Hutan Alam ditebang, Dijual ke PT RAPP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hutan Alam ditebang, Dijual ke PT RAPP"

Transkripsi

1 BENTANGAN RCT PERBUATAN MELAWAN HUKUM Khusus Kesaksian Direktur Korporasi Hutan Alam ditebang, Dijual ke PT RAPP Ditebang kayu alam untuk ditanam kayu akasia. Hasilnya dijual ke RAPP untuk diolah menjadi kertas, kata Lim. SEKAPUR SIRIH Burhanuddin Husin alias Boy terjerat kasus korupsi izin kehutanan di Propinsi Riau saat ia menjabat sebagai Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Riau periode Ia resmi jadi tahanan KPK sejak 24 Januari Boy didakwa KPK telah melakukan serangkaian perbuatan melawan hukum saat mensahkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (UPHHKHT) yang dimohon oleh perusahaan perusahaan pemegang IUPHHK HT di Pelalawan dan Siak. Istilah KPK, Burhanuddin Husin telah melakukan perbuatan melawan hukum (PMH). Sidang perdana Boy ditaja di Ruang Cakra Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Pekanbaru, pada 11 Juni Sidang telah digelar sebanyak tujuhbelas (17) kali, tiga kali persidangan di bulan Juni ( ), tujuh kali persidangan di bulan Juli ( ), tiga kali persidangan di bulan September ( ), empat kali persidangan dibulan Oktober ( ,24). Dari tujuhbelas persidangan (17) telah dihadirkan 39 saksi dan 4 orang saksi ahli. Bentangan ini mendokumentasikan hasil pantauan rct selama proses sidang berlangsung. Bentangan PMH ini, salah satu dari tiga Bentangan model rct. Bentangan ini mengikut konstruksi unsur unsur yang ada dalam UU Tindak Pidana Korupsi. Bentangan berikutnya Unsur Korupsi dan Bentangan Pra Putusan Hakim. Bentangan ini berisi kesaksian direktur korporasi. Tujuan Bentangan rct, hendak memudahkan bagi masyarakat memahami korupsi sektor kehutanan di Riau. METODE BENTANGAN Rct langsung memantau korupsi kehutanan saat sidang berlangsunung. Ada yang langsung mencatat pakai twitter. Ada yang mengisi lembar catatan sidang. Ada yang merekam via video. Ada yang memotret. Usai sidang, rilis singkat dan lembar sidang langsung dipublish di lantas dua hari berikutnya, catatan sidang dan video bisa dinikmati. Dari semua proses itu terdokumentasi dalam Bentangan. Bentangan ini menganalisis fakta selama persidangan maupun di luar persidangan. SAJIAN

2 Dakwaan Jaksa Penuntut Umum KPK dan pemeriksaan saksi selama persidangan menjadi bahan analsis sebelum sampai pada kesimpulan. Dakwaan JPU Ada 12 perusahaan yang disahkan Boy berupa Rencana Kerja Tahunan (RKT) Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (UPHHKHT) yang dimohonkans oleh perusahaan perusahaan pemegang IUPHHK HT ; 8 berlokasi di Pelalawan, 4 lagi di Siak. Boy sahkan RKT untuk perusahaan di Pelalawan: PT Mitra Tani Nusa Sejati, PT Selaras Abadi Utama, CV Alam Lestari, PT Merbau Pelalawan Lestari, PT Uniseraya, PT Rimba Mutiara Permai, PT Trio Mas FDI, PT Madukoro. Untuk di Siak: PT Seraya Sumber Lestari, PT Rimba Mandau Lestari, PT Bina Daya Bintara, PT National Timber and Forest Product. KPK mendakwa Boy telah melakukan serangkaian kejahatan, baik secara sendiri sendiri ataupun bersama sama dengan Drs. Edi Suriandi selaku Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan, H. Tengku Azmun Jaafar selaku Bupati Pelalawan, Ir. H. Amin Budiadi selaku Kepala Dinas Kabupaten Siak, H. Arwin AS selaku Bupati Siak. Perusahaan perusahaan di atas juga dianggap terlibat dalam melakukan kejahatan tersebut. Perbuatan menerbitkan RKT telah melanggar: 1. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 10.1/Kpts II/2000 tanggal 6 November 2000 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman; 2. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 21/Kpts II/2001 tanggal 31 Januari 2001 tentang Kriteria dan Standar Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman pada Hutan Produksi; 3. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 151/Kpts II/2003 tanggal 2 Mei 2003 tentang Rencana Kerja, Rencana Lima Tahun, Rencana Kerja Tahunan dan Bagan Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2002 tanggal 8 Juni 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan; dan 5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 32/Kpts II/2003 tanggal 5 Februari 2003 tentang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam atau Hutan Tanaman melalui Penawaran dalam Pelelangan. Berikut ringkasa PMH yang telah dilanggar Boy. Meski ada kriteria dan ketentuan syarat tekhnis, salah satunya hasil survei menemukan IUPHHK HT berada di hutan alam, tetap saja Boy menerbitkan RKT Hutan Tanaman. Berikut PMH yang telah dilakukab Boy. Aturan Kepmenh ut No : 151/Kpts II/2003 Pasal 4 Pasal yang dilanggar Boy versi JPU KPK (2) Kriteria areal hutan yang dapat dilelang untuk dibebani IUPHHK pada hutan tanaman adalah : a. Lahan kosong, padang alang alang dan atau semak belukar pada kawasan hutan produksi sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kehutanan tentang kondisi hutan berupa lahan kosong, padang alang alang dan atau semak belukar pada hutan produksi yang dapat diberikan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman;

3 b. Topografi dengan kelerengan maksimal 25% (dua puluh lima persen), dan topografi pada kelerengan 8% 25% (delapan persen dua puluh lima persen) harus diikuti dengan upaya konservasi tanah; c. Tidak ada konflik kepentingan di dalamnya atau tidak dibebani dengan izin di bidang kehutanan atau izin penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan usaha pertambangan dengan pola penambangan terbuka; d. Apabila telah ada hasil tata hutan pada hutan produksi, areal/ lokasi yang dimohon berada pada blok/ pengelolaan yang peruntukannya bagi usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman. Kepmenh ut No: 151/Kpts II/2003 Bab V Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Kepmenh ut No 21/Kpts II/2001 Kepmenh ut No 10.1/Kpts II/2000 Keadaan vegetasinya sudah tidak berupa hutan alam atau areal bekas tebangan. Lahan hutan telah menjadi lahan kosong/terbuka. Vegetasi alang alang dan atau semak belukar. Vegetasi hutan alam yang tidak terdapat pohon berdiameter di atas 10 cm untuk semua jenis kayu dengan potensi kurang dari 5 m 3 per hektar, atau jumlah anakan jenis pohon dominan kurang dari 200 batang per hektar. Pasal 3 (1) Areal hutan yang dapat dimohon untuk Usaha Hutan Tanaman adalah areal kosong di dalam kawasan hutan produksi dan/atau areal hutan yang akan dialih fungsikan menjadi kawasan Hutan Produksi serta tidak dibebani hak hak lain. (2) Dalam hal alih fungsi kawasan hutan menjadi kawasan hutan produksi, maka prosedurnya harus berkoordinasi dengan DPRD dan disetujui Menteri atas rekomendasi Gubernur. (3) Keadaan topografi dengan kelerengan maksimal 25 %, dan topografi pada kelerengan 8 % sampai dengan 25 % harus diikuti dengan upaya konsevasi tanah. (4) Penutupan vegetasi berupa non hutan ( semak belukar, padang alang alang, dan tanah kosong) atau areal bekas tebangan yang kondisinya rusak dengan potensi kayu bulat berdiameter 10 Cm untuk semua jenis kayu dengan kubikasi tidak lebih dari 5 m3 per hektar (5) Terdapat masyarakat disekitar hutan sebagai sumber tenaga kerja. (6) Pada prinsipnya tidak dibenarkan melakukan penebangan hutan alam di dalam Usaha Hutan Tanaman, kecuali untuk kepentingan pembangunan sarana dan prasarana yang tidak dapat dihindari dengan luas maksimum 1 % dari seluruh luas Usaha Hutan Tanaman melalui peraturan yang berlaku. (7) Bagian bagian yang masih bervegetasi hutan alam di dalam areal usaha hutan tanaman, dienclave sebagai blok konservasi untuk diadakan pengamanan oleh pemegang izin usaha hutan tanaman yang bersangkutan dari berbagai gangguan sehingga dapat berkembang menjadi hutan alam yang baik. Karena perbuatannya, Boy telah memperkaya: 1. PT Mitra Tani Nusa Sejati sejumlah 69 miliar, 2. PT Selaras Abadi Utama sejumlah 23 miliar, 3. CV Alam Lestari sejumlah 14 miliar, 4. PT Merbau Pelalawan Lestari sejumlah 32 miliar, 5. PT Uniseraya sejumlah 18 miliar, 6. PT Rimba Mutiara Permai sejumlah 46 miliar, 7. PT Trio Mas FDI sejumlah 22 miliar, 8. PT Madukoro sejumlah 128 miliar, 9. PT Seraya Sumber Lestari sejumlah 34 miliar, 10. PT Rimba Mandau Lestari sejumlah 10 miliar,

4 11. PT Bina Daya Bintara sejumlah 66 miliar, dan 12. PT National Timber and Forest Product sejumlah 52 miliar. Total kerugian keuangan negara yang ditimbulkan akibat perbuatan Boy mencapai Rp 519 miliar; di Pelalawan senilai Rp 355 miliar dan di Siak senilai 164 miliar. Jaksa Penuntut Umum KPK memberikan dakwaan: dakwaan primair dan subsidair: Dakwaan primair: diancam pidana seperti diatur pada pasal 2 ayat (1) jo. pasal 18 Undang undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas Undang undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. pasal 55 ayat (1) ke 1 KUH Pidana jo. pasal 65 ayat (1) KUH Pidana. Dakwaan subsidair: diancam pidana seperti diatur pada pasal 3 jo. pasal 18 Undang undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas Undang undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. pasal 55 ayat (1) ke 1 KUH Pidana jo. pasal 65 ayat (1) KUH Pidana. Adapun unsur unsur yang terkait dengan tindak pidana korupsi: Undang undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas Undang undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 2 ayat (1): Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp ,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp ,00 (satu milyar rupiah). Jo Pasal 18 ayat (1): Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan adalah : a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang barang tersebut; b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak banyaknya sama denganharta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi; c. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun; d. pencabutan seluruh atau sebagian hak hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah kepada terpidana.

5 Ayat (2): Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. Ayat (3): Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam Undang undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan. Pasal 55 Kitab Undang Undang Hukum Pidana Ayat (1): Dipidana sebagai pelaku tindak pidana: 1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan; 2. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan. Jo. Pasal 65 Kitab Undang Undang Hukum Pidana ayat (1) Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan pidana pokok yang sejenis, maka dijatuhkan hanya satu pidana. Kesaksian Saksi yang ditampilkan khusus direktur perusahaan. Berikut eterangan keterangan saksi perusahaan perusahaan terkait, yang hadir di persidangan: dari 1. Andry Yama Putra Mantan Direktur PT Madukoro Ia Direktur PT Madukoro tahun , dan salah satu pendirinya. Awalnya, PT Madukoro bergerak bidang jasa dan umum, berlokasi di Kabupaten Pelalawan. Tidak jelas fokusnya. Tahun 2001, Tengku Azmun Jaafar, Bupati Pelalawan, meminta Andry agar perusahaannya dipakai mengurus izin perkayuan. Permintaan melalui Budi Surlani, pegawai Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan. Permintaan hanya secara lisan. Izin perkayuan yang dimaksud IUPHHKHT. Margareta, kakak kelas Andry diminta jadi Komisaris Utama. Ia pun setuju. Harapannya hanya satu, perusahaan ini bisa menghasilkan. Saat mendirikan perusahaan, Andry mengaku perusahaannya tak bermodal apa apa. Budi Surlani urus semuanya, termasuk soal teknis pengurusan IUPHHK HT. Andry hanya diminta tanda tangan sebagai direktur PT Madukoro. Ia tak tahu menahu terkait teknis pengajuan. Tak hanya IUPHHKHT, Andry diminta tanda tangan pengajuan RKT. Lagi lagi ia tak tahu teknis pengajuannya. Ia hanya tanda tangan dan dijanjikan akan menerima laporan perusahaan setiap bulannya. Andry tak pernah dapat gaji sebagai direktur. Andry mengaku pernah diberikan uang Rp 200 juta dari Budi Surlani. Pada awal perjanjian, Budi pernah bilang kalau perusahaan menghasilkan maka saya akan diberi imbalan, kata Andry. Setahu Andry, perusahaan berjalan dengan baik. Karena itu, ia terima saja uang Rp

6 200 juta dari Budi Surlani pada 2007, meski saat itu sudah berhenti dari jabatan Direktur PT. Madukoro. Uang diterima sebanyak dua kali. Pertama Rp 10 juta tunai di Tangkerang. Sisanya Rp 190 juta diterima di Bank BCA. Andry berhenti dari jabatan direktur karena diterima sebagai CPNS di Kuantan Singingi pada Sejak itu ia tak pernah lagi urus perusahaan. saat Budi Surlani usulkan untuk melepaskan perusahaan, ia terima saja. Pengalihan jabatan direktur berlangsung pada Andry digantikan Subali. 2. Said Edi Direktur PT Persada Karya Sejati (PKS) Said Edi lahir di Sumatera Utara, berusia 40 tahun. Ia direktur sejak 2006 hingga kini. Sebelumnya Direktur PT PKS dijabat Rosman. Said juga kenal dengan Budi Surlani, pejabat Dinas Kehutanan Pelalawan. PT PKS adalah mitra kerja PT Madukoro. Ia tak punya izin perkayuan. Kerjasama dengan PT Madukoro sudah berlangsung lama, sebelum direktur dijabat Said Edi. Tugas PT PKS melakukan kegiatan operasional dari izin yang diperoleh PT Madukoro. PT PKS bertugas menebang kayu, menanam, memelihara hingga memanen kayu yang ada di lahan PT Madukoro. Said Edi katakan, kayu yang ditebangnya berupa kayu alam. Yang ditanam adalah akasia. Penjualannya, untuk kayu jenis BBS dijual ke RAPP, sedangkan kayu log ke PT Asia Forest Taman Raya. Pembagian keuntungan 60:40. PT PKS memperoleh hasil lebih besar. Selain PT Madukoro, PT PKS juga menjadi mitra untuk CV Alam Lestari, Bhakti Praja Mulia, CV Putri Lindung Bulan, serta CV Tuah Negeri. Kesemua perusahaan tersebut RKT nya diurus Said Edi. Total ada 17 ribu hektar ditebang tanam oleh PKS. Ditebang kayu alam dan ditanam akasia. RKT yang disahkan oleh Boy sebagai Kadishut Propinsi Riau pada , setahu Said Edi, hanya untuk CV Alam Lestari seluas 600 hektar. Itupun karena Said Edi adalah direksi di CV Alam Lestari. Sedangkan untuk perusahaan yang jadi mitra PT PKS, Said Edi tidak pernah urus izin RKTnya. Yang urus RKT ya perusahaan bersangkutan. Kami sebagai mitra hanya mengerjakan teknis di lapangan, katanya. 3. Soe Erwin Direktur PT Rimba Mutiara Permai dan PT Mitra Tani Nusa Sejati Soe Erwin asal Bengkalis, direktur di kedua perusahaan tersebut sejak awal pendiriannya. PT Rimba Mutiara Permai dan PT Mitra Tani Nusa Sejati bergerak di bidang kehutanan. Erwin mengaku pernah urus IUPHHKHT untuk kedua perusahaan tersebut pada IUPHHKHT kedua perusahaan dikabulkan. Untuk Rimba Mutiara seluas 9000 hektar, sedangkan Mitra Tani sekitar 7300 hektar. Luasnya satu hamparan di Kecamatan Teluk Meranti. Kedua perusahaan ini mulai beroperasi pada 2002 akhir. Pengajuan RKT sudah dilakukan pada 2000 ke Dinas Kehutanan Propinsi Riau. Tahun 2004 RKT disahkan oleh Syuhada Tasman. Tahun 2005 oleh Asral Rahman. Tahun 2006 oleh Burhanudin Husin. Tahun 2007 tak ajukan RKT lagi karena sedang marak operasi illegal logging. Pada 2009 RKT diajukan lagi dan kembali disahkan. Jadi RKT Mitra Tani disahkan Boy sebanyak dua kali, sedangkan Rimba Mutiara satu kali, kata Erwin. Luasnya rata rata 5 ribu hektar.

7 Saat mengajukan RKT, Erwin mengaku lahannya masih berupa hutan alam bekas HPH. Rimba Mutiara dulunya adalah HPH, sudah habis izin pada Perusahaan Erwin juga kerjasama dengan RAPP dalam menjual hasil kayunya.tahun 2007, SK izin bupati dicabut dan diganti dengan SK Menhut setelah dilakukan verifikasi. Saat verifikasi oleh Kemenhut, kayu alam yang sudah ditebang sebelumnya, sudah ditanam, sekitar 6 ribu hektar. Namun belum ada yang dipanen karena umurnya masih kecil, kata Erwin. 4. Supendi Direktur PT Uni Seraya dan PT Triomas Fdi Supendi lahir di Bengkalis, 59 tahun. Direktur PT Uni Seraya sejak tahun 1970 an hingga kini. PT Uni Seraya bergerak di bidang perkayuan, dulu punya HPH di Bengkalis, kini punya HTI di Pelalawan. Supendi katakan PT Uni Seraya dapat IUPHHKHT pada Luas izin lahan PT Uni Seraya 35 ribu hektar, PT Triomas 9 ribu hektar. Dari luas itu, Uni Seraya sudah ditebang seluas 20 ribu hektar, sedangkan Triomas 6 ribu hektar, kata Supendi. Yang ditebang adalah kayu alam. Untuk kegiatan operasional diperlukan RKT. Tahun RKT disahkan oleh Asral Rahman. Tahun 2006 RKT disahkan oleh Burhanudin Husin. Untuk 2006, luas RKT yang disahkan untuk PT Uni Seraya sekitar 7 ribu hektar, sedangkan Triomas 2 ribu hektar. Selain di Pelalawan, tahun 2006 Supendi juga dapat pengesahan RKT untuk dua perusahaannya di Siak; PT Bina Daya Bintara dan PT Seraya Sumber Lestari. Seraya 4 ribu hektar dan Bina Daya 4800 hektar, kata Supendi. Kayunya pun sudah ditebang semua. Untuk penjualan kayu, Supendi bekerjasama dengan anak perusahaan PT RAPP yakni Cahaya Mas Lestari Jaya. Direkturnya Rosman. 5. Guno Widagdo Direktur PT Merbau Pelalawan Lestari Guno Widagdo lahir di Tegal, 44 tahun. Direktur PT Merbau Pelalawan Lestari sejak Perusahaannya pernah ajukan IUPHHKHT pada akhir 2002 dan dikabulkan seluas 5590 hektar. Saat itu lokasinya 70 persen berupa hutan alam. Pengajuan RKT dilaukan pada November 2005 dan disahkan Juli 2006 oleh Burhanudin Husin. Itu pengajuan kedua. Pengajuan RKT pertama pada 2005 namun belum sempat dikerjakan, kata Guno. Hingga kini, perusahaan Guno masih beroperasi. Kini semua lahannya sudah ditanami akasia. Untuk penjualan, kayu jenis BBS dijual ke PT RAPP, sedangkan kayu log dijual ke Asia Forestama. Perusahaan juga bekerjasama dengan RAPP yang diwakili oleh Rosman. 6. Ficky Zulfikar Zainudin Mantan Direktur Utama PT Bina Daya Bintara Ficky Direktur Utama PT Bina Daya Bintara sejak 2001 hingga Setelah itu, perusahaannya di take over oleh grup Panca Eka. PT Bina Daya bergerak di bidang kehutanan, punya IUPHHKHT di Kabupaten Siak. Izin diberikan oleh Arwin AS, Bupati Siak pada Sebelum di take over, PT Bina Daya belum ada beroperasi. Namun Ficky sempat ajukan RKT pada Saat itu Kadishut Propinsi Riau dijabat oleh Asral Rahman. Luas yang diajukan saat itu 1800 hektar, belum disahkan.

8 Sejak di take over pada 2004, Ficky masih berada di PT Bina Daya Bintara, namun jabatannya hanya direktur, bukan lagi sebagai direktur utama. Sejak direktur, Ficky tak lagi menikmati keuntungan perusahaan. Meski begitu, pada 2005 Ficky tetap diminta untuk tanda tangan pengurusan RKT karena jabatannya sebagai direktur. Staf Pak Supendi datang dan minta saya tanda tangan. Katanya untuk mengurus RKT. Saya tak begitu perhatikan suratnya karena sudah percaya, jadi ya tanda tangan saja, kata Ficky. RKT yang diurus masih 1800 hektar dan disahkan oleh Boy. Waktu RKT disahkan, Ficky mengaku turun survei ke lapangan. Kawasannya masih hutan alam, katanya. 7. Samuel Soengjadi Direktur PT Seraya Sumber Lestari Samuel Soengjadi lahir di Sumatera Utara, 49 tahun. Selain Direktur PT Seraya Sumber Lestari, ia juga Direktur PT Bina Daya Bintara setelah di take over dari Ficky ZZ. Total ada 4 RKT yang diajukan Samuel Soengjadi untuk PT Seraya Sumber Lestari dan Bina Daya Bintara. Hanya 1 RKT yang disahkan pada 2006 saat Kadishut dijabat Pak Burhanudin Husin, katanya. Hasil penjualan kayu dibawa ke grup Panca Eka. Sedangkan kayu kecil dijual ke PT RAPP dan Indah Kiat. Menurut perhitungan KPK, keuntungan PT Bina Daya Bintara mencapai Rp 66 miliar dan PT Seraya Sumber Lestari Rp 30 miliar. Yang ditebang adalah hutan alam. 8. Heriyanto Direktur PT Siak Raya dan PT National Timber and Forest Product Heriyanto lahir di Bengkalis, usianya 52 tahun. Sejak tahun 1980, ia sudah jabat Direktur PT Siak Raya hingga kini. Sebelum urus izin HTI, Siak Raya punya HPH hingga tahun Untuk PT National Timber yang berlokasi di Siak, izin HTI juga diurus Heriyanto pada RKT mulai diurus pada 2005 dan Tahun 2006, RKT disahkan oleh Burhanudin Husin seluas 1650 hektar untuk PT Siak Raya. Kayu yang ditebang adalah kayu alam bekas tebangan. Keuntungan penjualan tahun 2006 saat RKT disahkan Boy sebesar Rp 4 miliar. 9. Paulina Legal PT Persada Karya Sejati (PKS) dan PT Sumatera Riang Lestari (SRL) PAULINA lahir di Sumatera Utara, 39 tahun. Ia bekerja sebagai legal PT PKS sejak tahun 2003 hingga kini. Tugas saya membuat AD/ART, perjanjian dengan pihak ketiga, take over perusahaan, dan lain lain, ujarnya. Direktur PT PKS pada 2003 adalah Rosman, komisaris Protasius Daritan. Sekarang sudah ganti, kata Paulina. Direktur Said Edi dan komisaris Pouhasin. Tak hanya sebagai legal di PT PKS, Paulina juga legal di 22 perusahaan lain, salah satunya PT Sumatera Riang Lestari (SRL). Meski bekerja di 23 perusahaan, Saya hanya digaji oleh PT SRL, katanya. Ke 23 perusahaan tersebut terletak dalam satu kantor, beralamat di Jalan Sei Duku Nomor 133 Pekanbaru. Ke 23 perusahaan hanya berafiliasi secara manajemen, namun operasionalnya sendiri sendiri, katanya. Paulina mengaku 6 dari 23 perusahaan tersebut bergerak di bidang kehutanan. Ia sebutkan keenam perusahaan tersebut. Selaras Abadi Utama, Puteri Lindung Bulan, Mutiara Lestari, Tuah Negeri, Alam Lestari, dan Bhakti Praja Mulia. Semuanya berlokasi di Pelalawan, kata Paulina.

9 Sekitar tahun 2004, kata Paulina, perusahaan tersebut di take over oleh PT PKS. Di sini Paulina mulai berperan. Persisnya, Putri Lindung Bulan, Mutiara Lestari, dan Tuah Negeri di take over pada 2003, Alam Lestari pada 2004, Bhakti Praja Mulia pada Belum ada kegiatan di lapangan saat proses take over. Tapi semua sudah punya izin IUPHHK HT. Jadi kapan perusahaan perusahaan tersebut ajukan izin RKT? tanya hakim. Tidak tahu. Karena saya tidak urus RKT, jawab Paulina. Bukankah RKT diterbitkan saat perusahaan sudah ditake over? Iya, tapi saya tidak ikut dalam pengajuan izin RKT. Paulina juga mengaku tidak kenal dengan Boy dan tidak tahu mengapa ia sampai menjadi terdakwa dan diadili di persidangan. Paulina cerita PKS memberikan kompensasi dari take over yang dilakukan. Alam Lestari mendapat Rp 1,2 miliar atas take over yang dilakukan PT PKS. Dalam menjual hasil kayu, PT PKS membuat perjanjian kerjasama dengan PT RAPP untuk penjualan kayu jenis bbs. Harga penjualan tidak ingat, kata Paulina. Dari 23 perusahaan dimana Paulina sebagai legal, 4 perusahaan sudah tidak beroperasional lagi. Keempat perusahaan itu bukan bergerak di bidang kehutanan. Artinya, 6 perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan tersebut hingga kini masih beroperasional. 10. Lim Wi Lin Bagian Keuangan PT RAPP Lim Wi Lin lahir di Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara, Mei Ia bekerja sebagai wiraswasta di Medan. Sejak 2008 ia keluar dari bagian keuangan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Saat bertugas di bagian keuangan, Lim Wi Lin bertugas mengatur laporan keuangan, cash flow perusahaan, termasuk menanda tangani pengeluaran. Setahu Lim, dalam menjalankan usahanya, RAPP bekerjasama dengan beberapa perusahaan di bidang kehutanan. Seperti PT Perada Karya Sejati, PT Selaras Abadi Utama, CV Alam Lestari, CV Tuah Negeri, CV Mutiara Lestari, PT Putri Lindung Bulan. Perusahaan perusahaan tersebut terkait dengan perkara Boy, sapaan akrab Burhanuddin Husin. Boy pernah keluarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) untuk perusahaan perusahaan tersebut saat ia jabat Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Propinsi Riau tahun Keterlibatan RAPP dengan perusahaan perusahaan tersebut, kata Lim Wi Lin, RAPP pernah melakukan beberapa kali land clearing di lahan milik perusahaan tersebut. Sistemnya kerjasama, kata Lim. Maksudnya, lahan milik perusahaan pemegang izin, RAPP melakukan land clearing di lapangan, membayar PSDH dan DR. Hasil kayunya dibawa oleh RAPP. Kami (RAPP) bayar fee ke perusahaan tersebut, kata Lim. Besaran fee yang dibayar RAPP ke perusahaan pemegang izin bervariasi, tergantung negosiasi setiap perusahaan pemegang izin, luas areal yang di land clearing dan jenis tanamannya. Hakim bacakan terkait fee yang tertera dalam berita acara pemeriksaan (BAP). PT Mitra Tani Nusa Sejati, misalnya, dapat fee sebesar Rp 21 miliar. Rata rata perusahaan diberi fee puluhan miliar. Yang di land clearing kayu alam, kata Lim.

