BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 GAMBARAN SINGKAT MENGENAI SISTEM PENGENALAN IRIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 GAMBARAN SINGKAT MENGENAI SISTEM PENGENALAN IRIS"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 GAMBARAN SINGKAT MENGENAI SISTEM PENGENALAN IRIS Pada masa sekarang ini sering kita jumpai system pengenalan individu melalui organ organ pada tubuh atau lebih dikenal dengan biometric. Teknologi pengenalan biometric adalah sebuah metode yang berjalan secara otomatis mengenali seseorang berdasarkan karakteristik fisik dan karakteristik kebiasaan, misalnya berdasarkan karakteristik fisik adalah pengenalan melalui telapak tangan, sidik jari, wajah, retina dan iris mata. Sedangkan contoh untuk berdasarkan karakteristik kebiasaan adalah pengenalan melalui tanda tangan dan suara. Pengenalan iris dilakukan dengan membandingkan iris mata dari seseorang dengan data yang ada. Gambar 3.1 Skema mata 42

2 43 Gambar 3.2 daerah yang akan diproses Daerah yang akan diambil sebagai acuan untuk melakukan pencocokan adalah lingkaran yang mengelilingi pupil yang berbentuk seperti donat. Pengambilan citra input melalui kamera Preprosesing pada citra Modul pembacaan mata Template database Pencocokan template yang diuji dengan template yang disimpan Pengekstrakan template dari citra Auntetifikasi dari hasil matching Output dari hasil autentifikasi melaui alat fisik Gambar 3.3 proses iris scan

3 PENGAMBILAN INPUT Pengambilan sample atau gambar iris mata tidak dapat dilakukan dengan kamera normal tetapi menggunakan kamera dengan spesifikasi khusus. Dengan menggunakan kamera khusus maka akan didapatkan kualitas gambar yang tinggi. Kamera yang digunakan adalah kamera yang memiliki resolusi yang tinggi dan memiliki sinar inframerah. Sinar inframerah berguna untuk menghalangi sinar pantulan pada iris sehingga akan di dapat gambar pola iris dengan kualitas yang baik. Gambar 3.4 pengambilan sample mata oleh CASIA

4 45 Gambar 3.5 Contoh Citra hasil Input 3.3 TAHAP PREPROSESING Tahap Segmentasi Tahap segmentasi/lokalisasi merupakan tahap yang sangat penting dalam kesuksesan pengenalan iris. Karena jika sebuah citra gagal direpresentasikan dapat mengakibatkan kesalahan/kerusakan pada template yang dihasilkan dan menghasilkan pengenalan iris yang buruk. Untuk memulai tahap segmentasi, digunakan fungsi transformasi hough. Karena transformasi hough merupakan algoritma pada computer vision yang digunakan untuk mencari bentuk geometrik seperti garis dan lingkaran. Operator ini dapat menentukan lingkaran dalam dan luar iris serta lingkaran dalam dan luar dari pupil, juga dapat menentukan lengkungan dari kelopak mata atas dan bawah.

5 46 x 2 c yc r = 0 Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari edgemap dengan menggunakan teknik deteksi sisi dari citra mata yang kemudian hasilnya akan dilakukan thresholding. Setelah edgemap didapat, transformasi hough dilakukan dengan mempassing parameter dari nilai x, y dan radius pada lingkaran yang melalui titik batas citra. Titik maksimum dari ruang hough akan korespon dengan panjang radius dan titik tengah lingkaran yang telah didapat dari hasil edgemap. Tahap selanjutnya adalah untuk mengisolasi citra iris. Penggunaan transformasi hough parabolic untuk mendeteksi kelopak mata dan bulu mata. Digunakan fungsi berikut: 2 ( ( x h ) sin θ + ( y k ) cosθ ) = a ( x h ) cosθ + ( y k ) sin θ ) j j j j j j j j j Dari hasil turunan pertama dibiaskan dengan gradient horizontal untuk mendeteksi kelopak dan bulu mata, sedangkan gradient vertikal untuk mendeteksi iris dan pupil pada mata.

6 47 Gambar 3.6 Gradient Horizontal dan Vertical Gambar 3.7 hasil dari transformasi hough Dari gambar diatas terlihat bahwa kelopak mata dari citra dideteksi sebagai noise, karenanya hasil output segmentasi menampilkan bentuk persegi panjang berwarna hitam sebagai penanda noise. Hal ini tidak terbatas hanya pada kelopak mata, deteksi juga bisa dilakukan pada glare, atau derau lain yang mungkin bisa terjadi pada mata.

7 48 Flowchart untuk segmentasi Baca citra Canny Generate edge image Cari lingkaran pada citra Cari garis pada citra Citra iris penuh? Cari koordinat garis Ya tidak Transformasi hough Cari koordinat lingkaran Gambar garis pada citra Gambar lingkaran pada citra Hasil segmentasi

8 Tahap Normalisasi Tahap selanjutnya adalah tahap normalisasi. Tahap ini mengubah bentuk pola iris yang berbentuk lingkaran direpresentasikan ke bentuk persegi panjang yang memiliki dimensi tetap untuk perbandingan iris. Normalisasi dilakukan untuk mengurangi masalah perhitungan yang terjadi pada pola iris karena pengaruh kontraksi dan dilasi dari pupil karena faktor perbedaan cahaya, jarak antar kamera dan pergeseran sudut kepala. Normalisasi akan menghasilkan daerah iris yang memiliki dimensi tetap, jadi bila ada 2 foto iris yang sama difoto dalam kondisi yang berbeda akan menghasilkan karakteristik yang sama. Bentuk teknik normalisasi salah satunya ada Daugmann Rubber Sheet, contoh pada gambar di bawah ini Sistem Daugmann menggunakan koordinat polar untuk normalisasi, oleh karena itu dalam bentuk polar filter dapat dimodelkan sebagai : Gambar 3.8 Daugmann Rubber Sheet Model

9 50 Dalam tahap normalisasi, titik tengah pupil digunakan sebagai referensi dalam pembentukan transformasi koordinat polar. Pada figur diatas data dipilih sepanjang garis radius(r) dengan sudut θ. Besarnya nilai garis antara batas luar pupil dan iris disebut sebagai resolusi radial(r). Jumlah garis pada r di sepanjang daerah iris dikatakan sebagai resolusi angular(θ) ' 2 2 r = α β ± αβ α r I Dengan: α = o 2 x + o 2 y o β = cos π arctan o y x θ Keterangan: Ox = selisih jarak antar koordinat x pada tepi iris dengan tepi pupil Oy = selisih jarak antar koordinat y pada tepi iris dengan tepi pupil π = besar sudut lingkaran(360) θ = nilai sudut di region iris ' r = nilai r yang baru Langkah langkah normalisasi Ambil koordinat titik tengah iris (Xr,Yr) Ambil koordinat titik tengah pupil(xp,yp) Hitung selisih koordinat x (Xr Xp)

10 51 Hitung selisih koordinat y (Yr Yp) Karena nilai r tidak selalu sama, maka perlu dicari r di sudut θ Cari nilai sisi miring dari = x² + y² ' r sebagai nilai Cari nilai β, sebagai nilai dari sudut untuk membantu pencarian Hitung nilai oy β = cos π arctan θ ox ' r = β ±, sebagai nilai r yang baru Alokasikan array 2D untuk menampung template Untuk setiap r simpan point-point yang ada pada sudut θ pada array 2D template yang telah dibentuk Petakan isi template yang telah ditampung sebelumnya ke dalam bentuk persegi panjang dengan dimensi x = r dan dimensi y = θ ' r Gambar 3.9 Hasil Normalisasi Pola normalisasi didapat dengan cara backtracking untuk mendapatkan koordinat kartesian pada data di titik angular dan radial. Pola normalisasi 2D akan didapat dengan dimensi horizontal sebagai resolusi angular dan dimensi vertikal sebagai resolusi radial.

11 52 Sebuah array 2D dibentuk untuk mendeteksi noise yang telah terdeteksi pada tahap segmentasi. Tanpa adanya array 2D ini, noise yang telah dideteksi sebelumnya akan ikut diproses dalam tahap normalisasi sehingga pola normalisasi yang dihasilkan tidak akan akurat. 3.4 TAHAP FITUR EKSTRAKSI Log Gabor Agar dapat menyediakan informasi yang akurat, Pola iris yang diskriminan harus diekstrak. Kebanyakan sistem pengenalan iris menggunakan band pass decomposition untuk citra iris untuk membentuk template biometrik. Template yang dihasilkan dari pengekstrakan fitur juga membutuhkan ukuran matching yang sesuai, memberikan pengukuran kesamaan antara 2 pola iris yang diuji. Pengukuran akan menghasilkan nilai ketika membandingkan kedua pola iris. Sehingga dari hasil pengukuran kita dapat menentukan keputusan dengan keakuratan tinggi apakah itu iris dari orang yang sama atau bukan. Salah satu metode dalam pengekstrakan fitur adalah dengan menggunakan Log Gabor filter. Alasan digunakannya log gabor filter, karena filter ini dapat menangani masalah seperti rotasi dan jarak mata lebih baik dibandingkan gabor biasa, dan log gabor dapat mengkodekan citra alami lebih baik karena filter menunjukan hasil translasi pada citra dengan frekuensi tinggi di atas frekuensi rendah, yang berarti log gabor dapat menghasilkan citra dengan lebih akurat.

12 53 Grafik nilai real Grafik nilai imaginer nilai intensitas nilai intensitas radial 0 0 angular radial 0 0 angular Gambar 3.10 contoh grafik nilai real dan imaginer G ( f ) exp 2 2 ( log( f / f )) 0 ( log( σ / f )) 0 = 2 f = frekuensi awal fo = frekuensi pusat σ = standar deviasi frekuensi domain Dari hasil filtering dengan menggunakan log gabor didapatkan hasil berupa nilai kompleks. Dari nilai kompleks tersebut kita bisa mengambil nilai real dan imajinernya, yang akan digunakan untuk transformasi koordinat polar pada citra. Setiap hasil konvolusi yang kurang dari 0 akan di-jadikan 0, dan setiap nilai real dan imaginer akan di letakkan dalam suatu penampung yang sering disebut iris code.

13 TAHAP MATCHING Matching dilakukan dengan perhitungan hamming distance (HD) dari perbandingan iriscode inputan dengan iriscode yang ada pada database. Sebelum proses matching akan dilakukan proses binerisasi terhadap iris code yang telah didapat pada proses sebelumnya. Setelah dilakukan perhitungan HD kepada setiap data pada database, maka pengambilan keputusan akan diambil pada data yang memiliki nilai HD terkecil. Perhitungan humming distance dengan menggunakan rumus: ( CodeA CodeB ) maska maskb Hamming Distance = maska maskb Dimana: Code A : iris code input Code B : iris code database Mask A : Masking untuk code A Mask B : Masking untuk code B Penggunaaan Operator Exclusive OR(XOR) digunakan untuk mendeteksi perbedaan dari pasangan bit dari iris yang akan diuji, sementara operator AND digunakan untuk memastikan bit yang dibandingkan, keduanya dianggap tidak rusak karena bulu mata, kelopak mata, pantulan cahaya atau derau lainnya. Nilai 0 akan dihitung sebagai kecocokan antar iris. Menurut Daugmann, implementasi dari perhitungan Hamming Distance dalam mesin berbasiskan 32 bit memungkinkan perbandingan iris code dengan

14 55 tingkat kecepatan yang sangat tinggi dalam mencari dan membandingkan dengan database yang ada untuk menemukan kecocokan. Pada komputer dengan kecepatan prosesor 300 MHZ pencarian dapat dilakukan dengan pembandingan iris dalam waktu 1 detik, sementara komputer dengan kecepatan 3 GHZ dapat membandingkan iris sebanyak 1 juta hanya dalam waktu 1 detik. Meskipun dalam teori, kenyataannya tidak ada iris dengan tingkat HD 0.0, sekalipun iris dalam database milik orang yang sama dengan iris input. Karena beberapa faktor seperti normalisasi yang tidak sempurna, dan ada kemungkinan noise yang tidak terdeteksi sebelumnya. Karena itu untuk mengurangi ketidak akuratan seperti ini, maka Hamming Distance dari 2 template dihitung, 1 template dipindahkan bitnya ke kiri dan kanan untuk setiap shift yang berhasil. Perpindahan shift dari bit dilakukan horizontal sesuai dengan perputaran daerah citra iris asli dengan sudut yang diberikan dan resolusi yang digunakan. Jika resolusi sudut yang digunakan adalah 180, maka perpindahan shift dilakukan sebesar 2 derajat pada setiap daerah iris. Metode ini diajukan oleh Daugman dan mengoreksi kesalahan pada Hamming Distande karena normalisasi yang tidak sempurna. Dari perhitungan yang dilakukan hanya nilai HD terendah yang diambil, karena semakin rendah maka semakin cocok citra input dengan citra database. Setelah dilakukan nilai HD akan dilakukan proses pergeseran bit untuk mendapatkan nilai yang maksimal.

15 Gambar 3.11 simulasi pergeseran bit 56

16 RANCANGAN TAMPILAN LAYAR State transition diagram yang digunakan adalah untuk menunjukan langkah langkah yang ada pada program dari dan kemana program berjalan. Di bawah ini STD yang digunakan Mulai program Load image 1 Dialog Browse Image1 Load image 2 Dialog Browse Image2 Proses Recognition Clear Bersihkan Image Keluar program Gambar 3.12 State Transition Diagram

17 58 Dengan menggunakan STD diatas kita dapat merancang desain program dengan komponen sebagai berikut: Menu Axes untuk image1 Axes untuk image2 Text 1 (nama gbr 1) Text 2 (nama gbr 2) Proses Nilai Hamming Distance Gambar 3.13 Gambar Rancangan Antar muka Komponen menu berisi: - Import mata 1 : Digunakan untuk mengambil image mata 1 - Import mata 2 : Digunakan untuk mengambil image mata 2 - Clear : Untuk membersihkan axes - Exit : Untuk keluar dari program

18 PSEUDO CODE Baca image Parameter angular dan radial polar Parameter fitur ekstraksi Image sudah diproses sebelumnya? belum Jalankan segment iris Sudah Ambil nilai koordinat lingkaran iris Ambil nilai koordinat lingkaran pupil 1

19 60 1 Lakukan Normalisasi Jalankan fungsi encode sebagai ekstrak fitur Template Mask Diagnostic Gambar 3.14 Flow chart create iris templates Fungsi create iris templates merupakan fungsi utama, yang akan memanggil fungsi fungsi lainnya untuk diproses, Hasil keluaran dari create iris templates adalah image berupa polar template dari citra iris dan polar noise yang berguna untuk mendeteksi noise pada polar template

20 61 Baca Image Ambil nilai parameter angular dan radial Hitung nilai theta Ambil nilai jari-jari dan koordinat pusat iris dan pupil Hitung radius iris per sudut Cari koordinat kartesian di sekitar region iris 1

21 1 62 Lakukan interpolasi, bentuk polar array Bentuk noise array dari polar array Akhir fungsi Gambar 3.15 Flow chart untuk normalisasi Fungsi normalisasi dipanggil melalui create iris template, fungsi ini akan mengembalikan nilai berupa 2 array 2D, yaitu array untuk polar dan yang satu lagi array untuk noise. Kedua array ini akan digunakan untuk proses feature ekstraksi.

22 63 Baca Image 1 Create iris tempate untuk image 1 Baca Image 2 Create iris tempate untuk image 2 Ubah kedua template menjadi logical (true/false) 1

23 64 1 Shift < filter? Shift += 1 Ya Geser bit untuk setiap template dan mask Tidak Jumlahkan seluruh bit untuk setiap template XOR Template 1 Template 2 Hamming Distance Gambar 3.16 Flow chart untuk Get Hamming Distance

24 65 Fungsi hamming distance akan mengembalikan nilai dari perbandingan bit yang tidak cocok ( bernilai 1 karena penggunaan operator XOR) sehingga akan didapat seberapa mirip template yang dibandingkan Pendeteksian tepi menggunakan fungsi canny dan juga fungsi-fungsi lainnya untuk membentuk edgeimage digunakan menentukan bagian iris dan kelopak mata dengan membiaskan fungsi gradient pada edgeimage, Secara garis besar tahapan pendeteksian tepi dijalankan sebagai berikut: 1. Tahap Canny Baca citra hasil grayscale Tentukan ukuran filter yang akan digunakan. Lakukan Penghalusan dengan menggunakan fungsi Gauss sebanyak filter yang telah ditentukan sebelumnya Citra yang digunakan harus diskalakan ulang ke ukuran yang sesuai agar hasil citra yang diproses lebih dapat diandalkan untuk proses berikutnya Hitung gradient amplitudo untuk pembiasan citra Hitung sudut orientasi untuk peredaman titik non maksimum 2. Tahap Penyesuaian Gamma Ambil nilai gradient amplitudo hasil dari tahap canny Masukan nilai input gamma (gamma > 0) Nilai gradient baru didapat dengan mem-pangkatkan matriks gradient dengan 1/nilai gamma

25 66 3. Tahap Peredaman titik non maksimum Tepi harus ditempatkan pada titik maksimum, titik yang non maksimum harus diredam agar tepi yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Alokasikan memory untuk citra output Hitung nilai awal x dan y off set relatif terhadap titik tengah piksel untuk setiap sudut orientasi yang diuji (sudut orientasi harus dimulai dari 0) dan juga hitung fraksional off set untuk x dan y Untuk setiap baris dan kolom dari matriks gradient, hitung nilai batas atas dan batas bawah dari piksel tetangga ((x,y+1);(x-1,y+1);(x-1,y);(x-1,y- 1);(x,y-1);(x+1,y-1);(x+1,y);(x+1,y+1)) dari piksel yang diuji(x,y) dengan metode interpolasi bilinear untuk mendapatkan nilai dari piksel yang diuji(x,y) Cari selisih batas atas dan batas bawah lalu kalikan dengan penjumlahan batas atas dan fraksional offset y tampung di satu variabel (misalnya a) Jika matriks output yang telah diprealokasikan sebelumnya memiliki nilai lebih besar dari a lakukan langkah yang sama untuk piksel di sisi lain, dan tampung hasilnya di variabel b Bila matriks output memliki nilai lebih besar dari b maka titik tersebut merupakan titik maksima, dan untuk setiap titik maksima yang didapat tampung hasilnya di matriks output

26 67 4. Tahap Hysteresis Threshold Tahap ini dijalankan untuk mengenerate image output berupa edgeimage, yang mana image dengan edgepoint yang lebih besar dari threshold yang telah dimasukan akan ditandakan sebagai tepi Baca image output dari fungsi non maksima Ambil nilai threshold batas atas dan batas bawah Cek threshold, bila lebih kecil dari 0 maka fungsi tidak akan dijalankan Ubah matriks citra menjadi kolom, kemudian cari indeks matriks yang nilainya lebih besar dari batas atas threshold kemudian hitung jumlah indeks yang ditemukan Bentuk stack array untuk menampung edgepoint Indeks yang memiliki nilai lebih besar dari batas atas akan ditampung ke dalam stack array Cari matriks piksel tetangga di sekitar piksel yang diuji, kemudian maukkan semuanya ke dalam stack array Selama isi stack array masih ada, uji setiap indeks yang ada dalam stack array, bila nilai indeks tersebut lebih besar dari batas bawah threshold maka, tandakan indeks tersebut sebagai edgepoint. Bila lebih kecil dari batas bawah, pop up indeks tersebut dari stack array Ganti semua nilai matriks selain edgepoint menjadi 0 Bentuk kembali image output lalu tampilkan hasilnya

27 68 Segmentasi membutuhkan fungsi untuk menggambar lingkaran pada citra iris, fungsi tersebut berguna dalam pendeteksian batas tepi iris dan pupil. 5. Hough Circle Fungsi hough circle berguna untuk mendeteksi bentuk geometri sederhana seperti garis dan lingkaran Baca edgeimage yang telah digenerate dari fungsi hysthresh Masukkan nilai radius minimum(r_min) dan maksimum(r_max) dari lingkaran yang ingin dicari Hitung selisih radius (r_max r_min + 1) Untuk setiap edgepoint, gambar lingkaran dengan selisih radius yang telah dihitung sebelumnya dengan menjalankan fungsi addcircle 6. Add Circle Input array 2D dari hasil transformasi Hough Input nilai weight, dan koordinat (x,y) titik tengah lingkaran Cari semua koordinat x Cari koordinat y Masuk koordinat x dan y ke dalam simetri 8 arah untuk mencari koordinat lingkaran Pisahkan point-point yang berada di luar batas Dapatkan array lingkaran 7. Find Circle Input matriks citra, radius luar iris dan radius dalam iris Generate edgeimage

28 69 Lakukan transformasi hough Hitung selisih radius luar iris dan radius dalam iris Cari nilai maksimum dari ruang hough sebanyak selisih radius, Kelompokan setiap matriks menjadi beberapa layer (bergantung besarnya dimensi), kemudian cari nilai maksimum dari setiap layer Kembalikan nilai maksimum yang didapat untuk setiap baris dan kolom 8. Circle Coord Ambil nilai variabel yang berisi input array yang berisi koordinat titik tengah dari lingkaran (misalnya c) Masukkan nilai radius dari lingkaran (r) Bentuk matriks θ untuk sudut yang dicari Hitung koordinat X yang baru dari perhitungan r*cos θ + c(1) Hitung koordinat Y yang baru dari perhitungan r*sin θ + c(2) Simpan koordinat x dan y yang baru sebagai koordinat piksel dari lingkaran 9. Find Line Baca image Generate edgeimage Lakukan transformasi Radon dengan edge image dan sudut θ (0-180 ) Bentuk koordinat x dan y yang baru dari hasil transformasi Radon Generate array untuk garis 10. Line Coord Input array untuk garis yang merupakan output dari fungsi find line

29 70 Simpan koordinat x dan y Sesuaikan y dengan ukuran gambar sumbu y Pemberian nilai y pada sumbu y 11. Gabor Convolve Fungsi Gabor convolve adalah untuk mengkonvolusikan setiap baris matrisk citra dengan fungsi log gabor Baca citra kemudian ubah menjadi bentuk array 2D Banyaknya data yang diproses sama dengan banyaknya kolom dari array Set frekuensi radius antara 0-0,5 Inisialisasikan panjang gelombang filter (wavelength) Lakukan langkah berikut sebanyak jumlah filter yang digunakan i. Hitung frekuensi pusat dari filter fo = 1/wavelength ii. Hitung radius dari frekuensi pusat rfo = fo/0,5 iii. Gunakan fungsi log gabor radius log f 0 exp 2 σ 2 log f 0 2 iv. Kemudian simpan hasil dari fungsi log gabor ke variabel filter v. Sebanyak jumlah baris pada matriks citra, jalankan: 1. Petakan nilai anggota dari matriks untuk tiap-tiap baris ke satu variabel (signal) 2. Gunakan fungsi Fast fourier transform pada variabel signal untuk mengubah sinyal gelombang menjadi bentuk diskrit

30 71 3. Kemudian konvolusikan hasil inverse transformasi fourier dengan filter yang telah dicari sebelumnya vi. Terakhir hitung panjang gelombang untuk filter berikutnya 12. Encode Gambar yang telah dinormalisasi di lakukan proses konvolusi gabor Buat penampung untuk template dan mask Lakukan sebanyak filter yang digunakan: Pisahkan nilai real dengan imaginer pada baris ke-n Lakukan sebanyak ukuran dari gambar yang sudah di normalisasi: Masukan nilai real dan imaginer kedalam penampung template dan mask 13. Shift Bits Buat penampung untuk template yang baru Jika noshiftbit = 0 maka template baru = template lama Jika noshiftbit < 0 maka template baru = geser posisi bit template lama ke kiri sebanyak noshiftbit Jika noshift bit > 0 maka template baru = geser posisi bit template lama ke kanan sebanyak noshiftbit 14. Find Circle Hitung radius dengan cara radius atas dikali dengan scaling faktor lalu radius bawah dikali dengan scaling faktor kemudian hasil dari perkalian radius atas dengan radius bawah dikurangi dan hasil tersebut yang digunakan sebagai nilai radius

31 72 Jalankan fungsi canny untuk mendapatkan gradient amplitudo untuk pembiasan citra dan sudut orientasi untuk peredaman titik non maksimum Jalankan adjgamma dengan inputan image yang didapat dari fungsi canny Jalankan fungsi peredaman titik non maksimum dengan inputan hasil dari adjgamma Cari edge image dengan menjalankan fungsi hysthresh dengan inputan hasil dari fungsi peredaman maksimum Jalankan houghcircle untuk mendapatkan perkiraan lingkaran Cari nilai maksimum yang ada pada lingkaran dari hough circle dari pusat lingkaran sampai radius yang telah dicari Cari parameter yang ada dalam lingkaran

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2005/2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2005/2006 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2005/2006 SISTEM AUTENTIFIKASI DENGAN PENGENALAN IRIS Kent Kadim 0600618004 Yuwanly 0600660795 Abstrak

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si

SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si APLIKASI FILTER LOG GABOR PADA SISTEM PENGENALAN IRIS MATA (Application Log-Gabor Filter in Iris Recognition System ) SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP 1206100051 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI BAB Sistem Biometrik

LANDASAN TEORI BAB Sistem Biometrik BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Biometrik Biometrik berasal dari bahasa Yunani yaitu, bios artinya hidup dan metron berarti ukuran. Biometrik berarti mengukur karakteristik pembeda (distinguishing traits)

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 44 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Analisa yang dilakukan terdiri dari : a. Analisa terhadap permasalahan yang ada. b. Analisa pemecahan masalah. 3.1.1 Analisa Permasalahan Pengenalan uang kertas

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE GABOR WAVELET PADA EKSTRAKSI CIRI SKRIPSI PRISILIA LUKAS

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE GABOR WAVELET PADA EKSTRAKSI CIRI SKRIPSI PRISILIA LUKAS PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE GABOR WAVELET PADA EKSTRAKSI CIRI SKRIPSI PRISILIA LUKAS 081401039 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

YOGI WARDANA NRP

YOGI WARDANA NRP PENGEMBANGAN ALGORITMA SISTEM IDENTIFIKASI MATA MANUSIA BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DENGAN METODE GABOR PADA PERALATAN AOI ( AUTOMATED OPTICAL INSPECTION ) YOGI WARDANA NRP. 2107 100 115 JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan teknologi, teknik pengenalan individu secara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan teknologi, teknik pengenalan individu secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengontrol akses menuju suatu wilayah atau material yang dilindungi, dibutuhkan teknik pengenalan individu yang handal. Seiring dengan perkembangan zaman dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Marka Jalan Marka jalan merupakan suatu penanda bagi para pengguna jalan untuk membantu kelancaran jalan dan menghindari adanya kecelakaan. Pada umumnya marka jalan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Pengembangan Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi fitur yang terdapat pada karakter citra digital menggunakan metode diagonal

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Junia Kurniati Computer Engineering Department Faculty of Computer Science Sriwijaya University South Sumatera Indonesia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 PERANCANGAN PROGRAM SIMULASI VERIFIKASI KEAMANAN MELALUI IRIS MATA DENGAN

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET

SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 27 (SNATI 27) ISSN: 197-522 Yogyakarta, 16 Juni 27 SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET Maimunah 1), Agus Harjoko 2)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan sistem pendeteksi orang tergeletak mulai dari : pembentukan citra digital, background subtraction, binerisasi, median filtering,

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini dibahas mengenai konsep-konsep yang mendasari ekstraksi unsur jalan pada citra inderaja. Uraian mengenai konsep tersebut dimulai dari ekstraksi jalan, deteksi tepi,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini dibahas mengenai implementasi serta evaluasi terhadap metode transformasi wavelet dalam sistem pengenalan sidik jari yang dirancang. Untuk mempermudah evaluasi,

Lebih terperinci

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan perangkat lunak dari sistem biometrik sidik jari dibuat dibagi menjadi 2 module utama yakni : module enhencement sidik jari berikut aplikasi penyimpanan kedalam database

Lebih terperinci

OPTIMASI ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS

OPTIMASI ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS OPTIMASI ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS PADA MATA MANUSIA BERBASIS IMAGE PROCESSING DENGAN EUCLIDEAN DISTANCE PADA SISTEM MEKANIKAL AUTOMATED OPTICAL INSPECTION (AOI) AHMAD RIFA I RIF AN NRP. 2106 100

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 21 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Arsitektur Sistem Template Formulir Sample Karakter Pengenalan Template Formulir Pendefinisian Database Karakter Formulir yang telah diisi Pengenalan Isi Formulir Hasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

Bulu mata. Generalisasi= Jumlah pola dikenali dengan benar x 100% Jumlah total pola

Bulu mata. Generalisasi= Jumlah pola dikenali dengan benar x 100% Jumlah total pola Generalisasi Hasil penelitian ini diukur menggunakan nilai konvergen dan generalisasi. Nilai konvergen adalah tingkat kecepatan jaringan untuk mempelajari pola input yang dinyatakan dalam satuan iterasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur maupun metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur maupun metode BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai pengenalan tulisan tangan telah banyak dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 4, No. 2, Hal ISSN : x

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 4, No. 2, Hal ISSN : x PENGENALAN MOTIF BATIK INDONESIA MENGGUNAKAN DETEKSI TEPI CANNY DAN TEMPLATE MATCHING [1] Fera Flaurensia, [2] Tedy Rismawan, [3] Rahmi Hidayati [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING Mohamad Aditya Rahman, Ir. Sigit Wasista, M.Kom Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN

PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN Warsiti Mahasiswi Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Sp. Limun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Wajah Pengenalan wajah adalah salah satu teknologi biometrik yang telah banyak diaplikasikan dalam sistem keamanan selain pengenalan retina mata, pengenalan sidik jari

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1), S.Kom, M.Comp.Sc Tujuan Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai berbagai teknik perbaikan citra pada domain spasial, antara lain : Transformasi

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE ADJACENT PIXEL INTENSITY DIFFERENCE QUANTIZATION TERMODIFIKASI

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE ADJACENT PIXEL INTENSITY DIFFERENCE QUANTIZATION TERMODIFIKASI PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE ADJACENT PIXEL INTENSITY DIFFERENCE QUANTIZATION TERMODIFIKASI Nama Mahasiswa : Yuliono NRP : 1206 100 720 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : Drs. Soetrisno, M.IKomp

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

APLIKASI TRANSFORMASI HOUGH UNTUK EKSTRAKSI FITUR IRIS MATA MANUSIA

APLIKASI TRANSFORMASI HOUGH UNTUK EKSTRAKSI FITUR IRIS MATA MANUSIA Seminar Nasional Teknologi Informasi 2007 1 APLIKASI TRANSFORMASI HOUGH UNTUK EKSTRAKSI FITUR IRIS MATA MANUSIA Murinto 1) Rusydi Umar 2) Burhanuddin 3) 1,2,3) Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS PADA MATA MANUSIA BERBASIS IMAGE PROCESSING DENGAN EUCLIDEAN DISTANCE

PENGEMBANGAN ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS PADA MATA MANUSIA BERBASIS IMAGE PROCESSING DENGAN EUCLIDEAN DISTANCE PENGEMBANGAN ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS PADA MATA MANUSIA BERBASIS IMAGE PROCESSING DENGAN EUCLIDEAN DISTANCE PADA SISTEM MEKANIKAL AUTOMATED OPTICAL INSPECTION (AOI) Ahmad Rifa i Rif an., Hendro

Lebih terperinci

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness 753 GLOSARIUM Adaptive thresholding (lihat Peng-ambangan adaptif). Additive noise (lihat Derau tambahan). Algoritma Moore : Algoritma untuk memperoleh kontur internal. Array. Suatu wadah yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGOLAHAN DATA BAB III PENGOLAHAN DATA Tahap pengolahan data pada penelitian ini meliputi pemilihan data penelitian, penentuan titik pengamatan pada area homogen dan heterogen, penentuan ukuran Sub Citra Acuan (SCA)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan adalah masalah penting dalam kehidupan masyarakat pada saat ini. Terjadinya banyak tindak kejahatan dan pemalsuan identitas mengindikasikan bahwa masyarakat

Lebih terperinci

BAB 4. Sistem Yang Diusulkan

BAB 4. Sistem Yang Diusulkan 61 BAB 4 Sistem Yang Diusulkan 4.1 Kerangka Sistem Pada bagian ini dijelaskan lebih lanjut mengenai kerangka sistem yang diusulkan serta urut-urutan sistem berjalan. 4.1.1 Pengambilan Data Pada proses

Lebih terperinci

1. TRANSLASI OPERASI GEOMETRIS 2. ROTASI TRANSLASI 02/04/2016

1. TRANSLASI OPERASI GEOMETRIS 2. ROTASI TRANSLASI 02/04/2016 1. TRANSLASI OPERASI GEOMETRIS Rumus translasi citra x = x + m y = y + n dimana : m = besar pergeseran dalam arah x n = besar pergeseran dalam arah y 4/2/2016 1 TRANSLASI 2. ROTASI Jika citra semula adalah

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI 3.1 Rancangan Aplikasi Program aplikasi motion detection yang akan dirancang memiliki struktur hirarki di mana terdapat 3 sub menu dari menu utamanya yaitu sub menu file,

Lebih terperinci

Pembentukan Vektor Ciri Dengan Menggunakan Metode Average Absolute Deviation (AAD)

Pembentukan Vektor Ciri Dengan Menggunakan Metode Average Absolute Deviation (AAD) Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 6, No. 1, Januari 2003, hal 5-10 Pembentukan Vektor Ciri Dengan Menggunakan Metode Average Absolute Deviation (AAD) Kusworo Adi Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika

Lebih terperinci

Perbandingan Metode-Metode Pembangkitan Kunci Berdasarkan Fitur Biometrik

Perbandingan Metode-Metode Pembangkitan Kunci Berdasarkan Fitur Biometrik Perbandingan Metode-Metode Pembangkitan Kunci Berdasarkan Fitur Biometrik Eka Mukti Arifah - 13507100 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di bidang informasi spasial dan fotogrametri menuntut sumber data yang berbentuk digital, baik berformat vektor maupun raster. Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Program aplikasi ini dirancang dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual C# 2008 Express Edition. Proses perancangan menggunakan pendekatan Object Oriented

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. yang akan menjalankan perintah-perintah yang dikenali. Sistem ini dibuat untuk

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. yang akan menjalankan perintah-perintah yang dikenali. Sistem ini dibuat untuk BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Sistem Voice Command pada demonstrasinya merupakan aplikasi pengenalan suara yang akan menjalankan perintah-perintah yang dikenali. Sistem ini dibuat untuk menampung

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B Heri Setiawan, Iwan Setyawan, Saptadi Nugroho IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

ENHANCEMENT CITRA SIDIK JARI KOTOR MENGGUNAKAN TEKNIK HYBRID MORPHOLOGY DAN GABOR FILTER

ENHANCEMENT CITRA SIDIK JARI KOTOR MENGGUNAKAN TEKNIK HYBRID MORPHOLOGY DAN GABOR FILTER ENHANCEMENT CITRA SIDIK JARI KOTOR MENGGUNAKAN TEKNIK HYBRID MORPHOLOGY DAN GABOR FILTER MUHAMMAD NASIR 2208 205 001 Dosen Pembimbing : Mochamad Hariadi,, S.T., M.Sc.,., Ph.D. Sidang Tesis Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Fourier Descriptor Based Image Alignment (FDBIA) (1)

Fourier Descriptor Based Image Alignment (FDBIA) (1) Fourier Descriptor Based Image Alignment (FDBIA) (1) Metode contour tracing digunakan untuk mengidentifikasikan boundary yang kemudian dideskripsikan secara berurutan pada FD. Pada aplikasi AOI variasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Sistem Sistem yang akan dibangun dalam penelitian ini adalah Implementasi Algoritma Template Matching dan Feature Extraction untuk Pengenalan Pola Angka Untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... viii Daftar Isi... ix Daftar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Computer Vision Komputerisasi memiliki ketelitian yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara manual yang dilakukan oleh mata manusia, komputer dapat melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) Pramuda Akariusta Cahyan, Muhammad Aswin, Ir., MT., Ali Mustofa, ST., MT. Jurusan

Lebih terperinci

kalangan yang berkecimpung di dalam sesuatu yang membutuhkan pengamanan (security) data yang sangat tinggi. Pengamanan akan data-data ini semakin dira

kalangan yang berkecimpung di dalam sesuatu yang membutuhkan pengamanan (security) data yang sangat tinggi. Pengamanan akan data-data ini semakin dira SIMULASI DAN ANALISA SISTEM BIOMETRIK BERBASIS IRIS MATA Job Richard Hasintongan Sibarani Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Sistem biometrik pada saat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Digital Citra digital dapat didefinisikan sebagai fungsi dua variabel, f(x,y), dimana x dan y adalah koordinat spasial dan nilai f(x,y) adalah intensitas citra

Lebih terperinci

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital Pendahuluan Citra digital direpresentasikan dengan matriks. Operasi pada citra digital pada dasarnya adalah memanipulasi elemen- elemen matriks. Elemen matriks

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 20 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem ini hanya menggunakan beberapa perangkat keras yang umum digunakan, seperti mikrofon, speaker (alat pengeras suara), dan seperangkat komputer

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

Pendeteksi Cacat Pada Selongsong Peluru Berbasis Citra Menggunakan Gabor Filter

Pendeteksi Cacat Pada Selongsong Peluru Berbasis Citra Menggunakan Gabor Filter JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 1-6 1 Pendeteksi Cacat Pada Selongsong Peluru Berbasis Citra Menggunakan Gabor Filter M. Khairul Fahmi dan Dwi Ratna S Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pikir

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pikir BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Pengenalan sidik jari merupakan salah satu metode yang diterapkan pada teknologi yang digunakan manusia seperti pada mesin absensi, alat pengamanan pada brankas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia. Sidik jari, tanda tangan, DNA, telinga, wajah, infrared,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK Pengolahan citra digital merupakan proses yang bertujuan untuk memanipulasi dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Citra Digital Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, melainkan sebuah representasi dari citra asal yang bersifat analog [3]. Citra digital ditampilkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGENALAN UANG KERTAS DOLLAR AMERIKA DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGENALAN UANG KERTAS DOLLAR AMERIKA DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 PENGENALAN UANG KERTAS DOLLAR AMERIKA DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING MEITA SETIAWAN / 0700709224

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 8 Transformasi Fourier. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 8 Transformasi Fourier. Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Kuliah 8 Transformasi Fourier Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Informatika/Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2015

Lebih terperinci

Pencocokan Citra Digital

Pencocokan Citra Digital BAB II DASAR TEORI II.1 Pencocokan Citra Digital Teknologi fotogrametri terus mengalami perkembangan dari sistem fotogrametri analog hingga sistem fotogrametri dijital yang lebih praktis, murah dan otomatis.

Lebih terperinci

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR Naser Jawas STIKOM Bali Jl. Raya Puputan, No.86, Renon, Denpasar, Bali Email: naser.jawas@gmail.com ABSTRAK Meter air adalah sebuah alat yang

Lebih terperinci

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Evaluasi Pada penelitian ini, algoritma untuk identifikasi sidik jari tersusun dari 3 tahapan proses yakni tahap preprocessing fingerprint image, minutiae extraction, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D Penelitian ini mengembangkan model sistem pengenalan wajah dua dimensi pada citra wajah yang telah disiapkan dalam

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 56 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Algoritma Prosedur Klasifikasi Dalam sistem Pengenalan Tulisan Tangan ini input berupa sebuah citra karakter, yang akan diproses menjadi fitur yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebagai tinjauan pustaka, berikut beberapa contoh penelitian telapak kaki yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

Transformasi Geometri Sederhana

Transformasi Geometri Sederhana Transformasi Geometri Sederhana Transformasi Dasar Pada Aplikasi Grafika diperlukan perubahan bentuk, ukuran dan posisi suatu gambar yang disebut dengan manipulasi. Perubahan gambar dengan mengubah koordinat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

Implementasi Metode Hough Transform Pada Citra Skeletonisasi Dengan Menggunakan MATLAB 7.6. Intan Nur Lestari

Implementasi Metode Hough Transform Pada Citra Skeletonisasi Dengan Menggunakan MATLAB 7.6. Intan Nur Lestari Implementasi Metode Hough Transform Pada Citra Skeletonisasi Dengan Menggunakan MATLAB 7.6 Intan Nur Lestari Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya, 100, Pondok Cina, Depok

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAAN METODE TEMPLATE MATCHING

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAAN METODE TEMPLATE MATCHING SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAAN METODE TEMPLATE MATCHING 1 Yunifa Miftachul Arif, 2 Achmad Sabar 1 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Saintek, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2 Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION

APLIKASI PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION APLIKASI PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION Hamsina 1, Evanita V Manullang 1, Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer dan Manajemen,

Lebih terperinci

Gambar 2 Prinsip pencarian: (a) struktur dan area-area pencarian, (b) jumlah dari garis-garis sampling (Sumber: (Kirchgeβner et al. 2002).

Gambar 2 Prinsip pencarian: (a) struktur dan area-area pencarian, (b) jumlah dari garis-garis sampling (Sumber: (Kirchgeβner et al. 2002). 6 kebanyakan informasi tentang suatu garis tepi objek akan berada pada frekuensi rendah dari transformasi Fourier diskret (Petković & Krapac 2002). Pada penerapan ekstraksi venasi daun, inisialisasi parameter

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Program Aplikasi Dalam proses identifikasi karakter pada plat nomor dan tipe kendaraan banyak menemui kendala. Masalah-masalah yang ditemui adalah proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. 3.1.1 Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanda Tangan Tanda tangan atau dalam bahasa Inggris disebut signature berasal dari latin signare yang berarti tanda atau tulisan tangan, dan biasanya diberikan gaya tulisan

Lebih terperinci

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan Konvolusi Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Filter / Penapis Digunakan untuk proses pengolahan citra: Perbaikan kualitas citra (image enhancement) Penghilangan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci