Santi Wijaya ; Maya Safira Dewi. Binus University, Jl.Kebun Jeruk Raya no.27, ABSTRACTS
|
|
- Harjanti Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PERLAKUAN PERPAJAKAN TERHADAP BENTUK USAHA TETAP BERDASARKAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA ( PERBANDINGAN INDONESIA DAN CHINA, INDONESIA DAN KOREA SELATAN) Santi Wijaya ; Maya Safira Dewi Binus University, Jl.Kebun Jeruk Raya no.27, Wijaya.santi91@gmail.com ABSTRACTS The purpose of this research is to discuss and while providing a fundamental understanding about BUT as regulated in% u2013 income tax law and the tax treaty. Permanent establishment (BUT) is the subject of overseas tax liability perpajakannya be treated relatively equal to the tax payers in the country. Difference perpajakannya treatment compared with taxpayers in the country among others (i) BUT not be able to enjoy tax treaty Indonesia with other treaty partner country because he is not a resident of Indonesia, and (ii) the net profit after tax earned or accrued a profit tax BUT subject to a branch. For the avoidance of double taxation on income received or derived by a resident of the treaty country partner in Indonesia, testing the existence of a State BUT a partner company of the treaty in Indonesia as the criteria are needed to determine whether Indonesia had the right to taxing earnings Keywords : a permanent establishment, branch profit tax, tax treaty, resident taxpayer, non resident taxpayer, beneficial owner, force of attraction rule, attributable rule, effectively rule, OECD Model. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk membahas dan sekaligus memberikan pemahaman yang mendasar tentang BUT sebagaimana diatur dalam Undang Undang Pajak penghasilan dan tax treaty. Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah subyek pajak luar negeri yang kewajiban perpajakannya diperlakukan relatif sama dengan wajib pajak dalam negeri lainnya. Perbedaan perlakuan perpajakannya dibandingkan dengan wajib pajak dalam negeri antara lain adalah (i) BUT tidak dapat menikmati tax treaty
2 Indonesia dengan negara treaty partner lainnya karena ia bukan penduduk Indonesia, dan (ii) atas laba bersih setelah pajak yang diterima atau diperoleh suatu BUT dikenakan branch profit tax. Untuk menghindari pengenaan pajak berganda atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh penduduk dari negara treaty partner di Indonesia, pengujian keberadaan suatu BUT perusahaan dari negara treaty partner tersebut di Indonesia sebagai kriteria diperlukan untuk menentukan apakah Indonesia memiliki hak untuk memajaki penghasilan tersebut. Kata kunci: pendirian tetap, pajak penghasilan, P3B, pembayar pajak penduduk, pembayar pajak penduduk bebas, pemilik manfaat, kekuatan tarik aturan, disebabkan oleh aturan, efektif aturan, OECD Model. Pendahuluan Seluruh negara di dunia memperoleh sumber pendanaan utamanya adalah dari perpajakan. Secara sederhana pajak adalah instrumen yang dipergunakan oleh pemerintah untuk mengumpulkan dana dari masyarakat untuk kemudian dikelola dalam bentuk belanja yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Ketergantungan sebuah negara terhadap pajak tidak lagi dapat dihindarkan. Pajak itu sendiri adalah iuran masyrakat kepada negara sebagai bentuk partisipasi kewajiban untuk membiayai pengeluaran umum sehubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Pajak merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap wajib pajak, penguasaan terhadap peraturan perpajakan bagi wajib pajak akan meningkatkan kepatuhan kewajiban perpajakan agar terhindar dari sanksi sanksi yang berlaku dalam ketentuan umum perpajakan. Perusahaan multinasional semakin gencar mempergunakan peluang usaha dengan melakukan kegiatan usaha di negara lain, dengan mendirikan anak perusahaan
3 maupun membuka cabang. Bagi negara tempat investasi, hal ini merupakan peluang menambah penerimaan negara dari pajak. Perusahaan asing yang menjalankan usahanya melalui bentuk usaha di Indonesia disebut dengan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Bentuk usaha tetap adalah wajib pajak yang rentan dikenakan pajak berganda (double taxation) sehubungan dengan status hukumnya, sehingga dapat menjadi salah satu penghambat investasi yang baik pada suatu negara, khususnya di Indonesia. Untuk itulah, perlu dibuat Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang dilaksanakan oleh dua negara atau lebih. P3B inilah yang akan menjadi suatu produk hukum untuk menunjang berkembangnya investasi, karena dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum dari pengenaan pajak berganda. Hubungan satu negara dengan negara lain dalam hal apapun semakin meningkat dan terbuka. Dengan kemajuan teknologi komunikasi dunia terasa semakin semakin sempit dan tidak ada sekat sekat pembatas. Demikian pula dengan pergerakan barang dan jasa, modal, serta sumberdaya manusia. Transaksi lintas batas yang terdiri dari sumber penghasilan, subjek pajak di dua negara yang berbeda. Masing masing negara dapat saja mengenakan pajak atas penghasilan dari transaksi lintas batas. Pemajakan laba usaha (bussiness profits) perusahaan transaksi lintas batas negara bahwa laba perusahaan tidak akan dikenakan pajak di negara dimana perusahaan tersebut tidak menjadi subjek pajak dalam negeri, kecuali perusahaan tersebut mempunyai hubungan yang erat dengan negara dimana laba usaha diperoleh. Hubungan erat dinyatakan dengan adanya kegiatan usaha di negara PE/BUT tersebut, dengan demikain tanpa adanya PE di negara sumber, maka negara sumber tidak dapat menggenakan pajak atas laba usaha yang bersumber di negaranya tersebut. Dalam penghindaran pajak berganda yang dikembangkan oleh OECD Model (Pasal 7 OECD