10 Ditanya apakah perusahaan untung atau rugi dari hasil penjualan kayu alam tersebut, Lim katakan bervariasi. Saat krisis ekonomi rugi. Untung baru 2 tahun belakangan, katanya. Alasan utama RAPP melakukan kerjasama dengan perusahaan perusahaan pemegang izin tersebut, menurut Lim karena kekurangan pasokan kayu untuk bubur kertas. Ditebang kayu alam untuk ditanam kayu akasia. Hasilnya dijual ke RAPP untuk diolah menjadi kertas, kata Lim. 11. Soenarijo Direktur PT National Timber and Forest Product Soenarijo lahir di Tanjung Balai Karimun, 20 Mei Ia direktur PT National Timber and Forest Product sejak 2002 hingga sekarang. Selain PT NTFP, Soenarijo juga jadi direktur di PT Siak Raya Timber dan Ekawana Raya. Ia kenal Boy diminta hadir di Dinas Kehutanan Propinsi Riau untuk sosialisasi program di perusahaannya. Saat itu Boy baru saja jabat Kepala Dinas Kehutanan. PT NTFP punya izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman (IUPHHK HT). Dapat izin pada 2003 dari Bupati Arwin AS. Luas arealnya hektar. Ajukan Rencana Kerja Tahunan (RKT) pada Usai dapat izin RKT, dilakukan penebangan hutan alam. Hasilnya, kayu log dijual ke PT Siak Raya Timber. Sedangkan kayu bbs dijual ke RAPP. Senada dengan pernyataan Lim Wi Lin, Soenarijo katakan operasional PT NTFP di lapangan dikerjakan oleh PT Cahaya Mas Lestari Jaya, anak perusahaan PT RAPP. Direktur PT Cahaya Mas saat itu adalah Rosman. PT Cahaya Mas yang melakukan land clearing lahan PT NTFP di lapangan. PT NTFP dapat fee dari pengerjaan tersebut. Mengapa bisa kerjasama? Menurut Soenarijo, Rosman saat itu menawarkan kerjasama tersebut kepada Soenarijo selaku direktur PT NTFP. Sebelum urus izin IUPHHK HT, areal PT NTFP berupa HPH. Urus IUPHHK HT karena lebih menguntungkan. Untuk menjaga kelangsungan industri PT Siak Raya Timber juga karena hasil dari NTFP untuk Siak Raya, katanya. Setelah IUPHHK HT keluar, Rosman datang kepada Soenarijo dan tawarkan kerjasama tersebut. Rosman, menurut Soenarijo sudah lama tahu nama NTFP. Dari hektar areal PT NTFP, yang sudah ditanami hutan tanaman baru sekitar 3000 hektar. Sisanya masih hutan alam. Yang 3000 hektar itu ditebang hutan alam. Yang tebang RAPP, kata Soenarijo. PT NTFP dapat fee dari RAPP. Selama dua tahun urus RKT, NTFP dapat untung Rp juta belum dipotong pajak perusahaan, katanya lagi. Areal perusahaan NTFP juga telah mendapat verifikasi dari Menteri Kehutanan pada Luas arealnya bertambah menjadi 9300 hektar. Namun NTFP terakhir kali urus RKT pada 2007, setelah itu tak pernah lagi hingga sekarang. Perusahaannya hingga kini masih berjalan. Tabel. Ringkasan Kesaksian Direktur Korporasi No Nama Identitas Intii Kesaksian 1 Andry Yama Putra Mantan Direktur PT Madukoro Perusahaan tak punya modal apa apa. Fokusnya tak jelas. Tandatangan rkt diajukan ke Dsihut. 2 Said Edi Direktur PT.Persada Karya Sejati Kayu yang ditebang hutan alam. Kayu dijual ke PT RAPP Dan PT Asia Forest Taman Raya.

11 3 Soe Erwin Direktur PT Rimba Mutiara Permai dan PT Mitra Tani Nusa Sejati 4 Supendi Direktur PT Uni Seraya dan PT Triomas Fdi 5 Guno Widagdo Direktur PT Merbau Pelalawan Lestari lahannya masih berupa hutan alam. Perusahaan Erwin juga kerjasama dengan RAPP dalam menjual hasil kayunya. Yang ditebang adalah kayu alam. Untuk penjualan kayu, Supendi bekerjasama dengan anak perusahaan PT RAPP yakni Cahaya Mas Lestari Jaya. Direkturnya Rosman. Saat itu lokasinya 70 persen berupa hutan alam. Kayu dijual ke PT RAPP, dan Asia Forestama. Perusahaan juga bekerjasama dengan RAPP yang diwakili oleh Rosman. 6 Ficky Zulfikar Zainudin 7 Samuel Soengjadi Mantan Direktur Utama PT Bina Daya Bintara Direktur PT Seraya Sumber Lestari Kawasannya masih hutan alam Yang ditebang adalah hutan alam.. Hasil penjualan kayu dibawa ke grup Panca Eka. Sedangkan kayu kecil dijual ke PT RAPP dan Indah Kiat 8 Heriyanto Direktur PT Siak Raya dan PT National Timber dan Forest Product Kayu yang ditebang adalah kayu alam bekas tebangan. Keuntungan penjualan tahun 2006 saat RKT disahkan Boy sebesar Rp 4 miliar. 10 Lim Wi Lin Bagian Keuangan PT RAPP Ditebang kayu alam untuk ditanam kayu akasia. Hasilnya dijual ke RAPP untuk diolah menjadi kertas KESIMPULAN Dari sisi kesaksian direktur perusahaan, terlihat jelas perusahaan sebelum mengajukan URKT pada Boy tahu dengan pasti mengetahu berada pada hutan alam, bukan pada hutan tanaman. Lantas kayu kayu hutan alam itu dijual ke PT RAPP, PT Siak Raya Timber, Grup Panca Eka dan PT Asia Forest Tama Raya. PT RAPP adalah pembeli utama kayu illegal tersebut. Kayu itu illegal karena delapan korporasi tersebut menebang hutan alam bukan hutan tanaman. Pembentang, Yofika Pratiwi, SH

Berani Jujur, Hebat!

