BAB VI PEMBAHASAN Analisis Perkembangan Jumlah Penduduk. tahun kedepan atau sampai tahun Untuk mengetahui metoda proyeksi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PEMBAHASAN Analisis Perkembangan Jumlah Penduduk. tahun kedepan atau sampai tahun Untuk mengetahui metoda proyeksi"

Transkripsi

1 55 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Analisis Aspek Teknis Analisis Perkembangan Jumlah Penduduk Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Jembrana dilakukan sampai 10 tahun kedepan atau sampai tahun Untuk mengetahui metoda proyeksi yang digunakan, dilakukan dengan mengitung nilai koefisien korelasi. Metoda proyeksi yang terpilih adalah metoda yang nilai koefisien korelasi mendekati satu atau satu. Untuk melihat perbandingan dari ketiga metoda proyeksi penduduk tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari hasil uji korelasi pertumbuhan penduduk, didapatkan hasil sebagai berikut : Metoda Aritmatika diperoleh, r = - 0,3227 Metoda Geometrik diperoleh, r = 0,8951 Metoda Least Square diperoleh, r = 0,8911 Metoda proyeksi yang dipilih dari 3 metoda yang digunakan adalah metoda Geometrik karena nilai koefisien korelasinya mendekati satu dibandingkan dengan 2 metoda lainnya. Secara lebih rinci hasil proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Jembrana tahun 2013 sampai dengan tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel

2 56 Tabel 6.1. Hasil Proyeksi Jumlah Penduduk 10 Tahun Kedepan ( ) No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Analisis Timbulan Sampah 1. Timbulan Sampah yang diangkut ke TPA Jumlah timbulan sampah di Kabupaten Jembrana ditentukan oleh jumlah penduduk dan persentase tingkat pelayanan. Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana pada tahun 2013 berdasarkan proyeksi adalah jiwa, sedangkan asumsi timbulan sampah per orang dalam 1 hari adalah 2,75 L/org/hari. 2. Densitas Sampah di Truk Hasil pengukuran densitas sampah di truk rata-rata berdasarkan hasil penelitian adalah sebesar 291,49 kg/m3. 3. Tingkat Pelayanan Besarnya tingkat pelayanan sektor persampahan di Kabupaten Jembrana tahun 2013 dapat dihitung sebagai berikut : Timbulan sampah kota sedang (Badan Standarisasi Nasional. 1995) = 2,75 L/orang.hari (asumsi densitas sampah lepas = 200 kg/m 3 ).

3 57 Jumlah timbulan sampah Kabupaten Jembrana = jiwa x 2,75 x = 784,91 m 3 /hari Jumlah timbulan sampah terangkut (Eksisting) 150,56 m 3 / hari (densitas sampah di truk = 291,49 kg/ m 3 (Tabel 5.4) Persentase pelayanan = x 100% = 27,95% Kondisi tingkat pelayanan persampahan Kabupaten Jembrana sebesar 27,95 % tersebut di atas masih jauh dari standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan yaitu 60 % dengan pelayanan pengumpulan/pengangkutan minimal seminggu 2 kali (Menteri Pekerjaan Umum. 2006). Masyarakat Kabupaten Jembrana yang tidak mendapatkan akses pelayanan serta tidak cukup memiliki lahan untuk proses pengolahan setempat cenderung membuang sampahnya di sembarang tempat dan melakukan pembakaran sampah secara terbuka. 4. Proyeksi Timbulan Sampah Perhitungan proyeksi produksi sampah Kabupaten Jembrana untuk 10 (sepuluh) tahun kedepan ( ) dihitung berdasarkan data sebagai berikut : - Timbulan sampah 2,75 L/orang/hari (Badan Standarisasi Nasional. 1995)

4 58 - Berat jenis sampah di truk : 291,49 kg/m 3 - Tingkat pelayanan : 27,95%. Tingkat pelayanan yang direncanakan untuk 10 tahun ke depan meningkat, berdasarkan National Action Plan peningkatan pelayanan untuk sektor persampahan adalah sebesar 70 % pada tahun Untuk meningkatkan tingkat pelayanan, Pemerintah Kabupaten Jembrana harus secara intensive mengelola sampah salah satunya dengan cara penambahan armada serta frekuensi (ritasi) pengangkutan dan tenaga kerja pengangkut sampah. Manajemen dalam pengelolaan persampahan juga sangat penting dalam peningkatan pelayaan persampahan di Kabupaten Jembrana. - Volume sampah total = jmlh penduduk x timbulan sampah x 365 hari - Volume sampah yang terangkut = vol. sampah total x % pelayanan - Berat sampah = volume sampah yang terangkut x BJ sampah Mengacu pada target National Action Plan bahwa tingkat pelayanan sampah pada tahun 2015 tercapai pelayanan sampah sebesar 70 %, peningkatan target pelayanan akan dilakukan secara bertahap pertahun dan di akhir perencanaan ditargetkan tingkat pelayanan mencapai 90%. Untuk perhitungan proyeksi sampah yang masuk ke TPA, disajikan pada Tabel 6.2. Peningkatan pelayanan berdasarkan MDG s 70% pada tahun 2015 cukup melonjak tajam. Jika disimulasikan peningkatan pelayanan secara bertahap dan diakhir perencanaan sebesar 70% maka perhitungan proyeksi sampah yang masuk ke TPA, dapat dilihat pada Tabel 6.3.

5 59 Tahun Jumlah Penduduk Tabel 6.2. Proyeksi Volume Sampah yang diangkut ke TPA. Volume Target Sampah yang teramgkut ke Sampah Pelayanan TPA (m3/thn) (%) Volume (m3/thn) Berat (ton/thn) ,97 27, , , ,03 48, , , ,40 70, , , ,09 72, , , ,17 75, , , ,78 78, , , ,12 81, , , ,48 84, , , ,21 87, , , ,72 90, , ,63 Tabel 6.3. Proyeksi Volume Sampah yang diangkut ke TPA dengan target pelayanan 70% diakhir tahun perencanaan. Tahun Jumlah Penduduk Volume Sampah (m3/thn) Target Pelayanan (%) Sampah yang teramgkut ke TPA Volume (m3/thn) Berat (ton/thn) ,97 27, , , ,03 32, , , ,40 37, , , ,09 41, , , ,17 46, , , ,78 51, , , ,12 55, , , ,48 60, , , ,21 65, , , ,72 70, , ,49

6 60 5. Komposisi Sampah Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh rata-rata komposisi sampah basah (sisa makanan dan daun daunan) dengan prosentase terbesar sebesar 69,94%, sampah plastik 14,97%, sampah kertas 7,92%, sampah kayu, kaca, logam/aluminium, karet dan kain sebesar 5,40 % sisanya berupa sampah lain-lain (tercampur) sebanyak 1,77 %. Data komposisi sampah dapat digunakan untuk menentukan karakteristik sampah, kalor bakar dan potensi pemanfaatan kembali atau daur ulang. Selain itu data komposisi sampah diperlukan guna menetapkan kebutuhan fasilitas peralatan, sistem, program dan rencana pengelolaan sampah. Besarnya komposisi sampah basah mengindikasikan besarnya peluang pengolahan sampah dengan cara komposting. Komposisi sampah plastik yang cukup besar dapat menjadi peluang pendapatan yaitu dengan cara penjualan barang lapak/bekas Analisis Mass Balance dan Potensi Daur Ulang Sampah (Recovery factor) Analisis Mass Balance (Kesetimbangan Massa) digunakan untuk mengetahui besarnya potensi reduksi sampah Kabupaten Jembrana. Analisis ini mengacu pada hasil penelitian komposisi sampah yang dilaksanakan di TPA. Dari hasil komposisi ini dihitung potensi reduksi sampah yang ada pada TPA Peh Kabupaten Jembrana.

7 61 Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada saat menghitung komposisi sampah (Tabel 5.5), Komposisi sampah Kabupaten Jembrana terdiri dari 69,94 % sampah basah dan 30,06 % merupakan sampah kering. Hasil analisis nilai recovery factor yang ditambah dengan bantuan pemulung dan petugas kebersihan, diperoleh nilai rata-rata recovery factor untuk sampah basah sebesar 91,09 %, sementara untuk jenis sampah plastik 78,10 %, kertas 42,59 %, gelas/kaca 21,39 %, dan logam/aluminium 100 %, (Tabel. 6.3.), sedangkan perhitungan potensi daur ulang sampah disajikan pada Lampiran 2. Tabel 6.4 Hasil Pengukuran Recovery factor Sampah Yang Masuk Ke TPA Komposisi Sampah Recovery Factor (%) Sampah basah 91,09 Plastik 78,10 Kertas 42,59 Kayu 0,00 Kaca/Gelas 21,39 Karet/Kulit 11,89 Logam/Aluminium 100,00 Kain 0,00 Lain-lain 0,00 Berdasarkan hasil perhitungan potensi reduksi sampah (recovery factor) sebagaimana tercantum pada Tabel 6.4, dari 44,72 ton sampah basah yang masuk di TPA yang dapat dijadikan kompos adalah sebesar 40,74 ton (91,09 %). Berdasarkan beberapa penelitian (Noviantun, 2007 dan Permana, 2010) recovery factor tertinggi adalah pada sampah basah yaitu 85% - 95%, hal ini dikarenakan sampah basah dapat diolah menjadi kompos dengan proses dekomposisi bakteri. Sampah basah berupa sisa sisa makanan, sisa

8 62 buah buahan, sayur sayuran dan daun daunan. Dengan demikian pemanfaatan jenis sampah ini memerlukan perhatian yang besar juga mengingat jenis sampah ini mempunyai volume yang paling besar dibandingkan dengan jenis sampah yang lain. Potensi terbesar kedua dari volume sampah terbesar adalah jenis sampah plastik dari 9,57 ton sampah plastik yang masuk di TPA yang dapat didaur ulang (laku untuk dijual) adalah sebesar 7,48 ton (78,10 %). Sedangkan jenis sampah kertas, dari 5,07 ton yang masuk dapat didaurulang sebesar 2,16 ton (42,59 %). Komposisi sampah logam yang masuk di TPA sangat kecil yaitu sebesar 0,73 ton namun jenis sampah logam mempunyai nilai recovery factor 100%. Kecilnya volume sampah logam di TPA disebabkan sampah logam tersebut sebelum masuk ke TPA sudah diambil oleh para pemulung yang ada di sumber sampah dan TPS. Sedangkan jenis sampah gelas/kaca dan karet/kulit mempunyai nilai recovery factor dibawah 25 %, namun dengan volume yang juga tidak terlalu besar. Perhitungan mass balance berdasarkan rata-rata potensi daur ulang sampah yang ada pada tahun 2013 di TPA Peh terdapat pada Tabel 6.4. Adapun hasil analisis mass balance dapat dilihat pada Gambar 6.1.

9 63 Komposisi sampah Tabel 6.5 Hasil Perhitungan Mass Balance Berdasarkan Rata-Rata Potensi Daur Ulang Untuk Produksi Sampah Tahun Prosentase komposisi sampah (%) Berat (ton/hari) Recovery factor (%) sampah yang di Recovery (ton/hari) % Reduksi sampah sampah yang dikomposkan (ton/hari) % Sampah yang ke Landfill (ton/hari) Sampah Basah 69,94 44,72 91,09 40,74 63,71 3,98 6,23 Plastik 14,97 9,57 78,10 7,48 11,69 2,10 3,28 Kertas 7,92 5,07 42,59 2,16 3,37 2,91 4,55 Kayu 1,54 0,99 0,00 0,00 0,99 1,54 Kaca/ Gelas 0,98 0,63 21,39 0,13 0,21 0,49 0,77 Karet/Kulit 0,86 0,55 11,89 0,07 0,10 0,48 0,76 Logam/Aluminium 1,14 0,73 100,00 0,73 1,14 0,00 0,00 Kain 0,88 0,56 0,00 0,00 0,00 0,56 0,88 Lain-lain 1,77 1,13 0,00 0,00 0,00 1,13 1,77 JUMLAH 100,00 63,95 10,56 16,51 40,74 63,71 12,65 19,78 Residu % Sampah basah (dikomposkan) 40,74 ton/hari (63,71 %) 63,95 ton/hari (100%) Recovery Factor 80,22 % Barang lapak plastik 7,48 ton/hari (11,69 %) Barang lapak kertas 2,16 ton/hari (3,37 %) Barang lapak gelas/kaca 0,13 ton/hari (0,21%) Barang lapak karet/kulit 0,07 ton/hari (0,10%) Residu 12,65 ton/hari (19,78 %) Barang lapak logam/aluminium 0,73 ton/hari (1,14 %) Gambar 6.1. Hasil Analisis Mass Balance Berdasarkan Perhitungan Setelah mengetahui potensi reduksi dari masing-masing jenis sampah dan prosentase volume sampah yang masuk maka prioritas pengolahan dapat ditentukan. Dari Tabel 6.4 terlihat bahwa pengolahan sampah basah menjadi perioritas utama, mulai dari lahan yang dibutuhkan untuk

10 64 pengolahan maupun peralatan-peralatan yang dibutuhkan, begitu pula dengan jenis sampah plastik. Analisis mass balance, dilakukan dengan berdasarkan alternatif yang dibuat untuk mengatasi jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA Peh Kabupaten Jembrana. Alternatif yang direncanakan adalah dengan menggunakan metoda Komposting dan daur ulang sampah kering. Dengan komposting dan daur ulang sampah kering didapatkan potensi reduksi mencapai 80,22 % dari total timbulan sampah yang masuk ke TPA sedangkan selebihnya 19,78 % merupakan residu yang masuk lahan penimbunan. Analisis mass balance untuk alternatif tersebut disajikan pada Gambar 6.2. Tabel 6.6. Berat Jenis Komponen Sampah No Komponen Sampah Berat Spesifik (lb/yd3) Berat Spesifik (kg/m3) 1 Sisa makanan ,72 2 Kertas ,00 3 Karton 85 50,43 4 Plastik ,26 5 Kain ,26 6 Karet ,53 7 Kulit ,19 8 Sampah taman ,86 9 Kayu ,32 10 Kaca ,79 11 Kaleng ,00 12 Aluminium ,19 13 Logam lain ,38 14 Sampah Kering, dll ,53 Sumber : Tchobanoglous, Thiesen dan Vigil, Keterangan : lb/yd 3 x 0,5933 = kg/m 3.

11 65 Dengan potensi reduksi yang tergambarkan di Gambar 6.2, dapat diproyeksikan potensi reduksi pada pengaruh timbunan sampah setiap tahun di TPA Peh Kabupaten Jembrana. Proyeksi potensi reduksi dan potensi residu yang dibuang/harus ditimbun di TPA masuk dalam perhitungan dalam Tabel 6.6. Sedangkan proyeksi komposisi masing-masing jenis sampah yang masih bisa terdaur ulang dan harus dikelola setiap hari diperhitungkan setiap meter kubik sampah yang terpilah. Berat sampah yang didapatkan diperhitungkan berdasarkan berat jenis untuk masing-masing komponen sampah berdasarkan Tabel 6.7. Proyeksi setiap jenis sampah ini ditunjukkan dalam Tabel 6.8.

12 66 Proyeksi timbulan sampah di TPA Peh 63,95 ton (100%) 44,72 ton 19,23 ton (69,94%) (30,06%) Sampah basah Sampah basah 40,74 ton 3,98 ton 8,66 ton 10,56 ton (63,71%) (6,23%) (13,54%) (16,51%) Komposting Sisa tak terolah Sisa tak terolah Daur ulang sampah kering Sampah yang ditimbun di TPA Peh 12,65 ton (19,78%) Gambar 6.2. Diagram Alir Hasil Analisis Mass Balance Metode Komposting Dan Daur Ulang.

13 67 Tahun Volume Sampah (m3/thn) Target Pelayanan (%) Tabel 6.7. Hasil Proyeksi Potensi Reduksi Pada Timbulan Sampah di TPA Peh. Berat Potensi reduksi (ton) (ton) Sampah basah Plastik Kertas Kaca/ Gelas Karet/ kulit Logam/ aluminium Sisa/ residu (ton) ,97 27, , , ,35 786,30 47,95 23,50 266, , ,03 48, , , , ,95 85,85 42,08 477, , ,40 70, , , , ,44 125,39 61,45 697, , ,09 72, , , , ,24 133,37 65,36 742, , ,17 75, , , , ,77 141,63 69,41 788, , ,78 78, , , , ,19 150,20 73,61 835, , ,12 81, , , , ,65 159,06 77,96 884, , ,48 84, , , , ,30 168,25 82,46 936, , ,21 87, , , , ,29 177,76 87,12 989, , ,72 90, , , , ,79 187,61 91, , ,19 Keterangan : Potensi reduksi sampah basah 63,71%, sampah plastik 11,69%, sampah kertas 3,37%, sampah kaca/gelas 0,21%, sampah karet/kulit 0,10% dan sampah logam/alumunium 1,14%.

14 68 Tabel 6.8. Proyeksi Komposisi Masing-Masing Jenis Sampah Yang Masih Bisa Terdaur Ulang. Komposisi Sampah (%) Sampah Plastik Kertas Kayu Kaca/ Karet/ Logam/ Kain Lain-lain Basah PETE HDPE PVC PP PS CAMPUR Gelas Kulit Aluminiu 69,94 14,97 7,92 1,54 0,98 0,86 1,14 0,88 1,77 3,51 3,94 1,92 1,48 0,91 3,21 Berat Spesifik (kg/m3) 290,72 65, ,32 195,79 130,53 160,19 65,26 130,53 Recovery Factor /RF (%) 91, ,0 42,59 0,00 21,39 11,89 100,00 0,00 0,00 Tahun Timbulan Sampah Diolah (m3/hari) Sampah (ton/hari) ,95 153,83 146,70 56,92 4,16 3,20 4,20 4,56 8,61 8,68 RF 140,13 34,35 38,72 18,79 14,42 9,00 0,00 24,24 0,00 0,68 0,50 4,56 0,00 0, ,50 275,45 262,68 101,91 7,44 5,72 7,52 8,17 15,41 15,54 RF 250,91 61,51 69,34 33,64 25,82 16,11 0,00 43,41 0,00 1,22 0,89 8,17 0,00 0, ,24 402,32 383,66 148,86 10,87 8,36 10,98 11,93 22,51 22,70 RF 366,48 89,84 101,27 49,13 37,71 23,54 0,00 63,40 0,00 1,79 1,31 11,93 0,00 0, ,88 427,91 408,06 158,32 11,56 8,89 11,68 12,69 23,95 24,14 RF 389,79 95,55 107,71 52,25 40,10 25,03 0,00 67,44 0,00 1,90 1,39 12,69 0,00 0, ,90 454,43 433,35 168,13 12,28 9,44 12,40 13,48 25,43 25,64 RF 413,94 101,47 114,39 55,49 42,59 26,58 0,00 71,61 0,00 2,02 1,48 13,48 0,00 0, ,32 481,90 459,55 178,30 13,02 10,01 13,15 14,29 26,97 27,19 RF 438,97 107,61 121,30 58,85 45,16 28,19 0,00 75,94 0,00 2,14 1,56 14,29 0,00 0, ,15 510,36 486,68 188,83 13,79 10,60 13,93 15,14 28,56 28,79 RF 464,89 113,96 128,47 62,32 47,83 29,86 0,00 80,43 0,00 2,27 1,66 15,14 0,00 0, ,41 539,83 514,79 199,73 14,59 11,22 14,74 16,01 30,21 30,46 RF 491,73 120,54 135,88 65,92 50,59 31,58 0,00 85,07 0,00 2,40 1,75 16,01 0,00 0, ,09 570,35 543,89 211,02 15,41 11,85 15,57 16,91 31,92 32,18 RF 519,53 127,35 143,57 69,65 53,45 33,36 0,00 89,88 0,00 2,53 1,85 16,91 0,00 0, ,23 601,95 574,02 222,71 16,27 12,51 16,43 17,85 33,69 33,96 RF 548,32 134,41 151,52 73,51 56,42 35,21 0,00 94,86 0,00 2,67 1,95 17,85 0,00 0,00

15 Analisis Rencana Teknis Operasional Pengelolaan Sampah di TPST Sampah yang masuk ke TPA Peh Kabupaten Jembrana terdiri dari dua bagian utama yaitu sampah basah dan sampah kering. Diharapkan dengan adanya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu pengelolaan sampah basah dan kering bisa dilaksanakan terpadu dengan pengomposan untuk sampah basah dan daur ulang sampah kering yang bisa dimanfaatkan kembali atau memberikan manfaat ekonomi dan memberikan dampak pengurangan jumlah sampah yang dibuang. Dalam perencanaan TPST di TPA Peh Kabupaten Jembrana, proses pengelolaan sampah di TPST diawali dari pengangkutan sampah dari sumber sampah / TPS ke TPA, setelah melewati jembatan timbang, sampah diletakkan di area penerima sampah, selanjutnya dilakukan pemilahan sampah tahap pertama di tempat pemilahan dengan belt conveyor antara sampah kering dan residunya yang berupa sampah plastik, kertas, kaleng/besi/alumunium, botol/kaca, kain dan karet/kulit. Sedangkan untuk sisa pemilahan yang berupa sampah basah langsung ditampung pada lahan penampungan sebagai bahan kompos. Kemudian dilakukan pengemasan untuk barang lapak dan pengomposan untuk sampah basah. Untuk sampah plastik yang terpilah akan dilakukan pemilahan tahap kedua, dimana akan dipisahkan berdasarkan jenis plastiknya (PETE, HDPE, PVC, LDPE, PP, dan PS). Residu yang dihasilkan selanjutnya dibuang ke landfill, seperti digambarkan dalam diagram alir pada Gambar 6.3.

16 70 Pengolahan sampah basah di TPST direncanakan dengan proses komposting. Metoda pengomposan yang direncanakan adalah dengan metoda open bin yaitu cara pengomposan yang dilakukan dengan menempatkan sampah dalam kotak permanen. Kotak dibuat sesuai dengan volume sampah yang akan dikomposkan. Dibuat parallel atau kotak-kotak pengomposan diletakan dalam satu kotak besar kemudian dibuat sekat menjadi kotak kecil pengomposan. Sistem pengudaraan, selain diperoleh dengan melakukan pembalikan, diperoleh pula dengan menempatkan lubang lubang pada bagian tepi kotak. Agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat, sampah basah setelah dicacah dicampur dengan bioaktivator (OrgaDec) kemudian ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu dan kelembaban. OrgaDec adalah hasil penelitian Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI). Aktivator pengomposan ini menggunakan mikroba-mikroba terpilih yang memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi limbahlimbah padat organik, yaitu: Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, dan FPP (fungi pelapuk putih). Mikroba ini bekerja aktif pada suhu tinggi (termofilik). Penggunaan aktivator ini tidak memerlukan penambahan bahan-bahan lain dan tidak memerlukan pengadukan secara berkala. Pengomposan dengan menggunakan OrgaDec dapat dipercepat hingga 3 minggu (21 hari) untuk bahan-bahan lunak/mudah dikomposkan. Produk kompos yang dihasilkan bisa digunakan sebagai

17 71 pupuk untuk mendukung taman-taman kota di Kabupaten Jembrana juga bisa untuk melayani masyarakat yang membutuhkan. Pengolahan sampah kering. Hasil pemilahan sampah kering (barang lapak) selanjutnya dilakukan proses pengemasan dan penyimpanan dan siap dijual ke bandar lapak atau pabrik yang menerima bahan hasil daur ulang sampah. Gambar 6.3. Diagram Alir TPST di TPA Peh Kabupaten Jembrana.

18 Perhitungan Loading Rate Besarnya sampah yang dikelola diperhitungkan untuk besaran kapasitas sampah untuk rencana 10 (sepuluh) tahun kedepan dalam penelitian ini yaitu tahun 2022 dengan besaran seperti ditunjukkan pada Tabel 6.9. Tabel 6.9. Jumlah Sampah Yang Dikelola Tahun 2022 Tahun Jenis Berat (ton/hari) Volume (m3/hari) 2022 Sampah Basah 179,43 635,90 Sampah Kering 70,80 893,48 Total 250, ,38 Perhitungan loading rate dilakukan untuk mengetahui beban sampah kering yang dapat dipilah setiap jamnya. Banyaknya sampah kering yang bisa dipilah tiap harinya = 70,80 ton. Waktu operasional efektif untuk Tempat Pengolahan Sampah Terpadu di TPA Peh Kabupaten Jembrana direncanakan selama 8 jam dari total 9 jam yang dikurangi waktu tidak efektif (1 jam) yang dibutuhkan pekerja seperti waktu persiapan sebelum mengolah, istirahat, ibadah dansebagainya. Loading Rate ton/jam (2022) = = = 8,85 ton/jam

19 Komponen Yang Diperlukan TPST di TPA Peh Kabupaten Jembrana Proses yang dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu terdiri dari pemilahan sampah, pengolahan sampah basah (pengomposan), pengemasan dan penyimpanan sampah kering. Bangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu di TPA Peh Kabupaten Jembrana terbagi menjadi 4 (empat) komponen utama, yaitu : Area penerimaan sampah Area ini terletak dekat dengan lahan/bangunan pemilahan untuk memudahkan proses penurunan dan pengangkutan sampah. Tempat pemilahan sampah Tempat pemilahan ini adalah bangunan semi tertutup yang beratap. Dikatakan semi tertutup karena tidak semua sisinya tertutup dengan tembok. Bangunan pemilahan ini mendapatkan perhatian yang cukup besar mengingat pemilahan ini berguna untuk mendapatkan sebanyak mungkin sampah yang bisa dimanfaatkan kembali untuk proses lebih lanjut. Tempat pengemasan dan penyimpanan sampah kering Bangunan pengemasan dan penyimpanan sampah kering adalah tempat pengemasan dan tempat sementara sampah kering yang telah dikemas atau didaur ulang yang nantinya akan dijual ke bandar lapak atau pabrik yang menerima bahan hasil daur ulang sampah.

20 74 Tempat pengolahan sampah basah (Pengomposan) Pengolahan sampah basah pada Tempat Pengolahan Sampah Terpadu ini adalah dengan proses komposting. Pada proses komposting ini, peran mikroorganisme sangat besar, dimana mikroorganisme yang ada dalam sampah mendapatkan makanan dari sampah itu sendiri. Kondisi lingkungan berpengaruh bagi mikroorganisme dalam proses komposting terutama kadar air dan pengaturan aerasi (Tchobanaglous Theisen dan Vigil, 1993). Sedangkan komponen-komponen penunjang terdiri dari : Area parkir kontainer Kantor administrasi Gudang peralatan Toilet

21 75 a. Area penerima sampah Tempat ini mempunyai fungsi untuk menampung sementara sampah yang baru datang yang berasal dari truk pengangkut sampah. Dijadwalkan ada 4 kali pengangkutan setiap harinya dengan jam kerja efektif 8 jam/hari. - Volume total sampah = 1.529,38 m3/hari (lihat Tabel 6.8) - Pengangkutan = 4 x pengangkutan - Volume penampungan = 1.529,38 m 3 /hari/4 = 382,35 m 3 /pengangkutan. - Tinggi timbunan = 1,5 m - Luas lahan yang dibutuhkan = 382,35 m 3 / 1,5 m = 254,90 m 2 Untuk memudahkan ruang gerak bagi pekerja diberikan tambahan ruang sekitar area penerima sampah, maka : Panjang 20 m, Lebar 15 m, Luas 300 m 2. b. Tempat Pemilahan Sampah Tempat pemilahan ini berfungsi sebagai tempat pemilahan sampah kering dan residunya yang berupa sampah plastik, kertas, kaleng/besi/alumunium, botol/kaca, kain dan karet/kulit. Sedangkan untuk sisa pemilahan yang berupa sampah basah langsung ditampung pada lahan penampungan sebagai bahan kompos. Sampah yang dipilah sebesar 250,23 ton/hari. Jumlah tenaga pemilah sebanyak 96 orang. Tenaga pemilah bekerja sebanyak 4 kali pemilahan per hari. Jadi sampah yang dapat dipilah setiap 1 kali pemilahan sebesar 62,56 ton. Pada proses pemilahan sampah ini dibutuhkan alat yaitu belt conveyor dan keranjang.

22 76 Luas area kerja Direncanakan untuk tiap orang membutuhkan area kerja seluas 1 m 2. Luas area kerja = 1 m 2 x 96 orang = 96 m 2. Luas area keranjang Disetiap sisi kanan dan kiri pekerja terdapat 2 keranjang sebagai wadah hasil pilahan dengan diameter keranjang 0,5 m. Luas area keranjang = ¼ π x 0,5 2 x 2 x 96 = 37,71 m 2. Luas Area Belt Conveyor Belt Conveyor sortasi berfungsi untuk tahap sortasi dari sampah asal. Dalam proses ini dipilah barang-barang yang masih bersifat ekonomis, maupun bahan-bahan yang tidak diinginkan. Dimensi conveyor (W x H) : 0,8 x 1 m Waktu pemilahan = 2 jam Berat sampah = 250,23 ton / 4 = 62,56 ton Dengan mengetahui jumlah pekerja pemilah sebanyak 96 orang, masing-masing membutuhkan ruang ditambah 2 buah keranjang sehingga tiap pekerja membutuhkan ruang 2 meter, sehingga dibutuhkan panjang conveyor 101 meter. - Luas area belt conveyor = 101 m x 0,8 m = 80,8 m 2. - Kecepatan conveyor = Panjang/Waktu = 101 / 2 = 50,5 m/jam. - Kebutuhan lahan untuk pemilahan : = luas area kerja + luas area keranjang + luas area belt conveyor = 96 m ,71 m ,8 m 2 = 214,51 m 2.

23 77 Dengan mempertimbangkan untuk memudahkan ruang gerak bagi petugas diberikan tambahan area sekitar conveyor maka ukuran area pemilahan total : panjang 25 m, lebar 30 m, Luas 750 m 2. Peletakan conveyor dapat dilihat pada Gambar 6.4.

24 78

25 79 Luas Area Pemilah Plastik Pada tahap pemilahan kedua akan memisahkan plastik hasil pemilahan pertama berdasarkan jenisnya (PETE, HDPE, PVC, PS, PP) yang dilakukan secara manual. - Sampah plastik dipilah = 37,46 ton atau 451,06 m 3. (lihat Tabel 6.7) - Pengangkutan 4 kali = 451,06 m3 / 4 = 112,77 m 3. - Tinggi tumpukan = 1,5 m. - Luas lahan yang dibutuhkan = 112,77 m3 / 1,5 m= 75,18 m 2. Dengan pertimbangan untuk memudahkan ruang gerak bagi petugas serta peletakan keranjang hasil pemilahan diberikan tambahan ruang maka luas lahan pemilahan plastik : Panjang 15 m, Lebar 6 m, Luas 90 m 2. c. Tempat Pengemasan dan Penyimpanan Sampah Daur Ulang Tempat penyimpanan berfungsi untuk menampung sampah kering dari hasil pemilahan yang dilakukan. Sampah kering daur ulang hasil pemilahan kemudian dikemas berdasarkan jenisnya. Dalam pengemasan ini diperlukan karung kemasan dan alat pemadat (press) agar memudahkan penyimpanan dan pengangkutan terutama untuk barang lapak kertas dan plastik, Sampah kering daur ulang kemudian disimpan hingga siap dijual sebagai bahan daur ulang kebandar lapak tiap 2 hari sekali. - Asumsi kemampuan pemadatan = 40 % - Rencana tinggi tumpukan = 4 m.

26 80 Tabel Hasil Perhitungan Volume Sampah Kering Daur Ulang Komponen Setelah Volume Volume Komponen Pemadatan komponen 2 (m2/hari) dengan alat hari Plastik 451,06 180,42 360,85 Kertas 94,86 37,94 75,89 Logam/Aluminium 17,85 7,14 14,28 Kaca/Gelas 2,67 tidak dipadatkan 5,35 Karet/Kulit 1,95 tidak dipadatkan 3,91 Perhitungan kebutuhan lahan untuk tempat penyimpanan diperoleh dari volume tiap komponen dengan asumsi tinggi tumpukan 4 m, serta mempertimbangkan untuk kemudahan ruang gerak pekerja agar bisa keluar masuk untuk mengambil atau meletakan barang maka setiap panjang dan lebar direncanakan ditambahkan ukuran. Untuk perhitungan selengkapnya terdapat pada Tabel Tabel Kebutuhan Luas Lahan Penyimpanan Tiap Komponen Komponen Volume komponen Ukuran awal Ukuran rencana 2 hari Luas yang Panjang Lebar Panjang Lebar Luas (m3/hari) dibutuhkan (m) (m) (m) (m) (m2) (m2) Plastik 360,85 90, Kertas 75,89 18, Logam/ 14,28 3, Aluminium Kaca/Gelas 5,35 1, Karet/Kulit 3,91 0, Jumlah 115,07 168,00

27 81 d. Pengomposan Direncanakan sampah basah yang terangkut ke TPA akan diproses menjadi kompos. Metoda pengomposan yang direncanakan adalah dengan metoda open bin. Agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat, sampah basah setelah dicacah dicampur dengan bioaktivator (OrgaDec) kemudian ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu dan kelembaban. Metoda ini dipilih karena secara teknis mudah dikerjakan, tidak memerlukan keahlian khusus, tidak memerlukan waktu yang lama dan tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi. Langkah-langkah komposting dengan metoda open bin secara garis besar adalah : Persiapan sampah Sampah basah yang telah dipilah pada area sortir, dipindahkan ke area komposting. Volume sampah basah yang akan dikomposkan setiap harinya sampai tahun 2022 adalah : = jumlah sampah basah x recovery factor = 601,95 m3/hari x 91,09 % = 548,32 m3/hari atau 159,41 ton/hari (lihat Tabel 6.7). Pencacahan dengan mesin pencacah Sampah basah tersebut kemudian dicacah. Pencacahan dilakukan untuk memperkecil dan menghomogenkan ukuran sampah yang akan diolah. Proses pencacahan dilakukan dengan mesin pencacah sampah basah. Semakin kecil atau halus ukuran bahan baku, proses pengomposan akan

28 82 semakin cepat karena bahan baku berukuran kecil mudah terdekomposisi (terurai). Ukuran materi sampah basah sebaiknya antara 2-4 cm. Pencampuran bioaktivator Bioaktivator yang digunakan dalam pembuatan kompos ini adalah OrgaDec. Setiap 12,5 kg OrgaDec untuk 1 ton bahan baku. Jadi dalam pembuatan kompos ini diperlukan OrgaDec sebanyak 559,03 kg OrgaDec per hari. Bioaktivator dicampur dengan bahan baku yang sudah tercacah, kemudian diaduk hingga semua bahan tercampur rata. Penyusunan tumpukan Masukkan ¼ bahan baku ke dalam kotak kemudian disiram air sampai kadar air mencapai 40% - 50% (Jika campuran bahan tersebut dikepal dengan tangan tidak keluar air dan jika kepalan dilepas campuran bahan tidak akan mengembang atau pecah), masukkan lagi ¼ bagian dan siram air lagi, begitu seterusnya hingga mencapai ketinggian 1,25 m. Proses fermentasi Campuran bahan yang sudah ditambahkan bioaktivator difermentasi dengan cara menutupnya dengan lembaran plastik transparan untuk mempertahankan suhu dan kelembaban agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat kemudian membiarkannya selama 21 hari. Pembalikan kompos dilakukan jika temperatur meningkat melebihi 65 C atau setiap 1 minggu kemudian dilakukan penutupan lagi. Pembalikan dengan cara memindahkan tumpukan ke tempat tumpukan yang ada disampingnya demikian seterusnya. Dengan tetap memastikan bahwa pembalikan dengan

29 83 memutar posisi tumpukan sampah bagian luar menjadi tumpukan bagian dalam dan sebaliknya bagian dalam menjadi lapisan paling luar. Pematangan dan pengayakan Kompos yang sudah jadi kemudian dimatangkan/didinginkan selama 1 minggu. Sebelum pengemasan perlu dilakukan pengayakan dengan menggunakan mesin pengayak agar ukurannya seragam dan memisahkan bagian kompos yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator. Pengemasan dan penyimpanan Setelah dikemas dengan berbagai ukuran kemasan, kompos kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan. 1) Area penampungan sampah basah Setelah proses pemilahan, sampah basah kemudian diletakan pada lokasi penampungan untuk langsung dicacah dengan mesin pencacah sampah basah, selah itu dilakukan penyusunan tumpukan dilahan pengomposan. Perhitungan kebutuhan area penampungan sampah basah adalah sebagai berikut : - Volume sampah basah = 548,32 m 3 /hari - Pengangkutan = 4 kali perhari - Volume sampah basah yang diolah = 548,32 m 3 /hari / 4 = 137,08 m 3 - Direncanakan tinggi timbunan = 1 m - Maka luas = 137,08 m3 / 1 m = 137,08 m 2.

30 84 Kebutuhan mesin pencacah Untuk pencacah sampah basah digunakan mesin pencacah dengan kapasitas sebesar 5 m3/jam dengan dimensi (L x W x H ) : 2 x 1 x 1,75 m. Satu unit mesin pencacah ini hanya bisa mencacah sampah sebanyak 10 m3/pengangkutan padahal sampah basah yang akan dikomposkan sebanyak 137,08 m3/pengangkutan. Maka untuk mencacah sampah basah diperlukan 14 alat pencacah. Sebagai cadangan untuk menghindari terganggunya proses akibat kerusakan alat disediakan 1 alat pencacah cadangan, sehingga jumlah alat pencacah yang dibutuhkan 15 buah. Dengan mempertimbangkan ruang gerak bagi pekerja maka luas lahan yang direncanakan untuk tempat penampungan sampah basah dan alat pencacah sampah : Panjang 20 m, Lebar 10 m, Luas 200 m 2. 2) Lahan Pengomposan Setelah kegiatan pencacahan, sampah basah kemudian ditumpuk pada lokasi pengomposan. Lahan untuk komposting harus berlantai kedap air dan beratap hal ini untuk menghindari tumpukan dari air hujan. Kebutuhan lahan untuk komposting : - Sampah yang dikompos = 548,32 m 3 /hari - Penyusutan selama pencacahan diasumsikan 10% volume - Volume sampah setelah penyusutan selama pencacahan = 493,48 m 3 /hari. - Waktu pengomposan = 21 hari

31 85 - Tinggi tumpukan direncanakan = 1,25 m - Lahan untuk 1 x pengomposan = 493,48 m3 / 1,25 m = 394,79 m 2 - Pengomposan berlangsung selama 21 hari, maka lahan total yang dibutuhkan adalah 21 x 394,79 m 2 = 8.290,52 m 2. - Direncanakan 1 reaktor pengompos dengan panjang 4 m dan lebar 4 m jadi 1 lahan reaktor = 16 m 2. Sehingga jumlah reaktor yang dibutuhkan setiap hari adalah 25 bak reaktor pengompos. Bak reaktor kompos dapat dilihat pada Gambar Dengan lama proses komposting 21 hari dibutuhkan 518 bak reaktor kompos dengan posisi berjajar 37 reaktor ke arah memanjang dan 14 reaktor ke arah lebar. Dengan mempertimbangkan jarak antar reaktor (1 m) dan ruang gerak bagi pekerja, total lahan yang dibutuhkan adalah panjang 160 m dan lebar 70 m, Luas = m2. 3) Lahan pematangan Mengingat penyusutan bahan organik yang terjadi selama proses pengomposan adalah 70% (berat), maka jumlah hasil akhir kompos adalah 30% dari jumlah tumpukan awal, lahan pematangan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : - Sampah basah = 159,41 ton = kg - Berat jenis kompos = 289,61 kg/m3 - Tinggi tumpukan direncanakan = 3 m - Proses pematangan = 7 hari

32 86 - Berat kompos = 30% x kg = kg - Volume kompos = kg / 289,61 kg/m3 = 165,13 m3 - Tinggi tumpukan direncanakan = 3 m - Lahan yang dibutuhkan = 165,13 m3 / 3 m = 55,04 m2 - Proses pematangan = 7 hari - Total Kebutuhan Lahan = 55,04 m2 x 7 = 385,30 m2 - Jadi lahan pematangan yang dibutuhkan : Panjang 39 m, Lebar 10 m, Luas = 390 m2. 4) Lahan pengayakan dan pengemasan Kegiatan pengayakan bertujuan untuk memisahkan kompos yang halus dan kasar. Pengayakan kompos digunakan mesin pengayak dengan kapasitas sebesar 10 m3/jam dengan dimensi (L x W x H ) : 5 x 2 x 2,5 m. Satu unit mesin pengayak ini bisa mengayak kompos sebanyak 80 m3/hari (1 hari 8 jam kerja), sedangkan volume kompos hasil dari pematangan sebanyak 165,13 m3/hari. Maka untuk pengayak kompos diperlukan 2 alat pengayak. Sebagai cadangan untuk menghindari terganggunya proses akibat kerusakan alat disediakan 1 alat pengayak cadangan, sehingga jumlah alat pengayak yang dibutuhkan 3 buah. Setelah dilakukan pengayakan kompos langsung dikemas di lokasi yang sama, selanjutnya kemasan kompos disimpan di gudang. Dengan mempertimbangkan ruang gerak bagi pekerja maka luas lahan yang direncanakan untuk tempat pengayakan dan pengemasan kompos yaitu : Panjang 16 m, Lebar 10 m, Luas = 160 m 2.

33 87 5) Gudang penyimpanan kompos Ukuran gudang dapat diperhitungkan berdasarkan kesetaraan antara berat dan volume kompos matang, yaitu 1 m 3 ruangan mampu menampung ± 700 kg kompos dalam karung atau kemasan (Noviantun, 2007). Kebutuhan ruang untuk menyimpan kompos : - Berat kompos = kg/hari - Lama penyimpanan direncanakan = 3 hari - Tinggi tumpukan = 1,5 m - Volume kompos = ( kg/hari x 3 hari) / 700 kg/m3 = 204,96 m 3 - Luas = (204,96 m3) / (1,5 m) = 136,64 m 2. - Untuk memudahkan pekerjaan diberi tambahan ruang gerak bagi pekerja : Panjang 15 m, Lebar 10 m, Luas = 150 m 2. 6) Penampungan lindi kompos Penampungan lindi di lahan pengomposan dibuat saluran lindi yang berfungsi menyalurkan lindi menuju bak penampung lindi. Lindi yang tertampung pada bak penampung lindi digunakan untuk penyiraman kompos dengan tujuan mempertahankan suhu dan kelembaban pada saat pengomposan. Perhitungan debit lindi menggunakan Metoda Kesetimbangan Air, dihitung setiap m2 untuk setiap bak reaktor : Kadar air sampah = 60% Berat jenis sampah basah = 290,72 kg/ m 3 Tinggi reaktor kompos = 1,25 m

34 88 Ukuran bak reaktor = 4 m x 4 m Berat sampah = (20 m3 x 290,72 kg/m3) / 16 m2 = 363,4 kg Berat kering sampah = 363,4 kg x (100 60)% = 145,36 kg Berat basah sampah = Berat sampah x 60 % = 363,4 kg x 60% = 218,04 kg Berat air dalam timbunan = infiltrasi + berat sampah basah = ,04 kg = 218,04 kg Perhitungan neraca air pada tahun pertama (belum terbentuk gas) Berat air untuk produksi gas = 0 Berat uap air dalam gas = 0 Berat air dalam sampah = 218,04 kg Berat kering sampah = 145,36 kg Berat rata-rata sampah (W) = 0,5 x (berat kering + berat air dalam timbunan) = 0,5 x (145,36 kg + 218,04 kg) = 181,70 kg = 306,25 lb FC = 0,6 0,55 x = 0,6 0,55 x = 0,58 Berat air dalam sampah = FC x Berat kering sampah = 0,58 x 145,36 kg = 84,84 kg Berat lindi = Berat air dalam timbunan berat air dalam sampah = 218,04 kg 84,84 kg = 133,20 kg Berat jenis air lindi = 1300 kg/m3 (Noviantun, 2007) Debit lindi tiap reaktor = (Berat lindi / berat jenis air lindi) x Luas 1 reaktor.

35 89 = x 16 m2 = 1,64 m3/hari = 0, m3/dtk Jadi debit lindi seluruh reaktor = 518 x 0, m 3 /dtk = 0,0098 m 3 /dtk Kebutuhan ruang bak penampung lindi kompos : - Q lindi = 0,0098 m 3 /dtk - td = 8 jam - Rencana kedalam bak = 2 m - Volume bak = 0,0098 m3/dtk x (8 x 3600) = 283,07 m 3 - Luas bak = (283,07 m 3 ) / 2 m = 141,53 m 2. Panjang = 16 m, Lebar = 9 m, Luas = 144 m 2 Dari perhitungan di atas, diperoleh kebutuhan lahan untuk pembangunan bangunan pengolah sampah dapat dilihat pada Tabel Tabel 6.12 Hasil Perhitungan Kebutuhan Lahan Bangunan Pengolahan Sampah No Komponen Luas Lahan (m2) 1 Area penerimaan sampah Tempat pemilahan sampah dengan konveyor Tempat memilah sampah plastik terpilah 90 4 Tempat menyimpan sampah daur ulang Tempat penampungan sampah basah dan alat pencacah Lahan pengomposan Lahan pematangan Pengayakan dan pengemasan Gudang penyimpanan kompos Bak penampung lindi kompos Toilet 16 Jumlah

36 90 e. Komponen Penunjang Komponen penunjang TPST di TPA Peh Kabupaten Jembrana terdiri dari : 1. Area parkir kontainer residu Lahan kontainer residu ini direncanakan berfungsi untuk menampung sisa hasil pemilahan dan hasil pengolahan sampah basah maupun sampah kering. Area ini merupakan ruang terbuka yang terletak dekat dengan lahan bangunan penerima untuk memudahkan proses pengangkutan residu ke TPA dengan luas 30 m Kantor administrasi Kantor ini berfungsi untuk memudahkan kegiatan administrasi. Bangunan kantor ini berdekatan atau bisa menjadi satu dengan bangunan gudang peralatan dan toilet untuk memudahkan pencatatan dan pengawasan setiap peralatan yang keluar dan masuk oleh petugas. Selain itu sekaligus berfungsi sebagai rumah jaga. Kantor terdiri dari ruangan administrasi yang berisi satu unit komputer, ruang tempat tidur untuk penjaga, toilet dan dapur kecil dengan luas 50 m Gudang peralatan dan toilet Berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan-peralatan pengolahan ataupun peralatan/perlengkapan penunjang dalam proses pengolahan, seperti keranjang, kemasan pembungkus, peralatan/mesin cadangan dan sebagainya dengan luas 28 m 2.

37 91 4. Jembatan timbang Direncanakan berukuran 6 m x 5 m atau dengan luas 30 m 2. Hasil Perhitungan luas total lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan bangunan pengolah sampah dapat dilihat pada Tabel Tabel 6.13 Luas Total Lahan Yang Dibutuhkan Bangunan TPST No Komponen Luas Lahan (m2) 1 Bangunan pengolahan sampah Area kontainer residu 30 3 Kantor 50 4 Gudang peralatan dan toilet 23 5 Jembatan timbang 30 Jumlah Gambar selengkapnya mengenai layout TPST dapat dilihat pada Gambar 6.5, Gambar 6.6, Gambar 6.7, Gambar 6.8 dan Gambar 6.9. Adapun alur pengolahan sampah di TPST berdasarkan Gambar 6.5 yaitu dimulai dari sampah dilewatkan jembatan timbang (15) selanjutnya sampah letakan di area penerima (1). Pada area pemilahan (2) sampah mulai dipilah antara barang lapak dan residu, sehingga sampah pada area pencacahan berupa sampah basah yang siap dicacah untuk dilakukan pengomposan (5), sedangkan untuk sampah plastik yang sudah terpilah dilakukan pemilahan ke dua berdasarkan jenisnya (4). Sampah basah yang sudah menjadi kompos selanjutnya dilakukan proses pematangan (6) dan pengayakan (7). Hasil pemilahan berupa barang lapak dan kompos selanjutnya disimpan pada area gudang (8, 9, 10, 11, 12, 13) sebelum di jual.

38 92

39 93

40 94

41 95

42 96

43 Kebutuhan Tenaga Kerja a. Tenaga Pengangkut Di Area Penerima Sampah Pekerja ini dibutuhkan untuk mengangkut sampah di area penerima ke Conveyor (area pemilahan), juga mengangkut hasil pemilahan ke area pengemasan dan ke kontainer residu yang dilakukan secara manual dengan bantuan gerobak dorong : - Asumsi kemampuan mengangkut (volume sampah/orang/pengangkutan) = ± 15 m 3 /orang/pengangkutan. - Jumlah sampah di area penerima 1 x pengangkutan = 382,35 m 3 - Jadi kebutuhan tenaga kerja pengangkut = (382,35 m3)/(15 m3) = 26 orang. b. Tenaga Pemilah Di Conveyor Tenaga pemilah ini bekerja selama sehari (jam kerja efektif 8 jam/hari) dengan 4 kali pemilahan, jadi setiap 1 kali pengangkutan diperkirakan membutuhkan waktu pemilahan 2 jam. - Direncanakan kemampuan memilah sampah tercampur setiap 1 orang pekerja = 4 m3/orang.hari. = (4 m 3 ) / (8 jam) = 0,5 m 3 /jam - Densitas sampah lepas = 200 kg/ m 3. - Jadi kemampuan pekerja memilah = 0,5 m3/jam x 200 kg/m3 = 100 kg/jam = 0,1 ton/orang.jam

44 98 1. Pemilah kayu dan residunya : * Berat sampah kayu = (3,86 ton) / 4 = 0,97 ton = = = 4,83 orang = 5 orang 2. Pemilah kertas dan residunya * Berat sampah kertas = (19,82 ton) / 4 = 4,96 ton = = = 24,78 orang = 25 orang 3. Pemilah plastik dan residunya * Berat sampah plastik = (37,46 ton) / 4 = 9,37 ton = = = 46,83 orang = 47 orang 4. Pemilah kaca/gelas dan residunya * Berat sampah kaca/gelas = (2,45 ton) / 4 = 0,61 ton =

45 99 = = 3,06 orang = 3 orang 5. Pemilah karet/kulit dan residunya * Berat sampah karet/kulit = (2,14 ton) / 4 = 0,54 ton = = = 2,68 orang = 3 orang 6. Pemilah logam/aluminium dan residunya * Berat sampah logam/aluminium = (2,86 ton) / 4 = 0,71 ton = = = 3,57 orang = 4 orang 7. Pemilah kain dan residunya * Berat sampah kain = (2,20 ton) / 4 = 0,55 ton = = = 2,75 orang = 3 orang 8. Pemilah sampah lain-lain dan residunya * Berat sampah sampah lain-lain = (4,43 ton) / 4 = 1,11 ton

46 100 = = = 5,54 orang = 6 orang - Jadi jumlah tenaga pemilah di Conveyor yang dibutuhkan adalah 96 orang. c. Tenaga Pemilah Plastik Plastik hasil pemilahan pertama selanjutnya dipilah lagi berdasarkan jenisnya (PETE, HDPE, PVC, LDPE, PS, PP). Menurut Tchobanaglous Theisen dan Vigil, (1993), setiap 1 orang pekerja dapat memilah plastik tercampur 0,1 0,4 ton/jam. Dalam perencanaan ini setiap 1 orang pekerja dapat memilah 0,2 ton/jam. Berat plastik tercampur = (29,44 ton) / 4 = 7,36 ton = = = 18,40 orang = 18 orang - Jadi jumlah tenaga pemilah plastik tercampur yang dibutuhkan adalah 18 orang.

47 101 d. Tenaga pengemasan barang lapak Pekerja ini bekerja selama sehari dengan 4 kali pengemasan yaitu sesuai dengan pengangkutan perharinya. - Berat total barang lapak = (29.437,35 kg) / 4 = 7.359,34 kg - Waktu maksimal pengemasan = 10 menit - Jam kerja 1 kali pengemasan = 2 jam = 120 menit - Kapasitas pengemas = 50 kg - Jumlah kemasan per 1 periode pengemasan = (7.359,34 kg)/(50 kg) = 147 kemasan - Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan = = 12 orang e. Tenaga pengomposan Direncanakan tenaga kerja untuk kegiatan pengomposan sampah basah terdiri dari tenaga di area pencacahan hingga pengemasan produk kompos yang berjumlah 110 orang dengan rincian sebagai berikut : Pada area pencacahan di operasikan 14 mesin pencacah dengan pekerja sebanyak 28 orang. Kegiatan komposting sampah basah menggunakan metoda open bin. Agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat, sampah basah setelah dicacah dicampur dengan bioaktivator (OrgaDec) kemudian ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu dan kelembaban. Sehingga waktu pembalikan kompos dilakukan setiap 7 hari :

48 102 - Asumsi kemampuan penanganan sampah = 10 m3/orang.hari - Volume sampah untuk kompos = 493,48 m3 - Jumlah tenaga pengomposan = = 49,348 = 50 orang Pada area pengayakan dan pengemasan di operasikan 2 mesin pengayak dengan pekerja pengayak sebanyak 6 orang dan pengemas produk kompos sebanyak 26 orang. f. Operator peralatan teknik Operator peralatan dan teknik bertugas menjalankan mesin-mesin dan kendaraan yang ada termasuk perawatan peralatan pengolahan dan juga bertugas untuk memperbaiki jika ada peralatan yang mengalami kerusakan. - Operator dan teknisi mesin dan kendaraan = 4 orang - Operator dan teknisi listrik = 2 orang g. Operator dan pengawas timbangan Operator dan pengawas penimbangan bertugas melaksanakan serta mengawasi proses penimbangan di setiap lahan. - Lahan penerimaan = 1 orang - Lahan pemilahan = 2 orang - Lahan penyimpanan = 1 orang

49 103 h. Administrasi Administrasi bertugas mengatur pembukuan keuangan, pendataan sampah yang masuk dan penjualan. Direncanakan bagian administrasi sebanyak 3 orang, dengan rincian : - Lahan penerima = 1 orang - Lahan pemilahan = 1 orang - Lahan penyimpanan = 1 orang i. Keamanan Petugas keamanan direncanakan sebanyak 3 orang, bertugas secara umum atas keamanan sarana dan prasarana dalam TPST. j. Manajer Diperlukan manajer operasional (1 orang) yang bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional dan juga manajer teknik (1 orang) yang bertanggung jawab terhadap kegiatan mechanical electrical. Total kebutuhan tenaga kerja untuk pengolahan sampah di TPST pada Tabel 6.14.

50 104 Tabel 6.14 Hasil Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja TPST No Tenaga Kerja Penerimaan Pemilahan Pengolahan Penyimpanan Total 1 Manajer Operasional Manajer Teknik Tenaga pengangkut di area penerimanaan Tenaga pemilah di conveyor Tenaga pemilah plastik tercampur Tenaga pengemasan barang lapak Tenaga pengomposan Operator peralatan dan tenik Operator dan pengawas penimbangan Administrasi Keamanan 3 3 Total Kebutuhan peralatan pendukung dalam unit TPST Selain kebutuhan alat berat, untuk memperlancar pekerjaan harus juga mempertimbangkan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dalam unit TPST. Peralatan pendukung meliputi : a. Keranjang Keranjang berfungsi sebagai tempat hasil pemilahan. Keranjang berbentuk tabung dengan diameter 50 cm. b. Sepatu boot dan sarung tangan Sepatu boot dan sarung tangan berfungsi untuk menjaga pekerja dalam keadaan kering dan tidak bersentuhan langsung dengan sampah.

51 105 c. Masker Masker berfungsi untuk melindungi pekerja dari bau sampah, sehingga tidak mengganggu pernapasan. d. Ganco Ganco/pengeruk diperlukan untuk mengambil sampah secara manual Pengaruh Terhadap TPA Bangunan TPST ini direncanakan dibangun pada area sebelum masuk kawasan penimbunan sampah di TPA. Dengan adanya upaya pengolahan sampah pada unit TPST diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA sehingga menambah umur pakai TPA. a. Daya Tampung TPA Daya tampung TPA dipengaruhi oleh metoda lahan urug yang digunakan, kedalaman dasar TPA, ketinggian timbunan, volume sampah yang dibuang, kepadatan sampah dan kemampuan pengurangan volume sampah di sumber. Berdasarkan Petunjuk Teknis Tata Cara Perencanaan TPA Sampah Perhitungan daya tampung TPA dilakukan dengan menggunakan rumus berikut : L = x 0,8022 x 1,15 Dasar perhitungan daya tampung TPA ini antara lain : - Luas lahan (L) = 3 ha = m2 - Ketinggian lahan yang masih bisa ditimbun (T) = 10 m, termasuk 15 % rasio tanah penutup. - Kemampuan mereduksi sampah = 80,22 %.

52 106 - Asumsi tingkat pemadatan di TPA = 600 Jadi volume sampah yang telah dipadatkan sebesar : = x 0,8022 x 1,15 V = V = 541,99 m3/hari x 365 hari V = ,54 m 3. Sehingga volume total sampah yang telah dipadatkan adalah ,54 m 3. b. Masa pakai TPA tanpa penanganan Dengan mengetahui daya tampung lahan TPA, dapat dihitung masa pakai dari area penimbunan ini tanpa ada reduksi atau upaya penanganan. Dasar perhitungan masa pakai lahan penimbunan ini antara lain : - Timbulan sampah = 2,75 L/orang hari - Densitas sampah lepas = 200 kg/ m 3 - Densitas sampah terkompaksi = 600 kg/ m 3 - Volume sampah yang diangkut ke TPA = Jumlah penduduk x Timbulan Sampah x tingkat pelayanan x 365 hari - Berat sampah yang diangkut ke TPA = volume sampah x 258,95 kg/ m 3 - Volume sampah terkompaksi = (berat sampah) / (600 kg/m3) Contoh perhitungan sebagai berikut : (untuk tahun 2013) - Sampah yang terangkut = ,72 kg - Volume sampah terkompaksi = = ,53 m3 - Volume sampah kumulatif = ,53 m 3.

53 107 Perhitungan masa pakai TPA Peh tanpa penanganan ditunjukkan pada Tabel Tabel 6.15 Proyeksi Masa Pakai Areal Penimbunan TPA tanpa Penanganan. No Tahun Sampah yang terangkut ke TPA Volume (m2/thn) Berat (Kg/thn) Volume sampah terkompaksi (m3) Volume sampah kumulatif (m3) , , , , , , , ,50 TPA PENUH , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,30 Dari Tabel 6.15 diketahui bahwa masa pakai lahan penimbunan di TPA Peh Kabupaten Jembrana tanpa penanganan adalah sebagai berikut : 2 + = 35 bulan Tanpa penanganan sampah yang masuk TPA Peh Kabupaten Jembrana diperkirakan dapat digunakan hingga bulan Nopember Jika disimulasikan masa pakai lahan penimbunan di TPA Peh Kabupaten Jembrana tanpa penanganan dengan tingkat pelayanan 70% di tahun 2022 seperti pada tabel 6.16.

54 108 Tabel 6.16 Proyeksi Masa Pakai Areal Penimbunan TPA tanpa Penanganan dengan tingkat pelayanan 70% tahun No Tahun Sampah yang terangkut ke TPA Volume (m3/thn) Berat (Kg/thn) Volume sampah terkompaksi (m3) Volume sampah kumulatif (m3) , , , , , , , , , , , ,02 TPA PENUH , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,38 Tanpa penanganan sampah dan dengan tingkat pelayanan 70% di tahun 2022, TPA Peh Kabupaten Jembrana diperkirakan dapat digunakan hingga tahun c. Masa pakai TPA dengan adanya upaya daur ulang pada unit TPST Dengan mengacu pada volume sampah yang masih dapat didaur ulang sebagaimana tertuang dalam material balance, maka dapat diperhitungkan masa pakai TPA sebagai berikut : - Timbulan sampah = 2,75 L/orang hari - Densitas sampah lepas = 200 kg/ m 3 - Densitas sampah terkompaksi = 600 kg/ m 3 - Volume sampah yang diangkut ke TPA = Jumlah penduduk x Timbulan Sampah x tingkat pelayanan x 365 hari

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI Ishak Bafadal dan Yulinah Trihadiningrum 2 Program Pasca Sarjana Teknik Lingkungan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA

KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA Teguh Jaya Permana dan Yulinah Trihadiningrum Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman

Lebih terperinci

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI Spectra Nomor 18 Volume IX Juli 2011: 26-35 PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI Filosovia Titis Sari Hardianto Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Sistem

Lebih terperinci

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Oleh : Dorry Jaya W (3306 100 053) Dosen Pembimbing : Ir. Didik Bambang S., MT JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT SONNY SAPUTRA 3305100076 PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT Latar Belakang Kecamatan Gedangan yang berlokasi di Sidoarjo Jawa Timur merupakan kecamatan yang padat penduduknya. dengan penduduk lebih dari

Lebih terperinci

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY KECAMATAN ARJASA, KABUPATEN JEMBER MATERIAL RECOVERY FACILITY DESIGN FOR ARJASA DISTRICT, JEMBER REGENCY

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY KECAMATAN ARJASA, KABUPATEN JEMBER MATERIAL RECOVERY FACILITY DESIGN FOR ARJASA DISTRICT, JEMBER REGENCY PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY KECAMATAN ARJASA, KABUPATEN JEMBER MATERIAL RECOVERY FACILITY DESIGN FOR ARJASA DISTRICT, JEMBER REGENCY Nama Mahasiswa Pembimbing : Fajar Dwinugroho : Ir. Didik

Lebih terperinci

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB III METODE PERENCANAAN 37 BAB III METODE PERENCANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Perencanaan 3.1.1 Tempat Perencanaan Perencanaan Instalasi Pengolahan Sampah (IPS) dilaksanakan di Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna yang

Lebih terperinci

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi Lay out TPST A A B ke TPA 1 2 3 B 14 10 11 12 13 4 Pipa Lindi 18 15 9 8 18 7 5 19 16 17 18 1) Area penerima 2) Area pemilahan 3) Area pemilahan plastik 4) Area pencacah s.basah 5) Area pengomposan 6) Area

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU) PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU) I Gusti Ayu Nyoman Sugianti dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL ) PRESENTASI TESIS PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL ) DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. YULINAH TRIHADININGRUM, MApp.Sc OLEH : MALIK EFENDI (3310202708)

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) Oleh : Shinta Dewi Astari 3308 202 006 Dosen Pembimbing : I.D.A.A Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D. PROGRAM

Lebih terperinci

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK 6.1. Pewadahan Sampah Pewadahan individual Perumahan Cipinang Elok pada umumnya dibagi menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY DI KECAMATAN SUKOLILO- SURABAYA

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY DI KECAMATAN SUKOLILO- SURABAYA Seminar tugas akhir PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY DI KECAMATAN SUKOLILO- SURABAYA OLEH LINA PRATIWI R (3306100045) DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Yulinah T., MApps,Sc 1 L A T A R B E L A K A N G PENDAHULUAN

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK Joko Widodo dan Yulinah Trihadiningrum Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP - ITS Surabaya ABSTRAK Pembuangan akhir sampah yang

Lebih terperinci

EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL

EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL Rofihendra 1 dan Yulinah Trihadiningrum 2 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Prasarana

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dari aktivitas institusi, hasil pertanian dan perkebunan serta sapuan jalan dapat dilihat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dari aktivitas institusi, hasil pertanian dan perkebunan serta sapuan jalan dapat dilihat 61 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Sampah di PPK Sampoerna Sampah yang dihasilkan di PPK Sampoerna merupakan sampah yang berasal dari aktivitas institusi, hasil pertanian dan perkebunan serta

Lebih terperinci

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN E-3-1 OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN Achmad Safei, Joni Hermana, Idaa Warmadewanthi Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo ABSTRAK Penyebab utama permasalahan sampah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR NABELLA RIZKI ANDRIANI DOSEN PEMBIMBING : SUSI AGUSTINA WILUJENG, S.T., M.T

TUGAS AKHIR NABELLA RIZKI ANDRIANI DOSEN PEMBIMBING : SUSI AGUSTINA WILUJENG, S.T., M.T TUGAS AKHIR TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH TEMPAT PELELANGAN IKAN, BANDARA INTERNASIONAL JUANDA DAN PASAR DAN DI KECAMATAN SEDATI DAN KECAMATAN WARU, KABUPATEN SIDOARJO NABELLA RIZKI ANDRIANI 3310 100 002

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG NANANG FAKHRURAZI 1,JONI HERMANA 2, IDAA WARMADEWANTHI 2 1 Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1.

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1. 40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Aspek Teknis 5.1.1 Data Jumlah Penduduk Data jumlah penduduk Kabupaten Jembrana selama 10 tahun terakir berturut turut disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1.

Lebih terperinci

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang PERANSERTA MASYARAKAT DALAM USAHA MEMPERPANJANG MASA PAKAI TPA KEBON KONGOK KOTA MATARAM Imam Azhary, Ellina S. Pandebesie Program Pascasarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Email: imam_dpu@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB III METODE PERENCANAAN BAB III METODE PERENCANAAN 1.1 Wilayah Perencanaan Perencanan TPST ini berlokasi di Kelurahan Pemurus Dalam yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG PRESENTASI TESIS 1 PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG M. AGUS RAMDHAN (3310202701) PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TEKNIK PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN UMUR PAKAI TPA TANAH GROGOT DAN PEMANFAATAN SAMPAH DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN PENINGKATAN UMUR PAKAI TPA TANAH GROGOT DAN PEMANFAATAN SAMPAH DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN PENINGKATAN UMUR PAKAI TPA TANAH GROGOT DAN PEMANFAATAN SAMPAH DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Muhammad Zul aiddin, I D A A Warmadewanti Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 Environmental Engineering ITB - 2010 KELOMPOK 2 Dian Christy Destiana 15308012 Vega Annisa H. 15308014 Ratri Endah Putri 15308018 M. Fajar Firdaus 15308020 Listra Endenta

Lebih terperinci

POTENSI PEMANFATAN SAMPAH DI PASAR LEUWILIANG, CIGUDEG DAN JASINGA KABUPATEN BOGOR MELALUI PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU

POTENSI PEMANFATAN SAMPAH DI PASAR LEUWILIANG, CIGUDEG DAN JASINGA KABUPATEN BOGOR MELALUI PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU INFOMATEK Volume 9 Nomor 2 Desember 207 POTENSI PEMANFATAN SAMPAH DI LEUWILIANG, CIGUDEG DAN JASINGA KABUPATEN BOGOR MELALUI PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU Ratnaningsih *), Pramiati Purwaningrum, Fajriani Widya

Lebih terperinci

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG Delfianto dan Ellina S. Pandebesie Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK 7.1. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah Total timbulan sampah yang diangkut dari Perumahan Cipinang Elok memiliki volume rata-rata

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P OLEH : SIGIT NUGROHO H.P 3110040708 MENGAPA SAMPAH DOMESTIK Sampah Domestik (khususnya rumah tangga) merupakan Penyumbang terbesar ( menurut penelitian mencapai 80 % sampah dikediri berasal dari sampah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

POTENSI EKONOMI TIMBUNAN SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK

POTENSI EKONOMI TIMBUNAN SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK POTENSI EKONOMI TIMBUNAN SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK Imam Mahmudin danyulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa

Lebih terperinci

POTENSI DAUR ULANG SAMPAH DI KOTA CIREBON

POTENSI DAUR ULANG SAMPAH DI KOTA CIREBON POTENSI DAUR ULANG SAMPAH DI KOTA CIREBON Junaedi Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Cirebon Jln. Tuparev No. 70 A Cirebon email: junaedi@yahoo.com ABSTRAK Salah satu permasalahan

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL YANG DICAPAI. 4.1 Proyeksi Timbulan Sampah dan Perkiraan Masa Layanan TPA Muara Fajar Kota Pekanbaru

BAB 4. HASIL YANG DICAPAI. 4.1 Proyeksi Timbulan Sampah dan Perkiraan Masa Layanan TPA Muara Fajar Kota Pekanbaru BAB 4. HASIL YANG DICAPAI 4.1 Proyeksi Timbulan dan Perkiraan Masa Layanan TPA Muara Fajar Kota Pekanbaru Proyeksi timbulan sampah dihitung berdasarkan data jembatan timbang (weight volume analysis) selama

Lebih terperinci

Kata kunci : Sampah, Reduksi, daur ulang, kawasan komersial dan Malioboro

Kata kunci : Sampah, Reduksi, daur ulang, kawasan komersial dan Malioboro ANALISIS POTENSI REDUKSI SAMPAH DI KAWASAN KOMERSIAL MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA Cesaria Eka Yulianti Sri Hastuti dan Susi Agustina Wilujeng Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA Shinta Dewi Astari dan IDAA Warmadewanthi Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program Pascasarjana, Institut Teknologi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK TUGAS SANITASI MASYARAKAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK Disusun Oleh : KELOMPOK Andre Barudi Hasbi Pradana Sahid Akbar Adi Gadang Giolding Hotma L L2J008005 L2J008014 L2J008053 L2J008078

Lebih terperinci

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya * email:

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI KELURAHAN SEMPAJA SELATAN KOTA SAMARINDA

PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI KELURAHAN SEMPAJA SELATAN KOTA SAMARINDA PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI KELURAHAN SEMPAJA SELATAN KOTA SAMARINDA Muhammad Busyairi*, Justia Dhika Ramadhan dan Dyah Wahyu Wijayanti Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya Tugas Akhir 091324 Diajukan Oleh: Nurul Setiadewi 3310100017 Dosen Pembimbing: Welly Herumurti, S.T., M.Sc Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari,

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ABSTRAK KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kuantitas sampah kota. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi

Lebih terperinci

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS Makalah EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS STUDI KASUS : UPT PENGOLAHAN SAMPAH DAN LIMBAH KOTA PROBOLINGGO IKA KRISTINA DEWI NRP. 3108 040 701 12/15/2008 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR VISI DAN MISI VISI Meningkatkan Kebersihan dan Keindahan Kota Denpasar Yang Kreatif dan Berwawasan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS Puji Setiyowati* dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya * email:

Lebih terperinci

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Sampah dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan jumlah

Lebih terperinci

EVALUASI METODE PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK UMUR LAYAN DI TPA PUTRI CEMPO

EVALUASI METODE PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK UMUR LAYAN DI TPA PUTRI CEMPO EVALUASI METODE PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK UMUR LAYAN DI TPA PUTRI CEMPO Silvia Yulita Ratih Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Surakarta Jl. Raya Palur KM 05 Surakarta E-mail : kenabim_249@yahoo.com

Lebih terperinci

Pengaruh Reduksi Sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) terhadap Produksi Gas Rumah Kaca di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Madiun

Pengaruh Reduksi Sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) terhadap Produksi Gas Rumah Kaca di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Madiun Pengaruh Reduksi Sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) terhadap Produksi Gas Rumah Kaca di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Madiun DISUSUN OLEH: TALENT NIA PRAMESTYAWATI 3309100053 DOSEN PEMBIMBING:

Lebih terperinci

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr) LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.53/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA FORMULIR ISIAN SISTEM MANAJEMEN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang dibangun di atas lahan seluas 27 Ha di Dusun Betiting, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan

Lebih terperinci

Jarak tangki septik ke sumber air bersih 10 m, ke bangunan 1,5 m. Ada bidang resapan. Ada jaringan pipa air limbah.

Jarak tangki septik ke sumber air bersih 10 m, ke bangunan 1,5 m. Ada bidang resapan. Ada jaringan pipa air limbah. 3 BIDANG AIR LIMBAH A. Kelengkapan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah NO ACUAN STANDAR EKSISTING 1. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Jarak tangki septik

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH (TPA) GUNUNG PANGGUNG DI KABUPATEN TUBAN MENUJU SISTEM SANITARY LANDFILL

EVALUASI PENGELOLAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH (TPA) GUNUNG PANGGUNG DI KABUPATEN TUBAN MENUJU SISTEM SANITARY LANDFILL EVALUASI PENGELOLAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH (TPA) GUNUNG PANGGUNG DI KABUPATEN TUBAN MENUJU SISTEM SANITARY LANDFILL Siti Umi Hanik1 dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program

Lebih terperinci

STUDI POTENSI DAUR ULANG SAMPAH DI TPA TAMANGGAPA KOTA MAKASSAR

STUDI POTENSI DAUR ULANG SAMPAH DI TPA TAMANGGAPA KOTA MAKASSAR PROS ID I NG 2 0 1 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK STUDI POTENSI DAUR ULANG SAMPAH DI TPA TAMANGGAPA KOTA MAKASSAR Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unhas Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea,

Lebih terperinci

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT Oleh: Fidhia Nailani Mubarokah 3308100061 Dosen Pembimbing: Susi A. Wilujeng, ST.,

Lebih terperinci

REVITALISASI TPA PEH KABUPATEN JEMBRANA SEBAGAI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU

REVITALISASI TPA PEH KABUPATEN JEMBRANA SEBAGAI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU ECOTROPHIC 8 (1) : 71-78 ISSN : 1907-5626 REVITALISASI TPA PEH KABUPATEN JEMBRANA SEBAGAI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU Angelina Puspita Sandy 1, I Wayan Redi Aryanta 2, dan I Wayan Suarna 3 1) Program

Lebih terperinci

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU Alfi Rahmi, Arie Syahruddin S ABSTRAK Masalah persampahan merupakan

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ 3306 100 086 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB III METODE PERECANAAN. 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. 3.2 Lokasi

BAB III METODE PERECANAAN. 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. 3.2 Lokasi BAB III METDE PEREANAAN 3.1 Umum TPA Randuagung terletak disebelah Utara Kabupaten Malang. Secara administratif berada di Desa Randuagung, Kecamatan Singosari. Secara geografis Kabupaten Malang terletak

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KABUPATEN GIANYAR

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KABUPATEN GIANYAR EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KABUPATEN GIANYAR Dewa Nyoman Raka, Agus Slamet Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya ABSTRAK Kabupaten Gianyar dipandang perlu memiliki rencana

Lebih terperinci

1. Pendahuluan ABSTRAK:

1. Pendahuluan ABSTRAK: OP-26 KAJIAN PENERAPAN KONSEP PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS Yenni Ruslinda 1) Slamet Raharjo 2) Lusi Susanti 3) Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL

EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL Oleh : ROFIHENDRA NRP. 3308 202 014 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. YULINAH TRIHADININGRUM,

Lebih terperinci

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY DI KECAMATAN GUBENG, KOTA SURABAYA DESIGN OF MATERIAL RECOVERY FACILITY AT GUBENG DISTRICT, SURABAYA CITY

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY DI KECAMATAN GUBENG, KOTA SURABAYA DESIGN OF MATERIAL RECOVERY FACILITY AT GUBENG DISTRICT, SURABAYA CITY PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY DI KECAMATAN GUBENG, KOTA SURABAYA DESIGN OF MATERIAL RECOVERY FACILITY AT GUBENG DISTRICT, SURABAYA CITY RIZKY MEGA dan YULINAH TRIHADININGRUM Jurusan Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

Mesin Pemisah dan Pencacah Sampah Organik dan Plastik Untuk Bahan Kompos

Mesin Pemisah dan Pencacah Sampah Organik dan Plastik Untuk Bahan Kompos Mesin Pemisah dan Pencacah Sampah Organik dan Plastik Untuk Bahan Kompos I Gede Putu Agus Suryawan *, I Wayan Widhiada Dosen Fakultas Teknik Universitas Udayana Bali, Indonesia aguss_88@yahoo.co.id dan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR SUPERDEC DAN ORGADEC

PETUNJUK TEKNIS PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR SUPERDEC DAN ORGADEC PETUNJUK TEKNIS PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR SUPERDEC DAN ORGADEC Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos LIMBAH PADAT ORGANIK PERKEBUNAN TEBU DAN KELOMPOK GRAMINEAE LAINNYA dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU PERUMAHAN KOTA CITRA GRAHA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU PERUMAHAN KOTA CITRA GRAHA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU PERUMAHAN KOTA CITRA GRAHA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DESIGN OF INTEGRATED SOLID WASTE MANAGEMENT IN KOTA CITRA GRAHA RESIDENCE SOUTH KALIMANTAN PROVINCE Muhammad

Lebih terperinci

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011 Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011 KATA PENGANTAR Bertambahnya produksi sampah diberbagai kota dewasa ini tidak lepas dari perubahan pola hidup

Lebih terperinci

Potensi Daur Ulang dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo

Potensi Daur Ulang dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN 2337-3539 (2301-9271 Printed) D-11 Potensi Daur Ulang dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan di Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo Rezi Adriwan Giandi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SAMPAH MINGGU 3 SAMPLING TIMBULAN. Disiapkan oleh: Bimastyaji Surya Ramadan - Institut Teknologi Yogyakarta -

PENGOLAHAN SAMPAH MINGGU 3 SAMPLING TIMBULAN. Disiapkan oleh: Bimastyaji Surya Ramadan - Institut Teknologi Yogyakarta - PENGOLAHAN SAMPAH MINGGU 3 SAMPLING TIMBULAN Disiapkan oleh: Bimastyaji Surya Ramadan - Institut Teknologi Yogyakarta - PENDAHULUAN Tujuannya adalah untuk mendapatkan besaran timbulan sampah yang digunakan

Lebih terperinci

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang Sudiro 1), Arief Setyawan 2), Lukman Nulhakim 3) 1),3 ) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan hasil aktivitas manusia yang tidak dapat dimanfaatkan. Namun pandangan tersebut sudah berubah seiring berkembangnya jaman. Saat ini sampah dipandang

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN BERAT JENIS DAN KOMPOSISI SAMPAH

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN BERAT JENIS DAN KOMPOSISI SAMPAH LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN BERAT JENIS DAN KOMPOSISI SAMPAH Oleh : Kelompok : VI (Enam) Anggota Kelompok : Dwi Mina Intan Permadi (1007151626) Febrian Maulana (1007133960) Imelda Dewi

Lebih terperinci

APPO Badan Litbang Pertanian Hasilkan Kompos Berkualitas dengan Biaya Minim

APPO Badan Litbang Pertanian Hasilkan Kompos Berkualitas dengan Biaya Minim APPO Badan Litbang Pertanian Hasilkan Kompos Berkualitas dengan Biaya Minim Oleh: Prasetyo Nugroho - BBP Mektan (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 22

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP 36 PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP 37 EKSPOSE P1 ADIPURA TAHUN 2017 / 2018 21 38 39 KOORDINASI PENYAMBUTAN PENGHARGAAN TENTANG LINGKUNGAN HIDUP Merupakan kegiatan untuk memberikan apresiasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR 6.1. Pengelolaan Sampah Pasar Aktivitas ekonomi pasar secara umum merupakan bertemunya penjual dan pembeli yang terlibat dalam

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK SAMPAH KANTOR WALIKOTA MAKASSAR DAN ALTERNATIF PENGOLAHANNYA

STUDI KARAKTERISTIK SAMPAH KANTOR WALIKOTA MAKASSAR DAN ALTERNATIF PENGOLAHANNYA STUDI KARAKTERISTIK SAMPAH KANTOR WALIKOTA MAKASSAR DAN ALTERNATIF PENGOLAHANNYA Irwan Ridwan Rahim 1, Mery Selintung 1, Randy Ariestha. 2 Abstrak Pertambahan jumlah penduduk serta perubahan pola konsumtif

Lebih terperinci

BAB IV INVENTARISASI STUDI PERSAMPAHAN MENGENAI BIAYA SPESIFIK INVESTASI

BAB IV INVENTARISASI STUDI PERSAMPAHAN MENGENAI BIAYA SPESIFIK INVESTASI BAB IV INVENTARISASI STUDI PERSAMPAHAN MENGENAI BIAYA SPESIFIK INVESTASI 4.1 Umum Pada bab ini berisi uraian studi yang dilakukan Departemen Pekerjaan Umum (tahun 2006) mengenai penyusunan perhitungan

Lebih terperinci

DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK KOTA BANDA ACEH

DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK KOTA BANDA ACEH DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK KOTA BANDA ACEH PENDAHULUAN Kota Banda Aceh dengan jumlah penduduk sebanyak 256.147 jiwa pada tahun 2012 menghasilkan sampah sebanyak 180 ton/hari atau 720 m3/hari. Karakteristik

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Unit Operasional RS Kajian Kajian pada 3 unit kegiatan

Lebih terperinci

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO Oleh: Chrisna Pudyawardhana Abstraksi Pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mewujudkan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta menjaga keindahan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PROYEK PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH UNTUK KEGIATAN 3R DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI REPUBLIK INDONESIA Kata Pengantar

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 ISBN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 ISBN Alternatif Pola Pengangkutan Dan Potensi Pengomposan Dalam Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Kota Bandung Allen Kurniawan 1) dan Arief Sabdo Yuwono 2) Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Konsep penanganan sampah dengan sistem koperasi. Oleh Kelompok 9

Konsep penanganan sampah dengan sistem koperasi. Oleh Kelompok 9 Konsep penanganan sampah dengan sistem koperasi Oleh Kelompok 9 Kondisi Eksisting TPS Balubur : Jalan Taman Sari Wilayah cakupan : Kelurahan Sekeloa, Kelurahan Taman Sari, dan Kelurahan Lebak Gede Jumlah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Pengelolaan Sampah Di Kota Malang. PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Jl. Bingkil Nomor 1 Malang Telp. / fax :

Pengelolaan Sampah Di Kota Malang. PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Jl. Bingkil Nomor 1 Malang Telp. / fax : Pengelolaan Sampah Di Kota Malang PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Jl. Bingkil Nomor 1 Malang Telp. / fax : 0341-369377 STATISTIK KOTA MALANG JAWA TIMUR Luas Wilayah 110,06 km 2 Wil.Administratif

Lebih terperinci

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA Lampiran IV : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 01 Tahun 2009 Tanggal : 02 Februari 2009 KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA NILAI Sangat I PERMUKIMAN 1. Menengah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN SAMPAH Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.

Lebih terperinci

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2016/2017

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2016/2017 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2016/2017 Gambaran Umum Pada Tugas Perencanaan Pengelolaan

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1 STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN Yemima Agnes Leoni 1 D 121 09 272 Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1 Mahasiwa S1 Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur

Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-62 Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur Amar Addinsyah dan

Lebih terperinci