ejournal Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ejournal Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013:"

Transkripsi

1 ejournal Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: DAFTAR PUSTAKA Jabri, Vivience. Discourse on violence : Conflict analysis reconsidered (Manchester:Manchester University Press, 1996). Burton, John. Conflict : Resolution and Provention (London : MacMillan Press,1990). Miall, Hugh. (et.al.). Resolusi Damai Konflik Kontemporer : Menyelesaikan, Mencegah Melola dan Mengubah Konflik Bersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras terj.tri Budhi Sastrio (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000). Mareike Schomerus, The Lord s Resistance Army in Sudan: A History and Overview, Institute of International Studies HSBA Working Paper 8, 2007 United Nations Organization Mission in the Democratic Republic of the Congo and Office of the High Commissioner for Human Rights, Summary of Fact Finding Missions on Alleged Human Rights Violations Committed by the Lord s Resistance Army (LRA) in the Districts of Haut-Uele and Bas-Uele in Orientale Province of the Democratic Republic of the Congo, United Nations: New York, 2009 United Nations Security Council, Resolution 1812 (2008), Adopted by the Security Council at its 5882nd meeting on 30 April 2008, United : New York, 2008 Yulius P. Hermawan, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi, Yogyakarta, Graha Ilmu, Oliver Ramsbotham, Tom Woodhouse dan Hugh Miall, Contemporary Conflict Resolution; Third Edition, Polity Press, Cambridge, 2011 United Nations Security Council, Letter Dated 25 June 2012 from the Secretary-GeneralAdressed to the President of the Security Council, United Nations: New York,2012 Sumber Lain : Lord s Resistance Army (LRA), Kelompok Pemberontak Dari Belantara Uganda terdapat di Central African Republic: Lra Still Blocking Access To Thousands Of Idps terdapat di AFRICAN-REPUBLIC-LRA-still-blocking-access-to thousandsofi=idps Resolusi Konflik terdapat di Teori Konflik Terdapat di Empat Tahap Resolusi Konflik Terdapat di Uganda Civil War Terdapat di

2 Upaya Pemerintah Uganda Mengatasi Pemberontakan LRA(Lord s Resistance Army) (Apriyanti Utari) tentara Afrika Bersatu didukung 100 tentara khusus Amerika Serikat untuk menangkap Kony. Namun pemberontak Republik Afrika Tengah memulai lagi pertempuran setelah tenggat kepada pemerintah untuk memenuhi tuntutan mereka, sesuai dengan perjanjian perdamaian, berakhir. Angkatan Darat Uganda telah berhasil menangkap seorang komandan senior Tentara Perlawanan Tuhan yaitu Caesar Acellam, dia ditangkap di hutan sepanjang perbatasan Republik Demokratik Kongo (DRC) dan Republik Afrika Tengah. Ia ditangkap oleh pasukan tentara Uganda berusaha menyeberangi Sungai Boma. Kesimpulan Lord s Resistance Army (LRA) atau Tentara Perlawanan Tuhan merupakan kelompok pemberontak yang berasal dari belantara Uganda, tujuan terbentuknya kelompok tersebut antara lain untuk mengambil alih pemerintahan Uganda dengan alasan tindakan tersebut dilakukan karena sang pemimpin LRA yaitu Joseph Kony telah mendapat bisikan atau perintah langsung dari Tuhan untuk mendirikan pemerintahan yang berbasis agama. Didalam kegiatan pemberontakannya, Koni sudah banyak membunuh warga yang tidak berdosa, menculik anak laki-laki guna dijadikan tentaranya, membakar gereja-gereja dan bahkan menculik anak-anak perempuan untuk dijadikannya sebagai budak seks. Dalam perjalanannya, LRA sudah merambah wilayah Sudan dan Kongo. LRA sempat bekerjasama dengan Pemerintah Sudan namun itu kerjasama itu tidak berlangsung lama. Sekarang ini Uganda, Sudan dan Kongo telah sepakat untuk bekerjasama dalam mengatasi pemberontakan LRA. Upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain, mengajak pihak LRA untuk berdamai namun pihak LRA tetap pada pendirian yaitu ingin terus memberontak pada pemerintah Uganda, militer Uganda mempersenjatai para warga dengan busur dan panah namun usaha para warga gagal untuk melawan pasukan LRA dikarenakan senjata-senjata yang dimilki oleh pasukan LRA jauh lebih modern akibatnya pasukan LRA juga tidak segan-segan memutilasi anggota tubuh warga apabila ada yang berani melawan mereka, PBB dan Amerika yang turut membantu Uganda dengan mengirimkan pasukan khusus nyatakan juga gagal dalam memberantas Kony dan pasukannya. Saran Pertama, agar upaya mengatasi pemberontakan LRA dapat berjalan optimal perlu adanya kerjasama besar antara pemerintah Uganda, pemerintah Kongo, pemerintah Sudan, PBB dan Amerika yaitu dengan gabungan kerjasama militer dengan harapan dapat menangkap Kony baik dalam keadaan hidup ataupun mati. Kedua, untuk para korban khususnya anak-anak agar lebih diperhatikan karena rasa trauma yang mereka alami tentu akan terus membekas diingatan mereka. Dan untuk para korban lainnya sebaiknya dicarikan tempat atau daerah yang cukup aman untuk mereka melangsungkan hidup. 433

3 ejournal Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: yang didukung dengan agama serta secara spiritual. Konsep ini sama dengan resolusi konflik namun kenyataan yang sulit bahwa akhir dari konflik tidak secara otomatis mengarah kepada perdamaian, stabilitas social, maupun pembangunan ekonomi. Telah banyak organisasi nasional maupun internasional yang bertindak di wilayah konflik sebagai bentuk upaya perdamaian. Upaya perdamaian yang dilakukan terdiri dari : Mengintegrasikan kembali kombatan ke dalam masyarakat sipil, Pembangunan sector keamanan, Memperkuat aturan hokum, Kepedulian terhadap HAM, Penyediaan bantuan teknis untuk pembangunan demokrasi, Mempromosikan resolusi konflik dan teknik rekonsiliasi. Bentuk konkrit dari peacebuilding merupakan tindakan pembangunan kembali daerah-daerah yang mengalami kehancuran akibat terjadinya konflik. Untuk mempercepat peacebuilding dilakukan identifikasi struktur-struktur lokal yang dapat digunakan untuk memperkuat dan mempersolid perdamaian untuk menghindari agar tidak terjadi suatu konflik. Selanjutnya struktur lokal tersebut dengan diperkuat oleh bantuan yang diberikan oleh PBB dipergunakan untuk membangun kembali bidang-bidang kehidupan yang telah mengalami gangguan akibat terjadinya konflik. Peacebuilding merupakan fase pemulihan pasca konflik. Hal-hal yang dilakukan pada fase peacebuilding ini meliputi pemulihan kembali perekonomian, pembangunan kembali sarana pendidikan, kesehatan, jalan, dan sarana-sarana lain yang rusak akibat perang. Upaya internal yang dimaksud adalah upaya pihak dari dalam wilayah Uganda seperti militer Uganda dan dari masyarakat Uganda. Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan upaya pemerintah Uganda mengatasi pemberontak LRA dengan bantuan dari dalam Uganda. Dibawah pimpinan presiden Yuweri Museveni para militer Uganda berusaha keras melawan pasukan LRA. Militer Uganda juga mempersenjatai penduduk-penduduk lokal dengan panah & busur agar para penduduk tersebut bisa membela diri bila pemukiman mereka diserang oleh LRA. Operasi militer yang dirancang pemerintah Uganda tersebut nyatanya gagal melawan LRA. Salah satu sebabnya adalah karena para penduduk lokal yang dipersenjatai dengan panah gagal mengimbangi pasukan LRA yang dilengkapi dengan persenjataan modern. Yang terjadi justru adalah sejak operasi militer tersebut dilaksanakan, pasukan LRA malah bertindak semakin beringas karena mereka tak segan-segan memutilasi bibir, telinga, & anggota tubuh dari para penghuni desa yang mereka serang. Kony sendiri mengklaim bahwa tindakan pemotongan anggota tubuh tersebut adalah hukuman setimpal bagi mereka yang berani melawan LRA & bekerja sama dengan musuh-musuh LRA. Tindakan brutal LRA tak pelak membuat mereka semakin ditakuti, namun sebagai akibatnya para penduduk etnis Acholi juga tidak lagi menaruh simpati pada perjuangan LRA. Uganda berencana mempertahankan tentaranya sesuai dengan perintah Uni Afrika untuk memburu pemberontak Tentara Perlawanan Tuhan (LRA) di Republik Afrika Tengah. Uganda memiliki lebih dari tentara dan Sejumlah

4 Upaya Pemerintah Uganda Mengatasi Pemberontakan LRA(Lord s Resistance Army) (Apriyanti Utari) Peacemaking berarti menjaga seseorang untuk tidak menyerang yang lainnya dengan memberikan penghalang diantara keduanya untuk tidak saling berperang. Penghalang ini berupa pasukan yang netral. Pasukan ini bertujuan untuk menenangkan pihak yang bersengketa ataupun mempersiapkan upaya diplomasi untuk menyelesaikan sengketa yang sedang berlangsung. Peacemaking merupakan suatu proses untuk menenangkan pihak yang bersengketa. Meskipun sebuah konflik dapat diselesaikan lewat negosiasi langsung antara kedua belah pihak, alangkah lebih baiknya lagi jika dibantu oleh pihak ketiga dalam hal ini pihak yang netral yang dapat menjadi mediator dalam membantu proses ataupun masalah kesalahpahaman antara pihak yang bersengketa dan membantu kedua belah pihak tersebut untuk bekerja lebih cepat agar perdamaian cepat terjadi. Pihak ketiga ini (peacemaking) biasanya adalah seorang diplomat ataupun seseorang yang telah berpengalaman dalam menyelesaikan sengketa. Jika proses perdamaian tidak mendapatkan persetujuan dari kedua belah pihak, maka citizen diplomacy dapat dijadikan suatu jalan untuk memulai proses perdamaian itu sendiri, yang pada akhirnya akan diselesaikan oleh upaya diplomasi. Peacebuilding (pembangunan perdamaian), dimana aktor eksternal yang melakukan intervensi, memiliki tujuan untuk membantu aktor negara dalam pembangunan negara yang tentu telah dihadapkan dengan berbagai kehancuran selama konflik aktif terjadi. Intervensi yang tepat dalam tahap ini adalah social change (perubahan sosial) yang merupakan keadaan dimana mulai terjadi perbedaan-perbedaan dalam masyarakat sebuah negara. Keadaan ini merupakan akhir dari ketegangan yang telah terjadi pada tahap-tahap sebelumnya. Peacebuilding merupakan konsep yang menggambarkan upaya membangun perdamaian di daerah yang sedang dilanda konflik. Sementara itu, menurut Aliansi Peacebuilding adalah serangkaian inisiatif yang diputuskan oleh actor baik itu pemerintah maupun masyarakat sipil untuk menemukan akar masalah dari konflik serta melindungi masyarakat sipil sebelum, sepanjang, hingga setelah konflik berlangsung. Aktor tersebut menggunakan metode komunikasi, negosiasi, dan mediasi terhdapa bentuk kekerasan yang terjadi dalam upaya menyelesaikan konflik. Efektifitas resolusi perdamaian bersifat multiarah dan diadaptasi berdasarkan kondisi lingkungan konflik terjadi. Tidak ada satupun solusi untuk damai yang sama, namun jalan untuk damai tersedia dalam setiap lingkungan atau kondisi konflik. Aktor perdamaian membuat kebijakan yang cocok untuk menyelesaikan konflik dalam rangka mengakhiri segala bentuk perbedaan tanpa terjadi pertumpahan darah. Tujuan dari resolusi damai yaitu untuk mengurangi dan menghilangkan frekuensi dari tingkat kekerasan yang terjadi dalam konflik. Konsep pendekatan yang digunakan yaitu transformasi konflik, restorasi keadilan, terapi penyembuhan traumatic, rekonsiliasi, pembangunan, dan kepemimpinan, 431

