PENDAHULUAN. kalimantan dan terletak pada ujung Barat Indonesia. Orang Batak mendiami

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. kalimantan dan terletak pada ujung Barat Indonesia. Orang Batak mendiami"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Orang Batak adalah salah satu suku dari bangsa Indonesia yang tinggal pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah kalimantan dan terletak pada ujung Barat Indonesia. Orang Batak mendiami dataran tinggi Bukit Barisan sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir yang terletak di tengah-tengah Pulau Sumatra. Diperkirakan bahwa pada tahun 2010 orang Batak sudah mencapai Jumlah jiwa di seluruh dunia. Menurut A.Sibeth dalam Nainggolan (2012:4), Suku batak merupakan etnis terbesar Indonesia sesudah Jawa, Sunda, Tionghoa-Indonesia, Madura, dan Melayu. Pada waktu itu penduduk indonesia sudah mencapai jumlah jiwa. Suku batak terdiri dari enam sub-suku, yaitu Angkola dan Mandailing di sebelah Selatan, Toba di pusat, Dairi dan Pakpak di sebelah Barat, Karo di sebelah utara, dan Simalungun di sebelah Timur-laut. Sub-suku Batak Toba menjadi yang terbesar diantara sub-suku lainnya. Jauh sebelum kedatangan bangsa Barat dan para Missionaris, Bangsa Batak atau suku Batak sudah mempunyaireligiatau tradisi Kepercayaan. Tradisi mengikuti aliran pemimpin terbesar pada saat itu, yaitu Raja Sisingamangaraja yang bersifat Animisme dan Tradisi ini mengikat terhadap pola kehidupan masyarakat pada saat itu. Jika berbicara tentang berdirinya gereja HKBP maka tidak akan terlepas dari sejarah kedatangan Misionaris terdahulu ke wilayah Sipirok, dan orang yang menjadi perintis Batakmission. Pada tanggal 2 November 1841 Frans Wilhem 1

2 Junghun telah tiba di teluk Tapanuli sebagai Utusan pemerintah Hindia Belandauntuk meneliti topografi, potensi wilayah dan informasi tentang Masyarakat tanah Batak. Hasil penelitian Junghunh yang dituangkan dalam buku Die Battalander Auf Sumatra semakin menarik perhatian Nederlands Bijbelgenotschap (NBG). Dan mempekerjakan Herman Neubronner van der Tuuk seorang ahli bahasa untuk meneliti bahasa Batak dan menerjemahkan Kitab Injil. Tapi Junghuhn dan van der Tuuk bukanlah Misionaris atau Penginjil. Mereka ke tanah Batak hanya melaksanakan tugas meneliti oleh pemerintah Hindia belanda. Pada tahun 1851 van der Tuuk tiba di Tanah Batak dan menerjemahkan sebagian isi dari kitab Injil dan membuat kamus bahasa Batak. Hal ini menarik perhatian pihak Rheinische Missionsgesselschaft (RMG) untuk menghadirkan penginjil di Tanah Batak, ketika itu perang Banjar sedang berkecamuk di Kalimantan. Keadan tersebut semakin mengukuhkan keinginan Direktur RMG( ) Friedrich Fabri untuk memindahkan para Missionaris dari wilayah tersebut(kozok 2010:25). Di tahun 1890 Nommensen telah berhasil mendirikan tidak kurang dari 7 pos penginjilan di Tanah Batak yaitu di sipirok, Silindung dan sekitar Toba Holbung, tapi satu pun itu tidak ada berada di daerah Pulau Samosir.Kehadiran Misionaris Muda, Johannes Warneck di Tanah Batak pada tanggal 25 November 1892 tepatnya di pantai Sibolga menjadi awal pengabaran Injil di Pulau samosir. Setelah melakukan perjalanan selama dua hari dia sampai pusat penginjilan di Pearaja Tarutung, dan 2

3 mendapat tugas pelayanan di Wilayah Pulau Samosir. Sebelum berangkat ke Samosir J.Warneck bersama rekan sealumninya Bruch memperoleh kesempatan mengenal seluruh pos penginjilan RMG di Tanah Batak (JR. Hutauruk 2013: 2). Setelah sampai di Balige Maret 1893, Warneck bersama Bruch dan didampingi para penginjil lainnya seperti G. Pilgrim, Pohling, dan Jung dari Toba melakukan Observasi selama tiga hari perjalanan di daerah pulau Samosir. Dengan menggunakan Solu (perahu) mereka menyebrangi Danau Toba dan sampai di Huta Sipinggan dan Nainggolan.Setelah itu mereka kembali ke Balige untuk merencanakan Penginjilan di wilayah Pulau Samosir, dan ini seakan babak baru dalam Pengkristenan di Tanah Batak. Hingga tahun 1913 berdirilah Pos-pos Penginjilan mengelilingi Pulau Samosir yaitu di Palipi, Pangururan, dan Ambarita. Itulah Pos penginjilan yang berdiri hingga tahun 1940 di Samosir. Berdasarkan latar belakang diatas yang menjelaskan bagaimana awal sejarah pengabaran Injil di tanah Batak sampai dengan berdirinyajemaat Gereja HKBP disamosir, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitiandengan judul Perkembangan Gereja HKBP di Pulau Samosir Pulau Samosir kini menjadi satu wilayah pemerintahan yang disebut Distrik VII Samosir. Hingga Desember 2008, rekapitulasi ressort pada Distrik VII Samosir ada sebanyak 22 (dua puluh dua) gereja ressort dan 106 (seratus enam) gedung gereja HKBP. Distrik VII Samosir meliputi Palipi, Nainggolan, Ambarita, Harianboho, 3

4 Onan Runggu, Simanindo, Sianjurmulamula, Tomok, Lumban Suhisuhi, Ronggurnihuta, Pusuk Buhit, Pangururan, dan sekitarnya. Dari penjelasan Latar belakang diatas maka, merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu : 1. Bagaimana sejarah masuknya agama kristen Protestan ke Pulau Samosir? 2. Bagaimana keadaan masyarakat Pulau Samosir sebelum dan sesudah Kedatangan Johannes Warneck? 3. agaimana perkembangan Gereja HKBP di Pulau Samosir hingga tahun 1913? 4. Bagaimana perkembangan Masyarakat Pulau Samosir setelah perkembangan Kristen Protestan? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Dimana penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu rangkaian penelitian yang berupaya untuk menggambarkan data secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu.metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang data datanya tidak bernilai numerik atau nilainya bukan angka, metode ini digunakan apabila data hasil penelitian dan survei baik berupa interview maupun observasi tidak memiliki pola perhitungan atau dengan kata lain tidak dapat diangkakan. Hal ini disebabkan karena pada metode analisa data kualitatif tidak diperlukan data hasil penelitian yang berupa angka statistik. Sedangkan metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau mengambarkan atau melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual, dan akurat, hal ini disebut dengan Pengumpulan Sumber (Heuristik) (Moleong 2007: 4). Heuristik atau 4

5 pengumpulan Sumber yang dimaksud adalah kegiatan mencari Sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau Evindensi Sejarah (Sjamsudin H. 2012: 67). 1. Masuknya Misionaris ke Tanah Batak PEMBAHASAN Pekabaran Injil atau Zending sudah memasuki Indonesia pada masa penudukan Portugis di Kepulauan Maluku ( ) ditandai dengan menetapnya beberapa misionaris Katolik Roma di Ternate pada tahun Hingga kedatangan Fransiscus Xaverius di Ambon 1546 ia sudah berhasil membabtis ribuan penduduk lokal untuk menjadi pengikut Kristus (Berkhof 2010:235). Ketika pekabaran Injil sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia, tidak demikian hal nya di tanah Batak, Pedalaman Sumatra Utara. Kawasan ini masih sangat tertutup seperti dikelilingi kabut misteri. Suku Batak yang mendiaminya masih tetap dengan kehidupan sosial yang dianut secara turuntemurun dari Nenek moyangnya, yaitu kehidupan yang primitif yang hidup dalam permusuhan, perbudakan, peperangan antar kampung, perjudian dan strata sosial. Keadaan ini memaksa Burton dan Ward menarik langkah mereka untuk lebih jauh menjajaki Tanah Batak saat berkunjung Juli Burton dan Ward adalah utusan 5

6 Lembaga Penginjilan di Inggris yang bernama Babtist Church of England, tercatat sebagai misionaris pertama yang mengunjungi tanah Batak (Pasaribu 2005:80). Berselang sepuluh tahun kemudian dua Penginjil dari Amerika, yaitu Samuel Munson dan Henry Lyman menjajaki Tanah Batak melalui Sibolga. Kedatangan Mereka hendak menyebarkan Injil di Tanah Batak tetapi mereka malah mendapati ajalnya. Mereka dibunuh oleh sekelompok penduduk local pada pada tanggal 23 juli 1834 tepatnya di daerah Lobu Pining dalam perjalanan menuju Silindung. Belakangan diketahui pembunuhan itu dilakukan atas perintah Raja Panggalamei. Ketika itu Van Asselt, yang menjadi pejabat Kontroleur Kompeni di Sibolga mendatangi Rumah Panggalamei, senjata Misionar itu masih tergantung di Rumahnya. Senjata itulah yang membuat panggalamei tidak dapat mengelak bahwa merekalah yang membunuh kedua misionar tersebut (pasaribu 2005:89). Lama tidak terdengar kedatangan bangsa asing ke Tanah Batak, dan kehidupan masyarakatnya yang tetap masih ditutupi kegelapan akan Animismenya. Hingga di bulan Oktober 1940 F.W. Junghunh datang ke Tanah Batak sebagai tentara Kolonial Belanda, dia datang untuk meneliti Topografi pedalaman Tanah Batak yang pada saat itu masih merdeka. Selama dua puluh bulan tinggal di sekitaran Tanah Batak, Junghunh menghasilkan Buku yang berjudul Die Battalander auf Sumatra. Buku tersebut seluruhnya berisi Informasi tentang Tanah Batak dan seluk beluknya dan dia menyarankan supaya Penginjilan di daerah Tersebut. Dan inilah salah satunya pencetus penginjilan di Tanah Batak yang bias kita lihat sekarang ini. Uraian Junghunh menarik perhatian Pieter Johannes Veth, pimpinan dari Nederland Biblegenootschap (NZG) dan langsung mempekerjakan 6

7 Herman Neubroner van der Tuuk( ). Tuuk ialah seorang ahli bahasa yang ditugaskan untuk menterjemahkan kitab suci dan membuat kamus bahasa Batak. Pada tahun 1856 Gerrit van Asselt seorang penginjil NZG dari Ermelo datang ke Sipirok sebagai pegawai kontelir Belanda di perkebunan Kopi. Di tahun 1859 van Asselt bersama dengan J.G. Dammerboer, Friederick Wilhelm Betz, dan J.Ph.D. Koster berencana mendirikan pos Penginjilan di Silindung, tetapi ditolak oleh pemerintah Kolonial dengan alasan keamanan. Lalu mereka memutuskan untuk memperluas kegiatan Zending Angkola (Dammerboer dan Koster), Betz ke Bunga Bondar (1860), dan van Asselttetap di Parau Sorat(Sipirok). Ketika perang Banjar berkecamuk di Kalimantan (1859) dan menewaskan Sembilan Penginjil RMG (Rheinische Missiongesselschaaft). Pimpinan RMG Friederich Fabri berniat memindahkan sisa penginjil yang masih hidup dan menghubungi NZG untuk rencana pemindahan. Setelah dirundingkan maka diputuskan penginjil dari RMG yang di Kalimantan akan di perbantukan di Tanah Batak, yaitu Karl klammer, carl Wilhelm Heine, dan Ernst Ludwig Denninger. Pada 7 Oktober 1861 empat penginjil yaitu Heine, Klammer, Betz dan Van Asselt mengadakan pertemuan untuk membicarakan kelanjutan Penginjilan di Tanah Batak. Dan tanggal itulah yag diyakini sekarang menjadi sebagai hari jadi HKBP (Huria Kristen Batak protestan) (Kozok 2010: 32). 7

8 2. Kedatangan Johannes Warneck di Nainggolan Samosir ( ) Johannes Warneck lahir di Dommitzsch Jerman, 4 Maret Putra dari seorang teolog Jerman dan dan pendiri kajian Misiolog di Universitas Jerman, yaitu Prof. Dr. Gustav Wrneck ( ). Beliau diutus RMG ke Sumatera pada tanggal 10 Agustus 1892 (Hutauruk 2011: 9). Warneck pertama kali menginjakkan kaki di Padang yang merupakan pintu masuk ke Pulau Sumatra pada tanggal 15 November 1892, dan melanjutkan pelayaran ke Sibolga 25 November Setelah tiba di Silindung, Warneck berkesempatan mengenal seluruh Pos penginjilan RMG di Tanah Batak, dan melakukan observasi ke Pulau Samosir. Pada maret 1893, Warneck bersama Bruch rekan sealumninya dan didampingi para Penginjil lainnya seperti Pilgram, Pohlig, Jug dari toba melakukan observasi selama tiga hari perjalanan di pulau Samosir. Merea mendapatkan sambutan baik dari para raja yang dikunjungi. Raja di Sipingganmenyajikan jamuan ala Batak, lengkap dengan nasi dan daging seekor Babi. Mereka makan dengan cara makan orang Batak, menggunakan jari tangan(hutauruk 2011: 12). Sebelum adanya Penginjilan di Pulau Samosir, Penduduk di sekitar pesisir Danau Toba sudah sering berinteraksi dengan Penduduk yang sudah Beragama Kristen dari sekitar Toba Holbung Balige. Mereka bertemu dalam kegiatan ekonomi di Onan(tempat kegiatan Jual beli). Tetapi hal itu hanya berlalu begitu saja, tetapi Masyarakat Samosir sudah semakin penasaran dengan Kekristenan. Sama seperti kunjunganephorus I.L. Nommensen ke Samosir ditahun Kunjungan tersebut teah menggerakkan hati beberapa raja di Pulau Samosir, khususnya dari daerah 8

9 Nainggolan. Mereka mengungkapkan keinginan untuk mengenal lebih dekat apa Agama Kristen. Menurut Warneck dalam Artikelnya yang dimuat dalam majalah AMZ tahun 1894, sebelum tahun 1893 beberapa orang pemuka Samosir telah menemui Penginjil di Toba. Mereka meminta supaya seorang Tuan Pandita ataupun seorang penginjil di tempatkan di Samosir (Hutauruk2011:15). Atas hasil observasi itulah Warneck memilih Nainggolan sebagai Pos Penginjilan untuk daerah Pulau Samosir. Dan pada tanggal 3 Mei 1893, Nommensen sebagai Ephorus HKBP yang berkedudukan di Silindung pada saat itu mengutus Nommensen untuk melakukan Pelayanan di Pulau Samosir dan tiba di pulau Samosir pada tanggal 6 Mei Tetapi ada pengakuan yang berbeda tentang hari jadi Penginjilan di Pulau Samosir dan hari jadi HKBP Nainggolan antara Masyarakat Samosir, dan Pimpinan Gereja HKBP Nainggolan Pdt. Wilter Ompusunggu, S.Th. dengan Ephorus Emeritus Pdt. Dr. Jubil Raplan Hutauruk ahli sejarah HKBP. Menurut Pdt. W. Ompusunggu,S.Th. dalam wawancara pada tanggal 20 Maret 2014,menjelaskan bahwa: Hari jadi dan yang menjadi tanggal perayaan Ulang Tahun Gereja HKBP Nainggolan dan Samosir ialah tanggal 3 Mei mengacu pada tanggal pengutusan Johannes Warneck untuk melayani di wilayah Pulau Samosir. Tanggal tersebut telah diakui dan dirayakan setiap tahunnya sebagai hari ulang tahun gereja dan Penginjilan di nainggolan ini Sedangkan menurut buku tulisan Pdt. Dr. J.R. Hutauruk (2011:11) Johannes Warneck tiba di Nainggolan pada tanggal 6 Mei 1893 dan menjadi hari jadi 9

10 penginjilan di Samosir. Perbedaan ini masih perlu penelusuran lebih lanjut untuk menentukan tanggal penempatan dan tibanya Johannes Warneck di Nainggolan.Karena adanya pengakuan yang berbeda antara tanggal Penugasan Johannes Warneck di Nainggolan dengan hari tibanya Johannes Warneck.Memang dalam Stuktur organisasi HKBP tidak ada acuan atau ketentuan dalam menentukan sebuah tanggal untuk peringatan Hari-hari tertentu Para Penginjil RMG melukiskan kehadiran Injil Kristus di Tanah Batak bagai perang antara terang dan kegelapan, antara pemerintahan Tuhan Allah dan Pemerintahan Iblis (Sibolis). Kemungkinan mereka telah membesar-besarkannya demikian diungkapkan Lance Castles (2002: 13) demi menonjolkan pengaruh dari para Penginjil di tanah Batak. Kegelapan yang dimaksud bukan saja Kehidupan masyarakat yang masih menganut Animisme, tetapi juga seragan Kaum Padri ke Tanah Batak yang masih belum bisa dihilangkan masyarakat dari Kehidupannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa serangan-serangan kaum Padri tidak hanya memporakporandakkan seluruh tanah Batak bagian selatan sampai di sekitar Danau Toba bagian Utara tetapi juga melemahnya hukum tradisionaldan terjadinya demoralisasi (Hutauruk 2011: 26). Bagi masyarakat Batak awam, sejarah social masyarakat Batak (Toba) yang kelam selama zaman Padri hingga masuknya pemerintahan Kolonial Belanda dan diakhiri dengan kedatangan Para Penginjil ke tanah Batak. Sedikit banyaknya ada manfaat yang bisa kita nikmati dengan kehadiran pemerintah Kolonial Belanda di 10

11 Indonesia ini khususnya Tanah Batak, antara lain bangunan, jalan, Irigasi, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Untuk daerah Pulau Samosir pengerjaan hal-hal tersebut dilakukan oleh para penginjil yang digerakkan oleh pihak RMG. Dengan demikian wajah tanah Batak berangsur-angsur berubah seperti daerah jajahan lainnya di Nusantara. Ada sistem yang sangat berbeda dengan daerah Batak lainnya, yaitu system perbudakan yang disebut Jolma Huting (Manusia kucing). Seperti yang dijeskan Verhoeve dalam Castles (2001: 12) bahwa: tingkat kekuasaan yang pernah dicapai Raja Situmorang di Pulau Samosir setelah beberapa generasi sukses mengumpulkan kekuasaan. Keturunan dari tawanan mereka jadikan tawanan.keturunan dari tawanan mereka jadikan manusia kucing di rumah Ompu Sojuaon. Jika tamu datang ke rumah Raja (Ompu Sojuaon), manusia-manusia kucing ini merangkak seperti kucing secara diam-diam dan menarik perhatian dengan menggaruk-garuk lantai dan membuat suara seperti kucing untuk mengemis sedikit nasi. Akan tetapi jumlah rumahtangga dan kekuasaannya pun tidak demikian besar dan kejayaannya tidak berlangsung lama. Pada tahun1909 jumlah budak di Samosir tercatat hanya tiga persen dari jumlah penduduk. Hal tersebut sama dengan yang dujelaskan oleh Johannes Warneck dalam buku tulisan Hutauruk (2011:38) bahwa tradisi perbudakan ini terjadi karena adanya budaya perkara yang terjadi di kalangan raja Desa. Setiap raja yang kalah dalam suatu perkara wajib memberikan salah satu anggota keluarganya untuk menjadi budak raja yang menang. Satu lagi yang menjadi penyebab perbudakan ialah terlilit hutang kepada Raja setempat. Hutang tersebut harus dibayar dengan menjadi Budak kepada raja yang bersangkutan. 11

12 Situasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi para penginjil yang menjalankan pelayanan di Pulau Samosir. Jika penginjil salah menempatkan diri dalam pertikaian yang terjadi dalam masyarakat akan menjadi malapetaka tersendiri bagi Penginjil yang nantinya bisa dibenci masyarakat. Seperti yang terjadi dengan Penginjil Phise di Palipi, ketika berkhotbah Beliau menyampaikan bahwa Budak, Datu, orang kaya dan Raja-raja tidak ada bedanya di mata Tuhan. Banyak masyarakat salah tafsir dan berencana mengusir penginjil tersebut. Cara lain yang ditempuh oleh penginjil dalam melerai pertikaian dalam masyarakat ialah dengan menghadirkan Kontroleur Pemerintah Kolonial sebagai mediator. Seperti surat Arsip Gereja tertanggal 07 Desember 1915, Guru Theopilus Hutauruk yang melayani di Hutarihit mengirimkan Surat kepada Pejabat demang yang beralamat di Onan Runggu untuk hadir dan melerai pertikaian antara Naomi br, Hoetabalian dan A. ni Pahala sitarang tentang sebidang tanah dan Pohon yang tumbuh di atasnya. Hal mendasar yang sangat jelas dapat kita lihat dalam kehidupan masyarakat Samosir ialah ketekunan dalam mengimani kekristenan meskipun itu terkadang dilakukan karena memperjuangkan suatu hal. Misalnya Budak yang belajar karena ingin bebas, raja yang menjadi pengikut Kristen karena ingin mempertahankan statusnya sebagai raja yang bisa kita lihat dari cerita perjalanan Op. Sibarung di Nainggolan, dan lain sebagainya. Tetapi hal tersebut membuat masyarakat menjadi sadar dengan pakaian yang layak, pendidikan yang sangat penting, kebersihan untuk kesehatan, dan hal-hal lainnya. 12

13 Kehidupan masyarakat di Pulau Samosir menjadi suatu babak baru setelah kedatangan Johannes Warneck di Nainggolan. Kehadiran Penginjil seakan membuka kabut tebal yang menyelimuti Pulau Samosir selama berabad-abad dan menghadirkan kehidupan modern yang beradab. Praktek animisme perlahan ditiggalkan masyarakat seiring dengan perkembangan jaman dan perkembangan Kekristenan di Pulau Samosir. Bangunan dengan menara berlonceng menjadi suatu symbol peradaban baru dan modern yang bisa kita nikmati sekarang. KESIMPULAN Masyarakat yang ada di Pulau Samosir sebelum kedatangan Penginjil Johannes Warneck di tahun 1893 sudah memiliki kebudayaan dan kepercayaan tersendiri meskipun masih sangat jauh dari kesan modern. Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat ialah Tradisi yang bersifat Animisme (kepercayaan terhadap roh leluhur yang sudah meninggal dan dan roh -roh Alam di sekitarnya). Wilayah Samosir merupakan daerah beretnis Batak yang terakhir mengenal kekristenan. Hal ini dikarenakan wilayahnya yang dikelilingi Danau dan banyaknya kesan mistis yang berkembang di daerah tersebut. Kehadiran Johannes Warneck di Tanah Batak menjadi jendela perubahan di wilayah pulau Samosir khusunya Nainggolan yang menjadi tempat misinya yang pertama di Tanah Batak. Penginjilan di Pulau Samosir berbeda dengan Penginjilan di daerah lainnya karena kentalnya kehidupan masyarakat dengan kesan mistis dan kehidupan Hasipelebeguon. Kehidupan Hasipelebeguon dari masyarakat membuat penginjilan di Samosir menjadi lambat 13

14 karena masyarakat yang tidak bisa sepenuhnya meninggalkan kehidupan aslinya yang sudah dibangun dari nenek moyang terdahulu. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta. Aritonang, Jan S Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Berkhof, H., I.H. Enklar Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Castles, Lance Kehidupan Polotik Suatu keresidenan di Sumatera: Tapanuli KPG: Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia. End,van Den Harta dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hutahaean, Ramlan Berakar, Dibangun, Tumbuh di Dalam Dia. Pematang Siantar: HKBP. Hutauruk, J.R Lihatlah Ladang-ladang Yang Menguning.Depok : HKBP Distrik VIII Jawa dan Kalimantan. Hutauruk, J.R Lahir, Berakar, dan Bertumbuh di dalam Kristus. Tarutung :Kantor Pusat HKBP Joosten, Leo Kamus Batak Toba-Indonesia: J. Warneck. Medan: Bina Media Perintis. 14

15 Kozok, Uli Utusan Damai di Kemelut Perang. Jakarta : Obor. Lempp, Walter.1976.Benih Yang Tumbuh: Suatu Survey Mengenai Gereja- Gereja Di Sumatra Utara. Jakarta: Lembaga Penelitian dan Studi-DGI. Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosdakarya: Bandung. Nainggolan, Togar Batak toba: Sejarah dan Transformasi Religi. Medan: Bina Media Perintis. Pasaribu, Patar M Dr. Ingwer Ludwig Nommensen, Apostel di Tanah Batak. Medan: Universitas HKBP Nomensen. Pedersen, Paul Bodholt Darah Batak dan Jiwa Protestan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Perret, Daniel Kolonialisme dan Etnisitas Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut. Jakarta: KPG. Sangti, Batara Sejarah Batak. Balige : Karl Sianipar Company. Sijabat, W.B Ahu Sisingamangaraja. Jakarta: Sinar Harapan. Silalahi, Henry James Pandangan Injil Terhadap Upacara Adat Batak. Medan: Kawanan Misi Kristus. Simanjuntak, B.A Konsepku Membangun Bangso Batak: Manusia,Agama, dan Budaya. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Sjamsudin, Helius Metodologi Sejarah. Ombak: Yogyakarta. Tambun, R.(tanpa tahun). Hukum Adat Dalihan Natolu. Medan: Mitra. 15

BAB I PENDAHULUAN. pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah

BAB I PENDAHULUAN. pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang Batak adalah salah satu suku dari bangsa Indonesia yang tinggal pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah kalimantan dan terletak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Ada empat hal penulis simpulkan sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di tanah batak (Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat Penyebaran agama Kristen sudah dilakukan secara sistematis di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat Penyebaran agama Kristen sudah dilakukan secara sistematis di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat Penyebaran agama Kristen sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di Tanah Batak (Sumatera Utara).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting bagi pemerintah Belanda karena gama Kristen mengajarkan perdamaian. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sisi positif yang dihasilkan oleh misi pekabaran Injil yaitu sejalan dengan kata Brunner

BAB I PENDAHULUAN. ada sisi positif yang dihasilkan oleh misi pekabaran Injil yaitu sejalan dengan kata Brunner BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Misi pekabaran Injil yang dilakukan oleh gereja maupun badan misi pada masa lampau, yang berkaitan dengan kolonialisasi, tidak hanya menjadi halangan ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya bebas memeluk Agama dan Kepercayaannya masing-masing. Dimana salah satu agama tersebut adalah Agama Kristen

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai.

BAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perkembangan agama Kristen Protestan setelah Injil masuk ke daerah Tarutung sangat cepat, tepat dan bermanfaat. Proses pertumbuhan agama ini sudah berlangsung lebih dari seratus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Tarutung merupakan salah satu kota wisata rohani bagi pemeluk agama Kristen. Daerah yang dulunya dikenal dengan nama Silindung ini merupakan sebuah lembah

Lebih terperinci

BAB II PENDIDIKAN THEOLOGI SEBELUM TAHUN Sumatera dilakukan oleh Zending-zending ke Tanah Batak (Tapanuli) yaitu dimulai

BAB II PENDIDIKAN THEOLOGI SEBELUM TAHUN Sumatera dilakukan oleh Zending-zending ke Tanah Batak (Tapanuli) yaitu dimulai BAB II PENDIDIKAN THEOLOGI SEBELUM TAHUN 1954 2.1 ZENDING DAN KRISTENISASI Badan penyebaran Agama Kristen yang pertama sekali memasuki wilayah Sumatera dilakukan oleh Zending-zending ke Tanah Batak (Tapanuli)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keresidenan Tapanuli adalah wilayah administrasi Hindia Belanda yang berdiri pada tahun 1834. Keresidenan Tapanuli dipimpin oleh seorang Residen yang berkedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat Batak Toba sudah mempunyai sistem kepercayaan tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan

Lebih terperinci

abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang disebut Onan Sitahuru (= pasar barter) di perkampungan Saitnihuta sekarang.

abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang disebut Onan Sitahuru (= pasar barter) di perkampungan Saitnihuta sekarang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tarutung adalah sebutan untuk buah durian yang dalam bahasa Batak disebut tarutung. Jadi nama Kota Tarutung sebagai sebutan untuk nama Ibukota Kabupaten Tapanuli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Hutajulu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang berpotensi, dan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tarutung adalah sebutan untuk buah durian yang dalam bahasa Batak disebut tarutung. Oleh karena itu, nama kota Tarutung sebagai sebutan untuk nama ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ungkapan hubungan manusia dengan yang Ilahi, yang mempengaruhi dan

BAB I PENDAHULUAN. ungkapan hubungan manusia dengan yang Ilahi, yang mempengaruhi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama merupakan kepercayaan yang di anut oleh manusia yang menjadi ungkapan hubungan manusia dengan yang Ilahi, yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hubungannya

Lebih terperinci

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama

Lebih terperinci

2014), hal , Th. Van den End, Harta Dalam Bejana. Sejarah Gereja Ringkas, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2003), hal 267.

2014), hal , Th. Van den End, Harta Dalam Bejana. Sejarah Gereja Ringkas, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2003), hal 267. III.Sejarah Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) A. Sejarah Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah salah satu gereja yang didirikan lembaga Zending RMG (Rheinishe Missions Gesellschaft ) di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Palipi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir, daerah ini dekat dengan Danau Toba, memiliki kekayaan alam yang berpotensi dan yang menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan kebiasaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi di Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di Sumatera Utara memegang

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. pertama (gewesten) dan keresidenan Tapanuli merupakan salah satunya.

BAB I. Pendahuluan. pertama (gewesten) dan keresidenan Tapanuli merupakan salah satunya. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang mendiami Provinsi Sumatera Utara tepatnya berada di wilayah Tapanuli. Menurut Lance Castles(2001:1) Tapanuli adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang merupakan pusat budaya batak toba. Selain itu samosir juga di kenal dengan ke indahan panorama alam

Lebih terperinci

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2 BAB II ONAN RUNGGU 2.1 Letak Geografis Onan Runggu adalah satu wilayah di Kabupaten Samosir yang terletak diantara 2 o 26 2 o 33 LU dan 98 o 54 99 o 01 BT dengan ketinggian 904 1.355 meter di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau, baik bidang politik, militer, sosial, agama, dan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kolonialisme Belanda di Nusantara, penyebaran agama Kristen

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kolonialisme Belanda di Nusantara, penyebaran agama Kristen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa kolonialisme Belanda di Nusantara, penyebaran agama Kristen merupakan hal penting bagi pemerintah Belanda. Agama Kristen mengajarkan perdamaian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab manusia memiliki pengetahuan. Pengetahuan adalah sumber pokok kekuatan manusia dan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya dinamai suku Karo sekarang ini (P. Sinuraya,2000: 1). Setelah hancurnya Kerajaan Haru Wampu, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP. 2.1 Sejarah Gereja Huria Kristen Batak Protestan

BAB II SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP. 2.1 Sejarah Gereja Huria Kristen Batak Protestan BAB II SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP 2.1 Sejarah Gereja Huria Kristen Batak Protestan Gereja Huria Kristen Batak Protestan lahir pada tanggal 7 Oktober 1861 yang ditetapkan melalui Sinode Pertama. Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran kristus) dimulai dari kesadaran teologis oleh seorang pendeta Inggris bernama John Wesley,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman budaya yang luar biasa. Selain budaya, Indonesia juga merupakan negara yang mempunyai berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penginjil Rheinische Mission Gesellschaft (RMG) masih sedikit. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. penginjil Rheinische Mission Gesellschaft (RMG) masih sedikit. Keadaan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ingwer Ludwig Nomensen sebagai perintis pengkristenan di Tanah Batak sebelah Utara berserta teman- teman sekerjanya memberikan perhatian yang sangat besar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Kata Methodist berasal dari kata Method yang artinya cara, jadi arti dari kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak monoton).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negeri yang banyak mengalami perubahan budaya dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negeri yang banyak mengalami perubahan budaya dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negeri yang banyak mengalami perubahan budaya dunia. Dalam rentang sejarahnya, Indonesia mendapat pengaruh budaya India, Cina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

KEKRISTENAN DAN ADAT BATAK Tumpak Manurung ABSTRAK

KEKRISTENAN DAN ADAT BATAK Tumpak Manurung ABSTRAK KEKRISTENAN DAN ADAT BATAK Tumpak Manurung ABSTRAK Tulisan ini berjudul : Kekristenan dan Adat Batak. Adapun tujuan tulisan ini untuk mengetahui bagaimana Adat Batak itu sebelum datang Kekritenan di Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misinya. Karena itu organisasi mempunyai sistem dan mekanisme yang diterapkan sebagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR Gambaran umum Kecamtan STM Hilir yang merupakan lokasi penilitian ini adalah, letak geografis, komposisi penduduk, dan perkembangan pemerintahan. Hal ini untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang pariwisata tidak dapat lepas dari perkembangan sejarah pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah bangsa yang

Lebih terperinci

BAB III PEMAHAMAN DAN PRAKTEK MISI NOMMENSEN DAN HKBP. Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan baru bagi

BAB III PEMAHAMAN DAN PRAKTEK MISI NOMMENSEN DAN HKBP. Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan baru bagi BAB III PEMAHAMAN DAN PRAKTEK MISI NOMMENSEN DAN HKBP Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan baru bagi bangsa Batak. Bangsa Batak yang dahulu masih didalam kegelapan, kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan hal yang dapat membangun bangsa dan menjadikan bangsa besar. Hal itu menekankan pendidikan sebagai prioritas untuk diperhatikan, anak bangsa yang akan meneruskan

Lebih terperinci

DINAMIKA SEJARAH SUMATERA ABAD XIX

DINAMIKA SEJARAH SUMATERA ABAD XIX DINAMIKA SEJARAH SUMATERA ABAD XIX Oleh: Hj. Harianti, M. Pd. 19501210 197903 2 001 Sudrajat, M. Pd. 19730524 200604 1 002 J U R U S A N P E N D I D I K A N S E J A R A H F A K U L T A S I L M U S O S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa dimanapun berada memiliki kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil kreativitas manusia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masuknya Ajaran Kharismatik Gereja Pentakosta Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan gereja pada umumnya dari zaman ke zaman. Demikian juga diwilayah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua

Lebih terperinci

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara Danau Toba: Pesona Sumatera Utara Danau Toba yang terletak di Sumatera Utara ini merupakan salah satu danau vulkanik terindah yang dimiliki Indonesia. Dengan luas yang mencapai 1.145 kilometer persegi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN GEREJA HKBP Tinjauan Umum Gereja Protestan di Indonesia

BAB II TINJAUAN GEREJA HKBP Tinjauan Umum Gereja Protestan di Indonesia BAB II TINJAUAN GEREJA HKBP 2.1. Tinjauan Umum Gereja Protestan di Indonesia 2.1.1. Pengertian Gereja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gereja adalah rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama

Lebih terperinci

BAB II TERBENTUKNYA COMITE NA RA MARPODAH SIMALOENGOEN

BAB II TERBENTUKNYA COMITE NA RA MARPODAH SIMALOENGOEN BAB II TERBENTUKNYA COMITE NA RA MARPODAH SIMALOENGOEN 2.1. Kedatangan Rheinische Mission Gesselschaft ke Sumatera Badan penyebaran agama Kristen yang paling berpengaruh di Sumatera Utara, terkhusus di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu umat manusia. Pengisahan sejarah itu jelas sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu umat manusia. Pengisahan sejarah itu jelas sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan sejarah merupakan bentuk dan proses pengisahan atas peristiwaperistiwa masa lalu umat manusia. Pengisahan sejarah itu jelas sebagai suatu kenyataan subjektif,

Lebih terperinci

VISI DAN MISI RMG VISI: SUKU BANGSA KAFIR TERSELAMATKAN DAN KERAJAAN ALLAH DIWUJUDKAN

VISI DAN MISI RMG VISI: SUKU BANGSA KAFIR TERSELAMATKAN DAN KERAJAAN ALLAH DIWUJUDKAN MISI DI NIAS APA DAN SIAPA? Badan Zending: Rhenishe Mission-Gesellschaft (RMG) Barmen di Nias Nederland Lutherse-Gesellschaft (NLG)-Holland di P.P. Batu. Badan Zending ini (terutama RMG) lahir atas semangat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai

Lebih terperinci

Melayu Dan Batak Dalam Strategi Kolonial. Written by Thursday, 22 July :51

Melayu Dan Batak Dalam Strategi Kolonial. Written by Thursday, 22 July :51 Dr.Perret dari Paris mencatat; orang Melayu di pesisir Sumatera Timur menganggap dirinya berbudaya (civilized), sedang semua non Melayu dipandang sebagai orang yang tidak berpengetahuan, berperilaku kasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa penduduk Indonesia adalah multietnik (plural society). Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. dimasuki oleh Belanda. Salah satu wilayah yang mendapatkan perhatian adalah

BAB I PENGANTAR. dimasuki oleh Belanda. Salah satu wilayah yang mendapatkan perhatian adalah BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Hati kami tak perlu mengecualikan tempat manapun diatas bumi, atau warna kulit manapun diatas bangsa-bangsa, asalkan ia memiliki keprihatinan istimewa terhadap Insulinde.

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN SUKU BATAK

KEBUDAYAAN SUKU BATAK KEBUDAYAAN SUKU BATAK ranang@isi-ska.ac.id Suku Batak 1. Tapanuli Selatan: Batak Toba, Angkola, dan Mandailing 2. Tapanuli Utara: Batak Dairi, Pak-Pak, dan Karo 3. Timur danau Toba: Batak Simalungun >>

Lebih terperinci

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI 2.1. Letak Geografis Desa Sigaol Marbun merupakan salah satu desa di Kecamatan Palipi yang berada di Kabupaten Samosir. Kecamatan Palipi terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara Indonesia. Sumatera Utara memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Suku yang berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai

Lebih terperinci

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn FERI JULLIANTO Disusun oleh : GREGORIAN ANJAR P NIM 14148107

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah provinsi,

Lebih terperinci

Utusan Damai di Kemelut Perang Peran Zending dalam Perang Toba Berdasarkan Laporan I.L. Nommensen dan penginjil RMG lain oleh Uli Kozok

Utusan Damai di Kemelut Perang Peran Zending dalam Perang Toba Berdasarkan Laporan I.L. Nommensen dan penginjil RMG lain oleh Uli Kozok Utusan Damai di Kemelut Perang Peran Zending dalam Perang Toba Berdasarkan Laporan I.L. Nommensen dan penginjil RMG lain oleh Uli Kozok 2009 Uli Kozok (kozok@hawaii.edu) Hak Cipta dilindungi undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di sepanjang pulau sumatera dengan posisi yang jauh lebih dekat ke pantai Barat. disebelah utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRACT...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRAK... ABSTRACT... i iii iv v viii x xii xiii BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agustono, B., Suprayitno., Dewi, H., dkk, (2012), Sejarah Etnis Simalungun, Penerbit Hutarih Jaya, Pematang Siantar

BAB I PENDAHULUAN. Agustono, B., Suprayitno., Dewi, H., dkk, (2012), Sejarah Etnis Simalungun, Penerbit Hutarih Jaya, Pematang Siantar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Batak adalah salah satu kelompok gelombang proto Melayu. Menurut Ichwan Azhari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau disebelah selatan.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA. Kota Sibolga terletak di pantai Barat Sumatera Utara. Kota ini berada pada

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA. Kota Sibolga terletak di pantai Barat Sumatera Utara. Kota ini berada pada BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA 2. 1. Letak Geografis Kota Sibolga Kota Sibolga terletak di pantai Barat Sumatera Utara. Kota ini berada pada sisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap ke arah lautan Hindia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB II Gambaran Umum Kotamadya Tingkat II Pematangsiantar

BAB II Gambaran Umum Kotamadya Tingkat II Pematangsiantar BAB II Gambaran Umum Kotamadya Tingkat II Pematangsiantar 2.1 Letak Geografis Dilihat dari letak geografisnya Pematangsiantar sebagai Kotamadya tingkat II terletak di 3.01-2.54, 40 Lintang Utara dan 99.06,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur tari-tarian dan lagu merupakan tari tradisi dan lagu daerah setempat, musik

BAB I PENDAHULUAN. unsur tari-tarian dan lagu merupakan tari tradisi dan lagu daerah setempat, musik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teater berasal dari kata Theatron, yang artinya Tempat di ketinggian sebagai tempat meletakkan sesajian persembahan bagi para dewa pada zaman Yunani Kuno. Namun

Lebih terperinci

Daftar Informan. 2. Nama : Rumondang br. Siagian ( Op. Yosua) Pekerjaan : Pedagang Usia : 60 tahun Alamat : Sipoholon Tarutung

Daftar Informan. 2. Nama : Rumondang br. Siagian ( Op. Yosua) Pekerjaan : Pedagang Usia : 60 tahun Alamat : Sipoholon Tarutung Daftar Informan 1. Nama : Togar Paniaran Sirait (Op. Ruth) Pekerjaan : Wiraswasta Usia : 65 Tahun Alamat : Pintu Pohan Balige 2. Nama : Rumondang br. Siagian ( Op. Yosua) Pekerjaan : Pedagang Usia : 60

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa

BAB I PENDAHULUAN. sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan sejarah tidak akan pernah sampai pada puncak kebenaran, sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa lalu, dan supaya

Lebih terperinci

Utusan Damai di Kemelut Perang

Utusan Damai di Kemelut Perang Utusan Damai di Kemelut Perang Utusan Damai di Kemelut Perang Peran Zending dalam Perang Toba Berdasarkan Laporan I.L. Nommensen dan penginjil RMG lain oleh Uli Kozok 2009 Uli Kozok (kozok@hawaii.edu)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mengkaji seluk-beluk bahasa secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mengkaji seluk-beluk bahasa secara umum. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu yang mengkaji seluk-beluk bahasa secara umum. dalam bidang linguistik terdapat beberapa kajian, salah satunya dari kajian itu adalah kajian tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan agama Kristen masuk ke Indonesia memang panjang. Ada beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia. Agama Kristen memang bukan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mampu menciptakan makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan suatu cara, model, dan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan internet saat ini memberikan banyak kemudahan bagi para penggunanya. Internet memungkinkan penggunanya mendapatkan informasi yang diinginkan dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Variasi leksikal merupakan variasi bahasa yang dapat diketahui dari adanya perbedaan cara pelafalan dan perubahan bentuk dalam suatu bahasa. Seperti pada leksikon [inong]

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa yang tersebar dari sabang sampai merauke. Keunikan tersebut menjadi nilai tersendiri

Lebih terperinci