PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK DENGAN EKSTRAKSI CIRI LOG-GABOR FILTER NINA MARIA PRIYATINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK DENGAN EKSTRAKSI CIRI LOG-GABOR FILTER NINA MARIA PRIYATINA"

Transkripsi

1 PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK DENGAN EKSTRAKSI CIRI LOG-GABOR FILTER NINA MARIA PRIYATINA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengenalan Iris Mata Menggunakan Probabilistic Neural Network dengan Ekstraksi Ciri Log-Gabor Filter adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013 Nina Maria Priyatina NIM G

4 ABSTRAK NINA MARIA PRIYATINA. Pengenalan Iris Mata Menggunakan Probabilistic Neural Network dengan Ekstraksi Ciri Log-Gabor Filter. Dibimbing oleh MUSHTHOFA. Salah satu objek penelitian yang marak dikembangkan saat ini dalam dunia teknologi adalah mengenai identifikasi individu berdasarkan biometrik. Iris mata merupakan salah satu biometrik yang baik untuk identifikasi, karena memiliki pola yang konsisten dibandingkan dengan jenis biometrik yang lain. Penelitian ini membangun suatu sistem identifikasi iris mata menggunakan citra mata yang berasal dari CASIA dengan ekstraksi ciri 1D-log-Gabor filter dan menggunakan PNN sebagai alat pengklasifikasi. Sistem ini menggunakan segmentasi otomatis berdasarkan threshold untuk melokalisasi wilayah collarette iris dan melakukan normalisasi hasil ke dimensi konstan menggunakan Daugmans rubber sheet model dengan memetakan setiap titik dalam wilayah iris ke sepasang koordinat polar. Data dibagi kedalam tiga subset data. Pengujian dilakukan pada dataset mata kiri, dataset mata kanan dan gabungan dari dataset mata kiri dan mata kanan. Hasil akurasi rata-rata yang diperoleh pada dataset mata kiri sebesar 98%, mata kanan sebesar 97% dan gabungan dari keduanya sebesar 100%. Kata kunci: log-gabor filter, pengenalan iris, probabilistic neural network (PNN). ABSTRACT NINA MARIA PRIYATINA. Eye Iris Recognition Using Probabilistic Neural Network with Log-Gabor Filter Feature Extraction. Supervised by Mushthofa. One of the objects of research that is currently prevalent in the developed world is the individual identification technology based on biometrics. Iris biometric is promising for identification, because it has a consistent pattern compared with other types of biometrics. This study established a system of identification using iris images from CASIA eye using 1D log- Gabor filter for feature extraction and PNN as classifier. This system uses automatic segmentation based on the threshold to localize the iris collarette region and normalize the results to the constant dimension using Daugman s dimensional rubber sheet model by mapping each point in the iris region to a pair of polar coordinates. Data were divided into three subsets. Tests were conducted on the left eye dataset, right eye dataset and a combined dataset of left eye and right eye. The average accuracy produced for the left eye dataset is 98%, for the right eye dataset is 97%, and for the combination of left and right eye is 100%. Keywords: iris recognition, log-gabor filter, probabilistic neural network (PNN).

5 i PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK DENGAN EKSTRAKSI CIRI LOG-GABOR FILTER NINA MARIA PRIYATINA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Departemen Ilmu Komputer DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6 Penguji: 1 Aziz Kustiyo, SKom MKom 2 Karlina Khiyarin Nisa, SKom MT

7 iii Judul Skripsi : Pengenalan Iris Mata Menggunakan Probabilistic Neural Network dengan Ekstraksi Ciri Log-Gabor Filter Nama : Nina Maria Priyatina NIM : G Disetujui oleh: Mushthofa, SKom MSc Pembimbing Diketahui oleh: Dr Ir Agus Buono, MSi MKom Ketua Departemen Ilmu Komputer Tanggal Lulus :

8 Judul Skripsi Pengenalan Iris Mata Menggunakan Probabilistic Neural Network (PNN) Dengan Ekstraksi Ciri Log-Gabor Filter Nama Nina Maria Priyatina NIM G Pembimbing I o MSi MKom n IImu Komputer Tanggal Lulus : 2 7 DEC 2013

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wataala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Mushthofa, SKom MSc selaku pembimbing. Adapun penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1 Kedua orang tua tercinta Ibu Tuti Kartini dan Bapak Aris Lukito yang telah memberikan dukungan baik moril dan materiil, memberikan perhatian dan doa yang tuada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di departemen Ilmu Komputer IPB. 2 Kedua adik penulis yang tersayang Fredy Antoro dan Faizal AS, yang telah menjadi motivasi bagi penulis. 3 Rizky Kurniawan dan keluarga, atas dukungan dan motivasi yang selama ini diberikan kepada penulis. 4 Dosen penguji, Bapak Aziz Kustiyo, SKom MKom dan Ibu Karlina Khiyarin Nisa SKom MT atas saran dan bimbingannya. 5 Sahabat-sahabatku Rani, Okta, Yosi, Nanda, Dini, Aoki, Yuni, Dura, Rini, Sekar, Syelly, Ibu Susan, Ibu Dyah, Teh Dewi, dan Teh Intan, atas dukungan dan motivasinya, juga kepada Adi, atas bantuannya dalam pembuatan sistem. 6 Rekan-rekan satu bimbingan yaitu Anis, Mono, Ica, dan Adit, yang banyak bertukar pikiran untuk penyelesaian tugas akhir ini. 7 Unit Sentra Takasasi PT Bank BNI Syariah, yang telah berkenan memberikan waktu luang kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 8 Teman-teman Ekstensi ILKOM angkatan 4, atas kerjasamanya selama penelitian. 9 Sahabat-sahabat OSANSA 45, atas dukungan dan doanya. 10 Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis menyadari dalam tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak. Bogor, Desember 2013 Nina Maria Priyatina

10 v DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Ruang Lingkup 2 METODE PENELITIAN 2 Data Citra Iris Mata 3 Segmentasi 3 Normalisasi 3 Ekstraksi Ciri 4 Klasifikasi dengan PNN 6 Pengembangan Sistem 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Segmentasi 8 Normalisasi 10 Ekstraksi Ciri 11 Pelatihan dan Pengujian 11 SIMPULAN DAN SARAN 14 Simpulan 14 Saran 15 DAFTAR PUSTAKA 15 RIWAYAT HIDUP 27

11 vi DAFTAR TABEL 1 Kombinasi input pada model PNN 6 2 Pembagian data pada setiap subset 12 3 Confussion matrix untuk mata kiri 12 4 Confussion matrix untuk mata kanan 13 DAFTAR GAMBAR 1 Metode penelitian 2 2 Ilustrasi Daugman s rubber sheet model 3 3 Arsitektur Probabilistic Neural Network (PNN) 6 4 Ilustrasi proses thresholding 8 5 Ilustrasi proses labeling 9 6 Ilustrasi regioning 9 7 Ilustrasi pencarian koordinat pupil 10 8 Ilustrasi wilayah collarete 10 9 Ilustrasi proses normalisasi Template citra hasil ekstraksi ciri Nilai akurasi hasil pengujian Perbandingan nilai akurasi dengan penelitian sebelumnya 14 DAFTAR LAMPIRAN 1 Ilustrasi penggunaan Gabor filter 16 2 Ilustrasi proses ekstraksi ciri 17 3 Hasil pengujian data citra mata 18

12 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu objek penelitian yang marak dikembangkan saat ini dalam dunia teknologi adalah mengenai identifikasi individu berdasarkan biometrik. Sebuah sistem biometrik menyediakan identifikasi individu secara otomatis berdasarkan fitur unik atau karakteristik yang dimiliki oleh individu tersebut (Masek 2003). Terdapat dua jenis biometrik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu obyek, yaitu biometrik physiological seperti wajah, sidik jari, iris mata, retina mata, gigi dan pembuluh darah, dan biometrik behavioural seperti tanda tangan dan suara. Iris mata merupakan salah satu biometrik yang baik untuk identifikasi, karena memiliki pola yang konsisten dibandingkan dengan jenis biometrik yang lain. Tekstur iris mata seseorang tidak berubah sejak ia berumur delapan bulan. Setiap individu memiliki pola iris mata yang berbeda dan bersifat unik, sehingga tidak ada dua orang yang memiliki iris mata identik, bahkan untuk kasus anak kembar. Penelitian mengenai pengenalan iris mata sebelumnya telah dilakukan oleh Daugman (2004) dengan menggunakan teknik ekstraksi ciri 2D Gabor wavelets dan Hamming distances sebagai algoritme pengujian. Penelitian serupa dilakukan oleh Masek (2003) dengan menggunakan data dari Chinese Academy of Science- Institute of Automation (CASIA) dan Lion s Eye Institute (LEI). Abidin (2011) melakukan penelitian iris mata dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan sebagai algoritme pelatihan dan teknik ekstraksi ciri dekomposisi wavelet. Zaki (2011) melakukan penelitian mengenai iris mata dengan menggunakan log-gabor wavelet sebagai teknik ekstraksi ciri dan VFI5 sebagai algoritme klasifikasi. Selain itu, Anisah (2012) juga melakukan penelitian mengenai iris mata dengan menggunakan teknik ekstraksi ciri log-gabor filter dan algoritme klasifikasi SVM. Penelitian ini menggunakan teknik ekstraksi ciri log-gabor filter dan algoritme klasifikasi probabilistic neural network pada pengenalan citra iris mata. Penelitian terdiri dari beberapa tahap terurut yang harus dilalui dalam pengenalan citra iris mata. Tahap pertama adalah proses segmentasi citra dengan memisahkan iris mata dari citra mata. Tahap kedua dilakukan dengan mentransformasikan hasil segmentasi citra iris mata, dari koordinat polar ke koordinat kartesian dengan menggunakan algoritme rubber sheet model. Tahap ketiga adalah melakukan ekstraksi ciri terhadap citra iris mata dengan menggunakan algoritme log-gabor filter. Selanjutnya tahap pengenalan citra iris mata menggunakan algoritma probabilistic neural network (PNN) dengan metode 3-cross fold validation yang membagi citra iris mata menjadi beberapa subset. Metode PNN tersebut merupakan metode yang telah banyak digunakan untuk melakukan identifikasi dengan penggunaan yang relatif mudah dan proses yang cepat. Tahap akhir dari penelitian ini akan melakukan pengujian terhadap sistem pengenalan iris mata yang dibuat dan mengukur tingkat akurasinya.

13 2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi citra iris mata dan mengetahui tingkat akurasi dari proses pengenalan citra iris mata dengan menerapkan metode PNN dan teknik ekstraksi ciri log-gabor filter. Ruang Lingkup Penelitian ini memiliki batasan yaitu: 1 data yang digunakan adalah data citra mata dari sepuluh orang berbeda yang berasal dari CASIA, 2 menggunakan log-gabor filter sebagai algoritme untuk melakukan ekstraksi ciri, dan 3 menggunakan metode PNN pada proses pengenalan citra iris mata. METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari serangkaian tahapan proses terurut yang harus dilalui untuk dapat mengenali citra iris mata individu. Proses pengenalan citra dimulai dari akuisisi data citra, segmentasi citra, normalisasi citra, proses ekstraksi ciri, proses pengenalan citra iris mata dengan membagi data menjadi dua bagian, yaitu data latih dan data uji, proses pengujian dan perolehan hasil. Proses klasifikasi dengan menggunakan PNN termasuk dalam rangkaian proses pengenalan citra iris mata, yang selanjutnya akan diuji dan menghasilkan citra iris mata individu yang teridentifikasi. Tahapan proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Data Segmentasi Normalisasi Ekstraksi ciri Data Latih Data Uji Pelatihan Klasifikasi Akurasi Gambar 1 Metode penelitian

14 3 Data Citra Iris Mata Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dari CASIA versi 3. Citra berformat JPEG dengan skala keabuan 8 bit dan berdimensi piksel. Terdapat tiga subset data yang masing-masing diberi label interval, lamp dan twins. Data interval dan data lamp merupakan data perseorangan yang diambil di dalam ruangan (indoor), sedangkan data twins merupakan data anak kembar yang diambil di luar ruangan (outdoor). Di antara ketiga subset data tersebut, akan digunakan satu subset data dengan kualitas yang paling baik dan tekstur iris yang jelas, yaitu data interval. Zaki (2011) menggunakan 3-cross-fold validation dengan data yang berjumlah 180 yang berasal dari sepuluh orang individu yang berbeda. Setiap individu, memiliki sembilan citra mata kiri dan kanan. Anisah (2012) menggunakan 5-cross-fold validation dengan 200 data yang berasal dari 10 individu yang berbeda. Setiap individu memiliki 10 data citra mata kiri dan kanan. Segmentasi Segmentasi adalah proses membagi citra ke dalam daerah atau objek tertentu. Segmentasi dilakukan untuk memisahkan daerah iris mata pada suatu citra mata. Proses pembagian daerah pada citra mata tergantung pada seberapa fokus citra mata tersebut sehingga daerah iris mata dapat dikenali dan diisolasi. Proses segmentasi pada citra mata dilakukan untuk mendapatkan titik tengah lingkaran pupil beserta jari-jarinya. Zaki (2011) melakukan proses segmentasi citra berdasarkan kesamaan ciri dengan menggunakan teknik thresholding. Normalisasi Normalisasi bertujuan untuk mengisolasi daerah collarete pada iris mata dengan menggunakan rubber sheet model. Collarete merupakan bagian paling tebal dari iris mata manusia yang memisahkan wilayah iris mata bagian dalam yang dekat dengan pupil dan wilayah iris mata bagian luar yang dekat dengan sclera. Collarette mengelilingi wilayah pupil pada citra mata yang berukuran piksel (Shah dan Ross 2006). Rubber sheet model merupakan sebuah algoritme transformasi yang memetakan setiap titik pada daerah collarete dari iris mata yang telah tersegmentasi, kedalam koordinat baru yang berdimensi r θ, dengan r adalah resolusi radial dan θ adalah resolusi angular. Rubber sheet model bertujuan untuk melalukan normalisasi pada daerah collarete mata. Pemetaan kembali titik-titik tersebut diilustrasikan pada Gambar 2. Gambar 2 Ilustrasi Daugman s rubber sheet model

15 4 Pemetaan wilayah iris dari koordinat polar ke dalam koordinat kartesian dirumuskan dalam persamaan berikut: x (r, θ )= (1-r) x p (θ) + rx 1 (θ) y (r, θ )= (1-r) y p (θ) + ry 1 (θ) (1) dengan x dan y adalah representasi koordinat kartesian dari koordinat polar. Variabel r adalah panjang sumbu polar dan θ adalah sudut polar. Variabel x p dan y p adalah koordinat dari pupil, sedangkan variabel x 1 dan, y 1 adalah koordinat terluar dari pupil yang merupakan batas dari wailayah iris sepanjang sudut θ. Rubber sheet model memperhitungkan pelebaran pupil dan ketidakkonsistenan ukuran pupil untuk menghasilkan sebuah citra hasil normalisasi dengan dimensi yang konstan (Masek 2003). Setelah mendapatkan titik tengah dan jari-jari wilayah pupil pada proses segmentasi, selanjutnya dilakukan pengambilan wilayah iris sejauh 20 piksel ke arah luar pupil. Berdasarkan penelitian Masek (2003) nilai collarette yang baik terletak pada jarak 20 piksel dengan resolusi angular sebesar 240 pada dataset CASIA. Wilayah collarete yang didapatkan kemudian ditransformasikan dari koordinat polar ke koordinat kartesian menggunakan algoritme Daugmasn s rubber sheet model. Transformasi ini perlu dilakukan untuk mengatasi ketidakkonsistenan dimensi dari citra mata karena pelebaran pupil akibat tingkat pencahayaan yang berbeda (Masek 2003). Normalisasi akan menghasilkan citra mata yang konsisten dengan memberikan ciri spasial pada lokasi iris dari orang yang sama menjadi sama walaupun dengan kondisi pencahayaan yang berbeda. Ekstraksi Ciri Citra iris yang telah dinormalisasi akan menghasilkan nilai pada domain spasial. Selanjutnya dilakukan transformasi Fourier untuk merepresentasikan citra pada domain frekuensi terhadap setiap baris pada citra yang telah dinormalisasi. Data citra diperoleh dari hasil ekstraksi dengan menggunakan 1D log-gabor filter dengan nilai panjang gelombang yang digunakan adalah 18 dengan sebesar 0.5 sesuai dengan penelitian Masek (2003). Transformasi Fourier adalah suatu fungsi transformasi berbentuk sinus dan kosinus yang dapat merepresentasikan fungsi periodik. Dengan transformasi Fourier, sinyal dalam domain waktu dapat direpresentasikan ke dalam domain frekuensi. Transformasi Fourier bertujuan untuk menganalisis citra pada domain frekuensi, melalui intensitas piksel pada citra dengan menempatkannya sebagai fungsi yang memiliki nilai amplitudo pada frekuensi tertentu. Discrete Fourier transform (DFT) adalah transformasi Fourier yang diterapkan pada sinyal diskret dengan kompleksitas sebesar O(N 2 ). Fast Fourier transform (FFT) adalah algoritme DFT yang memiliki kompleksitas lebih baik dari DFT dengan nilai kompleksitas sebesar O(N log N). 1 Perhitungan FFT dapat dirumuskan pada Persamaan 2. ( ) ( ) ( ) (2)

16 5 Invers dari FFT dirumuskan pada Persamaan 3. ( ) ( ) ( ) (3) dengan F(u) adalah Fourier spectrum, f(x) adalah nilai piksel citra dan N adalah ukuran dari data yang akan ditransformasikan. 2 Gabor filter digunakan untuk memperoleh informasi frekuensi yang terlokalisasi. Gabor filter banyak digunakan dalam karakterisasi tekstur dari suatu citra dengan mencari representasi gabungan optimal dari sinyal pada domain spasial dan frekuensi. Dengan menggunakan Gabor filter, lokalisasi gabungan dibentuk baik pada domain spasial maupun frekuensi. Namun Gabor filter memiliki kelemahan yaitu pada even symmetric filter yang akan memiliki komponen DC ketika bobotnya melebihi satu oktav (Field 1987). Komponen DC adalah nilai hasil transformasi pada domain frekuensi awal (Gonzales et al. 2003). Komponen DC akan bernilai nol pada bobot berapapun jika menggunakan skala logaritmik pada Gabor filter yang disebut dengan log- Gabor filter. Respon frekuensi pada log-gabor filter dapat dilihat pada Persamaan 4. ( ) ( ( ( )) ( ) ) (4) dengan f adalah nilai frekuensi, f 0 adalah pusat frekuensi dengan nilai 1/λ dan σ adalah bobot filter. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Masek (2003) pada pengenalan citra iris mata, ditetapkan nilai λ sebesar 18 dan σ/f 0 sebesar 0.5. Ilustrasi penggunaan Gabor dapat dilihat pada Lampiran 1. Setiap baris pada citra yang telah dinormalisasi, yaitu sebanyak 240 piksel pada setiap lingkaran collarette dilakukan proses FFT untuk merepresentasikan citra pada domain frekuensi. Kemudian setelah dilakukan proses FFT, nilai tersebut dikalikan dengan log-gabor filter dan dilakukan inverse fast fourier transform untuk mengembalikan representasi citra pada domain spasial. Hasil dari transformasi ini akan menghasilkan sebuah nilai phase. Tiap komponen dari spektrum frekuensi yang merupakan hasil FFT memiliki beberapa titik yang masing-masing memiliki komponen bilangan real dan imajiner dari setiap piksel. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oppenheim dan Lim (1981) yang menunjukkan bahwa phase information lebih memberikan informasi dibandingkan dengan amplitudo, selanjutnya nilai phase tersebut diubah menjadi nilai yang terdiri atas bilangan biner dua bit, dengan ketentuan: 1 jika nilai real > 0 dan nilai imajiner > 0 template tersebut adalah 11, 2 jika nilai real > 0 dan nilai imajiner < 0 template piksel adalah 10, 3 jika nilai real < 0 dan nilai imajiner > 0 template piksel adalah 01, dan 4 jika nilai real < 0 dan nilai imajiner < 0 nilai template adalah 00. Setelah nilai phase tersebut diubah menjadi rentang nilai biner 0 dan 1, dimensi citra berubah menjadi dengan rentang nilai biner 0 dan 1. Ilustrasi proses ekstraksi ciri dapat dilihat pada Lampiran 2.

17 6 Klasifikasi dengan PNN PNN merupakan jaringan saraf tiruan (JST) yang menggunakan teorema probabilitas klasik. PNN diperkenalkan oleh Specht (1990). PNN menggunakan pelatihan supervised. Keuntungan utama menggunakan arsitektur PNN adalah training data PNN mudah dan cepat (Wu et al. 2007). Arsitektur PNN memiliki lapisan bagian input, pola, penjumlahan dan output. Dalam penelitian ini akan dicobakan tiga jenis kombinasi input. Ketiga kombinasi input dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kombinasi input pada model PNN Percobaan Kombinasi input I Menggunakan data mata kiri. II Menggunakan data mata kanan. III Menggunakan data mata kiri dan mata kanan. Lapisan output memiliki 10 target kelas sesuai dengan jumlah individu yang digunakan. Untuk lapisan pola hanya digunakan satu model PNN yaitu dengan parameter smoothing (σ) tetap. Ilustrasi struktur PNN ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3 Arsitektur probabilistic neural network (PNN)

18 Lapisan-lapisan yang menyusun PNN adalah sebagai berikut: 1 Lapisan masukan (input layer) Lapisan masukan merupakan k nilai ciri dari suatu obyek yang akan diklasifikasikan pada n kelas. 2 Lapisan pola (pattern layer) Variabel x adalah vektor masukan, x ij adalah vektor data uji ke-j dari kelas atau pola ke-i, sedangkan zij adalah vektor data latih ke-j dari kelas atau pola ke-i. Pada lapisan pola dilakukan perhitungan jarak antara x ij dengan z ij, kemudian dilakukan operasi non linear terhadap jarak tersebut sebelum menjadi keluaran yang akan digunakan sebagai masukan pada lapisan penjumlahan. Persamaan 5 adalah persamaan yang digunakan pada lapisan pola. 7 ( ) ( ( ) ) (5) 3 Lapisan penjumlahan (summation layer) Pada lapisan penjumlahan dilakukan penjumlahan setiap node yang merupakan hasil perhitungan pada lapisan pola. Persamaan yang digunakan pada tahap lapisan penjumlahan ini dapat dilihat pada Persamaan 6. ( ) ( ) ( ) (6) 4 Lapisan keluaran / keputusan (output layer) Lapisan keluaran menentukan kelas prediksi dari input yang diberikan. Input x akan diprediksi sebagai kelas Y jika nilai peluang masuk ke Y * ( )+ paling besar dibandingkan peluang masuk ke kelas lainnya. Persamaan 7 menunjukkan persamaan yang digunakan pada lapisan keluaran. ( ) (7) Template citra dari masing-masing kelas digabungkan menjadi satu objek. Kemudian dicari nilai peluang dari masing-masing template citra iris mata terhadap setiap kelas. Nilai yang diperoleh menunjukkan kedekatan antara template citra dan kelasnya, sehingga dari sepuluh nilai yang dihasilkan hanya akan diambil nilai terbesar untuk menentukan kelas dari template citra yang diuji. Pengembangan Sistem Proses pengerjaan penelitian ini menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak dengan spesifikasi sebagai berikut: Perangkat keras berupa notebook: 1 processor Intel Pentium 2 GHz, 2 RAM kapasitas 3 GB, 3 harddisk kapasitas 320 GB, 4 monitor dengan resolusi piksel.

19 8 Perangkat lunak berupa: 1 sistem operasi Microsoft Windows 7 Ultimate, dan 2 aplikasi pemrograman Matlab R2008b. HASIL DAN PEMBAHASAN Segmentasi Proses segmentasi yang dilakukan pada citra mata bertujuan untuk mendapatkan nilai koordinat pusat lingkaran dari pupil mata. Proses tersebut terdiri atas beberapa tahap, yaitu thresholding, regioning, dan labeling, serta pencarian nilai piksel pada pusat lingkaran yang memiliki luas region terbesar. Pada tahap thresholding, citra akan dipetakan kedalam beberapa threshold dan akan dilakukan pencarian terhadap piksel yang memiliki nilai lebih rendah dari nilai threshold tertentu. Nilai threshold tersebut diperoleh dari persentase jumlah piksel yang memiliki nilai kurang dari 100 terhadap total piksel pada citra. Nilai tersebut ditentukan karena adanya perbedaan intensitas cahaya pada citra mata sehingga jika intensitas cahaya rendah, maka nilai piksel cenderung rendah. Sebaliknya, jika intensitas cahaya tinggi, nilai piksel akan cenderung besar (Zaki 2011). Contoh hasil thresholding pada citra dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 (a) (b) Ilustrasi proses thresholding (a) citra mata sebelum dilakukan thresholding, (b) setelah dilakukan thresholding Rentang nilai piksel pada Gambar 4a, sebelum dilakukan proses thresholding terhadap citra berkisar antara 0 hingga 255. Setelah dilakukan thresholding rentang nilai piksel berubah menjadi bilangan biner yang terdiri dari 0 dan 1. Nilai 0 pada citra hasil thresholding menunjukkan bahwa piksel tersebut threshold dan merupakan bagian dari obyek. Nilai 1 berarti piksel tersebut memiliki nilai > threshold dan merupakan background dari obyek. Untuk memudahkan perhitungan selanjutnya, nilai obyek dan background ditukar, sehingga obyek bernilai 1 dan background bernilai 0. Tahap selanjutnya, akan dilakukan proses labeling dan regioning terhadap citra hasil thresholding dengan menggunakan fungsi bwlabel pada Matlab. Proses labeling akan menghasilkan region yang memiliki indeks 1 sampai N, dengan N

20 adalah jumlah region yang terdeteksi oleh fungsi bwlabel. Kemudian dilakukan perhitungan terhadap jumlah piksel dalam setiap region. Region yang dipilih sebagai pupil adalah region yang memiliki jumlah piksel terbanyak. Ilustrasi penerapan proses labeling dapat dilihat pada Gambar 5, sedangkan ilustrasi pembagian region pada citra dapat dilihat pada Gambar (a) (b) Gambar 5 Ilustrasi proses labeling (a) sebelum dilakukan proses labeling, (b) setelah dilakukan proses labeling (a) (b) Gambar 6 Ilustrasi regioning (a) region yang terbentuk pada citra mata, (b) region dengan jumlah piksel terbanyak terpilih sebagai pupil Tahap terakhir dalam proses segmentasi adalah menentukan nilai koordinat titik tengah pupil. Penentuan nilai koordinat pupil dilakukan melalui pencarian nilai koordinat dari persimpangan antara garis vertikal (sumbu y) dengan garis horizontal (sumbu x). Pencarian dilakukan secara kontinyu hingga diperoleh kondisi ideal di daerah tengah pupil. Gambar 6 menunjukkan ilustrasi penentuan titik tengah pupil dengan x 0 dan y 0 adalah garis horizontal dan vertikal, sedangkan x 1, x 2, y 1, dan y 2 adalah batas wilayah pupil. Persimpangan antara garis vertikal dan horizontal adalah koordinat titik tengah pupil yaitu (x 0, y 0 ). Diameter pupil diperoleh dari selisih antara y 2 dan y 1 atau x 2 dan x 1. Nilai selisih yang terbesar akan dipilih sebagai diameter pupil, sedangkan nilai jari-jari pupil diperoleh dari diameter yang dibagi dua. Ilustrasi pencarian koordinat pupil dapat dilihat pada Gambar 7.

21 10 y 1 y 0 y 2 x 1 r x 0 x 2 Gambar 7 Ilustrasi pencarian koordinat pupil Setelah menentukan koordinat titik pusat lingkaran pupil dan mendapatkan nilai jari-jarinya, kemudian dilakukan perhitungan keliling lingkaran pupil. Hal ini bertujuan untuk menentukan titik awal dari wilayah collarette yang kemudian digunakan untuk pengenalan iris mata. Wilayah collarette berada pada titik pertama hingga sejauh 20 piksel dari wilayah luar lingkaran pupil. Ilustrasi citra hasil segmentasi dapat dilihat pada Gambar 8. (a) (b) Gambar 8 Ilustrasi wilayah collarete (a) sebelum proses segmentasi, (b) setelah proses segmentasi Normalisasi Citra mata yang terbentuk setelah proses segmentasi, menghasilkan daerah iris mata bagian collarete, namun citra ini belum dapat digunakan karenakan jarijari setiap citra memiliki panjang yang berbeda walaupun citra tersebut milik orang yang sama. Oleh karena itu, perlu dilakukan transformasi wilayah collarette ke dimensi yang tetap. Tidak konsistennya dimensi dapat menyebabkan ekstraksi ciri menjadi kurang baik dan sukar untuk dilakukan pembandingan dengan data lainnya (Masek 2003). Wilayah collarette pada setiap citra diambil sejauh 20 piksel ke arah luar dari jari-jari pupil. Dengan pembagian sudut N sebanyak 240 sepanjang lingkaran pupil, akan dihasilkan array berukuran yang memiliki nilai sepanjang garis putih ke arah luar dari batas lingkaran pupil. Ilustrasi proses normalisasi dapat dilihat pada Gambar 9. Citra yang terbentuk dari proses normalisasi tersebut berukuran sesuai dengan ukuran array yang dihasilkan. Pada citra hasil normalisasi tersebut dapat terbentuk noise jika nilai piksel < threshold.

22 11 (b) (b) (a) (c) Gambar 9 Ilustrasi proses normalisasi (a) pengambilan nilai piksel sepanjang garis putih ke arah luar batas jari-jari pupil, (b) hasil normalisasi dengan noise, (c) hasil normalisasi dengan perubahan noise Gambar 9b menunjukkan citra iris mata yang telah ditransformasi kedalam koordinat kartesian. Noise yang tampak pada gambar dapat berasal dari wilayah pupil atau bulu mata yang ikut ternormalisasi. Wilayah pupil ikut ternormalisasi karena proses segmentasi yang tidak sempurna. Untuk memeroleh nilai ekstraksi ciri yang baik, maka nilai piksel yang termasuk noise tersebut perlu diubah nilainya menggunakan Persamaan 8. ( ) jumlah nilai keabuan seluruh piksel (8) banyaknya piksel dengan ( ) adalah nilai piksel setelah diubah. Hasil citra yang telah diubah nilai noise-nya akan tampak seperti Gambar 9c. Ekstraksi Ciri Proses ekstraksi ciri pada citra hasil normalisasi menggunakan log-gabor filter. Hasil log-gabor filter kemudian diubah ke dalam phase information yang membuat setiap nilai piksel pada template diubah menjadi kode biner dua digit, sehingga template yang awalnya berukuran berubah menjadi dengan nilai pada masing-masing piksel yaitu 0 atau 1. Untuk memudahkan perhitungan selanjutnya, dimensi template diubah menjadi Template tersebut selanjutnya akan dijadikan fitur untuk proses pelatihan dan pengujian citra. Contoh bentuk template citra dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Template citra hasil ekstraksi ciri Pelatihan dan Pengujian Proses pelatihan dan pengujian dilakukan menggunakan algoritme PNN terhadap tiga subset data yang saling lepas dari data template mata kanan, mata kiri dan gabungan keduanya sesuai dengan 3-cross fold validation. Pembagian data pada masing-masing subset dapat dilihat pada Tabel 2.

23 12 Tabel 2 Pembagian data pada setiap subset Subset Data latih (indeks) Data uji (indeks) fold1 1, 2, 3, 4, 5, 6 7, 8, 9 fold2 4, 5, 6, 7, 8, 9 1, 2, 3 fold3 1, 2, 3, 7, 8, 9 4, 5, 6 Proses pelatihan dan pengujian tersebut dilakukan terhadap keseluruhan fitur, baik mata kiri, mata kanan, dan gabungan mata kiri dan mata kanan, dengan nilai bias tetap yaitu 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900, dan Dari pengujian tersebut diperoleh hasil yang sama pada semua indeks nilai bias, yaitu 98% untuk data mata kiri, 97% untuk data mata kanan dan 100% gabungan antara data mata kiri dan data mata kanan. Dari hasil pengujian tersebut, terlihat bahwa hasil pengujian untuk data mata kiri, mata kanan dan gabungan mata kiri dan mata kanan sama pada seluruh nilai bias. Hal ini disebabkan oleh tingkat kemiripan yang tinggi pada seluruh fitur sehingga akan menghasilkan nilai yang sama pada rentang indeks bias 100 hingga Nilai akurasi tertinggi diperoleh pada hasil pengujian gabungan mata kiri dan mata kanan yaitu sebesar 100%, yang berarti bahwa semua data uji dikenali dengan sempurna. Data mata yang salah diklasifikasikan dapat dilihat pada confussion matrix yang disajikan dalam Tabel 3 dan Tabel 4. Kelas asli Tabel 3 Confusion matrix untuk mata kiri Hasil prediksi Dari confusion matrix untuk mata kiri di atas, terlihat bahwa dari 30 pengujian yang melibatkan 10 kelas mata kiri, terdapat 2 data mata kiri yang salah diklasifikasikan, yaitu data uji ke-1 pada kelas 1 yang diklasifikasikan menjadi data kelas 6 pada fold 3, dan data ke-3 pada kelas 3 yang diklasifikasikan menjadi data kelas 6 pada fold 3.

24 13 Kelas asli Tabel 4 Confusion matrix untuk mata kanan Hasil prediksi Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 pengujian yang melibatkan 10 kelas mata kanan, terdapat 2 mata kanan yang salah diklasifikasikan, yaitu data ke-7 kelas 1 yang terbaca sebagai kelas 6 pada fold2 dan data ke-4 kelas 7 yang terbaca sebagai kelas 3. Hasil pengujian citra mata selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Berbeda dengan dua penelitian sebelumnya yang menggunakan dataset mata kiri dan dataset mata kanan, dimana terdapat kesalahan pada pengklasifikasian terhadap dataset tersebut, pengujian pada dataset gabungan antara mata kiri dan mata kanan menunjukkan hasil pengklasifikasian yang sempurna, dimana semua data uji dapat dikenali dan diklasifikasikan sesuai dengan kelas aslinya. Kesalahan klasifikasi pada data uji di antaranya dapat disebabkan oleh kesalahan pada segmentasi data, bagian pupil yang seharusnya dibuang terbawa ke dalam bagian iris sementara bagian iris yang seharusnya terambil menjadi terbuang, sehingga fitur yang dihasilkan tidak sempurna, yang berakibat pada kesalahan prediksi. Setelah seluruh citra uji pada masing-masing subset melalui tahap pengujian, hasil klasifikasi yang didapatkan dari masing-masing citra data uji tersebut dicatat dan dihitung nilai akurasinya. Nilai akurasi yang dihitung adalah pada masing-masing subset dan bagian mata. Gambar 11 menunjukan hasil akurasi pada data citra. Perbandingan nilai akurasi dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Gambar 12. Pada penelitian ini, dihasilkan rata-rata nilai akurasi sebesar 97% untuk dataset mata kiri, 98% untuk dataset mata kanan, dan 100% untuk gabungan dari mata kiri dan mata kanan. Penelitian sebelumnya yaitu pengenalan iris mata dengan menggunakan metode VFI-5 sebagai pengklasifikasi (Zaki 2011) yang mengasilkan nilai akurasi terbaik sebesar 95.55% untuk dataset mata kiri, 93.33% untuk dataset mata kanan dan 100% untuk gabungan dari mata kiri dan mata kanan, dan pengenalan iris mata dengan menggunakan metode SVM (Anisah 2013) yang menghasilkan nilai akurasi terbaik sebesar 100% untuk dataset mata kiri, 99% untuk dataset mata kanan dan 100% untuk gabungan dari mata kiri dan mata kanan.

25 14 100% 98% 97% 100% 95% Akurasi 90% 85% 80% Mata Kiri kiri Mata Kanan kanan Dua Mata mata Dataset mata Gambar 11 Nilai akurasi hasil pengujian Gambar 11 Nilai akurasi hasil pengujian 100% 98% 97% 100% 100% 99% 100% 100% 96% 93% 75% Akurasi 50% 25% 0% PNN SVM VFI-5 (Anisah 2012) (Zaki 2011) Metode penelitian KIRI Kiri KANAN Kanan DUA Dua MATA mata Gambar 12 Perbandingan nilai akurasi dengan penelitian sebelumnya Gambar 12 Perbandingan nilai akurasi dengan penelitian sebelumnya SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi pada pengenalan iris mata dengan menggunakan metode PNN sebagai pengklasifikasi pada data hasil ekstraksi ciri menggunakan 1D-log Gabor filter Penggunaan PNN dalam pengenalan iris mata individu menghasilkan akurasi rata-rata 98% untuk data

26 mata kiri, 97% untuk data mata kanan dan 100% untuk data gabungan mata kiri dan mata kanan. Metode PNN dapat diterapkan pada pengenalan citra iris mata. Saran Penelitian ini masih mempunyai beberapa kekurangan yang dapat diperbaiki pada penelitian selanjutnya. Saran untuk penelitian selanjutnya bisa dilakukan dengan menggunakan nilai bias yang lebih beragam atau melakukan perbandingan tingkat akurasi dengan metode pengklasifikasi yang lain, seperti metode jaringan syaraf tiruan propagasi balik. 15 DAFTAR PUSTAKA Abidin JAZ Pengenalan iris mata dengan backpropagation neural network menggunakan praproses transformasi wavelet [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Anisah ZS Pengenalan iris mata dengan algoritme support vector mechine (SVM) dengan menggunakan ekstraksi ciri log-gabor filter [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Daugman J How Iris Recognition Works. IEEE Trans on Circuits and Systems for Video Technology. 14(1): Field D Relations between the statistics of natural images and the response properties of cortical cells. Journal of The Optical Society of America. 4: Gonzales RC, Woods RE, Eddins SL Digital Image Processing Using MATLAB. Upper Saddle River (US-NJ): Prentice Hall. Masek L Recognition of human iris patterns for biometric identification [skripsi]. Perth (AU): The University of Western Australia. Oppenheim A, Lim J The Importance of Phase in Signals. Proceedings of the IEEE 69: Shah S, Ross A Generating synthetic irises by feature agglomeration. Di dalam: Proceedings of International Conference on Image Processing; 2006 Okt 8-11; Atlanta, USA. Specht DF Probabilistic neural networks and the polynomial adalines as complementary techniques for classification. IEEE Trans on Neural Networks. 1(1): Wu SG, Bao FS, Xu EY, Wang Y, Chang Y et al A leaf recognition algorithm for plant using probabilistic neural network. Di dalam: IEEE International Symposium on Signal Processing and Information Technology 1(1): Zaki M Pengenalan iris mata dengan algoritme voting feature interval versi 5 menggunakan ekstraksi ciri log-gabor filter [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

27 16 Lampiran 1 Ilustrasi penggunaan Gabor filter

28 17 Lampiran 2 Ilustrasi proses ekstraksi ciri Nilai piksel.. FFT.. 1D Gabor Filter IFFT

29 18 Lampiran 3 Hasil pengujian data citra mata Pengujian mata kiri iterasi 1 Kelas asli 1 Nilai σ

30 19 Lampiran 3 Lanjutan Pengujian mata kiri iterasi 2 Kelas asli 1 Nilai σ

31 20 Lampiran 3 Lanjutan Pengujian mata kiri iterasi 3 Kelas asli 1 Nilai σ

32 21 Lampiran 3 Lanjutan Pengujian mata kanan iterasi 1 Kelas asli 1 Nilai σ

33 22 Lampiran 3 Lanjutan Pengujian mata kanan iterasi 2 Kelas asli 1 Nilai σ

34 23 Lampiran 3 Lanjutan Pengujian mata kanan iterasi 3 Kelas asli 1 Nilai σ

35 24 Lampiran 3 Lanjutan Pengujian dua mata iterasi 1 Kelas asli 1 Nilai σ

36 25 Lampiran 3 Lanjutan Pengujian dua mata iterasi 2 Kelas asli 1 Nilai σ

37 26 Lampiran 3 Lanjutan Pengujian dua mata iterasi 3 Kelas asli 1 Nilai σ

38 27 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Karawang, 14 Maret 1988 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Aris Lukito dan Ibu Tuti Kartini. Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cikampek, pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Udangan Seleksi Masuk IPB. Tahun 2009 penulis lulus dari program Diploma Teknik Komputer Institut Pertanian Bogor dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan program studi Sarjana di Departemen Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor, dengan memilih program studi Ilmu Komputer. Selama menjalani perkuliahan penulis pernah bekerja sebagai asisten dosen di Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor dan sampai saat ini bekerja di PT Bank BNI Syariah.

Bulu mata. Generalisasi= Jumlah pola dikenali dengan benar x 100% Jumlah total pola

Bulu mata. Generalisasi= Jumlah pola dikenali dengan benar x 100% Jumlah total pola Generalisasi Hasil penelitian ini diukur menggunakan nilai konvergen dan generalisasi. Nilai konvergen adalah tingkat kecepatan jaringan untuk mempelajari pola input yang dinyatakan dalam satuan iterasi

Lebih terperinci

PENGENALAN IRIS MATA DENGAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVAL VERSI 5 MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI LOG-GABOR WAVELET MUHAMMAD ZAKI

PENGENALAN IRIS MATA DENGAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVAL VERSI 5 MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI LOG-GABOR WAVELET MUHAMMAD ZAKI PENGENALAN IRIS MATA DENGAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVAL VERSI 5 MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI LOG-GABOR WAVELET MUHAMMAD ZAKI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Ilustrasi pencarian titik pusat dan jari-jari pupil. Segmentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Ilustrasi pencarian titik pusat dan jari-jari pupil. Segmentasi 4 Perangkat keras berupa Notebook: Processor intel Core i3 2.2 GHz. RAM kapasitas 2. GB. Harddisk Kapasitas 5 GB. Monitor pada resolusi 1366 x 768 piksel. Merek Acer Aspire 475. Perangkat lunak berupa:

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) Levina Fitri Rahmawati, Isnandar Slamet, dan Diari Indriati Program

Lebih terperinci

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN ALGORITME K-NEAREST NEIGHBOR BERBASIS HISTOGRAM RIVA AKTIVIA

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN ALGORITME K-NEAREST NEIGHBOR BERBASIS HISTOGRAM RIVA AKTIVIA PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN ALGORITME K-NEAREST NEIGHBOR BERBASIS HISTOGRAM RIVA AKTIVIA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 212 PENGENALAN

Lebih terperinci

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz Data yang pada awalnya berupa chanel stereo diubah ke dalam chanel mono. Kemudian data tersebut disimpan dengan file berekstensi WAV. Praproses Pada tahap ini dilakukan ekstraksi ciri menggunakan metode

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si

SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si APLIKASI FILTER LOG GABOR PADA SISTEM PENGENALAN IRIS MATA (Application Log-Gabor Filter in Iris Recognition System ) SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP 1206100051 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki + 30.000 spesies tumbuh-tumbuhan ([Depkes] 2007). Tumbuh-tumbuhan tersebut banyak yang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Seiring

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

Karakteristik Spesifikasi

Karakteristik Spesifikasi Sinyal yang masuk difilter ke dalam sinyal frekuensi rendah (low-pass filter) dan sinyal frekuensi tinggi (high-pass filter) Lakukan downsampling pada kedua sinyal tersebut Low-pass frekuensi hasil downsampling

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Penelitian mengenai pengenalan wajah termotivasi oleh banyaknya aplikasi praktis yang diperlukan dalam identifikasi wajah. Pengenalan wajah sebagai salah satu dari teknologi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IRIS MATA MENGGUNAKAN TAPIS GABOR WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ)

IDENTIFIKASI IRIS MATA MENGGUNAKAN TAPIS GABOR WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) IDENTIFIKASI IRIS MATA MENGGUNAKAN TAPIS GABOR WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) Budi Setiyono, R. Rizal Isnanto *) Abstract Biometric represents the human identification

Lebih terperinci

dan 3. Jumlah partisi vertikal (m) dari kiri ke kanan beturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. akurasi =.

dan 3. Jumlah partisi vertikal (m) dari kiri ke kanan beturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. akurasi =. dan 3. Jumlah partisi vertikal (m) dari kiri ke kanan beturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. Gambar 5 Macam-macam bentuk partisi citra. Ekstraksi Fitur Pada tahap ini semua partisi dari citra dihitung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Biometrik adalah ilmu untuk menetapkan identitas seseorang berdasarkan ciri fisik, kimia, ataupun tingkah laku dari orang tersebut. Dewasa ini, biometrik telah menjadi suatu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Generalisasi =

HASIL DAN PEMBAHASAN. Generalisasi = 6 Kelas Target Sidik jari individu 5 0000100000 Sidik jari individu 6 0000010000 Sidik jari individu 7 0000001000 Sidik jari individu 8 0000000100 Sidik jari individu 9 0000000010 Sidik jari individu 10

Lebih terperinci

Hardisk 80 GB Perangkat lunak Window XP Profesional MATLAB 7.0.1

Hardisk 80 GB Perangkat lunak Window XP Profesional MATLAB 7.0.1 Hardisk 8 GB Perangkat lunak Window XP Profesional MATLAB 7..1 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu citra yang akan mengalami proses pengenalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan teknologi, teknik pengenalan individu secara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan teknologi, teknik pengenalan individu secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengontrol akses menuju suatu wilayah atau material yang dilindungi, dibutuhkan teknik pengenalan individu yang handal. Seiring dengan perkembangan zaman dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2005/2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2005/2006 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2005/2006 SISTEM AUTENTIFIKASI DENGAN PENGENALAN IRIS Kent Kadim 0600618004 Yuwanly 0600660795 Abstrak

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TANAMAN JATI MENGGUNAKAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK DENGAN EKSTRAKSI FITUR CIRI MORFOLOGI DAUN BANGUN ASANURJAYA

IDENTIFIKASI TANAMAN JATI MENGGUNAKAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK DENGAN EKSTRAKSI FITUR CIRI MORFOLOGI DAUN BANGUN ASANURJAYA IDENTIFIKASI TANAMAN JATI MENGGUNAKAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK DENGAN EKSTRAKSI FITUR CIRI MORFOLOGI DAUN BANGUN ASANURJAYA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan kemiripan satu dengan yang lain, seperti kemiripan dalam hal frekuensi musik, struktur ritmik, dan konten harmoni. Genre

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS METODA FISHERFACE TUGAS AKHIR. Febrian Ardiyanto NIM :

SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS METODA FISHERFACE TUGAS AKHIR. Febrian Ardiyanto NIM : SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS METODA FISHERFACE TUGAS AKHIR Oleh Febrian Ardiyanto NIM : 13203137 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE GABOR WAVELET PADA EKSTRAKSI CIRI SKRIPSI PRISILIA LUKAS

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE GABOR WAVELET PADA EKSTRAKSI CIRI SKRIPSI PRISILIA LUKAS PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE GABOR WAVELET PADA EKSTRAKSI CIRI SKRIPSI PRISILIA LUKAS 081401039 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan Gambar 8 Struktur PNN. 1. Lapisan pola (pattern layer) Lapisan pola menggunakan 1 node untuk setiap data pelatihan yang digunakan.

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Membuat aplikasi pengenalan suara untuk pengendalian robot dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan sebagai algoritma pembelajaran dan pemodelan dalam pengenalan suara.

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION Nama Mahasiswa : Gigih Prasetyo Cahyono NRP : 1206 100 067 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Prof.

Lebih terperinci

pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas.

pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas. Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup penelitian ini adalah: 1. Objek citra adalah data citra daun tumbuhan obat dan citra pohon tanaman hias di Indonesia. 2. Dalam penelitian ini operator MBLBP yang

Lebih terperinci

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah Vol. 14, No. 1, 61-68, Juli 2017 Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah La Surimi, Hendra, Diaraya Abstrak Jaringan syaraf tiruan (JST) telah banyak diaplikasikan

Lebih terperinci

Pengenalan Aksara Lampung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Pengenalan Aksara Lampung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Pengenalan Aksara Lampung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Adhika Aryantio School of Electrical Engineering and Informatics Institute Technology of Bandung 10th Ganeca Street Bandung, Indonesia. Adhikaaryantio.x6@gmail.com

Lebih terperinci

PENGENALAN CITRA TULISAN TANGAN DOKTER DENGAN MENGGUNAKAN SVM DAN FILTER GABOR

PENGENALAN CITRA TULISAN TANGAN DOKTER DENGAN MENGGUNAKAN SVM DAN FILTER GABOR PENGENALAN CITRA TULISAN TANGAN DOKTER DENGAN MENGGUNAKAN SVM DAN FILTER GABOR Angga Lisdiyanto (1), Lukman Zaman P.C.S.W (2) Teknik Informatika, Universitas Islam Lamongan (1) Teknik Informatika, Sekolah

Lebih terperinci

Akurasi. Perangkat Lunak: Sistem operasi: Windows Vista Home Premium Aplikasi pemrograman: Matlab 7.0

Akurasi. Perangkat Lunak: Sistem operasi: Windows Vista Home Premium Aplikasi pemrograman: Matlab 7.0 Tabel 1 Dimensi citra di tiap level Level transformasi Dimensi citra 1 46 56 2 23 28 3 12 14 4 6 7 5 3 4 6 2 2 Pada Gambar 5 disajikan visualisasi transformasi wavelet hingga level 3. Deskripsi citra dekomposisi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra adalah sebagai berikut. Gambar 3.1 Desain Penelitian 34 35 Penjelasan dari skema gambar

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Keamanan data pribadi merupakan salah satu hal terpenting bagi setiap orang yang hidup di era dimana Teknologi Informasi (TI) berkembang dengan sangat pesat. Setiap orang

Lebih terperinci

ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION UNTUK PENGENALAN BARCODE BUKU DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION UNTUK PENGENALAN BARCODE BUKU DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION UNTUK PENGENALAN BARCODE BUKU DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS Egi Badar Sambani 1), Neneng Sri Uryani 2), Rifki Agung Kusuma Putra 3) Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

YOGI WARDANA NRP

YOGI WARDANA NRP PENGEMBANGAN ALGORITMA SISTEM IDENTIFIKASI MATA MANUSIA BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DENGAN METODE GABOR PADA PERALATAN AOI ( AUTOMATED OPTICAL INSPECTION ) YOGI WARDANA NRP. 2107 100 115 JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Operator descriptor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Operator descriptor Tabel 1 Operator descriptor Operator (P, R) Ukuran Blok (piksel) Kuantisasi Sudut (8, 1) 3 x 3 45 derajat (8, 2) 5 x 5 45 derajat (16, 2) 5 x 5 22.5 derajat (24, 3) 7 x 7 15 derajat Penentuan ukuran blok

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE ADJACENT PIXEL INTENSITY DIFFERENCE QUANTIZATION TERMODIFIKASI

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE ADJACENT PIXEL INTENSITY DIFFERENCE QUANTIZATION TERMODIFIKASI PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE ADJACENT PIXEL INTENSITY DIFFERENCE QUANTIZATION TERMODIFIKASI Nama Mahasiswa : Yuliono NRP : 1206 100 720 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : Drs. Soetrisno, M.IKomp

Lebih terperinci

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi.

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi. dalam contoh ini variance bernilai 2000 I p I t 2 = (200-150) 2 + (150-180) 2 + (250-120) I p I t 2 = 28400. D p (t) = exp(-28400/2*2000) D p (t) = 8.251 x 10-4. Untuk bobot t-link {p, t} dengan p merupakan

Lebih terperinci

Pengenalan Tanda Tangan Menggunakan Algoritme VFI5 Melalui Praproses Wavelet

Pengenalan Tanda Tangan Menggunakan Algoritme VFI5 Melalui Praproses Wavelet Tersedia secara online di: http://journal.ipb.ac.id/index.php.jika Volume 1 Nomor 1 halaman 7-12 ISSN: 2089-6026 Pengenalan Tanda Tangan Menggunakan Algoritme VFI5 Melalui Praproses Wavelet Hand-Written

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI BAB Sistem Biometrik

LANDASAN TEORI BAB Sistem Biometrik BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Biometrik Biometrik berasal dari bahasa Yunani yaitu, bios artinya hidup dan metron berarti ukuran. Biometrik berarti mengukur karakteristik pembeda (distinguishing traits)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. 3.1.1 Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang semakin maju ini, teknologi telah memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari, sehingga kemajuannya sangat dinantikan dan dinikmati para

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN ALGORITMA ENHANCED SELF ORGANIZING MAP (ENHANCED SOM)

KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN ALGORITMA ENHANCED SELF ORGANIZING MAP (ENHANCED SOM) KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN ALGORITMA ENHANCED SELF ORGANIZING MAP (ENHANCED SOM) Bambang Trianggono *, Agus Zainal Arifin * Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENGENALAN KUALITAS BUAH JERUK KINTAMANI MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI KOMANG SONIYA GUNAWAN

PENGENALAN KUALITAS BUAH JERUK KINTAMANI MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI KOMANG SONIYA GUNAWAN PENGENALAN KUALITAS BUAH JERUK KINTAMANI MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI KOMANG SONIYA GUNAWAN 1008605032 JURUSAN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 SPEAKER IDENTIFICATION DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan melalui blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Suara Burung Burung Kacer Burung Kenari Pengambil an

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER ACHMAD FAHRUROZI 1 1 Universitas Gunadarma, achmad.fahrurozi12@gmail.com Abstrak Masalah yang akan diangkat dalam makalah ini adalah bagaimana

Lebih terperinci

PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN MODEL PROPAGASI BALIK

PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN MODEL PROPAGASI BALIK ABSTRAK PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN Dosen Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Pada penelitian ini dibuat sebuah sistem pengenalan suara manusia dengan

Lebih terperinci

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Junia Kurniati Computer Engineering Department Faculty of Computer Science Sriwijaya University South Sumatera Indonesia

Lebih terperinci

EVALUASI PENGARUH FUNGSI AKTIFASI DAN PARAMETER KEMIRINGANNYA TERHADAP UNJUKKERJA PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

EVALUASI PENGARUH FUNGSI AKTIFASI DAN PARAMETER KEMIRINGANNYA TERHADAP UNJUKKERJA PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN EVALUASI PENGARUH FUNGSI AKTIFASI DAN PARAMETER KEMIRINGANNYA TERHADAP UNJUKKERJA PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (Studi Kasus pada Pengenalan Karakter Angka Tulisan Tangan) Iwan Suhardi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN. Laporan Akhir Projek PPCD Deteksi Penyakit Daun Menggunakan Artificial Neural Network (ANN) TRI SONY(G64130020), GISHELLA ERDYANING (G64130040), AMALIYA SUKMA RAGIL PRISTIYANTO (G64130044), MUHAMMAD RIZQI

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION

IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION J~ICON, Vol. 3 No. 2, Oktober 2015, pp. 89 ~ 95 89 IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION Rini Miyanti Maubara 1, Adriana Fanggidae

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Wajah Pengenalan wajah adalah salah satu teknologi biometrik yang telah banyak diaplikasikan dalam sistem keamanan selain pengenalan retina mata, pengenalan sidik jari

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 GAMBARAN SINGKAT MENGENAI SISTEM PENGENALAN IRIS

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 GAMBARAN SINGKAT MENGENAI SISTEM PENGENALAN IRIS BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 GAMBARAN SINGKAT MENGENAI SISTEM PENGENALAN IRIS Pada masa sekarang ini sering kita jumpai system pengenalan individu melalui organ organ pada tubuh atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno,

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini pemanfaatan teknologi pengolaan citra untuk mempermudah manusia dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu sudah banyak diterapkan, khususnya dibidang Identifikasi.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 PERANCANGAN PROGRAM SIMULASI VERIFIKASI KEAMANAN MELALUI IRIS MATA DENGAN

Lebih terperinci

Implementasi Metode Hough Transform Pada Citra Skeletonisasi Dengan Menggunakan MATLAB 7.6. Intan Nur Lestari

Implementasi Metode Hough Transform Pada Citra Skeletonisasi Dengan Menggunakan MATLAB 7.6. Intan Nur Lestari Implementasi Metode Hough Transform Pada Citra Skeletonisasi Dengan Menggunakan MATLAB 7.6 Intan Nur Lestari Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya, 100, Pondok Cina, Depok

Lebih terperinci

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram Shabrina Mardhi Dalila, Handayani Tjandrasa, dan Nanik

Lebih terperinci

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA Iwan Suhardi, Toleransi Jaringan Syaraf Tiruan TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA Iwan Suhardi Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan adalah masalah penting dalam kehidupan masyarakat pada saat ini. Terjadinya banyak tindak kejahatan dan pemalsuan identitas mengindikasikan bahwa masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Program P rinsip kerja program yaitu dengan melakukan pra pengolahan citra terhadap foto fisik dari permukaan buah manggis agar ukuran seluruh data

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DETEKSI BULUMATA UNTUK PENINGKATAN AKURASI PENGENALAN PERSONAL BERBASIS CITRA IRIS

PENERAPAN METODE DETEKSI BULUMATA UNTUK PENINGKATAN AKURASI PENGENALAN PERSONAL BERBASIS CITRA IRIS PENERAPAN METODE DETEKSI BUUMATA UNTUK PENINGKATAN AKURASI PENGENAAN PERSONA BERBASIS CITRA IRIS Andi Patombongi*, Rully Soelaiman ** Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI DETEKSI KANKER OTAK PADA DATA MRI MELALUI JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN EKSTRAKSI FITUR DISCRETE WAVELET TRANSFORM

LAPORAN SKRIPSI DETEKSI KANKER OTAK PADA DATA MRI MELALUI JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN EKSTRAKSI FITUR DISCRETE WAVELET TRANSFORM LAPORAN SKRIPSI DETEKSI KANKER OTAK PADA DATA MRI MELALUI JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN EKSTRAKSI FITUR DISCRETE WAVELET TRANSFORM Oleh : Saeful Anwar 2009-51-030 SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Desain Penelitian Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada proses pengenalan huruf tulisan tangan Katakana menggunakan metode Fuzzy Feature Extraction

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION 1 Andrian Rakhmatsyah 2 Sayful Hakam 3 Adiwijaya 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

Pengukuran Blok Window Terbaik Berdasarkan MSE...

Pengukuran Blok Window Terbaik Berdasarkan MSE... Pengukuran Blok Window Terbaik Berdasarkan MSE... (Dwiyanto dkk.) PENGUKURAN BLOK WINDOW TERBAIK BERDASARKAN MSE UNTUK SEGMENTASI CITRA SIDIK JARI BERBASIS MEAN DAN VARIANS Dwiyanto *, Agus Bejo, Risanuri

Lebih terperinci

BAB 2 PENGENALAN IRIS, PENENTUAN LOKASI IRIS, DAN PEMBUATAN VEKTOR MASUKAN

BAB 2 PENGENALAN IRIS, PENENTUAN LOKASI IRIS, DAN PEMBUATAN VEKTOR MASUKAN BAB 2 PENGENALAN IRIS, PENENTUAN LOKASI IRIS, DAN PEMBUATAN VEKTOR MASUKAN Pengenalan suatu objek tentu saja tidak bisa dilakukan tanpa persiapan sama sekali. Ada beberapa proses yang perlu dilakukan sebelum

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori pendukung dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ekstraksi fitur, serta metode klasifikasi Support Vector Machine dalam

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KOLESTEROL MENGGUNAKAN IRIS MATA DENGAN METODE TRANSFORMASI HOUGH DAN DAUGMAN S RUBBER SHEET MODEL

IDENTIFIKASI TINGKAT KOLESTEROL MENGGUNAKAN IRIS MATA DENGAN METODE TRANSFORMASI HOUGH DAN DAUGMAN S RUBBER SHEET MODEL IDENTIFIKASI TINGKAT KOLESTEROL MENGGUNAKAN IRIS MATA DENGAN METODE TRANSFORMASI HOUGH DAN DAUGMAN S RUBBER SHEET MODEL SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC Naser Jawas STMIK STIKOM BALI naser.jawas@stikom-bali.ac.id Abstrak Binerisasi citra dokumen adalah sebuah langkah awal yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

Kelas. Kelas. p q r s t u v w x y Level Transformasi.

Kelas. Kelas. p q r s t u v w x y Level Transformasi. Fitur yang digunakan untuk pelatihan pada algoritme VFI5 diperoleh dari tiap-tiap piksel pada citra tanda tangan. Fitur pada pelatihan yang semula berupa matriks berukuran 3 4 piksel disusun menjadi matriks

Lebih terperinci

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Tjong Wan Sen #1 # Fakultas Komputer, Universitas Presiden Jln. Ki Hajar Dewantara, Jababeka, Cikarang 1 wansen@president.ac.id Abstract Pengenalan ucapan

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. manusia dengan menggunakan metode Gabor Filter dan Algoritma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. manusia dengan menggunakan metode Gabor Filter dan Algoritma BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berikut merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada proses rancang bangun aplikasi sistem pengenalan pola fraktur tengkorak manusia dengan menggunakan

Lebih terperinci

Identifikasi Iris Mata Menggunakan Tapis Gabor Wavelet Dan Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization (LVQ)

Identifikasi Iris Mata Menggunakan Tapis Gabor Wavelet Dan Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization (LVQ) ARTIKEL ILMIAH TERPUBLIKASI Identifikasi Iris Mata Menggunakan Tapis Gabor Wavelet Dan Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization (LVQ) oleh : R. Rizal Isnanto, ST, MM, MT Program Studi Sistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. B fch a. d b

HASIL DAN PEMBAHASAN. B fch a. d b 7 dengan nilai σ yang digunakan pada tahap pelatihan sebelumnya. Selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat akurasi SVM terhadap citra yang telah diprediksi secara benar dan tidak benar oleh model klasifikasi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Citra Digital Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, melainkan sebuah representasi dari citra asal yang bersifat analog [3]. Citra digital ditampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan teknologi informasi seperti saat ini, kebutuhan akan informasi dan sistem yang dapat membantu kebutuhan manusia dalam berbagai aspek sangatlah penting.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI

IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI Royani Darma Nurfita, Gunawan Ariyanto, Implementasi Deep Learning Berbasis Tensorflow Untuk Pengenalan Sidik Jari IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI Royani Darma

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR YOSI NURHAYATI

PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR YOSI NURHAYATI PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR YOSI NURHAYATI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN KATA PADA BERBAGAI KONDISI KESEHATAN PEMBICARA BAYU INDRAYANA

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN KATA PADA BERBAGAI KONDISI KESEHATAN PEMBICARA BAYU INDRAYANA PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN KATA PADA BERBAGAI KONDISI KESEHATAN PEMBICARA BAYU INDRAYANA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian maupun pembuatan aplikasi mengenai pengenalan karakter / pengenalan pola ataupun yang berhubungan dengan Jaringan Syaraf Tiruan terlebih dengan metode Backpropagation

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1), S.Kom, M.Comp.Sc Tujuan Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai berbagai teknik perbaikan citra pada domain spasial, antara lain : Transformasi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR Gibtha Fitri Laxmi 1, Puspa Eosina 2, Fety Fatimah 3 1,2,3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya

Lebih terperinci

PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACK-PROPAGATION

PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACK-PROPAGATION PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACK-PROPAGATION Suhendry Effendy Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Bina Nusantara University

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization (LVQ) untuk pengenalan wajahterdiri dari empat metodologi penelitian,

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini dibahas mengenai konsep-konsep yang mendasari ekstraksi unsur jalan pada citra inderaja. Uraian mengenai konsep tersebut dimulai dari ekstraksi jalan, deteksi tepi,

Lebih terperinci