Proses Kartografik. Gambar 2. 1 Diagram Komunikasi Kartografik (Gersmehl & Andrews, 1986)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Proses Kartografik. Gambar 2. 1 Diagram Komunikasi Kartografik (Gersmehl & Andrews, 1986)"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI 2.1. Kartografi Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan (BAKOSURTANAL, 2005). Dari pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa peta adalah gambaran sebuah lingkungan di permukaan bumi. Dalam konteks ini lingkungan yang dimaksud dipakai secara luas untuk memasukkan semua aspek lingkungan budaya dan fisik. Penting dicermati bahwa definisi tersebut memasukkan juga fenomena-fenomena yang tidak tampak secara fisik pada landskap geografi, contohnya suhu. Pemetaan suhu mungkin dilakukan meskipun hal ini tidak mencakup pemetaan benda-benda fisik pada landskap geografi tersebut. Pembuatan peta adalah sebuah subyek yang menarik untuk dipelajari dan merupakan sebuah aktivitas yang memiliki tempat tersendiri dalam catatan sejarah, bahkan sangat dekat dengan sejarah manusia. Peta sendiri pertama kali dibuat pada abad kelima atau keenam SM (Bagrow, 1966). Secara umum, pembuatan peta didefinisikan sebagai kumpulan dari proses teknis dari pengumpulan data, desain dan konstruksi kartografik, dan reproduksi, yang biasanya diasosiasikan dengan pembuatan peta yang sebenarnya (Muehrcke, 1972). Secara singkat, pemetaan adalah sebuah proses dalam mendesain, menyusun, dan menghasilan peta (Monmonier, 1977). Pada zaman digital sekarang ini, pembuatan peta tidak terpaku hanya pada bentuk fisik (kertas) yang konvensional. Peta sudah dibuat dan disajikan dalam bentuk digital tanpa perlu dicetak. Pencetakan tergantung pada kepentingan pengguna peta saja. Dengan perkembangan teknologi seperti ini, pembuatan peta menjadi lebih mudah. Selain itu penggunaan peta juga menjadi lebih luas daripada sekedar penampilan informasi spasial. Peta dapat juga digunakan dalam analisis keruangan dengan menggunakan perangkat lunak tertentu. 8

2 Pembuatan peta sangat erat hubungannya dengan kartografi. Untuk mengenal lebih dalam lagi tentang kartografi (dan persamaan/perbedaan dengan pembuatan peta) maka kartografi itu sendiri harus didefinisikan dengan baik. Sebagai sebuah disiplin yang memiliki cakupan yang luas, banyak kartografer profesional yang menarik batas antara pembuatan peta dan kartografi. Secara umum, kartografi dilihat secara lebih luas daripada pembuatan peta karena kartografi membutuhkan pembelajaran tentang dasar filosofi dan teori dari peraturan pembuatan peta, termasuk pembelajaran tentang komunikasi peta (Muehrcke, 1972). Seringkali kartografi dianggap sebagai pelajaran tentang pondasi artistik dan keilmuan dari pembuatan peta. Dengan perkembangan teknologi yang sudah sangat canggih seperti sekarang ini (khususnya teknologi computer), maka kartografi juga mengalami perkembangan secara fundamental. Revolusi teknologi mempunyai dampak pada kartografi. Kartografi tetap mempertahankan elemen dasar ilmu kartografi dan juga kartografi menghasilkan dua produk yang satu sama lain memenuhi fungsi masing-masing, yaitu : Basis data digital merupakan media penyimpan informasi geografis sebagai pengganti pencetakan peta ; Visualisasi kartografis pada sejumlah media yang berbeda merupakan fungsi pelayanan selain pencetakan peta Menurut Menno-Jan Kraak dan Ferjan Ormeling (2003) kartografi dapat dilihat sebagai pembuatan data spasial yang dapat diakses, menekankan visualisasinya, dan memungkinkan berinteraksi dengannya, yang berhubungan dengan masalah-masalah geospasial (Kraak & Ormeling, 2003). Dari pengertian di atas, kita dapat melihat bahwa kartografi sudah tidak terbatas pada domain peta konvensional (cetak), namun sudah lebih luas dan mengarah kepada akses dan visualisasi yang umumya dilakukan menggunakan pada platform digital. Menurut International Cartographic Association (1995), Cartography is the discipline dealing with the conception, production, dissemination and study of maps. Pengertian ini memiliki cakupan yang cukup luas sehingga dapat diterima oleh hampir semua praktisi kartografi. 9

3 Dalam prakteknya, peta dibuat selalu dengan tujuan tertentu; kemampuan dan kebutuhan pembaca serta batasan grafis pada media penyajian informasi peta sangat mempengaruhi keputusan pendesainan (Robinson, 1966). Itulah yang membuat desain kartografis sangat menyenangkan. Gambaran umum dari komunikasi kartogarfik yang terkait dengan 4 komponen utama (data lapangan, pembuat peta, peta, dan pembaca peta) dapat dilihat pada Gambar 2.1 Penghasil Peta Umpan Balik Legenda Peta Inset Data Lapangan Kartographer Peta Pengguna Peta Transformation pertama Pembuatan Peta Transformation kedua Penggunaan Peta Proses Kartografik Gambar 2. 1 Diagram Komunikasi Kartografik (Gersmehl & Andrews, 1986) Dimulai dari data lapangan yang belum dipetakan sampai kepada pembaca peta meliputi 2 transformasi penting. Pertama, disebut dengan pembuatan peta, meliputi pengubahan data yang belum dipetakan menjadi satu kumpulan simbol-simbol grafis yang ditempatkan di dalam peta. Transformasi kedua, disebut penggunaan peta, meliputi pembacaan simbol-simbol dan mengartikan informasi sapsial yang dimaksudkan dengan simbol tersebut. Kesalahan dalam pembacaan peta terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara pesan yang ingin disampaikan oleh penghasil peta dan pesan yang diterima pembaca peta melalui peta tersebut. Keseluruhan proses tersebut disebut dengan proses kartografik. Proses transformasi tersebut adalah salah satu intisari yang memerlukan 10

4 generalisasi kartografik yang meliputi seleksi, klasifikasi, simplifikasi dan simbolisasi (Robinson A. J., 1995). a. Seleksi Proses seleksi memulai seluruh aktivitas pembuatan peta. Seleksi meliputi keputusan awal yang berkenaan dengan ruang geografis yang akan dipetakan, skala peta, proyeksi peta, data apa yang perlu untuk memenuhi tujuan pembuatan peta, dan metode apa yang harus diterapkan dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan tersebut. Proses seleksi ini sangat penting dan harus sebisa mungkin mengetahui keinginan pengguna peta (Ommer & Wood, 1985). b. Klasifikasi Proses klasifikasi menempatkan objek-objek ke dalam kelompok yag memiliki cirri-ciri yang identik ataupun mirip. Proses ini menghilangkan detail-detail yang tidak perlu dari sebuah objek. Informasi tersampaikan melalui pengenalan akan batasan-batasan setiap kelompok. Klasifikasi mengurangi kerumitan gambar pada peta, membantu mengatur informasi yang ada pada peta, dan meningkatkan kualitas komuniksai peta. c. Simplifikasi Seleksi dan kalsifikasi merupakan bagian dari simplifikasi, namun simplifikasi bisa juga dalam bentuk yang lain. Sebagai contoh, dalam penggambaran jalan yang ada secara natural pada muka bumi. Jalan tersebut sebenarnya cukup berkelok-kelok, namun karena tujuan dari peta yang dibuat hanya untuk menunjukkan keterhubungan antara dua titik (bukan untuk menunjukkan secara presisi bentuk dari jalan), maka dapat ditarik garis lurus saja pata penggambarannya di peta. Pada peta topografi, proses simplifikasi sangat bergantung kepada skala peta yang digunakan. d. Simbolisasi Simbolisasi adalah proses yang paling rumit dalam inti pemetaan. Pembuatan peta memerlukan simbolisasi karena tidak mungkin untuk membuat gambar 11

5 dari objek yang ada di lapangan ke dalam selembar peta tanpa memakai sebuah simbol yang merepresentasikan dunia nyata. Ada 2 jenis simbol yang digunakan dalam pembuatan peta : Replikatif / Deskriptif Simbol replikatif adalah simbol yang didesain agar menyerupai objek yang ada di dunia nyata. Simbol-simbol ini hanya digunakan untuk objekobjek yang nyata, contohnya garis pantai, pohon, rel kereta api, jalan,dan rumah. Abstrak Simbol abstrak biasanya mengambil bentuk geometri tertentu seperti segitiga, persegi, dan lingkaran. Simbol-simbol ini biasanya digunakan untuk menunjukkan kuantitas yang bervariasi pada setiap tempat; simbolsimbol ini juga bisa merepresentasikan semua hal dan sangat membutuhkan pengalaman dari pengguna peta dan diperlukan legenda peta yang detail. Penghasil peta (map author) adalah seseorang yang ingin menyampaikan informasi spasial kepada orang orang tertentu yang membutuhkan. Mereka tidak harus pembuat peta ataupun kartografer (Muehrcke, 1978). Secara singkat mereka tidak harus memiliki kemampuan dalam pembuatan peta, namun mengerti intisari apa yang dimasukkan ke dalam peta tersebut. Jika penghasil peta ingin menyusun informasi spasial secara efektif, mereka bisa mempekerjakan kartografer atau pembuat peta (map maker) untuk mendesain sebuah peta. Data yang dimasukkan ke dalam sebuah peta bisa merupakan fenomena numerik ataupun non-numerik. Data non-numerik bisa merupakan elemen peta dasar seperti batas politik suatu negara dan garis pantai. Data numerik adalah elemen kuantitatif yang akan disampaikan lewat peta, seperti data kedalaman, jumlah penduduk, dan data ketinggian. Secara keseluruhan, komunikasi peta yang sukses bergantung pada seberapa baik kartografer bisa mengartikan keperluan pengguna peta. 12

6 2.2. Geodatabase Konsep mengenai basis data dapat dipandang dari beberapa sudut. Dari sisi sistem, basis data merupakan kumpulan tabel-tabel atau file yang saling berelasi. Sementara dari sisi manajemen, basis data dapat dipandang sebagai sebagai kumpulan data yang memodelkan aktivitas-aktivitas yang terdapat di dalam enterprise-nya. Selain itu, basis data juga mengandung pengertian kumpulan data non-redundant yang dapat digunakan bersama (shared) oleh sistem-sistem aplikasi yang berbeda. Atau dengan kata lain, basis data adalah kumpulan data-data (file) non-redundant yang saling terkait satu sama lainnya (dinyatakan oleh atribut-atribut kunci dari tabel-tabelnya / struktur data dan relasi-relasi) di dalam usaha membentuk bangunan informasi yang penting (enterprise). (Ponniah, 2003). Dengan basis data, perubahan, editing, dan updating data dapat dilakukan tanpa mempengaruhi komponen-komponen lainnya di dalam sistem yang bersangkutan. Perubahan ini mencakup perubahan format data (konversi), struktur file, atau relokasi data dari satu perangkat ke perangkat lainnya (Rodriguez, 2004). Beberapa terminology yang ada di dalam basis data (Rodriguez, 2004): a. Atribut Atribut menggambarkan properti dari sebuah entitas. Ada juga istilah Domain Atribute. Domain atribut adalah definisi konseptual dari sebuah atribut. Jadi domain atribut ini berisi nilai-nilai yang menjadi nilai dari sebuah atribut. b. Entitas Entitas adalah istilah bagi suatu unsur spesifik di lapangan yang akan dimasukkan ke dalam basis data. c. Relationships Relationships adalah hubungan antar entitas. Misalnya entitas manusia dan mobil adalah memiliki/dimiliki. d. Record Record adalah anggota dari suatu entitas tertentu. 13

7 e. Identifier Sering disebut primary key. Identifier adalah atribut yang dimiliki record. Identifier unik untuk tiap record pada suatu entitas. Gambaran singkat mengenai proses pembuatan basis data hingga proses kartografiknya dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini : Unsur 1 Unsur 2 Unsur 3 Unsur-unsur yang dimasukkan dalam peta File Data Spasial Basis Data -konseptual -implementasi Peta kartografik Gambar 2. 2 Skema Pembuatan Basis Data dan Proses Kartografik Peta Unsur-unsur yang akan dimasukkan ke dalam basis data dikumpulkan dan didaftar sebagai entitas. Setiap entitas dibuat satu file data spasial dan ditentukan bentuk geometri untuk setiap entitas. Bentuk geometri berupa primitive object dalam bentuk titik, garis, dan area. Setelah itu, masuk ke dalam tahap konseptual pembuatan basis data. Setelah selesai dari tahap konseptual barulah dilakukan tahap implementasi basis data yang telah dikonsepkan tadi (memakai bantuan perangkat lunak). Dalam pembuatan basis data, dipakai metodologi-metodologi tertentu yang sebenarnya hanya memberikan definisi tahapan-tahapan yang ada di dalam pembuatan basis data. Salah satu metodologi yang digunakan untuk pembangunan basis data spasial adalah Three Schema Architecture (TSA), dimana rancang bangun basis data spasial dibagi kedalam 3 tahapan, yaitu: tahap eksternal, tahap konseptual, dan tahap internal. Sedangkan model basis data spasial yang digunakan adalah model relasional, dengan model ini data dipilah kedalam entitas-entitas dimana masing-masing entitas saling 14

8 berhubungan (berelasi) berdasarkan enterprise rules (aturan kenyataan) dan cardinality (derajat relasi) antar entitas sesuai dengan aturan-aturan bisnis yang berlaku dalam hidrografi (Schneider) a. Tahap Eksternal Tahap ini sering disebut dengan tahap analisa kebutuhan pengguna. Tahap analisa kebutuhan pengguna merupakan tahapan untuk mengumpulkan keinginan, harapan, kebutuhan dari pengguna agar fungsionalitas-nya sesuai ekspektasi dan memenuhi maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan. Metoda yang dilakukan dapat beragam mulai dari wawancara, kuisioner, studi literatur dan sebagainya. Tahap ini termasuk sangat kritis, mengingat basis data Peta LPI adalah sebuah sistem yang spesifik untuk setiap tema yang berbeda. b. Tahap Konseptual Pada tahap ini dilakukan pemodelan data berdasarkan keluaran yang diperoleh pada tahap sebelumnya. Semua entitas dilengkapi dengan atribut kemudian antar entitas direlasikan berdasarkan informasi aturan-aturan nyata yang berlaku pada enterprise. Untuk melakukan relasi antar entitas maka dilakukan pemilihan field kunci utama (primary key) dari atribut entitas yang memiliki karakteristik unik digunakan sebagai identifier untuk masingmasing entitas. Keluaran (output) dari tahapan ini sering disebut Entity- Relationship (ER-Diagram) atau disebut juga sebagai model konseptual dari database yang akan dibuat. c. Tahap Internal Pada tahap ini, model data yang telah dibuat pada tahap konseptual diterjemahkan ke dalam model data relasional, meskipun hasil perancangan ini juga dapat diterjemahkan ke dalam bentuk model data yang lain (hirarki atau network). Setelah itu, model datanya dikonversikan ke dalam bentuk tabel-tabel basis data relasional, sedangkan relasi-relasi yang terdapat di antara entities model datanya diimplementasikan dalam bentuk primary key dan foreign key yang disisipkan pada tabel-tabel yang bersangkutan. 15

9 Setelah itu, dilakukan perancangan fisik yang memetakan struktur basis data yang dikonsepkan menjadi struktur basis data fisik pada media penyimpanan elektronik. Pada perancangan fisik, setiap attribute atau item pada tabel-tabel basis data diterjemahkan ke dalam field basis data fisik dengan tipe data dan ukuran tertentu. Selain itu, dilakukan juga penentuan domain value dari masing-masing atribut. Langkah-langkah dalam tahap internal ini : Transformasi Model Data ke Basis Data Fisik Penyusunan DBMS dan Struktur Tabel Implementasi Tabel-tabel Basis Data Implementasi Relasi Antar Tabel Implementasi Integritas (Keunikan Data, Domain Data, Referensial, Aturan Nyata) Pada tahap internal ini juga dilakukan pemilihan perangkat lunak. Perangkat lunak yang digunakan untuk implementasi dari desain basis data perangkat lunak ArcGIS sesuai dengan yang digunakan di BIG. Selain itu perangkat lunak ini juga memberikan kelebihan antara lain disebutkan dalam tabel. Dari segi struktur dibuat ke dalam sistem folder yang sederhana memanfaatkan lingkungan operasi Windows, memberi kemudahan dalam pengelolaan tabel, dan batasan ukuran basis data hanya dibatasi oleh ukuran hardisk yang tersedia. Pada Tabel 2.1 ditunjukkan beberapa kelebihan Geodatabase ArcGIS 16

10 Tabel 2. 1 Kelebihan Geodatabase ArcGIS Struktur Performa Manajemen Data berkembang dari sisi kegunaan performa optimal tanpa batasan ukuran perpindahan data yang mudah model editing yang berkembang menyimpan data raster dalam geodatabase konfigurasi penyimpanan yang dapat diatur mengijinkan pembaharuan menjadi indeks spasial bisa menggunakan data yang dikompres Sumber : ESRI(2008) Pada pembuatan basis data Peta Lingkungan Pantai Indonesia ini, basis data yang akan dibuat adalah geodatabase. Geodatabase merupakan singkatan dari geografik database. Basis data ini pada sruktur basis datanya sama dengan basis data biasa. Perbedaan antara geodatabase dan basis data biasa adalah geodatabase mengombinasikan geo (data spasial) dan database (gudang data/basis data) untuk membentuk pusat data untuk penyimpanan dan manajemen data spasial. Setiap data spasial memiliki informasi keruangan berupa koordinat. Sebagai contoh adalah sebuah jalan di dunia nyata, pada geodatabase tipe objek yang dipakai adalah line dan memiliki ID tertentu. Line tersebut memiliki informasi keruangan berupa koordinat pada sepanjang bagian dari line tersebut Peta Lingkungan Pantai Indonesia Pengertian Dasar Referensi yang paling lengkap tentang Peta Lingkungan Pantai Indonesia didapat dari SNI karena hanya dokumen inilah yang membahas tentang peta LPI secara rinci. SNI ini secara khusus membahas tentang pembuatan peta LPI skala 1:50000, meliputi, unsur-unsur yang harus disajikan, cara penyajian dan reproduksi peta. 17

11 Istilah dan definisi yang dipakai dalam pembuatan peta LPI : a. Peta dasar Lingkungan Pantai Indonesia Adalah representasi secara grafis sepetak permukaan bumi di wilayah sekitar pantai atau pesisir baik ke arah darat maupun laut dengan sistem generalisasi untuk menggambarkan detail yang ada dengan jelas dan tidak bermakna ganda. Peta dasar LPI merupakan gabungan peta rupabumi (topografi) dengan peta laut dalam satu sistem proyeksi dan digunakan sebagai peta dasar dalam pembuatan peta-peta tematik lainnya di wilayah pantai. b. Datum Datum adalah data yang dipakai sebagai acuan untuk menentukan posisi. Ada 2 jenis datum yang berperan dalam pembuatan peta, yaitu datum horizontal dan datum vertikal. Datum untuk kontrol horizontal baik untuk darat maupun laut adalah Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-1995) dengan parameter sferoid: a = ,0 meter f = 1/298, Datum untuk kontrol vertikal di darat adalah sistem ketinggian mengacu pada jaring kontrol vertikal BAKOSURTANAL. Dalam hal tidak ada jaring kontrol vertikal di pulau bersangkutan maka kontrol vertikal sementara ditentukan dengan menghitung duduk tengah di daerah pemetaan berdasarkan pengukuran pasang surut minimal 29 piantan. Datum untuk kontrol vertikal di laut adalah sistem kedalaman mengacu pada peta laut didasarkan pada rata-rata air rendah terendah hasil perhitungan dari data stasiun permanen atau stasiun pasang surut temporal berdasarkan pengukuran pasang surut minimal 29 piantan. 18

12 Perbedaan tinggi antara datum vertikal untuk di darat (Mean Sea Level), datum vertikal untuk di laut (Chart Datum) dan air tinggi tertinggi (Highest Astronomical Tide) dinyatakan pada informasi tepi peta. c. Ketelitian peta Istilah ketelitian peta mengacu pada ketelitian informasi spasial yang terkandung dalam peta, baik ketelitian posisi vertikal maupun horizontal. Istilah ini juga dapat diartikan sebagai kualitas dan kelengkapan informasi yang dituangkan dalam peta. Ketelitian posisi horizontal Minimal 90% dari posisi horizontal yang diuji harus mempunyai ketelitian 0,5 mm pada peta (25 meter di lapangan). Titik-titik yang diuji adalah minimal 2% dari isi peta yang diwakilinya dan titik-titik tersebut terdefinisi dengan jelas di atas peta. Ketelitian posisi vertikal Minimal 90% dari kontur yang diuji dan ketinggian hasil interpolasi dari kontur harus mempunyai ketelitian setengah kali interval kontur. Titiktitik yang diuji adalah minimal 2% dari isi peta yang diwakilinya dan titik-titik tersebut terdefinisi dengan jelas di atas peta. d. Kelengkapan Minimal 95% dari setiap kategori unsur isi untuk tergambarkan pada peta. e. Kontur Garis khayal untuk menghubungkan semua titik yang mempunyai ketinggian atau kedalaman yang sama mengacu pada datum tertentu. Kontur dimaksudkan untuk menunjukkan relief dari suatu area yang dipetakan. Pada Peta LPI ini, garis kontur pada daratan dan lautan tidak memiliki aturan yang sama dalam penggambarannya.interval kontur darat adalah tiap 25 meter, dengan kontur indeks tiap 100 meter dan kontur pembantu adalah setengah dari harga garis kontur, sedangkan kontur kedalaman laut digambarkan pada nilai kedalaman : 19

13 f. Gratikul peta Range Kedalaman Garis Kontur pada Kedalaman 0 10 meter 2, 5, dan 8 meter meter tiap 5 meter meter tiap 10 meter meter tiap 20 meter meter tiap 50 meter >1000 meter tiap 100 meter Garis-garis pada muka peta yang tergambar tidak saling tegak lurus, dan perpotongannya merupakan koordinat proyeksi. Penyajian garis gratikul pada muka peta dan garis tepi peta lebih banyak digunakan pada peta-peta skala kecil dan sedang. Peta LPI digambarkan dalam proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM). Proyeksinya mengacu pada sferoid yang telah dispesifikasikan dalam Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-1995). g. Isi peta Unsur-unsur yang perlu digambarkan dalam peta LPI adalah : Unsur gedung dan bangunan lainnya Unsur perhubungan Unsur tumbuh-tumbuhan Unsur relief dan titik control Unsur batas administrasi Unsur perairan Nama geografis Informasi navigasi laut Unsur informasi lain yang harus ditampilkan : Gratikul Infomasi tepi peta Proses Pembuatan Peta LPI Proses pembuatan peta LPI, sepert halnya proses pemetaan pada umumnya, dilakukan dalam 3 tahapan besar, yaitu : 20

14 a. Pengumpulan Data Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam pembuatan peta. Data yang dikumpulkan terbagi atas 2 jenis, yaitu data yang harus disurvei terlebih dahulu dan juga data yang sudah ada (baik dalam bentuk peta yang sudah jadi maupun dalam data tentang suatu objek yang sudah pernah di disurvei). b. Pengolahan Data Data-data dari tahap sebelumnya diolah pada tahap ini dengan bantuan perangkat lunak tertetu. Pengolahan ini biasanya dilakukan satu arah, namun bisa dilakukan secara iterasi jika diperlukan. Umumnya pengolahan data secara iterative dilakukan karena ada proses kontrol kualitas. Data yang belum memenuhi syarat untuk dilakukan pengolahan data lebih lanjut akan diiterasi dan diperbaiki agar layak untuk diolah lebih lanjut. Kontrol kualitas dilakukan oleh kartografer yang memainkan peran sebagai pengolah data terakhir. c. Penyajian Data (Peta) Setelah selesai pengolahan data, akan diperoleh hasil akhir dalam bentuk peta yang disajikan menurut keperluan yang empunya keperluan. Penyajian peta dapat dilakukan dalam bentuk hard copy, maupun dalam bentuk soft copy. Selain ketiga tahapan di atas, terdapat juga langkah lain yang mendukung terlaksananya ketiga tahapan tersebut. Salah satu contoh dari langkah tersebut adalah persiapan adminitrasi untuk memulai proses survey. Persiapan administrasi tidak termasuk ke dalam tiga tahapan di atas namun penting untuk dilakukan untuk menunjang keberlangsungan ketiga tahapan tersebut. Pada Gambar 2.3 ditunjukkan proses pembuatan peta LPI format basis data. Fokus dari penulisan tugas akhir ini adalah pembuatan basis data dan proses kartografik peta LPI, oleh karena itu proses-proses yang lain tidak dijabarkan secara rinci. Pembuatan basis data dan proses kartografik peta LPI termasuk ke dalam tahapan pengolahan data. 21

15 MULAI Yang dilakukan dalam pengerjaan tugas akhir ini Proses Pembuatan Basis Data Proses Kartografik PERSIAPAN Administratif : Penyelesaian Administrasi Kontrak Surat-surat untuk pengumpulan data Teknis : Penyusunan komposisi Tim Pembuatan Dokumen Teknis Penyusunan Jadwal PENGUMPULAN DATA Survey Lapangan Peta RBI Digital Peta Penunjang PEMBUATAN GUIDELINE Adopsi S-57 Kamus Data Spasial Standar SNI & Penunjang Lainnya RE-DESAIN DATA Penyesuaian Layer Penyesuaian Format Data Penyeragaman Sistem Proyeksi & Koordinat Penggabungan Seamless Cleaning Data Tahap 1 DESAIN BASIS DATA SPASIAL Pembuatan Enterprise Rules Desain Konseptual / Tabel Entitas Desain Fisik / Pemilihan Perangkat lunak Pengujian IMPLEMENTASI BASIS DATA SPASIAL Template Baku Basis Data Spasial Loading Data EDITING DATA SPASIAL Pembuatan Topologi Cleaning Data Tahap 2 Validasi DESAIN KARTOGRAFI Simbolisasi Penamaan Toponimi EDITING DATA ATRIBUT Subtype & Domain Relationship Cleaning Data Tahap 3 Validasi DESAIN LAYOUT Pembuatan Indeks LPI Pembuatan Layout Peta LPI Skala 1 : EDITING METADATA Editing Metadata Basis Data Spasial Editing Metadata MDSN PRODUK AKHIR Basis Data Spasial Peta LPI Peta LPI Skala 1 : Gambar 2. 3 Proses Pembuatan Peta LPI Format Basis Data 22

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGOLAHAN DATA BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Pembuatan Basis Data Peta Lingkungan Pantai Indonesia Dalam pembuatan Basis Data ini, akan dilakukan dengan metode Three Schema Architecture (TSA) yang terdiri dari desain

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial BAB II DASAR TEORI 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial Dalam konteks aktivitas, ruang lingkup pekerjaan ilmu geodesi umumnya mencakup tahapan pengumpulan data, pengolahan dan manipulasi data,

Lebih terperinci

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI 19-6726-2002 Pristantrina Stephanindra, Ir.Yuwono MT Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR i Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 3 1 Ruang lingkup... 4 2 Istilah dan definisi... 4 2.1 Istilah Teknis Perpetaan... 4 2.2 Istilah Tata Ruang... 5 3 Penyajian Muka

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 Matakuliah Waktu : Sistem Informasi Geografis / 3 SKS : 100 menit 1. Jelaskan pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG). Jelaskan pula perbedaan antara SIG dan

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

BIG. Peta. Rencana Tata Ruang. Pengelolaan. Tata Cara.

BIG. Peta. Rencana Tata Ruang. Pengelolaan. Tata Cara. No.1517, 2014 BIG. Peta. Rencana Tata Ruang. Pengelolaan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis Company LOGO Sistem Informasi Geografis ibi Basis data spasial yaitu: sekumpulan entity baik yang memiliki lokasi atau posisi tetap maupun tidak tetap

Lebih terperinci

BAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER

BAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER BAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER III.1 Peta Dasar Peta yang digunakan untuk menentukan garis batas adalah peta

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Informasi Geospasial Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 25/PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PROSEDUR

Lebih terperinci

Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU. Hari Aspriyono, S.Kom

Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU. Hari Aspriyono, S.Kom Teknik Informatika UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU Hari Aspriyono, S.Kom Nama : Hari Aspriyono, S.Kom E-Mail : hari.aspriyono@gmail.com Hp : 081373297985 Absen : 10% Tugas : 20% UTS : 30% UAS : 40% Total

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN BASIS DATA. Alif Finandhita, S.Kom

PERANCANGAN BASIS DATA. Alif Finandhita, S.Kom PERANCANGAN BASIS DATA Alif Finandhita, S.Kom Proses perancangan basis data, terlepas dari masalah yang ditangani dibagi menjadi 3 tahapan : Perancangan basis data secara konseptual Merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

Adipandang YUDONO

Adipandang YUDONO Pengenalan Kartografi Adipandang YUDONO 11 E-mail: adipandang@yahoo.com Outline Apa itu Kartografi? Peta Definisi Peta Hakekat Peta Syarat-syarat yang dikatakan peta Fungsi peta Klasifikasi peta Simbol-simbol

Lebih terperinci

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA Edisi : I Tahun 2003 KERJASAMA ANTARA DEPARTEMEN DALAM NEGERI DENGAN BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAAN NASIONAL Cibogo, April 2003 MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik (2014), Indonesia memiliki 17.504 pulau dan luas daratan mencapai 1.910.931,32 km 2. Karena kondisi geografisnya yang

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana. Tata Ruang. Peta. Ketelitian. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA

ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA Danang Budi Susetyo, Dini Nuraeni, Aji Putra Perdana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial

Lebih terperinci

Pemanfaatan Perangkat Lunak Berbasiskan Mobile SIG untuk Visualisasi Peta Digital Kelurahan Tasikmadu Kota Malang

Pemanfaatan Perangkat Lunak Berbasiskan Mobile SIG untuk Visualisasi Peta Digital Kelurahan Tasikmadu Kota Malang Pemanfaatan Perangkat Lunak Berbasiskan Mobile SIG untuk Visualisasi Peta Digital Kelurahan Tasikmadu Kota Malang Silvester Sari Sai 1, Hery Purwanto 1, Joanes Pradono De Deo 1, Elisius Sewa 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*) URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI Oleh: Nanin Trianawati Sugito*) Abstrak Daerah (propinsi, kabupaten, dan kota) mempunyai wewenang yang relatif

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI II.1 Kewenangan Daerah di Wilayah Laut

BAB II DASAR TEORI II.1 Kewenangan Daerah di Wilayah Laut BAB II DASAR TEORI II.1 Kewenangan Daerah di Wilayah Laut Ada dua peraturan yang dijadikan rujukan dalam penulisan Tugas Akhir ini, yaitu UU No.32 Tahun 2004 yang menerangkan tentang Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

Bab III Analisis Basis Data Spasial PBB Eksisting dan Solusi Pemecahan Permasalahan

Bab III Analisis Basis Data Spasial PBB Eksisting dan Solusi Pemecahan Permasalahan Bab III Analisis Basis Data Spasial PBB Eksisting dan Solusi Pemecahan Permasalahan III.1 Analisis Basis Data Spasial PBB Eksisting Basis data spasial PBB menggunakan model data spasial vektor non topologi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, baik pulau-pulau kecil maupun pulau-pulau besar. Indonesia adalah

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. spesifikasi pada komputer yang berdasarkan pada sistem informasi.

II. LANDASAN TEORI. spesifikasi pada komputer yang berdasarkan pada sistem informasi. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Whitten Perancangan Sistem adalah Proses dimana keperluan pengguna dirubah ke dalam bentuk paket perangkat lunak dan atau kedalam spesifikasi pada komputer

Lebih terperinci

: ENDRO HASSRIE NIM : MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA

: ENDRO HASSRIE NIM : MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA NAMA : ENDRO HASSRIE NIM : 41813120047 MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA Pemodelan data (ER Diagram) adalah proses yang digunakan untuk mendefinisikan dan menganalisis kebutuhan data yang

Lebih terperinci

BAB II. 2.1 Model Data High Level Data Model (Conceptual Data Model)

BAB II. 2.1 Model Data High Level Data Model (Conceptual Data Model) BAB II PENGEMBANGAN SISTEM BASIS DATA Bab ini akan membahas lebih lanjut mengenai arsitektur sistem basis data dan pengembangan sistem basis data. Sistem basis data tidak berdiri sendiri, tetapi selalu

Lebih terperinci

BAB IV PETA TOPOGRAFI. 1. umum

BAB IV PETA TOPOGRAFI. 1. umum 1. umum BAB IV PETA TOPOGRAFI Peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur alam (asli) dan unsur-unsur buatan manusia di atas permukaan bumi. Unsur-unsur tersebut diusahakan untuk diperlihatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Dalam rangka memecahkan masalah yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu

Lebih terperinci

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS DAN KETENTUAN INTERNATIONAL HYDROGRAPHIC ORGANIZATION (IHO)

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS DAN KETENTUAN INTERNATIONAL HYDROGRAPHIC ORGANIZATION (IHO) ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS DAN KETENTUAN INTERNATIONAL HYDROGRAPHIC ORGANIZATION (IHO) By : PRISTANTRINA STEPHANINDRA 3505 100 013 LATAR BELAKANG Peta

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Landasan Teori merupakan dasar tentang pendapat dalam melakukan penelitian atau penemuan yang didukung oleh data data dan argumentasi penulis. Fungsi dari landasan teori adalah untuk

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Sistem Informasi Geografis Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 5 Cara Memperoleh Data / Informasi Geografis 1. Survei lapangan Pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel (polusi air), pengumpulan

Lebih terperinci

PETA DASAR ZONASI TINGKAT PERINGATAN TSUNAMI DAERAH BANYUWANGI

PETA DASAR ZONASI TINGKAT PERINGATAN TSUNAMI DAERAH BANYUWANGI PETA DASAR ZONASI TINGKAT PERINGATAN TSUNAMI DAERAH BANYUWANGI Dalam rangka upaya peringatan dini untuk bencana tsunami, beragam peta telah dibuat oleh beberapa instansi pemerintah, LSM maupun swasta.

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI VISUALISASI INFORMASI PASUT BERBASIS WEB

BAB 3 IMPLEMENTASI VISUALISASI INFORMASI PASUT BERBASIS WEB BAB 3 IMPLEMENTASI VISUALISASI INFORMASI PASUT BERBASIS WEB Pada bab ini akan diuraikan tahapan yang dilakukan dalam implementasi visualisasi informasi pasut berbasis web, yang terdiri dari: a. Identifikasi

Lebih terperinci

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016 Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 18 menetapkan bahwa wilayah daerah provinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA II. 1 Peta Multiguna (Multipurpose map) Peta multiguna secara sederhana didefinisikan sebagai peta yang yang bisa digunakan oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluan.

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] SEJARAH ESRI Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data yang mempunyai referensi

Lebih terperinci

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim BADAN INFORMASI GEOSPASIAL www.big.go.id Menjamin Ketersediaan dan Akses IG yang bisa dipertanggung-jawabkan Single Reference demi padunya

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH 2.1 Dasar Hukum Penetapan Batas Laut Daerah Agar pelaksanaan penetapan batas laut berhasil dilakukan dengan baik, maka kegiatan tersebut harus mengacu kepada peraturan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. masukan-masukan (input) dan menghasilkan output dalam proses transformasi yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. masukan-masukan (input) dan menghasilkan output dalam proses transformasi yang 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Administrasi 2.1.1 Pengertian Sistem Sistem adalah sebuah kumpulan dari komponen-komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. yang saling berhubungan yaitu antara sistem dan informasi. Sistem adalah suatu

BAB III LANDASAN TEORI. yang saling berhubungan yaitu antara sistem dan informasi. Sistem adalah suatu BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut (Wilkinson, 2007:3-4) Sistem informasi berasal dari dua kata yang saling berhubungan yaitu antara sistem dan informasi. Sistem adalah suatu

Lebih terperinci

Model Model Basis Data

Model Model Basis Data Membahas: 1. Model-Model Basis Data 2. Perancangan Data Base 3. Metode pengembangan basis data 4. Jenis-jenis relationship 5. E-R Diagram Model Model Basis Data Model model basis data menyatakan hubungan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA 3.1 Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia Penyeleksian data untuk pemetaan Laut Teritorial dilakukan berdasarkan implementasi UNCLOS

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI. Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi

RINGKASAN SKRIPSI. Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi RINGKASAN SKRIPSI Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informatika dengan produk yang bernama Flexi. Telkom Flexi tersebut merupakan suatu operator yang menggunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN BASIS DATA

PERANCANGAN BASIS DATA BAB IV PERANCANGAN BASIS DATA Database atau basis data adalah kumpulan data yang disimpan secara sistematis di dalam komputer dan dapat dimanipulasi (diolah) menggunakan perangkat lunak (program aplikasi)

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Data Data merupakan fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, uraian karakter yang mempunyai arti pada suatu konteks

Lebih terperinci

P7 Perancangan Database

P7 Perancangan Database P7 Perancangan Database SQ http://sidiq.mercubuana-yogya.ac.id Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Tujuan Mahasiswa mengetahui & memahami konsep

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. terbagi atas beberapa tahap yaitu: perancangan basis data secara konseptual, logis dan fisis.

BAB II DASAR TEORI. terbagi atas beberapa tahap yaitu: perancangan basis data secara konseptual, logis dan fisis. BAB II DASAR TEORI 2.1. Konsep dan Definisi Konsep 2.1.1.Konsep Dasar Perancangan Perancangan basis data merupakan langkah untuk menentukan basis data yang diharapkan dapat mewakili kebutuhan pengguna.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana. Tata Ruang. Peta. Ketelitian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website

BAB I PENDAHULUAN.  disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya memiliki karakteristik yang unik dan menarik yang sebatas pada sosial dan budayanya. Akan tetapi, keunikan lain khususnya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka membangun infratsruktur data spasial, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah, setidaknya ada 5 (lima) komponen utama yang dibutuhkan, yaitu

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem yang Sedang Berjalan Proses yang sedang berjalan dalam penginformasian Lokasi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), masih bersifat manual, yaitu

Lebih terperinci

MAKALAH PERANCANGAN BASIS DATA MODEL DATA. Disusun oleh: Ainun Aisyiyah Iman Safuad Ismi Fadhilah

MAKALAH PERANCANGAN BASIS DATA MODEL DATA. Disusun oleh: Ainun Aisyiyah Iman Safuad Ismi Fadhilah MAKALAH PERANCANGAN BASIS DATA MODEL DATA Disusun oleh: Ainun Aisyiyah 2014001690 Iman Safuad 2014001726 Ismi Fadhilah 2014001729 AMIK Harapan Bangsa Surakarta 2015 MODEL DATA A. Pengertian Model Data

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

Nama : Rendi Setiawan Nim :

Nama : Rendi Setiawan Nim : Nama : Rendi Setiawan Nim : 41813120188 Pemodelan Data Pemodelan Data dalam rekayasa perangkat lunak adalah proses menciptakan sebuah model data dengan menerapkan model deskripsi formal data menggunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Yunani Graphein) yang berarti pencitraan, pelukisan atau deskripsi.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Yunani Graphein) yang berarti pencitraan, pelukisan atau deskripsi. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri dari dua kata yaitu; Geo yang berarti bumi dan

Lebih terperinci

Konsep Basis Data (Lanjut)

Konsep Basis Data (Lanjut) Konsep Basis Data (Lanjut) http://www.brigidaarie.com Bahasa Basis Data bahasa yang digunakan oleh user untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan DBMS yang bersangkutan Contoh : SQL, dbase, QUEL dsb Bahasa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang luas, terdiri atas sepertiga wilayah daratan dan dua pertiga wilayah lautan. Untuk membangun Negeri Indonesia yang besar dan

Lebih terperinci

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis Pendahuluan Data yang mengendalikan SIG adalah data spasial. Setiap fungsionalitasyang g membuat SIG dibedakan dari lingkungan analisis lainnya adalah karena berakar pada keaslian

Lebih terperinci

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS Danang Budi Susetyo, Aji Putra Perdana, Nadya Oktaviani Badan Informasi Geospasial (BIG) Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46, Cibinong 16911 Email: danang.budi@big.go.id

Lebih terperinci

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut saling keterkaitannya (inter-relasi) di dalam (usaha) mencapai suatu tujuan (atau sasaran bersama

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Sistem Informasi Geografis Lokasi Transmisi TVRI Di Sumatera Utara yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan desain sistem.

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI 3.1 Konsep Dasar Penetapan Ekoregion Provinsi Konsep dasar dalam penetapan dan pemetaan ekoregion Provinsi Banten adalah mengacu pada Undang-Undang No.32/2009,

Lebih terperinci

Home : tedyagungc.wordpress.com

Home : tedyagungc.wordpress.com Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik

Lebih terperinci

MEMAHAMI KONSEP DATABASE. Oleh : Yuhefizar, S.Kom

MEMAHAMI KONSEP DATABASE. Oleh : Yuhefizar, S.Kom MEMAHAMI KONSEP DATABASE Oleh : Yuhefizar, S.Kom Database Management System(DBMS) merupakan paket program (Software) yang dibuat agar memudahkan dan mengefisienkan pemasukan, pengeditan, penghapusan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (Davis, 1995, hal.68). Informasi menurut Gordon B. Davis adalah data yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. (Davis, 1995, hal.68). Informasi menurut Gordon B. Davis adalah data yang telah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen Sistem menurut Gordon B. Davis adalah terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran

Lebih terperinci

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM MODUL 1 PRAKTIKUM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM DASAR PEMETAAN Tehnik Pemetaan Manual OLEH : Syahrul Kurniawan Christanti Agustina JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MARET, 2010 I. TUJUAN

Lebih terperinci

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN Kuliah Minggu ke 2 Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta Sudarto Lab Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan OUTLINE 1 Pengertian Peta 2 Pemahaman dan Fungsi Peta

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN Disusun oleh : NAMA : NUR SIDIK NIM : 11405244001 HARI : Kamis, 13 MARET 2014 JAM : 08.00 10.00 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia Unsur yang ditampilkan pada Peta Laut Teritorial Indonesia, meliputi : unsur garis pantai, unsur garis pangkal, unsur

Lebih terperinci

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13 Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota Adipandang Yudono 13 Definisi Peta Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan kegiatan atau untuk melakukan sasaran tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan pada saat ini, maka turut berkembang pula teknologi yang digunakan. Dalam kesehariannya, manusia selalu membutuhkan teknologi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS, Integrasi GISdan Inderaja Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan ketrampilan untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING APLIKASI GIS UNTUK PEMBUATAN PETA INDIKATIF BATAS KAWASAN DAN WILAYAH ADMINISTRASI DIREKTORAT PENGUKURAN DASAR DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Dalam mengevaluasi suatu proses diperlukan tahap analisis untuk menguji tingkat kelayakan terhadap proses perancangan sistem

Lebih terperinci

Basis Data. Bab 1. Sistem File dan Basis Data. Sistem Basis Data : Perancangan, Implementasi dan Manajemen

Basis Data. Bab 1. Sistem File dan Basis Data. Sistem Basis Data : Perancangan, Implementasi dan Manajemen Bab 1 Sistem File dan Sistem : Perancangan, Implementasi dan Manajemen Pengenalan Konsep Utama Data dan informasi Data - Fakta belum terolah Informasi - Data telah diproses Manajemen data Basis data Metadata

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Menurut Herlambang (2005:116), terdapat dua pendekatan untuk mendefinisikan sistem, yaitu pendekatan secara prosedur dan komponen. Berdasarkan pendekatan prosedur, sistem

Lebih terperinci

Pertemuan Transformasi ER-MODEL INDIKATOR. 1. Memahami ER model 2. Menerapkan transformasi ER- Model ke Model Relasional.

Pertemuan Transformasi ER-MODEL INDIKATOR. 1. Memahami ER model 2. Menerapkan transformasi ER- Model ke Model Relasional. Pertemuan 4-5-6 Transformasi ER-MODEL INDIKATOR 1. Memahami ER model 2. Menerapkan transformasi ER- Model ke Model Relasional. URAIAN MATERI PERANCANGAN DATABASE Perancangan Database adalah proses untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Analisis perancangan sistem adalah suatu pendekatan yang sistematis untuk mengidentifikasi masalah, peluang, dan tujuan-tujuan, menganalisis

Lebih terperinci

Sistem Basis Data BAB 8 MODEL DATA DAN ENTITY RELATIONSHIP MODEL. Komponen model data dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) bagian yang meliputi:

Sistem Basis Data BAB 8 MODEL DATA DAN ENTITY RELATIONSHIP MODEL. Komponen model data dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) bagian yang meliputi: BAB 8 MODEL DATA DAN ENTITY RELATIONSHIP MODEL 8.1. Model Data Model data adalah sekumpulan konsep yang terintegrasi untuk mendiskripsikan data, hubungan antar data dan batasan batasannya dalam suatu organisasi.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut: Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur

BAB III LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut: Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemennya.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif.

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan. Maksudnya pemberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertanian memberikan kontribusi banyak terhadap keberlangsungan hidup masyarakat, terutama kontribusinya sebagai sumber pangan, sumber lapangan pekerjaan bagi sebagian

Lebih terperinci

SISTEM IFORMASI GEOGRAFI

SISTEM IFORMASI GEOGRAFI SISTEM IFORMASI GEOGRAFI A. DEFINISI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) Informasi permukaan bumi telah berabad-abad disajikan dalam bentuk peta. Peta yang mulai dibuat dari kulit hewan, sampai peta yang dibuat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Informasi Dan Data Informasi di jaman modern seperti ini sangat dibutuhkan oleh setiap individu maupun suatu organisasi. Karena informasi dapat digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015 KAJIAN TEKNIS PENERAPAN GENERALISASI PETA RUPABUMI INDONESIA (RBI) DARI SKALA 1: 50.000 MENJADI SKALA 1:250.000 Nisrina Niwar Hisanah, Sawitri Subiyanto, Arief Laila Nugraha *) Program Studi Teknik Geodesi

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam penetapan standar ketelitian peta

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141 TAHUN 2017 TENTANG PENEGASAN BATAS DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141 TAHUN 2017 TENTANG PENEGASAN BATAS DAERAH SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141 TAHUN 2017 TENTANG PENEGASAN BATAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci