REVOLUSI KOPERNIKAN ALA IMMANUEL KANT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REVOLUSI KOPERNIKAN ALA IMMANUEL KANT"

Transkripsi

1 REVOLUSI KOPERNIKAN ALA IMMANUEL KANT Moh. Tamtowi Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Jl. T. Nyak Arief No. 128, Kompleks Asrama Haji Kota Banda Aceh ABSTRACT The history of western philosophy is coloured by a long debate between rationalism and empiricism. Immanuel Kant then came to synthesise the very contradictive thought. Kant tried to establish a philosophical system to overcome extremities of both rationalism and empiricism. The effort was to differentiate knowledge produced by rationalism from empiricism. Experience, which is the source of knowledge from empiricism perspective, produces a new knowledge (synthesis), but it is not in general knowledge. While ratio is capable of building a general knowledge (analytic), but it is unable to produce a new one. This is how the idea of synthesis a priori comes to emerge. This kind of thought is known as transcendental philosophy. Kata Kunci: a priori, a posteriori, sintesis a priori, filsafat transendental Pendahuluan Sejarah filsafat merupakan sejarah pertarungan antara akal dan hati (iman) dalam berebut dominasi untuk mengendalikan jalan hidup manusia. Kadangkadang akal memenangkan pertarungan dan kadang sebaliknya. Dominasi salah satunya saja akan membahayakan kehidupan manusia. Yang ideal adalah terwujudnya keseimbangan dan keserasian antara kedua unsur penting tersebut dalam menuntut kehidupan umat manusia. Dunia pemikiran sangat mempengaruhi roda kehidupan manusia. Ketika sebuah pemikiran diterima secara umum, maka ia akan menjadi aliran yang dominan. Rasionalisme pernah mendominasi aliran pemikiran filsafat. Demikian pula empirisisme. Keduanya memposisikan diri secara ekstrim terhadap yang lainnya. Rasionalisme mendewakan akal, sedangkan empirisisme memfokuskan pada pengalaman. Keduanya sangat ketat memegangi metode masing-masing sehingga terjadi pergulatan panjang dalam sejarah pemikiran kefilsafatan. Pertentangan seperti ini selalu mewarnai dinamika pemikiran manusia. Namun demikian, selalu hadir tokoh besar dengan ide brillian dan cemerlang untuk membangun sintesa atas dikotomi pemikiran yang saling bertentangan. Di tengah dahsyatnya pergulatan antara rasionalisme dan empirisime, hadirlah Immanuel Kant yang berjuang melakukan sintesa atas dua aliran pemikiran besar dunia tersebut. pada posisi sintesis inilah pemikiran Kant mendapatkan tempat yang terhormat dalam sejarah dinamika pemikiran filsafat di Barat. Menurut Kant, adalah sikap yang salah mempertentangkan secara ekstrim kedua aliran pemikiran tersebut. Demikian pula memilih salah satunya dan meninggalkan yang lainnya 54 Moh. Tamtowi: Revolusi Kopernikan Ala Immanuel Kant

2 juga merupakan kekeliruan. 1 Sintesa Kant inilah yang akan menjadi fokus kajian dalam tulisan ini. Immanuel Kant: Setting Kehidupan dan Pergumulan Filsafat Pada Masanya Immanuel Kant adalah penerus zaman pencerahan. Filsafatnya mengantarkan pada suatu gagasan baru yang memberi arah kepada pemikiran filsafat sesudahnya. Latar belakang kehidupan Kant tidaklah terlalu istimewa. Tidak ada hal khusus yang menyebabkan ia menonjol di masyarakat. Ia dilahirkan pada 22 April 1724 di Konigsberg, sebuah kota kecil di Prusia Timur (wilayah Rusia). Pendidikan menengahnya diselesaikan di kampung halamannya. Pada usia 16 tahun, Kant memasuki Universitas Konigsberg dan setelah tamat bekerja sebagai dosen privat. Pada tahun 1755 ia kembali ke Universitas Konigsberg untuk menjadi dosen dan setelah lima belas tahun bekerja sebagai dosen ia diangkat menjadi profesor. 2 Secara fisik, kondisi tubuhnya sangat lemah dan sering sakit-sakitan, tetapi ia hidup sampai usia delapan puluh tahun. Badannya kecil, tetapi ia pemikir raksasa. Kant meninggal pada tanggal 12 Februari 1804 di Konigsberg. 3 Secara periodik, pemikiran Kant dapat dipetakan menjadi empat tahap. Pertama, ketika ia masih dipengaruhi oleh Leibniz dan Wolf sampai tahun Periode ini sering disebut dengan periode rasionalistik. Istilah a priori dan a posteriori diadopsi dari dua gurunya tersebut. Kedua, berlangsung antara tahun 1760 sampai 1770 yang ditandai dengan semangat skeptisisme. Periode ini lazim disebut dengan periode empiristik. Pada periode ini, pengaruh David Hume sangat dominan. Dream of a Spirit Seer ditulis Kant pada periode ini. Ketiga, adalah periode kritik. Pada tahap inilah lahir karya-karya antara lain; The Critique of Pure Reason (1781), Prolegomena to Any Future Metaphysics (1783), Fondation of The Metaphysics of Ethic (1785), Metaphysical Fondation of natural Science (1786), Critique of Practical Reason (1788) dan Critique of Judgment (1790). Periode Keempat berlangsung antara tahun di mana Kant mengalihkan perhatiannya pada masalah religi dan problem-problem sosial. Periode ini ditandai dengan lahirnya Religion within The Limit of Pure Reason (1794 dan sebuah kumpulan esai yang berjudul Eternal Peace. 4. Gagasan-gagasan Kant terinspirasi oleh pertentangan antara pemikiran metafisik Jerman yang dikembangkan oleh Wolf dan empirisisme Inggris yang bermuara pada Hume. Bentrokan ini memaksa Kant untuk memikirkan unsurunsur pemikiran manusia yang bersumber pada pengalaman dan mana saja yang bersumber pada rasio. Semula Kant dipengaruhi oleh pemikiran rasionalisme Leibniz dan Wolf. Kemudian ia mengagumi empirisime Hume. Ia mengakui bahwa Hume lah yang membangunkannya dari dogmatisme. 5 Dari sinilah ia 1 Roger Scruton, A Short History of Modern Philosophy, (London & New York: Second Edition, 1985), hal Joko Siswanto, Sistem-sistem Metafisika Barat, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1998), hal Frederick Copleston, SJ., A History of Philosophy, Vol. VI (New Jersey: Paulist Press, 1960), hal Ibid., hal Dogmatisme adalah filsafat yang mendasarkan pandangannya pada pengertianpengertian yang sudah ada tanpa menghiraukan apakah rasio telah memiliki pengertian tentang hakikatnya. Filsafat yang bersifat dogmatis menerima kebenaran agama dan ilmu pengetahuan begitu saja tanpa mempertanyakan dan mempertanggung jawabkan secara kritis. Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 1, April

3 mengembangkan kritisisme. Menurut Kant, kritisime adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Bagi dogmatisme, rasio punya kewenangan untuk merambah kawasan metafisik. Spekulasi rasional terhadap kawasan ini menghasilkan doktrin metafisika dogmatik-spekulatif. Kant secara tegas menolak doktrin ini. 6 Leibniz membangun filsafatnya berdasarkan pada pengertian substansi. Substansi adalah suatu ada yang dapat beraksi. Jadi, apa yang disebut Spinoza sebagai Allah, oleh Leibniz diterapkan pada benda tunggal. Aku mengenal dirinya sebagai suatu ada yang berdiri sendiri. Ada adalah suatu aktifitas, berfikir dan berkehendak. Sebagai Ada yang tunggal, ia dibedakan dari ada yang lain. Alam semesta terdiri dari substansi-substansi ini yang jumlahnya tidak terbilang. Substansi, oleh Leibniz, disebut dengan monade. Tiap monade bersifat tunggal dan tidak dapat dibagi. Ia adalah aktif dan kerjanya bersifat immanen. Kerja dalam dirinya itu terdiri dari mengamati dan menginginkan. Karya mengamati itu terdiri dari memantulkan alam semesta dari dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, barang siapa mengenal satu monade secara menyeluruh, maka ia telah mengetahui seluruh alam semesta. Hubungan antara satu monade dengan monade yang lain didasarkan pada sistem keselarasan. Keselarasan itu telah ditentukan sebelumnya oleh Allah. 7 Ajaran Leibniz dikembangkan dan diperkenalkan lebih lanjut oleh Wolff. Hume menggunakan prinsip-prinsip empirisisme dengan cara yang paling radikal. Pengertian substansi dan kausalitas menjadi obyek utama sasaran kritiknya. Ia tidak menerima adanya substansi, sebab yang dialami itu hanyalah kesankesan beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-sama (misalnya; putih, licin, ringan). Tetapi atas dasar pengalaman tidak dapat disimpulkan bahwa di belakang ciri-ciri itu masih ada suatu substansi tetap (misalnya; sehelai kertas yang mempunyai ciri-ciri tadi). Kita menyangka bahwa di bawah keadan-keadaan kesadaran itu terdapat alas tetap, namun itu hanyalah suatu kepercayaan (belief) saja. Pengalaman tidak mengizinkan kesimpulan itu. 8 Sama halnya dengan kausalitas. Jika suatu gejala tertentu selalu disusul dengan gejala lain, maka dengan sendirinya kita cenderung dengan pikiran bahwa gejala yang terakhir disebabkan oleh gejala yang pertama. Misalnya, batu yang disinari matahari menjadi panas. Kita menyimpulkan bahwa batu menjadi panas karena disinari oleh matahari. Kesimpulan itu tidak berdasarkan pengalaman, tetapi hanyalah merupakan kepercayaan. Pengalaman hanyalah memberikan urutan gelaja-gejala dan tidak memperlihatkan ikatan sebab akibat. 9 Konsekwensi pendirian Hume ini, ia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat tidak mampu mencapai kepastian sebab keduanya mendasarkan diri pada prinsip kausalitas. Rasionalisme mengira telah menemukan kunci untuk menyingkap tabir realitas pada diri sobyeknya, lepas dari segala pengalaman. Sedangkan empirisisme mengira bahwa pengalaman yang diperoleh dari obyek (alam) merupakan kunci 6 M. Amin Abdullah, The Idea of Universality of Ethical Norm in Ghazali and Immanual Kant (Ankara: Turkiye Diyanet Vakfi, 1992), hal Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Yogyakarta: Kanisius, cet. XI, 1995), hal K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, cet. XV, 1998), hal Ibid., hal. 53. Lihat pula, Kenneth T. Gallagher, Epistemologi Filsafat Pengetahuan (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hal Moh. Tamtowi: Revolusi Kopernikan Ala Immanuel Kant

4 utamanya. Dari sinilah Immanuel Kant membangun sebuah sistem logika untuk membela ilmu pengetahuan dan filsafat. Model Logika Immanuel Kant Problem yang ingin dipecahkan oleh Kant adalah persoalan obyektifitas sebuah pengetahuan yang dihasilkan, baik oleh pengalaman melalui alat indera maupun yang dihasilkan oleh akal. Kant bermaksud merekonstruksi kembali sifat obyektifitas dunia dan ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh dua aliran filsafat tersebut. Agar maksud ini dapat tercapai, Kant harus mampu menghindarkan diri dari sikap memihak terhadap rasionalisme dan empirisisme. Menurut Kant, pemikiran telah mencapai arahnya yang pasti dalam ilmu pasti, seperti yang disusun oleh Newton. Ilmu pengetahuan pasti-alam itu telah mengajarkan kepada kita untuk secara kritis meneliti terlebih dahulu tentang pengenalan. Penelitian tentang pengenalan ini memberitahukan kepada kita tentang nilai dan jangkauan pengenalan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi pengenalan yang tepat. Pengenalan bersandar pada putusan. Putusan menghubungkan dua pengertian yang terdiri dari subyek dan predikat. Misalnya, meja itu mahal atau lingkaran itu bulat. Putusan yang pertama (meja itu mahal), predikatnya (mahal) menambahkan sesuatu yang baru kepada subyeknya (meja). Dianggap menambahkan pengertian yang baru karena tidak semua meja itu mahal. Pengetahuan mahal didapat setelah melalui observasi atau adanya pengalaman terhadap meja-meja yang lain. Putusan seperti itu disebut dengan putusan sintesis dan diperoleh secara a posteriori. Pada putusan yang kedua (lingkaran itu bulat), predikat (bulat) tidak memberikan atau menambahkan sesuatu yang baru pada subyek (lingkaran), sebab semua lingkaran adalah bulat. Putusan model ini disebut dengan putusan analitis dan diperoleh secara a priori. 10 Menurut Kant, syarat-syarat bagi segala ilmu pengetahuan adalah; a) bersifat umum dan perlu mutlak, b) memberi pengetahuan yang baru. Empirisisme hanya mampu memberikan putusan-putusan sintesis, jadi tidak mungkin memberikan pengetahuan yang umum. Rasionalisme hanya mampu membentuk putusan-putusan yang analitis, jadi tidak mungkin menghasilkan pengetahuan yang baru. Dengan demikian, dua-duanya tidak memenuhi syarat yang dituntut oleh ilmu pengetahuan. 11 Berangkat dari analisis inilah, Kant berusaha membahas kemungkinan ditemukannya suatu putusan yang sintesis sekaligus a priori atau lebih dikenal dengan putusan sintesis a priori. Maksudnya adalah putusan yang sintesis namun tidak tergantung pada pengalaman. Apa yang dapat menjadi penghubung bagi putusan sintesis yang sekaligus a priori itu? Filsafat yang menangani masalah ini adalah filsafat transendental. Pada dasarnya, Kant tidak memberikan sebuah sistem filsafat transendental, melainkan sekedar untuk- dalam bentuk kritik- menunjukkan adanya kemungkinan bagi sistem semacam itu. 12 Atas dasar itulah Kant menyusun buku Kritik der Reinen Vernunft. Pertama-tama ia membagi pada transcendentale elementerlehre hal Harun Kadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat, hal Ibid., hal Bernard Delfgauw, Sejarah Ringkas Filsafat Barat, (Yogyakrta: Tiara Wacana, 1992), Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 1, April

5 dan transcendentale methodenlehre. Yang pertama membahas penyelidikan kritik pada unsur-unsur a priori pada pengetahuan kita. Sesuai dengan pemilahanpemilahan pengetahuan inderawi dan akali, maka elementerlehre dibagi dalam transcendentale aesthetik dan transcendentale logik. Transcendentale logik dibagi dua, yaitu transcendentale analytik dan transcendentale dialektik. 13 Penginderan, menurut Kant, bersifat reseptif terhadap obyek, sedangkan akal bersifat konstruktif terhadap data-data inderawi dalam mengemukakan putusan. Hubungan langsung antara pengenalan dengan sasaran yang diamati disebut pengamatan. Yang diamati bukanlah substansi dari obyek, tetapi hanyalah representasi (fenomena, gejala-gejala) dari obyek tersebut, yang kita amati bukan meja dalam dirinya sendiri, melainkan gagasan kita tentang meja. Obyek yang ditangkap indera kita bentuk dalam sebuah fantasi menjadi suatu gambar tertentu yang dikuasai oleh kedua bentuk a priori yaitu ruang dan waktu. Untuk memperjelas pemahaman tentang putusan sintesis a priori, maka akan diambil satu contoh. Misalnya, Saya melihat rumah. Saya tidak dapat melihat rumah secara keseluruhan, tetapi saya menerima cerapan-cerapan inderawi yang bermacam-macam. Saya melihat pintu, jendela, tembok, pagar, genteng, atap dan lain-lain. Cerapan-cerapan itu belum merupakan sebuah sintesa. Lalu bekerjalah akal dengan gaya fantasinya untuk mengkonstruksi atau mengkoordinasi cerapan-cerapan tersebut menjadi sebuah gambar yang dikuasai oleh ruang dan waktu. Sekarang saya baru mendapatkan gambar rumah yang saya amati tadi. Gambar rumah inilah yang disebut dengan fenomena atau representasi. Gambar itu belum saya kenal sebelum saya pikirkan. Berpikir adalah menyusun putusan. Putusan terdiri dari subyek dan predikat. Saya dapat memutuskan; rumah itu indah. Putusan ini masih berkisar pada hal-hal yang empiris, sebab antara rumah dan indah adalah pengertian empiris. Kant lebih mengutamakan pengertian-pengertian transendental yang menurutnya tidak timbul dari pengamatan, tetapi telah ada pada kita sekalipun pengertian tersebut baru diaktualisasikan pada pengamatan inderawi. Cerapan-cerapan tersebut dipikirkan menurut salah satu pengertian a priori. Jadi, putusan saya adalah rumah adalah substansi. Pengertian a priori seperti ini oleh Kant disebut dengan kategori. 14 Menurut Kant, ada empat kategori yang secara khusus bersifat asasi, yaitu kuantitas, kualitas, hubungan dan modalitas. Masing-masing mengandung tiga bentuk kategori. Kuantitas mengandung kategori kesatuan, kejamakan dan keutuhan. Kualitas mengandung kategori realitas, negasi dan pembatasan. Hubungan mengandung kategori substansi, kausalitas dan timbal balik (resiproritas). Modalitas mengandung kategori kemungkinan, peneguhan dan keperluan. Tiap-tiap deretan kategori terdiri dari tiga kategori, di mana yang pertama dan kedua saling bertentangan (misalnya kesatuan dan kejamakan) sedang yang ketiga (keutuhan) merupakan unsur yang lebih tingga dari dua unsur yang mendahuluinya. Dengan demikian ada dua belas kategori yang diajukan oleh Kant. Kategori terpenting adalah substansi dan kausalitas. Dengan kategori tersebut Kant berhasil menjawab skeptisisme Hume akan ketidakmungkinan pengetahuan kita mencapai kepastian. Kant sangat terpengaruh oleh akselerasi kemajuan ilmu pengetahuan alam yang dirumuskan Newton dengan landasan 13 Ibid., hal Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat, hal Moh. Tamtowi: Revolusi Kopernikan Ala Immanuel Kant

6 matematis. Pengenalan pada tahap rasio dengan memfungsikan rasio untuk menarik kesimpulan dari putusan-putusan yang dibuat oleh akal. Rasio membuat argumentasi berlandaskan pada tiga idea; jiwa, dunia dan Allah (ideas of reason). Ketiga idea tersebut bersifat a priori yang berfungsi merangsang dan memadukan pengetahuan. 15 Kant bermaksud membela sain dari skeptisisme Hume. Kant mengatakan bahwa menjawab persoalan Hume merupakan tujuan dari filsafat yang dibangunnya. 16 Menurut Kant, Hume telah menyederhanakan proses mengetahui hanya dengan menyerap kesan-kesan yang dikopi dari obyek. Bagi Kant, ada tiga tahap untuk menyusun pengalaman. Pertama, sensasi-sensasi yang tidak teratur disusun dalam kerangka ruang dan waktu. Kedua, mempersepsikan sensasi yang telah tersusun tadi ke dalam konsep-konsep kesatuan, substansi, kausalitas dan kemungkinan (4 dari 12 kategori). Ketiga, memberikan putusan. Ini yang disebut Kant dengan regulative principles of science. 17 Selanjutnya, menurut Kant pengetahuan kita berasal dari dua sumber utama, yaitu kemampuan menerima representasi dan kemampuan mengetahui berdasarkan representasi tersebut. 18 Kata critique yang dimaksud Kant dalam bukunya Critique of Pure Reason adalah pembahasan tentang kritis, sedangkan yang dimaksud dengan akal murni adalah akal yang bekerja secara logis, yaitu akal yang dikepala. Ia berusaha membedakannya dari akal yang tidak murni. Akal tidak murni adalah indera. Kant meletakkan akal murni di atas akal tidak murni. Pure reason menghasilkan pengetahuan dengan tanpa melalui perantaraan indera. Pengetahuan yang diperoleh dari akal murni itu diperoleh dari watak dan struktur jiwa kita yang inheren. 19 Menurut Kant, pengalaman hanyalah merupakan lapangan yang menghasilkan pengetahuan. Pengalaman mengatakan kepada kita apa-nya bukan apa ia sesungguhnya. Oleh karena itu, pengalaman tidak bisa menghasilkan kebenaran umum. Akal lah yang menghasilkan kebenaran umum. Inilah kebenaran yang a priori. Matematika merupakan contoh konkrit kebenaran a priori ini. Bagaimana kepastian itu kita peroleh? Jiwa kita merupakan organ aktif. Jiwa itu inilah yang dimaksud oleh Kant dengan struktur jiwa yang inheren mengkoordinasi sensasi-sensasi yang masuk dengan idea-idea kita. Karena dikoordinasi, maka pengalaman yang sepotong-sepotong yang masuk itu menjadi tersusun. Ada dua tahap dalam proses sejak diserapnya pengalaman material sampai terbentuknya pemikiran akhir. Pertama, adalah proses mengkoordinasi sensasisensasi dengan cara memasukkannya ke dalam acuan-acuan berupa ruang dan waktu. Kedua, mengkoordinasi persepsi-persepsi yang sudah masuh dalam acuan ruang dan waktu itu dengan cara memasukkannya ke dalam kategori pemikiran. 15 Forrest E. Brain & Walter Kaufmann, From Plato to Nietzsche (USA: Prentice Hall, 1997), hal Joko Siswanto, Sistem-sistem Metafisika Barat, hal John Losee, A Historical Introduction to the Philosophy of Science (New York: Oxford University Press, 1988), hal Immanuel Kant, Critique of Pure Reason, trans. N.K. Smith (New York: St. Martin s Press, 1965), hal Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai James (Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. IV, 1994), hal Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 1, April

7 Tahap pertama disebut oleh Kant dengan estetika transendental, sedangkan tahap yang kedua disebut dengan logika transendental. 20 Apa makna sensasi dan persepsi? Bagaimana jiwa mengubah sensasi menjadi persepsi? Sensasi adalah penginderaan. Ia hanyalah keadaan jiwa ketika menanggapi rangsangan. Misalnya, kita menangkap suara dengan telinga, cahaya dengan mata, cuaca dengan kulit. Semua itu merupakan bahan mentah pengalaman. Sensasi-sensasi itu bertempat pada ruang dan waktu. Setelah ada rangsangan itu, kita menyadari adanya suara musik, cahaya lampu, udara dingin. Kesadaran akan obyek itulah yang disebut dengan persepsi. Sensasi-sensasi itu masuk melalui indera ke otak, lalu diperhatikan kemudian disadari. Tidak semua stimulus ke panca indera dapat langsung diteruskan ke otak. Ada hukum-hukum yang harus dipatuhi. Penangkapan itu diatur oleh persepsi sesuai dengan tujuan. Tujuan itulah hukum-hukum itu, misalnya bunyi detak jam. Kita tidak mendengarnya kalau tidak bertujuan mendengarkan. Tetapi bunyi yang lebih rendah akan terdengar apabila ada tujuan untuk mendengarkannya. Oleh karena itu, kesadaran tentang obyek ditentukan oleh sensasi, pemikiran dan tujuan jiwa. 21 Menurut Kant, jiwa yang memberi arti terhadap stimulus itu mengadakan seleksi dengan dua cara. Pertama, stimulus itu disusun sesuai dengan ruang datangnya sensasi. Kedua, stimulus tersebut disusun sesuai dengan waktu terjadinya sensasi itu. Jiwalah yang menempatkan sensasi pada ruang dan waktu. Ruang dan waktu bukanlah sesuatu yang dipahami. Ia adalah alat persepsi, oleh karena itu ia a priori. Ruang dan waktu itu a priori karena semua persepsi memerlukannya. Demikian pula hukum-hukum yang ada dalam ruang dan waktu juga harus a priori dan absolute, inilah matematika. Hukum-hukum matematika adalah hukumhukum yang berada dalam ruang dan waktu. Dengan demikian, matematika dapat diselamatkan dari skeptisisme Hume. Beberapa Catatan Terhadap Pemikiran Kant Upaya Kant untuk mendamaikan perseteruan antara rasionalisme dan empirisisme cukup menyentak dunia pemikiran waktu itu. Orang tidak menyangka Kant mampu menghasilkan karya spektakuler yang mampu merubah arah jalannya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa sesudahnya. Namun demikian, upaya sintesa Kant ini masih mengandung beberapa cacat. Memang, ia telah berusaha secara maksimal untuk tidak terjebak kepada pemihakan salah satu aliran. Tetapi pada akhirnya ia jatuh dalam pemihakan yang ditakutkannya itu, Kant ternyata memihak kepada rasionalisme. Pemihakan ini terlihat dapat dilihat dari alur pikirannya yang menempatkan akal murni di atas akal tidak murni (indera). Pengalaman hanyalah bahan mentah bagi pengetahuan dan akallah yang mampu menghasilkan pengetahuan yang sesungguhnya. Pemihakan ini bukan berarti ia telah menafikan peran pengalaman (indera) sebagaimana dilakukan oleh kaum rasionalis, tetapi lebih disebabkan karena ia menomorduakan indera. Kant tidak mampu menyusun sistem filsafat yang mensejajarkan indera dengan akal dalam rangka memperoleh pengetahuan yang obyektif, atau yang disebutnya sintesis a priori. 20 Ibid., hal Ibid., hal Moh. Tamtowi: Revolusi Kopernikan Ala Immanuel Kant

8 Kegagalan semacam ini juga dialami oleh al-ghazali ketika berusaha mensintesakan antara syari`ah dan haqiqah. Al-Ghazali menempatkan syari`ah di bawah haqiqah. Hal serupa dilakukan asy-syafi`i ketika berusaha mendamaikan madrasah al-hadis dan madrasah ar-ra`yi. Tetapi, asy-syafi`i akhirnya cenderung kepada madrasah al-hadis. Dari usaha sintesa ini juga dapat ditarik garis pembeda antara Islam dan Barat, dalam perjalanan sejarah, menemukan tokoh Immanuel Kant yang berusaha mengawinkan tradisi rasionalis dan empirisis, di dalam Islam tampaknya belum ditemukan tokoh yang serupa. 22 Tetapi dalam Islam kita dapat menemukan tokohtokoh yang berusaha menserasikan antara akal dan wahyu, semisal Ibnu Rusyd. Kesimpulan Kant berusaha membangun sistem filsafat yang mengatasi ekstrimitas rasionalisme dan empirisisme. Ia berusaha memilah-milah pengetahuan mana yang dihasilkan indera dan mana yang diproduksi oleh akal. Pengalaman menghasilkan pengetahuan baru (sintesis) tetapi tidak bersifat umum. Sedangkan akal mampu menyusun pengetahuan yang umum (analitis), tetapi tidak menghasilkan pengetahuan yang baru. Dari sinilah lahir ide sintesis a priori. Pemikiran seperti ini dikenal dengan filsafat transendental. Dalam mengamati obyek untuk menyusun pengetahuan harus melalui tahap-tahap. Pertama, menyusun sensasi-sensasi ke dalam ruang dan waktu. Kedua, mempersepsi sensasi tadi dalam konsep-konsep kategori. Ketiga, memberkan putusan. Aturan berpikir seperti ini disebut logika transendental. Betapapun seriusnya Kant untuk membangun kerangka pemikiran filsafat yang mantap, kokoh dan sintesis bagi penemuan kebenaran yang meyakinkan, namun demikian Kant tetap memiliki kekurangan. Kekurangan itu manusiawi dan bahkan menjadi ruang bagi pemikir setelahnya untuk berkarya demi dinamika keilmuan sekaligus kontributif bagi kemajuan peradaban. 22 Amin Abdullah, Falsafah Kalam di Era Posmedernisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. II, 1997), hal. 23. Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 1, April

9 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Amin. The Idea of Universality of Ethical Norm in Ghazali and Immanual Kant, Ankara: Turkiye Diyanet Vakfi, , Falsafah Kalam di Era Posmedernisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. II, Bernard Sejarah Ringkas Filsafat Barat, Yogyakrta: Tiara Wacana, Brain, Forrest E. & Walter Kaufmann, From Plato to Nietzsche, USA: Prentice Hall, Copleston, SJ., Frederick. A History of Philosophy, Vol. VI New Jersey: Paulist Press, Gallagher, Kenneth T. Epistemologi Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta: Kanisius, Hadiwiyono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta: Kanisius, cet. XI, Kant, Immanuel. Critique of Pure Reason, trans. N.K. Smith, New York: St. Martin s Press, K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, cet. XV, Losee, John. A Historical Introduction to the Philosophy of Science, New York: Oxford University Press, Scruton, Roger. A Short History of Modern Philosophy, London & New York: second Edition, Siswanto, Joko. Sistem-sistem Metafisika Barat, Yogyakarta: Pustaka pelajar, Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. IV, Moh. Tamtowi: Revolusi Kopernikan Ala Immanuel Kant

John Locke, David Hume, Immanuel Kant (Sari Pengantar Filsafat Barat Harun Hadiwiyono)

John Locke, David Hume, Immanuel Kant (Sari Pengantar Filsafat Barat Harun Hadiwiyono) Bahan Bacaan Mahasiswa Kelas filsafat Barat John Locke, David Hume, Immanuel Kant (Sari Pengantar Filsafat Barat Harun Hadiwiyono) JOHN LOCKE (1632-1704), baginya yang penting bukan memberi pandangan metafisis

Lebih terperinci

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090) Akal dan Pengalaman Filsafat Ilmu (EL7090) EROPA History TEOLOGI ±10 Abad COSMOS RENAISSANCE Renaissance Age ITALY Renaissance = Kelahiran Kembali - TEOLOGIS - Rasionalitas dan Kebebasan Berfikir Martabat

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;

1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya; IDEALISME Arti kata IDEALIS secara umum: 1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya; 2. Seseorang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana

Lebih terperinci

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu CATATAN: Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu Makalah ini saya peroleh dari http://bisikanpena.wordpress.com/2010/10/08/suatu-pengantar-untukmemahami-filsafat-ilmu/. Isinya cukup baik untuk memberikan

Lebih terperinci

TITIK TOLAK EPISTEMOLOGIS FILSAFAT ALAM SEMESTA IMMANUEL KANT. Oleh : Miska M. Amin 1

TITIK TOLAK EPISTEMOLOGIS FILSAFAT ALAM SEMESTA IMMANUEL KANT. Oleh : Miska M. Amin 1 TITIK TOLAK EPISTEMOLOGIS FILSAFAT ALAM SEMESTA IMMANUEL KANT Oleh : Miska M. Amin 1 Abstract Immanuel Kant denied metaphysical thought. According to Kant, men are not able to understand the nature of

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

Immanuel Kant Oleh: Lilik Indriarini

Immanuel Kant Oleh: Lilik Indriarini Immanuel Kant Oleh: Lilik Indriarini Immanuel Kant adalah filsuf modern yang paling berpengaruh. Pendirian aliran rasionalisme dan empirisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasio

Lebih terperinci

PEMIKIRAN FILSAFAT MORAL IMMANUEL KANT (Deontologi, Imperatif Kategoris dan Postulat Rasio Praktis)

PEMIKIRAN FILSAFAT MORAL IMMANUEL KANT (Deontologi, Imperatif Kategoris dan Postulat Rasio Praktis) Ilmu Ushuluddin, Januari 2009, hlm. 37-48 ISSN 1412-5188 Vol.8, No.1 PEMIKIRAN FILSAFAT MORAL IMMANUEL KANT (Deontologi, Imperatif Kategoris dan Postulat Rasio Praktis) Moh Dahlan Dosen Universitas Darul

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Ilmu

Sejarah Perkembangan Ilmu Sejarah Perkembangan Ilmu Afid Burhanuddin Pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat, yaitu indera, akal, dan hati. Namun, akal dan hati itulah yang paling menentukan Akal dan hati ibarat

Lebih terperinci

Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu

Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu Filsafat Sejarah Latar belakang Masalah Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu sejarah berbicara mengenai masa lalu,

Lebih terperinci

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT Prof. Dr. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email : asyahza@yahoo.co.id syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.staff.unri.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

FILSAFAT ETIKA IMMANUEL KANT Oleh : Elan Sumarna. Kata Kunci: Sofisme, Socrates, etika, moral, teologia.

FILSAFAT ETIKA IMMANUEL KANT Oleh : Elan Sumarna. Kata Kunci: Sofisme, Socrates, etika, moral, teologia. FILSAFAT ETIKA IMMANUEL KANT Oleh : Elan Sumarna Abstrak Pembicaraan masalah etika merupakan pembicaraan yang tak kunjung selesai untuk diperbincangkan. Dalam kaitanya dengan tulisan ini, Hal tersebut

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

IDEALISME (1) Idealis/Idealisme:

IDEALISME (1) Idealis/Idealisme: Idealis/Idealisme: IDEALISME (1) Orang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta menghayatinya; Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Ilmu

Sejarah Perkembangan Ilmu Sejarah Perkembangan Ilmu Afid Burhanuddin Pusat Kendali Manusia Pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat, yaitu indera, akal, dan hati. Namun, akal dan hati itulah yang paling menentukan

Lebih terperinci

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme NATURALISME (1) Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU RESENSI BUKU Judul : Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan Penulis : Mohammad Muslih Penerbit : Belukar Yogyakarta Cetakan : I, 2005 Tebal : XI + 269 halaman

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN Filsafat modern lahir melalui proses panjang yang berkesinambungan, dimulai dengan munculnya abad Renaissance. Istilah ini diambil dari bahasa Perancis yang berarti

Lebih terperinci

IMMANUEL KANT KRITIK TERHADAP AKAL BUDI: HUKUM MORAL DAN PEMAHAMAN IMPERATIF KATEGORIS

IMMANUEL KANT KRITIK TERHADAP AKAL BUDI: HUKUM MORAL DAN PEMAHAMAN IMPERATIF KATEGORIS IMMANUEL KANT KRITIK TERHADAP AKAL BUDI: HUKUM MORAL DAN PEMAHAMAN IMPERATIF KATEGORIS I. PENDAHULUAN Immanuel Kant merupakan salah satu filsuf modern yang paling berpengaruh dalam perkembangan ilmu filsafat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN

PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagi pengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini kehidupan.

Lebih terperinci

ANALITIK (1) Analitik:

ANALITIK (1) Analitik: ANALITIK (1) Analitik: Bahasa dalah alat yang paling penting dari seorang filosof serta perantara untuk menemukan ekspresi. Perhatian ini telah menyebabkan perkembangan semantik atau penyelidikan tentang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta

Lebih terperinci

PERTEMUAN III PENGERTIAN, KATA, DAN TERM

PERTEMUAN III PENGERTIAN, KATA, DAN TERM PERTEMUAN III PENGERTIAN, KATA, DAN TERM Pengertian: 1. Kegiatan akal budi yang pertama adalah menangkap sesuatu sebagaimana adanya. 2. Mengerti berarti menangkap inti sesuatu yang dapat dibentuk oleh

Lebih terperinci

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori kebenaran yang telah dikemukakan para filosuf: 1. Teori idealisme 2. Teori rasionalisme 3. Teori rasio murni (reinen

Lebih terperinci

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA Bab 3 Filsafat Ilmu Agung Suharyanto,M.Si Psikologi - UMA 2017 Definisi Filsafat Ilmu Robert Ackermann Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapatpendapat ilmiah dewasa

Lebih terperinci

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan Subjudul Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Sesuatu yang didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT MAKALAH TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA Oleh : FEBI GELAR RAMADHAN UNIVERSITAS WIDYATAMA FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 BAB 1. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan

PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan Mashuri Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Arsitektur- Universitas Tadulako Abstrak Salah satu

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT Pengertian Filasat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU

DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU DASAR-DASAR ILMU Ilmu adalah hal mendasar di dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu manusia akan mengetahui hakikat dirinya dan dunia sekitarnya. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS 3.1 Teori Kritis Jurgen Habermas Habermas berasumsi bahwa modernitas merupakan sebuah proyek yang belum selesai. Ini artinya masih ada yang perlu untuk dikerjakan kembali.

Lebih terperinci

TEORI PENGETAHUAN IMMANUEL KANT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BATAS ILMU

TEORI PENGETAHUAN IMMANUEL KANT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BATAS ILMU Ilmu Ushuluddin, Januari 2010, hlm. 43-58 ISSN 1412-5188 TEORI PENGETAHUAN IMMANUEL KANT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BATAS ILMU Irfan Noor Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Jl. Sei. Andai Komp. PWI

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filsafat periode Modern 1 melahirkan berbagai macam aliran pemikiran. Dua di antaranya adalah rasionalisme dan empirisme. Kedua aliran ini memiliki pengertian, ciri

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka

BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan di sini, antara lain adalah

Lebih terperinci

PRAGMATISME (1) Pragmatisme:

PRAGMATISME (1) Pragmatisme: Pragmatisme: PRAGMATISME (1) Pragmatisme merupakan gerakan filsfat Amerika yang mencerminkan sifat-sifat kehidupan Amerika. Pragmatisme banyak hubungannya dengan nama seperti Charles S. Peirce (1839-1934),

Lebih terperinci

1. Pendahuluan MEMASUKI DUNIA FILSAFAT: BELAJAR MEMANFAATKAN AKAL DENGAN BIMBINGAN AGAMA (SEBUAH PENGANTAR FILSAFAT UMUM)

1. Pendahuluan MEMASUKI DUNIA FILSAFAT: BELAJAR MEMANFAATKAN AKAL DENGAN BIMBINGAN AGAMA (SEBUAH PENGANTAR FILSAFAT UMUM) Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 MEMASUKI DUNIA FILSAFAT: BELAJAR MEMANFAATKAN AKAL DENGAN BIMBINGAN AGAMA (SEBUAH PENGANTAR FILSAFAT UMUM) 1 Rodliyah Khuza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan)

FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan) FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan) INTRODUCTION Nama : Ismuyadi, S.E., M.Pd.I TTL : Kananga Sila Bima, 01 Februari

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: Filsafat Ilmu dan Logika Pokok Bahasan: Cabang-cabang Filsafat Fakultas Fakultas Masyhar zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Cabang-cabang Filsafat Pokok Permasalahan yang

Lebih terperinci

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami

Lebih terperinci

FILSAFAT BARAT MODERN

FILSAFAT BARAT MODERN FILSAFAT BARAT MODERN Oleh : Firdaus M. Yunus 1 Pendahuluan Secara historis abad modern dimulai sejak adanya krisis abad pertengahan. Selama dua abad (abad 15 dan 16) di Eropa muncul sebuah gerakan yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang 220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Pertemuan II: Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu Psikologi

PSIKOLOGI UMUM 1. Pertemuan II: Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu Psikologi PSIKOLOGI UMUM 1 Pertemuan II: Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu Psikologi Mechanism Determinism Pengertian & Konsep-Konsep Umum Reductionism Empiricism 1. Semangat Mekanistik Dasar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

KRITIK IMMANUEL KANT TERHADAP FAHAM RASIONALISME DAN EMPIRISME JAUHAN BUDIWAN 1

KRITIK IMMANUEL KANT TERHADAP FAHAM RASIONALISME DAN EMPIRISME JAUHAN BUDIWAN 1 KRITIK IMMANUEL KANT TERHADAP FAHAM RASIONALISME DAN EMPIRISME JAUHAN BUDIWAN 1 Abstract Immanuel Kant is one of the most influential philosophers in the history of Western philosophy. His contributions

Lebih terperinci

BAB VI. FILSAFAT ANALITIK (Bahan Pertemuan Ke-7)

BAB VI. FILSAFAT ANALITIK (Bahan Pertemuan Ke-7) BAB VI FILSAFAT ANALITIK (Bahan Pertemuan Ke-7) 1. Bahasa dan Filsafat Bahasa dalah alat yang paling penting dari seorang filosof serta perantara untuk menemukan ekspresi. Oleh karena itu, ia sensitif

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT: BUKTI PIDANA DARI ASPEK FENOMENOLOGI Oleh: Frans Maramis 1

CATATAN SINGKAT: BUKTI PIDANA DARI ASPEK FENOMENOLOGI Oleh: Frans Maramis 1 CATATAN SINGKAT: BUKTI PIDANA DARI ASPEK FENOMENOLOGI Oleh: Frans Maramis 1 PENDAHULUAN Bukti pidana, yaitu alat bukti dan barang bukti untuk dan dalam perkara pidana, diperlukan guna menentukan apakah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dengan determinisme dapat kita golongkan secara umum menjadi compatibilism

BAB V KESIMPULAN. dengan determinisme dapat kita golongkan secara umum menjadi compatibilism BAB V BAB V KESIMPULAN Kebebasan selalu dipahami dengan mempertimbangkan pengertian tanggung jawab dan determinisme. Pandangan mengenai kebebasan berhadapan dengan determinisme dapat kita golongkan secara

Lebih terperinci

ASAS DEMOKRASI LIBERAL DAN KEMAJUAN AMERIKA: SEBUAH TINJAUAN FILSAFAT PRAGMATISME AMERIKA (Charles Peirce, John Dewey dan William James)

ASAS DEMOKRASI LIBERAL DAN KEMAJUAN AMERIKA: SEBUAH TINJAUAN FILSAFAT PRAGMATISME AMERIKA (Charles Peirce, John Dewey dan William James) ASAS DEMOKRASI LIBERAL DAN KEMAJUAN AMERIKA: SEBUAH TINJAUAN FILSAFAT PRAGMATISME AMERIKA (Charles Peirce, John Dewey dan William James) Oleh: Muhammad Hasmi Yanuardi Dosen Jurusan Sejarah FIS UNJ Abstrak.

Lebih terperinci

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU l Edisi 019, September 2011 P r o j e c t DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU i t a i g k a a n D Pradana Boy ZTF Edisi 019, September 2011 1 Edisi 019, September 2011 Dimensi Filsafat dalam Wahyu Posisi wahyu

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Etika dan Filsafat. Komunikasi Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Lord John Russell. Pada usia empat tahun ibunya meninggal dunia, dan setelah

BAB II KAJIAN TEORI. Lord John Russell. Pada usia empat tahun ibunya meninggal dunia, dan setelah BAB II KAJIAN TEORI A. Biografi Bertrand Russell (1872-1970 M) Bertrand Russell dilahirkan di Cambridge pada abad ke-19 M dia dilahirkan setahun sebelum kematian John Stuart Mill. Ibunya adalah anak Lord

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan 1 Socrates adalah filsuf Yunani. Ia sangat berpengaruh dan mengubah jalan pikiran filosofis barat melalui muridnya yang paling terkenal, Plato. Socrates

Lebih terperinci

KONSEP DASAR ILMU ALAMIAH DASAR Bagian I. Oleh: Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd.

KONSEP DASAR ILMU ALAMIAH DASAR Bagian I. Oleh: Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. KONSEP DASAR ILMU ALAMIAH DASAR Bagian I. Oleh: Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science) merupakan pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala

Lebih terperinci

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Agus Hasbi Noor Ilmu dan Proses Berpikir Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau sosial yang berlaku umum dan sistematik.

Lebih terperinci

Periode Renaissance. awal kebangkitan kembali aktivitas ilmiah dari belenggu agama.

Periode Renaissance. awal kebangkitan kembali aktivitas ilmiah dari belenggu agama. Periode Renaissance awal kebangkitan kembali aktivitas ilmiah dari belenggu agama. RENAISSANCE Tidak ada demarkasi tunggal yg memisahkan periode Pertengahan dan masa sesudahnya. Renaissance boleh jadi

Lebih terperinci

: Kemungkinan Studi Agama Secara Filsafati

: Kemungkinan Studi Agama Secara Filsafati Pokok Bahasan II : Kemungkinan Studi Agama Secara Filsafati A. Ultimasi Agama dan Filsafat: Upaya Mempertemukan Karakter-karakter yang Berbeda 1. Watak agama dan filsafat H.M.Rasjidi (1965: 3) mengemukakan

Lebih terperinci

RASIONALISME DAN EMPIRISME Kontribusi dan dampaknya pada perkembangan filsafat matematika. Tedy Machmud Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo

RASIONALISME DAN EMPIRISME Kontribusi dan dampaknya pada perkembangan filsafat matematika. Tedy Machmud Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo RASIONALISME DAN EMPIRISME Kontribusi dan dampaknya pada perkembangan filsafat matematika Tedy Machmud Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Secara epistemologis paling tidak ada dua aliran

Lebih terperinci

idealisme: suatu aliran filsafat yang cara pandangnya sama dengan rasionalisme.

idealisme: suatu aliran filsafat yang cara pandangnya sama dengan rasionalisme. Rasionalisme rasionalisme. Relativisme Falsifikanisme idealisme: suatu aliran filsafat yang cara pandangnya sama dengan pragmatisme realism Idealisme adalah: o Orang yang menerima standar estetik, moral,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan Makalah D. Metode Penulisan Makalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan Makalah D. Metode Penulisan Makalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli bahasa tentang asal kata filsafat dan pengertiannya. Pada bab isi makalah ini, kami mencoba menggali apa yang dimaksud dari

Lebih terperinci

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: Pokok Bahasan : PENGANTAR BIDANG FILSAFAT Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi (Marcomm) www.mercubuana.ac.id MENGAPA HARUS

Lebih terperinci

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen Estetika Desain Oleh: Wisnu Adisukma Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen inilah yang seringkali muncul ketika seseorang melihat sebuah karya seni. Mungkin karena tidak memahami

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PREVIEW PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 249 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Di dalam bab ini dibahas mengenai tiga hal: (1) simpulan, yakni jawaban atas rumusan masalah; (2) implikasi atau kebermanfaatan penelitian yang dilakukan;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina.

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada akhir tahun belakangan ini salah satu organisasi Transnasional (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pasalnya hal

Lebih terperinci

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: Filsafat eksistensialisme merupakan pemberontakan terhadap beberapa sifat dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Eksistensialisme suatu protes terhadap

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

PERTEMUAN 2 PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN PERTEMUAN 2 PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 2.1 Menjelaskan

Lebih terperinci

KAJIAN FILSAFAT TERHADAP KEBENARAN SAINS. Makalah. Matakuliah: Filsafat Ilmu. Oleh: Kelompok II. Anggota: Syahid Ismail ( )

KAJIAN FILSAFAT TERHADAP KEBENARAN SAINS. Makalah. Matakuliah: Filsafat Ilmu. Oleh: Kelompok II. Anggota: Syahid Ismail ( ) KAJIAN FILSAFAT TERHADAP KEBENARAN SAINS Makalah Matakuliah: Filsafat Ilmu Oleh: Kelompok II Anggota: Syahid Ismail (090901043) Widya K Marbun (09090103 ) Dede Adi Satria (0909010 ) Lilis Suryani (0909010

Lebih terperinci

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. ILMU DAN MATEMATIKA ILMU Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. John Warfield; Ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan

Lebih terperinci

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd FILSAFAT????? am_nien@yahoo.co.id PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada

Lebih terperinci

Pertemuan 1 NISBAH (RELASI DAN RELEVANSI) ANTARA ILMU FILSAFAT DAN AGAMA

Pertemuan 1 NISBAH (RELASI DAN RELEVANSI) ANTARA ILMU FILSAFAT DAN AGAMA 1 Pertemuan 1 NISBAH (RELASI DAN RELEVANSI) ANTARA ILMU FILSAFAT DAN AGAMA A. Institusi Kebenaran Manusia merupakan makhluk yang senantiasa menunjukkan eksistensinyan dengan terus berupaya mencari kebenaran.

Lebih terperinci

Mata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari

Mata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari 1 Mata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari (i.e. keperawatan, kedokteran, biologi, antropologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dan mempunyai peran yang sangat penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan

Lebih terperinci

Sumber Yusuf Lubis dan Doni Ardian, Pengantar Filsafat Ilmu, hal 27-37

Sumber Yusuf Lubis dan Doni Ardian, Pengantar Filsafat Ilmu, hal 27-37 Sumber Yusuf Lubis dan Doni Ardian, Pengantar Filsafat Ilmu, hal 27-37 Pengetahuan tidak dapat diperoleh dari tradisi dan warisan budaya, yang diterima begitu saja, melainkan harus melalui langkah-langkah

Lebih terperinci

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Kel. 14:15-31 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT?

Lebih terperinci

NATURALISME Naturalisme 'natura' naturalisme supernaturalisme

NATURALISME Naturalisme 'natura' naturalisme supernaturalisme NATURALISME Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman modern sangat sulit untuk menemukan sebuah kehadiran dan relasi yang bermakna. Karena, perjumpaan

Lebih terperinci

SELINTAS TENTANG FILSAFAT ILMU Oleh : Muhammad Afifuddin, S.HI. sukses yang luar biasa. Karena ilmu melambangkan proses kumulatif

SELINTAS TENTANG FILSAFAT ILMU Oleh : Muhammad Afifuddin, S.HI. sukses yang luar biasa. Karena ilmu melambangkan proses kumulatif A. Pengantar SELINTAS TENTANG FILSAFAT ILMU Oleh : Muhammad Afifuddin, S.HI Sampai saat ini, sejarah tentang ilmu adalah sebuah pencapaian sukses yang luar biasa. Karena ilmu melambangkan proses kumulatif

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 02 Pengantar ke Alam Filsafat 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Obyek Kajian Filsafat Obyek Materi: segala sesuatu yang ada atau yang mungkin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

KRITISISME IMMANUEL KANT

KRITISISME IMMANUEL KANT KRITISISME IMMANUEL KANT Ketegangan antara Rasionalisme dan Empirisme yang berlangsung selama lebih dari satu setengah abad telah mengurangi rasa hormat kita, tidak hanya kepada ajaran-ajaran filsafat

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jawa Timur Pengantar Epistemologi merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

PENGERTIAN FILSAFAT (1) PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Pertemuan ke : 1 (satu) Tujuan Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mampu mengenal aluralur berpikir dalam kegiatan keilmuan dan mencoba menerapkannya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN DALAM AKUNTANSI: PENGANTAR KULIAH

METODE PENELITIAN DALAM AKUNTANSI: PENGANTAR KULIAH METODE PENELITIAN DALAM AKUNTANSI: PENGANTAR KULIAH INFORMASI DOSEN Nama: Dr. Aji Dedi Mulawarman, MSA. Alamat rumah: Perum Persada Bhayangkara Singhasari Blok G-6, Pagentan, Singosari, Malang, 65153.

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai Sistem Filsafat Pancasila sebagai Sistem Filsafat 1 PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PANCASILA Pengertian Filsafat Istilah filsafat secara etimologis merupakan padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy (Inggris) yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN Pengetahuan berusaha memahami benda sebagaimana adanya, lalu akan timbul pertanyaan, bagaimana seseorang akan mengetahui kalau dirinya telah mencapai pengetahuan tentang

Lebih terperinci

PENGERTIAN. 3. Pengertian, adalah tanggapan atau gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang inti sesuatu.

PENGERTIAN. 3. Pengertian, adalah tanggapan atau gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang inti sesuatu. PENGERTIAN 1. Kegiatan akal budi yang pertama adalah menangkap sesuatu sebagaimana adanya. 2. Mengerti berarti menangkap inti sesuatu yang dapat dibentuk oleh akal budi. Apa yang dibentuk akal budi tersebut

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

BAB II RASIONALISME DAN EMPIRISME: DALAM SEBUAH PERTENTANGAN

BAB II RASIONALISME DAN EMPIRISME: DALAM SEBUAH PERTENTANGAN 13 BAB II RASIONALISME DAN EMPIRISME: DALAM SEBUAH PERTENTANGAN Dari sudut pandang sejarah filsafat Barat, masa Modern adalah periode di mana berbagai aliran pemikiran baru mulai muncul dan beradu dalam

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai Sistem Filsafat PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 07 Pancasila sebagai Sistem Filsafat Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil www.mercubuana.ac.id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pendahuluan Pancasila merupakan filsafat bangsa

Lebih terperinci

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai

Lebih terperinci