus Surbakti pemain (guitar bass) 7. Pt.Markus Surbakti pemain (drum). Gambar 01. Personil Nazareth Musik Tiup pada salah satu upacara kematian dii jambur Serbaguna GBKP Berastagi pada tanggal 19 Maret Dokumentasi Penulis

32 Selain sebagai pengiring dalam upacara kematian, Biasanya Nazareth Musik Tiup ini juga berperan sebgai pengiring dalam acara ngapuli ( pemberian kata penghiburan dari keluarga yang ditinggal ) dimana jenazah dari orang yang meninggal masih berada dikediamannya. Dalam acara ini biasanya diadakan kebaktian singkat yang diikuti oleh kerabat dan juga anggota gereja yang biasanya komposisi lagu yang dibawakan adalah lagu dari kitap ende-enden, penambahen ende-enden dan juga kidung pujian berikut merupakan beberapa contoh judul lagu yang biasanya diiringi oleh Nazareth Musik Tiup 1. Ola kel lupaken aku ( kitap ende-enden no 190 ) 2. Perlawesku kempak pardis ( kitap ende-enden no 74 ) 3. Rembak ras kam Tuhan ( kitap ende-enden no 160 ) 4. Perkuah ate Simbelin ( kitap ende-enden no 212 ) 5. Ernalem gelah man Yesus ( kitap ende-enden no 202 ) 6. O Tuhanku babai min dalinku ( kitap ende-enden no 200 ) 7. Segedang gedang geluhku ( kitap ende-enden no 181 ) 8. Bas ia ngenca lit kepe ( kitap ende-enden no 165 ) 9. Ise kin ndia temanta ( kitap ende-enden no 98 ) 10. Tuhan yesus Si permakan ( kitap ende-enden ) 11. Perlawesku kempak pardis ( kitap ende-enden no 74 ) 12. Kulebenndu Dibatangku (kitap ende-enden no 76 ) 13. Di reh kenca percuban ( penambahen ende-enden no 10 ) 14. Adi kuidah ampar bintang terang (penambahen ende-enden no 51 ) 15. Kegluhen doni Tuhan singaturkenca (penambahen ende-enden no 68)

33 16. Saya mau iring Yesus ( kidung pujian ) 17. Kumau Cinta Yesus ( kidung pujian) Biasanya setelah mereka menyanyikan lagu-lagu pujian tersebut dan selesainya ibadah singkat yang dilakukan maka pihak keluarga biasanya meminta Nazareth Musik Tiup untuk mengiringi beberapa lagu Pop yang berjudul ayah apabila yang meninggal tersebut adalah laki-laki. Lagu ini cukup populer dikalangan industri musik pop yang dibawakan oleh the mercy s dan jika yang meninggal tersebut adalah perempuan maka pihak keluarga yang meninggal meminta Nazareth Musik Tiup untuk membawakan lagu yang berjudul mama.lagu ini juga cukup populer dikalangan industri musik pop di tanah air yang dibawakan oleh Eddy Silitonga. Dari fakta lapangan yang didapat diatas maka penulis melihat beberapa perubahan dan perkembangan fungsi dari Nazareth Musik Tiup ini sendiri. Yaitu bagaimana mereka tidak hanya sebagai pengiring dalam kebaktian singkat yang dilakukan tetapi selepas setelah itu juga mereka tetap melayani pihak keluarga yang ingin bernyanyi walaupun lagu-lagu yang mereka minta untuk dibawakan tidak hanya lagu gereja saja. Beberapa fakta lagi yang ditemukan dilapangan oleh penulis Setelah jenazah dibawa ke jambur untuk mengadakan proses jalannya adat, biasanya tidak hanya Nazareth Musik Tiup saja yang menjadi musik pengiring jalannya upacara adat tetapi ada juga pemusik tradisional Karo yaitu gendang lima sendalanen sebagai pengiring jalannya upacara adat cawir metua tersebut

34 walaupun untuk beberapa upacara kematian Nazareth Musik Tiup ini bertugas sepenenuhnya sebagai pengiring jalannya acara. Biasanya tugas dari gendang lima sendalen ini adalah untuk mengiringi pihak sangkep ngeluh seperti kalimbubu,sukut,anak beru,runggun gereja dan juga rekan-rekan kerja dari anak yang meninggal tersebut dalam memberikan katakata turut berduka cita dan turut berbela sungkawa. Setelah mereka selesai dalam memberikan kata- katanya mereka dipersilahkan untuk duduk ke tempat masingmasing. Biasanya Sekitar pada pukul wib tiba saatnya untuk makan siang bersama dijambur.. Pada saat acara makan siang tersebut Nazareth Musik Tiup diminta untuk mengiringi beberapa lagu yang dimintakan oleh kerabat-kerabat dekat dan juga rekan-rekan dari almarhum menyanyikan beberapa lagu yang biasanya diiringi oleh Nazareth Musik Tiup seperti beberapa contoh lagu 1. Nikita yang berjudul Di Doa Ibuku Namaku Disebut, 2. Nande 3. Di Reh Kenca Percuban ( Penambahen Ende-enden No 10 ) 4. Saya Mau Iring Yesus ( Kidung Pujian ) 5. Ola Kel Lupaken Aku ( Kitap Ende-enden no 190 ) Seiring dengan berjalannya waktu dan setelah semua sangkep ngeluh dari orang yang meninggal tersebut memberikan kata turut berduka citannya maka upacara adat cawir metua pun berakhir. Sebelum dibawa ke kuburan maka acara pun diserah kan ke pihak gereja GBKP yang dipimpin oleh seorang pendeta, maka diadakanlah kebaktian singkat sesuai dengan proses liturgi penguburan yang ada

35 di ruang lingkup GBKP. Disinilah peran dari Nazareth Musik Tiup secara keseluruhan untuk mengiringi lagu-lagu kitap ende-enden (buku lagu puji-pujian yang ada di GBKP) dan juga beberapa lagu rohani seperti lagu : 1. O Tuhanku kam Kap Permakanku ( Penambahen Ende-enden no 95) 2. Hati sebagai hamba ( Kidung Pujian ) 3. Di Reh Kenca Percuban ( Penambahen Ende-enden no 10 ) 4. Perlawesku Kempak Pardis (Kitap Ende-enden no 74 ) Setelah kebaktian selesai, peti jenazah pun ditutup dan diangkut ke mobil jenazah untuk diantarken ke kuburan. Saat mobil jenazah mulai melaju Nazareth Musik Tiup tepat berada dibelakang mobil jenazah tersebut dengan menaikii sebuah mobil pick up agar mereka tetap bisa memainkan lagu-lagu gereja dengan leluasa, mereka tetap memainkan lagu-lagu gereja di sepanjang jalan sampai jenazah tiba di lokasi penguburan. Biasanya Sekitar pada pukul wib jenazah pun dimakamkan dan diadakan kebaktian singkat oleh pendeta sekaligus acara tabur bunga yang dipimpin oleh pendeta dan Nazareth Musik tetap membawakan lagu-lagu gereja seperti lagu KEE(kitap ende enden) maupun PEE(penambahen ende-enden) yang berjudul: 1. Enggo Me Talu Kematen, ( Kitap Ende-enden no 128 ) 2. Tetapkenlah Ukurta ( Kitap Ende-enden no 75 ) 3. O Tuhanku kam Kap Permakanku ( Penambahen Ende-enden no 95)

36 4. Kam sinjayam ngeluhku 5. Tuhan Dibata Sinemani ( Penambahen Ende-enden no 115 ) 6. dan lagu terakhir mereka perkuah ate simbelin ( Kitap Endeenden no 212 ) Sampai kebaktian selesai dan semua pihak keluarga dan kerabat-kerabat dekat mulai meninggalkan kuburan tersebut. Dari keseluruhan lagu dalam acara sampai akhir upacara ini sudah direkam oleh penulis sendiri baik dalam bentuk audio maupn vidio menggunakan blackberry 9300 dan camera Canon Eos 600D Penulis mendapat info dari Pt.Iswanta Pelawi bahwa dalam seminggu mereka biasanya mendapat panggilan minimal sekali dalam seminggu dan dan maksimalnya mereka bisa bermain full dalam seminggu ( setiap hari mereka keluar untuk melayani permintaan ). Dari info tersebut penulis beransumsi bahwa secara pandangan masyarakat Karo khususnya masyarakat Karo yang beragama kristen.nazareth Musik Tiup bisa dikatakan cukup exsis dan diminati karena setiap minggunya mereka selalu ada panggilan untuk mengiringi acara-acara adat yang kebanyakan adalah upacara adat kematian. Untuk memastikan hal tersebut maka Pada tanggal 20 maret 2013 penulis sekali turut serta dalam Nazareth Musik untuk mengadakan observasi lebih lanjut yaitu dalam upacara kematian Pt.em.Menang tarigan, yang diadakan di jambur desa Jandi Meriah kecamatan Tiga Nderket. Secara konsep dan pemilihan lagu-lagu untuk dibawakan, secara pola permainan dan juga penempatan kapan mereka untuk mengisi dan terlibat ke

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan cara meniupnya.

Lebih terperinci

BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI. penggunaan musik tiup dan faktor- faktor yang melatar-belakangi penerimaan dan

BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI. penggunaan musik tiup dan faktor- faktor yang melatar-belakangi penerimaan dan BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI Pada bab ini dimulai dengan penjelasan singkat mengenai kondisi geografis desa Surbakti yang kemudian dilanjutkan dengan latar belakang sejarah

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN 2.1 Deskripsi Masyarakat Batak Toba di Kota Medan 2.1.1 Etnografi Kota Medan Kota Medan merupakan ibukota provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti memiliki pengalaman dalam bermusik karena musik mampu menjangkau semua kalangan masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Timbangan Perangin-angin : Medan Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) 2. Nama : Mail bangun : kabanjahe Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO

DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H JAYANTHA SURBAKTI NIM : 070707008 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Letak Desa Desa Lau Rakit merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa Lau

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat Karo adalah masyarakat yang menganut sistem patriaki, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat Karo adalah masyarakat yang menganut sistem patriaki, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Karo adalah masyarakat yang menganut sistem patriaki, yang artinya garis keturunan berdasarkan ayah. Hal ini jelas dilihat dari kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata pencaharian utama masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya hampir disemua bidang termasuk bidang kesenian terkhusus seni musiknya, dimana terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Karo merupakan suku bangsa tersendiri dalam tubuh bangsa Indonesia. Suku Karo mempunyai bahasa tersendiri yaitu bahasa Karo. Suku Karo yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB II. SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA

BAB II. SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA BAB II SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA 2.1 Lokasi dan Letak Geografis Cinta Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah produk atau hasil yang dilakukan atau diciptakan oleh sekelompok masyarakat dalam berbagai aktifitas kegiatan yang mempunyai tujuan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan etnik, agama,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku Jawa,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya dinamai suku Karo sekarang ini (P. Sinuraya,2000: 1). Setelah hancurnya Kerajaan Haru Wampu, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui gerakgerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakikat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu pulau tersebar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, yang di dalam kebudayaan tersebut terdapat adat istidat, seni tradisional dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan suku lain. Ciri khas inilah yang akan membentuk identitas suatu suku bangsa. Identitas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR Gambaran umum Kecamtan STM Hilir yang merupakan lokasi penilitian ini adalah, letak geografis, komposisi penduduk, dan perkembangan pemerintahan. Hal ini untuk

Lebih terperinci

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Karo merupakan salah satu suku bagian dari Batak selain Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada umumya menempati wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK

Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK ANALISIS TINDAK TUTUR RAKUT SITELU SAAT ERDIDONG-DIDONG DALAM PESTA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN KARO (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa yang mempunyai latar belakang sosio budaya yang berbeda-beda. Keragaman ini terdiri dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku yang kaya akan seni budaya yang harus dikembangkan dan dilestarikan, dengan ciri khas daerahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku batak yang lainnya, Simalungun mempunyai adat dalam setiap upacara salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam kehidupan manusia. Pada masa-masa sekarang musik ini telah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam kehidupan manusia. Pada masa-masa sekarang musik ini telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara adalah aktivitas yang dilakukan diwaktu-waktu tertentu dan dapat dilakukan untuk memperingati sebuah kejaian ataupun penyambutan. Musik dalam Ibadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan kebudayaan. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan memiliki norma,

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMBAGIAN WARISAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB III SISTEM PEMBAGIAN WARISAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO BAB III SISTEM PEMBAGIAN WARISAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO Latar Belakang Objek Luas dan Batas Wilayah Desa Rumah Berastagi adalah salah satu desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang sangat umum dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai Negara yang banyak memiliki beragam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa

BAB I PENDAHULUAN. sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan sejarah tidak akan pernah sampai pada puncak kebenaran, sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa lalu, dan supaya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung 1. Keadaan Geografis Desa Tanjung termasuk desa yang tertua di Kecamatan XIII Koto Kampar dan Desa Tanjung sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN 2.1. Letak dan Lokasi Desa Bangun merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Jarak Desa Bangun ke Ibukota kecamatan sekitar 7 km,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki sekitar 500-an suku bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, agama dan ras yang hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA. serta menetap di Tanah Karo. Menurut orang tua dahulu, Togan Raya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA. serta menetap di Tanah Karo. Menurut orang tua dahulu, Togan Raya merupakan BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA 2.1. Sejarah Desa Raya Nama Desa Raya pada mulanya berawal dari sebuah marga karo yang bernama Togan Raya. Togan Raya merupakan manusia pertama suku karo

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang Sabangunan dan Gondang Batak. Gondang Sabangunan (Gondang Bolon) untuk mengiringi upacara adat

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial. BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA A. Keadaan Geografi Wanayasa merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, terletak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba BAB II IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba Pada tahun 1952 penduduk km 9 dan 10 yang sebahagian besar berasal dari toba samosir dan janjiraja yang beragama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan masyarakat, yang juga merupakan ekspresi yang besifat universal seperti halnya bahasa. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer, BAB I PENDAHULUAN I. PERMASALAHAN I.1. Masalah Ibadah adalah salah bentuk kehidupan bergereja yang tidak terlepas dari nyanyian gerejawi. Nyanyian di dalam sebuah ibadah mempunyai beberapa fungsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya

Lebih terperinci

BAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN

BAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN BAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN 2.1 Pengertian Biografi Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang penuh dengan keanekaragaman suku bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai merauke mempunyai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Tarutung merupakan salah satu kota wisata rohani bagi pemeluk agama Kristen. Daerah yang dulunya dikenal dengan nama Silindung ini merupakan sebuah lembah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 57/PDT/2015/PT-MDN.

P U T U S A N NOMOR : 57/PDT/2015/PT-MDN. P U T U S A N NOMOR : 57/PDT/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara Perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak etnis yang ada di Kepulauan Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan yang

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENYAJIAN KITAB ENDE-ENDEN DALAM LITURGI KEBAKTIAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN JALAN JAMIN

DESKRIPSI PENYAJIAN KITAB ENDE-ENDEN DALAM LITURGI KEBAKTIAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN JALAN JAMIN DESKRIPSI PENYAJIAN KITAB ENDE-ENDEN DALAM LITURGI KEBAKTIAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN JALAN JAMIN GINTING KM.7 PADANG BULAN MEDAN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H ATMAN JEREMIA BARUS NIM: 070707011

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. (dua) dusun, yaitu dusun XIII dan dusun XIV disebut dengan kedua dusun Sinar Gunung.

BAB II GAMBARAN UMUM. (dua) dusun, yaitu dusun XIII dan dusun XIV disebut dengan kedua dusun Sinar Gunung. BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Letak dan Lokasi Lokasi penelitian ini terletak di Desa Pematang Johar, penelitian ini dilakukan di 2 (dua) dusun, yaitu dusun XIII dan dusun XIV disebut dengan kedua dusun Sinar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat jejak keberadaannya, salah satunya adalah Rumah Tradisional Kalak Karo atau disebut dengan Siwaluh

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak berdomisili di daerah Sumatera Utara. Etnik Batak ini terdiri dari enam sub etnik yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai macam kekayaan tradisional yang memiliki jenis dan ciri khas dari tiap daerahnya masing-masing. Baik itu adat istiadat, pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia sangat dikenal dengan keberagaman suku bangsanya, dari Sabang sampai Merauke begitu banyak terdapat suku beserta keberagaman tradisinya

Lebih terperinci

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo.

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo. 242 GLOSARIUM Aditia Aditia Naik Aditia Turun Aerophone : Hari pertama dalam sistem penanggalan Karo. : Hari kedelapan dalam sistem penanggalan Karo. : Hari ke-22 dalam sistem penanggalan Karo. : Alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Geografis Desa Tanjung Medan Desa Tanjung Medan merupakan salah satu desa diantara desa yang berada di Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu. Adapun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan 20 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik 1. Musik di dalam

Lebih terperinci