4 Model) menyatakan bahwa laba usaha hanya dikenakaan pajak di negara domisili, kecuali negara tersebut mempunya PE. Sumber penerimaan pajak berasal dari penghasilan yang sebagaiannya dibayarkan kepada negara yang dikenakan untuk wajib pajak, baik wajib pajak dalam negeri maupun wajib pajak luar negeri. Salah satu penerimaan pajak adalah bentuk usaha tetap, namun secara garis besar bentuk usaha tetap yang dipergunakan oleh orang pribadi yang berada di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Dalam rangka untuk penghindaran pajak berganda (avoidance of double taxation) dan pencegahan penyelundupan pajak (prevention of fiscal evasion), Indonesia telah mengadakan perjanjian penghindaran pajak berganda bilateral dengan negara negara lain. Dengan berlakunya ketentuan ketentuan dalam perjanjian perjanjian perpajakan, perlakuan perpajakan terhadap bentuk usaha tetap (permanent establishment) dari perusahaan perusahaan yang merupakan penduduk (resident) di negara negara mitran seperti, China, Korea Selatan. Selain didasarkan pada ketentuan ketentuan dalam undang undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana terkahir diubah dengan undang undang Nomor 17 Tahun 200, juga didasarkan kepada ketentuan ketentuan dalam perjanjian perpajakan Metode Penelitian
5 Jenis data yang digunakan oleh penelitian ini adalah data kualitatif, Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yang bersifat yuridis normatif, data utama yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Penelitian ini merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) dan Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara), dan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan,sedangkan data primer berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Berdasarkan data historis, peneliti dapat membaca permasalahan dengan tujuan agar dapat menggali lebih dalam dan berusah mencari teori teori atau hubungan baru menyangkut pada pembahasan masalah skripsi ini. Metode deskriptif analisis, mengumpulkan data data dan informasi tentang penelitian masalah yang selanjutnya akan diolah, sehingga penulis dapat menjelaskannya untuk kemudian ditarik kesimpulan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta fakta serta karakter dari masalah yang diteliti. Hasil Dan Bahasan PMA dan BUT di Indonesia Ketika suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai PMA adalah berdasarkan ketentuan dalam UU Penanaman Modal No.25 Tahun 2007, maka yang disebut sebagai Penanaman Modal Asing PMA ( Pasal 31A UU PPh) harus memenuhi beberapa unsur berikut (Pasal 1(3)) : 1. Merupakan kegiatan penanaman modal 2. Untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia 3. Dilakukan oleh penanam modal asing, Menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri
6 Adapun bentuk penanaman modal dapat dilakukan melalui beberpa cara, diantaranya (Pasal 5 (3)) : 1. Mengambil bagian saham pada saat pendirian Perseroan Terbatas 2. Membeli saham 3. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan perundang undangan Adapun jenis usaha yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh sebuah perusahaan PMA diatur dalam Perpes No.76 Tahun 2007 dan Perpes No.77 Tahun 2007 jo. Perpes No.111 Tahun Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal seperti perjudian, peninggalan sejarah dan purbakala, meseum pemerintahan, pemukiman/ lingkungan adat, monumen, Objek Ziarah, pemanfaatan koral alam serta bidang bidang usaha. BUT dapat juga bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau yang tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Orang asing dapat menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia dengan bentuk usaha tetap yang dapat berupa (pasal 2 ayat 5) : Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Orang atau badan yang bertindal selaku agen yang berkedudukannya tidak bebas Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima penerima asuransi atau menangung premi di Indonesia. Berdasarkan penjelasan diatas yang paling efektif antara PMA dengan BUT adalah PMA, karena yang mendukung perkembangan penerimaan pajak di Indonesia adalah
7 PMA selain tarifnya mengikuti Pajak badan di Indonesia sebesar 28% sedangkan untuk BUT tarif yang dikenakan telah ditentukan berdasarkan perjanjian penghindaran pajak berganda jadi untuk penerimaan pajak di Indonesia dibatasi dengan perjanjian P3B tersebut. Kredit Pajak Luar Negeri Pajak Penghasilan di 3 negara yaitu Indonesia, China, Korea Selatan dalam hal kredit pajak luar negeri peraturan di masing masing negara pada dasarnya sama setiap wajib pajak dalam negeri yang mendapatkan penghasilan di luar negeri mendapatkan keringanan membayar pajak dalam hal kredit pajak luar negeri. Setiap negara mempunyai tarif tarif yang berbeda dalam hal Kredit pajak luar negeri tergantung kebijakan negara yang menetapkan peraturan kredit pajak luar negeri. Untuk lamanya pengkreditan pajak antara Indonesia, Korea Selatan, dan China jangka waktu yang diberikan oleh pemerintah masing masing negara sama yaitu 5 tahun. Jadi penerapannya di masing masing negara sama. Perusahaan Resident memperoleh pendapatan dari sumber-sumber asing berhak atas kredit pajak sepihak sehubungan dengan pajak asing dibayarkan pada pendapatan. Kredit ini terbatas pada jumlah pajak Indonesia yang terhutang atas penghasilan asing yang relevan. Penghasilan Kena Pajak Korea Selatan ( Pajak Orang Pribadi)
8 Income Over Not Over Tax on Column 1 Tax % on Excess W 0 W 12,000,000-6% W 12,000,000 W 46,000,000 W 720,000 15% W 46,000,000 W 88,000,000 W 5,820,000 24% W 88,000,000 W 15,900,000 35% Korea Selatan (Pajak Badan) Taxable Income (Million) Tax Rate (%) Income Up to KRW200 10% Income Over KRW 200 to 2,000 20% Income Over KRW 2,000 22% China (Pajak Orang Pribadi) From (RMB) To(RMB) Tax Rate (%) Quick Deduction (RMB) Over China ( Pajak Badan)
9 Pajak penghasilan badan merupakan topik panas di China pada saat dengan mayoritas baru di Kongres Rakyat Nasional untuk menyelaraskan tarif pajak penghasilan untuk Usaha Investasi Asing dan perusahaan domestik. Hal ini diyakini bahwa langkah tersebut menandakan pergeseran China bergerak sejalan dengan praktik internasional. Undang-undang baru, yang disahkan pada 16 Maret 2007, telah menjadi subyek perdebatan berlarut-larut dan spekulasi untuk waktu yang cukup sekarang. Undang undang tesebut menjadi efektif sejak 1 Januari Indonesia ( Pajak Orang Pribadi) Lapisan Penghasilan kena pajak Tarif Pajak Sampai dengan 50 Juta 5% Diatas 50 juta s/d 250 juta 15% Diatas 250 juta s/d 500 juta 25% Diatas 500 juta 30% Indonesia ( Pajak Badan) Pajak penghasilan untuk badan di Indonesia dikenakan tarif sebesar 25%. Simpulan Dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah di sampaikan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan untuk menjawab permasalahan permasalahan yang terjadi selama perjanjian dan penerapan Tax Treaty di Indonesia: 1. Dengan adanya penerapan Tax Treaty di Indonesia penerimaan Pajak di Indonesia menjadi terbatas karena dengan adanya Tax Treaty penerimaan pajak
10 di Indonesia sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua negara. Penerimaan negara yang menjadi terbatas timbul karena hak pemajakan Indonesia hilang secara legal, hilangnya penerimaan pajak di Indonesia akibat teknologi yang belum diakomodasi dalam ketentuan tax treaty. 2. Hilangnya penerimaan pajak di Indonesia secara teknis operasional adalah disebabkan oleh tax avoidance dan tax evasion yang dilakukan para pelaku bisnis global dengan memanfaatkan kondisi dunia saat ini. Seperti kemajuan teknologi. 3. Hak pemajakan antara dua negara yaitu Korea Selatan dan China yang paling kuat untuk memajaki perusahaan asing yang tidak effectively connected di Korea Selatan dan di China yang paling kuat adalah Korea Selatan. Dapat dilihat dari tarif yang diterapkan sedangkan Indonesia saja menerapkan tarif 20% dalam hak pemajakan. 4. Dengan adanya Tax Treaty di Indonesia Memudahkan wajib pajak luar negeri yang akan melakukan kegiatan usaha di Indonesia. 5. Ketentuan antara Indonesia dan China, Indonesia dan Korea Selatan hampir sama berdasarkan kredit pajak luar negeri, penghasilan kena pajak, tarif Branch profit tax yang ditetapkan antara China dan Korea Selatan sama yaitu 10% 6. Tarif pajak penghasilan orang pribadi di Korea Selatan sebesar 35% sedangkan China 40% lebih besar dibandingkan dengan Korea Selatan, sedangkan Indonesia sendiri sebesar 30% lebih kecil dibandingan dengan Korea Selatan dan China.
11 7. Peraturan perpajakan bagi wajib pajak luar negeri yang menjalankan kegiatan usaha di Indonesia khususnya Bentuk Usaha Tetap peraturannya dipersamakan dengan wajib pajak dalam negeri jika dapat membuktikan bahwa wajib pajak luar negeri tersebut merupakan wajib pajak negara mitra P3B dan bagi yang belum memenuhi syarat sebagai bentuk usaha tetap maka harus melakukan kegiatan usaha di Indonesia berdasarkan time test yang telah disepakati oleh kedua negara. 8. Metode penghindaran pajak berganda di Indonesia yaitu dengan menggunakan metode credit. 9. Keuntungan bagi Indonesia dengan adanya perjanjian penghindaran pajak berganda adalah Indonesia dapat memajaki wajib pajak luar negeri yang menjalankan atau melakukan kegiatan usaha di Indonesia. 10. Penerapan Bentuk Usaha Tetap di Indonesia dipersamakan dengan wajib pajak dalam negeri. 11. Indonesia dapat memajaki wajib pajak luar negeri yang menjalankan kegiatan usaha di Indonesia. Selain itu, Indonesia dapat mempelajari sistem perpajakan negara negara maju, dan dapat bekerja sama dalam hal perekonomian, perdagangan, dan sebagainya. Saran Penerapan BUT yang dilakukan melalui Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda, maka yang tepat di tindak lanjuti oleh pemerintah Indonesia, antara lain:
12 1. Pemerintah bisa mengatur mengenai tarif BPT sehingga untuk penerimaan pajak di Indonesia tidak dibatasi dengan adanya Tax Treaty. Sehingga dalam penerapan Tax treaty di Indonesia lebih disosialisasikan lagi. 2. Indonesia dapat bekerja sama dengan negara mitra P3B lainnya. Sehingga hubungan kerjasama Indonesia dalam hubungan internasional lebih luas untuk kondisi ekonomi, perdagangan, sosial dan sebagainya 3. Indonesia dapat belajar dari pengenaan pajak di Korea Selatan dan China sehingga pertumbuhan perekonomian Indonesia bisa lebih baik. Mempelajari apa yang telah dilakukan oleh kedua negara tersebut yaitu Korea Selatan dan China. Referensi Cipta Jasatama (2013). Training dan Education Center. Diakses tanggal 20 Juni Dari rsip-renegosiasi-tax-treaty-dengan-korsel&catid=1:latest-news Direktorat Jendral Pajak (2013). Tarif Penghindaran Pajak Berganda. Diakses tanggal 20 Juni Dari Direktorat Jendral Pajak (2013). Berlakunya Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda China dan Korea Selatan. Diakses 20 Juni Dari Direktorat Jendral Pajak (2013). Tax Treaty Indonesia Korea Selatan. Diakses pada tanggal 20 Maret dari Direktorat Jendral Pajak (2013). Tax Treaty Indonesia China. Diakses pada tanggal 20 Maret dari
13 Kurniawan, Anang Mury. (2012). Tax Treaty: Memahami Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) melalui studi kasus. Jakarta: Penerbit Bee Media Indonesia Muljono, Djoko. (2010). Pedoman mudah dan praktis memahami tax treaty. Yogyakarta: Penerbit Andi Ortax (2013). Time test BUT. Diakses 5 april Rusdiyanis (2009). Pajak Korea Selatan. Diakses 20 Juni Dari Surahmat, Rachmanto. (2011). Pesetujuan Penghindaran Pajak Berganda(P3B). Jakarta : Penerbit Salemba Empat Taxation in South Korea (2013). Tax Rates South Korea. Diakses 20 Juni Dari Taxation in China (2013). Tax rates China. Diakses 20 Juni Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia. Edisi Kesepuluh. Jakarta : Penerbit Salemba Empat Zakaria, Jaja. (2005). Perlakuan Perpajakan terhadap Bentuk Usaha Teta (BUT). Jakarta: Penerbit PT. RajaGrafindo Persada Riwayat Penulis Santi Wijaya lahir di kota Jakarta pada 31 Januari Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada 2013.
BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh negara di dunia memperoleh sumber pendanaan utamanya adalah dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh negara di dunia memperoleh sumber pendanaan utamanya adalah dari perpajakan. Secara sederhana pajak adalah instrumen yang dipergunakan oleh pemerintah untuk
Lebih terperinciRuth Rassita Kembaren. Universitas Bina Nusantara Jalan Rawa Belong Raya No.8, Kemanggisan Jakarta Barat
PERLAKUAN PERPAJAKAN TERHADAP PENERBANGAN BERDASARKAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN CHINA DAN INDONESIA DENGAN JEPANG) Ruth Rassita Kembaren Universitas Bina Nusantara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan status..., Benny Mangoting, FH UI, 2010
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemajakan atas suatu penghasilan secara bersamaan oleh negara domisili 1 dan sumber 2 menimbulkan pajak ganda internasional (international double taxation). Oleh para
Lebih terperinciPERPAJAKAN INTERNASIONAL BAB 1 : PENDAHULUAN
TUGAS AK-5A PERPAJAKAN INTERNASIONAL BAB 1 : PENDAHULUAN OLEH : RAYNALDO KURNIAWAN (1501035110) LOVIAWAN, AGNES VALENTINA (1501035140) WILLIAM ONGKOJOYO (1501035200) BENJAMIN (1501035266) JURUSAN AKUNTANSI
Lebih terperinciTAX JURISDICTION. Original Paper Created by : Eka Daswindar
TAX JURISDICTION Salah satu isu terpenting dalam perpajakan internasional adalah menetapkan negara mana yang mempunyai hak untuk mengenai pajak atas penghasilan. Sistem perpajakan yang berbeda dapat menyebabkan
Lebih terperinciMAKALAH PAJAK INTERNASIONAL MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
MAKALAH PAJAK INTERNASIONAL MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA Oleh : Misdawati 1110531019 Risa Kurnia 1210532063 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 2015 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciPERPAJAKAN INTERNASIONAL
Modul ke: Fakultas EKONOMI PERPAJAKAN INTERNASIONAL Pengertian Pajak Berganda (Double taxation) para ahli, pemajakan berganda dalam aspek Nasional dan Internasional, Penerapan pajak berganda dalam UU PPh
Lebih terperinciHUKUM PAJAK ( TAX LAW ) MK-14 JULIUS HARDJONO
HUKUM PAJAK ( TAX LAW ) MK-14 JULIUS HARDJONO HUKAKDSAhUKU PENGATAR HUKUM PAJAK INTERNATIONAL Istilah : - PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) - International Tax Treaty (perjanjian Pajak international
Lebih terperinciBENEFICIAL OWNER DI DALAM TAX TREATY (STUDI KASUS TAX TREATY INDONESIA BELANDA)
BENEFICIAL OWNER DI DALAM TAX TREATY (STUDI KASUS TAX TREATY INDONESIA BELANDA) Silvia Flouren Universitas Bina Nusantara Jalan Rawa Belong Raya No.8, Kemanggisan Jakarta Barat 11480 085217772077 silviaflouren@ymail.com
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1. Hubungan Indonesia dan Belanda dalam Tax Treaty Indonesia - Belanda Suatu Tax Treaty dibuat dengan tujuan untuk menghindari pengenaan pajak atas penghasilan yang
Lebih terperinciBab 3 PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B)
Bab 3 PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) PENGERTIAN DAN TUJUAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA Perjanjian penghindaran pajak berganda adalah perjanjian pajak antara dua negara bilateral
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.I. Simpulan Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan pengamatan, penghitungan, dan pembahasan terhadap pelaksanaan Tax Treaty antara Indonesia dan United Kingdom
Lebih terperinciBAB III PERLAKUAN PENETAPAN SUATU KEGIATAN SEBAGAI BUT AGEN YANG TIDAK BEBAS BERDASARKAN KETENTUAN DOMESTIK
BAB III PERLAKUAN PENETAPAN SUATU KEGIATAN SEBAGAI BUT AGEN YANG TIDAK BEBAS BERDASARKAN KETENTUAN DOMESTIK Dalam Undang-undang Pajak Domestik di Negara Jerman pada tahun 1922 memberikan pandangan yang
Lebih terperinciPerpajakan internasional
AKUNTANSI INTERNASIONAL MODUL 13 PERTEMUAN 13 Perpajakan internasional OLEH ; NUR DIANA SE, MSi JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2016 PERPAJAKAN INTERNASIONAL Tujuan Kebijakan
Lebih terperinciSilabus. EKA 5341 Perpajakan Internasional. Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Silabus EKA 5341 Perpajakan Internasional Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Keuangan Perbankan dan Informatika Asia Perbanas Jalan Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi,
Lebih terperinciBENTUK USAHA TETAP BUT. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com
BENTUK USAHA TETAP BUT Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com BENTUK USAHA TETAP Definisi : (pasal 2 UU Pph) bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
Lebih terperinciFeber Sormin, SE.,M.Ak.,Ak.,CA
Modul ke: PERPAJAKAN INTERNASIONAL Memahami definisi Perpajakan Internasional, Konsep Perpajakan Internasional (Unilateral/Bilateral, Multillateral). Fakultas EKONOMI Feber Sormin, SE.,M.Ak.,Ak.,CA Program
Lebih terperinciMetode penhindaran pajak berganda berdasarkan Perjanjian internasional dan ketentuan UU PPh. Feber Sormin, SE.,M.Ak.,Ak.,CA
Modul ke: PERPAJAKAN INTERNASIONAL Metode penhindaran pajak berganda berdasarkan Perjanjian internasional dan ketentuan UU PPh Fakultas EKONOMI Feber Sormin, SE.,M.Ak.,Ak.,CA Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting dalam Anggaran
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, karenanya pajak setiap tahun dituntut untuk terus meningkat
Lebih terperinciPembagian Hak Pemajakan Atas Suatu Jenis Penghasilan Tulisan Ilmiah Perpajakan Internasional Jurnal Perpajakan KUP
MATA KULIAH DOSEN TEMA Sumber diambil dari Ketentuan-ketentuan yang terdapat didalam P3B Perpajakan Internasional VED SE.,MSi Pembagian Hak Pemajakan Atas Suatu Jenis Penghasilan Tulisan Ilmiah Perpajakan
Lebih terperinciKonsep Dasar Perpajakan Internasional (Bag.I)
Konsep Dasar Perpajakan Internasional (Bag.I) Hello! We are : Ahmad Deza Perdana Dhiyana Riyani Viva Nurakifiya G. Table of Contents 1. Transaksi Lintas Batas Negara dan Konsep Dasar Pemajakannya 2. Ruang
Lebih terperinciBeneficial Owner Certificate of Domicile Limitation on Benefit Article YOHANES DWIKI R. D. FIDIRA MAHARANI YUH MELIALA
Beneficial Owner Certificate of Domicile Limitation on Benefit Article YOHANES DWIKI R. D. FIDIRA MAHARANI YUH MELIALA Beneficial Owner Pengertian Umum Beneficial Owner Pemilik manfaat dari penghasilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman, semakin meningkat pula frekuensi kegiatan bisnis yang terjadi di berbagai negara. Perlu diragukan jika ada seseorang yang berpendapat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perjanjian Perpajakan Internasional II.1.1 Perjanjian Internasional Pemajakan internasional tidak terlepas adanya suatu perjanjian bilateral antar dua negara guna menghindari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berganda (double taxation). Untuk menghindari double taxation, maka dibuat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja asing yang bekerja atau melakukan kegiatan usaha di Indonesia membawa dampak positif dalam menggerakkan perekonomian nasional. Penggunaan tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan komponen utama dalam penerimaan negara sehingga sangat mempengaruhi kehidupan dan pembangunan di Indonesia. Hingga saat ini berbagai perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
Lebih terperinciPESUIIT ANDI. Pajak 8erganda? Pedoman Mudah. dan. Praktis Memahami Tax Treaty. Djoko Muljono
PESUIIT ANDI Pajak 8erganda? Pedoman Mudah dan Praktis Memahami Tax Treaty Djoko Muljono Tax Treaty merupakan salah satu cara untuk mengatur pemajakan yang dilakukan oleh negara-negara yang penduduknya
Lebih terperinciPERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
Cara Mudah memahami PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3b) (TAX TREATY IS EASY) Penulis : Hendharto Oetomo Olina Rizki Arizal Ngakan Putu Ardana TAX BOOK - Preliminary (8 Sept 2015).indd 1 Cara Mudah
Lebih terperinciModul ke: Manajemen Perpajakan. Samsuri, SH, MM. Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi
Modul ke: 02 Manajemen Perpajakan Samsuri, SH, MM Fakultas FEB Program Studi Akuntansi Perencanaan Pajak Aspek Manajemen Pajak Dalam Pemilihan Bentuk Usaha Pada hakekatnya pengambilan keputusan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara di dunia. Berdasarkan cara pandang tersebut, para pengusaha dari berbagai negara dapat
Lebih terperinciSILABUS MATA AJAR PERPAJAKAN 3 SKS
SILABUS MATA AJAR PERPAJAKAN 3 SKS Deskripsi dan Tujuan Mata ajaran ini bertujuan untuk membahas berbagai peraturan perpajakan yang berlaku serta pengaruhnya perusahaan dan penyajian kewajaran penyajian
Lebih terperinciANALISA PENGARUH PENERAPAN TAX TREATY INDONESIA - HONGKONG TERHADAP INVESTASI MODAL DI INDONESIA
ANALISA PENGARUH PENERAPAN TAX TREATY INDONESIA - HONGKONG TERHADAP INVESTASI MODAL DI INDONESIA Ervina Binus University Jl. Raya Sesetan No. 216b Denpasar- Bali 081805488886 rvinalee@gmail.com Stefanus
Lebih terperinciPERLAKUAN PERPAJAKAN TERHADAP BENTUK USAHA TETAP DI INDONESIA BERDASARKAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (TAX TREATY)
PERLAKUAN PERPAJAKAN TERHADAP BENTUK USAHA TETAP DI INDONESIA BERDASARKAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (TAX TREATY) KISA ZILA VENITA Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon jeruk Raya No 27, Telp:
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perbandingan Indonesia China, Indonesia Korea Selatan
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Perbandingan Indonesia China, Indonesia Korea Selatan 4.1.1 PMA dan BUT Di Indonesia Ketika suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai PMA adalah berdasarkan ketentuan dalam
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN BENTUK USAHA TETAP DI INDONESIA UNTUK NEGARA SINGAPURA, MALAYSIA, DAN JEPANG
ANALISIS PERBANDINGAN BENTUK USAHA TETAP DI INDONESIA UNTUK NEGARA SINGAPURA, MALAYSIA, DAN JEPANG HARTONO PURNOMO 1, YUNITA ANWAR 2 Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon jeruk raya No.27, (021) 53696969,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan dan investasi internasional, permasalahan yang sering
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perdagangan dan investasi internasional, permasalahan yang sering muncul adalah mengenai hak pemajakan atas penghasilan yang diterima di negara sumber
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA BENTUK USAHA TETAP INDONESIA JEPANG (STUDI KASUS: PT TOYOFUJI SERASI INDONESIA)
ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA BENTUK USAHA TETAP INDONESIA JEPANG (STUDI KASUS: PT TOYOFUJI SERASI INDONESIA) Thiodora Fidevia Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Universitas Bina Nusantara Maya
Lebih terperinciBab 4 PASAL-PASAL TAX TREATY DAN PENJELASANNYA
Bab 4 PASAL-PASAL TAX TREATY DAN PENJELASANNYA RUANG LINGKUP P3B Untuk mempermudah pemahaman pembaca tentang P3B, maka ruang lingkup P3B dengan menggunakan United Nations (UN) Model dikelompokkan sebagai
Lebih terperinciTransaksi Lintas Batas Negara dan Konsep Dasar Pemajakannya
1 1 2 2 3 Transaksi Lintas Batas Negara dan Konsep Dasar Pemajakannya Setiap negara mempunyai Undang-Undang Perpajakan Tersendiri. Dari Segi Kekuatan modal dikelompokkan menjadi : a. Capital Exporting
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Pajak menurut UU Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) Pasal 1 ayat 1 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
Lebih terperinciEVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012
EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012 Marina Rachmat Kurniawan Lukas Tarigan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, Indonesia Abstrak Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dari sektor pajak dapat dikatakan sebagai primadona dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor pajak dapat dikatakan sebagai primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Oleh karena itu, pajak harus dikelola dengan baik dan benar. Salah
Lebih terperinciPERTEMUAN KE 4 DOSEN KEDUA PAJAK INTERNASIONAL
PERTEMUAN KE 4 DOSEN KEDUA PAJAK INTERNASIONAL Pajak internasional dibuat untuk memenuhi prinsip keadilan. Salah satu dengan adanya penghindaran pajak berganda. Contoh: PPh 26, jika pengusaha luar negeri
Lebih terperinciAchmad Abrar. Dosen Pembimbing: Maya Safira Dewi, SE., Ak., M.Si ABSTRAK
ANALISIS IMPLEMENTASI TIE BREAKER RULE DALAM PERJANJIAN BERGANDA ANTARA INDONESIA DENGAN AMERIKA SERIKAT ATAS PENENTUAN STATUS DOMISILI TENAGA KERJA ASING DI INDONESIA (STUDI KASUS PT. HBI) Achmad Abrar
Lebih terperinciCitra Mudjitianing Asih, Syafi i, Arief Rachman Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya
Analisis Pajak Penghasilan Terutang Badan Akibat Penerapan PP No. 46 Tahun 2013 Serta Kaitannya Terhadap Laba Rugi Perusahaan (Studi Kasus Pada CV. Rajawali Bina Maju Dan PT. New World Rubber Factory)
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Perjanjian Tax Treaty antara Indonesia dan Hongkong Setiap negara mempunyai kedaulatan dalam memungut pajak atas penghasilan yang diterima di negara tersebut
Lebih terperinciBAB II TAX TREATY, PDBM, BPM DAN FDI Pengertian Hukum Pajak Internasional
BAB II TAX TREATY, PDBM, BPM DAN FDI 2.1. Dasar Perpajakan 2.1.1. Pengertian Hukum Pajak Internasional Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu persoalan yang diatur dalam
Lebih terperinciFUNGSI MANAJEMEN PAJAK
MANAJEMEN PAJAK FUNGSI MANAJEMEN PAJAK Perencanaan Pajak (tax planning) Merupakan upaya legal yang bisa dilakukan Wajib Pajak, karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. 1. Bagaimana perbedaan fixed base dengan Permanent Establishment dalam
PEDOMAN WAWANCARA A. PRAKTISI PERPAJAKAN 1. Bagaimana perbedaan fixed base dengan Permanent Establishment dalam praktik di lapangan? 2. Apakah tepat mengasimilasikan Pasal 14 ke Pasal 7? dan jelaskan alasannya!
