PERFORMA DAN KEBERSIHAN DOMBA GARUT DENGAN PERLAKUAN PENCUKURAN DAN PEMELIHARAAN SECARA SEMI INTENSIF SKRIPSI MAYAGITA YUNIDAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERFORMA DAN KEBERSIHAN DOMBA GARUT DENGAN PERLAKUAN PENCUKURAN DAN PEMELIHARAAN SECARA SEMI INTENSIF SKRIPSI MAYAGITA YUNIDAR"

Transkripsi

1 PERFORMA DAN KEBERSIHAN DOMBA GARUT DENGAN PERLAKUAN PENCUKURAN DAN PEMELIHARAAN SECARA SEMI INTENSIF SKRIPSI MAYAGITA YUNIDAR DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN MAYAGITA YUNIDAR. D Performa Dan Kebersihan Domba Garut dengan Perlakuan Pencukuran dan Pemeliharaan Secara Semi Intensif. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, M.Si Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Moh. Yamin, MAgrSc Pencukuran merupakan salah satu manajemen rutin yang seharusnya diterapkan pada suatu peternakan baik bertujuan sanitasi maupun produksi bulu. Domba Garut merupakan domba lokal penghasil bulu sehingga diharapkan dengan pencukuran dapat meningkatkan sanitasi dan performa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari performa dan kebersihan Domba Garut dengan perlakuan pencukuran dan pemeliharaan secara semi intensif. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 8 minggu yaitu pada bulan Agustus 2010 hingga Oktober 2010 di peternakan domba milik PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. yang berada di Desa Tajur, Kecamatan Citeurep, Bogor. Ternak yang digunakan adalah Domba Garut sebanyak 24 ekor yang terdiri dari masing-masing 8 ekor domba jantan I 0, betina I 0, dan induk kering. Sebanyak 12 ekor domba dicukur yang terdiri dari masing-masing 4 ekor domba jantan I 0, betina I 0, dan induk kering. Sisa domba sebanyak 12 ekor yang tidak dicukur dijadikan kontrol. Bobot badan awal domba jantan dan betina I 0 yang digunakan adalah berkisar antara kg, sedangkan bobot badan domba induk kering berkisar antara kg. Pakan yang diberikan adalah rumput Brachiaria humidicola dan konsentrat (ransum komplit). Pakan hijauan diberikan ad libitum, untuk konsentrat diberikan dengan jumlah tertentu atau terbatas. Pakan konsentrat yang diberikan sebanyak 200 g untuk jantan I 0 dan betina I 0 serta sebanyak 300 g untuk induk kering. Pemberian konsentrat dilakukan pada pagi dan sore hari setelah digembalakan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial 2x3. Faktor yang dianalisa adalah pencukuran dan status fisiologis yang berbeda. Tiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Peubah yang diamati antara lain pertambahan bobot badan harian (PBBH), konsumsi pakan, konsumsi bahan kering, jumlah ektoparasit dan tingkat kebersihan ternak. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pencukuran dan status fisiologis (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan harian (PBBH). Konsumsi hijauan dan bahan kering hijauan berpengaruh nyata (P<0,05) pada status fisiologis yang berbeda. Induk kering lebih banyak mengkonsumsi bahan pakan hijauan dan bahan kering hijauan. Terdapat interaksi antara pencukuran dan status fisiologis yang berbeda (P<0,05) terhadap jumlah ektoparasit. Induk kering yang tidak cukur memiliki rataan ektoparasit yang tinggi. Jumlah ektoparasit ternak yang dicukur memiliki jumlah kutu yang lebih sedikit. Kutu yang banyak terdapat pada tubuh domba adalah kutu dengan jenis Damalinia ovis. Domba yang dicukur memiliki tingkat kebersihan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dicukur. Domba betina I 0 berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tingkat kebersihan dan berkorelasi positif antara pencukuran dan tingkat kebersihan. Pencukuran pada jantan I 0 dan induk kering tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tingkat

3 kebersihan. Pencukuran dapat menurunkan jumlah ektoparasit dan dapat meningkatkan tingkat kebersihan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pencukuran sebaiknya dilakukan pada domba untuk tujuan kebersihan dan sanitasi. Kata-kata kunci : performa, kebersihan, Domba Garut, pencukuran, ektoparasit. ii

4 ABSTRACT Performance and Cleanness of Garut Sheep With Shorn Treated and Kept Semi-Intensively M. Yunidar, S. Rahayu, M. Yamin One of livestock commodities that has been well developed in Indonesia is sheep. Sheep production can be increased by good management practices, one of these is shearing program. Shearing on local sheep hasn t been implemented routinely in Indonesia for sanitation purpose, and this aspect hasn t been studied intensively. This research was conducted to study effect of shearing on sheep performances. Twenty four Garut sheep were used in this research, under the age of one year, consisted of four shorn male, four unshorn male, four shorn female, four unshorn female, four shorn ewe, and four unshorn ewe. Body weight gain was observed everyweek and then converted to daily gain. Consumption rate was observed with total roughage and concentrate consumption in one day. Sanitation was observed by organoleptic method and ectoparasite was observed by using total ectoparasite in three region (mid side, neck and ramp). The result show that didn t give significant effects (P<0,05) on daily gain in Garut Sheep. Shearing give significantly affect on roughage consumption at different physiology. The consumption of ration dry matter was different between ewe, I 0 female, and I 0 male. Interaction between treatment and age affected (P<0,05) on average of ectoparasite. Shorn sheep had a higher level of cleanness than unshorn sheep. As for the number ectoparasites, which shorn sheep had fewer number of ticks. Lice are found in many sheep and grown with type of Damalinia ovis infestation. Ectoparasites were found in many unshorn ewe sheep. But it was the same between shorn female and shorn male. It is concluded that shearing is recommended to become routinely good farming practices in Garut Sheep. Keywords : performance, cleanness, Garut Sheep, shearing, ectoparasite iii

5 PERFORMA DAN KEBERSIHAN DOMBA GARUT DENGAN PERLAKUAN PENCUKURAN DAN PEMELIHARAAN SECARA SEMI INTENSIF MAYAGITA YUNIDAR D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 iv

6 Judul :Performa dan Kebersihan Domba Garut dengan Perlakuan Pencukuran dan Pemeliharaan Secara Semi Intensif Nama : Mayagita Yunidar NIM : D Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, Ir. Sri Rahayu, M.Si NIP Dr. Ir. Moh. Yamin, MAgr.Sc. NIP Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP Tanggal Ujian : 23 Agustus 2011 Tanggal Lulus: v

7 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Cianjur pada tanggal 1 juni 1990 dan diberi nama Mayagita Yunidar. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Rizal dan Ibunda Dian Nurhayati. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari TK Perwari Cipanas ( ), SD Negeri 3 Cipanas ( ), SMP Negeri 1 Pacet ( ) dan SMA Negeri 1 Sukaresmi ( ). Kemudian penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun Juli 2007 melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah penulis mengikuti program wajib IPB yaitu program Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama satu tahun ( ), penulis diterima pada mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Produksi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan tahun Selama menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor, penulis pernah mengikuti pendidikan informal yaitu menjadi siswa Leadership and Enterpreneurship School (LES) yang diadakan oleh BEM KM saat Tingkat Persiapan pertama pada tahun Saat penulis masuk Fakultas Peternakan khususnya Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, penulis menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM D) selama 2 periode. Periode pertama penulis masuk kedalam divisi Informasi dan Komunikasi BEM D pada tahun , periode kedua penulis masuk kedalam divisi Research dan Pengembangan Mahasiswa Eksternal BEM D pada tahun Penulis pernah bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Cianjur (HIMAT) tahun Penulis pernah bergabung dalam asisten praktikum mata kuliah Tingkah Laku dan Kesejahteraan Ternak tahun 2011 dan mata kuliah Teknik Pengolahan Susu tahun vi