5 ejournal Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: koordinasi antar aktor-aktor yang terlibat dalam pencegahan konflik, pendekatan yang cenderung bebas dari pemerintah atau negara-negara yang peduli, adanya pendekatan jangka panjang dan keikutsertaan kepentingan nasional dari salah satu negara yang turut campur tangan. Pencegahan konflik dapat dikatakan gagal apabila terjadi konflik senjata dan ketika situasi yang ada mengarah pada konflik yang lebih besar. Akan tetapi pencegahan konflik dapat dikatakan berhasil apabila konflik bersenjata dapat beralih ke arah perdamaian. Peacekeeping yaitu (pemeliharaan perdamaian) dimana aktor eksternal yang melakukan intervensi tidak diperbolehkan untuk memihak pada sebuah aktor, namun hanya mampu berdasarkan hukum internasional, untuk mengambil posisi netral, dan mengupayakan agar aktor-aktor yang berkonflik melakukan gencatan senjata. Intervensi yang tepat dalam tahap ini adalah Violent Conflict (konflik dengan kekerasan) yang merupakan tahap yang paling parah dalam sebuah konflik. Terjadinya kekerasan dalam konflik merupakan alasan utama mengapa banyak dikembangkan konsep-konsep mengenai resolusi konflik, sebab korban yang berjatuhan bisa mencapai ratusan bahkan ribuan nyawa. Terutama dengan begitu banyaknya krisis kemanusiaan yang akan terjadi dalam fase tersebut. Menurut PBB, Penjaga perdamaian atau peacekeeping adalah sebuah instrument yang unik dan dinamis yang dikembangkan oleh organisasi sebagai cara untuk membantu negara-negara yang terkoyak oleh konflik, dan menciptakan kondisi untuk perdamaian abadi. Sementara itu, definisi lain menyebutkan bahwa penjaga perdamaian adalah segala sesuatu yang memberikan kontribusi untuk memajukan proses perdamaian. Penjaga perdamaian itu tidak mutlak adalah tentara, karena pasukan ini tidak berkewajiban untuk terlibat dalam pertempuran sebab pasukan ini tidak diproyeksikan untuk meberikan perlawanan. Pasukan ini ditempatkan pada daerah yang berstatus gencatan senjata yang telah mendapatkan persetujuan dari kedua belah pihak yang sedang bertikai. Pada saat inilah ruang untuk mengatasi konflik lewat upaya diplomatik dapat dijalankan. Pasukan penjaga perdamaian memantau dan mengamati proses perdamaian di daerah pasca konflik dan membantu mantan kombatan dalam melaksanakan kesepakatan damai. Bantuan tersebut datang dalam berbagai bentuk, termasuk langkah-langkah membangun rasa percaya diri, pengaturan pembagian kekuasaan, dukungan pemilu, penguatan supremasi hukum, dan pembangunan ekonomi sosial. Peacemaking (penerapan perdamaian) intervensi perdamaian ini membantu beberapa institusi yang dengan tujuan untuk menciptakan perdamaian di wilayah bekas konflik aktif tersebut. Intervensi yang tepat dalam tahap ini adalah Conflict Transformation (transformasi konflik) yang merupakan tahap dimana kekerasan konflik telah berkurang. Keadaan ini masih sangat rawan terhadap munculnya konflik aktif kembali, namun berbagai aktor sedang memasuki tahapan perdamaian, meskipun kelompok pemberontakan atau penuntut belum sepenuhnya bubar. 430

6 Upaya Pemerintah Uganda Mengatasi Pemberontakan LRA(Lord s Resistance Army) (Apriyanti Utari) diplomasi dan negosiasi tidak mampu berjalan sesuai dengan harapan. Ada banyak cara yang berbeda tentang penyelesaian konflik yang melibatkan aktor kelompok pemberontak. Awal kemunculan LRA dilatarbelakangi oleh keinginan untuk melindungi dan merepresentasi kaum Acholi agar bebas dari pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintahan dominasi Baganda. Dominasi pemerintahan oleh kaum Baganda mewarnai konflik antar etnis yang terjadi di Uganda tersebut. Pemerintahan yang muncul tahun 1962 sejak kemerdekaan hingga saat ini, semua merupakan pemerintahan yang didominasi oleh kaum Baganda. Pemerintahan Idi Amin dari tahun 1971 hingga 1979 telah menjadi tersangka terhadap pembunuhan kelompok oposisi (kaum Acholi) selama pemerintahannya. Begitu pula selama pemerintahan Miton Obote di tahun 1980 hingga Pemerintahan Uganda bahkan saat ini yang naik sejak tahun 1986 yaitu Yoweri Museveni, kerap memberikan perintah kepada UPDA (Uganda People s Democratic Army) untuk melakukan pembantaian di beberapa wilayah dominasi Kaum Acholi. PBB pun melakukan berbagai mekanisme dalam menangani konflik etnis tersebut. Tahap-tahap penyelesaian koflik antara lain : Prevention yaitu (pencegahan) yang dilakukan melalui intervensi militer untuk menghentikan aktor yang berinisiasi melakukan penyerangan pertama. Intervensi di tahap ini menjadi esensial dalam pencegahan konflik, terutama pencegahan eskalasi konflik yang mungkin terjadi. Intervensi yang tepat dilakukan dalam tahap ini adalah Conflict Formation (formasi dari konflik) yang merupakan tahap awal pecahnya konflik yang bersifat masif. Keadaan ini digambarkan oleh munculnya tidak hanya perbedaan, tetapi ketegangan dan perpecahan yang terjadi antara masyarakat sebuah negara. Ada 2 macam prevention atau pencegahan yaitu light prevention dan deep prevention. Light prevention ini berupaya untuk mencegah situasi kekerasan mengarah pada konflik bersenjata sehingga ia tidak berusaha untuk menyelidik lebih dalam pada sumber dan akar konflik. Contohnya adalah usaha-usaha mediasi dan intervensi diplomatic. Sedangkan deep prevention berupaya untuk menemukan akar konflik dengan menekankan hubungan dan kepentingan atas konflik tersebut dalam tatanan kapasitas domestik, regional, dan internasional untk mengelola konflik, yang melibatkan seluruh elemen konflik dan bertujuan untuk mengurangi kemungkinan timbulnya konflik. Untuk mencegah konflik atau perang sebelumnya harus diidentifikasi terlebih dahulu tipe konflik dan lokasi potensi-potensi konflik. Dan pencegahan bersifat relatif, bergantung pada aktornya baik konflik interstate wars maupun non-interstate war. Interstate war menitikberatkan pada perang yang dilakukan antara negara-negara dengan kapasitas power yang besar. Berhasil atau tidaknya pencegahan konflik dapat dinilai dari beberapa tolak ukur, seperti implementasi kebijakan yang berlangsung segera dan cepat, adanya 429

7 ejournal Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: Resolusi pertama yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB dalam menanggappi masalah LRA adalah Resolusi Dewan Keamanan PBB Resolusi Dewan Keamanan PBB 1812 diadopsi oleh Dewan keamanan PBB pada tanggal 30 April Dewan Keamanan PBB menambahkan LRA dalam resolusi tersebut, setelah kegagalan dari Juba Talks tahun 2008 (sebuah perjanjian perdamaian) dan Christmas Massacre yang terjadi Desember 2008 yang menewaskan lebih dari 400 warga sipil. Perpanjangan mandat dari UNMIS (United Nations Mission in Sudan) merupakan bagian utama dari Resolusi Dewan Keamanan PBB 1812, yang merupakan sebuah misi perdamaian PBB dengan tujuan melindungi warga yang menjadi korban akibat perang Sudan antara pemerintahan Sudan (Khartoum) yang mayoritas Islam, dan para pemberontak dari Sudan Selatan yang mayoritas Agama Kristen. Dewan Keamanan PBB dalam Resolusi 1812 menanggapi masalah dengan LRA pada Preambulatory Clause. Pasal tersebut menjelaskan; Recalling the need to make full use of its current mandate and capabilities with regard to the activities of militias and armed groups such as the Lord s Resistance Army (LRA) in Sudan, as stated in resolution Mengingat kebutuhan untuk membuat penuh penggunaan mandat saat ini dan kemampuan dalam kegiatan milisi dan kelompok-kelompok bersenjata seperti tentara perlawanan Tuhan (LRA) di Sudan, seperti yang dinyatakan dalam resolusi Dewan keamanan PBB sebagai badan dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa telah melaksanakan beberapa hal guna memberantas kelompok Lords s Resistance Army ini. Beberapa resolusi yang telah diterapkan dari tahun 2008 hingga 2012 adalah Resolusi 1812 (2008), Resolusi 1991 (tahun 2011) dan Resolusi 1996 (tahun 2011). Ketiga resolusi tersebut merupakan resolusi keamanan yang memiliki peran untuk mengarahkan Dewan Keamanan dan dunia internasional terhadap respon yang tepat dalam menghadapi LRA. Meskipun tidak memiliki detail yang cukup tentang mekanisme pemberantasan, namun Dewan Keamanan telah menggunakan resolusi-resolusi tersebut, yang digabungkan dengan resolusiresolusi sebelum tahun 2008, untuk mengetahui secara umum cara pemberantasan LRA tersebut. itu. Respon pertama PBB di tahun 2008 melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB 1812 muncul dan merupakan tindakan Dewan Keamanan pertama yang pernah ada. Resolusi tersebut memberikan mandat kepada UNMIS di Sudan untuk menyertakan ancaman LRA dalam mandat yang sudah ada di Sudan. Pemberantasan sebuah kelompok pemberontak bukanlah perkara yang mudah. Berbeda dengan penyelesaian sebuah konflik antar negara, konflik dengan pemberontak memerlukan layar penyelesaian konflik yang rumit, dan bisa berlangsung selama waktu yang tidak singkat. LRA merupakan salah satu contoh jelas sulitnya menyelesaikan sebuah kasus konflik jika salah satu aktor yang dihadapi adalah kelompok pemberontak. Kerumitan lebih terlihat jelas dalam kasus LRA ini, sebab adanya tujuan yang tidak jelas yang diberikan oleh LRA kepada para aktor yang terlibat dalam negosiasi, yang telah menyebabkan metode 428

8 Upaya Pemerintah Uganda Mengatasi Pemberontakan LRA(Lord s Resistance Army) (Apriyanti Utari) yang terjadi selama rezim diktator Milton Obote ( ) berjumlah orang Dalam menjalankan misinya untuk mengatasi pemberontakan LRA, pemerintah Uganda menerima bantuan dari pihak internal dan pihak eksternal Uganda yaitu : Upaya eksternal yang dimaksud disini adalah upaya pihak luar wilayah Uganda yang bersedia membantu pemerintah Uganda dalam menangani masalah LRA. Pihak-pihak tersebut antara lain. Pemerintah Sudan, Pemerintah Kongo. Melalui perundingan yang dilakukan di Nairobi, Pemerintah Sudan, Kongo dan Kenya telah sepakat untuk bekerjasama dengan Uganda untuk mengatasi kelompok pemberontak LRA. Dalam mengatasi pemberontakan tersebut, Uganda juga dibantu oleh PBB. Republik Afrika Tengah merupakan salah satu negara lainnya yang dihadapkan dengan beberapa konflik di masa lalu, dengan campur tangan PBB. Muncul pasukan bersenjata yang melakukan pemberontakan di beberapa wilayah Republik Afrika Tengah pada tahun 1990an. Respon Dewan Keamanan PBB dalam kasus tersebut adalah pembentukan United Nations Mission in the Central African Republic (MINURCA) di tahun Mandat yang diberikan kepada MINURCA adalah untuk membantu pemerintah Republik Afrika Tengah untuk meningkatkan kapasitas keamanan Republik Afrika Tengah. Kesulitan banyak dihadapi oleh MINURCA, sebab sejak adanya pasukan PBB di Republik Afrika Tengah, terdapat 2 kali usaha kudeta oleh 3 kelompok pemberontak yang ada di Republik Afrika Tengah. Meskipun demikian, MINURCA memiliki peran yang sangat besar dalam memediasi perjanjian perdamaian 2008 antara pemerintah Republik Afrika Tengah dan 3 kelompok pemberontak utama yang ada di Republik Afrika Tengah tersebut. Beberapa contoh resolusi Dewan Keamanan PBB yang membentuk sebuah pasukan yang akan memberi asistensi kepada aktor negara di atas, hanya beberapa dari sekian banyak pasukan perdamaian PBB yang telah dikirim oleh Dewan Keamanan PBB. Benua Afrika sebagai benua yang masih banyak terdapat konflik aktif dalam bentuk konflik asimetris dan simetris, membuat Dewan Keamanan PBB bekerja keras dalam usahanya mengatasi, atau setidaknya berkontribusi terhadap prosesi penyelesaian konflik tersebut. Hingga kini, masih terdapat beberapa operasi dan misi keamanan PBB di beberapa negara Afrika. Berbicara masalah Resolusi Dewan Keamanan PBB dan LRA, terdapat beberapa resolusi keamanan yang telah disetujui oleh Dewan Keamanan. Semua resolusi yang diterapkan memiliki tujuan untuk mengurangi dan pada akhirnya memberantas secara keseluruhan pengaruh LRA yang dulu hingga kini semakin meluas. Beberapa resolusi yang telah diterapkan dari tahun 2008 hingga 2012 adalah Resolusi 1812 (tahun 2008), Resolusi 1991 (tahun 2011) dan Resolusi 1996 (tahun 2011). 427

9 ejournal Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: Dalam menjalankan pemerintahannya, ia menggunakan pola personal dan koersif. Pende katan yang dilakukan oleh Idi Amin adalah model personal untuk mengontrol masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan legitimasi dari perwakilan dan tidak ingin ada jalan baru atau sistem baru yang muncul selain dirinya. Karakteristik dari pola ini adalah kepatuhan masyarakat pada pemerintah. Menurut M. Mamdani, Uganda berubah dari rezim kediktatoran militer menjadi suatu bentuk negara fasis. Kesempatan dalam mempengaruhi kebijakan yang akan dihasilkan pemerintah hanya dapat dilakukan melalui kontak langsung dengan para diktator atau dengan bantuan lingkaran dalam pemerintah (biasanya teman, anggota keluarga, dan juga teman militer penguasa). Rezim ini menggunakan kekuasaannya untuk memaksa masyarakat. Tidak ada kebebasan publik, organisasi kelas menengah atau apapun ekspresi masyarakat, bahkan militer sekalipun dikuasai karena segalanya diatur oleh para diktator. Selain itu, tidak ada pengawasan terhadap pemerintahan. Secara umum, kontrol yang dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai intimidasi seperti: pajak yang tinggi, penghilangan orang, eksekusi publik, dan kelas pekerja yang ditekan. Sistem politik yang autoritarian pada masa pemerintahan militer Idi Amin merupakan masa yang kelam bagi masyarakat Uganda. Sistem kediktatoran yang ditunjukkan pemerintahan ini membuat sebagian besar masyarakat menderita. Sistem tersebut membuat Idi Amin dapat membuat berbagai kebijakan dan juga berbagai keputusan pemerintah tergantung pada wewenang Idi Amin. Begitu Idi Amin berkuasa, Uganda menjadi negara yang sangat terkenal di dunia internasional. Kelompok pemberontak Lord s Resistance Army (LRA) dibentuk karena sebuah perpecahan dan konflik antar etnis yang terjadi di Uganda. Dasar konflik yang terjadi di Uganda disebabkan karena adanya perebutan kekuatan di pemerintahan dan di militer. Keadaan ini awalnya muncul ketika masih masa kolonialisasi, namun kembali diterapkan pasca kemerdekaan Uganda pada tanggal 09 Oktober Terjadinya perpecahan diantara Utara dan Selatan Uganda terjadi ketika Inggris melakukan rekrut militer terhadap warga Utara dan Selatan Uganda. Meskipun begitu, Inggris melakukan konsentrasi pengembangan ekonomi Uganda dan pengenalan industri dan sistem pertanian di wilayah Uganda Selatan (kelompok etnis Uganda). Kebijakan tersebut membentuk sebuah tantangan besar dalam pembentukan negara yang bisa menyatu satu sama lainnya. Para kelompok etnis yang berada di Uganda Utara (Acholi dan West Nile) dikatakan oleh kaum Inggris, bahwa mereka adalah prajurit. Kemerdekaan di tahun 1962 tidak membawa perdamaian di Uganda, karena sejak itu terus bermunculan pemimpin diktator yang bahkan telah melakukan pembunuhan terhadap rakyatnya sendiri. Rezim diktator Idi Amin ( ) bertanggung jawab atas kematian oposisi yang berjumlah orang. Konflik perebutan kekuasaan, dan pelanggaran hak asasi manusia 426

10 Upaya Pemerintah Uganda Mengatasi Pemberontakan LRA(Lord s Resistance Army) (Apriyanti Utari) Kegunaan Penelitian Ada pun kegunaan dari penelitian sebagai berikut : 1. Sebagai bahan kajian bagi Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, tentang pemberontakan. 2. Sebagai masukan / saran yang mendukung pemerintah Uganda dalam mengatasi pemberontakan LRA. Memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif, dimana penulis mencoba memberikan gambaran bagaimana upaya pemerintah Uganda mengatasi pemberontakan LRA (Lord s Resistance Army). Fokus Penelitian Untuk mengetahui secara jelas mengenai indikator-indikator yang akan diukur, maka perlu merumuskan fokus penelitian dalam penelitian ini. Adapun fokus penelitian sebagai berikut : Upaya-upaya pemerintah Uganda dalam mengatasi pemberontakan LRA (Lord s Resistamce Army) Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data tinjauan pustaka (library search), yang sumbernya berasal dari buku-buku yang berhubungan dengan perkembangan konflik LRA, jurnal, artikel, media massa dan internet dalam situs-situs yang berkaitan dengan Upaya Pemerintah Uganda Mengatasi Pemberontakan LRA (Lord s Resistance Army). Teknik Analisa Data Kualitatif, yaitu penelitian yang didasarkan pada survey yang mendalam mengenai kasus tertentu dengan menggunakan data-data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pembahasan Idi Amin adalah presiden ke 3 Uganda, Idi Amin terpilih pada tanggal 25 Januari 1971 dan mengakhiri jabatannya pada tanggal 13 April Ia menjabat sebagai presiden setelah mengkudeta presiden sebelumnya yaitu Milton Abote. Rezim Idi Amin dimulai pada tahun Kepemimpinan Idi Amin terjadi saat ia mengadakan suatu pemberontakan militer terhadap pemerintahan Milton Obote yang saat itu sedang berkuasa. Saat itu, presiden sedang menghadiri sebuah konferensi di Singapura, sehingga Idi Amin sebagai panglima besar militer diminta untuk menjaga keamanan Uganda. Namun, ia menggunakan kekuasaan tersebut untuk memberontak dengan menggunakan tentara militernya. Militer digunakan untuk menjaga kemanan juga menguasai politik serta ekonomi Uganda. 425

11 ejournal Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: senjata demi mewujudkan berdirinya rezim teokratis atau pemerintah berbasis agama di Uganda. Sejak pertama kali berdiri, LRA banyak melakukan penyerangan ke desa-desa terpencil di kawasan Uganda utara untuk memperoleh perbekalan yang mereka butuhkan dan menunjukan ketidakmampuan pemerintah Uganda dalam melindungi rakyatnya sendiri. Uganda yang pada saat itu dipimpin oleh Yuweri Museveni merancang operasi militer untuk menyerang LRA akan tetapi rencana tersebut gagal. Yang terjadi justru adalah sejak operasi militer tersebut dilaksanakan, pasukan LRA bertindak semakin brutal. Tindakan brutal LRA membuat LRA semakin ditakuti, namun sebagai akibatnya para penduduk etnis Acholi juga tidak lagi menaruh simpati pada perjuangan LRA. Kegiatan perundingan antara pemerintah Uganda dengan perwakilan dari LRA di Juba ibukota otonom Sudan selatan awalnya berjalan lancar. Namun memasuki tahun 1994, kegiatan perundingan berubah menjadi alot. Ketika Sudan melihat bahwa LRA sedang berkonflik dengan pemerintah Uganda, Sudan pun berusaha mengajak LRA bekerjasama untuk menggoyahkan stabilitas Uganda. Keinginan Sudan akhirnya terwujud setelah perundingan antara perwakilan LRA dan Uganda berakhir tanpa hasil di bulan November Memasuki tahun 2005, sebagian pasukan LRA bergerak memasuki Republik Demokratik Kongo (RDK) yang letaknya memang berbatasan langsung dengan wilayah barat Uganda. Masuknya LRA ke wilayah RDK lantas membuat Uganda berencana untuk mengirimkan tentaranya kesana, namun rencana tersebut ditentang oleh pemerintah RDK yang menolak memberi izin kepada pasukan Uganda bergerak seenaknya di wilayahnya. Penolakan RDK sempat membuat Uganda dan RDK terlibat ketegangan diplomatik sebelum kemudian PBB turun tangan untuk mendamaikan keduanya. Tahun 2007 RDK, Sudan selatan dan Uganda sepakat untuk melakukan kerja sama militer bersama dengan tujuan menangkap pasukan LRA yang masih tersisa. Namun, operasi militer gabungan yang mereka lakukan gagal membawa perubahan signifikan dan sering kali malah memancing serangan-serangan balasan yang mengerikan dari LRA. Rumusan masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana Upaya pemerintah Uganda mengatasi pemberontakan LRA (Lord s Resistance Army) pada masa pemerintahan presiden Yoweri Museveni? Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan upaya pemerintah Uganda mengatasi pemberontakan LRA (Lord s Resistance Army). 424

12 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): ISSN , ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 UPAYA PEMERINTAH UGANDA MENGATASI PEMBERONTAKAN LRA (LORD S RESISTANCE ARMY) APRIYANTI UTARI 1 NIM Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan dinamika konflik antara LRA (Lord s Resistance Army) dengan pemerintah Uganda. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif, yang memaparkan dan memberikan gambaran tentang dinamika konflik antara LRA dengan pemerintah Uganda. Data yang digunakan adalah data sekunder yang di peroleh melalui telaah pustaka dan literatur seperti buku, internet dan lain-lain. Teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan dari kelompok LRA di Uganda, Kongo, Sudan sedikit banyak telah mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakatnya, karena banyak sekali kejahatan yang sudah dilakukan oleh pasukan LRA terhadap masyarakat di wilayah tersebut sebagai bagian dari pemberontakan mereka. Dalam melakukan aksinya, pihak LRA tidak segan-segan bertindak kasar bahkan terkesan anarkis seperti menculik anak laki-laki untuk dijadikannya pasukan tentara, LRA juga mengajari tentara belia tersebut untuk bisa tega membunuh walaupun yang dibunuh adalah orang tua dan saudara sendiri. Bagi anak perempuan, mereka dijadikan budak seks oleh para tentara Kony. Pendahuluan LRA yang berdiri pada bulan Januari 1987 adalah sebuah kelompok pemberontak dari Uganda, suatu negara kecil yang berlokasi di Afrika bagian Utara. Pendiri lord s resistance army adalah Joseph Kony yang mengklaim bahwa dirinya mendapat perintah dari roh halus kiriman Tuhan untuk mengangkat 1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Azzanakbun_8910@ymail.com

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan Terlibat Dalam Lord's Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act Lord s Resistance Army (LRA) suatu kelompok pemberontak

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping,

BAB I PENDAHULUAN. Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping, merupakan suatu pasukan yang berada di bawah komando Dewan Keamanan PBB melalui Department

Lebih terperinci

UPAYA PEMERINTAH UGANDA DALAM MENGATASI PEMBERONTAK LRA (LORD S RESISTANCE ARMY) PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN YOWERI MUSEVENI ( )

UPAYA PEMERINTAH UGANDA DALAM MENGATASI PEMBERONTAK LRA (LORD S RESISTANCE ARMY) PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN YOWERI MUSEVENI ( ) UPAYA PEMERINTAH UGANDA DALAM MENGATASI PEMBERONTAK LRA (LORD S RESISTANCE ARMY) PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN YOWERI MUSEVENI (2006-2011) Oleh: AL PUSRAT poes.al@gmail.com Pembimbing : Saiman Pakpahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PBB adalah organisasi internasional yang didirikan pada tahun Saat

BAB I PENDAHULUAN. PBB adalah organisasi internasional yang didirikan pada tahun Saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PBB adalah organisasi internasional yang didirikan pada tahun 1945. Saat ini terdiri dari 193 negara anggota. PBB dipandu oleh tujuan dan prinsip yang terkandung

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN 2006-2009 RESUME Oleh: Angling Taufeni 151 040 132 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tesis ini akan membahas tentang peran Komunitas Internasional dalam menghadirkan dan mendukung Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Bosnia Herzegovina pada proses

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

PERAN PBB DALAM MENANGGULANGI PERMASALAHAN HAM TERKAIT KONFLIK BERSENJATA LRA (LORD S RESISTANCE ARMY) DI UGANDA

PERAN PBB DALAM MENANGGULANGI PERMASALAHAN HAM TERKAIT KONFLIK BERSENJATA LRA (LORD S RESISTANCE ARMY) DI UGANDA PERAN PBB DALAM MENANGGULANGI PERMASALAHAN HAM TERKAIT KONFLIK BERSENJATA LRA (LORD S RESISTANCE ARMY) DI UGANDA Oleh : M. Radhina Rahman SPW 0801155637 (ucl_blast@yahoo.co.id) Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya,

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, begitu pula halnya dengan negara, negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga dibutuhkannya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.325, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Satuan Tugas. Helikopter MI-17. Kontingen Garuda. Sudan. Dukungan Administrasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.175, 2015 Pertahanan. Misi Pemeliharaan Perdamaian. Pengiriman. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG PENGIRIMAN MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tugas pokok TNI tidak hanya sebagai pasukan perang, tetapi juga menjadi pasukan pemelihara perdamaian dalam menjalani

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008. BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam peneltian ini peneliti dapat melihat bahwa, Menteri Luar Negeri Ali Alatas melihat Timor Timur sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

BAB I. kerjasama antara PBB dengan Uni Afrika yang secara formal didukung. oleh Dewan Keamanan PBB melalui Resolusi 1769 pada 31 Juli 2007 untuk

BAB I. kerjasama antara PBB dengan Uni Afrika yang secara formal didukung. oleh Dewan Keamanan PBB melalui Resolusi 1769 pada 31 Juli 2007 untuk BAB I LATAR BELAKANG MASALAH UNAMID (United Nations African Mission In Darfur) adalah misi kerjasama antara PBB dengan Uni Afrika yang secara formal didukung oleh Dewan Keamanan PBB melalui Resolusi 1769

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM SEMINAR DAN WORKSHOP Proses Penanganan Kasus Perkara dengan Perspektif dan Prinsip Nilai HAM untuk Tenaga Pelatih Akademi Kepolisian Semarang Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 7-9 Desember 2016 MAKALAH

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM)

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) dalam proses peacebuilding di Aceh paska konflik GAM dengan Pemerintah Indonesia. Paska konflik GAM dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat empat hal

Lebih terperinci

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Sepuluh Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Banyak kesalahpahaman terjadi terhadap Pengadilan Rakyat Internasional. Berikut sepuluh hal yang belum banyak diketahui

Lebih terperinci

Society ISSN :

Society ISSN : Pembangunan Demokrasi Pasca Konflik di Aceh Oleh Alfon Kimbal 1 Abstract Tulisan ini akan mengulas tentang pembangunan di Aceh pasca Konflik antara Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang sangat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor

PENDAHULUAN. alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bantuan luar negeri (foreign aid) digunakan saat suatu kawasan sedang dilanda bencana alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Tulisan ilmiah tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Tulisan ilmiah tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Bagian dari bab ini memaparkan mengenai tulisan ilmiah yang digunakan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Tulisan ilmiah tersebut dapat berupa jurnal,

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. Mediasi yang..., Henny Lusia, FISIP UI, 2010.

BAB 1 Pendahuluan. Mediasi yang..., Henny Lusia, FISIP UI, 2010. BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah mengalami beberapa konflik internal, beberapa konflik horisontal dan ada juga konflik vertikal salah satu konflik yang terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tibet yang berusaha melawan Tiongkok. Setelah diasingkan ke Dharamsala, Dalai

BAB V PENUTUP. Tibet yang berusaha melawan Tiongkok. Setelah diasingkan ke Dharamsala, Dalai BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tenzin Gyatso merupakan Dalai Lama ke-14 adalah seorang pemimpin spiritual Tibet sekaligus pemimpin pemerintahan Tibet yang dipilih secara turun temurun. Dalam konflik yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sepanjang perjalanan sejarah umat manusia, selalu timbul perbedaan kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan ini memberikan dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyak konflik dan perang saudara yang terjadi di dunia ini tidak pernah terlepas dari unsur campur tangan dari negara negara barat yang besar dan kuat yang

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

Mali Diinvasi Asing, PBB tak Ambil Pusing

Mali Diinvasi Asing, PBB tak Ambil Pusing Negara Mali menjadi rebutan negara-negara Barat. Prancis, sebelum keduluan negara lain, menginvasi negeri itu dengan mengirimkan tentaranya. Perserikatan Bangsa-Bangsa diam seribu bahasa terhadap kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Humaeniah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Humaeniah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik yang terjadi di Sudan merupakan konflik yang umum terjadi di negara lain, mulai dari konflik agama seperti yang kita ketahui semua agama yang ada di

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL Jakarta, 16 Oktober 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka, dapat disimpulkan bahwa, Rusia merupakan negara yang memiliki latar belakang sejarah Islam. Islam masuk

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai beberapa konflik yang mewujud ke dalam bentuk separatisme. Salah satunya adalah gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua. Tulisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. 1 Menurut. perwujudannya secara mudah. 2

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. 1 Menurut. perwujudannya secara mudah. 2 21 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Teori Konflik 1. Pengertian Konflik Menurut Webster, istilah conflict di dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelaian, peperangan, atau perjuangan. Konflik adalah persepsi

Lebih terperinci

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak PERANG ASIMETRIS (Disarikan dari Nugraha, A & Loy, N 2013, Pembangunan Kependudukan untuk Memperkuat Ketahanan Nasional dalam Menghadapi Ancaman Asymmetric War, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65 Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 1956 dari jajahan Mesir dan Inggris 1. Keinginan terbesar Sudan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 1956 dari jajahan Mesir dan Inggris 1. Keinginan terbesar Sudan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sudan merupakan Negara yang terletak di Afrika Utara. Negara dengan beragam etnis, bahasa, dan agama ini memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1956 dari jajahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a b c d e f bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN ASEAN CONVENTION ON COUNTER TERRORISM (KONVENSI ASEAN MENGENAI PEMBERANTASAN TERORISME) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kornblurn dalam Susan, mengatakan bahwa konflik menjadi fenomena yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kornblurn dalam Susan, mengatakan bahwa konflik menjadi fenomena yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konflik dalam kehidupan manusia Kornblurn dalam Susan, mengatakan bahwa konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.398, 2016 KEMHAN. Pasukan. Misi Perdamaian Dunia. Pengiriman. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGIRIMAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kasus pelanggaran terhadap hilangnya hak-hak dasar individu merupakan sebuah fenomena yang masih banyak berlangsung di berbagai Negara di dunia. Bentuk pelanggaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR-LESTE TENTANG KEGIATAN KERJA SAMA DI BIDANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah terjadi atau mempunyai riwayat yang cukup panjang. Keamanan di wilayah Libanon

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci