EKSISTENSI PERPUSTAKAAN DALAM PENGEMBANGAN INTELEKTUAL MAHASISWA. Oleh. Ikhwan,S.Sos.,MM. (Pustakawan Madya UNRAM)
|
|
- Sudomo Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EKSISTENSI PERPUSTAKAAN DALAM PENGEMBANGAN INTELEKTUAL MAHASISWA Oleh Ikhwan,S.Sos.,MM. (Pustakawan Madya UNRAM) PENDAHULUAN Pendidikan saat ini menuntut peranan perpustakaan perguruan tinggi sebagai salah satu komponen dalam menunjang kesusksesan kegiatan pembelajaran, sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Perpustakaan No.43 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa Perpustakaan Perguruan Tinggi harus dapat melaksanakan amanat yang tercantum pada pasal 24: a. Setiap perguruan tinggi menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi Standar Nasional Perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan. b) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki koleksi, baik jumlah judul maupun jumlah eksemplarnya, yang mencukupi untuk mendukung pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. c). Perpustakaan perguruan tinggi mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. d) Setiap perguruan tinggi mengalokasikan dana untuk pengembangan perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan guna memenuhi standar nasional pendidikan dan standar nasional perpustakaan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin meningkat turut menghantarkan hadirnya teknologi internet (Fourie dan Dowel, 2002:1) yang tanpa disadari telah membawa manusia pada suatu kehidupan yang baru dan kebiasaan baru. Hadirnya teknologi internet yang memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan informasinya kemudian dianggap sebagai salah satu faktor penyebab mahasiswa kurang menaruh minat terhadap perpustakaan dan perilaku dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Kondisi ini kemudian menimbulkan keresahan pada lingkungan perpustakaan. jika internet terus mendominasi dan jika hampir semua informasi baik ilmiah maupun hiburan dapat diperoleh dengan mudah oleh masyarakat akademik bahkan dalam berbagai bentuk (file, teks, audio, video) kapanpun dan dimanapun lalu apakah keberadaan perpustakaan masih dibutuhkan? Seperti yang dikatakan oleh Stewart (2009: 1) perkembangan teknologi informasi yang terus meningkat telah menyebabkan munculnya berbagai macam pertimbangan tentang keberadaan bangunan perpustakaan. Terkait dengan persoalan tersebut di atas menjadi tantang bagi perpust akaan perguruan tinggi. selaian tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga pengaruh intelektualitas mahasiswa yang ada pada lingkungan perguruan tinggi. Eksistensi perpustakaan perguruan tinggi menjadi persoalan yang harus di selesaikan sehingga perpustakaan akan tetap relevan dengan perubahan pola pikir mahasiswa sehingga dapat meningkatkan nilai intelektual mahasiswa yang ada di lingkungan perguruan tinggi. Untuk menjawab tantangan tersebut, peran dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi telah merubah konsep,bentuk dan desain ruang perpustakaan menjadi suatu yang menarik untuk mewadahi dan memfasilitasi kebutuhan informasi pemustaka seperti digitalisasi informasi, system pengelolaan dan pelayanan informasi yang berbasis LAN (Local Area Netrwork) dan WAN (World Area Network). Namun Demikian pengembangan dan peningkatan dari perubahan dan konsep tersebut perlu ada perhatian khusus dari stakeholder seperti Rektor, Direktur, dekan, ketua program studi, kepala perpustakaan, dosen dan pustakawan. Sehingga mahasiswa sebagai pemusaka actual dan potensial di perpustakaan perguruan tinggi terbentuk dan memiliki sikap, perilaku serta nilai intelektual. Selain perpustakaan
2 perguruan tinggi dapat implementasikan library university, membangun budaya baca di perguruan tinggi, Learning commons. MEMBANGUN BUDAYA BACA DI PERGURUAN TINGGI Dalam kaitnya dengan lingkungan akademik perpustakaan mempunyai kedudukan dan peran yang sangat vital untuk meningkatkan mutu suatu perguruan tinggi. Oleh karena itu perpustakaan sering disebut sebagai jantung dari suatu perguruan tinggi. Jika jantung atau perguruan tinggi ini sehat, maka dia akan dapat mengalirkan dan mendistribusikan darah (yang diibaratkan sebagai ilmu pengetahuan) ke seluruh tubuh perguruan tinggi tersebut. Namun realitanya banyak mahasiswa melihat perpustakaan hanyalah tempat menumpuk buku, sewaktuwaktu boleh dipinjam dan dibaca. Disisi lain pustkawan kurang bahkan tidak responsif, dengan kata lain ada pengunjung syukur, tidak ada pengunjung menganggur Lebih jauh, dapat dikatakan bahwa pendidikan sumbernya tiada lain adalah membaca, membaca dan membaca. Tanpa membaca dan pengetahuan yang cukup, dapat dipastikan kita tidak dapat mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju. Dalam implikasinya, kreatifitas pengetahuan mahasiswa juga menjadi konsep yang dapat dianulir menjadi suatu potensi yang besar bagi pembangunan bangsa. Budaya dan membaca bagi mahasiswa ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya dan saling melengkapi. Karena melalui membaca, mahasiswa dapat memperkaya pengetahuannya sehingga mampu meningkatkan kemampuan diri, berinovasi atau melakukan penelitian (reseach) serta mengetahui informasi terkini dalam dunia pendidikan, perekonomian, bahkan dunia politik. Buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya. Pendidikan tanpa membaca bagaikan raga tanpa ruh. Fenomena pengangguran intelektual tidak akan terjadi apabila mahasiswa memiliki semangat membaca yang membara. Membaca merupakan titik kisar tumbuh-kembangnya suatu peradaban. ` Sebagai upaya yang harus dilakukan dalam hal untuk meningkatkan minat baca bagi mahasiswa diperlukan peran aktif dari semua komponen yang ada baik pemerintah, masyarakat, keluarga, serta instansi pengelolah perpustakaan. Budaya Membaca di perguruan tinggi perlu dilakukkan dengan dengan upaya penguatan motivasi membaca, penguatan lingkar studi, dan penguatan budaya menulis, 1.Penguatan Motivasi membaca Salah satu kelemahan yang mendasar dari mahasiswa di perguruan tinggi adalah motivasi membaca yang masih kurang sehingga pemanfaatan sarana perpustakaan masih jauh dari yang diharapkan. Di sisi lain adalah masalah ketaktersediaan bahan pustaka (informasi) yang dicari masih kurang dan relevansinya dengan kurikulum dan mata kuliah yang ada masih minim. Maka dengan demikian, ada dua masalah yang harus dicarikan solusinya. Pertama, usaha berbagai pihak untuk membangun dan mengembangakan minat baca dari kalangan mahasiswa sehingga menjadikan buku sebagai sahabat terdekat dan membaca sebagai konsep hidup. Dan kedua, adalah usaha dari lembaga-lembaga yang ada dilingkungan perguruan tinggi untuk mengikuti, mengawal dan menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti diketahui, meskipun harga buku akhir-akhir ini terus melambung tinggi, namun derasnya buku-buku baru yang diterbitkan justru tidak pernah surut. Ini adalah hal yang mau tidak mau harus direspon pihak perguruan tinggi untuk menyediakan anggaran khusus demi menyediakan bahan pustaka yang baru dan up to date di perpustakaannya. Maka hal yang kemudian ke depan harus dibina, yaitu sinergitas lembaga kampus dengan para mahasiswa untuk mewacanakan, membentuk dan mengembangkan komunitas baca di kampus-kampus yang ada di lingkungan perguruan tinggi. 2. Penguatan lingkar studi Selain memperkuat budaya baca, adanya kegiatan mahasiswa yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman seperti kelompok atau forum kajian forum kajian atau lingkar studi, ini di dibudayakan oleh mahasiswa yang ada di lingkungan kampus. Dengan adanya lingkar studi ini kita dapat melihat dan menyaksikan maraknya aktvitas mahasiswa di lingkungan kampus dengan lingkaran-lingkaran diskusi yang membahas wacana-wacana keilmuan dan bukan wacana organisasi (politik) serta permsalahan lainnya. Untuk melaksanakan dan membudayakan lingkar studi, selain lahirnya dari kalangan mahasiwa itu seniri, juga adanya sinergitas dari civitas
3 akademika kampus dari mulai para pemegang kebijakan, dewan dosen dan semua mahasiswa yang menjadi eksekutornya. 3. Penguatan budaya menulis Dengan adanya penguatan tersebut di atas, dan civitas akademika dapat mensukseskannya, akan mengantarkan para mahasiswa pada budaya produktif menulis. Budaya positif ini, hari ini masih menjadi barang langka yang mendesak untuk dihadirkan. Kita tidak menafikan peran mahasiswa dalam menyumbangkan arah kebijakan dari kinerja eksekutif dan legislatif di indonesia. Media informasi (koran,televisi,) sering memuat aksi dan aktivitas mereka dalam memainkankan perannya sebagai agent of chance, agent of development dan agent of modernization. Namun aktivitas-aktivitas tersebut rupanya masih terbatas pada aksi verbal yang beberapa saat setelah itu mungkin hilang dan terlupakan, belum menyentuh pada produksi wacana yang bisa diulang dan dikaji ulang, yaitu dalam bentuk tulisan Hampir semua perguruan tinggi memiliki buletin/majalah kampus ini menunjukkan bahwa mahasiswa sudah memiliki tempat untuk mengeluarkan ide dan gagasan dengan menulis. Keberadaan buletin-buletin ini harus diapresiasi sebagai usaha untuk mempropokasi bakat-bakat menulis mahasiswa yang sampai hari ini masih terpendam. Bila budaya tulis menulis ini sudah dalam posisi stabil, maka harus ditindaklanjuti dengan dibangunnya jalinan kerjasama antara aktivis penulis kampus dengan media-mediainformasi lokal maupun nasional. LEARNING COMMONS Learning commons dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep untuk memanfaatkan ruang-ruang yang ada di dalam perpustakaan sebagai tempat belajar dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung kemajuan teknologi dan berada dalam satu lokasi yang dapat diakses secara bebas dan mandiri guna mendukung proses pembelajaran (Beagle dalam Donkai dkk., 2011: 216). Learning commons mencoba memberikan bentuk baru untuk perpustakaan bukan hanya sekedar menyediakan ruang dan materi pembelajaran tetapi juga kegiatan pembelajaran yang melibatkan pihak akademik (dosen), mahasiswa, staff perpustakaan dan pihak lain yang terkait. Hal yang terpenting dalam konsep learning commons adalah terciptanya suasana yang nyaman di perpustakaan dengan berorientasi kepada kebutuhan pemustakanya. Diana Chan dan Gabrielle Wong (2013) turut pula menggambarkan konsep learning commons sebagai upaya untuk menyediakan berbagai macam ruang dan perlengkapannya (furniture) dalam perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka yang berbeda untuk dapat melakukan berbagai macam aktivitas di dalam perpustakaan. Secara garis besar dapat disimpulkan konsep learning commons adalah memberikan layanan dan fasilitas kepada pemustaka untuk dapat melakukan berbagai macam kegiatan seperti belajar, bekerja, melakukan penelitian, mencari informasi, serta melakukan interaksi sosial dengan semua yang berada di perpustakaan baik itu mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, dan juga pemustaka dengan pustakawan di satu area/ lokasi. Diana Chan dan Gabrielle Wong (2013: 46) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi hadirnya konsep learning commons: 1.Pemustaka cenderung menolak untuk berkunjung ke perpustakaan. Sivitas akademik merasa tidak perlu lagi berkunjung ke perpustakaan karena semua akses informasi dan koleksi digital (e-journals, e-book, e-resources) dapat diakses secara langsung dimanapun dan kapanpun melalui perangkat elektronik/ perangkat mobile. 2.Rendahnya pandangan dari perpustakaan dan pustakawan tentang hadirnya koleksi digital. Saat perpustakaan mulai mengembangkan koleksi digitalnya dengan membeli dan menyediakan sebanyak-banyaknya koleksi dalam format digital nampaknya koleksi cetak kurang mendapatkan perhatian sehingga yang tersedia hanyalah koleksi lama. 3.Perubahan pola belajar pemustaka akademik di era digital. Pemustaka saat ini masuk dalam generasi digital, kehidupan mereka sangat dekat dengan teknologi informasi dan komunikasi. Mereka pada umumnya belajar dengan mendengarkan musik, menikmati makanan kecil dan melakukan akses internet seperti menjawab , chat online, dan sesekali aktif di sosial media. Menanggapi pola belajar yang seperti ini perpustakaan perlu menyediakan ruangan yang fleksibel dan nyaman. Jika perpustakaan masih saja bertahan dengan konsep
4 perpustakaan tradisional maka pemustaka juga akan enggan untuk berlama-lama berada di perpustakaan. Memiliki perpustakaan dengan berbasis pada konsep learning commons bukan berarti harus mengeluarkan dana besar, juga bukan berarti harus memiliki gedung dan ruangan yang besar. Hal yang terpenting adalah bagaimana perpustakaan mampu menciptakan suasana yang nyaman di dalam perpustakaan dan mampu menyediakan apa yang dibutuhkan pemustaka. Konsep learning commons mengarah kepada bagaimana pustakawan mampu memiliki cara pandang yang baru dalam menghadapi generasi digital, dari yang semula sangat melindungi informasi dan sumber-sumber lain yang ada di perpustakaan menjadi lebih terbuka dan mampu mengarahkan pemustaka untuk melakukan akses informasi dan sumber-sumber yang ada di perpustakaan, dari yang semula tertutup dan membatasi diri dengan pemustaka menjadi terbuka dalam melakukan pelayanan dan mampu berinteraksi dengan pemustaka. Melalui bukunya, Harland (2011) memberikan beberapa aspek tentang upaya yang dapat dilakukan oleh perpustakaan untuk menerapkan konsep learning commons pada perpustakaan perguruan tinggi: 1.User-Centered Perpustakaan akan dikatakan sukses jika berorientasi kepada kebutuhan pemustaka dan bukan hanya fokus kepada pengadaan teknologi. Mengenali dan memahami apa yang dibutuhkan dan sering dimanfaatkan oleh pemustaka merupakan hal penting yang harus diketahui oleh perpustakaan. Salah satu yang bisa dilakukan oleh perpustakaan misalnya dengan memanfatkan salah satu sudut perpustakaan untuk menyediakan perlengkapan ATK seperti bolpoint, pensil, gunting, cutter, penggaris, dan kelengkapan lainnya yang bisa dimanfaatkan oleh pemustaka. Melalui cara sederhana ini perpustakaan akan dapat sedikit memahami dan memenuhi kebutuhan pemustaka saat berada di perpustakaan. 2.Fleksibel Menciptakan perpustakaan yang fleksibel, tidak kaku, dan mudah beradaptasi. Kebijakan dan aturan yang berlaku di perpustakaan diharapkan dapat disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi kebutuhan pemustaka. Generasi digital adalah generasi yang tidak menyukai aturan yang kaku dan ketat. Generasi ini tidak akan merasa nyaman jika berada dalam ruangan yang memiliki banyak larangan, misa tidak boleh ramai, tidak boleh membawa makanan, tidak boleh memakai topi. Generasi ini membutuhkan penjelasan yang bisa dinalar untuk setiap larangan yang diberlakukan. Perpustakaan harus mampu mengimbangi cara berpikir generasi internet misalnya dengan menggunakan kata-kata lebih mengarah kepada himbauan untuk aturan di perpustakaan. Sebagai contoh kalimat Anda akan terlihat lebih rapi jika tidak memakai jacket di dalam ruangan perpustakaan akan lebih bisa diterima daripada hanya sekedar larangan Dilarang Memakai Jacket atau Dilarang Membawa Makanan mungkin akan lebih baik jika menggunakan kalimat Boleh Membawa Makanan dengan Syarat Dapat Dinikmati oleh Seluruh Warga Perpustakaan 3.Information Desk Menyediakan layanan help-desk atau layanan informasi yang dapat membantu pemustaka menemukan informasi yang dibutuhkan. Layanan ini sangat penting bagi perpustakaan guna memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Tidak semua pemustaka paham apa yang harus dilakukan di dalam perpustakaan untuk itu layanan information desk perlu untuk ditempatkan di satu ruangan khusus yang dapat menjadi one stop shopping of information bagi seluruh pemustaka. Layanan ini akan sangat bermanfaat jika ditempatkan pada posisi pintu masuk perpustakaan. 4.Keterbukaan Menghilangkan penghalang antara pemustaka dan pustakawan, ciptakan keterbukaan antara pemustaka dan pustakawan untuk dapat menciptakan interaksi yang baik dan memberikan kenyamanan kepada pemustaka. Cobalah untuk menyapa atau setidaknya sedikit membuka pembicaraan dengan pemustaka. Cara ini diharapkan dapagt menciptakan suasana terbuka antara pemustaka dan perpustakaan sehingga tidak terkesan kaku.
5 5.Asas Kepercayaan Beri kepercayaan kepada pemustaka sehingga pemustaka juga akan mempercayai perpustakaan. Misalnya kepercayaan dalam melakukan akses informasi. Adanya batasan dalam melakukan akses koleksi seperti koleksi karya ilmiah tentunya akan membuat pemustaka merasa tidak dipercaya. Sampai saat ini masih ada pro dan kontra tentang hak akses karya ilmiah. Tidak akan ada salahnya jika perpustakaan mulai mencoba membuka akses karya ilmiah untuk dapat dimanfaatkan secara terbuka dan bebas oleh pemustaka. Belajar untuk mempercayai mereka bahwa informasi yang mereka dapatkan akan dapat digunakan dengan bertanggung jawab. 6.Publikasi Gunakan setiap kesempatan untuk melakukan publikasi tentang perpustakaan untuk lebih mendekatkan perpustakaan dengan pemustaka, misalnya dengan membuat buletin perpustakaan yang berisi informasi kegiatan perpustakaan, koleksi baru, layanan dan fasilitas, atau mungkin artikel/ tulisan singkat dari pustakawan dan bisa juga memberi kesempatan kepada pemustaka untuk berkontribusi mengisi buletin perpustakaan. LIBARARY UNIVERSITY Library University, yaitu kampus yang aktivitas pendidikannya berbasis refrensi selayaknya belajar dan berdiskusi di ruang perpustakaan. Ketika mendengar Library University, bayangan yang akan muncul adalah kampus yang seluruh sudut dan ruang kelasnya penuh dengan buku. Selain itu segala aktivitas pendidikan di kampus yang penuh dengan rujukan/ refrensi dan literatur dalam proses belajar-mengajar. Untuk menciptakan nilai dan sikap intelektualitas di lingkungan perguruan tinggi, adalah adanya aktivitas keintelektualan dari seluruh civitas akademika, lebih khususnya mahasiswa, dosen dan peneliti yang tidak lepas dari yang namanya buku dan literatur. Usaha yang yang harus dilakukan adalah dengan mengumpulkan berbagai macam literatur, menulis berbagai macam karya ilmiah maupun non ilmiah dari hasil-hasil temuan yang di lahirkan dari para penulis, ilmuwan dan peneliti serta kegiatan-kegiatan diskusi ilmiah maupun non ilmiah. Dari aktivitas ini akan tercipta konsep berpikir ilmiah yang di peroleh dari dari hasil mengumpulkan dan membaca ide dan teori dari berbagai macam informasi atau buku yang pernah di baca di perpustakaan. Konsep Library University ini mempunyai beberapa tujuan: 1. Berupaya mendekatkan mahasiswa kepada buku Bicara ilmu pengetahuan tidak lepas dari yang namanya buku. Buku adalah sumber pengetahuan. Membaca adalah proses pembentukan cara berpikir seseorang untuk berpikir ilmiah, sehingga semakin banyak membaca semakin terbentuk tingkat intelektualitas seseorang. 2. Membentuk mahasiswa dengan pola pikir ilmiah yang konstruktif Berpikir ilmiah adalah pondasi dasar dalam memajukan perkembangan peradaban ilmu pengetahuan. Dengan berpikir ilmiah, kita tidak hanya belajar menerima teori-teori pengetahuan saja, tetapi juga mengkritisi dan mempertanyakan mengapa teori itu muncul. 3. Perguruan tinggi yang dapat melahirkan generasi intelektual profetik Sistem pendidikan yang hanya berorientasi pada penyiapan tenaga kerja terdidik adalah bagian dari kekurangan sistem pendidikan bangsa ini juga. Pendidikan yang hanya berorientasi pada pemenuhan tenaga kerja tedidik pada mesin-mesin korporasi hanya akan menghasilkan generasi terdidik yang pragmatis. Yang penting cepat lulus dan cepat kerja sehingga kecurangan pun sering terjadi dalam proses pendidikan. Padahal, sesuai dengan konteks negara saat ini, perlu sekali hadirnya generasi-generasi muda intelektual yang mampu menjadi problem solving terhadap masalah-masalah bangsa. Pendidikan bukan hanya untuk kepentingan dirinya, tetapi adalah ilmu yang memiliki asas kemanfaatan. Dari kelemahan sistem pendidikan tesebut, perguruan tinggi harus mampu menyediakan sistem pendidikan alternatif yang mampu melahirkan generasi intelektual profetik. Untuk memenuhi ketiga tujuan tersebut di atas, terdapat metode belajar : 1. Mahasiswa dididik untuk menyampaikan pendapat dengan dasar referensi. Ketika menerangkan suatu masalah atau topik, mahasiswa wajib memberikan penjelasan yang sesuai dari referensi buku yang menjadi rujukan. Bukan hanya mahasiswa, dosen pun bila sedang menerangkan materi harus membiasakan memberikan rujukan dan refrensi dari
6 setiap kalimat yang disampaikan. Aktivitas seperti ini secara tidak langsung akan memaksa mahasiswa untuk mau membaca buku. Aktivitas ini juga mengurangi sifat para pengajar dan mahasiswa yang ketika menjelaskan topik hanya berdasarkan persepsi dan prasangka. Semua perkataan yang diucapkan harus didukung dengan data yang akurat. Disinilah pentingnya dapat berargumen secara ilmiah. 2. Mengaktifkan kebiasaan berdiskusi. Dengan berdiskusi, mahasiswa dilatih untuk belajar berpikir teoritis dan belajar mengungkapkan ide dari apa yang pernah dipelajari. Berdiskusi juga melatih mahasiswa untuk menguji seberapa kuat ide atau teorinya kepada lawan diskusi. Kegiatan ini harus didukung dengan aktivitas pertama tadi, yaitu argumen yang disampaikan harus berdasarkan referensi dari setiap kalimat-kalimat yang dilontarkan. Bukannya bermaksud mengajak berpikir tekstual, tetapi lebih kepada metodenya saja. Dalam proses perkuliahan, kegiatan diskusi memang sering dilakukan. Akan tetapi, sering terjadi kevakuman dan cendrung tidak menarik. Entah pembawaan dosen atau memang mahasiswanya yang tidak berminat. Terlalu banyaknya mahasiswa di kelas dan materi diskusi yang dibawakan tidak menarik, bisa menjadi diskusi tersebut hambar. Proses yang mendukung dalam kegiatan diskusi ini adalah tingkat kesertaan mahasiswa di kelas. Diskusi yang baik apabila tidak melibatkan orang dalam jumlah banyak, sehingga proposi kelas dalam kegiatan belajar dan berdiskusi diupayakan dalam jumlah yang proposional. Dalam hal ini orang saja dalam satu kelas sudah cukup ideal dalam kegiatan belajar dan berdiskusi. 3. Membiasakan menulis atau membuat karya ilmiah. Ketika mahasiswa mengerjakan skripsi, adalah sebuah karya ilmiah yang dibuat oleh kebanyakan mahasiswa sebagai karya ilmiah pertama dan terkahir selama menempuh pendidikan tinggi. Menulis sangat penting bagi mahasiswa, karena sangat mendukung proses pembentukan tingkat ke-intelektualan seseorang dari hasil proses berpikir itu. Ketika mahasiswa jauh dari kegiatan menulis apalagi membaca buku, apa bedanya dengan manusia pra sejarah?. Tugas kuliah yang sering di terima oleh mahasiswa seperti me-resume sebuah buku dan menjawab soal-soal kasus saja tidak cukup untuk melatih menulis. Kegiatan menulis yang baik adalah karya yang mampu mengajukan sebuah pandangan atau ide yang diuji dengan berbagai refrensi atau data. Karya tulis ini bisa diangap sebagai karya ilmiah tanpa harus sedetail skripsi. Kegiatan menulis juga sebagai pendukung melatih mahasiswa berpikir teoritis dan ilmiah. Dari setiap bab materi yang diberikan, diupayakan selalu ada tugas karya tulis yang bisa menanggapi teori-teori dari bab tersebut. Entah mengkritisi, mengembangkan atau pun menolak, dengan catatan mengusulkan teori baru pada karya tulis ilmiahnya. Apabila kegiatan ini terwujud, akan tidak sulit mendapatkan predikat research university bagi perguruan tinggi. Karya ilmiah dan berdikusi dapat saling mendukung. Maksudnya, diskusi yang dijelaskan pada poin ke dua di atas bisa berdiskusi dengan memperdebatkan hasil karya ilmiah dari teman sekelasnya. Karya ilmiah yang dibuat tidak langsung dinilai oleh dosen, namun kekuatan ide yang ada pada karya tersebut harus diuji oleh teman sekelasnya. Maka akan dilihat argumen mana yang paling kuat, sehingga dosen dapat menilai seberapa baik seorang mahasiswa menguasai materi perkuliahan. 4. Aadanya sistem pendukung dari ketiga kegiatan di atas, yaitu tersedianya buku-buku di sudut-sudut kampus. Keberadaan buku-buku yang mudah dijangkau memudahkan mahasiswa untuk berinteraksi secara mendalam terhadap referensi yang harus kita pelajari. Misalnya, ditempat-tempat santai seperti hall, kantin dan anjungan tersedia berbagai macam majalah dan koran. Dimasing-masing kelas tersedia buku-buku pendamping kuliah. Perpustakaan berfungsi sebagai ruang untuk kumpulan karya ilmiah dari para mahasiswa dan dosen. Dalam sebuah kelas, akan terlihat selayaknya perpustakaan. Proses belajar pun akan efektif apabila hanya terdapat orang saja dengan posisi melingkar. Semua buku-buku yang ada harus dapat melengkapi kebutuhan proses belajar dan mengajar. Semua keberadaan buku tersebut akan membantu pada metode belajar dari poin-poin di atas. Bila ada 20 kelas dalam satu fakultas atau jurusan, maka harus terdapat 20 judul buku yang sama untuk tiap-tiap kelas, dan bila ada 200 judul dalam satu kelas, maka dalam satu fakultas dan jurusan harus menyediakan 4000 buku untuk 20 kelas. Ditambah juga sistem pelayanan dan keamanan dari bahan pustaka tersebut agar tetap terjaga dan sesuai dengan kebutuhannyal.
7 Konsep ini juga tak lepas dari kendala-kendala yang harus dihadapi. Kendala yang sangat besar adalah masalah dana. Pengadaan buku dan proses metode pembelajaran akan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Belum lagi masalah keamanan untuk menjaga buku-buku yang hadir di sudut-sudut kampus. Akibat kebutuhan dana yang besar inilah bagaimana upaya pihak perguruan tinggi untuk memperoleh dana untuk kebutuhan tersebut,baik melalui dana rutin, anggaran dari pemerintah pusat,maupun angaran dari donasi-donasi. SIMPULAN Membaca merupakan aspek terpenting dalam dunia pendidikan. Sehingga penanaman budaya baca di kalangan mahasiswa memiliki peran penting demi menuju suatu masyarakat informasi (information society). Dalam rangka menuju masyarakat informasi (Infomation society) ketrampilan membaca sebagai aspek penting pembelajaran perlu disosialisasikan dan perlu dikampanyekan di kalangan mahasiswa. Upaya membangun budaya baca di kalangan Mahasiswa dimaksudkan untuk mewujudkan mahasiswa Indonesia yang berwawasan dan tanggap akan perubahan yang terjadi dilingkungan luar (eksternal) sehingga tercipta mahasiswa yang berpengetahuan dan memiliki intelektual yang tinggi. Dengan budaya membaca yang tinggi mahasiswa akan mampu menangkap isu strategis yang muncul dari budaya globalisasi yang telah merambah seluruh pelosok negeri. Melalui membaca pula, mahasisswa dapat menilai konsep dan teori-teori pendidikan yang baik dan cocok untuk diterapkan pada lingkungan eksternal sebagai akibat globalisasi. Konsep Library University sebagai metode untuk mendapatkan predikat World Classs University yang dapat menghasilkan ilmuan-ilmuan muda dan mampu sejajar dengan universitas terkemuka di indonesia maupun yang berkelas dunia. Ketika kegiatan intelektual dan ilmu pengetahuan begitu berkembang, dan mampu menyelesaikan berbagai macam permasalahan sosial kemasyarakatan. Maka disitulah peradaban akan berkembang ke arah kemajuan. Kebutuhan pemustaka merupakan salah satu komponen penting yang harus diperhatikan oleh perpustakaan. Tanpa kehadiran pemustaka maka perpustakaan hanya akan menjadi sebuah ruang tanpa ada kehidupan. Tanpa ada yang memanfaatkan maka segala layanan dan fasilitas yang disediakan tidak akan memiliki arti penting. Untuk itu perpustakaan perlu melakukan pengembangan, penelitian dan inovasi dalam rangka mengetahui dan memenuhi kebutuhan pemustakanya sehingga keberadaan perpustakaan akan tetap dibutuhkan oleh pemustaka terlebih di era digital saat ini. Salah satu yang bisa diterapkan adalah dengan menyediakan area yang nyaman bagi pemustaka untuk melakukan berbagai macam kegiatan di perpustakaan serta menciptakan suasana yang terbuka di perpustakaan sehingga mereka tidak merasa tegang berada di dalam perpustakaan. Semua ini dapat ditemui dalam konsep learning commons. DAFTAR PUSTAKA Abdul Rahman Saleh Pembinaan Budaya Baca Tulis di Kalangan Kampus dalam Era Multimedia (makalah seminar)., UPT Perpustakaan Universitas Islam Bandung. Athaillah Baderi Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Melalui Suatu Kelembagaan Nasional. (orasi Ilmiah Dan Pengukuhan Pustakawan Utama). Beagle, D., 2008, The Learning Commons in Historical Context Chan, D.L.H., Wong, G.K.W., 2013, If You Build It, They Will Come: An Intra-Institutional User Engagement Process in the Learning Commons,New Library World, Vol.114, Issue 1/2, pp Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Jakarta: Ditjen Dikti. Depdiknas Donkai, S., Toshimori, A., Mizoue, C., 2011, Academic Libraries as Learning Spaces in Japan: Toward the Development of Learning Commons, TheInternational Information & Library Review, Desember, 43 (4) pp Fourie, D.K & Dowell, D.R. (2002). Libraries in the Information Age: An Introduction and Career Exploration. Colorado: Libraries UnlimitedGreenwood Publishing Group, Inc.
8 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Pendirian perguruan tinggi. Jakarta KEMENDIBUD.RI. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Okta, I Gustu Ngurah Pengantar Membaca dan Pengajaranya. Surabaya: Usaha Nasional Saifuddin Azwar Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustakapelajar Supriyanto Dalam Makalahnya Pencanangan Gerakan Kalimantan Barat Membaca
Learning Commons sebagai Upaya Perpustakaan Perguruan Tinggi Menghadapi Perubahan Perilaku Generasi Internet
Learning Commons sebagai Upaya Perpustakaan Perguruan Tinggi Menghadapi Perubahan Perilaku Generasi Internet 1) Deasy Kumalawati; 2) Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si Pustakawan Institut Bisnis & Informatika
Lebih terperinciLEARNING COMMONS: KONSEP PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI MENGHADAPI GENERASI DIGITAL
LEARNING COMMONS: KONSEP PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI MENGHADAPI GENERASI DIGITAL Muh Choironi Yusuf Abstract: In the digital age, when information can be accessed without any limits of space
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan wajah baru yang juga menyediakan berbagai macam ruang, area baca,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan perguruan tinggi saat ini tidak hanya berisi rak buku dan koleksi bahan pustaka namun telah banyak ditemui perpustakaan perguruan tinggi dengan wajah baru
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
174 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah Perpustakaan ITS Surabaya dan Perpustakaan UK Petra Surabaya melakukan pemanfaatan fungsi ruang yang
Lebih terperinciFungsi Perpustakaan Kampus dalam Pembinaan Budaya Baca-Tulis 1
Fungsi Perpustakaan Kampus dalam Pembinaan Budaya Baca-Tulis 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib. M.Sc. 2 Pendahuluan Jika ilmu diumpakan sebagai darah dalam tubuh kita dan tubuh kita merupakan sistem
Lebih terperinciBIMBINGAN PEMUSTAKA UNTUK MAHASISWA BARU STMIK SURABAYA DI ERA DIGITAL. Deasy Kumalawati Perpustakaan STMIK Surabaya
BIMBINGAN PEMUSTAKA UNTUK MAHASISWA BARU STMIK SURABAYA DI ERA DIGITAL Deasy Kumalawati Perpustakaan STMIK Surabaya deasy@stikom.edu ABSTRAK Saat ini perpustakaan sedang berjuang keras untuk melawan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di dunia berkembang sangat pesat dan telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan dan profesi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan pada era globalisasi, kini informasi bisa semakin mudah untuk diakses. Salah satu cara aksesnya adalah dengan menggunakan media
Lebih terperinciINOVASI PERPUSTAKAAN BERBASIS TEKNOLOGI UNTUK LAYANAN INFORMASI, PENELITIAN DAN REKREASI DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA
INOVASI PERPUSTAKAAN BERBASIS TEKNOLOGI UNTUK LAYANAN INFORMASI, PENELITIAN DAN REKREASI DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA Muhammad Abdullah Al Muwahhid, 135410025 A. LATAR BELAKANG Berdasarkan undang undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perpustakaan yang dikenal sebagai pusat informasi berorientasi untuk mendistribusikan informasi kepada pengguna. Salah satu cara dalam mendistribusikan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada di lingkungan kampus. Penggunanya adalah sivitas akademika perguruan tinggi tersebut. Adapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi, dan rekreasi para pemustaka. Perpustakaan dijadikan salah satu pusat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada lembaga pendidikan khususnya pada tingkat pendidikan menengah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan perpustakaan dilingkungan sekolah kurang mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya pertumbuhan perpustakaan pada lembaga pendidikan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI
SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL
Lebih terperinciPengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi
Pengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi Putu Sukma Kurniawan a, Edy Sujana b a,buniversitas Pendidikan Ganesha, Singaraja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk pembelajar yang dinamis, karena pada hakekatnya belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk pembelajar yang dinamis, karena pada hakekatnya belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Lebih terperinciPendahuluan. Implementasi Program Information Skills di Universitas Indonesia 1. Mohamad Aries 2
Implementasi Program Information Skills di Universitas Indonesia 1 Mohamad Aries 2 Pendahuluan Universitas Indonesia (UI) memiliki rencana strategi dalam dua hal. Meningkatkan kualitas pendidikan/pengajaran
Lebih terperinciNomor Induk Mahasiswa :. Jenis Kelamin :.
Lampiran 1 ANGKET PENELITIAN Analisis Tingkat Kepuasan Pengguna terhadap Layanan Perpustakaan dengan Menggunakan Metode LibQual (Studi Kasus pada Perpustakaan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh) Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha pemerintah ke arah ini telah dilaksanakan dengan menambah jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di era sekarang ini memperoleh prioritas dalam pengembangannya. Pendidikan yang maju perlu ditunjang sarana dan prasarana yang memadai. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perpustakaan adalah sebuah ruang yang di dalamnya terdapat sumber informasi dan pengetahuan. Sumber-sumber informasi dan pengetahuan yang berada di perpustakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang juga sekaligus sebagai asset bangsa yang nantinya kelak akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan salah satu bagian dari sumber daya manusia di Indonesia yang juga sekaligus sebagai asset bangsa yang nantinya kelak akan menjadi generasi
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBINAAN MINAT BACA DI PERGURUAN TINGGI OLEH IKHWAN,S.Sos.,M.M (PUSTAKAWAN MADYA UNRAM)
STRATEGI PEMBINAAN MINAT BACA DI PERGURUAN TINGGI OLEH IKHWAN,S.Sos.,M.M (PUSTAKAWAN MADYA UNRAM) A. PENDAHULUAN Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 55
Lebih terperinciPERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR. Nanik Arkiyah, M. IP
PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR Nanik Arkiyah, M. IP Anindita Hildani 1300005341 7A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perihal karakter dan implementasi kurikulum, membuat para pemerhati pendidikan berpikir serta berupaya memberikan konstribusi yang diharapkan dapat bermakna
Lebih terperinci2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa tunarungu jenjang SMALB termasuk dalam masa dimana siswa dituntut untuk siap memasuki dunia kerja, kemasyarakatan serta melanjutkan pendidikan ke jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga dapat diperoleh melalui jalur non-formal salah satunya melalui perpustakaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, pendidikan merupakan sesuatu yang penting bagi semua orang karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan sekarang
Lebih terperinciMANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN
MANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN Bambang Hermawan Pustakawan Universitas Islam Indonesia bambang18hermawan@gmail.com Abstrak Universitas dalam acara pengenalan kampus atau
Lebih terperinci2015 STUD I TENTANG KOMPETENSI PENGELOLAAN INFORMASI TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perpustakaan SMA Negeri 6 Bandung merupakan salah satu perpustakaan yang cukup lengkap akan sarana dan prasarana yang ada, terbukti dengan terdapatnya beberapa
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi (Wajib) bagi mahasiswa program S-1 Ilmu komputer. Setelah. mendapatkan persetujuan dari tim pembina mata kuliah seminar Ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata kuliah seminar merupakan Mata Kuliah Keahlian Program Studi (Wajib) bagi mahasiswa program S-1 Ilmu komputer. Setelah mendapatkan persetujuan dari tim pembina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini informasi telah menjadi kebutuhan primer masyarakat dan mendapat tempat penting dalam aktivitas masyarakat sehari-hari. Dosen pengajar membutuhkan
Lebih terperinciRENCANA INDUK PENELITIAN (RIP) LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI KESENIAN WILWATIKTA SURABAYA
RENCANA INDUK PENELITIAN (RIP) LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI KESENIAN WILWATIKTA SURABAYA SEKOLAH TINGGI KESENIAN WILWATIKTA SURABAYA TAHUN 2016 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL..
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN STIRENA ROSSY TAMARISKA ( ) 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan di bawahnya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi.
Lebih terperinciStudi pelayanan perpustakaan sekolah menengah atas sebagai sumber belajar (studi kasus di SMA Negeri 7 Surakarta)
Studi pelayanan perpustakaan sekolah menengah atas sebagai sumber belajar (studi kasus di SMA Negeri 7 Surakarta) Sri Wahyudi K.8405037 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 salah satu tujuan berdirinya negara adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengusahakan
Lebih terperinciLITERASI INFORMASI DI PERGURUAN TINGGI
LITERASI INFORMASI DI PERGURUAN TINGGI http://www.wla.lib.wi.us/waal/newsletter/211.html http://bunchlibrary.pbwiki.com/information+literacy+across+the+curriculum Literasi Informasi di Perguruan Tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Untuk dapat mengikuti dan meningkatkan ilmu pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat pada masa sekarang ini membawa dampak kemajuan dan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk
Lebih terperinciPEMASARAN PERPUSTAKAAN
PEMASARAN PERPUSTAKAAN Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, M.Sc. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep mutu telah menjadi suatu kenyataan dan fenomena dalam seluruh aspek dan dinamika masyarakat global memasuki persaingan pasar bebas dewasa ini. Jika sebelumnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. beberapa ciri yang perlu diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah tersedianya
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa perpustakaan merupakan tempat tumpukan buku tanpa mengetahui pasti ciri dan fungsi perpustakaan. Ada beberapa ciri
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH Perpustakaan sebagai media sumber belajar peserta didik berperan penting terhadap mutu pendidikan peserta didik. Implementasi manajemen perpustakaan
Lebih terperinci2016 DAMPAK INTERNET TERHADAP PENGGUNAAN KOLEKSI TERCETAK DI UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan sebagai institusi yang menampung berbagai informasi yang akurat dan dapat dipercaya memiliki peran yang sangat besar dalam membantu masyarakat dalam menemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran internet menandai babak baru sejarah manusia. Sekitar abad ke- 21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir seluruh aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan diantaranya melalui peningkatan pendidikan. Hal ini diwujudkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) merupakan lembaga penelitian di bawah Kementerian Pertanian RI yang khusus melakukan riset bidang pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan rekreasi dengan menyediakan berbagai macam informasi yang sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perpustakaan merupakan salah satu unit dalam suatu lembaga yang memiliki peran untuk mendukung kegiatan pembelajaran, penelitian, publikasi dan rekreasi dengan
Lebih terperinciPENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI TEKNOLOGI INFORMASI DI KALANGAN MAHASISWA EKONOMI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI
PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI TEKNOLOGI INFORMASI DI KALANGAN MAHASISWA EKONOMI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan lembaga yang menghimpun, mengelola,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan merupakan lembaga yang menghimpun, mengelola, melestarikan dan menyebarluaskan informasi kepada pemakainya berupa media informasi baik yang tercetak berupa
Lebih terperinciRENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN
RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN 2013 2022 SK: 062/SK.Kap/JTM/FT/UP/VII/2014 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN...1 BAB II VISI DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kita semua menyadari bahwa dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas tinggi demi tercapainya kemajuan suatu bangsa bergantung dan tidak
Lebih terperinciPERAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SEBAGAI PUSAT PELAYANAN JASA INFORMASI
MAKALAH PERAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SEBAGAI PUSAT PELAYANAN JASA INFORMASI Oleh, ~$i;fl!j[~/\~fi':&'-k!! --,: d I(ny 9; '.C, bl 9.:,., :.:\ ~ ; I,:. 1,,,.t:i, ~ tm-fip\s!,,;l[:f\hp,s\ - 1. 1 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang penting bagi bangsa Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang penting bagi bangsa Indonesia, karena pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan nasional. Keberlangsungan
Lebih terperinciMAKALAH. Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar
MAKALAH Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar Dosen Pengampu : Nanik Arkiyah, M.IP. Di susun Oleh : Vita Ayu Wulandari 1300005093 7B FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
Lebih terperinciPERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SARANA PUSAT SUMBER BELAJAR
PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SARANA PUSAT SUMBER BELAJAR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu: Nanik Arkiyah, M.IP Di Susun Oleh : Yolan Dari ( 1300005121)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan suatu kebutuhan primer yang harus di penuhi dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi merupakan suatu kebutuhan primer yang harus di penuhi dalam dunia pendidikan terutama di perguruan tinggi. Proses pembelajaran yang akan terus berlangsung,
Lebih terperinciTEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH
TEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH Disusun sebagai UJIAN UAS Mata Kuliah : Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu : Nanik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang manusiawi dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini tidak saja terjadi tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perpustakaan adalah salah satu media perantara yang penting menyangkut rantai penyebaran informasi. Dalam perkembangan informasi digital peran perpustakaan adalah
Lebih terperinciPEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEEBAGAI SUMBER BELAJAR
PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEEBAGAI SUMBER BELAJAR PENYUSUN NOVI TESTA PAMUNGKAS 1300005017 VII A PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA Kata Pengantar Dengan menyebut
Lebih terperinci1.4 Metodologi Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Seni dan desain (art and design) dipandang sebagai dua elemen menyatu yang tidak terpisahkan. Tiap perkembangan seni selalu diikuti oleh visualisasi
Lebih terperinciPEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pendidikan Agama Islam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan, mengembangkan kemampuan atau keterampilan serta mengubah sikap diri pada orang tersebut.
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI
SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik dalam mengembangkan potensi diri yang dimilikinya adalah pengertian
Lebih terperinciToko buku..., Putu Arya Djuanta, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, sumber informasi tercetak seperti buku dan majalah telah menjadi kebutuhan masyarakat. Keberadaan buku dan majalah dapat dikatakan sudah melekat dengan keseharian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) adalah salah satu bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) adalah salah satu bentuk amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan Tinggi. Fungsi utama UMY adalah pendidikan, penelitian
Lebih terperinciUtilization Studies Library of Health Polytechnic Semarang. Pemanfaatan Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Utilization Studies Library of Health Polytechnic Semarang Pemanfaatan Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang Warijan Hermien Nugraheni Hariyanti Direktorat Poltekkes Kemenkes Semarang Jl.
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba model, dan uji validasi model, serta pembahasan penelitian,
Lebih terperinciPENERAPAN GOOD GOVERNANCE
PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM TATA KELOLA PENYELENGGARAAAN DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA YANG BERBASIS PELAYANAN Oleh Dr. I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 3 Abstrak: Dalam era globalisasi yang
Lebih terperinciPENDIDIKAN PEMUSTAKA DI PERPUSTAKAAN STAIN PEKALONGAN (Junaeti, S.Sos)
PENDIDIKAN PEMUSTAKA DI PERPUSTAKAAN STAIN PEKALONGAN (Junaeti, S.Sos) A. LATAR BELAKANG Perpustakaan di perguruan tinggi memegang peranan yang penting karena membantu perguruan tinggi untuk mewujudkan
Lebih terperincimenyediakan layanan untuk mengakses koleksi tersebut. Dalam hal ini koleksi digital ini disebut sebagai sumber primer (primary resource).
276 P E M B E L A J A R A N J A R A K J A U H B E R B A S I S T I K B A B X V P E R P U S TA K A A N D I G I TA L D A L A M P E M B E L A JARAN JARAK JAUH A. P E R L U N Y A D I G I T A L L I B R A R Y
Lebih terperinciPENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI
PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan merupakan sebuah pelayanan, tidak ada perpustakaan jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama yang ada di perpustakaan.
Lebih terperinciRencana Strategis Organisasi Penelitian Studi Internasional Malang (OPSIM)
Rencana Strategis Organisasi Penelitian Studi Internasional Malang (OPSIM) Shafira Rizki Aulia 145120400111048 A. ORIENTASI ORGANISASI 1. Identifikasi organisasi a. Citra diri: OPSIM adalah sebuah organisasi
Lebih terperinciPERAN PERPUSTAKAAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PERAN PERPUSTAKAAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Pendahuluan Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, M.Sc. Tidak banyak orang tahu bahwa di Indonesia ada hari kunjung perpustakaan yang jatuh pada 14 September 2003.
Lebih terperinciPERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERHADAP PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH
PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERHADAP PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH Makalah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu :
Lebih terperinciTUGAS INDIVIDU PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan
TUGAS INDIVIDU PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu: Nanik Arkiyah, M. IP Disusun oleh: Nama : Siska
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kreasi pengetahuan..., Jennar Kiansantang, FIB UI, 2009
1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai latar belakang pemilihan topik, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan metode penelitian dan pengumpulan data, dan sistematika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
7 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kemitraan antara Sekolah dan Masyarakat Secara etimologi kata kemitraan berasal dari kata mitra yang artinya pasangan kerja, atau partner usaha. (Widodo,2002:441). Dengan demikian
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah :... / Konvergensi dan New Revisi ke : 1 Satuan Kredit Semester : 3 SKS Tgl revisi : 08 / 2016 Jml Jam kuliah dalam seminggu
Lebih terperinciPERPUSTAKAAN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UGM : INOVASI KEGIATAN DAN IMPAK
PERPUSTAKAAN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UGM 2013-2016: INOVASI KEGIATAN DAN IMPAK Oleh : Maryatun Pustakawan Universitas Gadjah Mada E-mail : maryatun@ugm.ac.id Abstrak Era global salah satunya ditandai
Lebih terperinciPROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA VISI PROGRAM STUDI Unggul dan terkemuka dalam pengembangan ilmu perpustakaan dan informasi berbasis keislaman
Lebih terperinci1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan.
1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian 1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan. Visi, misi, tujuan dan sasaran
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER I. PENDAHULUAN 1. Pengertian Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) adalah garis-garis besar sebagai
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN
BAB III HASIL PENELITIAN A. Sejarah Singkat Perpustakaan KOPERTIS Wil. X Padang Perpustakaan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (KOPERTIS) Wilayah X Padang meliputi daerah Sumbar, Riau, Jambi dan Kepri
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Dari hasil pembahasan dan analisis penelitian pada bab sebelumnya dapat
BAB VI PENUTUP A. Simpulan Dari hasil pembahasan dan analisis penelitian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pencitraan yang dilakukan oleh UPT perpustakaaan UNISSULA menuju world class cyber library
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN
Lebih terperinciDeliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI (GI) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX-1 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusianya. Kualitas Sumber Daya Manusia itu sendiri dapat dikembangkan melalui Pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP MINAT BACA SISWA SMA NEGERI 5 KOTA KENDARI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP MINAT BACA SISWA SMA NEGERI 5 KOTA KENDARI *Herlina Werianty Paonganan**Marsia Sumule G. ***Asrul Jaya Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lebih terperinciIMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA.
IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA munir@upi.edu PENGANTAR e-learning suatu istilah yang digunakan terhadap proses belajar mengajar berbasis online tanpa dibatasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, diperlukan suatu penyelenggaraan pendidikan yang dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dalam Pembukaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hidup kita tidak akan lepas dari peran media massa, mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi pikiran kita dipenuhi informasi dari media massa. Betapa media
Lebih terperinciPerpustakaan Digital sebagai Wujud Penerapan Teknologi Informasi di Perguruan Tinggi
Perpustakaan Digital sebagai Wujud Penerapan Teknologi Informasi di Perguruan Tinggi Supsiloani Jurusan Sejarah Universitas Negeri Medan Abstract The advantage of information technology is a part of in
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
91 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum dan secara khusus yaitu: 1. Simpulan umum Berdasarkan hasil penelitian bahwa kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung pada sistem pembelajaran yang dimotori oleh empat komponen utama, yaitu: siswa, guru, sistem kurikulum dan sarana-prasarana.
Lebih terperinciBAB I. Karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern sekarang, pendidikan merupakan sesuatu yang penting. Karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan sekarang telah
Lebih terperinci