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Performa dan Kebersihan Domba Garut dengan Perlakuan Pencukuran dan Pemeliharaan Secara Semi Intensif. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga, sahabat beserta kita selaku umatnya yang tetap berada di jalannya. Produktivitas ternak sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi produktivitas ternak adalah iklim terutama suhu dan kelembaban. Tingginya kelembaban udara dan suhu sekitar peternakan dapat menyebabkan ternak mengalami cekaman panas yang berlebih sehingga dapat mempengaruhi produktivitasnya. Untuk itu diperlukan adanya manajemen khusus yang harus dilakukan. Salah satu manajemen yang dapat dilakukan adalah pencukuran bulu domba. Maka dengan dasar tersebut penulis melakukan penelitian mengenai pencukuran Domba Garut untuk mengetahui pengaruhnya terhadap produktivitas dari ternak tersebut. Selain itu jenis ektoparasit dan tingkat kebersihan ternak yang dapat mempengaruhi produktivitas domba. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Namun penulis berharap semoga skripsi ini memberikan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Agustus 2011 Penulis vii

9 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii iv v vi vii viii x xi xii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 1 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Domba... 3 Domba Garut... 4 Perawatan Domba... 5 Pencukuran pada Domba... 5 Ektoparasit... 6 Pertumbuhan Domba... 9 Pertambahan Bobot Badan... 9 Konsumsi Pakan Brachiaria humidicola METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Peubah yang Diamati Pertambahan Bobot Badan Konsumsi pakan Menghitung Konsumsi BK Tingkat Kebersihan Domba Pengukuran Ektoparasit Rancangan Percobaan Perlakuan Rancangan... 15

10 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian dan Keadaan Iklim Kondisi Ternak Kondisi Pakan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Konsumsi Pakan Konsumsi Pakan Hijauan Konsumsi Bahan Kering Ektoparasit Tingkat Kebersihan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

11 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1 Ciri-ciri Fisik dan Fisiologis Dasar pada Domba Rataan Suhu dan Kelembaban Udara Saat Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan yang Diberikan Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Garut pada Status Fisiologis dan Perlakuan Pencukuran yang Berbeda... 5 Rataan Konsumsi Pakan Hijauan Brachiaria humidicola pada Status Fisiologis dan Perlakuan Pencukuran yang Berbeda... 6 Rataan Konsumsi Bahan Kering Pakan Hijauan Brachiaria humidicola pada Status Fisiologis dan Perlakuan Pencukuran yang Berbeda... 7 Rataan Ektoparasit yang Terdapat pada Domba Betina I 0, Jantan I 0 dan Induk Kering... 8 Rataan Tingkat Kebersihan Domba Garut Betina I Tingkat Kebersihan pada Jantan I Tingkat Kebersihan pada Induk Kering

12 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1 (a) Induk Kering (b) Betina I 0 (c) Jantan I (a) Lingkungan Kandang (b) Padang Penggembalaan (a) Luar Kandang (b) Dalam Kandang (c) Kandang Domba Garut (a) Konsentrat (b) Rumput Brachiaria humidicola (a) dan (b) Kutu yang Terdapat pada Domba Garut Penelitian, (c) Kutu Berdasarkan Literatur (Heath, 2004)

13 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Garut Analisis Ragam Konsumsi Pakan Brachiaria humidicola Domba Garut Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering Pakan Brachiaria humidicola Domba Garut Analisis Ragam Ektoparasit pada Domba Garut Analisis Tingkat Kebersihan Betina I Analisis Tingkat Kebersihan Jantan I Analisis Tingkat Kebersihan Induk Kering Data Curah Hujan Tahun

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini usaha peternakan di Indonesia semakin berkembang, salah satunya adalah usaha peternakan domba. Umumnya usaha peternakan domba bertujuan untuk menghasilkan daging guna memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Domba merupakan ternak ruminansia kecil penghasil daging yang memiliki karakteristik berbulu kasar atau wool kasar, bukan rambut (hair) seperti pada kambing atau sapi. Bulu domba menutupi tubuh domba untuk melindungi tubuh domba dari cekaman lingkungan. Bulu domba juga mempunyai sifat sebagai insulator yang sangat baik dan tidak mudah terbakar. Dalam manajemen rutin budidaya domba, sebenarnya pencukuran domba direkomendasikan untuk tujuan sanitasi dan kemungkinan infasi berbagai ektoparasit. Bulu yang diperoleh dari hasil pencukuran masih dianggap sebagai limbah dan belum banyak dimanfaatkan. Bulu domba sebagai hasil ikutan sebenarnya sangat berpotensi untuk dimanfaatkan karena dari setiap domba lokal dapat menghasilkan bulu sebanyak 0,8 kg/tahun (Yamin et al., 1994). Bulu domba hasil persilangan di Indonesia sejauh ini hanya dimanfaatkan sebagai kerajinan, sedangkan bulu domba lokal masih dianggap sebagai limbah karena kualitas bulu yang dihasilkan kasar sehingga sulit untuk ditenun (Yamin et al., 1994). Minimnya informasi mengenai pemanfaatan bulu domba dapat menyebabkan pencukuran masih jarang dilakukan. Selain itu efek yang diperoleh dari pencukuran terhadap produktivitas, kesejahteraan ternak dan sanitasi juga belum banyak diteliti. Perlu dilakukan studi pengaruh pencukuran terhadap produktivitas, sanitasi dan infasi ektoparasit pada domba. Produktivitas ternak akan meningkat apabila ternak tersebut sejahtera. Produktivitas ternak dapat dilihat dari pertambahan bobot badan harian dan konsumsi pakan, sedangkan untuk sanitasi dapat dilihat dari tingkat kebersihan tubuh domba dan jumlah ektoparasit yang terdapat di tubuh domba tersebut. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak pencukuran terhadap performa dan kebersihan tubuh Domba Garut yang dipelihara secara semi intensif.

15 Manfaat Diperoleh informasi tentang produktivitas Domba Garut yang dipelihara secara semi intensif yang mendapat perlakuan pencukuran, sehingga pencukuran dapat direkomendasikan sebagai manajemen rutin dalam pemeliharaan domba. Serta informasi tentang tingkat kebersihan dan ektoparasit pada domba yang mendapat perlakuan pencukuran sehingga dengan demikian dapat dijadikan sebagai pertimbangan apakah pencukuran harus dilakukan dalam pemeliharaan domba. 2

16 TINJAUAN PUSTAKA Domba Spesies domba liar yaitu, domba Moufflon di Eropa dan Asia Barat, domba Urial di Afganistan hingga Asia Barat dan domba Argali di Asia Tengah merupakan domba-domba yang membentuk genetik pada domba-domba modern sekarang. Domba mengalami domestikasi pada saat kambing juga mengalami domestikasi sebelum tanaman pertanian berkembang di padang steppe Aralo-Caspian, kemudian berkembang di India, Iran, Asia Tenggara, Asia Barat, Eropa dan Afrika (Williamson dan Payne, 1993). Menurut Ensminger (1990), domba diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata (hewan bertulang belakang) Class : Mammalia (hewan menyusui) Ordo : Artiodactyla (hewan berkuku genap) Family : Bovidae (memamah biak) Species : Ovis aries Menurut Johnston (1983), domba merupakan hewan mamalia yang berdarah panas (warm blooded animal) dengan ciri fisik dan fisiologi dasar dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Ciri-ciri Fisik dan Fisiologis Dasar pada Domba Aspek Fisik dan Fisiologis Besar dan Lama Temperatur tubuh rata-rata 40 C Rata-rata jumlah denyut nadi per menit Rata-rata jumlah pernafasan per menit Siklus estrus 16 hari Periode kebuntingan 147 hari Litter size 1-3 ekor (normal), sampai 7 ekor Umur dewasa kelamin a. Pejantan 7 bulan b. Betina 7 bulan Waktu hidup alami 8-10 tahun Sumber : Johnston (1983) 3

17 Domba memiliki ukuran yang berbeda-beda antara satu bangsa dengan bangsa yang lain dan antar bangsa itu sendiri. Jantan dewasa pada hakikatnya berukuran lebih besar dibandingkan dengan betina pada jenis yang sama. Variasi bobot badan pada jenis yang sama dapat juga ditandai dan digambarkan pada perbedaan nutrisi (Johnston, 1983). Domba merupakan salah satu ternak yang dapat menghasilkan bulu meskipun kambing, kelinci dan alpacas kadang menghasilkan produk yang sama dengan kualitas serat yang tinggi. Oleh karena itu, domba memiliki cara untuk mengubah pakan dengan kualitas yang rendah menjadi produk yang diharapkan (Gatenby 1991). Domba Garut Domba Garut sesuai namanya berasal dari Kabupaten Garut tepatnya di daerah Limbangan, kemudian berkembang dan kini menyebar ke seluruh pelosok Jawa Barat khususnya dan seluruh Indonesia umumnya. Bentuk umum Domba Garut, tubuhnya relatif besar dan berbentuk persegi panjang, bulunya panjang dan kasar, tanduk domba jantan besar dan kuat serta kekar, ini merupakan modal utama dalam seni ketangkasan domba (Dinas Peternakan Jawa Barat, 2005). Ciri khas Domba Garut yaitu pangkal ekornya kelihatan agak lebar dengan ujung runcing dan pendek, dahi sedikit lebar, kepala pendek dan profil sedikit cembung, mata kecil, tanduk besar dan melingkar ke belakang. Betina tidak bertanduk, telinga bervariasi dari yang pendek sampai yang panjang dan memiliki warna bulu yang beraneka ragam. Domba Garut yang banyak dijumpai memiliki daun telinga rumpung, sedangkan yang memiliki daun telinga panjang disebut dengan Domba Bongkor (Dinas Peternakan Jawa Barat, 2005). Domba Garut yang baik dapat diperoleh dengan memilih induk dari betina yang kualitasnya sangat bagus, pejantan dari keturunan Domba Garut memiliki performa yang baik pula. Domba Garut merupakan persilangan dari Domba Ekor Gemuk dan Domba Merino yang dibentuk kira-kira pada pertengahan abad ke 19 (±1854) yang dirintis oleh Adipati Limbangan Garut, sekitar 70 tahun kemudian yaitu tahun 1926 Domba Garut telah menunjukan suatu keseragaman. Berat badan domba dapat mencapai 40 sampai 80 kg. Bangsa Domba Garut tergolong jenis domba terbaik, bahkan dalam perdagangannya dan paling cocok serta menarik 4

18 perhatian banyak masyarakat, mudah dipelihara oleh petani kecil karena relatif lebih mudah dipelihara (Dinas Peternakan Jawa Barat, 2005). Perawatan Domba Perawatan merupakan salah satu bagian dari manajemen pemeliharaan ternak yang perlu diperhatikan pada suatu peternakan. Perawatan dilakukan agar ternak tetap merasa nyaman sehingga dapat berproduksi dengan baik. Selain itu, perawatan dilakukan untuk mengurangi penyakit akibat dari ektoparasit dan endoparasit. Perawatan penting yang harus dan banyak dilakukan secara rutin pada manajemen pemeliharaan ternak domba adalah memandikan, mencukur dan memotong kuku domba. Memandikan ternak sebaiknya dilakukan minimal seminggu sekali pada pagi hari. Saat dimandikan sebaiknya ternak disikat dan diberi sabun agar lebih bersih, setelah itu domba dijemur di bawah sinar matahari agar bulu cepat kering dan ternak tidak kedinginan (IPTEK, 2005). Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba. Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting (IPTEK, 2005). Pencukuran pada Domba Bulu domba memiliki kemampuan insulasi yang tinggi, sehingga domba dapat menerima lingkungan panas dan dingin. Rambut atau bulu hewan yang merupakan insulator sedikit menghambat pendinginan kulit. Menurut Williamson dan Payne (1993), bulu domba hendaknya dicukur setahun sekali dan paling baik dilakukan pada saat domba mengalami stres paling sedikit. Warna dan ketebalan bulu merupakan mekanisme yang terjadi dalam adaptasi terhadap keadaan iklim. Bulu yang halus dan pendek akan menyebabkan ternak lebih toleran terhadap cuaca yang panas. Bulu pendek, warna terang dan tekstur yang halus akan meminimalkan penyerapan panas oleh tubuh ternak. Menurut Hafez (1969) mencukur bulu domba dapat menurunkan insulasi bulu dan meningkatkan pelepasan panas oleh angin dan meningkatkan kualitas semen pejantan pada musim panas. 5

19 Konveksi bebas adalah kejadian dimana temperatur udara meningkat yang mengakibatkan kepadatannya menurun dan udara bergerak ke atas meninggalkan tubuh ternak. Dihambatnya pergerakan udara oleh bulu dapat menurunkan laju transfer panas secara konvektif. Hewan yang telah beradaptasi dengan lingkungan panas memiliki ketebalan penutup tubuh (bulu) yang dangkal. Adanya angin atau pergerakan hewan dapat meningkatkan pelepasan panas secara konvektif, hal demikian disebut forced convection. Pencukuran bulu biasa dilakukan oleh peternak rakyat untuk menjaga kebersihan dan kesehatan ternak. Peternak di Jawa Barat biasa melakukan pencukuran setiap 4-5 bulan sekali. Menurut Tomazweska et al. (1993) pencukuran bulu domba yang dipelihara dalam kandang tertutup tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan, konsumsi air atau pakan, suhu rektal, kecepatan pernafasan atau denyut nadi. Selanjutnya Tomazweska et al., (1993), menyatakan bahwa pencukuran akan menambah kenyamanan ternak dan penurunan infasi ektoparasit kalau ternak tersebut di kandangkan. Domba yang tidak pernah dicukur bulunya akan menjadi sangat kotor dan akan sulit untuk dibersihkan, kondisi bulu yang seperti ini merupakan tempat yang baik untuk bersarangnya penyakit, parasit dan jamur yang dapat membahayakan kesehatan ternak. Tujuan dilakukan pencukuran yaitu untuk menjaga kesehatan dari kuman penyakit, parasit-parasit luar (ektoparasit) seperti kutu serta penyakit kulit lainnya yang disebabkan oleh jamur. Selain untuk pencegahan penyakit, pencukuran juga dilakukan untuk memperindah domba terutama pejantan. Pencukuran yang pertama dilakukan pada waktu domba telah berumur lebih dari 6 bulan agar domba tidak stres. Ektoparasit Ektoparasit yang banyak terdapat pada tubuh ternak adalah kutu. Klasifikasi kutu adalah kelas Insecta, ordo Phthiraptera, dan sub ordo Mallophaga, Anoplura, dan Rhynchophthirina. Sub ordo Mallophaga terdiri atas dua kelompok yaitu Amblycera dan Ischnocera. Masing-masing sub ordo terdapat famili yang berbedabeda. Kutu yang terdapat pada ternak mamalia berada pada sub ordo Mallohaga, kelompok Ishnocera dan famili Trichodectidae. Selain itu, kutu yang terdapat pada hewan berkuku belah dan anjing adalah sub ordo Anoplura dan famili Linognathidae (Hadi, 2010). Bentuk tubuh kutu adalah pipih dorsovental dengan ukuran 1-6 mm dan terdiri atas kepala, toraks dan abdomen yang jelas terpisah. Kepalanya 6

20 dilengkapi dengan 3-5 ruas antena dan berbentuk segitiga lebar dengan ujung anterior yang tumpul. Tipe mulut pada kutu Ischnocera adalah mandibulata atau penggigit. Tipe mulut kutu Anoplura adalah penusuk dan penghisap, oleh karena itu dikenal sebagai kutu penghisap (Hadi, 2010). Parasit pada domba merupakan salah satu masalah yang banyak menyerang di daerah tropis dan seperti halnya dengan ternak lain pencegahan parasit dapat dilakukan dengan cara pengelolaan yang baik, pemberian pakan yang sesuai dan kebersihaan. Ektoparasit pada domba seperti blowflies (termasuk juga cacing skrup), caplak, kutu, tungau dan jamur dikategorikan tidak begitu berbahaya seperti endoparasit tetapi ektoparasit ini juga banyak menimbulkan kerugian. Adanya ektoparasit yang bervariasi dari daerah ke daerah, sehingga pengendalian pun bervariasi dapat berupa penyemprotaan dan pencelupan (Williamson dan Payne, 1993). Ektoparasit dapat memberikan efek yang serius pada produktivitas domba, seperti menurunkan produksi susu dan daging, menurunkan kualitas wool dan kulit, serta membutuhkan program pengontrolan yang mahal. Ektoparasit juga membuat efek yang serius pada kesejahteraan domba saat bergerombol dan individu, seringkali menghasilkan sifat hewan yang ganas (Williamson dan Payne, 1993). Iritasi yang disebabkan kutu yang aktif ini dapat bersifat berbahaya, ternak yang terinfeksi seringkali menggigit-gigit tubuhnya agar terbebas dari rasa gatal, atau dengan cara menggosok tubuhnya pada pohon, tepi kandang maupun bebatuan (Noble dan Noble, 1989). Ektoparasit permanen melakukan semua perkembangan mereka pada tubuh domba (contohnya: mange mites, keds dan lice) secara musiman, dengan jumlah populasi tertinggi terdapat pada musim dingin atau awal musim semi. Ektoparasit semi permanen hanya terdapat sedikit yang dapat hidup (contohnya: blowflies, headflies, dan nasal flies), ektoparasit tersebut utamanya aktif saat suhu mulai hangat yaitu musim semi dan musim panas. Pencukuran akan menghilangkan banyak ektoparasit permanen dan efek tersebut akan dirasakan pada musim-musim tertentu (Aitken, 2007). Saat musim dingin kutu terdapat di pangkal ekor, pundak dan sepanjang punggung, tetapi apabila infasi berat, kutu dapat ditemukan diseluruh tubuh ternak (Noble dan Noble, 1989). 7

21 Ektoparasit memiliki panjang diatas 3 mm, berwarna coklat dan relatif ukuran kepalanya besar. Selama hidupnya sekitar 1 bulan, ektoparasit betina bertelur 2-3 butir/hari. Telurnya biasanya berwarna agak putih dan menempel pada bulu sehingga dapat dilihat oleh mata. Anakan ektoparasit atau nimfa yang baru menetas lebih kecil apabila dibandingkan dengan indukan. Nimfa akan berganti kulit dua kali dengan interval 5-9 hari. Bagian mulut dari kutu tersebut beradaptasi untuk menggigit dan mengunyah bagian luar wol, lapisan dermis, dan darah. Damalinia ovis merupakan kutu yang aktif, setelah berada di tubuh ternak kutu-kutu tersebut akan menyebar. Ektoparasit ini rentan pada suhu yang tinggi dan tidak toleran terhadap kelembaban yang tinggi. Saat berada dikelembaban 90%, 6 jam kemudian ektoparasit akan mati (Taylor et al., 2007). Resistensi umur terhadap parasit merupakan hal yang umum. Semakin tua ternak, semakin besar resistensinya. Ternak yang tua dapat mengandung jumlah parasit yang lebih besar, apabila ternak telah dapat beradaptasi maka ternak menjadi toleran terhadap parasit yang terdapat pada tubuhnya sehingga perkembangan kutu tersebut tidak terganggu (Noble dan Noble, 1989). Pencukuran bulu secara teratur merupakan komponen penting dari program pengendalian ektoparasit. Pencukuran tersebut akan mengurangi parasit pada suhu tinggi yang dihasilkan oleh sinar matahari, yang secara langsung berbahaya bagi parasit tersebut (Tomazweska et. al., 1993). Proses pengurangan ektoparasit dapat dilakukan dengan cara dimandikan tetapi terlebih dahulu dicukur, setelah itu disemprotkan pestisida. Ektoparasit yang menempel pada tubuh domba dapat mengakibatkan beberapa penyakit seperti kudis akibat dari ektoparasit yang masuk kedalam permukaan kulit dan merusak sel-sel kulit. Sebagian ektoparasit menyebabkan kegatalan dan gangguan yang hebat, sehingga ternak tidak dapat makan secara teratur dan tidak tumbuh dengan baik. Jenis ektoparasit yang lainnya menyebabkan kerugian yang serius, dan seringkali berakhir dengan kematian ternak (Tomazweska et. al., 1993). Pertumbuhan Domba Pertumbuhan murni mencakup perubahan-perubahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Pertumbuhan 8

22 murni dilihat dari sudut kimiawinya merupakan pertambahan protein dan zat-zat mineral yang ditimbun dalam tubuh. Pertambahan berat akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukan merupakan pertumbuhan murni (Anggorodi, 1990). Pertumbuhan umumnya diukur dengan berat dan tinggi. Domba muda mencapai 75% bobot dewasa pada umur satu tahun dan 25% lagi setelah enam bulan kemudian yaitu pada umur 18 bulan dengan pakan yang sesuai dengan kebutuhannya. Tingkat pertumbuhan domba berkisar antara gram per hari. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan domba antara lain tingkat pakan, genetik, jenis kelamin, kesehatan dan manajemen (Gatenby, 1991). Pertumbuhan kambing dan domba adalah suatu hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan lebih membatasi kemungkinan pertumbuhan dan besarnya tubuh yang dicapai. Faktor lingkungan seperti iklim, pakan, pencegahan atau pemberantasan penyakit serta tata laksana akan menentukan tingkat pertumbuhan dalam pencapaian dewasa. Kebanyakan domba jenis tropik tidak menunjukkan kemampuannya untuk bertahan pada saat kekeringan dan setengah kelaparan. Dibandingkan dengan daerah dingin domba ini tidak menunjukkan reaksi baik terhadap pemberian makanan yang baik dan pada penggembalaan yang normal, pertumbuhan lambat dan jarang menjadi sangat gemuk (Williamson dan Payne, 1993). Pertambahan Bobot Badan Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan pengukuran bobot badan. Pertambahan bobot badan adalah kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bahan makanan ternak. Pertambahan bobot badan yang diperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil dari zat-zat makanan yang dikonsumsi. Dari data pertambahan bobot badan akan diketahui nilai suatu zat makanan dari suatu ternak (Church dan Pond, 1988). Maynard dan Loosly (1979), menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan tergantung dari spesies, jenis kelamin, umur dan keseimbangan zat-zat nutrisi dalam pakan. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak akan diikuti dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi. 9

23 Makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan (Tillman et al., 1998). Menurut Church dan Pond (1988), proses penggilingan bahan makanan biasanya memberikan peningkatan performa ternak yang relatif besar untuk hijauan yang berkualitas rendah, karena partikel serat yang menjadi kecil. Kualitas pakan yang dikonsumsi ternak semakin baik maka akan diikuti oleh pertambahan bobot badan yang semakin tinggi. Konsumsi Pakan Konsumsi adalah faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup dan menentukan produksi. Tingkat konsumsi (Voluntary feed intake) adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan ad libitum. Konsumsi potensial adalah jumlah makanan yang dapat dimakan bila jumlah pemberian makanan dengan tingkat kecernaan tertentu minimal 0,8 bagian dapat diseleksi. Tingkat konsumsi yang sebenarnya adalah bagian dari konsumsi potensial yang dapat ditentukan oleh sifat fisik atau kimia dari makanan. Konsumsi potensial erat hubungannya dengan berat badan dan status fisiologis hewan (Parakkasi, 1995). Konsumsi diperhitungkan dengan jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, dimana zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi hewan tersebut (Tillman et al. 1998). Faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah jenis kelamin, besarnya tubuh, keaktifan dan kegiatan pertumbuhan atau produktivitas lainnya yaitu suhu dan kelembaban udara. Suhu udara yang tinggi menyebabkan kurangnya konsumsi pakan karena konsumsi air minum yang tinggi berakibat pada penurunan konsumsi energi (Siregar, 1984). Konsumsi juga sangat dipengaruhi palatabilitas yang tergantung pada beberapa hal yaitu penampilan dan bentuk makanan, bau, rasa, tekstur dan temperatur lingkungan (Church dan Pond, 1988). Brachiaria humidicola Rumput Brachiaria humidicola merupakan rumput asli Afrika Selatan, kemudian menyebar kedaerah Fiji dan Papua New Guinea. Terkenal dengan nama Koronivia grass (Bogdan, 1997). Rumput ini merupakan rumput berumur panjang, berkembang secara vegetatif dengan stolon yang memiliki pertumbuhan cepat sehingga bila ditanam di lapang segera membentuk hamparan. Rumput Brachiaria 10

24 humidicola dapat ditanam secara vegetatif dengan pols, stolon atau biji. Batang yang berkembang dapat mencapai tinggi cm, helai daun berwarna hijau terang, lebar 5-16 mm dan panjang cm. Jayadi (1991), menyatakan bahwa rumput Brachiaria humidicola sesuai untuk dataran rendah tropika basah. Rumput ini dapat menghasilkan 20 ton bahan kering/ha/tahun. Selain itu, Brachiaria humidicola mempunyai toleransi pada daerah dengan drainase jelek dan tahan terhadap tekanan penggembalaan berat. Rumput Brachiaria humidicola tidak beracun, palatabilitas tinggi pada umur muda tetapi palatabilitasnya akan menurun ketika produktivitasnya maksimum. Rumput Brachiaria humidicola tanpa pemupukan dapat menghasilkan 10.8 ton bahan kering/ha dan dengan perlakuan pemupukan menghasilkan 33.7 ton berat kering/ha saat dipupuk 450 kg nitrogen/ha (Bogdan, 1997). Hijauan dengan kualitas yang baik umumnya lebih mudah dicerna dan laju aliran pakan disaluran pencernaan lebih cepat daripada hijauan dengan kualitas yang lebih rendah, oleh karena itu domba akan mengkonsumsinya lebih banyak (Ensminger, 2002). Rumput yang dikonsumsi oleh domba merupakan sumber nutrisi utama bagi kebanyakan domba, ternak yang digembalakan membutuhkan konsumsi hijauan yang lebih banyak sehingga dapat mencapai tingkat produksi yang maksimum. Konsumsi yang tinggi ini penting karena jumlah energi yang terkandung dalam rumput umumnya rendah (Freer et, al., 2002) 11

25 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan domba PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. yang berada di desa Tajur Kecamatan Citeureup, Bogor. Penelitian dilakukan selama 9 minggu mulai awal bulan Agustus sampai pertengahan Oktober Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba Garut yang terdapat di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk sebanyak 24 ekor. Ternak domba yang digunakan terdiri dari delapan ekor domba jantan I 0 dengan rataan bobot badan 16,44±2,83 kg, delapan ekor domba betina I 0 dengan bobot badan 16±2,12 kg dan delapan ekor induk kering dengan bobot badan 28,44±4,5 kg. Gambar ternak yang digunakan pada saat penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. (a) (b) (c) Gambar 1. (a) Induk Kering (b) Betina I 0 (c) Jantan I 0 Pakan Pakan yang diberikan adalah konsentrat dan hijauan berupa rumput Brachiaria humidicola. Padang rumput yang digunakan adalah padang rumput B.humidicola PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Konsentrat yang diberikan sebanyak 200 g/ekor/hari untuk betina dan jantan I 0, sedangkan untuk induk kering sebanyak 300 g/ekor/hari. Kandang dan Peralatan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi timbangan badan, timbangan pakan, identitas domba berupa kalung nomor, alat tulis, ember pakan, 12

26 ember minum, tali tambang, kaca pembesar, alat cukur bulu domba, botol kecil, pinset dan stopwatch. Prosedur Domba Garut yang digunakan sebanyak 24 ekor yang terdiri dari jantan I 0, betina I 0 dan induk kering. Domba dikelompokan berdasarkan status fisiologis. Selain itu, dikelompokan berdasarkan perlakuan pencukuran yaitu ternak domba dicukur dan tidak dicukur. Pengamatan jenis dan jumlah ektoparasit yang terdapat pada tubuh domba dilakukan dengan melihat kutu selama satu menit untuk tiap bagian tubuh (leher, mid side dan paha belakang) baik pada domba yang dicukur maupun yang tidak dicukur. Ektoparasit yang terdapat diantara bulu dilihat dengan menggunakan kaca pembesar. Pengamatan dilakukan setiap minggu hingga minggu ke-4 setelah pencukuran. Setelah dua minggu sebagian dari masing-masing umur domba tersebut dicukur hingga panjang bulu sekitar 0,5-1 cm. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap minggu pada semua ternak. Untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian, data pertambahan setiap minggu dibagi dengan jumlah hari. Pemeliharaan dilakukan secara semi-intensif yaitu digembalakan di padang rumput Brachiaria humidicola pada siang hari pukul WIB. Selama pengambilan data konsumsi pakan, domba diikat didalam kandang kelompok, pemberian pakan hijauan selama pengambilan data yaitu cut and curry. Data konsumsi yang diukur adalah konsumsi hijauan. Pemberian pakan konsentrat dilakukan setiap hari sebelum dan setelah digembalakan. Konsumsi hijauan dilakukan dengan cara memberikan hijauan ad libitum, pemberian hijauan diberikan dalam jumlah yang sesuai dengan waktu lama penggembalaan karena pemberian hijauan dilakukan secara semi intensif. Jumlah pakan hijauan yang dimakan dapat diketahui dengan cara jumlah hijauan yang diberikan dikurangi dengan sisa. Peubah yang Diamati Pertambahan Bobot Badan (PBB) Pengukuran PBB dilakukan dengan penimbangan, PBB diperoleh dengan cara mengurangi bobot akhir dengan bobot awal domba pada waktu tertentu. Penimbangan bobot badan dilakukan satu kali dalam satu minggu. Adapun PBB harian (PBBH) domba dihitung berdasarkan rumus : 13

27 Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan sejumlah pakan hijauan yang dikonsumsi oleh domba. Perhitungan menggunakan cara pengurangan berat awal pakan yang diberikan dikurangi berat sisa pakan (g/ekor/hari). Pakan hijauan diberikan ad libitum selama lama waktu penggembalaan, sedangkan pakan konsentrat diberikan dengan terbatas. Rumus perhitungan konsumsi pakan berdasarkan bahan segar : Konsumsi Pakan (g/hari) = Pakan yang diberikan sisa pakan Menghitung Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi bahan kering merupakan total bahan kering pakan yang dikonsumsi yakni hijauan dan konsentrat. Jumlah bahan kering yang dikonsumsi didapatkan dengan cara persentase BK dikalikan dengan bahan pakan yang dikonsumsi. Rumus perhitungan konsumsi bahan kering : Konsumsi BK = konsumsi pakan Tingkat Kebersihan Domba Pengukuran tingkat kebersihan dilakukan untuk mengetahui pengaruh pencukuran terhadap tingkat kebersihan. Tingkat kebersihan domba dilihat dari ada tidaknya kotoran yang menempel pada bulu domba serta dilihat dari kekusaman bulu domba. Ada beberapa tingkatan kebersihan tubuh domba : a. Sangat Kotor Bulunya sangat kusam, terdapat bulu yang sudah gimbal dan kotoran menempel hampir pada seluruh bagian tubuh domba. b. Kotor Bulunya kusam dan terdapat kotoran dalam jumlah yang cukup banyak pada tubuh domba. c. Agak bersih Bulunya terlihat agak kusam dan terdapat kotoran pada bagian ekor dan terdapat beberapa kotoran pada tubuh domba. 14

28 d. Bersih Bulu yang menutupi tubuh domba terlihat agak kusam. Jumlah kotoran atau feses yang menempel pada bagian belakang domba atau tubuh domba sangat sedikit atau hampir tidak ada. e. Sangat bersih Semua bulu yang menutupi tubuh domba tidak terlihat kusam. Tubuh domba terlihat bersih tanpa ada kotoran yang menempel terutama pada bagian belakang domba dan pada bagian ekor. Bagian belakang domba dan ekor tidak terdapat feses yang menempel. Pengukuran Ektoparasit Pengamatan dilakukan sebelum dan setelah domba dicukur. Pengamatan sebelum dicukur dilakukan dengan melihat kutu selama 1 menit. Bagian yang dilihat terdiri dari 3 titik yaitu pada bagian leher, perut samping dan paha belakang. Pengamatan yang dilakukan yaitu melihat jenis ektoparasit yang terdapat pada tubuh domba dan menghitung jumlah ektoparasit tersebut. Jumlah ektoparasit adalah penjumlahan dari ketiga titik tersebut. Perlakuan Rancangan Percobaan Domba dibagi kedalam dua perlakuan pencukuran yang terdiri dari dicukur (C) dan tidak dicukur (T) serta status fisiologis yang terdiri dari jantan I 0, betina I 0 dan induk kering. a. Perlakuan satu, pencukuran T : Ternak Domba Garut tidak dicukur. C : Ternak Domba Garut dicukur. b. Perlakuan dua, status fisiologis I 0 J : Kelompok jantan I 0 I 0 B : Kelompok betinai 0 I 1 BK : Kelompok induk kering Rancangan Rancangan yang digunakan untuk menganalisis PBBH, konsumsi pakan, konsumsi bahan kering, dan ektoparasit pada status fisiologis yang berbeda adalah 15

29 rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2x3 dengan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan pada unit percobaan adalah pencukuran yaitu dicukur dan tidak dicukur, serta status fisiologis yaitu betina I 0, jantan I 0 dan induk kering. Model yang digunakan menurut Kaps dan Lamberson (2004) ialah, y ijk = µ + A i + B j + (AB) ij + ijk Keterangan : y ijk : Variabel respon akibat pengaruh pencukuran ke-i dan taraf status fisiologis ke-j pada ulangan ke-k µ : Nilai tengah umum A i B j : Pengaruh pencukuran ke-i : Pengaruh status fisiologis ke-j (AB) ijk : Pengaruh interaksi antara perlakuan pencukuran ke-i dengan status fisiologis domba ke-j ijk : Pengaruh galat percobaan dari pencukuran wool ke-i, status fisiologis domba ke-j dan ulangan ke-k Data hasil penelitian dianalisa menggunakan ANOVA untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati maka dilakukan uji lanjut Tukey. Data diolah dengan menggunakan aplikasi minitab 15. Uji yang digunakan untuk menganalisis data tingkat kebersihan menggunakan uji non-parametrik, yaitu menggunakan Analisis Rank Spearman. Model yang digunakan yaitu, Keterangan : r s : Nilai korelasi Rank Spearman di : Selisih setiap pasangan rank domba yang dicukur dan tidak dicukur n : Banyaknya pasangan rank 16

30 Statistik t : Keterangan: t : nilai t-hitung 17

31 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian dan Keadaan Iklim Luas lahan ini sekitar 4 hektar yang terdiri atas bangunan kandang, tempat penyimpanan pakan, pos pengamanan, rumah karyawan (mess), tempat pengolahan limbah, tempat parkir, kandang handling, kolam penampungan air hujan, kebun rumput gajah dan padang rumput Brachiaria humidicola sebagai lahan untuk penggembalaan. Terdapat empat bangunan kandang yang terdiri dari kandang isolasi untuk ternak sakit, kandang jantan, kandang induk-anak dan kandang betina. Jumlah ruang dalam setiap kandang berbeda-beda dan memiliki ukuran yang berbeda-beda pula. Kandang jantan terdiri dari 20 ruang kandang, setiap baris diisi oleh 10 ruang yang saling berhadapan dan setiap ruang kandang diisi satu ekor domba. Luas kandang masing-masing domba adalah ± 0,75 x 1,25 m. Kandang betina terdiri dari 20 ruang yang saling berhadapan dengan luas sebesar ± 3 x 2,5 m. Masing masing kandang diisi 5 sampai 7 ekor domba betina. Kandang handling jarang digunakan untuk menangani domba. Gambaran lingkungan sekitar kandang dan padang penggembalaan dapat dilihat pada Gambar 2. (a) (b) Gambar 2. (a) Lingkungan Kandang, (b) Padang Penggembalaan Kandang dibangun menggunakan bambu sebagai alasnya, balok dan papan untuk dijadikan tiang dan sekat setiap kandang. Naungan yang digunakan untuk kandang yaitu genting dan pada bagian samping kandang diberikan terpal yang digunakan pada malam hari. Terpal juga digunakan untuk menutup kandang saat 18

32 terjadi hujan sehingga dapat mengurangi ternak terkena hujan dan basah. Kandang domba terletak di bagian tengah dan dekat dengan pintu masuk sehingga udara dan sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam kandang. Bagian bawah kandang disemen agar mempermudah saat membersihkan kotoran. Tempat pakan dibuat di dalam kandang dan terdiri dari dua jenis tempat pakan pada kandang induk anak dan betina. Tempat pakan yang berada di dekat pintu dengan ukuran yang besar digunakan untuk pakan hijauan dan pada bagian samping kandang untuk pakan konsentrat. Beberapa kandang kelompok induk anak yang digunakan untuk induk bunting biasanya pakan konsentrat diberikan pada bak besar. Jarak antara kandang jantan, induk anak, dan betina yaitu ± 2,5 m. Gambar kandang dan dalam kandang dapat dilihat pada Gambar 3. (a) (b) Gambar 3. (a) Luar kandang, (b) Dalam kandang Daerah Citeurep sering sekali hujan dan memiliki suhu lingkungan yang ekstrim. Suhu lingkungan pada siang hari sangat tinggi atau panas, sedangkan pada malam hari suhu lingkungan rendah dan berangin. Selain itu, curah hujan di daerah tersebut sangat tinggi apalagi pada saat menjelang sore hari. Selama penelitian kondisi cuaca cukup fluktuatif, curah hujan tidak menentu setiap minggunya. Perubahan cuaca ini mempengaruhi performa ternak dan konsumsi pakannya. Suhu dan kelembaban di dalam dan di luar kandang berbeda-beda, tetapi suhu di dalam ruangan selalu lebih konstan dibandingkan dengan di luar kandang. Suhu di luar kandang sangat tinggi dan kelembaban yang rendah, sedangkan suhu dalam kandang lebih rendah dan kelembaban lebih tinggi apabila dibandingkan dengan di luar 19

33 kandang. Data suhu dan kelembaban di dalam dan di luar kandang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Rataan Suhu dan Kelembaban Udara Saat Penelitian Lokasi Waktu Suhu ( o C) Kelembaban(%) Pagi 25,06± ,63 ± 12,70 Dalam Kandang Siang 32,04± 3,23 53,00 ± 16,65 Sore 28,55± 1,28 69,25 ± 11,25 Pagi 28,49± 4,89 73,88 ± 17,59 LuarKandang Siang 40,25± 5,02 32,88 ± 11,61 Sore 29,29± 2,16 69,88 ± 9,96 Keterangan : pagi (07.30), siang (13.30), sore (17.30) Domba memiliki suhu optimum untuk hidup di daerah tropis yaitu berkisar antara 4-24 C dengan kelembaban dibawah 75% (Yousef, 1982). Suhu lingkungan di peternakan domba Citeurep berada diatas suhu optimal. Hal ini dapat membuat ternak domba stres akibat panas dan akan mempengaruhi produktivitas ternak. Saat suhu lingkungan optimum, tubuh ternak akan memproduksi panas tubuh minimum, diluar suhu optimum ternak akan mengalami cekaman sehingga panas tubuhnya meningkat (Yousef, 1985). Keadaan suhu lingkungan dapat mempengaruhi produksi tubuh ternak. Kondisi Ternak Ternak yang digunakan sebagai materi penelitian adalah Domba Garut milik PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk. Domba yang berada di peternakan ini didapatkan dari berbagai daerah seperti Wanaraja Garut yang kemudian dikembangbiakan di peternakan ini. Domba Garut yang dipelihara terdiri dari 15 ekor domba pejantan, 100 ekor domba betina dan 150 ekor domba anakan. Domba jantan digunakan sebagai pejantan breeding. Setiap ekor jantan mengawinkan lima sampai enam ekor domba betina setiap minggunya. Domba-domba bunting ditempatkan pada kandang yang sama. Domba induk betina bunting biasanya melahirkan lebih dari satu anak, yaitu dua atau tiga ekor anak domba. Kelahiran anak domba banyak dibantu oleh pegawai untuk kelahiran anak pertama, sedangkan untuk anak yang berikutnya domba dapat melahirkan dengan mudah. 20

34 Penggembalaan dilakukan pada siang hari untuk mencegah cacingan dan bloating. Domba yang diteliti berumur kurang dari satu tahun untuk betina I 0 dan jantan I 0, sedangkan untuk induk kering digunakan induk yang telah menyapih anaknya dan belum bunting kembali. Anak domba yang telah lepas sapih disatukan dengan domba-domba lain dan pada siang hari domba di umbar di padang penggembalaan khusus untuk anakan. Berdasarkan jenis kelamin, domba jantan I 0 memiliki bobot badan yang lebih besar dibandingkan dengan betina I 0. Domba yang digunakan memiliki bobot badan awal antara kg. Menurut tingkatan umur, domba induk kering memiliki bobot badan yang lebih besar daripada domba betina I 0. Kondisi Pakan Kebutuhan nutrisi ternak dapat dikelompokkan menjadi komponen utama yaitu energi, protein, mineral dan vitamin. Menurut Haryanto (1992), standar kebutuhan nutrisi pakan yang diberikan untuk domba di Indonesia masih menggunakan standar dari National Research Council (NRC), karena Indonesia belum memiliki standar baku yang khusus untuk pemeliharaan dan pemberian pakan untuk domba. Pakan yang diberikan kepada domba merupakan pakan konsentrat yang mengandung berbagai jenis bahan. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan menjadi ransum komplit. Pakan konsentrat yang diberikan kepada domba diberikan secara terbatas dan diberikan dua kali dalam sehari. Pemberian konsentrat dilakukan pada pagi hari pukul WIB dan sore hari pukul WIB. Jumlah konsentrat yang diberikan pada setiap jenis domba berbeda-beda tergantung umur dari domba tersebut. Jantan dan betina I 0 diberikan konsentrat sebanyak 200 g, sedangkan induk kering sebanyak 300 g. Rumput yang diberikan adalah rumput Brachiaria humidicola. Domba digembalakan pada padang rumput Brachiaria humidicola yang terdapat pada sekeliling kandang. Domba induk yang baru melahirkan sampai menyapih anak pakannya diberikan didalam kandang atau cut and carry. Selain itu saat hujan ternak-ternak tidak dikeluarkan dan diberi pakan dalam kandang. Hal ini membuat konsumsi pakan saat hujan terbatas. Saat domba digembalakan, domba dapat mengkonsumsi pakan sesuai dengan kebutuhannya. Saat hujan kebutuhan ternak kurang terpenuhi dan pada saat tersebut konsentrat tidak diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. Hasil analisa proksimat rumput Brachiaria humidicola dan konsentrat domba dapat dilihat pada Tabel 3. 21

35 Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan yang Diberikan Bahan Makanan BK (%) ABU (%) PK (%) SK (%) LK (%) BETA-N (%) TDN (%) Rumput Brachiaria 49,05 2,37 3,38 23,17 0,12 20,02 24,37 humidicola a) 100 4,83 6,89 47,24 0,24 40,82 49,64 b) 86,41 13,15 11,53-6, ,22 13,34-7, Keterangan: Analisis dilakukan di a) Laboratoriun Ilmu dan Teknologi Pakan, IPB., b) Pusat Antar Universitas (PAU) Bentuk dan jenis pakan yang diberikan kepada domba dapat mempengaruhi konsumsi pakan. Konsumsi pakan yang tinggi dan kandungan nutrisi dapat mempengaruhi produktivitas suatu ternak. Pemberian pakan pada peternakan tersebut diberikan secara terbatas, karena tujuan dari peternakan ini untuk pembibitan bukan untuk penggemukkan sehingga pakan diberikan hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok dan reproduksi. Gambar pakan yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 4. (a) (b) Gambar 4. (a) konsentrat, (b) Rumput Brachiaria humidicola Kebutuhan nutrisi ternak bervariasi antar spesies, jenis kelamin, dan umur yang berbeda. Selain itu, terdapat faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi dan konsumsi pakan antara lain tingkat produksi, keadaan lingkungan sekitar (suhu, kelembaban, kecepatan angin dan curah hujan) dan aktivitas ternak tersebut. Menurut NRC (1985), kebutuhan nutrisi domba pada bobot badan kg yaitu g bahan kering, g Total Digestible Nutrien (TDN), dan g protein kasar serta memiliki PBBH sebesar g/hari. Domba dengan bobot badan 20-22

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Spesies domba liar yaitu, domba Moufflon di Eropa dan Asia Barat, domba Urial di Afganistan hingga Asia Barat dan domba Argali di Asia Tengah merupakan domba-domba yang membentuk

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu

METODE. Lokasi dan Waktu METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan domba PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. yang berada di desa Tajur Kecamatan Citeureup, Bogor. Penelitian dilakukan selama 9 minggu mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyak daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan asal

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011) METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kandang domba Integrated Farming System, Cibinong Science Center - LIPI, Cibinong. Analisis zat-zat makanan ampas kurma dilakukan di Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NURMALASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkembangan Domba Asia merupakan pusat domestikasi domba. Diperkirakan domba merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi oleh manusia kira-kira

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba CV. Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba sejak dahulu sudah mulai diternakkan orang. Ternak domba yang ada saat ini merupakan hasil domestikasi dan seleksi berpuluh-puluh tahun. Pusat domestikasinya diperkirakan berada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4. PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai bentuk dan sifat keturunan yang sama. Jenis domba di Indonesia biasanya diarahkan sebagai domba pedaging

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak dipelihara sebagai ternak penghasil daging oleh sebagian peternak di Indonesia. Domba didomestikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) SKRIPSI TRI MULYANINGSIH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia Ternak atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat populer di kalangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan (UP3) Jonggol, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang dengan kambing Peranakan Etawa (PE). Kambing jenis ini mampu

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba merupakan ternak yang pertama kali didomestikasi, dimulai dari daerah Kaspia, Iran, India, Asia Barat, Asia Tenggara dan Eropa sampai ke Afrika. Ternak domba secara umum termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba  Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Menurut Tomaszewska et al. (1993) domba berasal dari Asia, yang terdiri atas 40 varietas. Domba-domba tersebut menyebar hampir di setiap negara. Ternak domba merupakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN PERKANDANGAN KANDANG TERNAK LEBIH NYAMAN MEMUDAHKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN LEBIH EFISIEN KANDANG - KONTRUKSI KANDANG SESUAI - MANAJEMEN KESEHATAN BAIK - KONTRUKSI KANDANG TIDAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba (Ovis aries)

TINJAUAN PUSTAKA. Domba (Ovis aries) TINJAUAN PUSTAKA Domba (Ovis aries) Sejarah Domba Domba sejak zaman dulu mulai diternakkan orang. Ternak domba yang ada saat ini merupakan hasil seleksi selama berpuluh-puluh tahun, dan pusat domestikasinya

Lebih terperinci

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM) PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM) M. BAIHAQI, M. DULDJAMAN dan HERMAN R Bagian Ilmu Ternak Ruminasia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011) MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B), Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2011. Lokasi penelitian di Kelompok Peternak Kambing Simpay Tampomas, berlokasi di lereng Gunung Tampomas,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan 14 METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu 1) Percobaan mengenai evaluasi kualitas nutrisi ransum komplit yang mengandung limbah taoge kacang hijau pada ternak domba dan 2)

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003) TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelinci Kelinci merupakan hewan yang mempunyai potensi sebagai penghasil daging yang baik. Hewan ini merupakan herbivore non ruminansia yang mempunyai sistem lambung sederhana

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian 17 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada 11 Maret hingga 5 Juni 011. Waktu penelitan dibagi menjadi enam periode, setiap periode perlakuan dilaksanakan selama 14 hari. Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga Januari 2015 di kandang peternakan Koperasi Gunung Madu Plantation,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B dan analisis plasma di Laboratorium Nutrisi Ternak Kerja dan Olahraga Unit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu diantaranya berdasarkan perbandingan banyaknya daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Domestikasi domba diperkirakan terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 9.000 11.000 tahun lalu. Sebanyak tujuh jenis domba liar yang dikenal terbagi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia dan dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung karena ukuran tubuhnya yang kecil, warnanya bermacam-macam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut : II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas rendah dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV Mitra Sejahtera Mandiri, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lima minggu yang dimulai dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ternak Penelitian, Ternak yang digunakan

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga bulan September 2011 dan bertempat di Laboratorium Lapang Blok A, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi pengembangan usaha peternakan kambing masih terbuka lebar karena populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai 1.012.705 ekor. Menurut data

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAGING DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL PENAMBAHAN KULIT SINGKONG SKRIPSI ADE IRMA SURYANI HARAHAP

SIFAT FISIK DAGING DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL PENAMBAHAN KULIT SINGKONG SKRIPSI ADE IRMA SURYANI HARAHAP SIFAT FISIK DAGING DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL PENAMBAHAN KULIT SINGKONG SKRIPSI ADE IRMA SURYANI HARAHAP DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bali Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi Filum Class Ordo Famili Genus Subgenus : Chordata : Mammalia : Artiodactyla : Bovidae : Bos : Bibos sondaicus

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

Lebih terperinci