KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA DALAM EKSTRAKTOR TANGKI BERPENGADUK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA DALAM EKSTRAKTOR TANGKI BERPENGADUK"

Transkripsi

1 INO TEKNIK Volume 6 No., esember 5 (8 9) KOEIIEN PERPINAHAN MAA ALAM EKTRAKTOR TANGKI BERPENGAUK Muthia Elma 1 Abstrak liquid-liquid extraction in a mixer tank was widely used to reach a certain mass transfer rate. Mass transfer rate in a mixer tank extractor is declared as mass transfer coefficient. This research intends to learn how mass transfer coefficient does in a mixer tank extractor and variables that influence mass transfer coefficient. etermination of mass transfer coefficient in a mixer tank extractor is a function of mixer rate and characteristic of physical system. This system study about water acetic acid methyl acetic between CMC as a phase concentration in a solvent. The influences of variable to mass transfer coefficient in a equation of nondimention group is; h= Re.8 ch or whirlmixer, rate is between 1 to circle/s and solvent viscosity is between 1 to 6.18 cp, and for whirlreynold, rate is between 5 to 1 and whirlchmidt is between to 6.7. Keywords mixer tank, mass transfer coefficient, mixing rate, solvent, viscosity PENAHULUAN Ekstraktor cair-cair digunakan bila pemisahan dengan operasi lainnya tidak tercapai, seperti destilasi, evaporasi, kristalisasi dan lain-lain. Ekstraksi caircair dapat terjadi dalam tangki berpengaduk dan dalam kolom ekstraksi (Bernasconi, dkk, 1995). Ekstraktor cair-cair dalam tangki berpengaduk telah diterapkan secara luas untuk mencapai laju perpindahan massa tertentu. Laju perpindahan dalam bebrapa proses perpindahan dipengaruhi oleh luas kontak, efektivitas gaya penggerak dan koefisien perpindahan (Hanson, 1971). Laju perpindahan massa dalam ekstraktor berpengaduk dinyatakan dalam koefisien perpindahan massa. Koefisien perpindahan massa dipengaruhi oleh sifat fisis system, bentuk geometri tangki, geometri pengaduk dan kecepatan pengadukan (Lewis, 195). Ekstraktor berpengaduk sering digunakan dalam ekstraksi cair-cair, ekstraktor jenis ini mempunyai keunggulan sebagai berikut (Kung dan Beckmann, 1961): 1. Efisiensi volumetric yang tinggi. Konstruksi yang kuat 3. Biaya pembuatan relative murah. apat di scale-up pada diameter yang lebih besar tanpa penurunan efisiensi. Perancangan alat ekstraksi cair-cair tangki berpengaduk sangat bergantung pada efektifnya pengadukan untuk mencapai laju perpindahan massa 1 taff Pengajar Program tudi Teknik Kimia akultas Teknik Unlam Banjarmasin 8

2 Muthia Elma, Koefisien Perpindahan Massa dalam tertentu. alam hal ini laju perpindahan massa dinyatakan dengan koefisien perpindahan massa. Koefisien perpindahan massa dipengaruhi oleh sifat fisis system, bentuk geometri tangki, geometri pengaduk dan kecepatan pengaduk. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang koefisien perpindahan massa, dilakukan ekstraksi cair-cair yang terjadi dalam tangki berpengaduk dan akan diperoleh manfaat yaitu bertambahnya data tentang perpindahan massa. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari koefisien perpindahan massa dalam ekstraktor berpengaduk dan mempelajari hubungan koefisien perpindahan massa dengan variablevariabel yang mempengaruhinya. Ruang lingkup penelitian ini adalah kecepatan pengadukan dan sifat fisis system. KAJIAN TEORITI Ekstraksi Cair-cair Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan suatu komponen dari fasa cair ke fasa cair lainnya. Operasi ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap (Laddha, 1976) : 1. Kontak antara pelarut (solvent) dengan fasa cair yang mengandung komponen yang akan diambil (solute), kemudian solute akan berpindah dari fasa umpan (diluent) ke fasa pelarut (solvent).. Pemisahan dua fasa yang tidak saling melarutkan yaitu fasa yang banyak mengandung pelarut disebut fasa ekstrak dan fasa yang banyak mengandung umpan disebut fasa rafinat. Untuk ekstraksi yang baik, pelarut yang digunakan harus memenuhi criteria sebagai berikut (Cusack, 1996): 1. Kemampuan tinggi untuk melarutkan komponen di dalam campuran.. Kemampuan tinggi untuk dapat diambil kembali. 3. Perbedaan berat jenis antara ekstrak dalam rafinat lebih besar.. Pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah dicampur. 5. Harus tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi. 6. Harus tidak mudah merusak alat secara korosi. 7. Tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harga relative murah. Alat ekstraksi cair-cair terbagi atas alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu. Ekstraktor cair-cair tak kontinu yang sederhana digunakan misalnya untuk mengolah bahan dalam jumlah kecil atau bila hanya dilakukan sekali-sekali. edangkan ekstraktor cair-cair kontinu digunakan bila bahan ekstraksi yang harus dipisahkan dalam jumlah besar atau bila bahan tersebut diperoleh dari proses-proses sebelumnya secara terusmenerus (Bernasconi,dkk, 1995). Perpindahan Massa Proses perpindahan massa pada operasi ekstraksi dari fasa rafinat ke fasa ekstrak mengikuti mekanisme difusi antar fasa. Teori dua film dapat digunakan untuk menjelaskan mekanisme perpindahan massa solute (B) dari fasa umpan ke pelarut. Teori tersebut menjelaskan bahwa perpindahan massa B di mulai dari badan utama fasa cair pertama ke batas antar faas dan perpindahan massa B dari batas antar fasa ke badan utama fasa cair kedua (Laddha, 1976).

3 86 INO TEKNIK, Volume 6 No., esember 5 Bila fasa cair pertama atau fasa umpan disebut feed () dan fasa cair kedua solvent () maka mekanisme perpindahan massa zat terlarut B (solute) dari fasa ke fasa dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini. C feed C i film film C i Cs solvent Gambar 1. Gradien konsentrasi yang terjadi antara fasa dan fasa Laju perpindahan massa B dari fasa umpan () ke badan antar fasa dalam keadaan unsteady di tulis sebagai berikut (Lewis, 195): N B k ( C Ci )..(.1) an laju perpindahan massa B dari batas antar fasa ke fasa pelarut () adalah: N B k ( C Ci)..(.) Laju perpindahan massa B pada kondisi unsteady: V dc N B A dt..(.3) A engan a V Eliminasi N B pada persamaan (.) dan (.3) diperoleh persamaan koefisien perpindahan massa fasa pelarut pada kondisi unsteady state, dapat ditulis: dc 1 k a.....(.) C C dt atau d ka,33 logc C..(.5) dt ari hasil perhitungan persamaan (.5) diperoleh nilai k a, kemudian menentukan hubungan nilai k a terhadap peubah-peubah yang mempengaruhinya di dalam kelompok tidak berdimensi. ecara matematis, hubungan antar peubah dapat ditulis: k a f (,,,,,,.(.6),, N, H, B) i t Penurunan nilai k a terhadap peubah yang mempengaruhinya dapat di lihat pada keterangan di bawah ini: Penentuan hubungan antar kelompok tak berdimensi cara Bucingham (oust, 1985): k a f (,,,,,,,, N, H, B) i t 1 = K (k a) ( ) C ( ) C3 () C ( ) C5 (N) C6 ( i ) C7 ( ) C8 ( ) C9 ( ) (B) 1 (H) A k a = k s = (cm/s) (cm /cm 3 ) V = s -1 = T -1 = = gr/cm 3 = ML -3 = = gr/(cm.s) = ML -1 T -1 = cm /s = L T -1 = gr/s = MT - N = s -1 = T -1 1 = K (T -1 ) (ML -3 ) C (ML -3 ) C3 (MT - ) C (L T -1 ) C5 (T -1 ) C6 (L) C7 (L) C8 (ML -1 T -1 ) C9 (ML -1 T -1 ) (L) 1 (L) Untuk system M L T : M = C +C 3 +C +C 9 +C 1...(a) L = -3C -3C 3 +C 5 +C 7 +C 8 - C 9 -C 1 +C 11 +C 1.(b) T = -C 1 -C -C 5 -C 6 -C 9 -C 1 (c) Ada 1 bilangan tak diketahui dengan 3 persamaan akan diperoleh 9 kelompok tak berdimensi (1 3 = 9).

4 Muthia Elma, Koefisien Perpindahan Massa dalam ipilih 3 bilangan bebas untuk menyatakan 6 bilangan lainnya. Bilangan bebas adalah bilangan yang determinannya. ipilih : C 3, C 5 dan C C 1 = 1 C, C, C 6, C 8, C 9, C 1, C 11 dan C 1 Persamaan (1) : = +C C 3 = Persamaan () : = C 5 +C 7 Persamaan (3) : C 5 = -1 = (-1) + C 7 C 7 = k ai 1 engan cara yang sama diperoleh: N i 3 5 t 6 i B 7 i C C 5 C6 C7 C 3 H 8 i C8 ehingga diperoleh hubungan kelompok antar tak berdimensi sebagai berikut: k ai B i C C7 K C H i N i C 5 C8 t i C3 C6.(d) Untuk sifat fisis fasa umpan, bentuk geometri tangki dan diameter pengaduk tetap, maka persamaan (d) menjadi: k ai C 5 K C N i C..(e) k ai Bilangan herwood merupakan fungsi dari bilangan Reynold dan chmidt, maka persamaan (e) dapat ditulis: ka i N = K i 1 atau h = K 1 Re ch C..(f)..(g) C

5 88 INO TEKNIK, Volume 6 No., esember 5 Bila dinyatakan dalam hubungan antar kelompok tidak berdimensi: ka B i i C C7 N =K i C H i C 5 C8 t i C3 C6..(.7) Untuk sifat fisis fasa umpan, bentuk geometri tangki dan diameter pengaduk tetap, maka persamaan (.7) menjadi: ka i C 5 N =K i C C..(.8) Bilangan herwood merupakan fungsi dari bilangan Reynold dan chmidt sehingga persamaan (.8) menjadi: ka i N =K i (.9) Atau h = K 1 Re ch C (.1) Untuk sifat fisis fasa pelarut tetap, maka persamaan (.1) menjadi: h = K Re C (.11) edangkan untuk kecepatan pengadukan tetap, maka persamaan (.1) menjadi: h = K 3 ch C engan K 3 = K 1 Re K = K 1 ch C (.1) (.13) (.1) Jika persamaan (.11) dan (.1) diselesaikan secara bersama, maka dapat ditulis: h = K (Re ch C ) C3 (.15) dengan K = K. K 3 (.16) K 1, K, K 3, K dan C 1, C, C 3 merupakan konstanta dalam persamaan kelompok tak berdimensi. Berbagai penelitian perpindahan massa dalam tangki berpengaduk telah banyak dilakukan sebelumnya, yaitu: Rushton, dkk. Menggunakan tangki dengan i / t =,5,67 dan viskositas fasa disfersi: 1, 5 dan 1 cp. ari penelitian ini diperoleh : C 1 =,833 ; C =,5 dan C 3 = 1 untuk kondisi steady state (Laddha, 1976). Gon eo, dkk (1987) menggunakan tangki berbaffle dengan system CCl benzene air dan t = 1 cm. Hasil penelitian ini diperoleh: C 1 =,7 ; C =,5 dan C 3 = 1 untuk kondisi steady state. Vanni dan Baldi (1993) menggunakan tangki berbaffle dengan system isobutanol asam propionate air dan volume tangki 1. cm 3. ari penelitian ini diperoleh: C 1 =,83 ; C =,3 dan C 3 = 1 untuk kondisi steady state.

6 Muthia Elma, Koefisien Perpindahan Massa dalam METOOLOGI PENELITIAN Prosedur Penelitian Tahap Pendahuluan 1. Membersihkan semua alat yang digunakan. Merangkai alat untuk proses ekstraksi dan titrasi 3. Membuat larutan Natrium Hidroksida M dan distandarisasi dengan larutan asam oksalat M. Menambahkan.5g CMC ke dalam air dengan volume tertentu untuk memperbesar viskositas air pada sifat fisis yang berbeda 5. Percobaan pendahuluan untuk mengetahui watak alat dan kisaran variabel Tahap Ekstraksi 1. ilarutkan asam asetat ke dalam larutan metal asetat dengan volume tertentu, kemudian diaduk.. Masukan campuran ke dalam tangki, kemudian ditambahkan air sebagai pelarut dengan kecepatan tertentu. 3. Jalankan pengaduk dengan kecepatan tertentu. etiap selang waktu tertentu pengadukan tertentu 5. Kemudian dipisahkan dalam corong pisah, diambil fasa ekstraknya untuk di titrasi. Tahap Titrasi 1. iambil sample fasa ekstrak hasil pemisahan dan ditambahkan 3 tetes indicator pp. asa ekstrak dengan larutan natrium Hidroksida sampai mencapai titik ekivalen yaitu di saat warna sample fasa ekstrak berubah 3. Titrasi fasa ekstrak dilakukan sampai konsentrasi fasa ekstrak tidak berubah. Tahap ekstraksi dan titrasi ini diulangi untuk waktu dan kecepatan pengadukan yang berbeda pada sifat fisis yang tetap 5. Tahap ekstraksi dan titrasi ini dilakukan pula untuk waktu dan sifat fisis yang berbeda pada kecepatan pengadukan yang tetap Analisa Hasil Asam asetat yang telah diekstraksi dengan pelarut ai atau fasa ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi di hitung konsentrasinya dengan cara: 1. Mengambil sample ekstrak sebanyak 1 ml. Menambahkan sebanyak 3 tetes indicator pp (Phenol Ptalein) ke dalam sample sebelum di titrasi. 3. Melakukan titrasi terhadap sample dengan menggunakan NaOH M sample terjadi perubahan warna sample ekstrak.. Membaca jumlah volume NaOH yang terpakai untuk menitrasi ekstrak. 5. Menghitung konsentrasi ekstrak dengan rumus pengenceran V 1. M 1 = V. M (3.1) dimana : V 1 : Jumlah volume NaOH M 1 : Jumlah volume ekstrak V : Konsentrasi NaOH M : Konsentrasi ekstrak etelah diketahui konsentrasi fasa ekstrak dilakukan analisa sifat fisis pelarut (air) sebelum digunakan, yaitu: 1. ensitas a. Membersihkan dan me-ngeringkan piknometer b. Menimbang piknometer kosong

7 9 INO TEKNIK, Volume 6 No., esember 5 c. Mengisi piknometer dengan aquadest sampai penuh d. Menimbang piknometer yang berisi aquadest e. Membaca densitas aquadest pada suhu kamar dari literature f. Membersihkan dan me-ngeringkan piknometer g. Mengisi piknometer dengan air sampai penuh h. Menimbang piknometer yang berisi air i. engan perhitungan di bawah ini diperoleh densitas air: berat bahan bahan x aquadest (3.) berat aquadest. Viskositas a. Membersihkan viskositas menggunakan pelarut yang cocok dan setelah bersih, keringkan, biarkan udara masuk melalui instrument tersebut untuk meng-hilangkan bekas terakhir dari pelarut. b. Isi viscometer dengan sample ekstrak melalui tabung G memasuki reservoir yang bawah, masukkan sample secukupnya hingga level antara garis J dan K c. Tempatkan viscometer di atas penyangga atau di pegang dan pasangkan sampai temperature kamar konstan, tegakkan viscometer dalam ruangan jika penyangga tidak bisa digunakan d. ediakan kira-kira menit untuk sample mencapai temperature kamar e. Letakkan jari di atas tabung B dan hisap tabung A sampai liquid mencapai pertengahan bulb C. Lepaskan isapan dari tabung A, lepaskan jari dari tabung B dan segera tempatkan ke atas tabung A, lepaskan sample turun dari bawah dan dari kapiler ke bulb I. Kemudian lepaskan jari dan hitung efflux timenya. f. Untuk menghitung efflux time, biarkan liquid sample mengalir turun dengan bebas sampai tanda, pengukuran waktu di mulai saat liquid sample melewati dari tanda ke tanda. Metoda pengolahan data ata percobaan yang diperoleh meliputi kecepatan pengadukan dan sifat fisis system. ungsi kecepatan pengadukan Persamaan (.1) di evaluasi dengan cara kuadrat terkecil sehingga dapat di tulis:y 1 = K =. X 1 (3.3) ungsi sifat fisis system Persamaan (.13) di evaluasi dengan cara kuadrat terkecil sehingga dapat di tulis: Y = K 3=. c X..(3.) K, K 3, C 1 dan C merupakan konstantakonstanta persamaan (.1), (.13), (.15), (.16), (3.3) dan (3.) yang di evaluasi dengan cara kuadrat terkecil. Hasil HAIL AN PEMBAHAAN ari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data-data sebagai berikut: t : 1 cm i : 5 cm Z A : cm W A : 1 cm W B : 1 cm H :.65 cm V : 5 cm 3 1. Variasi kecepatan pengadukan Volume air : 3 cm 3 Volume metal asetat : 15 cm 3 Volume asam asetat : 75 cm 3 Tekanan ekstraksi : 1 atm

8 Cs (M) Muthia Elma, Koefisien Perpindahan Massa dalam uhu ekstraksi : 3 C ensitas fasa pelarut : 1 g/cm 3 Viskositas fasa pelarut: : 1 cp Tabel 1 Variasi kecepatan pengadukan Kece. Pengadukan (put/det) Waktu (det) Volume NaOH (cm 3 ) Konsentrasi asam asetat (M) Efflux time (det) Variasi sifat fisis Kecepatan pengadukan : put/det uhu ekstraksi : 3 C Tekanan ekstraksi : 1 atm Volume tangki : 5 cm 3 Tabel Variasi sifat fisis dengan kecepatan pengadukan put/det Viskositas (cp) Waktu (det) Volume NaOH (cm 3 ) Konsentrasi asam asetat (M) Efflux time (det) ifusivitas asam asetat dalam air ( ) s : factor assosiasi air =.6 M s : berat molekul air = 18 s : viskositas air = 1 cp V A : volume molar asam asetat = 5. cm 3 /gmol T : temperature operasi = 3 C = 33 K 7.x x1 Pembahasan 5 M V.5 s s.6 s A Pengaruh kecepatan pengadukan Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap koefisien perpindahan massa dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3 Pengaruh kecepatan pengadukkan terhadap koefisien perpindahan massa No Keterangan 1. Konsentrasi asam asetat setimbang. Koefisien perpindahan massa 3. Bilangan Reynold. Bilangan herwood (x 1 5 ) T Kecepatan pengadukan ekstraksi (put/det) t (det) Gambar. Hubungan waktu ekstraksi terhadap konsentrasi asam asetat pada variasi kecepatan pengadukan

9 Log h Ksa Cs (M) 9 INO TEKNIK, Volume 6 No., esember N (put/det) Gambar 3. Hubungan kecepatan pengadukan terhadap konsentrasi Gambar. Hubungan bilangan Reynold terhadap koefisien per-pindahan massa Re Log Re Gambar 5. Hubungan log bilangan Reynold terhadap log bilangan herwood Berdasarkan hasil penelitian yang ditampilkan pada Gambar terlihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi dengan kenaikan rata-rata detik sampai waktu setimbang yaitu 7 detik (1 menit), maka konsentrasi asam asetat meningkat sampai waktunya telah setimbang (t ) adalah 1 menit. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap konsentrasi asam asetat dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 3. emakin tinggi kecepatan pengadukan, maka konsentrasi asam asetat yang diperoleh juga akan semakin tinggi. Pada penelitian ini kecepatan pengadukan optimum yang diperoleh adalah put/det. Pada kondisi ini konsentrasi yang diperoleh adalah maksimum walaupun kecepatan dinaikkan lebih dari put/det, maka konsentrasi yang diperoleh cenderung konstan. Pengaruh kecepatan pengadukan (N) terhadap koefisien perpindahan massa (k s a) dapat dilihat pada Gambar dan 5 yang merupakan fungsi bilangan Reynold (Re). emakin tinggi bilangan Reynold (5 sampai 1), maka koefisien perpindahan massa semakin tinggi (.16 sampai.58) dan bilangan herwood (h) juga semakin tinggi (.793 x 1 +5 sampai 9.13 x 1 5 ). Hasil optimum yang dicapai adalah pada Re = 1, pada kondisi ini nilai k s a =.58. Pada Re 1, maka nilai k s a dan h yang diperoleh cenderung konstan. ari Gambar 5 di atas didapatkan persamaan yang menyatakan hubungan antara bilangan herwood dan bilangan Reynold sebagai berikut : h = (Re)-.8 inilai nilai C 1 =.8 dan K = dan ralat rerata sebesar.653%. Pengaruh sifat fisis Pengaruh sifat fisis terhadap koefisien perpindahan massa dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

10 Ksa Cs (M) Cs (M) log h Muthia Elma, Koefisien Perpindahan Massa dalam Tabel Pengaruh sifat fisis ter-hadap koefisien perpindahan massa No Keterangan 1. Konsentrasi asam asetat setimbang (M). Koefisien perpindahan massa 3. Bilangan chmidt. Bilangan herwood (x 1 5 ) Kecepatan pengadukan ekstraksi (put/det) t (det) Gambar 6 Hubungan waktu ekstraksi terhadap konsentrasi asam asetat pada variasi sifat fisis Gambar 7 Hubungan viskositas terhadap konsentrasi cp ch Gambar 5.Hubungan bilangan chmidt terhadap koefisien perpindahan massa log ch Gambar 5.8 Hubungan log bilangan chmidt terhadap log bilangan herwood Berdasarkan Tabel. dan Gambar.5 terlihat bahwa semakin besar viskositas fasa pelarut, maka konsentrasi asam asetat sebagai ekstrak akan semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh semakin pekatnya fasa pelarut, sehingga ekstrak akan semakin sedikit terserap dari fasa umpan ke fasa pelarut. Pada saat viskositas pelarut sudah cukup tinggi sebesar 6.18 cp, konsentrasi asam asetat cenderung konstan. Pengaruh sifat fisis terhadap kosnentrasi asam asetat dapat dilihat pada gambar.6, semakin besar viskositas pelarut, maka konsentrasi asam asetat akan semakin kecil. Pengaruh sifat fisis terhadap koefisien perpindahan massa dapat dilihat pada Gambar.7 dan.8 yang merupakan fungsi bilangan chmidt (ch). emakin besar bilangan chmidt ( sampai ), maka koefisien perpindahan massa akan semakin kecil (.58 sampai.7) dan bilangan herwood (h) juga akan semakin kecil pula (9.13 x 1 5 sampai.7 x 1 5 ). Hasil optimum yang dicapai adalah pada ch = , pada kondisi ini nilai k s a =.58. ari Gambar.8 di atas diperoleh persamaan yang menyatakan hubungan antara bilangan herwood dan bilangan chmidt sebagai berikut: h = (ch) -.35

11 9 INO TEKNIK, Volume 6 No., esember 5 imana nilai C = -.35 dan K 3 = dengan ralat rerata.911 %. ari hasil perhitungan persamaan (.15) diperoleh : h = K (Re. ch C ) C3 engan nilai C 3 = 1 dan K = KEIMPULAN AN ARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan: 1. Peningkatan kecepatan pengadukan dapat memperbesar nilai koefisien perpindaham massa, sedangkan peningkatan sifat fisis system yaitu pada viskositas pelarut dapat memperkecil nilai koefisien perpindahan massa.. Pengaruh peubah-peubah terhadap koefisien perpindahan massa ditunjukkan dalam kelompok tak berdimensi sebagai berikut: h = Re.8 ch -.35 aran Untuk kisaran kecepatan pengadukan 1 sampai put/det dan viskositas pelarut 1 sampai 6.18 cp pada system air asam asetat metal asetat. Cusack, R. W., 1996, olve Waste Water With Liquid-Liquid Extraction, Chem. Eng. Prog., oust, 1985, Principle of Unit Operation, Jhon Willey & ons, New York. Gon eo, Y., Bo Park,., and Kook Lee, W., 1987, Mass Transfer in A Atirred Transfer Cell with A lat Interface, Korean J. of Chem. Eng., Hanson, C., 1971, Recent Advances in Liquid-Liquid Extraction, Pergamen Press Ltd., Keadington Hall, Oxpord. Kung, E. Y., and Beckmann, R. B., 1961, ispered Phase Hold Up in Extraction Column, AlChe Journal, 7, Laddha, G.., and egaleesan, T. E., 1976, Transport enomena in Liquid Extraction, Tata Mc Graw Hill Publishing Co. Ltd, New elhi. Lewis, J. B., 195, The Mechanism of Mass Transfer of olute Across Liquid-Liquid Interfaces: The etermination of Individual Mass Transfer Coeficient for Binary ystems, Chem. Eng. ci., 3, Vanni, M., and Baldi, G., 1993, Equilibrium and Kinetics Analysis of The Extraction of Propanoic Acid Water to Isobutanol, Chem. Eng. ci., 71, iperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan senyawa lain serta pelarut yang berbeda. ATAR PUTAKA Bernasconi, G., Gester, H., Hauser, H., and chneiter, E., 1995, Teknologi Kimia, Pradnya Paramita, Jakarta.

12

13 3 INO TEKNIK, Volume 6 No., esember 5

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE) EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN Dapat menerapkan prinsip perpindahan massa pada operasi pemisahan secara ekstraksi dan memahami konsep perpindahan massa pada operasi stage dalam kolom berpacking. II. III.

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR Candra Tri Kurnianingsih Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang,

Lebih terperinci

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada I. TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Memahami pemisahan berdasarkan ekstraksi asam asetat. 1.2 Menentukan harga koefisien distribusi senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur (ekstraksi cair - cair) II. DASAR

Lebih terperinci

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN 1. Mengenal dan memahami prinsip operasi ekstraksi cair cair. 2. Mengetahui nilai koefisien distribusi dan yield proses ekstraksi. 3. Menghitung neraca massa proses

Lebih terperinci

E K U I L I B R I U M ISSN : Vol. 11. No. 2. Halaman : Juli 2012

E K U I L I B R I U M ISSN : Vol. 11. No. 2. Halaman : Juli 2012 E K U I L I B R I U M ISSN : 1412-9124 Vol. 11. No. 2. Halaman : 57 61 Juli 2012 PENGARUH LAJU ALIR PELARUT DAN TINGGI TUMPUKAN BAHAN TERHADAP NILAI KOEFISIEN TRANSFER MASSA VOLUMETRIS (k c a) PADA PROSES

Lebih terperinci

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR Materi kuliah OTK 3 perisa istantina EKTRKI CIR-CIR Peserta kuliah harus membawa: 1. kertas grafik milimeter 2. pensil/ballpoint berwarna 3. penggaris Pustaka: Foust,.., 1960, Principles of Unit Operation,

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Mixing : Ir. Gatot Subiyanto, M.T. Tanggal Praktikum : 03 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 10 Juni 2014 (Laporan)

Lebih terperinci

Ngatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN

Ngatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN 181 PENGARUH WAKTU KNTAK DAN PERBANDINGAN FASA RGANIK DENGAN FASA AIR PADA EKSTRAKSI URANIUM DALAM LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN EKSTRAKTAN DI-2-ETIL HEKSIL PHSPHAT Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M.

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai konstanta dalam peristiwa adsorbsi dari larutan asam asetat oleh karbon aktif pada suhu konstan. I.2. Dasar

Lebih terperinci

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks.

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks. ABSTRAK Pengadukan (agitation) merupakan suatu operasi yang menimbulkan gerakan pada suatu bahan (fluida) di dalam sebuah tangki, yang mana gerakannya membentuk suatu pola sirkulasi. Salah satu sistem

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA I. TUJUAN

Lebih terperinci

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan Yoga Saputro, Sigit Girindra W Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

MODEL PERPINDAHAN MASSA SISTEM CAIR-CAIR DALAM TANGKI BERPENGADUK DENGAN PENDEKATAN TEORI LAPISAN FILM

MODEL PERPINDAHAN MASSA SISTEM CAIR-CAIR DALAM TANGKI BERPENGADUK DENGAN PENDEKATAN TEORI LAPISAN FILM MODEL PERPINDAHAN MASSA SISTEM CAIR-CAIR DALAM TANGKI BERPENGADUK DENGAN PENDEKATAN TEORI LAPISAN FILM Zainal Abidin, Wahyuningsih, Mohamad Endy Yulianto Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang

Lebih terperinci

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR Disusun oleh : 1. Juliana Sari Moelyono 6103008075 2. Hendra Setiawan 6103008098 3. Ivana Halingkar 6103008103 4. Lita Kuncoro 6103008104

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA PADA EKSTRAKSI MINYAK IKAN GATUL DENGAN PELARUT N-HEXANE

KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA PADA EKSTRAKSI MINYAK IKAN GATUL DENGAN PELARUT N-HEXANE KOEFISIEN PERPINHN MSS P EKSTRKSI MINYK IKN GTUL ENGN PELRUT N-HEXNE Setiyadi dan Ery Susiany R Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala SURBY b s t r a k Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: Tahap : Tahap Perlakuan Awal ( Pretreatment ) Pada tahap ini, biji pepaya dibersihkan dan dioven pada suhu dan waktu sesuai variabel.

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 Disusun oleh : Fika Rakhmalinda (1112016200003) Fikri Sholihah (1112016200028 ) Naryanto (1112016200018 ) PROGRAM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN : REGINA ZERUYA : J1B110003 : 1 (SATU) : SUSI WAHYUNI PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN NURUL ANGGRAHENY D NRP 2308100505, DESSY WULANSARI NRP 2308100541, Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Ali

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Rancangan penelitian yang dijalankan untuk memberikan alternatif sintesis pelumas dasar bio melalui proses esterifikasi asam lemak (asam karboksilat) berkatalis heterogen

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Ir Bambang Soeswanto MT Teknik Kimia - Politeknik Negeri Bandung Jl Gegerkalong Hilir Ciwaruga, Bandung 40012 Telp/fax : (022) 2016 403 Email

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. _Indra Wibawa Dwi Sukma_ _. 1. Pengertian Ekstraksi

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. _Indra Wibawa Dwi Sukma_ _. 1. Pengertian Ekstraksi _Indra Wibawa Dwi Sukma_0715041046_ EKSTRAKSI CAIR-CAIR 1. Pengertian Ekstraksi Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 0805034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN Tilupl Gambar A.1 Diagram Alir Metode Penelitian A-1 LAMPIRAN B PROSEDUR PEMBUATAN COCODIESEL MELALUI REAKSI METANOLISIS B.l Susunan Peralatan Reaksi metanolisis

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang mengandung unsurunsur karbon dan hidrogen. Di samping

Lebih terperinci

DISTRIBUSI UKURAN TETES DALAM KOLOM ISIAN (PACKED COLUMN)

DISTRIBUSI UKURAN TETES DALAM KOLOM ISIAN (PACKED COLUMN) DISTRIBUSI UKURAN TETES DALAM KOLOM ISIAN (PACKED COLUMN) Lucas 1, Justin Angelo Tany 1, Danu Ariono 2 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jalan Ciumbuleuit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji nyamplung dari cangkangnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN 31 LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN A. Prosedur Analisa Spektrofotometri untuk Logam Cu 1. Mengambil 1 ml larutan sampel, kemudian diencerkan sampai 100 ml dengan aquades. 2. Menambahkan 0,4 ml larutan karbamat

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui jenis pola alir dari proses mixing. 2. Mengetahui bilangan Reynolds dari operasi pengadukan campuran tersebut setelah 30 detik

Lebih terperinci

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) BAB V METODOLOGI 5.1. Pengujian Kinerja Alat yang digunakan Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) 1. Menimbang Variabel 1 s.d 5 masing-masing

Lebih terperinci

Proses Pengosongan Mixer Batch Larutan Cat Densitas 1,66; Viskositas 110 Cp; Volume Liter Ke Hopper Pengalengan Selama 20 Menit

Proses Pengosongan Mixer Batch Larutan Cat Densitas 1,66; Viskositas 110 Cp; Volume Liter Ke Hopper Pengalengan Selama 20 Menit TUGAS UNIT OPERASI II : MEKANIKA FLUIDA Proses Pengosongan Mixer Batch Larutan Cat Densitas 1,66; Viskositas 110 Cp; Volume 20000 Liter Ke Hopper Pengalengan Selama 20 Menit Disusun oleh : Kelompok 7 Abrar

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Mandalam & Palsson (1998) ada 3 persyaratan dasar untuk kultur mikroalga fotoautotropik berdensitas tinggi yang tumbuh dalam fotobioreaktor tertutup. Pertama adalah

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN MODUL 1.01 ABSORPSI Oleh : Fatah Sulaiman, ST., MT. LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.01 ABSORPSI I. Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM EKSTRAKSI PADAT CAIR TIPE UNGGUN TETAP

PEMODELAN SISTEM EKSTRAKSI PADAT CAIR TIPE UNGGUN TETAP Prosiding Seminar Nasional ISSN : 1410-5667 FUNDMENTL DN PLIKSI TEKNIK KIMI 00 Surabaya, 31 Oktober 1 November 00 PEMODELN SISTEM EKSTRKSI PDT CIR TIPE UNGGUN TETP Mahreni dan Sri Mulyani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH I. Tujuan Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H 2 C 2 O 4 2H 2 O II. Dasar Teori Reaksi asam basa

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL PRKTIKUM OPERSI TEKNIK KIMI II MODUL 2 EQUILIRIUM STILL LORTORIUM RISET DN OPERSI TEKNIK KIMI PROGRM STUDI TEKNIK KIM FKULTS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERN JW TIMUR SURY EQUILIRIUM STILL TUJUN Percobaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl 3

PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl 3 PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES ISSN : 111-1 PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl R. Yustiarni, I.U. Mufidah, S.Winardi, A.Altway Laboratorium Mekanika Fluida dan Pencampuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Rumusan Masalah I.3 Tujuan Instruksional Khusus I.4 Manfaat Percobaan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Rumusan Masalah I.3 Tujuan Instruksional Khusus I.4 Manfaat Percobaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perpindahan massa antar fase hampir dijumpai disetiap proses dalam teknik kimia, sebagai contoh : ekstraksi cair-cair, leaching, distilasi, absorbsi, pengeringan, dan

Lebih terperinci

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat I. Judul Percobaan Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & dalam Suasana Asam Kuat II. Tanggal Percobaan Senin, 8 April 2013 pukul 11.00 14.00 WIB III. Tujuan Percobaan Menentukan orde reaksi

Lebih terperinci

B T A CH C H R EAC EA T C OR

B T A CH C H R EAC EA T C OR BATCH REACTOR PENDAHULUAN Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Sejarah dan Perkembangan Furfural pertama kali diisolasi tahun 1832 oleh ilmuwan kimia jerman bernama Johan Dobreiner dalam jumlah yang sangat sedikit dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3.Manfaat Percobaan 1. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh variabel laju alir gas terhadap hold up gas (ε).

BAB I PENDAHULUAN. 1.3.Manfaat Percobaan 1. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh variabel laju alir gas terhadap hold up gas (ε). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor merupakan alat utama pada industri yang digunakan untuk proses kimia yaitu untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Reaktor dapat diklasifikasikan atas dasar

Lebih terperinci

1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). 2. Ammonia Holding Capacity (AHC) (Modifikasi Nurcahyani 2010).

1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). 2. Ammonia Holding Capacity (AHC) (Modifikasi Nurcahyani 2010). LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Metode Analisis Proksimat 1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). Pengujian WHC dilakukan dengan mengurangi berat bahan setelah ditambahkan air dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1. 2 Tujuan Percobaan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1. 2 Tujuan Percobaan BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Pada industri kimia proses pemisahan sangat diperlukan, baik dalam penyiapan umpan ataupun produk. Umumnya memisahkan dari campuran produk yang keluar dari reaktor. Berbagai

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Secara garis besar hasil hasil penelitian akan dibahas dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik, sehingga lebih mudah dalam menganalisa dan membahas baik secara

Lebih terperinci

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.

Lebih terperinci

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto Wusana Agung Wibowo Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof. Dr. Herri Susanto Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung, 20 Oktober 2009 Gasifikasi biomassa Permasalahan Kondensasi tar Kelarutan sebagian

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan bahan yang digunakan 5.1.1 Alat Tabel 4. Alat yang digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 5.1.2 Bahan Sendok Pipet

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI

EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI Adharatiwi Dida Siswadi dan Gita Permatasari Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058

Lebih terperinci

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL 144 LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL KELAS/KELOMPOK : KETUA KELOMPOK : ANGGOTA : UPI #PENDIDIKAN KIMIA AULIA WAHYUNINGTYAS #0706475 TUJUAN PERCOBAAN 1.

Lebih terperinci

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

Before UTS. Kode Mata Kuliah : Before UTS Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS Pertemuan Materi Submateri 1 2 3 4 Konsep dasar perpindahan massa difusional Difusi molekuler dalam keadaan tetap Difusi melalui non stagnan film 1.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara umum, penelitian yang dilakukan adalah pengujian laju korosi dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara umum, penelitian yang dilakukan adalah pengujian laju korosi dari BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Disain Penelitian Secara umum, penelitian yang dilakukan adalah pengujian laju korosi dari senyawa tanin sebagai produk dari ekstraksi kulit kayu akasia (Acacia mangium)

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II NAMA MAHASISWA : STAMBUK : KELOMPOK / KLS : LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 METODOLOGI PENELITIAN LAMPIRAN 1 METODOLOGI PENELITIAN L1.1 Flowchart Prosedur Penelitian L1.1.1 Flowchart Prosedur Analisa M-Alkalinity Mulai Dimasukkan 5 ml sampel ke dalam beaker glass Ditambahkan aquadest hingga volume

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Jason Mandela's Lab Report

Jason Mandela's Lab Report LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-4 KINETIKA ADSORPSI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner : - Dwi Ratih Purwaningsih - Krisfian Tata AP - E Devina S - Fajar Sidiq

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia mineral Puslit Geoteknologi LIPI Bandung. Analisis proksimat dan bilangan organik dilaksanakan di laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH POLUTAN ORGANIK TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA VOLUMETRIK OKSIGEN AIR PADA KOLOM GELEMBUNG

PENGARUH POLUTAN ORGANIK TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA VOLUMETRIK OKSIGEN AIR PADA KOLOM GELEMBUNG PENGARUH POLUTAN ORGANIK TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA VOLUMETRIK OKSIGEN AIR PADA KOLOM GELEMBUNG Firra Rosariawari Staf Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan/UPN Veteran Jatim ABSTRACT Mass Transfer

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah, BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat utama yang digunakan dalam penelitian pembuatan pulp ini adalah digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah,

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL.

STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL. No. Urut : 108 / S2-TL / RPL / 1998 STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL Testis Magister Okb: ANTUN HIDAYAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi tanaman rempah andaliman sebagai inhibitor korosi baja pada kondisi yang sesuai dengan pipa sumur minyak

Lebih terperinci

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc = DIAGRAM TERNER I. DASAR TEORI erdasarkan hukum fase Gibbs jumlah terkecil peubah bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan dilengkapkan sebagai : V = C

Lebih terperinci

BAB I DISTILASI BATCH

BAB I DISTILASI BATCH BAB I DISTILASI BATCH I. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Dapat melakukan percobaan distilasi batch dengan system refluk. 2. Tujuan Instrusional Khusus Dapat mengkaji pengaruh perbandingan refluk (R)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah : TRANSFER MASSA ANTAR FASE Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS ALAT-ALAT TRANSFER MASSA Perancangan alat transfer massa W A = W A = N A A jumlah A yang ditransfer waktu N A : Fluks molar atau massa

Lebih terperinci

PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI

PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI Penulis: Gayatri Ayu Andari NIM: 10513053 Kelas: K-01 Kelompok: 4 gayatriayuandari@yahoo.com Abstrak Ekstraksi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk proses

Lebih terperinci

PENENTUAN VISKOSITAS ZAT CAIR

PENENTUAN VISKOSITAS ZAT CAIR PENENTUAN VISKOSITAS ZAT CAIR A. Judul Percobaan : PENENTUAN VISKOSITAS ZAT CAIR B. Prinsip Percobaan Mengalirkan cairan pipa ke dalam pipa kapiler dari Viskometer Oswald dengan mencatat waktunya. C. Tujuan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 24 ISSN : 1411-4216 PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL Yanuar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di Laboratorium Kimia dan Biokimia, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Lampiran 1 Bagan alir penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Bagan alir penelitian Ampas Tebu Pencirian: Analisis Komposisi Kimia (Proksimat) Pencirian Selulosa: Densitas, Viskositas, DP, dan BM Preparasi Ampas Tebu Modifikasi Asetilasi (Cequeira

Lebih terperinci

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH J. Ris. Kim. Vol. 5, No. 2, Maret 12 OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH Imelda, Zaharasmi Kahar, Maria Simarmata, dan Djufri Mustafa Laboratorium

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 9 No. 2, Desember 2008 ( )

INFO TEKNIK Volume 9 No. 2, Desember 2008 ( ) INFO TEKNIK Volume 9 No. 2, Desember 2008 (112-116) Pengaruh Isian Jenis Bola Kaca terhadap Dinamika Tetes dan Koefisien Pindah Massa Ekstraksi Cair-Cair dalam Kolom Isian Agus Mirwan 1, Doni Rahmat Wicakso

Lebih terperinci

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari percobaan. 2. Menentukan konsentrasi dari NaOH dan Na 2 CO 3. 3. Mengetahui kegunaan dari titrasi dengan indikator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang

BAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang 43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Garis besar penelitian ini adalah pengujian potensi senyawa azo yang diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II DIAGRAM TERNER SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN Oleh : Nama : Ni Made Susita Pratiwi Nim : 1008105005 Kelompok : II Tanggal Praktikum : 9 April 2012 LABORATORIUM KIMIA FISIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PERCOBAAN 1. Variabel Penyerapan CO 2 memerlukan suatu kondisi optimal. Dalam penelitian ini akan dilakukan beberapa variasi untuk mencari kondisi ideal dan menghasilkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Gambar 1 Open Kettle or Pan JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Fenil Asetat Asam fenil asetat disebut dengan nama lain asam α-toluic, asam benzen asetat, asam alfa tolylic dan asam 2-fenil asetat (Wikipedia, 2012b). Asam fenil asetat

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu : 9 BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pembersihan kelapa sawit, kemudian dipanaskan

Lebih terperinci

EKSTRAKSI Th, La, Ce DAN Nd DARI KONSENTRAT Th LOGAM TANAH JARANG HASIL OLAH PASIR MONASIT MEMAKAI TBP

EKSTRAKSI Th, La, Ce DAN Nd DARI KONSENTRAT Th LOGAM TANAH JARANG HASIL OLAH PASIR MONASIT MEMAKAI TBP MV. Purwani, dkk. ISSN 0216 3128 47 EKSTRAKSI Th, La, Ce DAN Nd DARI KONSENTRAT Th LOGAM TANAH JARANG HASIL OLAH PASIR MONASIT MEMAKAI TBP MV Purwani, Suyanti dan Dwi Biyantoro P3TM BATAN ABSTRAK EKSTRAKSI

Lebih terperinci