ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan)"

Transkripsi

1 ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan) Oleh RAHMAD MUSTOFA A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN RAHMAD MUSTOFA, Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Tahu (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan). Di bawah bimbingan HARMINI. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh sektor usaha kecil, menengah dan koperasi sebesar 56,7 persen dari total PDB Nasional (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil & Menengah). Pertumbuhan koperasi yang diikuti oleh partisipasi anggota dan perkembangan bidang usaha pada tahun 2004 sampai 2005 akan meningkatkan tingkat kesejahteraan dan penyerapan tenaga kerja, khususnya koperasi yang bergerak dalam pengolahan hasil pertanian. Salah satu koperasi yang bergerak dalam pengolahan pertanian adalah Primer Koperasi Tahu dan Tempe Indonesa (Primkopti) Jakarta Selatan, yaitu pengolahan kedelai menjadi tahu. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50 persen dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40 persen tahu dan 10 persen dalam bentuk produk lain seperti tauco dan kecap. Kebutuhan kedelai untuk produksi tahu pada Primkopti Jakarta Selatan diperoleh dari impor. Harga kedelai yang ditawarkan untuk para pengusaha tahu mengalami fluktuasi yang cenderung naik. Selain kedelai, bahan bakar minyak tanah yang digunakan oleh para pengusaha tahu juga mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pendapatan pada usaha pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi tahu. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, Primkopti Jakarta Selatan, pemerintah dan pihak-pihak lain. Penelitian dilakukan di Jakarta Selatan yang dipilih secara langsung. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan november sampai desember tahun Pemilihan responden sebanyak 51 pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan dengan menggunakan rumus slovin dan penarikan sampel secara sengaja (purposive). Jenis data yang digunakan pada penelitian adalah data primer dan data sekunder. Alat analisis data meliputi analisis penerimaan rasio R/C dan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas. Primkopti Jakarta Selatan berdiri pada tanggal 6 september 1979 dengan latarbelakang pada cita-cita dan kepentingan bersama sebagai pengusaha tahu dan tempe untuk meningkatkan kesejahteraan. Pada akhir tahun 2006 anggota Primkopti Jakarta Selatan yang memproduksi tahu berjumlah 141 anggota dari 1122 anggota koperasi. Pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan rata-rata berumur 50 tahun. Tingkat pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD) sebesar 68,62 persen. Ratarata pengusaha tahu baik untuk skala besar dan kecil mempunyai jumlah keluarga lima orang, yang terdiri dari tiga orang anak dan kedua orang tua. Pengalaman dan pengetahuan dalam membuat tahu yang dimiliki oleh pengusaha tahu secara keseluruhan sudah 27 tahun dan menjadi anggota Primkopti Jakarta Selatan ratarata sejak 20 tahun yang lalu.

3 Pendapatan yang diterima oleh para pengusaha tahu terdiri dari pendapatan kotor, pendapatan atas biaya produksi dan pendapatan atas total biaya. Pendapatan kotor yang diterima oleh pengusaha tahu skala besar sebesar RP ,- per proses produksi, sedangkan untuk skala kecil sebesar Rp ,- per proses produksi. Pendapatan atas biaya produksi untuk skala besar dan skala kecil per proses produksi masing-masing sebesar Rp ,- dan Rp ,-. Pendapatan atas total biaya masing-masing sebesar RP ,- dan Rp ,- per proses produksi. Nilai rasio R/C untuk usaha skala besar dan kecil memiliki nilai yang berbeda. Produksi tahu yang dilakukan oleh pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta selatan rata-rata telah mendapatkan keuntungan karena mempunyai nilai rasio R/C lebih dari satu. Nilai rasio R/C atas biaya produksi skala besar lebih efisien apabila dibandingkan dengan usaha skala kecil, masing-masing nilainya adalah 1,138 dan 1,130. Nilai rasio R/C atas total biaya untuk usaha skala besar senilai 1,100, sedangkan untuk usaha skala kecil senilai 1,035. Nilai rasio tersebut memberikan indikasi bahwa usaha skala besar lebih efisien dalam penggunaan total biaya dibandingkan dengan usaha skala kecil. Faktor-faktor produksi pada usaha skala besar yang memberikan pengaruh nyata pada output produksi tahu adalah variabel kedelai sedangkan yang tidak berpengaruh nyata yaitu variabel bahan coko dan tenaga kerja. Pada faktor produksi pada skala kecil yang berpengaruh nyata adalah variabel kedelai, tenaga kerja dan air, sedangkan yang kurang berpengaruh nyata adalah variabel coko. ii

4 ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU PENGUSAHA TAHU ANGGOTA PRIMKOPTI JAKARTA SELATAN RAHMAD MUSTOFA A SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUR PERTANIAN BOGOR 2008

5 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUR PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama : RAHMAD MUSTOFA NRP : A Program Ekstensi : MANAJEMEN AGRIBISNIS Judul : ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan) Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Harmini, MSi NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Kelulusan : ii

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan) MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Januari 2008 RAHMAD MUSTOFA A iii

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Boyolali pada tanggal 20 mei Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Daryono dan Sati Hertanti. Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di SD Karangnongko II Boyolali pada tahun Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri I Mojosongo, Boyolali sampai tahun 1999 dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Al-Muayyad Surakarta sampai tahun Tahun 2002 penulis melanjutkan di Diploma 3 Manajemen Bisnis dan Koperasi, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tahun 2005 penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, IPB. Selama perkuliahan penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Pada tahun penulis menjadi ketua koordinator pengembangan sumber daya manusia di Keluarga Muslim Diploma Feperta (KEMUDI A) IPB, pada tahun penulis menjadi anggota staf hubungan masyaratakat dan dakwah di Lembaga Studi Islam Faperta (el-sifa) IPB. Selama perkuliahan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis pada tahun 2005, penulis bergabung menjadi anggota Lembaga Studi Islam Ekstensi Manajemen Agribisnis (L-SIMA) IPB dan pada tahun penulis dipercaya menjadi ketua (L-SIMA) IPB. iv

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan keadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah- Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Tujuan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Adapun judul skripsi adalah Analisis Pendapatan Dan Faktor-Aktor Yang Mempengaruhi Produksi Tahu (KasusPengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pendapatan pada usaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi tahu dengan menggunakan metode analisis penerimaan rasio R/C dan analisis fungsi Cobb-Douglas. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan informasi dan acuan untuk penelitian selanjutnya tentang pendapatan pada suatu koperasi. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2008 Penulis v

9 UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur penulis panjatkan keadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah- Nya yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada : 1. Ayah dan Bundaku tercinta, adik dan kakakku tersayang, yang senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian, semangat, dan doa yang tulus disholat malamnya. 2. Ir. Harmini, MSi selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan memberikan masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran. 3. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Ir. Popong nurhayati, MM selaku dosen penguji yang telah mengarahkan dan memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Keluarga besar pengurus Primkopti Jakarta Selatan yang telah memberikan ijin tempat melakukan penelitian dan para pengusaha tahu anggota Primkopti yang telah memberikan banyak informasi. 5. Ibu Rini yang telah memberikan informasi dan data-data koperasi yang diperlukan sehingga penelitian berjalan lancar. 6. Ahmad Jam an yang telah menjadi pembahas dalam seminar dan masukanmasukannya untuk kelancaran skripsi. 7. Darnoto dan keluarga besarnya, terimakasih atas informasi dan tempat tinggalnya serta pelayanannya yang ramah selama terjun ke lapangan. 8. Dwi Cahyo, STP dan Asobani, Amd yang telah merelakan komputer, waktu dan tempatnya untuk mengerjakan skripsi. 9. Ust. Fatih Karim yang selalu menanyakan perjalanan skripsi saya dan motivasinya selama ini. 10. Rekan-rekan seperjuangan di Lembaga Studi Islam Ekstensi Manajemen Agribisnis (L-SIMA) IPB yang telah merelakan waktu ku untuk penyelasain skripsi, selamat berjuang saudara-saudaraku. 11. Rekan-rekanku yang cool n fresh (Jam an, Nursyam, Dedy, Sudar, Darma dan Novan) yang tetap memberi semangat dan doanya. 12. Teman-tema kost R&J (Mas Dwi, Dayat, Bani dan Huda) yang telah menemani dan motivasi dalam penyelesaian skripsi. vi

10 13. Rekan-rekanku (Muth, Sri, Neng) terimakasih atas motivasi dan doanya. 14. Seluruh staf ekstensi dan teman-teman ekstensi serta semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat ditulis satu per satu. Semoga Allah SWT selalu membalas kebaikan anda semua dengan sesuatu yang lebih baik. Amin. vii

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...xvi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Pengertian dan Ketentuan Umum Koperasi Fungsi dan Prinsip Koperasi Kedelai Budidaya dan Produksi Kedelai Konsumsi Kedelai Tahu Karakteristik Tahu Syarat Mutu Bahan Baku Tahu Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritik Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) Fungsi Produksi Model Fungsi Produksi Kerangka Pemikiran Operasional... 29

12 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengambilan Contoh Sumber dan Jenis Data Metode Analisis Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) Pendugaan Fungsi Produksi Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas Definisi Operasional V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Primkopti Jakarta Selatan Sejarah Singkat Primkopti Jakarta Selatan Keanggotaan Primkopti Jakarta Selatan Keorganisasian Primkopti Jakarta Selatan Bidang Usaha Primkopti Jakarta selatan Proses Produksi Tahu Bahan-Bahan Pembuat Tahu Peralatan dan Perlengkapan untuk Membuat Tahu Cara Membuat Tahu Karakteristik Pengusaha Tahu Primkopti Jakarta Selatan Umur Pengusaha Tahu Tingkat Pendidikan Pengusaha Tahu Jumlah Anggota Keluarga Pengusaha Tahu Pengalaman Usaha Pengusaha Tahu Keanggotaan Pengusaha Tahu Tenaga Kerja Pengusaha Tahu Analisis Pendapatan Pengusaha Tahu Primkopti Jakarta Selatan Analisis Fungsi Produksi Usaha Tahu Skala Besar Usaha Tahu Skala Kecil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada produksi Tahu xi

13 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kontribusi PDB Sektor Pertanian dan Non Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku Terhadap PDB Nasional (%) Tahun Perkembangan Jumlah Koperasi Menurut Propinsi Tahun Perkembangan produksi, konsumsi dan perdagangan kedelai di Indonesia, tahun Harga Kedelai di Primkopti Jakarta Selatan Tahun Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak di Indonesia Tahun Jumlah Anggota dan Posisi Anggota per 31 Desember Posisi dan Status Kerja Karyawan Primkopti Jakarta Selatan Periode Tahun Sebaran Responden Berdasarkan Umur Pengusaha Tahu Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Pengusaha Tahu Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman dalam Memproduksi Tahu Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Menjadi Anggota Koperasi Jumlah Tenaga Kerja Pengusaha Tahu Rata-Rata Pendapatan dan Rasio R/C Usaha Tahu Skala Besar dan Skala Kecil Rata-Rata Penggunaan dan Biaya Produksi Tahu Skala Besar Rata-Rata Penggunaan dan Biaya Produksi Tahu Skala Kecil xiii

15 17. Hasil Pendugaan regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Tahu Skala Besar Hasil Perbaikan Pendugaan regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Tahu Skala Besar Hasil Pendugaan regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Tahu Skala Kecil xiv

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Sifat Fungsi Produksi Tahapan Suatu Proses Produksi Kerangka Pemikiran Operasional xv

17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia digerakkan oleh semua komponen lapangan usaha, baik usaha besar maupun usaha kecil, menengah dan koperasi. Semua komponen mempunyai peranan masing-masing dalam bidang usaha yang berbeda-beda untuk kemajuan di dalam bidang ekonomi. Kinerja perekonomian digambarkan oleh Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku oleh masing-masing usaha. Bidang usaha yang mendorong pertumbuhan ekonomi yaitu bidang pertanian, perdagangan dan industri. Sektor pertanian pada tahun 2003 memberikan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 16,58 persen 1. Kontribusi PDB sektor atas dasar harga berlaku terhadap PDB nasional tahun 2003 dapat dilihat Tabel 1. Tabel 1. Kontribusi PDB Sektor Pertanian dan Non Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku Terhadap PDB Nasional (%) Tahun 2003 LAPANGAN USAHA TRIWULAN I II III IV Total 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan Non Pertanian PRODUK DOMESTIK BRUTO Sumber: Badan Pusat Statistik, Buletin Sektor Pertanian, 2004 dikutip dari situs.

18 Kontribusi PDB diberikan oleh sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 8,19 persen. Salah satu pelaku utama perekonomian rakyat adalah para produsen kecil yaitu para pengusaha kecil yang bergerak pada usaha-usaha produksi. Para produsen kecil tersebut bergerak pada hampir seluruh sektor perekonomian. Berbagai jenis usaha ekonomi yang menggunakan kata rakyat, pada umumnya menunjuk pada produsen kecil yang bergerak pada bidang usaha ekonomi tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi pada tahun 2003 sebesar 4,10 persen dibandingkan pada tahun 2002 (Berita Resmi Statistik) 2. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh sektor usaha kecil, menengah dan koperasi sebesar 56,7 persen dari total PDB Nasional (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil & Menengah) 3. Hal itu menunjukkan bahwa usaha kecil, menengah dan koperasi memiliki kemampuan usaha yang tidak kalah dengan usaha besar yang sebagian modalnya dari pinjaman. Sampai saat ini usaha kecil, menengah dan koperasi dapat tumbuh dan berkembang lebih baik bila dibandingkan dengan usaha besar. Perkembangan pelaksanaan pembinaan kelembagaan dan usaha koperasi menunjukkan hasil yang menggembirakan. Jumlah koperasi yang tumbuh di kalangan masyarakat serta jumlah anggota koperasi dan partisipasi mereka dalam koperasi semakin meningkat, hal tersebut juga diikuti dengan semakin beragamnya bidang usaha koperasi dan semakin dirasakan manfaatnya bagi anggota (Lembaga Ketahanan Nasional, 1995). Pertumbuhan dan perkembangan koperasi yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Tabel

19 Tabel 2. Perkembangan Jumlah Koperasi Menurut Propinsi Di Indonesia Tahun Tahun No Propinsi 2004 (unit) 2005 (unit) Aktif Tidak Tidak Jumlah Aktif Aktif Aktif Jumlah 1 DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Sumber : Departemen Koperasi Pertumbuhan jumlah dan anggota koperasi yang semakin meningkat tidak menggambarkan sepenuhnya bahwa kesejahteraan ataupun pendapatan anggota koperasi semakin meningkat, sehingga koperasi diharapkan mampu lebih mempunyai peranan yang penting dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya serta lebih aktif untuk mencapai tujuan dari koperasi, yaitu memajukan kesejahteraan anggota dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, dan makmur. Tujuan koperasi dapat dicapai dengan peran aktif dan kerjasama yang selaras antara pengurus dan anggota. Koperasi yang bergerak dalam industri pengolahan hasil pertanian mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta penyerapan tenaga kerja. Semakin dikembangkannya agroindustri bagi industri kecil dan menengah diharapkan terjadi peningkatan nilai tambah produk yang dihasilkan. Sehingga para pelaku usaha industri dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Peranan industri dalam mengolah hasil pertanian dapat berupa produk jadi yang dijual langsung kepada konsumen akhir maupun produk setengah jadi. Salah satu industri yang mengolah hasil pertanian adalah industri pembuatan tempe dan tahu. 3

20 Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50 persen dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40 persen tahu dan 10 persen dalam bentuk produk lain seperti tauco dan kecap 4. Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 mencapai 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru 0,71 juta ton dan kekurangannya sebesar 1,31 juta ton di dapatkan dengan impor. Hanya sekitar 35 persen dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Mengingat Indonesia memiliki penduduk yang cukup banyak, dan industri pangan berbahan baku kedelai berkembang pesat maka komoditas kedelai perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di dalam negeri (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005). Perkembangan produksi, konsumsi dan perdagangan kedelai di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Produksi, Konsumsi dan Perdagangan Kedelai di Indonesia, Tahun Tahun Produksi Konsumsi Defisit Impor Ekspor Net Impor (000 ton) (000 ton) (000 ton) (000 ton) (000 ton) (000 ton) , , , , , , , , Pertumb (%) -5,17-0, , Sumber : FAO, 2004 dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

21 Penurunan total konsumsi jauh lebih rendah daripada penurunan produksi. Implikasinya adalah, tanpa terobosan yang berarti, Indonesia akan mengalami defisit yang makin besar (Swastika, 2003 dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005). Penurunan produksi kedelai di dalam negeri mengakibatkan industri yang menggunakan bahan baku kedelai harus membeli dari luar negeri. Industri tahu merupakan salah satu industri yang menggunakan bahan baku berupa kedelai. Industri ini banyak dikelola oleh masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Untuk mempermudah mendapatkan bahan baku berupa kedelai dan kebutuhan-kebutuhan yang lain, para pengusaha bersatu dalam wadah koperasi. Ikut serta dalam berkoperasi mempermudah para anggota dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan untuk bahan baku pembuatan tahu. Penyediaan bahan baku kedelai dibantu pemerintah dengan adanya subsisdi sampai tahun Bantuan pemerintah tersebut melalui Badan Urusan Logistik (BULOG) kepada Primer Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Primkopti) dengan tujuan agar anggota koperasi dapat memenuhi kebutuhan kedelai secara maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan kedelai. Mulai tahun 1999 pemerintah tidak memberikan bantuan kepada Primkopti sehingga koperasi menyediakan bahan baku kedelai secara mandiri untuk anggotanya. Kemandirian penyediaan kedelai berdampak pada harga kedelai yang lebih mahal dan harus bersaing harga dengan pengusaha kedelai swasta. Sehingga diperlukan pengelolaan yang efisien dan efektif agar kedelai 5

22 yang diperoleh mempunyai kualitas yang baik dan harga yang rendah. Salah satu Primkopti yang harus mandiri adalah Primkopti Jakarta Selatan. Primkopti Jakarta Selatan merupakan salah satu koperasi yang berdiri karena adanya kesamaan cita-cita dan kepentingan segenap produsen tempe dan tahu, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Primkopti Jakarta Selatan merupakan koperasi yang memiliki banyak prestasi yang diraihnya. Beberapa prestasi yang dicapai adalah sebagai koperasi teladan utama tingkat nasional dan sebagai koperasi mandiri pada tahun Sebagai koperasi mandiri, Primkopti Jakarta Selatan dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh anggotanya, khususnya penyediaan kedelai dan minyak tanah. Pemenuhan kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe oleh anggota koperasi didapatkan dari kedelai impor. Kedelai diambil melalui beberapa perusahaan yaitu, PT Multi Karisma, PT Gaya Baru dan PT Gerbang Cahaya. Pemenuhan kedelai dari luar negeri dilakukan karena sulit mencari kedelai yang diproduksi dari dalam negeri, dimana produktivitas dalam negeri belum cukup untuk memenuhi permintaan di dalam negeri Rumusan Masalah Primkopti Jakarta Selatan merupakan koperasi yang berangotakan para pengusaha tempe, tahu dan tauco. Kinerja dan peran aktif perangkat koperasi menjadikan Primkopti Jakarta Selatan meraih beberapa penghargaan dari pemerintah. Prestasi yang pernah diraih yaitu sebagai koperasi terbaik I tingkat nasional pada tahun 1981 sampai tahun 1986, sebagai koperasi teladan utama Koprinka pada tahun 1974 sampai tahun 1994, sebagai koperasi teladan utama 6

23 tingkat nasional dan sebagai koperasi mandiri pada tahun Prestasi yang dicapai oleh Primkopti Jakarta Selatan pada tahun tersebut tidak dapat mengidentifikasikan tingkat kesejahteraan anggotannya pada saat sekarang khususnya tingkat pendapatan yang diterima oleh anggota, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Keadaan Primkopti Jakarta selatan tersebut sebagai salah satu alasan pemilihan penelitian selain tempat yang mudah dijangkau dan kemudahan informasi dari pengurus Primkopti Jakarta Selatan. Kemajuan dan perkembangan Primkopti Jakarta Selatan dapat dicapai dengan peran aktif para anggota dan pengurus dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggungjawabnya. Selain hal tersebut, Primkopti juga dibantu oleh pemerintah dalam menangani kebutuhan bahan baku khususnya persediaan kedelai sampai tahun Pada tahun 1999 sampai sekarang Primkopti bekerja secara mandiri tanpa bantuan persediaan kedelai oleh pemerintah. Pemutusan persediaan kedelai membuat pengurus koperasi harus lebih aktif dan mandiri dalam bekerja khususnya masalah persedian bahan baku. Kebutuhan bahan baku khususnya kedelai didapatkan oleh Primkopti dari kedelai impor. Harga yang diberikan kepada koperasi mengikuti nilai tukar rupiah terhadap nilai mata uang dolar. Primkopti Jakarta Selatan melakukan impor kedelai dikarenakan harga kedelai lokal lebih mahal yang harus didatangkan dari Jawa Timur. Hal tersebut merupakan salah satu yang mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga kedelai dan akan berdampak pada pendapatan para pengrajin tahu. Harga kedelai yang diberikan kepada anggota koperasi oleh Primkopti Jakarta Selatan dapat dilihat pada Tabel 4. 7

24 Tabel 4. Harga Kedelai di Primkopti Jakarta Selatan Tahun Tahun Harga Per Kg (Rp) Selisih , , , Sumber : Primkopti Jakarta Selatan, Harga kedelai dari Primkopti Jakarta Selatan untuk kebutuhan anggota setiap tahun mengalami perubahan. Perubahan harga yang terjadi cenderung naik, sehingga mempengaruhi pengusaha dalam memproduksi tahu. Pendapatan anggota koperasi dalam memproduksi tahu juga dipengaruhi oleh bahan bakar minyak khususnya minyak tanah. Dampak harga minyak tanah yang semakin meningkat membuat pengrajin harus lebih efisien dan efektif dalam penggunaanya agar pendapatan yang diperoleh tetap maksimal. Harga bahan bakar minyak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak di Indonesia Tahun Tahun Harga Per Liter (Rp) Minyak Tanah Premium Solar Perubahan 11,1 150,0 160,0 Sumber : Pertamina,

25 Kenaikan harga minyak tanah dan perubahan harga kedelai yang cenderung naik mengakibatkan biaya faktor-faktor produksi semakin meningkat. Peningkatan biaya produksi akan berdampak pada hasil pendapatan dan kesejahteraan anggota Primkopti Jakarta Selatan khususnya anggota yang memproduksi kedelai menjadi tahu. Anggota koperasi yang memproduksi tahu lebih merasakan dampak dari kenaikan bahan baku kedelai dan minyak tanah, hal ini dikarenakan anggota yang memproduksi tahu menggunakan kedelai lebih banyak dibandingkan dengan anggota yang memproduksi tempe. Banyaknya kedelai yang dipakai mempengaruhi jumlah bahan bakar yang dipakai. Semakin banyak kedelai diproduksi maka bahan bakar yang digunakan juga semakin meningkat. Informasi dari Primkopti Jakarta Selatan menyebutkan bahwa rata-rata produksi tempe menggunakan kedelai sebanyak 55 kilogram per proses produksi, sedangkan produksi tahu menggunakan kedelai sebanyak 100 kilogram per proses produksi. Dari kondisi tersebut di atas maka masalah yang dikaji dalam rangka mengembangkan usaha industri tahu di Primkopti Jakarta Selatan adalah berapa besar pendapatan yang diterima oleh pengusaha tahu di Primkopti Jakarta Selatan? Faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi tahu? 1.3. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pendapatan usaha pada pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan. 2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi tahu. 9

26 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan banyak manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, yaitu: 1. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam bidang studinya; 2. Memberikan informasi kepada Primkopti Jakarta Selatan dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan dalam mencapai tujuantujuan koperasi; 3. Memberikan informasi kepada pemerintah dalam membuat kebijakankebijakan yang berkaitan dengan perkoperasian dan pengembangan koperasi; 4. Sebagai informasi kepada para pelaku industri kecil untuk senantiasa aktif dalam keanggotaan koperasi dan pentingnya berkoperasi; dan 5. Memberikan informasi kepada masyarakat umum dan pihak-pihak lain yang membutuhkan. 10

27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Pengertian dan Ketentuan Umum Koperasi Menurut undang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian bab I tentang ketentuan umum, Pasal 1 : Ayat (1) Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi yang kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasar atas azas kekeluargaan; ayat (2) Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi; ayat (3) Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang; ayat (4) Koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi; ayat (5) Gerakan koperasi adalah keseluruhan organisasi dan kegiatan perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama kopersi. Rekomendasi International Labour Organization (ILO) Nomor 127, Pasal 12 ayat (1) : menyebutkan bahwa koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang yang berkumpul secara suka rela untuk berusaha bersama mencapai suatu tujuan bersama melalui suatu organisasi yang dikontrol secara demokratis, bersama-sama berkontribusi sejumlah uang dalam membentuk modal yang diperlukan untuk mencapai tujan bersama tersebut dan bersedia turut bertanggungjawab menanggung resiko dari kegiatan tersebut, turut menikmati manfaat usaha bersama tersebut sesuai dengan kontribusi permodalan yang diberikan orangorang tersebut, kemudian orang-orang tersebut secara bersama-sama dan langsung turut memanfaatkan organisasi tadi.

28 Menurut International Cooperative Alliance (ICA, 1995) dalam Nasution, 2002 : Koperasi adalah perkumpulan orang-orang yang mandiri (autonomous) bersatu secara sukarela untuk memenuhi kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan aspirasi melalui badan usaha (enterprise) yang dimiliki bersama dan dikontrol secara demokratis. Menurut Hatta (1955) dalam Nasution (2002) : Koperasi yang benar-benar koperasi (the ideal type cooperative) adalah bentuk kerjasama dengan sukarela antara mereka yang sama cita-citanya untuk membela keperluan dan kepentingan bersama. Koperasi yang sebenarnya tidak dikemudikan oleh cita-cita keuntungan (erwerbsprinzip), melainkan oleh cita-cita memenuhi keperluan bersama (bedarfdeckungsprinzip) Fungsi dan Prinsip Koperasi Fungsi dan peran koperasi menurut undang-undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992 adalah : 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khsusnya dan masyarakat umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya; 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat; 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya; 12

29 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Prinsip koperasi menurut undang-undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992 adalah : 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis; 3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota; 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; 5. Kemandirian. Selanjutnya, dalam ayat (2) dikatakan bahwa dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi sebagai berikut : 1. Pendidikan perkoperasian; 2. Kerjasama antar koperasi Kedelai Budidaya dan Produksi Kedelai Tanaman kedelai merupakan tanaman cash crop yang dibudidayakan di lahan sawah dan di lahan kering. Sekitar 60 persen areal pertanaman kedelai di Indonesia terdapat di lahan sawah dan sisanya di lahan kering. Areal pertanaman kedelai tersebar diseluruh Indonesia dengan luas ha pada tahun Wilayah terbesar pertanaman kedelai terdapat di pulau Jawa yaitu sebesar

30 ha atau 71,06 persen dari total wilayah pertanaman kedelai di Indonesia (Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian, 2005). Produktivitas kedelai rata-rata di tingkat petani saat ini masih sekitar 1,1 ton/ha, bahkan sebagian besar masih di bawah 1,0 ton/ha, sedangkan hasil di tingkat percobaan dapat mencapai 2,0-3,0 ton/ha (Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2005) Konsumsi Kedelai Konsumsi kedelai nasional dari tahun 1990 sampai tahun 2004 mengalami penurunan pertumbuhan rata-rata 0,05 persen setiap tahun. Penurunan total konsumsi jauh lebih rendah daripada penurunan produksi, tanpa trobosan yang berarti, Indonesia akan mengalami defisit yang semakin besar. Artinya, Indonesia akan makin bergantung kepada kedelai impor untuk menutupi defisit (Marwoto dkk, 2005). Konsumsi kedelai pada tahun 1990 sebesar 11,38 kg/kapita, pada tahun 2004 konsumsi menurun menjadi 8,97 kg/kapita atau turun rata-rata 1,69 persen per tahun. Penurunan terjadi sejak tahun Selama periode , konsumsi kedelai menurun dari 11,82 kg/kapita pada tahun 1995 menjadi 10,92 kg/kapita pada tahun 2000, atau 1,57 persen per tahun. Selanjutnya, penurunan paling tajam terjadi pada periode , rata-rata 4,81 persen per tahun (Marwoto dkk, 2005). 14

31 2.3. Tahu Karakteristik Tahu Tahu adalah makanan yang terbuat dari kedelai yang dilumatkan, dihancurkan menjadi bubur (Widie, 1999). Tahu dengan penggumpal Kalsium sulfat (CaSO4 2%) menghasilkan tahu kedelai dengan kadar air, protein, kalsium dan rendemen yang paling tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Tahu yang memiliki kadar air tinggi memiliki karakteristik berupa gumpalan protein yang kecil, elastis, kompak dan memiliki volume yang besar. Karakteristik tersebut terdapat pada tahu dengan penggumpal kalsium sulfat yang mengandung kadar air paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Sedangkan untuk kadar lemak dan karbohidrat untuk tiap tahu dengan penggumpal garam kalsium berbeda, tidak menghasilkan hasil yang berbeda secara signifikan (Said Mustopha, Bambang Nurhadi, dan Tati Sukarti) 5. Uji organoleptik terhadap warna dan tekstur, diketahui, tahu dengan penggumpal garam kalsium sulfat merupakan tahu yang paling disukai. Walaupun pada umumnya penggumpal garam kalsium menghasilkan tahu dengan warna yang putih. Tingginya derajat putih tahu dengan penggumpal garam kalsium disebabkan karena garam kalsium juga dapat berfungsi sebagai zat pemutih bahan makanan (bleaching). Secara keseluruhan tahu yang dihasilkan dengan penggumpal kalsium sulfat menghasilkan karakteristik tahu yang lebih baik dibandingkan penggumpal lain (Said Mustopha, Bambang Nurhadi, dan Tati Sukarti)

32 Syarat Mutu Bahan Baku Tahu Kebutuhan kedelai untuk berbagai keperluan terus meningkat dan kapasitas produksi kedelai dalam negeri sudah tidak mampu memenuhi permintaan tersebut dan diperlukan mendatangkan kedelai dari luar negeri. Karakteristik utama kedelai impor adalah ukuran bijinya tergolong besar yaitu sekitar 16 g/100 biji. Preferensi kedelai untuk bahan baku olahan baik berskala besar maupun rumah tangga masih ditentukan oleh ukuran biji, yaitu kedelai berukuran biji sedang (10 g/100 biji) dan kedelai berbiji besar (15 g/100 biji) 7. Kedelai yang paling baik untuk tahu adalah kedelai putih dari kualitas yang nomor satu. Bijinya besar-besar, mulus dan tidak terdapat campuran batu kerikil atau kotoran lain. Sebab kalau yang dipakai kedelai kualitas rendahan, maka sari kedelainnya tidak akan banyak diperoleh dan pasti tidak seenak kedelai nomor satu (Kastyanto, 1999) Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu memberikan pengamatan yang berbedabeda pada pola pengambilan data, metode analisis dan hasil yang dicapai. Berikut adalah penelitian terdahulu yang meneliti mengenai pendapatan pada sektor agribisnis: Purnama (2006) yang berjudul Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi Industri Tahu menggunakan analisis fungsi produksi Cobb- Douglas dan rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dan Biaya Korbanan Marjinal (BKM). Model produksi yang diduga menunjukkan bahwa jumlah nilai-nilai 7 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. 16

33 elastisitas dari parameter penjelas adalah sebesar 0,801 yang berarti produksi tahu berada pada skala kenaikan hasil yang menurun (decreasing return to scale). Nilai ini mengandung arti bahwa penambahan satu persen dari masing-masing faktor produksi secara bersama-sama akan meningkatkan produksi sebesar 0,801 persen. Tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada industri tahu menggunakan perhitungan rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dan Biaya Korbanan Margnal (BKM). Rasio NPM dan BKM faktor produksi kedelai dan tenaga kerja bernilai lebih dari satu yang berarti faktor-faktor produksi belum efisien dan perlu penambahan pemakaian faktor produksi untuk mencapai kondisi optimal. Sari (2002) yang berjudul Analisis Efisiensi dan Pendapatan Pengrajin Tempe Anggota KOPTI Kotamadya Bogor menunjukkan bahwa pendapatan pengrajin tempe pada usaha skala besar dan kecil mempunyai nilai R/C rasio yang positif. Nilai R/C yang posotif memberikan arti bahwa usaha tempe masih memberikan keuntungan bagi para pengrajin. Nilai koefisien dugaan pada model Cobb-Douglas dapat langsung menunjukkan nilai elastisitas penggunaan faktor produksi pada usaha tempe. Output tempe pada skala besar lebih responsif terhadap perubahan pemakaian faktor-faktor produksi kedelai, ragi, tenaga kerja, dan plastik dibandingkan pada skala kecil. Penggunaan faktor-faktor produksi pada industri tempe belum efisien karena nilai perbandingan rasio nilai produk marginal (NPM) dengan biaya korbanan marginal (BKM) tidak sama dengan satu. Latifah (2006) meneliti mengenai dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap pendapatan usaha pengrajin tempe yang ada di kotamadya Bogor. Metode yang digunakan adalah metode analisis produksi, 17

34 fungsi produksi Cobb-Douglas dan efisiensi faktor produksi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kenaikan (BBM) minyak cukup mempengaruhi terhadap kondisi usaha pengrajin tempe. Setelah adanya kenaikan BBM, hasil produksi mengalami penurunan sebesar 12,9 persen. Penggunaan faktor-faktor dalam memproduksi tempe belum efisien baik sebelum kenaikan BBM maupun setelah kenaikan BBM kecuali bahan baku kedelai. Penelitian yang dilakukan oleh Yarsi (2006) yang berjudul Analisis Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sistem Kemitraan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit (Kasus Pola Kemitraan dari PT. Perkebunan Nusantara VI dan PT. Bakrie Pasaman Pantation, Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatra Utara) menggunakan metode analisis pendapatan perkebunan, analisis imbangan penerimaan terhadap biaya (R/C) dan analisis penyerapan tenaga kerja. Penelitian yang dihasilkan yaitu bahwa pendapatan pada sistem kemitraan usaha perkebunan kelapa sawit berbeda-beda tergantung dari penerimaan yang diperoleh dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Pendapatan kebun plasma dan kebun inti PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VI lebih tinggi daripada pendapatan dari PT. Bakrie Pasaman Plantation (PTBPP). Tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan PTPN VI sebanyak 772 karyawan, sedangkan tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan PTBPP sebanyak Tenaga kerja sangat berperan dalam meningkatkan produksi kebun plasma dan sangat berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu perbedaan waktu, tempat, situasi, obyek permasalahan yang diteliti dan beberapa metode analisis yang digunakan. Obyek penelitian yang diteliti yaitu difokuskan kepada 18

35 para pengrajin tahu yang menjadi anggota Primkopti Jakarta Selatan. Obyek penelitian dilakukan dengan membandingkan tingkat pendapatan antara pengrajin tahu yang memproduksi dalam jumlah kecil dengan yang memproduksi dalam kapasitas besar. Penelitian terdahulu dijadikan sebagai referensi dan perbandingan dengan penelitian ini. Perbandingan tingkat pendapatan antar usaha, keuntungan, faktor-faktor produksi dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. 19

36 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritik Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya ( Rasio R/C) Menurut Gaspersz (2000), penerimaan total didefinisikan sebagai total uang yang dibayarkan kepada produsen untuk suatu produk dan dihitung sebagai perkalian antara harga produk (P) dan kuantitas produk yang diminta (Q) serta dinotasikan sebagai total revenue (TR). Perhitungan TR menggunakan formula : TR = P x Q. Tentang definisi biaya Putong (2003) mendefinisikan bahwa biaya (cost) adalah segala pengeluaran yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan dimasa yang akan datang, dalam pengertian ekonomi biaya tidak lain adalah investasi. Biaya dapat digolongkan dalm dua jenis, yaitu; pertama, biaya eksplisit yaitu segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka mendapatkan faktor-faktor produksi. Kedua, biaya implisit (tersembunyi), yaitu semua biaya taksiran yang dimiliki oleh faktor produksi apabila digunakan. Tentang pengendalian dan kategori biaya menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dalam Rony (1990), biaya atau cost adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar menukar ataupun melalui pemberian jasa. Sedangkan ongkos atau expense adalah pengeluaran untuk memperoleh pendapatan. Biaya produksi dikatagorikan menjadi tiga jenis biaya yakni ;

37 a. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost) Suatu biaya produksi disebut sebagai biaya bahan baku langsung bila bahan tersebut merupakan bagian intergral, dapat dilihat atau diukur secara jelas dan mudah serta ditelusuri baik fisik maupun nilainnya dalam ujud produksi yang dihasilkan. b. Biaya Buruh Langsung (Direct Labor Cost) Suatu biaya produksi disebut biaya buruh langsung bila biaya itu dikeluarkan atau dibebankan karena adanya pembayaran upah kepada buruh yang langsung ikut serta bekerja dalam membentuk produksi akhir. Biaya ini dapat ditelusuri secara jelas diukur dengan waktu yang dipergunakan dalam keikutsertaannya secara langsung membentuk produk akhir c. Biaya Pabrik Lainnya (Factory Overhead Cost) Kelompok biaya ini adalah semua biaya pabrik yang bukan bahan baku langsung dan buruh langsung yang timbul dan dibebankan terhadap pabrik karena baik sebagian bagian yang memiliki eksistensi dalam produksi akhir maupun hanya memberikan pelayanan guna menunjang, memperlancar, mempermudah atau sebagai penggerak kegiatan itu sendiri Fungsi Produksi Menurut Soekartawi (2003), fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Fungsi produksi mempunyai sifat-sifat seperti fungsi utility. Jika input bertambah, output juga meningkat. Tambahan input pertama akan memberikan tambahan output yang 21

38 lebih besar dibanding dengan tambahan output yang disebabkan oleh tambahan input berikutnya. Sifat ini disebut low of diminishing returns. Secara grafis, ceteris paribus, fungsi produksi dengan argumen (tenaga kerja) saja (diasumsikan bahwa K tetap), Q (L), adalah pada Gambar 1. Q Q = f(l) 0 L Gambar 1. Sifat Fungsi Produksi Keterangan : Q = Jumlah Output L = Jumlah Tenaga Kerja K = Jumlah Modal Secara matematis, sifat fungsi naik (jika input bertambah maka output bertambah) diindikasikan dengan turunan pertama Q terhadap L adalah positif. Sedangkan sifat kenaikan yang menurun (menggambarkan low of diminishing returns) diindikasikan dengan turunan kedua Q terhadap L negatif. Menurut Soekartawi (2002), hubungan fisik antara input dan output disebut sebagai fungsi produksi. Penggunaan input (X) akan menambah output (Y) atau produksi. Hubungan fisik antara X dan Y sering disebut dengan istilah factor relationship (FR). FR dapat dituliskan sebagai berikut : Y = f (X 1, X 2,X 3,,X n ) 22

39 Berdasarkan persamaan di atas, produsen dapat melakukan tindakan yang mampu meningkatkan produksi dengan cara sebagai berikut : a. Menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan; atau b. Menambah jumlah beberapa input (lebih dari satu) dari input yang digunakan. Bila produsen akan melakukan tambahan satu input untuk meningkatkan produksi, maka persamaannya dapat ditulis sebagai berikut: Y = f( X 1 +ΔX 1, X 2,X 3, X n ) ΔX 1 = tambahan dari X 1 Persamaan di atas dapat dikatakan bahwa Y dipengaruhi oleh X, atau tambahan X 1 (ΔX 1 ) dengan syarat-syarat X 2, X3, Xn adalah tetap (ceteris paribus). Selanjutnya bila lebih dari satu input yang ditambahkan, maka persamaannya dapat ditulis sebagai berilut : Y = f [(X 1 +ΔX 1 ), (X 2 +ΔX 2 ), (X 3 +ΔX 3 ), X n )]. Penjelasan hubungan satu input (X 1, atau X 2 ) dengan satu output, Y, atau Y = f(x). Hubungan Y dan X dapat terjadi dalam tiga situasi yaitu : a. Bila produk marginal konstan, b. Bila produk marginal menurun, dan c. Bila produk marginal naik. Tambahan satu satuan input x yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu satuan output,y, disebut dengan istilah produk marginal (PM). PM dapat diltulis dengan rumus : PM = ΔY/ΔX. Apabila PM konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit input, X, dapat menyebabkan tambahan satu satuan unit output, Y, secara proporsional. Bila terjadi peristiwa tambahan satu 23

40 satuan unit input, X, menyebabkan satu satuan unit output Y, yang menurun atau decreaing productivity, maka PM akan menurun. Selanjutnya bila penambahan satu satuan unit input, X, yang menyebabkan satu satuan unit output, Y, yang semakin menaik secara tidak proporsional. Peristiwa ini disebut dengan produktivitas yang menaik atau increasing productivity, dalam keadaan demikian maka PM juga semakin menaik. Mengaitkan produk marginal (PM), produk rata-rata (PR), dan produk total (PT), maka hubungan input dan output akan lebih informatif. Artinya dengan cara seperti itu, akan dapat diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga akan diketahui apakah proses produksi yang sedang berjalan dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau sebaliknya. Elastisitas produksi (e p ) adalah presentase peubahan dari output sebagai akibat dari presentase perubahan dari input. E p dapat ditulis melalui rumus sebagai berikut : Δ Y ΔX e p = / Y X atau e ΔY X p =. ΔX Y Karena ΔY/ΔX adalah PM, maka besarnya e p tergantung dari besar kecilnya PM dari suatu input, misalnya input X. Hubungan PM dan PT dapat dilihat Gambar 2 yang menjelaskan bahwa : a. Bila PT tetap menaik, maka nilai PM positif; b. Bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol; c. Bila PT sudah mulai menurun, maka nilai PM menjadi negatif; dan d. Bila PT menaik pada tahap increasing rate, maka PM bertambah pada decreasing rate. 24

41 Output (unit) Y Daerah I Daerah II Daerah III Output (PT) PR Input (unit) Q PM Gambar 2. Tahapan Suatu Proses Produksi Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat pada Gambar 2. PR didefinisikan sebagai perbandingan antara PT per jumlah input, maka rumus untuk mencari PR adalah sebagai berikut : PR = Y/X. Sehingga hubungan PM dan PR dapat dicari, antar lain : a. Bila PM lebih besar dari PR, maka posisi PR masih dalam keadaan menaik. b. Sebaliknya, bila PM lebih kecil dari PR, maka posisi PR dalam keadaan menurun. c. Bila PM sama dengan PR, maka PR dalam keadaan maksimum. Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya e p, maka dapat pula dilihat pada Gambar 2, bahwa : a. e p = 1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR sama dengan PM-nya. 25

42 b. Bila PM = 0 dalam situasi PR sedang turun, maka e p = 0. c. e p > 1 bila PT menaik pada tahapan increasing rate dan PR juga menaik di daerah 1. Di daerah ini masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambahkan. d. Nilai 1 > e p > 0, maka tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa ini terjadi di daerah II, dimana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap menaik pada tahapan decreasing rate. e. Nilai e p < 0 yang berada di daerah III; pada situasi yang demikian PT dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan menurun. f. Situasi e p < 0 maka setiap upaya untuk menambah sejumlah input tetap akan merugikan bagi produsen yang bersangkutan Model Fungsi Produksi Menurut Soekartawi (2002) Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan, (Y), dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan, (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Kelebihan fungsi Cobb-Douglas yang banyak dipakai dalam penelitian, yaitu: a. Penyelesaian fugsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, misalnya pada fungsi kuadratik. 26

43 b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. c. Besaran elastisitas sekaligus menunjukkan tingkat besaran retrurns to scale. Fungsi Cobb-Douglas selain mempunyai kelebihan juga mempunyai beberapa kelemahan yang terletak pada permasalahan pendugaan yang melibatkan kaidah metode kuadrat terkecil. Secara umum kelemahan fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut: a. Spesifikasi variabel yang keliru. b. Kesalahan pengukuran variabel. c. Bias terhadap variabel manajemen. d. Masalah multikolinearitas yang sulit dihindarkan. e. Data yang dipakai merupakan limitasi yang tidak kalah pentingnya dalam penggunaan fungsi Cobb-Douglas. Misalnya, bila data cross section yang dipakai maka data tersebut harus mempunyai variasi yang cukup. Secara sistematik, fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan seperti persamaan sebagai berikut : b1 b2 bi Y = a X X X i bn X n u e = a bi X i u e Fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka : Y = f(x 1, X 2,...X i,...x n ), Y = Variabel yang dilelaskan X = Variabel yang menjelaskan a,b = Besaran yang akan diduga 27

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan)

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan) ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan) Oleh RAHMAD MUSTOFA A 14105589 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SISTEM KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

ANALISIS PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SISTEM KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT ANALISIS PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SISTEM KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Kasus Pola Kemitraan di PT. Perkebunan Nusantara VI dan PT. Bakrie Pasaman Plantation, Kabupaten Pasaman

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A14103125 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHA TEMPE DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER

DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHA TEMPE DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHA TEMPE DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER (Studi Kasus di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) SILMY AMALIA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT ( Studi : PT Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (Di Perkebunan Cisalak Baru-Bantarjaya, Kabupaten Lebak)

ANALISIS KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (Di Perkebunan Cisalak Baru-Bantarjaya, Kabupaten Lebak) ANALISIS KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (Di Perkebunan Cisalak Baru-Bantarjaya, Kabupaten Lebak) Oleh : ASTRID INDAH LESTARI A14103027 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH Oleh : FITRI MEGA MULIANTI A14104042 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini berisi tentang perkembangan oleokimia dan faktor apa saja yang memengaruhi produksi olekomian tersebut. Perkembangan ekspor oleokimia akan

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan.  [10 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan komoditas kedelai, khususnya peranan kedelai sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat. Tidak hanya itu, kedelai juga ditinjau

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh: RONI A 14105600 PROGRAM SARJANA EKTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN RONI, Dampak Penghapusan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah) Oleh

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI. Oleh : Ridwan Lutfiadi

ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI. Oleh : Ridwan Lutfiadi ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Ridwan Lutfiadi ABSTRACT Bekasi area is quite appropriate for the development of fruit and plantation

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Produksi Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1. Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Sejarah masuknya kacang kedelai ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti namun kemungkinan besar dibawa

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan permasalahan yang telah teridentifikasi, disintesakan (dirangkum), dibatasi, dan ditetapkan menjadi tiga pokok permasalahan (faktor),

Lebih terperinci

Oleh : EBRINEDY HALOHO A

Oleh : EBRINEDY HALOHO A ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA. Oleh : WAWAN KURNIAWAN A

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA. Oleh : WAWAN KURNIAWAN A ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA Oleh : WAWAN KURNIAWAN A14105620 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI KAYU GERGAJIAN (Sawn Timber ) HUTAN RAKYAT (Kasus Pada CV Sinar Kayu, Kecamatan Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor)

ANALISIS BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI KAYU GERGAJIAN (Sawn Timber ) HUTAN RAKYAT (Kasus Pada CV Sinar Kayu, Kecamatan Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor) ANALISIS BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI KAYU GERGAJIAN (Sawn Timber ) HUTAN RAKYAT (Kasus Pada CV Sinar Kayu, Kecamatan Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor) Oleh : DIAN PERMATA A 14105529 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONES SIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWA ARAN OLEH I MADE SANJAYA H14053726 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PROYEKSI

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

Aulia Noviandi Barus A

Aulia Noviandi Barus A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PENILAIAN EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN SYARIAH BAGI USAHA KECIL PADA BMT DANA INSANI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROPINSI YOGYAKARTA Aulia Noviandi Barus A14104054

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan output dengan berbagai kombinasi input dan teknologi terbaik yang tersedia (Nicholson,

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL.

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL. PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL Oleh : DEDY MARETHA A14104530 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A.14102695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat SURANTO WAHYU WIDODO A14104051 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

OLEH MAYA ROSMAYATI H

OLEH MAYA ROSMAYATI H PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (Kasus : UKM Kerupuk di Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jabar) OLEH MAYA ROSMAYATI H 14104057 DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARATIF PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS KOMPARATIF PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO ANALISIS KOMPARATIF PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Oleh : Fitri Kisworo Wardani H0808102

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai tantangan, baik dari faktor internal ataupun eksternal (Anonim, 2006a). Terkait dengan beragamnya

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PABRIK KARET CRUMB RUBBER

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PABRIK KARET CRUMB RUBBER ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PABRIK KARET CRUMB RUBBER (CR) PERKEBUNAN SUKAMAJU, PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, SUKABUMI Oleh : Ikhsan Saudy Syam A 14101613 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan dilakukannya proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI

PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI (Kasus: Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat) OLEH:

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP AGLAONEMA HIBRIDA LOKAL (Kasus Konsumen Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan) OLEH:

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP AGLAONEMA HIBRIDA LOKAL (Kasus Konsumen Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan) OLEH: ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP AGLAONEMA HIBRIDA LOKAL (Kasus Konsumen Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan) OLEH: NISA SOFIANI A 14105582 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR Titik Hidayati A14102584 PROGRAM STUDI SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING UNTUK USAHA KECIL PENGOLAHAN KACANG ( STUDI KASUS DI PD. BAROKAH CIKIJING MAJALENGKA JAWA BARAT) Oleh: FARIDA WIDIYANTHI A14104549 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen PERILAKU KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

Lebih terperinci