Berani Jujur, Hebat! Berani Jujur, Hebat! Biar Jujur dan Hebat Klik www.riaucorruptiontrial.wordpress.com http://riaucorruptiontrial.wordpress.com KEJAHATAN KEHUTANAN, BISNIS MENGUNTUNGKAN DI BUMI MELAYU Korupsi Kehutanan

Lebih terperinci

KEJAHATAN KEHUTANAN, BISNIS MENGUNTUNGKAN DI BUMI MELAYU

KEJAHATAN KEHUTANAN, BISNIS MENGUNTUNGKAN DI BUMI MELAYU BENTANGAN PRA PUTUSAN KASUS KORUPSI KEHUTANAN TERDAKWA BURHANUDDIN HUSIN KEJAHATAN KEHUTANAN, BISNIS MENGUNTUNGKAN DI BUMI MELAYU Bagaimana korporasi menebang hutan alam hingga merugikan Negara setengah

Lebih terperinci

Quo Vadis Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Kasus Korupsi Kehutanan DORMIUNT ALIQUANDO LEGES NUNQUAM MORIUNTUR

Quo Vadis Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Kasus Korupsi Kehutanan DORMIUNT ALIQUANDO LEGES NUNQUAM MORIUNTUR Quo Vadis Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Kasus Korupsi Kehutanan DORMIUNT ALIQUANDO LEGES NUNQUAM MORIUNTUR A. SEKILAS PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI KUHP tidak mengenal pertanggungjawaban korporasi.

Lebih terperinci

ber Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 29 konsesi HTI Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan April 2018

ber Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 29 konsesi HTI Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan April 2018 ber Perusahaan HTI beroperasi dalam kawasan hutan melalui legalisasi perubahan fungsi kawasan hutan Mengkaji dampak Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan

Lebih terperinci

LAPORAN BEDAH KASUS. NOMOR REGISTER PERKARA: 21/Pid.Sus/ 2012/PN-PBR ATAS NAMA TERDAKWA DRS. H. BURHANUDDIN HUSIN, MM

LAPORAN BEDAH KASUS. NOMOR REGISTER PERKARA: 21/Pid.Sus/ 2012/PN-PBR ATAS NAMA TERDAKWA DRS. H. BURHANUDDIN HUSIN, MM LAPORAN BEDAH KASUS Tindak Pidana Korupsi Perizinan Bidang Kehutanan Penilaian dan Pengesahan Rencana Kerja Tahunan IUPHHK HT 12 Perusahaan Tanaman Industri tahun 2005-2006 di Provinsi Riau NOMOR REGISTER

Lebih terperinci

Menghentikan Deforestasi Hutan Alam di Kawasan Hutan Produksi

Menghentikan Deforestasi Hutan Alam di Kawasan Hutan Produksi JARINGAN KERJA PENYELAMAT HUTAN RIAU Menghentikan Deforestasi Hutan Alam di Kawasan Hutan Produksi Pendekatan ILEA (Studi Kasus Kebijakan Gubernur Riau terhadap pemberian Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan

Lebih terperinci

Kasus Korupsi PD PAL

Kasus Korupsi PD PAL Kasus Korupsi PD PAL banjarmasinpost.co.id Mantan Direktur Utama Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah (PD PAL) Banjarmasin yang diduga terlibat dalam perkara korupsi i pengadaan dan pemasangan jaringan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 10.1/Kpts-II/2000 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN MENTERI

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 10.1/Kpts-II/2000 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN MENTERI KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 10.1/Kpts-II/2000 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia www.greenomics.org MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia 5 Desember 2011 HPH PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa -- yang beroperasi di Provinsi Riau -- melakukan land-clearing hutan

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK. 101/Menhut-II/2006 TENTANG PEMBAHARUAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN PT. MITRA HUTANI JAYA ATAS

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 365/Kpts-II/2003 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN TANAMAN KEPADA PT. BUKIT BATU HUTANI

Lebih terperinci

KRITERIA DAN STANDAR IJIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI

KRITERIA DAN STANDAR IJIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 21/Kpts-II/2001 Tanggal : 31 Januari 2001 KRITERIA DAN STANDAR IJIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI No KRITERIA STANDAR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 53 TAHUN 2001 T E N T A N G IJIN USAHA HUTAN TANAMAN (IHT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874] UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874] BAB II TINDAK PIDANA KORUPSI Pasal 2 (1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

Lebih terperinci

APRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri

APRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri www.eyesontheforest.or.id APRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri Laporan Investigatif Eyes on the Forest April 2014 Eyes on the Forest (EoF)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009 Tentang PENGGANTIAN NILAI TEGAKAN DARI IZIN PEMANFAATAN KAYU DAN ATAU DARI PENYIAPAN LAHAN DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BUPATI PELALAWAN NOMOR : 522.21/IUPHHKHT/XII/2003/015 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN KEPADA CV. ALAM LESTARI SELUAS

Lebih terperinci

1 of 5 02/09/09 11:45

1 of 5 02/09/09 11:45 Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BUPATI PELALAWAN NOMOR : 522.21/IUPHHKHT/XII/2002/005 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN KEPADA PT. SELARAS ABADI UTAMA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN RAKYAT DAN PADA TANAH MILIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN RAKYAT DAN PADA TANAH MILIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN RAKYAT DAN PADA TANAH MILIK Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, a. bahwa pemanfaatan

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR : 06/IUPHHK/I/2003 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) HUTAN TANAMAN SELUAS 8.200 (DELAPAN RIBU DUA RATUS)

Lebih terperinci

Kasus PDAM Makassar, Eks Wali Kota Didakwa Rugikan Negara Rp 45,8 Miliar

Kasus PDAM Makassar, Eks Wali Kota Didakwa Rugikan Negara Rp 45,8 Miliar Kasus PDAM Makassar, Eks Wali Kota Didakwa Rugikan Negara Rp 45,8 Miliar www.kompas.com Mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin didakwa menyalahgunakan wewenangnya dalam proses kerja sama rehabilitasi,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PENEBANGAN POHON DI LUAR KAWASAN HUTAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN TANAMAN KEPADA PT. KELAWIT WANALESTARI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.17/MENHUT-II/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.17/MENHUT-II/2006 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.17/MENHUT-II/2006 TENTANG PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM KEPADA PT. MULTI SIBOLGA TIMBER

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BUPATI PELALAWAN NOMOR : 522.21/IUPHHKHT/XII/2003/012 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN KEPADA PT. TRIOMAS FDI SELUAS

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 57/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 57/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 57/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 397/Kpts-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 397/Kpts-II/2005 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 397/Kpts-II/2005 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM KEPADA PT. MITRA PERDANA PALANGKA ATAS

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 444/KPTS-II/1997 TENTANG PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI POLA TRANSMIGRASI ATAS AREAL HUTAN SELUAS ± 21.870 (DUA

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BUPATI PELALAWAN NOMOR : 522.21/IUPHHKHT/XII/2002/004 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN KEPADA PT. MERBAU PELALAWAN

Lebih terperinci

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa balinewsnetwork.com Mantan Bupati Jembrana, I Gede Winasa membantah tudingan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menyebut dirinya

Lebih terperinci

DIREKTORI PELANGGAN TERSERTIFIKASI

DIREKTORI PELANGGAN TERSERTIFIKASI DIREKTORI PELANGGAN TER Periode : Juli s.d. September 2017 NO PEMEGANG PEMEGANG 1 PT KALIMANTAN SUBUR PERMAI 332/Menhut-II/2007 Tanggal 17 September 2007 Landak, Kubu Raya dan Sanggau, Barat 019/EQC-/

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 73/PID/2011/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 73/PID/2011/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA 1 P U T U S A N NOMOR : 73/PID/2011/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara perkara pidana dalam tingkat banding, telah

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia P U T U S A N Nomor 58 PK/Pid.Sus/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara pidana khusus pada pemeriksaan Peninjauan Kembali

Lebih terperinci

1 Merugikan keuangan negara; 2 Suap menyuap (istilah lain: sogokan atau pelicin); 3 Penggelapan dalam jabatan; 4 Pemerasan; 5 Perbuatan curang;

1 Merugikan keuangan negara; 2 Suap menyuap (istilah lain: sogokan atau pelicin); 3 Penggelapan dalam jabatan; 4 Pemerasan; 5 Perbuatan curang; MENGENAL KORUPSI Apakah Menurut asal katanya, korupsi berarti penyelewengan atau penyalahgunaan jabatan, demi kepentingan pribadi atau orang lain, termasuk keluarga dan kerabat. UNDANG-UNDANG PTPK (Pemberantasan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa semangat penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI INDRAGIRI HILIR

BUPATI INDRAGIRI HILIR BUPATI INDRAGIRI HILIR KEPUTUSAN BUPATI INDRAGIRI HILIR NOMOR : 21/TP/II/2002 Tahun 2002 Tentang PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU KEPADA PT. ASRI NUSA MANDIRI PRIMA DI KABUPATEN INDRAGIRI

Lebih terperinci

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Januari 2016 Eyes on the Forest (EoF) adalah koalisi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMANFAATAN KAYU (IPK) PADA AREAL HAK GUNA USAHA (HGU), AREAL UNTUK PEMUKIMAN TRANSMIGRASI, KAWASAN HUTAN YANG BERUBAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 82/KPTS-II/2001 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 82/KPTS-II/2001 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 82/KPTS-II/2001 TENTANG PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN KAYU PERTUKANGAN KEPADA PT. SUMATERA SYLVA LESTARI ATAS AREAL HUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMANFAATAN KAYU (IPK) PADA AREAL HAK GUNA USAHA (HGU), AREAL UNTUK PEMUKIMAN TRANSMIGRASI, KAWASAN HUTAN YANG BERUBAH

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK. 55/Menhut-II/2006

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK. 55/Menhut-II/2006 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK. 55/Menhut-II/2006 TENTANG PEMBAHARUAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM PT. MANCARAYA AGRO MANDIRI ATAS

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hutan produksi di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 62/Menhut-II/2014 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 62/Menhut-II/2014 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU - 1 - PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 62/Menhut-II/2014 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN HAK DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN HAK DI KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN HAK DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001 PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001 PERUMUSAN TINDAK PIDANA KORUPSI PENGELOMPOKKAN : (1) Perumusan delik dari Pembuat Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana

Lebih terperinci

II. PENGUKUHAN DAN PENATAGUNAAN KAWASAN HUTAN

II. PENGUKUHAN DAN PENATAGUNAAN KAWASAN HUTAN II. PENGUKUHAN DAN PENATAGUNAAN KAWASAN HUTAN A. Pengukuhan Kawasan Hutan Pengukuhan Kawasan Hutan merupakan proses penetapan suatu kawasan menjadi kawasan hutan yang diawali dari kegiatan penataan batas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.94/MENHUT-II/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.94/MENHUT-II/2005 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.94/MENHUT-II/2005 TENTANG PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM KEPADA PT. NUSA PADMA CORPORATIAON

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IJIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6887/KPTS-II/2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6887/KPTS-II/2002 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6887/KPTS-II/2002 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF ATAS PELANGGARAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN, IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN DAN IZIN USAHA INDUSTRI

Lebih terperinci

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran *Contoh Kasus RAPP dan IKPP Ringkasan Sampai akhir Desember 27 realisasi pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) hanya 33,34 persen dari total 1.37 juta

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 21/PID.SUS.K/2014/PT-Mdn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 21/PID.SUS.K/2014/PT-Mdn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 21/PID.SUS.K/2014/PT-Mdn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang mengadili perkara Tindak Pidana Korupsi

Lebih terperinci

BAB IV. Pasal 46 UU No.23 tahun 1997 dinyatakan bila badan hukum terbukti melakukan tindak

BAB IV. Pasal 46 UU No.23 tahun 1997 dinyatakan bila badan hukum terbukti melakukan tindak BAB IV ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBAKARAN HUTAN PADA PENGADILAN TINGGI PEKANBARU NOMOR 235/PID.SUS/2012/PTR Tindak Pidana dan Tanggung Jawab Korporasi di Bidang

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 24/PID.SUS/2013/PTR

P U T U S A N NOMOR : 24/PID.SUS/2013/PTR P U T U S A N NOMOR : 24/PID.SUS/2013/PTR DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA; Pengadilan Tinggi Pekanbaru, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TUMUR, Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 249/KPTS-II/1998 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 249/KPTS-II/1998 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 249/KPTS-II/1998 TENTANG PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI ATAS AREAL HUTAN SELUAS ± 50.725 (LIMA PULUH RIBU TUJUH

Lebih terperinci

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA http://www.beritasatu.com 1 Bengkulu - Kepala Polda Bengkulu, Brigjen Pol. M. Ghufron menegaskan,

Lebih terperinci

Nomor : 20/PID.SUS/2011/PT-MDN.-

Nomor : 20/PID.SUS/2011/PT-MDN.- P U T U S A N Nomor : 20/PID.SUS/2011/PT-MDN.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara Pidana dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 201/KPTS-II/1998. Tentang

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 201/KPTS-II/1998. Tentang MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 201/KPTS-II/1998 Tentang PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DENGAN SISTEM TEBANG PILIH DAN TANAM JALUR KEPADA ATAS

Lebih terperinci

: Kepala Dinas Provinsi dan Kepala Dinas Kabupaten melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan Keputusan ini.

: Kepala Dinas Provinsi dan Kepala Dinas Kabupaten melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan Keputusan ini. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN Nomor : SK.106/VI-BPHA/2007 TENTANG IZIN PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN PERALATAN UNTUK KEGIATAN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM A.N. PT.

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 743/KPTS-II/1996 TENTANG PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI ATAS AREAL HUTAN SELUAS ± 299.975 (DUA RATUS SEMBILAN

Lebih terperinci

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN. MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN www.kompasiana.com Mantan Kepala Divisi Konstruksi VII PT Adhi Karya Wilayah Bali, NTB, NTT, dan Maluku, Imam Wijaya Santosa, kembali mendapat pengurangan

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IJIN PEMANFAATAN KAYU PADA AREAL PENGGUNAAN LAIN ATAU KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN BUPATI BULUNGAN, Menimbang

Lebih terperinci

1 of 6 02/09/09 11:42

1 of 6 02/09/09 11:42 Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2011 PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH diperbanyak oleh : BAGIAN HUKUM DAN HAM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR PEMERINTAH

Lebih terperinci

1 of 7 02/09/09 11:19

1 of 7 02/09/09 11:19 Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 09 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.45/MENHUT-II/2006 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.45/MENHUT-II/2006 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.45/MENHUT-II/2006 TENTANG PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM KEPADA PT. INHUTANI I (UNIT PANGEAN)

Lebih terperinci

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu Pasal 242 (1) Barang siapa dalam keadaan di mana undang-undang menentukan supaya memberi keterangan di atas sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada keterangan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN IZIN PEMANFAATAN KAYU (IPK) PADA AREAL PENGGUNAAN LAIN (APL) ATAU KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN (KBNK) KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059] UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059] BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 111 (1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 33/Kpts-II/2003 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 33/Kpts-II/2003 TENTANG 1 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 33/Kpts-II/2003 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN ALAM ATAU HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN YANG TELAH MENDAPAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 09 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 09 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 09 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, 1. bahwa dalam

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 72/PID/2011/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 72/PID/2011/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 72/PID/2011/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA DI MEDAN, yang mengadili perkara perkara Pidana dalam peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN KEPADA PT. SATRIA PERKASA AGUNG ATAS AREAL HUTAN SELUAS ± 76.017

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.293 / MENHUT-II / 2007 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.293 / MENHUT-II / 2007 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.293 / MENHUT-II / 2007 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU RESTORASI EKOSISTEM DALAM HUTAN ALAM KEPADA PT. RESTORASI EKOSISTEM INDONESIA ATAS

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor : 17/PID.SUS.TPK/2016/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara tindak

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA HUTAN TANAMAN (IUHT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARO JAMBI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERIJINAN PEMANFAATAN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERIJINAN PEMANFAATAN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERIJINAN PEMANFAATAN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 47 2001 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IZIN PENGELOLAAN KAYU MILIK DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan hasil

Lebih terperinci

ADA ATAU TANPA SFMP dan SFMP 2.0, APRIL BERKELANJUTAN MERUSAK HUTAN RIAU

ADA ATAU TANPA SFMP dan SFMP 2.0, APRIL BERKELANJUTAN MERUSAK HUTAN RIAU LAPORAN DUA TAHUN SFMP dan SFMP 2.0 APRIL ADA ATAU TANPA SFMP dan SFMP 2.0, APRIL BERKELANJUTAN MERUSAK HUTAN RIAU SENARAI Pada 28 Januari 2014, APRIL mengumumkan komitmen jangka panjang Sustainabe Forest

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 106 /KPTS-II/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 106 /KPTS-II/2000 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 106 /KPTS-II/2000 TENTANG PENGGABUNGAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN ALAM PT. SUKA JAYA MAKMUR UNIT I YANG DIBERIKAN BERDASARKAN KEPUTUSAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI SIAK, a. bahwa peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007 BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa peningkatan jumlah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P. 2/Menhut-II/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P. 2/Menhut-II/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P. 2/Menhut-II/2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.45/MENHUT-II/2007 TENTANG TATA CARA IZIN PERALATAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DAN BUKAN KAYU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 23 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 23 TAHUN BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 109 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN PEMANFAATAN KAYU/IPK TAHAP II KEPADA PT. SUMBER KAYU UTAMA PADA AREAL PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 7 Tahun 2000 SERI : B NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 07 TAHUN 2000 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 7 Tahun 2000 SERI : B NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 07 TAHUN 2000 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 7 Tahun 2000 SERI : B NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 07 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DAIRI Menimbang

Lebih terperinci

2016, No dimaksud dalam huruf b, perlu disempurnakan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf

2016, No dimaksud dalam huruf b, perlu disempurnakan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf No. 133, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENLH-KEHUTANAN. Pemanfaatan Kayu. Izin. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.62/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG IZIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang pembangunan ekonomi nasional. Hak Pengusahaan Hutan (HPH) menjadi sistem yang dominan dalam

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN PEMANFAATAN KAYU/IPK KEPADA PT. MEDCOPAPUA INDUSTRI LESTARI PADA AREAL PEMBANGUNAN INDUSTRI KAYU SERPIH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.186/MENHUT-II/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.186/MENHUT-II/2006 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.186/MENHUT-II/2006 TENTANG PEMBAHARUAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM KEPADA PT. RIMBA KARYA RAYATAMA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.428/MENHUT-II/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.428/MENHUT-II/2004 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.428/MENHUT-II/2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM KEPADA PT. SULWOOD ATAS AREAL HUTAN

Lebih terperinci

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Hutan Kayu Hutan Tanaman PT Artelindo Wiratama Oktober 2015

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Hutan Kayu Hutan Tanaman PT Artelindo Wiratama Oktober 2015 Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Hutan Kayu Hutan Tanaman PT Artelindo Wiratama Oktober 2015 A. Penjelasan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Hutan Kayu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PELELANGAN KAYU TEMUAN DAN KAYU SITAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci