ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA)
|
|
- Sugiarto Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) I. GAMBARAN UMUM 1. Lahirnya AFTA - Pada pertemuan tingkat kepala negara (ASEAN Summit) ke-4 di Singapore pada tahun 1992, para kepala negara mengumumkan pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas di ASEAN (AFTA) dalam jangka waktu 15 tahun. - CEPT Agreement, yang merupakan main mechanism dari AFTA, ditandatangani oleh Menteri- Menteri Ekonomi ASEAN pada tanggal 28 Januari Tujuan dari AFTA - Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk-produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global. - Menarik lebih banyak lagi Foreign Direct Investment - Meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN (intra-asean Trade) 3. Jangka Waktu Realisasi AFTA - ASEAN Summit ke-4 pada awalnya menargetkan realisasi AFTA dalam 15 tahun (1 Januari Januari 2008) dan hanya mencakup produk manufaktur. - Kemudian Sidang ke-26 Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) pada bulan September 1994 mempercepat realisasi AFTA menjadi 10 tahun (1 Januari 2003) dan memasukkan produk pertanian (processed atau unprocessed) kedalam CEPT Scheme. - Selanjutnya ASEAN Summit ke-6, (Desember 1998), menetapkan untuk mempercepat realisasi AFTA menjadi tahun 2002 dengan tarif 0-5%, dengan beberapa "fleksibilitas". - Vietnam pada tahun 2006 (masuk ASEAN tanggal 28 Juli 1995) - Laos dan Myanmar tahun 2008 (masuk ASEAN tanggal 23 Juli 1997) - Cambodia tahun 2010 (masuk ASEAN tanggal 30 April 1999). a. Fleksibilitas Yang dimaksud dengan fleksibilitas adalah suatu keadaan dimana ke-6 negara ASEAN apabila belum siap untuk menurunkan beberapa produk menjadi 0-5% pada tahun 2002, maka bisa diturunkan pada tahun Tahun 2003 produk-produk dalam AFTA tarifnya harus sudah maksimal 5%. Fleksibilitas masing-masing negara sebagai berikut : Brunei Darussalam = 16 items Indonesia = 66 items (tarifnya masih 10% dan sebagian besar dari sektor plastic dan chemicals) Malaysia = 922 items Philipina = 199 items Thailand = 472 items b. CEPT Product List (i) Inclusion List (IL) : produk-produk yang dimasukkan pada kelompok IL harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
2 - Produk tersebut harus disertai tariff reduction schedule - Tidak boleh ada quantitative restrictions (QRs) - Non-Tariff Barriers (NTBs) lainnya harus dihapuskan dalam waktu 5 tahun. Pada tahun 2001, enam negara ASEAN telah mempunyai tarif 0-5% sebesar minimal 90% dari IL. (ii) Temporary Exclusion List (TEL) : produk-produk yang termasuk dalam kategori ini sementara dibebaskan dari kewajiban penurunan tarif, penghapusan QRs dan bentuk NTBs yang lain. Dan secara bertahap harus dimasukkan kedalam IL. TEL Indonesia ada sebanyak 14 pos tarif yang terdiri dari bunga potong segar, bawang putih, buah apel, cengkeh, gandum dan kedelai yang tarifnya sudah 0-5% kecuali bunga potong segar tarifnya 20%. (iii) Sensitive List (SL) : - Produk yang ada dalam kategori ini adalah unprocessed agricultural products. Contohnya : beras, gula, produk daging, gandum, bawang putih, cengkeh dan sebagainya. - Produk-produk tersebut juga harus dimasukkan kedalam CEPT Scheme tetapi dengan jangka waktu yang lebih lama : Brunei Darussalam, Indonesia, malaysia, Filipina dan Thailand harus telah memasukkannya pada tahun 2010 Vietnam pada tahun 2013 Laos dan Myanmar pada tahun 2015 Cambodia pada tahun Sensitive (Highly Sensitive List) Indonesia terdiri dari beras dan gula, sebanyak 11 pos tarif (4 pos tarif dari beras dan 7 pos tarif dari gula) (iv) General Exception (GE) - Yang termasuk dalam kategori ini adalah produk-produk yang secara permanen tidak perlu untuk dimasukkan kedalam CEPT Scheme dengan alasan-alasan sebagai berikut : keamanan nasional; untuk keselamatan/kesehatan umat manusia, binatang dan tumbuhan; serta untuk melestarikan objek-objek arkeologi, dan sebagainya. - Contoh : senjata dan amunisi, narkotik, dan sebagainya - GE Indonesia ada sebanyak 68 pos tarif 4. Kriteria Suatu Produk Untuk Menikmati Konsesi CEPT - Produk tersebut terdapat dalam Inclusion List (dalam Legal Enactment) di negara tujuan maupun negara asal, dengan prinsip Reciprocity. Prinsip Reciprocity artinya, agar suatu produk dapat menikmati preferensi tarif di negara tujuan ekspor (yang tentunya di negara tujuan ekspor produk tersebut sudah berada di dalam IL), maka produk yang sama juga harus sudah berada di dalam IL dari negara asal. Prinsip timbal balik ini diberlakukan untuk memacu negara anggota agar segera mengurangi tarif tanpa harus menunggu sampai tahun Memenuhi ketentuan asal barang (Rules of Origin), yaitu cumulative ASEAN Content lebih besar atau sama dengan 40%.
3 Rules of Origin adalah bahwa untuk dapat menikmati tarif CEPT, sebuah produk harus memenuhi kriteria sebagai produk ASEAN : yaitu paling sedikit 40% dari kandungannya harus berasal dari satu atau lebih negara anggota ASEAN. Perhitungan Rules of Origin adalah sebagai berikut : Value of Imported Value of Undetermined Non-ASEAN Material + Origin Materials, Parts parts or Produce or Produce x 100% < 60% FOB Price - Produk tersebut harus disertai Certificate of Origin Form D, yang diperoleh di Kantor-kantor Dinas Perindag di seluruh Indonesia. 5. Aktivitas Lain Untuk Menunjang Pelaksanaan AFTA2 - Harmonisasi Bidang Paben (Customs) : Harmonisasi Tariff Nomenclature pada tingkat HS 8-digit Fasilitas mempercepat Customs Clearance melalui Green Lane - Penghapusan bentuk NTBs yang lain : Penghapusan Customs Surcharges Harmonisasi Product Standards Mutual Recognition Arrangements II. KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM AFTA 1. AFTA Diberlakukan Secara Bertahap - Tahapan-tahapan AFTA sudah berjalan sejak tahun 1993, setelah KTT IV ASEAN tanggal Januari 1992 di Singapura, melalui CEPT yang disertai dengan program penurunan tarif sampai tahun Pernyataan di atas dipertegas lagi pada AEM di Chiangmai tahun 1995, yaitu produk-produk industri yang belum siap bersaing di pasar ASEAN akan bertahap masuk kedalam cakupan CEPT-AFTA. - Produk industri paling lambat masuk cakupan CEPT pada tahun 2000 dengan maksimum tarif 20%. - Produk pertanian yang belum diolah paling lambat masuk cakupan CEPT pada tahun 2003 dengan maksimum tarif 5%. Catatan : Bagi Indonesia, produk pertanian yang belum diolah untuk masuk cakupan CEPT-AFTA adalah sebanyak 14 pos tarif yaitu dari bunga potong segar, cengkeh, kedelai, bawang putih dan sebagainya. Produk ini akan masuk CEPT pada tahun Memenuhi Komitmen Internasional berdasarkan sejarah - Indonesia adalah salah satu sponsor dominan pembentukan ASEAN - Indonesia merupakan barometer dari gerak gerik ASEAN (ASEAN move)
4 - Dunia usaha internasional dan investor asing melihat bahwa konstitusi dan komitmen ASEAN ini merupakan hal yang mutlak agar mereka dapat merencanakan program-program investasi dan relokasi industrinya. 3. Pemanfaatan Pasar Bersama ASEAN - ASEAN merupakan pasar bersama dengan 500 juta penduduk - Banyak yang bisa dimanfaatkan dari jumlah penduduk besar di luar Indonesia dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dari Indonesia. - Untuk masa-masa pemulihan ekonomi Indonesia, pasar di luar Indonesia dengan daya beli yang kuat tersebut merupakan daya penggerak ekonomi Indonesia karena dapat menyerap hasil-hasil industri Indonesia. 4. Tarif 0-5% CEPT-AFTA Tahun 2001 Besarnya Sudah 90% Pada tahun 2001 ini tarif CEPT-AFTA yang besarnya 0-5% sudah mencakup minimal 90% dari seluruh produk-produk yang dimasukkan dalam Skema CEPT. Keenam anggota ASEAN (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand) besarnya tarif 0-5% masingmasing menunjukkan 97,3%; 90,1%; 90,88%; 92,7%; 100% dan 90%. 5. Tingkat Kompetisi Produk dan Posisi Perdagangan Indonesia di ASEAN cukup baik Neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN mulai tahun 1996 s/d 2000 mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 12,35% per tahun, yaitu dari US$ 2.760,95 juta pada tahun 1996 meningkat menjadi US$ 4.398,84 juta pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa nilai neraca perdagangan bagi Indonesia selalu mengalami surplus setiap tahunnya, yang berarti ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN setiap tahunnya terus meningkat dibanding dengan import dari negara-negara ASEAN. 6. Beberapa protocol/article yang dapat dipakai untuk mengamankan produk Indonesia - Protocol Regarding the Implementation of the CEPT Scheme Temporary Exclusion List. Dapat dipakai dasar untukmenarik produk-produk yang telah dimasukkan ke AFTA mulai tahun 2000 (misalnya produk otomotif Indonesia dengan HS 87) untuk dikeluarkan/ditunda masuk AFTA. Dengan sendirinya penarikan suatu produk tersebut, harus disertai dengan kompensasi. - Article 6 (1) dari CEPT Agreement Dapat dipakai dasar untuk menarik produk-produk yang telah dimasukkan ke dalam Skema CEPT-AFTA, akibat adanya import yang banyak dari ASEAN sehingga menyebabkan adanya kehancuran industri dalam negeri. Bunyi lengkap article tersebut adalah sebagai berikut : If, as a result of the implementation of this Agreement, import of a particular product eligible under the CEPT Scheme is increasing in such a manner as to cause or threaten to cause serious injury to sector producing like or directly competitive products in the importing Member States, the importing Member States may, to the extent and for such time as may be necessary to prevent or to remedy such injury, suspend preferences provisionally and without discrimination, subject to Article 6 (3) of this Agreement. Such suspension of preferences shall be consistent with the GATT. Interpretative Notes
5 1) Products included in the CEPT Scheme shall not be subjected to increase of CEPT rates except under emergency situation as provided in Article 6 of the CEPT Agreement. 2) The suspension of CEPT preferences under Article 6 of the CEPT Agreement shall be consistent with Article XIX (Emergency Action Imports of Particular Products) of the GATT. - Protocol on Special Arrangement for Sensitive and Highly Sensitive Products Memuat produk-produk Sensitive dan Highly Sensitive (beras dan gula) Contoh Indonesia telah menarik gula dari daftar CEPT, dimana sebelumnya gula akan dimasukkan kedalam Skema CEPT-AFTA pada tahun 2002 dan pada tahun 2003 maksimal tarifnya 5%. Dengan adanya gula masuk ke HSL maka gula akan masuk IL tahun 2003 dan ending year 2010 dengan tarif maksimal 20%. - Ketentuan Local Content sebesar 40% merupakan salah satu instrumen utama untuk mengamankan produk dalam negeri. Ketentuan local content ini justru akan mendorong produsen untuk lebih meningkatkan nilai tambah dan memancing investasi yang dibutuhkan. 7. Komitmen AFTA akan menarik investor - Tarif rendah - Resource Sharing diantara negara-negara ASEAN akan menghasilkan "Economic of Scale". 8. ASEAN merupakan suatu kesatuan untuk maju dan tumbuh bersama - Telah disepakati skema ASEAN Integration System of Preferences (AISP) - AISP adalah pemberian keringanan tarif bea masuk sebesar 0% atau lebih baik dari tarif CEPT oleh ASEAN-6 kepada ASEAN baru (Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam). III. KESIAPAN PEMERINTAH MENGENAI AFTAR 1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan di seluruh Indonesia adalah salah satu instansi pemerintah yang mempunyai wewenang untuk memproses ekspor ke negara-negara ASEAN dengan menggunakan fasilitas AFTA. 2. Indonesia mempunyai produk-produk yang tidak mengikuti program penurunan tarif dalam AFTA (seperti GE, HSL). 3. Sejak ditandatangani AFTA pada bulan Januari 1992 di Singapura, pemerintah telah mengadakan sosialisasi-sosialisasi baik kepada dunia usaha maupun instansi pemerintah yang terkait di seluruh Indonesia. 4. Para Pejabat Senior Ekonomi ASEAN (SEOM) dalam sidang-sidangnya selalu melibatkan ASEAN- CCI untuk mengadakan konsultasi. ASEAN-CCI ini anggotanya adalah KADIN-KADIN yang ada di masing-masing negara ASEAN. 5. Departemen Perindustrian dan Perdagangan c/q Ditjen Kerjasama Industri dan Perdagangan Internasional (KIPI) adalah sebagai "National AFTA Unit", sehingga bila ada masalah-masalah tentang AFTA dapat berhubungan dengan instansi tersebut. 6. Departemen Keuangan setiap tahun menerbitkan Surat Keputusan Menteri Keuangan (SK Menkeu) tentang CEPT-AFTA yang lampirannya berisi daftar produk-produk yang memperoleh keringanan bea masuk. Sedangkan daftar produk-produk yang akan diekspor dalam rangka AFTA diperoleh dari Dinas-dinas Perindustrian dan Perdagangan di seluruh Indonesia.
6 ORIGINAL (DUPLICATE/TRIPLICATE/QUADRUPLICATE) 1. Goods consigned from (Exporter's business name, address, country) 2. Goods consigned to (Consignee's name, address, country) 3. Means of transport and route (as far as known) Departure date Vessel's name/aircraft etc. Port of Discharge Reference No. ASEAN COMMON EFFECTIVE PREFERENTIAL TARIFF/ASEAN INDUSTRIAL COOPERATION SCHEME CERTIFICATE OF ORIGIN (Combined Declaration and Certification) 4. For Official Use FORM D issued in (Country) See Notes Overleaf Preferential Treatment Given Under ASEAN Common Effective Preferential Tariff Scheme Preferential Treatment Given Under ASEAN Industrial Cooperation Scheme Preferential Treatment Not Given (Please state reason/s) Signature of Authorised Signatory of the Importing Country 5. Item number 6. Marks and number on packages 7. Number and type of packages, description of goods (including quantity where appropriate and HS number of the importing country) 8. Origin criterion (see Notes overleaf) 9. Gross weight or other quantity and value (FOB) 10. Number and date of invoices 11. Declaration by the exporter The undersigned hereby declares that the above details and statement are correct; that all the goods were produced in.. (Country) 12. Certification It is hereby certified, on the basis of control carried out, that the declaration by the exporter is correct. and that they comply with the origin requirements specified for these goods in the ASEAN Common Effective Preferential Tariff Scheme for the goods exported to (Importing Country) Place and date, signature of authorised signatory Place and date, signature and stamp of certifying authority
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The
Lebih terperinciMenteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/MPP/Kep/1/1997
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/MPP/Kep/1/1997 TENTANG KETENTUAN DAN TATACARA PERMOHONAN FASILITAS
Lebih terperinciCONTOH KASUS. Lampiran Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-05/BC/2010 Tanggal 23 Maret 2010
CONTOH KASUS Lampiran Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-05/BC/2010 Tanggal 23 Maret 2010 A. Apakah importasi barang dari Hongkong dapat memperoleh preferensi tarif ACFTA? Hongkong merupakan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG PENGENAAN TARIF BEA MASUK DALAM SKEMA ASEAN TRADE IN GOODS AGREEMENT (ATIGA) DENGAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Jalan Jenderal A. Yani Jakarta 13230 Kotak Pos 108 Jakarta 10002 Telepon : 4890308 Faksimili : 4897928 Yth : 1. Kepala Kantor Wilayah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Perkembangan Integrasi Ekonomi di Kawasan ASEAN. Sumber: Lim (2014) GAMBAR 4.1. Negara-negara di Kawasan ASEAN Secara astronomis Asia Tenggara terletak di antara
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG PERUBAHAN KLASIFIKASI DAN PENETAPAN TARIF BEA MASUK ATAS BARANG IMPOR PRODUK-PRODUK TERTENTU DALAM
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1034, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Sistem Sertifikasi Mandiri. Percontohan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/M-DAG/PER/8/2013
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan Indonesia-Thailand Agreement On The Common Effective Preferential Tariff Scheme For The ASEAN Free Trade
Lebih terperinciBAB 7 PERDAGANGAN BEBAS
BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya
Lebih terperinciIMPOR MURAH DENGAN SKEMA FREE TRADE AGREEMENT
IMPOR MURAH DENGAN SKEMA FREE TRADE AGREEMENT Kurniawan, SE ASBTRAK Skema FTA pada dasarnya ditujukan untuk pengaturan penurunan dan/atau penghapusan tarif bea masuk, sebagai wujud dari berkembangnya liberalisasi
Lebih terperinciBAB 2 KETENTUAN POKOK DALAM KESEPAKATAN AFTA DAN KEBIJAKAN INDONESIA DALAM IMPLEMENTASINYA SELAMA PERIODE
BAB 2 KETENTUAN POKOK DALAM KESEPAKATAN AFTA DAN KEBIJAKAN INDONESIA DALAM IMPLEMENTASINYA SELAMA PERIODE 1992-2003 2.1. Proses Terbentuknya AFTA Terbentuknya AFTA diawali dalam KTT ASEAN IV di Singapura,
Lebih terperinciASEAN CHINA FREE TRADE AREA
ASEAN CHINA FREE TRADE AREA A. PENDAHULUAN ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara negaranegara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai
Lebih terperinciSEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : Put-73723/PP/M.XVIIA/19/2016. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2015
Putusan Nomor : Put-73723/PP/M.XVIIA/19/2016 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2015 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah pembebanan atas importasi berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan teknis perdagangan (technical barriers to trade) dengan mengurangi atau menghilangkan tindakan
Lebih terperinci4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia
Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND THE BASIC AGREEMENT ON THE ASEAN INDUSTRIAL COOPERATION SCHEME (PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN
Lebih terperinciIMPLIKASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY BLUEPRINT TERHADAP PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA KE SINGAPURA
IMPLIKASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY BLUEPRINT TERHADAP PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA KE SINGAPURA Elsa Yufani 1 Drs. Syafri Harto, M.Si 2 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015
PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2008 TENTANG KETENTUAN EKSPOR PISANG DAN NANAS KE JEPANG DALAM RANGKA IJ-EPA (INDONESIA JAPAN-ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT) DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan Internasional merupakan suatu ilmu yang bersifat interdisipliner yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas suatu
Lebih terperinciPERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION
PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION Oleh : A.A. Istri Indraswari I Ketut Sudiarta Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Protection
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND THE BASIC AGREEMENT ON THE ASEAN INDUSTRIAL COOPERATION SCHEME (PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN DASAR SKEMA
Lebih terperinciKEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DALAM MENGHADAPI PEMBERLAKUAN KESEPAKATAN ASEAN Free Trade Area (AFTA)
KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DALAM MENGHADAPI PEMBERLAKUAN KESEPAKATAN ASEAN Free Trade Area (AFTA) Oleh: Henry Aspan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UNPAB ABSTRAK Pemberlakuan AFTA dan keikutsertaan
Lebih terperinciImplikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )
Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan Intra dan Ekstra ASEAN Tahun 2012 Dono Asmoro (151080089) Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis akan sejauh mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artikan sebagai kesepakatan dari kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang begitu banyak, perdagangan menjadi salah satu sumber mata pencahariannya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus
Lebih terperinciIna Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015
Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor
Lebih terperinciNASKAH PENJELASAN PENGESAHAN
NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND CERTAIN ASEAN ECONOMIC AGREEMENTS RELATED TO TRADE IN GOODS (PROTOKOL UNTUK MENGUBAH PERJANJIAN EKONOMI ASEAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND CERTAIN ASEAN ECONOMIC AGREEMENTS RELATED TO TRADE IN GOODS (PROTOKOL UNTUK MENGUBAH PERJANJIAN EKONOMI ASEAN
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put-51936/PP/M.XVIIA/19/2014. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2012
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-51936/PP/M.XVIIA/19/2014 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Penetapan pembebanan
Lebih terperinciKata Kunci: National Treatment, Pajak Impor Dalam Industri Telepon Genggam, Kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri
TINJAUAN YURIDIS KEBIJAKAN TINGKAT KANDUNGAN DALAM NEGERI DAN PAJAK IMPOR DALAM INDUSTRI TELEPON GENGGAM DIKAITKAN DENGAN PRINSIP NATIONAL TREATMENT FIKY MARTINO 1287032 ABSTRAK Prinsip National Treatment
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CAFTA merupakan perjanjian area perdagangan bebas antara China dan ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan perdagangan barang tarif maupun
Lebih terperinciPeningkatan Daya Saing Daerah Dalam Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN
Peningkatan Daya Saing Daerah Dalam Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015 1 Oleh : Dr. M. Nasich, Ak 2 Dasar Pembentukan Pasar Tunggal ASEAN Integrasi ekonomi merupakan langkah penting bagi pencapaian ASEAN
Lebih terperinciPEMASARAN HASIL PERTANIAN: Liberalisasi Perdagangan
SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Liberalisasi Perdagangan Nur Baladina, SP. MP. Lab. Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Email
Lebih terperinciPROTOCOL TO AMEND ARTICLE 3 OF THE ASEAN FRAMEWORK(AMENDMENT)AGREEMENT FOR THE INTEGRATION OF PRIORITY SECTORS
\ PROTOCOL TO AMEND ARTICLE 3 OF THE ASEAN FRAMEWORK(AMENDMENT)AGREEMENT FOR THE INTEGRATION OF PRIORITY SECTORS The Governments of Brunei Darussalam, the Kingdom of Cambodia, the Republic of Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang
Lebih terperinciKEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017
KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017 A. Pendahuluan Klasifikasi barang adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan untuk
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA, DAN THAILAND DALAM SKEMA CEPT-AFTA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA, DAN THAILAND DALAM SKEMA CEPT-AFTA OLEH VERONIKA EKA SITANGGANG H14052985 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa di Puket,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/M-DAG/PER/3/2015
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinci2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1729, 2015 KEMENKEU. Tarif. Bea Masuk. Perjanjian. Kesepakatan Internasional. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.04/2015 TENTANG TATA CARA PENGENAAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan
Lebih terperinciPROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara dianggap sebagai proses alokasi sumber daya ekonomi antar negara dalam rangka meningkatkan derajat
Lebih terperinciPROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG
PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos,
Lebih terperinciThere are no translations available.
There are no translations available. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) disingkat SKA adalah dokumen yang disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia yang telah memenuhi ketentuan asal barang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Apel Apel adalah jenis buah-buahan, atau buah yang dihasilkan dari pohon buah
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan
Lebih terperinciDAFTAR NEGARA DALAM KERANGKA PROYEK PERCONTOHAN KEDUA UNTUK PELAKSANAAN SISTEM SERTIFIKASI MANDIRI
13 2013, No.1034 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/M-DAG/PER/8/2013 TENTANG KETENTUAN SERTIFIKASI MANDIRI (SELF-CERTIFICATION) DALAM KERANGKA PROYEK PERCONTOHAN KEDUA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinciBAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM ASEAN SINGLE MARKET. ASEAN (Association of South East Asian Nations) adalah sebuah organisasi
BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM ASEAN SINGLE MARKET 1. ASEAN Economic Community Blueprint Perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang biasa kita sebut ASEAN (Association of South East Asian Nations)
Lebih terperincibahwa sebagai contoh yang tertulis di Form E dan Invoice/Packing List, secara jelas dapat dilihat;
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-62921/PP/M.XVIIB/19/2015 Jenis Pajak : Bea Cukai Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah mengenai pembebanan
Lebih terperinciKata Pengantar. Terima kasih. Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional, Depdag GUSMARDI BUSTAMI
Kata Pengantar Dalam rangka menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan
Lebih terperinciASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak
ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS DR. Mhd. Saeri, M.Hum (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah wadah bagi negara-negara Asia Tenggara untuk memperjuangkan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 05/DAGLU/PER/6/2008 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 05/DAGLU/PER/6/2008 TENTANG PENGALOKASIAN KUOTA EKSPOR PISANG DAN NANAS KE JEPANG DALAM RANGKA IJ-EPA (INDONESIA JAPAN-ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikuti pesatnya laju globalisasi ekonomi dunia adalah munculnya blok-blok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu fenomena yang dalam kurun waktu terakhir ini berkembang pesat mengikuti pesatnya laju globalisasi ekonomi dunia adalah munculnya blok-blok ekonomi dan perdagangan
Lebih terperinciLAPORAN VERIFIKASI HASIL PENDARATAN IKAN B. HASIL VERIFIKASI PENDARATAN IKAN NOMOR DAN MASA BERLAKU SIPI/SIKPI PELABUHAN PANGKALAN
2012, No.669 12 LAMPIRAN I: PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/2012 TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN LAPORAN VERIFIKASI HASIL PENDARATAN IKAN A. PELABUHAN
Lebih terperinciKata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Persaingan Usaha, Kebijakan, Harmonisasi.
1 HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Oleh I Gusti Ayu Agung Ratih Maha Iswari Dwija Putri Ida Bagus Wyasa Putra Ida Bagus Erwin Ranawijaya Program Kekhususan Hukum Internasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun negara yang tidak
Lebih terperinci: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan
Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013
KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan
Lebih terperinciBagian 10. Seksi 1 Catatan untuk Jadwal Kerajaan Thailand
Bagian 10 Seksi 1 Catatan untuk Jadwal Kerajaan Thailand 1. Untuk maksud-maksud Pasal 16, kategori-kategori berikut yang ditunjukkan pada Kolom 4 di dalam Jadwal Uni Myanmar, pada Seksi 2 Bagian ini, wajib
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa dihindari oleh suatu negara sebagai anggota masyarakat internasional. Salah satu bentuk liberalisasi
Lebih terperinciMULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL
MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 ini, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat bagus pada era pasar bebas. Hampir sebanyak 20 kesepakatan. dengan itu masuk ke dalam apa yang dinamakan pasar bebas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO lahir pada tahun 1995. Hasil dari perundingan yang dilakukan selama delapan tahun, WTO disambut dalam surat kabar yang
Lebih terperinciKata Pengantar. Terima kasih. Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional, Depdag GUSMARDI BUSTAMI
Kata Pengantar Dalam rangka menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan
Lebih terperinci* ANY CHANGE OF SCHEDULE AND LOCATION SHOULD BE SUBMITTED THROUGH THE INDONESIAN CONSULATE GENERAL IN LOS ANGELES
KONSULAT JENDERAL REPUBLIK INDONESIA LOS ANGELES STATEMENT To complete our application for film/video/documentary shooting permit in Indonesia, I/we hereby declare that we shall: 1. Comply with laws and
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi institusional regional atau kawasan jika ditelusuri kembali asalnya, mulai berkembang sejak berakhirnya Perang Dingin dimana kondisi dunia yang bipolar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok
Lebih terperinciMasyarakat Ekonomi ASEAN 2015:
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Meningkatkan Daya Saing, Meraih Peluang Disampaikan oleh: Direktur Kerja Sama ASEAN, Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional, KEMENDAG Jakarta,30 September 2015 Perjalanan
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu
Lebih terperinciPokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap tarif bea masuk karena
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-59072/PP/M.XVIIB/19/2015 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2013 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap tarif bea masuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa melintasi batas-batas suatu negara atau territorial suatu negara ke territorial negara
Lebih terperinciPilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini
CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PERMEN-KP/2013 TENTANG SERTIFIKAT ASAL RUMPUT LAUT
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 7/PERMEN-KP/2013 TENTANG SERTIFIKAT ASAL RUMPUT LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-55/BC/2011 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-55/BC/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENELITIAN SURAT KETERANGAN ASAL DALAM RANGKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H
ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya dengan berhasil memamfaatkan secara optimal dan sinergis
Lebih terperinciKEPPRES 53/1998, PENGESAHAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE INITIAL PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES
Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 53/1998, PENGESAHAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE INITIAL PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES *47629 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan bentuk integrasi ekonomi regional ASEAN dalam artian sistem perdagaangan bebas antar negara dalam satu lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. legal tentang suatu pertemuan pada suatu market place. Pada abad ke 16,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan hubungan dan kerja sama dengan sesama manusia lainnya, namun itu saja tidak cukup karena manusia masih memerlukan
Lebih terperinci