Lebih terperinciPERENCANAAN PAJAK UNTUK EFISIENSI PEMBAYARAN PAJAK PADA PT KALTIM LESTARI UNGGUL
PERENCANAAN PAJAK UNTUK EFISIENSI PEMBAYARAN PAJAK PADA PT KALTIM LESTARI UNGGUL Andi Kantono 10.11.1001.3408.013 Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda andi_kantono@rocketmail.com ABSTRAKSI
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Ada banyak definisi atau pendapat yang dikemukan oleh para pakar mengenai pengertian pajak, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO)
ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO) Nikhen Hendra Damayanti, Hery Gunawan Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No. 9, Kemanggisan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investor asing berkenaan dengan permasalahan utama bagi setiap investor untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan untuk menarik investor asing menanamkan modalnya pada suatu negara semakin ketat. Oleh karena itu, negara juga secara aktif mempromosikan negaranya
Lebih terperinciANALISIS AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. KARYA NATAL
ANALISIS AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. KARYA NATAL Fitriani Saragih Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email : fitrianisakhmad@gmail.com ABSTRACT This study aimed to determine the corporate
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai tata cara penerapan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai tata cara penerapan
Lebih terperinciPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
Perjanjian Penghindaran Berganda (P3B) Perjanjian Penghindaran Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional di bidang perpajakan antar kedua negara guna menghindari pemajakan ganda agar tidak menghambat
Lebih terperinciKETENTUAN PENERAPAN P3B DAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN P3B PERDIRJEN SEBELUMNYA
KETENTUAN PENERAPAN P3B DAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN P3B PERDIRJEN SEBELUMNYA Perdirjen Pajak Nomor 61/PJ/2009 tentang Tata Cara Penerapan P3B s.t.d.t.d. Perdirjen Pajak Nomor 24/PJ/2010 (11 Pasal): #Pemotongan
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN PPh BADAN DALAM RANGKA PENYESUAIAN UNDANG- UNDANG DAN PERATURAN PAJAK YANG BERLAKU. Hartanti
ANALISIS PERHITUNGAN PPh BADAN DALAM RANGKA PENYESUAIAN UNDANG- UNDANG DAN PERATURAN PAJAK YANG BERLAKU Hartanti Program Studi Sistem Informasi AMIK BSI Jakarta hartanti.hti@bsi.ac.id ABSTRACT The country's
Lebih terperinciMEMAHAMI TAX TREATY. Taxes Covered
MEMAHAMI TAX TREATY Tax treaty adalah perjanjian perpajakan antara dua negara yang dibuat dalam rangka meminimalisir pemajakan berganda dan berbagai usaha penghindaran pajak. Perjanjian ini digunakan oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pajak bagi pemerintah merupakan sumber pendapatan yang digunakan untuk kepentingan bersama. Semakin besar pajak yang dibayarkan perusahaan maka pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan tinggi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan tinggi dalam perdagangan lintas negara, terutama dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan multinasional (Multinational
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerapan Controlled Foreign..., Stenny Mariani Lumban Tobing, FISIP UI, 2008
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dunia yang cepat dan dinamis telah mengakibatkan hubungan perdagangan internasional semakin terbuka luas dan semakin ekstensif yang ditandai dengan terbentuknya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Dalam melakukan penafsiran dalam klausul PSC tentang tarif Branch
BAB V PENUTUP V.1 KESIMPULAN Dari uraian dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam melakukan penafsiran dalam klausul PSC tentang tarif Branch Profit Tax
Lebih terperinciPERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25
PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25 3.1 PPH PASAL 24 Dalam kondisi bisnis internasional semakin meningkat, WP Dalam Negeri dan WP BUT mungkin saja
Lebih terperinciKELOMPOK 3. Ani Rahmatika Dian Safitri Maria Meliana Yudha Adi Prasetyo TAX TREATY PROVISION
KELOMPOK 3 Ani Rahmatika Dian Safitri Maria Meliana Yudha Adi Prasetyo TAX TREATY PROVISION Bahan 1: Beneficial Owner Pengertian Beneficial Owner Menurut Vogel, sebagaimana dikutip oleh Rachmanto Surahmat
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara Republik Indonesia antara lain berasal dari pajak.
Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerimaan Negara Republik Indonesia antara lain berasal dari pajak. Sebagai salah satu kewajiban dari warga negara, pajak merupakan
Lebih terperinciProgram Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Tgl. Berlaku : Mei 2012 Versi/Revisi : 01/00
SILABUS/SAP Tgl. Berlaku : Mei 2012 Versi/Revisi : 01/00 Tgl. Revisi : - Kode Dok.: FRM-01 1 P a g e SILABUS/SAP MATA KULIAH PAJAK INTERNASIONAL DAN TAX TREATY 3 SKS Deskripsi dan tujuan mata kuliah Mata
Lebih terperinci22/06/2013. Materi Kuliah SUBJEK PAJAK. Definisi Subjek Pajak. Subjek Pajak (Ps 2 UU No 36 Th 2008)
Materi Kuliah SUBJEK PAJAK Definisi Subjek Pajak Subjek pajak adalah orang/pihak yang dituju oleh undang-undang perpajakan untuk dikenakan pajak Subjek Pajak (Ps 2 UU No 36 Th 2008) Orang Pribadi Warisan
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI PT. DDT
ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI PT. DDT Meiga Purnama, Maya Safira Dewi Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530 Phone (+6221) 53696969 Mei_meyoneste@rocketmail.com
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PENURUNAN TARIF PPH ORANG PRIBADI TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN WAJIB PAJAK, PENERIMAAN PPH, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA
ANALISIS PENGARUH PENURUNAN TARIF PPH ORANG PRIBADI TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN WAJIB PAJAK, PENERIMAAN PPH, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA Oleh: M. Husni Faried Universitas Negeri Surabaya husnifaried@gmail.com
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 88/1996, PENGESAHAN PROTOCOL AMENDING THE CONVENTION BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE UNITED STATES OF AMERICA FOR THE AVOIDANCE
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.5, 2016 PENGESAHAN. Persetujuan. Perpajakan. Indonesia. Republik Rakyat Tiongkok. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PROTOKOL
Lebih terperinciBAHAN AJAR PAJAK INTERNASIONAL
BAHAN AJAR PAJAK INTERNASIONAL PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK ANANG MURY KURNIAWAN, S.S.T., Ak., M.Si. SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2010 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu negara harus menjalankan pemerintahan dan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu negara harus menjalankan pemerintahan dan pembangunan negaranya untuk berkembang di internasional. Untuk menjalankan pemerintahan dan pembangunan tersebut
Lebih terperinciABSTRACT. vii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT The purpose of this study was to determine whether CV. Rajawali Knitting had applied tax planning and how it could be used to reduce tax expenditures. The author used descriptive analytical method,
Lebih terperinciPAJAK INTERNASIONAL. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com
PAJAK INTERNASIONAL Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Latar Belakang Perkembangan transaksi perdagangan barang dan jasa lintas negara Pemberlakukan hukum pajak di masing-masing negara
Lebih terperinciTax Review atas Penjualan Tanah dan Bangunan pada Sebuah Perusahaan Properti
Tax Review atas Penjualan Tanah dan Bangunan pada Sebuah Perusahaan Properti Yohanes William Wijaya dan Elisa Tjondro Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciUN Model, OECD Model & Indonesian Model. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com
UN Model, OECD Model & Indonesian Model Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Perbandingan UN Model, OECD Model dan Indonesian Model UN Model Model yang dikembangkan untuk memperjuangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Penerimaan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Penerimaan ini digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin negara, seperti menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi internasional turut merangsang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi internasional turut merangsang berkembangnya perusahaan multinasional. Dalam perusahaan multinasional terjadi berbagai
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL AMENDING THE CONVENTION BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE UNITED STATES
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM INDEPENDENT PERSONAL SERVICES DAN PERMANENT ESTABLISHMENT
BAB III GAMBARAN UMUM INDEPENDENT PERSONAL SERVICES DAN PERMANENT ESTABLISHMENT A. Berdasarkan Tax Treaty OECD Model dan UN Model Berdasarkan tax treaty, baik OECD Model maupun UN Model, menggambarkan
Lebih terperinciPENERAPAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG ASING SEBAGAI UPAYA PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG ASING SEBAGAI UPAYA PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA KERTAS KARYA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN KARYAWAN DI PT. ASTINAPUTERA EKAPERKASA SANGASANGA. Gunawan, Titin Ruliana, Eka Yudhyani ABSTRAKSI
ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN KARYAWAN DI PT. ASTINAPUTERA EKAPERKASA SANGASANGA Gunawan, Titin Ruliana, Eka Yudhyani ABSTRAKSI GUNAWAN. Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu unsur sumber penerimaan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Perpajakan Sejarah Pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial
Lebih terperinciANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171
ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171 Suryanto Kanadi (Suryanto_Kanadi@yahoo.com) Lili Syafitri (Lili.Syafitri@rocketmail.com) Jurusan Akuntansi STIE MDP Abstrak Tujuan dari penelitian
Lebih terperinciKelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan
Kelompok 3 Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan Pajak penghasilan, subjek, objek pajak dan objek pajak BUT Tata cara dasar pengenaan pajak Kompensasi Kerugian PTKP, Tarif pajak dan cara
Lebih terperinciPERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN PADA PKP RI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012
PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN PADA PKP RI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012 Febriyanti Dewi Nugraheni, dan Adilistiono Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof.H.Sudarto, SH, Tembalang,
Lebih terperinciPerpajakan Internasional. Yurisdiksi Pemajakan. 30 Agustus Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Perpajakan Internasional Yurisdiksi Pemajakan 30 Agustus 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Pengertian yurisdiksi Etis / retributif Etis / retributif Menurut KBBI : 1. Kekuasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan sejalan dengan sikap sosial dari masyarakat tersebut. Menurut Warren (2008:2),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan diciptakannya perusahaan adalah untuk menyediakan kebutuhan kepada masyarakat umum, berupa barang atau jasa yang diperlukan atau yang diinginkan dan sejalan
Lebih terperinciPertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26
Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26 Pertemuan 5 41 P5.1 Teori Pajak Penghasilan 23, 25, 26 & Pasal 4 ayat 2 A. Pengertian PPh Pasal 23 Pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan penerimaan negara yang paling utama, untuk itu pajak merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan pelaksanaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah sebuah kewajiban yang harus dibayarkan oleh orang pribadi maupun badan usaha kepada Negara atas semua penghasilan yang didapatkannya. Dalam UU
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam dunia usaha yang semakin bersaing saat ini, banyak perusahaan yang berusaha semaksimal mungkin untuk bersaing dengan strategi-strategi tertentu.
Lebih terperinciKONTRADIKTIF PENERAPAN HUKUM PAJAK BERGANDA DI INDONESIA
188 KONTRADIKTIF PENERAPAN HUKUM PAJAK BERGANDA DI INDONESIA H a t t a Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Pascasarajana UMI Makassar hatta_rola@yahoo.co.id Abstract This study focused on the policy aspects
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga keuangan yang didasarkan pada unsur kepercayaan, memiliki tugas pokok sebagai perantara antara pihak yang membutuhkan
Lebih terperinci